Anda di halaman 1dari 73

BAB I.

PENDAHULUAN
Terwujudnya keadaan sehat adalah kehendak semua pihak. Tidak hanya oleh
orang per orang, tetapi juga oleh keluarga, kelompok dan bahkan oleh masyarakat. Untuk
=menyelenggarakan pelayanan kesehatan (Blum, 197).
Dalam Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 BAB II pasal 3 tentang
Kesehatan disebutkan bahwa Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi - tingginya, sebagai investasi bagi
pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi.
Arah pembangunan kesehatan Kabupaten Halmahera Selatan sebagaimana
tertuang dalam Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten Halmahera Selatan Tahun 2016-
2021 dengan Visi “ terwujudnya masyarakat Kabupaten Halmahera Selatan yang mandiri
untuk hidup sehat“ adalah merupakan upaya untuk mewujudkan derajat
kesehatan masyarakat Kabupaten Halmahera Selatan yang setinggi - tingginya yang
dilaksanakan secara partisipatif dan berkelanjutan dalam rangka pembentukan sumber
daya manusia yang produktif melalui peningkatan kualitas dan pemerataan pelayanan
kesehatan serta mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat dan peningkatan
daya dukung pelayanan kesehatan.
Berkaitan dengan visi diatas Puskesmas Mateketen sebagai salah satu bagian
dari Dinas Kesehatan Kabupaten Halmahera Selatan mempunyai kewajiban
melaksanakan pembangunan kesehatan sesuai arah pembangunan yang telah
ditetapkan sehingga visi “Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Halmahera Selatan yang
Mandiri untuk Hidup Sehat” diatas dapat terwujud sesuai dengan harapan.
Untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi - tingginya
bagi masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam
bentuk upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, yang
diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan.

1
Profil Kesehatan Puskesmas Mateketen Tahun 2021
Puskesmas bertanggung jawab atas seluruh kegiatan yang diselenggarakan
dalam upaya peningkatan derajat kesehatan. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya
puskesmas perlu melakukan pengawasan seluruh pelaksanaan kegiatan atau program
termasuk dalam pengelolaan keuangan. Selain itu puskesmas juga perlu bersinergi
dengan pelaku pembangunan diwilayah kerjanya. Koordinasi dengan lintas sektoral, lurah
dan tokoh masyarakat serta tokoh agama menjadi sangat penting guna terjalinnya
kemitraan dalam upaya pembangunan kesehatan sehingga peningkatan derajat
kesehatan masyarakat dapat terwujud.
Untuk mengukur keberhasilan pembangunan kesehatan tersebut diperlukan
indikator, antara lain Indikator Indonesia Sehat dan Indikator Kinerja dari Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan. Indikator Indonesia Sehat yang ditetapkan dalam
Keputusan Menteri Nomor : 1202/Menkes/SK/VII/2003 dan 1457/Menkes/SK/X/2003
yang digolongkan ke dalam :
1. Indikator Derajat Kesehatan sebagai Hasil Akhir, yang terdiri atas indicator - indikator
untuk Mortalitas, Morbiditas, dan Status Gizi;
2. Indikator Hasil terdiri atas indikator untuk Keadaan Lingkungan, Perilaku Hidup sehat,
Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan;
3. Indikator Proses dan Masukan, yang terdiri atas indicator - indikator untuk Pelayanan
Kesehatan, Sumber Daya Kesehatan, Manajemen Kesehatan, dan Kontribusi Sektor
Terkait.
Sedangkan Indikator Kinerja Standar Pelayanan Minimal Kesehatan di
Puskesmas Mateketen terdiri atas 12 indikator pelayanan bidang kesehatan dan hasil
pencapaian dalam menunjang indikator-indikator tersebut dipublikasi melalui Profil
Kesehatan yang diterbitkan setiap tahunnya.
Tujuan disusunnya Profil Kesehatan Puskesmas Mateketen Tahun 2021 ini
adalah agar diperoleh gambaran tentang keadaan kesehatan masyarakat yang berada di
Wilayah Kecamatan Makian Barat selama setahun yaitu Tahun 2021 serta memuat
tentang capaian - capaian program selama Tahun 2021. Tentunya data yang terkumpul
adalah data yang cukup akurat sehingga dengan demikian keputusan yang diambil
2
Profil Kesehatan Puskesmas Mateketen Tahun 2021
berdasarkan dari data tersebut adalah keputusan yang terbaik bagi pelaksanaan
pembangunan kesehatan khususnya di Puskesmas Mateketen. Adapun sistematika
dalam penyajian Profil Kesehatan Puskesmas Mateketen tahun 2021 ini terdiri dari
sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisi penjelasan tentang maksud dan tujuan disusunnya Profil
Kesehatan Puskesmas Mateketen serta sistematika dari penyajian.
BAB II : GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU PENDUDUK
Bab ini menyajikan tentang gambaran umum Kecamatan Makian Barat. Selain
uraian tentang letak geografis, administratif dan informasi umum lainnya, bab
ini juga mengulas faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan meliputi
kependudukan, ekonomi, pendidikan, social budaya, perilaku dan lingkungan.
BAB III :SITUASI DERAJAT KESEHATAN
Bab ini berisi uraian tentang indikator mengenai angka kematian, angka
kesakitan dan angka status gizi masyarakat.
BAB IV : SITUASI UPAYA KESEHATAN
Bab ini menguraikan tentang pelayanan kesehatan dasar, pelayanan
kesehatan rujukan dan penunjang, pemberantasan penyakit menular,
pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar, perbaikan gizi
masyarakat, pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan, pelayanan
kesehatan dalam situasi bencana. Upaya pelayanan kesehatan yang
diuraikan dalam bab ini juga mengakomodir indikator kinerja Standar
Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan serta upaya pelayanan
kesehatan lainnya yang diselenggarakan oleh Puskesmas Mateketen.

BAB V : SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN


Bab ini menguraikan tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan,
pembiayaan kesehatan dan sumber daya kesehatan lainnya

3
Profil Kesehatan Puskesmas Mateketen Tahun 2021
BAB VI : KESIMPULAN
Bab ini berisi tentang sajian hal-hal penting yang perlu disimak dan ditelaah
lebih lanjut dari Profil Kesehatan Puskesmas Mateketen di tahun 2021. Selain
keberhasilan - keberhasilan yang perlu dicatat, bab ini juga mengemukakan
hal - hal yang dianggap masih kurang dalam rangka penyelenggaraan
pembangunan kesehatan
BAB VII : STANDAR PELAYANAN MINIMAL
Dalam Bab ini disajikan tentang capaian program berdasarkan indicator
Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan di Puskesmas
Mateketen tahun 2021
BAB VIII : PENUTUP
LAMPIRAN-LAMPIRAN

4
Profil Kesehatan Puskesmas Mateketen Tahun 2021
BAB II. GAMBARAN UMUM
A. Letak Geografi dan Iklim
1. Keadaan Geografi
Puskesmas Mateketen terletak di desa Mateketen Kecamatan Makian
Barat. Dari 7 desa wilayah kerja Puskesmas semua sudah dapat dijangkau
dengan kendaraan darat.
Berdasarkan posisi geografisnya, Kecamatan Makian Barat memiliki
luas wilayah 35.54 Km2 yang terdiri dari 7 desa dan serta berbatasan dengan:
- Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Maluku
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Maluku
- Sebelah Timur berbatasan dengan Pulau Makian
- Sebelah Barat berbatasan dengan Laut Maluku
Secara administratif Kecamatan Makian Barat terdiri dari Tujuh
Desa, yaitu Ombawa, Bobawae, Malapat, Sebelei, Talapaon, Mateketen dan
Tegono. Ibukota kecamatan Makian Barat adalah Desa Mateketen. Luas
wilayah yang paling besar terletak di desa Malapat dan Desa Talapaon dan
Malapat sebesar 20% dan yang terkecil terletas di Desa Tegono sebesar 7%.

Tabel. 1
Jarak antar desa (Km) diKecamatan Makian Barat Tahun 2021
Ombawa Bobawae Malapat Talapaon Sebelei Malateken Tegono
Ombawa 0 0,6 3,6 5,6 2,6 1,6 0,4
Bobawae 0,6 0 3 6,2 3,2 2,2 1
Malapat 3,6 3 0 9,2 6,2 5,2 4
Sebelei 5,6 6,2 9,2 0 3 4 5,2
Talapaon 2,6 3,2 6,2 3 0 1 2,2
Mateketen 1,6 2,2 5,2 4 1 0 1,2
Tegono 0,4 1 4 5,2 2,2 1,2 0
Sumber : BPS Halmahera Selatan Tahun 2021

5
Profil Kesehatan Puskesmas Mateketen Tahun 2021
2. Keadaan Iklim
Tabel. 2
Jenis – jenis angin laut yang berpengaruh menurut bulan
di Kecamatan Makian Barat Tahun 2021
Jenis Angin
Barat Selatan Timur Utara
Bulan
1. Ada 1. Ada 1. Ada 1. Ada
2. Tidak 2. Tidak 2. Tidak 2. Tidak
(1) (2) (3) (4) (5)
Januari 2 2 1 2
Februari 2 2 1 2
Maret 1 2 2 2
April 1 2 2 2
Mei 2 2 2 2
Juni 2 2 2 2
Juli 2 1 2 2
Agustus 2 1 2 2
September 2 1 2 2
Oktober 2 2 2 2
November 2 2 2 1
Desember 2 2 2 1

Sumber : BPS Halmahera Selatan Tahun 2021

6
Profil Kesehatan Puskesmas Mateketen Tahun 2021
Gambar. 1
Peta Wilayah Administratif Kecamatan Makian Barat

Sumber : BPS Halmahera Selatan Tahun 2021

Gambar. 2

22%
Daratan
Lautan
78%

Persentase wilayah daratan dan lautan Kecamatan Makian Barat


Sumber : BPS Halmahera Selatan Tahun 2021

7
Profil Kesehatan Puskesmas Mateketen Tahun 2021
B. Keadaan Demografi
Jumlah penduduk Kecamatan Makian Barat Tahun 2021 berdasarkan Data
Dasar Puskesmas Mateketen Tahun 2021 sebanyak 3.621 jiwa. Yang terdiri dari
penduduk laki-laki tercatat sebanyak 1.919 jiwa (53%), sedangkan penduduk
perempuan sebanyak 1.702 jiwa (47%) dan distribusi jumlah penduduk terbanyak
berada pada Desa Sebelei yakni dengan jumlah 845 jiwa dan yang terendah berada
pada Desa Ombawa dengan jumlah 148 jiwa. Sebaran penduduk Kecamatan Makian
Barat menurut Desa dapat dilihat pada gambar berikut:
Grafik. 1
Pesebaran Penduduk Menurut Desa di Kecamatan Makian Barat
Tahun 2021

4000 3,621
3500
3000
2500
2000
1500
1000 842 845
512 456 555
500 148 263
0

Sumber : Data Pis-PK Puskesmas Mateketen Tahun 2021

Dari keseluruhan luas Kecamatan Makian Barat 35.54 Km², yang terdiri dari 7
desa dengan jumlah penduduk 3.621 jiwa,

8
Profil Kesehatan Puskesmas Mateketen Tahun 2021
Grafik. 2
Piramida Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kecamatan Makian Barat
Tahun 2021

75+
70 - 74
65 - 69
60 - 64
55 - 59
50 - 54
45 - 49
40 - 44 Laki - Laki
35 - 39
Perempuan
30 - 34
25 - 29
20 - 24
15 - 19
10 - 14
5-9
0-4
-300 -200 -100 0 100 200

Sumber : Data Pis-PK Puskesmas Mateketen Tahun 2021


Dari data Kecamatan Makian Barat menurut kelompok umur, menunjukan
bahwa penduduk yang berusia antara 0-4 tahun sebanyak 4%, usia produktif 15-64
tahun sebanyak 75%, dan usia tua ≥ 65 tahun sebanyak 5%.

C. Pendidikan
Dalam usaha peningkatan sumber daya manusia, pendidikan merupakan hal
yang sangat penting dan perlu mendapatkan perhatian, karena dengan pendidikan

9
Profil Kesehatan Puskesmas Mateketen Tahun 2021
yang tinggi diharapkan kualitas Sumber Daya Manusia semakin baik. Terdapat 7
Sekolah Dasar, 4 Sekolah Menengah Pertama, dan 3 Sekolah Mengengah Atas.
Dengan kualitas sistem pendidikan yang baik maka Sumber Daya Manusia
akan meningkat sehingga partisipasi mereka dalam proses pembangunan di berbagai
sektor dapat diimplementasikan secara lebih optimal. Saat ini pembangunan dan
perbaikan sekolah sedang berjalan, diharapkan secepatnya proses pembelajaran
akan dilakukan seperti biasanya. Di Bidang kesehatan dengan tingkat pendidikan
yang tinggi maka diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang
kesehatan, khususnya meningkatnya kesadaran akan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat.

D. Keadaan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi dilihat dari pertumbuhan nilai Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB). Produk Domestik Regional Bruto di Makian Barat merupakan produksi
yang dihasilkan oleh masyarakat dalam kurun waktu satu tahun.
Produk Domestik Regional Bruto sebagai salah satu indikator ekonomi memuat
berbagai instrumen ekonomi yang di dalamnya terlihat dengan jelas keadaan
ekonomi makro suatu daerah dengan pertumbuhan ekonominya, pendapatan per
kapita dan berbagai instrument lainnya.
Berdasarkan Badan Pusat Statistik Kabupaten Halmahera Selatan, jumlah
PDRB tahun 2016 atas harga konstan sebesar 3.244,5 milyar rupiah dan jumlah
PDRB tahun 2016 atas harga berlaku sebesar 4.363,9 milyar, yang kontribusinya
berupa lapangan usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan; Pertambangan dan
Penggalian; Industri Pengolahan; Pengadaan Listrik dan Gas; Pengadaan Air,
Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang; Konstruksi; Perdagangan Besar dan
Eceran, Reparasi Mobil danSepeda Motor; Transportasi dan Pergudangan;
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum; Informasi dan Komunikasi; Jasa
Keuangan dan Asuransi; Real Estat; Jasa Perusahaan; Administrasi Pemerintahan,

10
Profil Kesehatan Puskesmas Mateketen Tahun 2021
Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib; Jasa Pendidikan; Jasa Kesehatan dan
Kegiatan Sosial; dan Jasa lainnya.

Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) diperoleh dari


perhitungan PDRB atas dasar harga konstan. Diperoleh dengan cara mengurangi
nilai PDRB pada tahun ke-n terhadap nilai pada tahun ke n-1 (tahun sebelumnya),
dibagi dengan nilai pada tahun ke-n-1, dikalikan 100 persen. Pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Halmahera Selatan Pada Tahun 2016 adalah 5,52.

E. Keadaan Lingkungan
Kesehatan Lingkungan (Kesling) adalah suatu keseimbangan ekologi yang
harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari
manusia (Word Health Organization).
Upaya penyehatan lingkungan dilaksanakan dengan lebih diarahkan pada
peningkatan kualitas lingkungan, yaitu melalui kegiatan yang bersifat promotif dan
preventif. Adapun pelaksanaannya bersama–sama dengan masyarakat, diharapkan
secara epidemiologi akan mampu memberikan kontribusi yang bermakna terhadap
kesehatan masyarakat.
Namun demikian pada umumnya yang menjadikan permasalahan utama
adalah masih rendahnya jangkauan program. Sedangkan permasalahan utama yang
dihadapi masyarakat adalah akses terhadap kualitas lingkungan yang masih sangat
rendah. Untuk menggambarkan keadaan lingkungan akan disajikan indikator-
indikator yang merupakan hasil upaya dari sektor kesehatan dan sektor - sektor lain
diluar kesehatan yang terkait. Beberapa indikator tersebut antara lain adalah
persentase penduduk dengan akses berkelanjutan terhadap air minum berkualitas
(layak), keluarga yang memiliki persediaan air minum yang memenuhi syarat,
persentase penduduk dengan akses sanitasi layak (jamban sehat), Tempat-Tempat
Umum (TTU) sehat serta Tempat-Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang sehat.

11
Profil Kesehatan Puskesmas Mateketen Tahun 2021
Untuk capaian program Kesehatan Lingkungan pada tahun 2021 mengalami
peningkatan persentase di beberapa indikator program. Hal ini didukung dengan
sumber daya manusia yang ada di Puskesmas baik berupa tenaga PNS (Pegawai
Negeri Sipil) dan PTT (Pegawai Tidak Tetap).

1. Akses Penduduk Terhadap Air Minum Berkualitas (Layak)


Air bersih adalah salah satu jenis sumber daya berbasis air yang bermutu
baik dan bisa dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau dalam
melakukan aktivitas mereka sehari-hari termasuk diantaranya adalah sanitasi.
Dari data yang diperoleh, jumlah penduduk yang memiliki akses terhadap air
minum berkualitas (layak) di Kecamatan Makian Barat tahun 2021.

Grafik. 3
Persentase Penduduk Dengan Akses Berkelanjutan
Terhadap Air Minum Berkualitas (Layak)
di Kecamatan Makian Barat
Tahun 2021

5.91

18.70 9.36 2.04 Sumur gali terlindungi


Sumur gali dengan pompa
Depot Air Minum
Perpipaan

63.99 Penampungan Air Hujan

Sumber : Data Pis-PK Puskesmas MateketenTahun 2021


Di Kecamatan Makian Barat pada tahun 2021 semua penduduk sudah
memiliki akses berkelanjutan terhadap air minum berkualitas (layak) yaitu
sebanyak 3,621 jiwa. Masyarakat yang masih menggunakan sumber air dari

12
Profil Kesehatan Puskesmas Mateketen Tahun 2021
penampungan Air Hujan terbanyak di desa Malapat, hal ini di karenakan di desa
malapat belum terdapat Fasilitas sumber air yang menggunakan perpipaan
sehingga masyarakat masih menggunakan penampungan air hujan dan pompa
air masing-masing yang sumbernya dari sumur gali.

2. Sanitasi Dasar
Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih
dengan maksud mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan
bahan buangan berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan
meningkatkan kesehatan manusia. Bahaya ini mungkin bisa terjadi secara fisik,
mikrobiologi dan agen-agen kimia atau biologis dari penyakit terkait. Bahan
buangan yang dapat menjadi masalah kesehatan terdiri dari tinja manusia atau
binatang, sisa bahan buangan padat, air bahan buangan domestik (cucian, air
seni, bahan buangan mandi atau cucian), bahan buangan industri dan bahan
buangan pertanian.Sarana sanitasi rumah tangga meliputi sarana buang air
besar, sarana pengelolaan sampah dan pengelolaan limbah rumah tangga.

Grafik. 4
Persentase (%) Penduduk Dengan Akses Terhadap Fasilitas Sanitasi Yang Layak
(Jamban Sehat) di Kecamatan Makian Barat Tahun 2021

120 100 100 100 100 96 92 98


100
80 61
60
40
20
0

Sumber : Data Lampiran Tabel No 74 Puskesmas Mateketen Tahun 2021

13
Profil Kesehatan Puskesmas Mateketen Tahun 2021
A. Masalah
a) Masih ada masyarakat yang belum akses jamban
b) Masih ada masyarakat yang belum mempunyai jamban

B. Upaya yang telah di laksanakan


a) Melakukan advokasi kepada lintas sector terkait
b) Mendorong di bantuknya PERDES tentang larangan buang air besar
sembarang tempat
c) Melakukan pemicuan di 3 desa (malapat, talapaon dan sebelei)

C. Rencana tindak lanjut


a) Mendorong di bantuknya PERDES tentang larangan buang air besar
sembarang tempat
b) Melakukan advokasi kepada lintas sector
c) Mendorong penggunaan Dana Desa untuk pembuatan jamban
d) Membantu pemerintah desa untuk membuat proposal Jamban ke
Dinas Perkim

3. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)


Sanitasi total berbasis masyarakat yang selanjutnya disebut sebagai STBM
adalah pendekatan untuk merubah perilaku hyginis dan sanitasi melalui
pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan.
STBM dilakukan dengan pendekatan berbasis pada masyarakat melalui
keterlibatan seluruh masyarakat (perempuan dan laki-laki, kaya dan miskin) dan
pendekatan yang tanggap terhadap keutuhan masyarakat. Pendekatan tersebut
dilakukan melalui proses pemberdayaan masyarakat untuk menumbuhkan
prakarsa, inisiatif dan partisipasi aktif masyarakat dalam memutuskan,
merencanakan, menyiapkan, melaksanakan, mengoprasikan dan memelihara
sarana yang telah dibangun secara berkesinambungan serta kegiatan

14
Profil Kesehatan Puskesmas Mateketen Tahun 2021
peningkatan perilaku hygienis dimasyarakat dengan tujuan untuk mencapai desa
ODF.
Grafik. 5
JumlahDesa Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
di Kecamatan Makian BaratTahun 2021
8 7

6
4
4

2
0
0
Jumlah Desa Jumlah Desa ODF Jumlah Desa STBM

Sumber : Data Lampiran Tabel No 75 Puskesmas Mateketen Tahun 2021

A. Masalah
a) Belum tercapainya 5 pilar STBM di semua desa
b) Kurangnya peran serta lintas sector dalam mendukung pelaksanaan
desa STBM

B. Upaya yang telah di laksanakan


a) Melakukan advokasi kepada lintas sector terkait
b) Melakukan Sosialisasi tentang desa STBM

C. Rencana tindak lanjut


a) Mendorong penggunaan Dana Desa dalam mendukung
terpenuhinya 5 pilar STBM
b) melakukan advokasi kepada Camat tentang pentingnya desa STBM

15
Profil Kesehatan Puskesmas Mateketen Tahun 2021
4. Pengawasan Tempat - Tempat Umum (TTU) dan Tempat Pengelolaan
Makanan (TPM)
Sanitasi tempat-tempat umum adalah suatu usaha untuk mengawasi dan
mencegah kerugian akibat dari tidak terawatnya tempat-tempat umum tersebut
yang mengakibatkan timbul dan menularnya berbagai jenis penyakit.
Sasaran pengawasan tempat-tempat umum meliputi: manusia sebagai
pelaksana kegiatan (kebersihan secara umum maupun personal hygiene), alat-
alat kebersihan dan tempat kegiatan. Sanitasi di Tempat-Tempat Umum (TTU)
sangat diperlukan karena:
1. Adanya kumpulan manusia yang berhubungan langsung dengan lingkungan;
2. Kurangnya pengertian dari masyarakat mengenai masalah kesehatan;
3. Kurangnya fasilitas sanitasi yang baik;
4. Adanya kemungkinan besar terjadinya penularan penyakit;
5. Adanya kemungkinan terjadinya kecelakaan.
Jumlah keseluruhan Tempat Tempat Umum (TTU) yang ada di
Kecamatan Makian Barat pada tahun 2021 berjumlah 23 TTU yang secara
keseluruhan memenuhi syarat kesehatan yang terdiri atas sekolah, kantor dan
masjid.
Grafik. 6
Persentase TTU Yang Memenuhi Syarat Kesehatan
di Kecamatan Makian Barat Tahun 2021

120 100 100 100 100 100 100 100 100


100
80
60
40 23 Jumlah TTU
20 5 2 4 2 3 3 4
Yang Memenuhi Syarat
0

Sumber : Data Lampiran Tabel No 76 Puskesmas Mateketen Tahun 2021

16
Profil Kesehatan Puskesmas Mateketen Tahun 2021
A. Masalah
Masih ada masyarakat (petugas) yang belum memahami pentingnya
menjaga kebersihan di tempat – tempat umum
B. Upaya yang telah di laksanakan
Memberikan sosialisasi kepada masyarakat (petugas) untuk selalu menjaga
kebersihan di tempat – tempat umum
C. Rencana Tindak Lanjut
Melakukan pemantauan berkala di tempat – tempat umum

F. KEADAAN PERILAKU MASYARAKAT


1. Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Rumah Tangga adalah upaya
untuk memberdayakan anggota rumah tangga, agar tahu, mau dan mampu
melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam
gerakan kesehatan masyarakat. Indikator PHBS adalah suatu alat ukur untuk
menilai keadaan atau permasalahan kesehatan di rumah tangga. Mengacu pada
Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan ada 10 indikator PHBS
yang terdiri dari 6 Indikator Perilaku dan 4 Indikator Lingkungan yaitu sebagai
berikut yakni :
1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan;
2. Memberi bayi ASI Ekslusif;
3. Menimbang Balita setiap bulan;
4. Menggunakan air bersih;
5. Mencuci tangan pakai sabun;
6. Gunakan Jamban Sehat;
7. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu;
8. Makan buah dan sayur setiap hari;
9. Melakukan aktifitas fisik setiap hari;
10. Tidak merokok di dalam rumah.
17
Profil Kesehatan Puskesmas Mateketen Tahun 2021
Pada Tahun 2021 Kecamatan Makian Barat pada tahun 2021 untuk
pencapaian rumah tangga ber PHBS sebanyak 52 (37%) dari jumlah RT yang
dipantau yaitu 140 (100%). Angka ini masih sangat rendah. Namun angka ini
tidak menyurutkan petugas untuk tetap melakukan sosialisasi dan pembinaan.
Hal yang paling susah di capai dalam PHBS Rumah Tangga adalah perilakau
merokok dan cuci tangan pakai sabun dengan air yang mengalir.
Melihat kondisi rumah tangga yang ber-PHBS masih sangat minim,
namun ada peningkatan atapun perubahan di tahun 2021, tetapi masih banyak
permasalahan permasalahan dari berbagai pihak seperti:
1. Dukungan Sumber Daya dan Kebijakan PHBS di rumah tangga belum terlalu
optimal;
2. Kurangnya peran Lintas Sektor Dalam mendukung Penerapan PHBS RT
3. Budaya ( seperti saat ada hajatan di rumah tangga, maka semua peserta
morokok dalam rumah )
Diharapkan bahwa setiap Anggota RT bisa menerapkan PHBS di rumah
tangganya masing masing dan dapat menjadi teladan dalam berprilaku sehat,
serta menjadi model pengembangan PHBS di RT, dan diharapkan bisa
terciptanya RT sehat, desa sehat, kecamatan sehat dan kabupaten sehat.

2. Persentase Posyandu Purnama dan Mandiri


Upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) adalah program
pemberdayaan masyarakat yang bertujuan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat khususnya balita, batita, ibu hamil, ibu menyusui, lansia, PUS/WUS,
dan remaja. Usaha Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat berupa posyandu,
polindes, poskesdes, Posmaldes (pos malaria desa), UKS (Usaha Kesehatan
Sekolah) dan Poskestren (Pos Kesehatan Pesantren).
Posyandu merupakan salah satu upaya pelayanan kesehatan yang
dilaksanakan oleh, dari dan bersama masyarakat untuk memberdayakan dan
18
Profil Kesehatan Puskesmas Mateketen Tahun 2021
memberikan kemudahan kepada masyarakat guna memperoleh pelayanan
kesehatan bagi ibu dan anak balita. Jadi posyandu adalah upaya kesehatan
bersumber daya masyarakat. Kegiatan utama yang dilakukan sekurang-
kurangnya mencakup 5 (lima) kegiatan yaitu: (1). Kesehatan ibu dan anak; (2).
Keluarga Berencana;(3). Imunisasi;(4). Gizi;(5). Pencegahan
danpenanggulangan diare.Sedangkan kegiatan pengembangan khususnya
untuk program kesehatan meliputi Bina Keluarga Balita (BKB), Penemuan Dini
dan Pengamatan Penyakit Potensial Kejadian Luar Biasa (KLB), dll.
Menurut strata, posyandu dibagi atas 4 (empat) tingkatan yakni:

Grafik. 7
Jumlah Posyandu Menurut Strata Posyandu di Kecamatan Makian Barat
Tahun 2021
120
100 100
100
80
60
40
20
0 0 0
0
Presentase Madya Pratama Purnama Mandiri

Sumber : Data Lampiran Tabel No 10 Puskesmas Mateketen Tahun 2021


19
Profil Kesehatan Puskesmas Mateketen Tahun 2021
A. Masalah
a) Semua posyandu belum memenuhi kriteria Posyandu purnama dan
mandiri
b) Belum terbentuknya Dana Sehat di masing – masing Posyandu
c) Belum ada kegiatan tambahan di setiap Posyandu

B. Upaya yang telah dilakukan


a) Melakukan sosialisasi dan pendampingan di setiap posyandu
b) Mengajak peserta posyandu untuk membentuk Dana Sehat

C. Rencana Tindak Lanjut


a) Melakukan advokasi kepada kader posyandu dan peserta posyandu
untuk membentuk dana sehat
b) Melakukan sosialisasi tentang manfaat dana sehat
c) Berdiskusi bersama kader posyandu tentang program tambahan yang
dapat di lakukan dengan mempertimbangkan kearifan local dan
sumber daya yang ada di masing – masing posyandu

20
Profil Kesehatan Puskesmas Mateketen Tahun 2021
BAB III. SITUASI DERAJAT KESEHATAN
Menurut Undang-undang kesehatan nomor 36 tahun 2009, Kesehatan adalah
keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan
setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Kematian manusia berhungan erat dengan permasalahan kesehatan sebagai
akibat dari gangguan penyakit atau akibat dari proses interaksi berbagai faktor yang
secara sendiri-sendiri atau bersama-sama mengakibatkan kematian dalam masyarakat.
Sebagaimana lazimnya untuk menggambarkan derajat kesehatan digunakan indikator
kualitas utama seperti angka kematian, kesakitan, status gizi dan lain-lain. dalam
menyusun rencana untuk masa yang akan datang mutlak pula diperlukan analisa situasi
derajat kesehatan tersebut.

A. Angka Kematian (Mortalitas)


1. Angka Kematian Neonatal (AKN) dan Angka Kematian Bayi (AKB)
Angka kematian bayi menggambarkan keadaan sosial ekonomi
masyarakat dimana angka kematian itu dihitung. Kematian bayi adalah kematian
yang terjadi saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat 1 (satu)
tahun. Angka Kematian Bayi (Infant Mortality Rate) 35 per 1.000 kelahiran hidup.
Penyebab kematian bisa diakibatkan karena asfiksia, trauma kehamilan,
infeksi,prematuritas, kelainan bawaan, dan atau sebab-sebab lainnya.Penurunan
angka kematian perinatal yang lambat disebabkan oleh kemiskinan, status
kesehatan perempuan yang rendah, gizi buruk, deteksi dan pengobatan yang
kurang cukup, kehamilan dini, akses dan kualitas asuhan antenatal, persalinan
dan nifas yang buruk.
Penyebab utama kematian perinatal yakni Penyebab langsung dan tidak
langsung. Penyebab langsung yaitu : 1. Persalinan prematur adalah persalinan
dengan berat bayi kurang dari 2500 gram dengan organ-organ vital belum
sempurna sehingga mudah terjadi gangguan pernapasan, gangguan pencernaan

21
Profil Kesehatan Puskesmas Mateketen Tahun 2021
makanan, mudah terjadi infeksi dengan AKP tinggi; 2. Persalinan terlantar/dukun
yaitu : persalinan yang disertai komplikasi ibu dan janin dalam bentuk repture
uteri imminen, infeksi intrauterine, asfiksia sampai kematian janin intrauterine,
kelelahan ibu menghadapi persalinan. 3. Kelainan kongenital yaitu merupakan
manifestasi penyimpangan pertumbuhan dan pembentukan organ tubuh.
Penyebab kelainan kongenital tidak diketahui dengan pasti, tetapi diduga karena
kelainan kromosom, pengaruh hormonal, lingkungan endometrium yang kurang
subur, kelainan metabolism, pengaruh obat teratogenik dan inveksi virus.
Penyebab langsung yaitu: anemia gizi dan gizi rendah, factor infeksi, kerja saat
hamil tua dan grandemultipara/jarak hamil pendek (Manuaba, 1998).
Menurut WHO di seluruh dunia terdapat kematian bayi khususnya
neonatus sebesar 10.000.000 jiwa per tahun. Kematian bayi tersebut terjadi
terutama di Negara berkembang sebesar 99%. Kendatipun jumlahnya sangat
besar, tetapi tidak menarik perhatian karena kejadiannya tersebar (sporadis). Di
Indonesia kematian bayi sekitar 56/10.000 persalinan hidup.
Pada tahun 2021 terdapat 1 kematian Bayi (AKB) (neonaus). Penyebab
kematiannya adalah BBLR. Petugas sudah melakukan penanganan dan
pemantauan, dan sudah mengadvokasi keluarga pasien untuk dapat merujuk
pasien tersebut ke RSUD ternate, namun berbagai pertimbangan keluarga
sehingga pasien tidak jadi di rujuk dan pasien meninggal. Tentu ini menjadi
pelajaran dan pengalaman ke depan untuk lebih siaga agar tidak terjadi kematian
baik kematian neonates, bayi dan balita di Kecamatan Makian Barat. Hal ini perlu
peran serta lintas sector terkait agar apa yang di rencanakan dapat berjalan
sesuai rencana.

2. Angka Kematian Balita (AKABA)


Angka Kematian Anak (AKA) adalah jumlah kematian anak berusia 1-4
tahun selama satu tahun tertentu per 1000 anak umur yang sama pada
pertengahan tahun itu. Angka Kematian Anak mencerminkan kondisi kesehatan
22
Profil Kesehatan Puskesmas Mateketen Tahun 2021
lingkungan yang langsung mempengaruhi tingkat kesehatan anak. Dengan
melihat Angka Kematian Anak yang tinggi maka diindikasikan terjadi kesalahan
salah gizi atau gizi buruk, kebersihan diri dan kebersihan yang buruk, tingginya
prevalensi penyakit menular pada anak, atau kecelakaan yang terjadi di dalam
atau di sekitar rumah (Budi Utomo, 1985).
Angka Kematian Balita (AKABA) adalah jumlah kematian anak berusia 0-
59 bulan selama satu tahun tertentu per 1000 anak umur yang sama pada
pertengahan tahun itu (termasuk kematian bayi).
Di Kecamatan Makian Barat pada tahun 2021 tidak terdapat Kematian
Balita (AKABA).

3. Angka Kematian Ibu Maternal ( AKI )


Kematian maternal adalah kematian dari setiap wanita sewaktu dalam
kehamilan, persalinan dan dalam 42 hari setelah terminasi kehamilan tanpa
mempertimbangkan lamanya serta dimana kehamilan tersebut berlangsung
(FIGO, 1973).
Salah satu indikator utama derajat kesehatan suatu negara adalah Angka
Kematian Ibu (AKI). Angka Kematian Ibu (AKI) adalah jumlah wanita yang
meninggal mulai dari saat hamil hingga 6 minggu setelah persalinan per 100.000
persalinan.
Angka Kematian Ibu menunjukan kemampuan dan kualitas pelayanan
kesehatan, kapasitas pelayanan kesehatan, kualitas pendidikan dan
pengetahuan masyarakat, kualitas kesehatan lingkungan, sosial budaya serta
hambatan dalam memperoleh akses terhadap pelayanan kesehatan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya angka kematian meternal di
Indonesia antara lain adalah : 1. Faktor Umum yakni ; masih banyaknya terjadi
perkawinan, kehamilan dan persalinan di luar kurun waktu reproduksi yang sehat,
terutama pada usia muda. Resiko kematian pada kelompok umur dibawah 20
tahun dan pada kelompok umur diatas 35 tahun adalah 3x lebih tinggi dari
23
Profil Kesehatan Puskesmas Mateketen Tahun 2021
kelompok umur reproduksi sehat (20-34 tahun).2.Faktor Paritas Grandemultipara
yakni; ibu dengan jumlah kehamilan dan persalinan lebih dari 6 kali masih banyak
terdapat. Resiko kematian maternal dari golongan ini adalah 8 kali lebih tinggi
dari lainnya. 3. Faktor Perawatan Antenatal yakni ; masih rendahnya kesadaran
ibu-ibu hamil untuk memeriksa kandungannya pada sarana kesehatan, sehingga
faktor-faktor yang sesungguhnya dapat dicegah atau komplikasi kehamilan yang
dapat diperbaiki serta diobati tidak segera dapat ditangani, seringkali mereka
datang setelah keadaanya buruk. 4. Faktor penolong yakni ; sekitar 70-80%
persalinan masih ditolong oleh dukun beranak, baru setelah persalinan terlantar
dan tidak dapat maju dengan disertai dengan gejala komplikasi yang berat
(infeksi, ruptura uteri) kemudian dikirim ke fasilitas kebidanan yang memadai.
Bila sudah demikian, apapun yang kita usahakan kadang kala tidak dapat
menolong ibu maupun anaknya. 5. Faktor sarana dan fasilitas yakni; sarana dan
fasilitas rumah sakit, penyediaan darah dan obat-obatan yang murah dan
terjangkau masyarakat, disediakannya fasilitas anastesi, transportasi, dsb. 6.
Faktor Lainnya yakni ; faktor sosial ekonomi , kepercayaan dan budaya
masyarakat, pendidikan dan ketidaktahuan, dsb. 7. Faktor Sistem Rujukan yaitu ;
rujukan kasus kebidanan yang belum sempurna.

Berdasarkan penelitian WHO di seluruh dunia terdapat kematian ibu


sebesar 500.000 jiwa per tahun. Kematian maternal tersebut terjadi terutama di
negara berkembang sebesar 99%. Who memperkirakan jika rata-rata ibu hanya
melahirkan 3 bayi, maka kematian ibu dapat diturunkan menjadi 300.000 jiwa
pertahun.
Sebaran kematian ibu di Indonesia bervariasi antara 130 sampai 780
dalam 100.000 persalinan hidup.Kendatipun telah dilakukan usaha yang intensif
dan dibarengi dengan makin menurunnya angka kematian ibu dan bayi di setiap
rumah sakit, namun kematian ibu dan bayi di Indonesia masih berkisar
390/100.000 persalinan hidup.
24
Profil Kesehatan Puskesmas Mateketen Tahun 2021
Di Kecamatan Makian Barat selama tahun 2021 tidak terdapat Kematian
Ibu, hal ini di karenakan telah di lakukan skreening awal bagi ibu hamil yang
memiliki resiko tinggi mehirkan. Dan juga karena dukungan dari pemerintah lewat
Dana Jeminan Persalinan sehingga membantu pembiayaan ibu hamil pada saat
di rujuk ke RSUD Ternate.

B. Angka Kesakitan (Morbiditas)


Angka Kesakitan (Morbiditas) adalah keadaan sakit atau terjadinya
penyakit atau kondisi yang mengubah kesehatan dan kualitas hidup. Indikator
yang digunakan dalam menilai derajat kesehatan masyarakat diantaranya adalah
penyakit menular maupun tidak menular dan 10 (sepuluh) pola penyakit terbesar.
1. Penyakit Menular
a.TBC Paru
Tuberculosis (TB) adalah penyakit akibat kuman mycrobacterium
tuberculosis sistemis sehingga dapat mengenai semua organ tubuh dengan
lokasi terbanyak di paru-paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi
primer.Tuberculosis paru merupakan penyakit infeksi saluran napas bagian
bawah yang menyerang jaringan paru atau parenkim paru oleh basil
mycobacterium tuberculosis.TB hampir mengenai seluruh organ tubuh (selaput
meningen, ginjal, tulang, dan nodus limfe, dll).
Tuberculosis paru ditularkan dari orang ke orang oleh transmisi melalui
udara.Individu terinfeksi melalui berbicara, batuk, bersin, tertawa atau
bernyanyi, melepaskan droplet besar (lebih besar dari 100u) dan kecil (1
sampai 5 u). Droplet yang besar menetap, sementara droplet yang kecil
tertahan di udara dan tertiup oleh individu yang rentan.
Individu yang beresiko tinggi untuk tertular tuberculosis adalah: (1).
Mereka yang kontak dekat dengan seseorang yang mempunyai TB aktif; (2).
Individu imunosupresif (termasuk lansia, pasien dengan kanker mereka yang
dalam terapi kortikosteroid atau mereka yang terinfeksi dengan HIV); (3).
25
Profil Kesehatan Puskesmas Mateketen Tahun 2021
Pengguna obat-obatan dan alkoholik; (4). Setiap individu tanpa perawatan
kesehatan yang adekuat (tunawisma, tahanan, etnik dan ras minoritas terutama
anak-anak dibawahusia 15 tahun atau dewasa muda antara yang berusia 15-44
tahun);(5). Setiap individu dengan gangguan medis yang sudah ada
sebelumnya; (6). Imigran dari Negara dengan insiden TB yang tinggi (Asia
tenggara, Afrika, Amerika latin, Karibia); (7). Setiap individu yang tinggal di
institusi (misalnya fasilitas perawatan jangka panjang, institusi psikiatrik,
penjara); (8). Individu yang tinggal di daerah perumahan substandard kumuh;
(9). Petugas Kesehatan.

Grafik. 8
Distribusi Penemuan Kasus TBC di Kecamatan Makian Barat
Tahun 2021

4 3
3
3
2
2 1 1 1
1
1 0 0 0 0
0

Sumber data : Data Lampiran Tabel No 51 Puskesmas Mateketen Tahun 2021


A. Masalah
1. Kurangnya pengetahun masyarakat tentang bahaya penyakit
Tebur kulosis
2. Masyarakat masih menganggap batuk bercampur darah di
akibatkan keracunan / di guna – guna
3. Kurangnya pemahaman masyarakat tentang etika batuk
4. Masyarakat lebih memilih berobat tradisional terlebih dahulu Ketika
mempunyai tanda gejala TBC dari pada ke medis

26
Profil Kesehatan Puskesmas Mateketen Tahun 2021
B. Upaya yang telah di lakukan
1. Melakukan penyuluhan kepada masyarakat tentang
penyakit TBC
2. Melakukan pelacakan dan screening terhadap
masyarakat yang mempunyai gejala TB

C. Rencana tindak lanjut


1. Melakukan advokasi dan sosialisasi kepada masyarakat dan lintas
sektroral terkait pencegahan TB
2. Melakukan sosialisasi tentang Rumah Sehat
3. Melakukan pelacakan terhadap orang yang mempunyai gejala TB

Grafik. 9
Angka Kesembuhan (Cure Rate) Tuberkulosis Paru Terkonfirmasi
Bakteriologis di Kecamatan Makian Barat Tahun 2021

1
0.8
0.6
0.4
0.2
0 0 0 0 0 0 0 0
0

Sumber data : Data Lampiran Tabel No 52 Puskesmas Mateketen Tahun 2021


A. Masalah
Masa pengobatan pasien TB belum sampai 6 bulan pada akhir bulan

B. Upaya yang telah di lakukan


1. Melakukan pemantauan minum obat (POM) kepada pasien TB
2. Menghubungi pasien atau keluarga pasien jika waktu pengambilan obat
lanjutan sudah dekat
27
Profil Kesehatan Puskesmas Mateketen Tahun 2021
3. Memberikan edukasi tentang makanan bergizi

C. Rencana tindak lanjut


1. Meningkatkan pengawasan terhadap proses pengobatan pasien agar
tidak terdaji drop out
2. Melakukan advokasi kepada keluarga pasien tentang penularan TB,
sehingga tidak terjadi kontak TB dalam keluarga

Grafik. 10
Persentase Angka Keberhasilan Pengobatan (Success Rate/SR)
Sema Kasus Tuberkulosis di Kecamatan Makian Barat
Tahun 2021
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0 0 0 0 0 0 0 0
0

Sumber data : Data Lampiran Tabel No 52 Puskesmas Mateketen Tahun 2021


D. Masalah
Masa pengobatan pasien TB belum sampai 6 bulan pada akhir bulan

E. Upaya yang telah di lakukan


4. Melakukan pemantauan minum obat (POM) kepada pasien TB
5. Menghubungi pasien atau keluarga pasien jika waktu pengambilan obat
lanjutan sudah dekat
6. Memberikan edukasi tentang makanan bergizi

28
Profil Kesehatan Puskesmas Mateketen Tahun 2021
F. Rencana tindak lanjut
3. Meningkatkan pengawasan terhadap proses pengobatan pasien agar
tidak terdaji drop out
4. Melakukan advokasi kepada keluarga pasien tentang penularan TB,
sehingga tidak terjadi kontak TB dalam keluarga

Grafik. 11
Persentase Penderita TBC Mendapat Pelayanan Sesuai Standar
di kecamatan Makian Barat Tahun 2021

120
100 100 100 100
100
80
60 Jumlah Penderita TB
40
20 Yang Mendapat Pel
1 1 1 00 00 00 00 3 standar
0

Sumber data : Data Lampiran Tabel No 52 Puskesmas Mateketen Tahun 2021


A. Masalah
Pemeriksaan terhadap terduga TB sudah lilakukan sesuai dengan
standar
B. Upaya yang telah di lakukan
1. Menyadiakan dan melengkapi sarana pemeriksaan
2. Membuat permintaan ke Instalasi Farmasi Kabupaten ( IFK ) jika
stok reagen sudah berkurang / habis
C. Rencana tindak lanjut
A. Menjaga stok reagen TB tetap ada
B. Menyediakan stok OAT di puskesmas

29
Profil Kesehatan Puskesmas Mateketen Tahun 2021
b. ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut)
Infeksi Saluran Pernafasan Akut adalah penyakit infeksi akut yang
melibatkan organ saluran pernapasan, hidung, sinus, faring, atau laring. Yang
menjadi fokus pada program kesehatan adalah pneumonia. Pneumonia adalah
penyakit yang disebabkan oleh kuman pneumococcus, staphylococcus,
streptococcus, virus.Gejala penyakit pneumonia ini adalah menggigil, demam,
sakit kepala, batuk, mengeluarkan riak, dan sesak napas.Anak-anak yang
terserang penyakit ini sering disertai dengan muntah.

Berdasarkan penemuan dan penanganan pneumonia pada balita di


Kecamatan Makian Barat selama tahun 2021 adalah tidak terdapat kasus
Pneumonia.

c. HIV AIDS dan IMS (Infeksi Menular Seksual)


Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan
gejala dan infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya system kekebalan
tubuh manusia akibat infeksi virus HIV(Human Immunodeficiency Virus).HIV
yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang
terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun
mudah terkena tumor.Meskipun penanganan yang telah ada dapat
memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-
benar bisa disembuhkan. HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan
melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau
aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, cairan
sperma, cairan vagina, dan ASI (Air Susu Ibu).Penularan dapat terjadi melalui
hubungan intim (vaginal, anal ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang
terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui,
serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.
30
Profil Kesehatan Puskesmas Mateketen Tahun 2021
Proporsi AIDS menurut jenis kelamin yaitu yang berjenis kelamin laki-
laki sebanyak 100%, sedangkan proporsi kematian akibat AIDS adalah 100%.

Sedangkan proporsi untuk kelompok umur untuk kasus HIV adalah


pada kelompok umur 25-49 tahun, sedangkan untuk kasus AIDS adalah pada
kelompok umur 20-24 tahun dan untuk kasus syphilis proporsi yang paling
tinggi adalah pada kelompok umur 20-24 tahun, kemudian disusul dengan pada
kelompok umur 25-49 tahun.

Grafik. 12
Persentase Penderita HIV Mendapat Pelayanan Sesuai Standar
di kecamatan Makian Barat Tahun 2021

4 3 3
3
2
1 0 0 0 0 0 0
0

Sumber data : Data Lampiran Tabel No 55 Puskesmas Mateketen Tahun 2021


A. Masalah
1. Pasien merupakan satu keluarga terdiri dari ibu, anak pertama dan
kedua. Sedangkan orang tua laki – laki sudah meninggal
2. Pasien baru terdeteksi saat anak pertamanya sakit
B. Uapaya yang telah di lakukan
1. Melakukan screening kontak terhadap sejumlah keluarga
2. Merujuk pasien ke klinik jasmin RSUD Chasan Boesoiri

31
Profil Kesehatan Puskesmas Mateketen Tahun 2021
C. Rencana tindak lanjut
1. Melakukan pemantauan terhadap proses pengobatan pasien
2. Melakukan advokasi kepada keluarga tentang penyakit HIV-AIDS

d. Kusta
Kusta atau Lepra (leprosy) atau disebut juga dengan Morbus Hansen
adalah sebuah penyakit infeksi menular kronis yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium Leprae. Bila tidak ditangani dengan baik maka kusta dapat
menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, syaraf, anggota gerak, dan
mata. Kusta dikategorikan menjadi dua jenis yaitu: Pausi Basiler (PB) atau
kusta basah dan Multi Basiler (MB) atau kusta kering. Salah satu indikator yang
digunakan dalam penanggulangan penyakit kusta adalah angka proporsi tingkat
II dan proporsi anak diantara kasus baru. Di Indonesia dikenal sebagai satu dari
tiga negara yang paling banyak memiliki penderita kusta.
Grafik. 13
Jumlah Kasus Baru Kusta Multi Baciler (MB) / Kusta Basah
di Kecamatan Makian Barat
Tahun 2021
1 1
1
0.8
0.6
0.4
0.2 0 0 0 0 0 0
0

Sumber data : Data Lampiran Tabel No 57 Puskesmas Mateketen Tahun 2021

32
Profil Kesehatan Puskesmas Mateketen Tahun 2021
Grafik. 14
Persentase (%) Penderita Kusta MB Yang Selesai Berobat (Release From Treatment/RFT)
di Kecamatan Makian Barat Tahun 2021
100 100
100
80
60
40
20 0 0 0 0 0 0
0

Sumber data : Data Lampiran Tabel No 60 Puskesmas Mateketen Tahun 2021

A. Masalah
Masyarakat masih menyepelekan penyakit kusta
B. Upaya yang telah di lakukan
1. Melakukan screening kusta di masyarakat dan juga di sekolah melalui
program survei school
C. Rencana tindak lanjut
Melakukan survei kontak dan melibatkan kader posyandu dan lintas sector
dalam melakukan pencegahan terhadap penyakit kusta

e. Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)


Ada beberapa penyakit yang dapat dicegah melalui imunisasi
diantaranya adalah difteri, pertusis, tetanus neonatorum, campak, polio dan
hepatitis-B. Di Kecamatan Makian Barat selama tahun 2021, tidak ditemukan
kasus difteri, tetanus neonatorum dan tetanus non neonatorum.

33
Profil Kesehatan Puskesmas Mateketen Tahun 2021
1. Difteri
Difteri adalah infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri
corynebacterium diphtheriae yang menyebar melalui udara atau benda-
benda yang telah terkontaminasi. Difteri banyak ditemui di negara-negara
berkembang seperti indonesia, dimana angka vaksinasi masih rendah. Cara
penularannya yaitu melalui percikan air liur di udara, misalnya penderita
bersin dan batuk dan dapat juga melalui benda-benda yang telah
terkontaminasi dengan bakteri ini. Gejalanya berupa sakit tenggorokan,
demam dan terbentuknya lapisan di amandel dan tenggorokan. Dalam
kasus yang parah, infeksi bisa menyebar ke organ tubuh lain seperti
jantung dan sistem saraf dan juga bisa mengalami infeksi kulit.
Pada saat sudah terkena penyakit ini bakteri akan menghalangi jalan
pernafasan sehingga akan membuat penderita kesulitan untuk bernafas.
Penyakit difteri ini mudah menular dan dapat menyebabkan kematian.
Bakteri ini mudah menginfeksi orang yang kekebalan tubuhnya lemah dan
sangat berbahaya pada anak-anak yang berusia dibawah 15 tahun.
Tanda-tanda dan gejala umum dari difteri adalah; tenggorokan dilapisi
selaput tebal berwarna abu-abu, radang tenggorokan dan serak,
pembengkakan kelenjar pada leher, masalah pernafasan dan menelan,
cairan pada hidung dan ngiler, demam dan menggigil, batuk yang keras,
perasaan tidak nyaman, perubahan pada penglihatan, bicara yang
ngelantur, adanya tanda-tanda shok seperti kulit yang pucat dan dingin,
berkeringat dan jantung berdebar cepat.
Di Kecamatan Makian Barat kasus difteri dari sejak 3 (Tiga) tahun
terakhir, tidak ditemukan kasus difteri.

2. Pertusis
Pertusis (batuk rejan) atau disebut dengan batuk seratus hari (Inggris
: whooping Cough) adalah penyakit pernapasan yang sangat menular
34
Profil Kesehatan Puskesmas Mateketen Tahun 2021
melalui mulut dan hidung. Biasanya batuk rejan ini ditandai dengan batuk
parah yang disertai suara tarikan napas bernada tinggi. Batuk rejan mudah
menular namun vaksin seperti DtaP dan Tdap dapat membantu
pencegahan pada anak-anak dan dewasa. Batuk rejan lebih sering terjadi
pada bayi dan anak-anak kecil, namun juga dapat terjadi pada pasien
dengan usia berapapun.
Tanda-tanda dan gejala batuk rejan biasanya baru muncul sekitar 10
hari setelah terinfeksi. Pada tahap awal biasanya ringan dan mirip dengan
pilek biasa seperti : hidung beringus, hidung tersumbat, mata merah dan
berair, demam dan batuk. Setelah 1 atau 2 minggu, tanda-tanda dan gejala
memburuk. Batuk yang parah dan berkepanjangan dapat terdengar seperti
mau muntah, dapat menyebabkan wajah berwarna merah atau biru, dapat
menyebabkan kelelahan ekstrem dan suara tinggi melengking saat menarik
napas. Pada bayi kemungkinan tidak batuk sama sekali, mereka mungkin
hanya akan mengalami gangguan pernapasan atau berhenti bernapas
sementara.
Penyebab pertusis (batuk rejan) adalah bakteri (bordetella pertussis)
atau bakteri parapertussis, saat seseorang melakukan kontak dengan orang
yang terinfeksi atau berada dekat penderita yang batuk atau bersin karena
menghirup tetesan yang mengandung kuman yang menyebar ke udara
kemudian masuk ke paru-paru.
Ada beberapa faktor resiko batuk rejan (pertusis) antara lain :
1. Vaksin pertusis pada saat bayi sudah menghilang efeknya;
2. Bayi yaitu 0-11 bulan saat divaksinasi mereka belum imun secara
penuh terhadap batuk rejan, setidaknya mereka harus menerima 3 kali
suntikan yakni (DPT1, DPT2 dan DPT3).
Hal ini berarti bahwa selama 6 bulan bayi berada dalam resiko yang
paling tinggi terhadap infeksi.

35
Profil Kesehatan Puskesmas Mateketen Tahun 2021
Kasus pertusis/batuk rejan/batuk seratus hari (whooping Cough),
menurut WHO di Dunia terjadi sekitar 30 sampai 50 juta kasus per tahun,
dan menyebabkan kematian pada 300.000 kasus. Penyakit ini biasanya
terjadi pada anak berusia dibawah 1 tahun dan 90 persen kasus ini terjadi
di negara berkembang.
Berdasarkan data yang diperoleh selama tahun 2021 tidak ditemukan
kasus Pertussis, begitu pula dengan tahun 2019 di Kecamatan Makian
Barat.

3. Tetanus
Tetanus adalah kejang bersifat spasme (kaku otot) yang dimulai pada
rahang dan leher. Kondisi ini disebabkan oleh racun berbahaya yaitu
bakteri Clostridium tetani, yang masuk menyerang saraf tubuh melalui luka
kotor. Clostridium tetani bisa bertahan hidup di luar tubuh dalam bentuk
spora untuk waktu yang sangat lama, misalnya dalam debu, tanah, serta
kotoran hewan maupun manusia. Tetanus dapat menyebabkan berhenti
bernafas dan meninggal.
Tetanus neonatorum adalah salah satu penyakit yang terjadi pada
bayi baru lahir. Umumnya penyakit ini terjadi pada daerah pedesaan atau
terpencil, karena peralatan persalinan yang tidak steril. Tetanus neonatal
biasanya berasal dari infeksi saat memutus tali pusat bayi baru lahir.
Pencegahan yang umum dilakukan adalah pemberian vaksinasi TT
bagi para ibu hamil, yang berguna sebagai proteksi tubuh dari penyakit
tetanus. Pemberian dosis pertama Vaksinasi TT yaitu pada saat usia
kehamilan trimester ketiga, dosis kedua diberikan setidaknya empat minggu
setelah yang pertama. Menurut World Health Organization (WHO) atau
Organisasi Kesehatan Dunia juga merekomendasikan vaksin ketiga
diberikan enam bulan setelah dosis kedua, untuk memberikan perlindungan
setidaknya selama lima tahun.
36
Profil Kesehatan Puskesmas Mateketen Tahun 2021
Berdasarkan data yang diperoleh selama tahun 2021 tidak ditemukan
kasus Tetanus, begitu pula dengan tahun 2019 juga tidak ditemukan kasus
tetanus di Kecamatan Makian Barat.

4. Campak
Campak adalah salah satu jenis penyakit yang mudah menular.
Penyakit campak disebabkan oleh virus morbili. Campak menular melalui
semburan ludah dan melalui perantara udara.
Di negara berkembang, campak cenderung menyerang anak-anak
berusia dibawah lima tahun. Sedangkan di negara maju, campak
menyerang usia remaja hingga dewasa muda, terutama yang belum pernah
diberikan imunisasi campak. Bagi anak yang bergizi baik dan sehat, tidak
akan menjadi masalah bila terserang campak. Namun bila campak
menyerang anak-anak dengan gizi buruk, dapat berakibat fatal.
Berdasarkan data yang didapatkan selama tahun 2021 tidak
ditemukan kasus campak di kecamatan Makian Barat.
5. Hepatitis B
Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh virus
Hepatitis B (VHB), suatu anggota famili Hepadnavirus yang dapat
menyebabkan peradangan hati akut atau menahun yang pada sebagian
kecil kasus dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati.
Penyebab Hepatitis ternyata tidak semata-mata karena virus,
keracunan obat, dan paparan berbagai macam zat kimia seperti karbon
tetraklorida, chlorpromazine, chloroform, arsen, fosfor, dan zat-zat lain yang
digunakan sebagai obat dalam industri modern, bisa juga menyebabkan
Hepatitis. Zat-zat kimia ini mungkin saja tertelan, terhirup atau diserap
melalui kulit penderita. Salah satu fungsi pekerjaan hati adalah menetralisir
suatu racun yang beredar di dalam darah. Jika banyak sekali zat kimia
beracun yang masuk ke dalam tubuh, hati bisa saja rusak sehingga tidak
37
Profil Kesehatan Puskesmas Mateketen Tahun 2021
dapat lagi menetralkan racun-racun lain. Ada beberapa hal yang dapat
menyebabkan virus Hepatitis B ini menular, yakni; (1). Secara vertikal, yaitu
cara penularan vertikal terjadi dari ibu yang mengidap virus Hepatitis B
kepada bayi yang dilahirkan yaitu pada saat persalinan atau segera setelah
persalinan; (2). Secara horisontal, yaitu dapat terjadi akibat penggunaan
alat suntik yang tercemar, tindik telinga, tusuk jarum, transfusi darah, luka
yang mengeluarkan darah, hubungan seksual dengan penderita, dll.
Berdasarkan data yang diperoleh selama tahun 2021 tidak ditemukan
kasus Hepatitis B di Kec. Makian Barat.

f. Penyakit Yang Berpotensi Wabah/KLB


1. Penyakit Diare
Diare adalah sebuah penyakit dimana tinja atau feces berubah
menjadi lembek atau cair yang biasanya terjadi paling sedikit tiga kali dalam
24 jam. Gejala yang biasanya ditemukan adalah buang air besar terus
menerus disertai dengan rasa mulas yang berkepanjangan, dehidrasi, mual
dan muntah. Tetapi gejala lain yang dapat timbul antara lain pegal pada
punggung dan perut sering berbunyi.
Diare kebanyakan di Negara berkembang, diare adalah penyebab
kematian paling umum adalah balita, dan juga membunuh lebih dari 2,6 juta
orang setiap tahunnya. Penyakit diare dapat menular secara langsung
yaitu: 1). adanya kontak dengan feces yang terinfeksi secara langsung
seperti makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik oleh
serangga atau oleh tangan yang kotor; 2). bermain dengan mainan yang
terkontaminasi (misalnya mainan bayi) karena bayi sering memasukan
tangan, mainan atau sesuatu apapun ke dalam mulut; 3). penggunaan
sumber air yang tercemar dan tidak memasak dengan benar; 4). pencucian
dan pemakaian botol susu yang tidak bersih; 5). tidak mencuci tangan
dengan bersih setelah selesai buang air besar, dll.
38
Profil Kesehatan Puskesmas Mateketen Tahun 2021
Grafik. 15
Kasus Diare di Semua Usia
di Kecamatan Makian Barat Tahun 2021

70 63
60
50
40
30
16 15
20 9 9 7 6
10 1
0

Sumber Data : Data Lampiran Tabel No 56 Puskesmas Mateketen Tahun 2021


A. Masalah
1. Kasus Diare sering di akibatkan oleh personal higyne yang tidak
bagus (tidak mencuci dengan benar Ketika ingin makan)
2. Pembuangan sampah yang masih belum terkelola dengan baik
B. Upaya yang telah di lakukan
1. Melakukan sosialisasi tentang cara cuci tangan yang benar di
sekolah
2. Melakukan advokasi ke pemerintah desa untuk melakukan bakti
kebersihan lingkungan

C. Rencana tindak lanjut


1. Mengadvokasi pemerintah desa untuk melaksanakan program
STBM di desa masing – masing

39
Profil Kesehatan Puskesmas Mateketen Tahun 2021
2. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
Demam berdarah adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh
virus dengue, yang masuk ke peredaran darah manusia melaui gigitan
nyamuk dari genus Aedes. Penyakit demam berdarah ditemukan di daerah
tropis dan subtropics di berbagai belahan dunia, terutama di musim hujan
yang lembab. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan setiap
tahunnya terdapat 50-100 juta kasus infeksi virus dengue di seluruh dunia.
Berdasarkan data yang diperoleh pada tahun 2021 tidak ditemukan
kasus DBD di Kecamatan Makian Barat. Data yang diperoleh pada tahun
2019 juga tidak ditemukan kasus DBD.

3. Malaria
Malaria adalah penyakit menular akibat infeksi parasit (plasmodium)
yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles yang telah terinfeksi.
Parasit plasmodium yang ditularkan nyamuk ini menyerang sel darah
merah. Sampai saat ini, ada empat jenis plasmodium yang mampu
menginfeksi manusia yaitu plasmodium vivax, plasmodium malariae,
plasmodium ovale, dan plasmodium falciparum. Plasmodium falciparum
merupakan yang paling berbahaya dan dapat mengancam jiwa.
Penentuan diagnose malaria dilakukan secara klinis dan laboratorium.
Diagnosa klinis ini dilakukan dengan mengamati gejala-gejala klinis yang
muncul. Sedangkan untuk pemeriksaan lanjutan dilakukan dengan cara
dari hasil diagnosa malaria klinis tadi kemudian diambil sampel darahnya di
laboratorium dan diperiksa sehingga bisa mengetahui jumlah parasite dan
jenis parasite yang diderita oleh penderita tersebut.
Di Kabupaten Halmahera Selatan, jenis malaria yang paling sering
ditemukan adalah plasmodium falciparum, vivax dan malariae. Namun
terkadang dalam pemeriksaan laboratorium sering ditemukan lebih dari satu
plasmodium pada diri penderita. Indikator utama yang digunakan dalam
40
Profil Kesehatan Puskesmas Mateketen Tahun 2021
mengukur kinerja program pemberantasan malaria adalah Annual Malaria
Incidence (AMI) atau jumlah kasus malaria yang dinyatakan secara klinis,
dan Annual Paracit Incidence (API) atau jumlah kasus malaria yang
ditemukan berdasarkan pemeriksaan laboratorium.
Dari data yang diperoleh selama tahun 2021 di Kecamatan Makian
Barat tidak terdapat penderita malaria. Data yang diperoleh tahun 2019
juga tidak terdapat penderita malaria.
g. Pola 10 (sepuluh) Besar Penyakit
Berikut ini adalah penyajian 10 penyakit terbanyak berdasarkan
kunjungan di Kecamatan Makian Barat selama tahun 2021 sebagai berikut:
NO NAMA PENYAKIT TAHUN 2021 KET
1 Penyakit Lain - Lain 2.738

2 Infeksi akut lain pada saluran 557


pernafasan atas
3 Hipertensi 440

4 Nasopharingitis Akut (Common 164


Cold)
5 Diare Dan Gastroenteritis Non 157
Spesifik
6 Hypotensi 150
7 Kencing Manis (DM) 112
8 Gout 110
9 Caries Gigi 34
10 Conjung Tivitis 34
Sumber : Data 10 Besar Penyakit Puskesmas Mateketen Tahun 2021

C. Status Gizi
Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk
anak yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga
didefenisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan

41
Profil Kesehatan Puskesmas Mateketen Tahun 2021
antara kebutuhan dan masukan nutrient. Penelitian status gizi merupakan
pengukuran yang didasarkan pada data antropometri serta biokimia dan riwayat
diet. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi antara lain : (1). Pendapatan,
yakni indikatornya adalah taraf ekonomi keluarga yang hubungannya dengan
daya beli; (2). Pendidikan, yakni merupakan suatu proses merubah
pengetahuan, sikap, dan perilaku orang tua atau masyarakat untuk mewujudkan
dengan status gizi yang baik; (3). Pekerjaan, adalah merupakan kegiatan yang
menyita waktu sehingga mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga; (4)
Budaya, adalah merupakan ciri khas dan akan mempengaruhi tingkah laku dan
kebiasaan, dll.
Penyebab lain yang dapat mempengaruhi status gizi ada dua yaitu
penyebab langsung dan tidak langsung yaitu : 1). Penyebab langsung yaitu
makanan anak dan penyakit infeksi. Timbulnya KEP tidak hanya disebabkan
karena kurangnya konsumsi makanan tetapi juga disebabkan oleh penyakit.
Anak yang mendapat makanan cukup tetapi sering terserang diare atau demam
dapat menderita KEP. Sebaliknya anak yang tidak cukup makanan, maka daya
tahan tubuh akan melemah, mudah terserang infeksi, kurang nafsu makan dan
akhirnya Kurang Energi Protein (KEP) : 2). Penyebab tidak langsung yaitu
ketahanan pangan dalam keluarga, pola pengasuhan pada anak serta pelayanan
kesehatan dan sanitasi lingkungan.
Status gizi masyarakat dapat diukur melalui beberapa indikator, antara
lain adalah BBLR (Berat Badan Lahir Rendah), status Gizi Balita, status gizi
wanita usia subur. Gambaran mengenai status gizi masyarakat di Kecamatan
Makian Barat tahun 2021 berdasarkan indikator BBLR dan status gizi balita
sebagai berikut :

1. Bayi BBLR (Berat Badan lahir Rendah)


Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir dengan
berat badan kurang dari 2.500 gram. Berat Lahir adalah berat bayi yang
42
Profil Kesehatan Puskesmas Mateketen Tahun 2021
ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir. Bayi BBLR merupakan salah satu
faktor yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada
masa perinatal. Bayi lahir dengan berat badan rendah bisa premature dan
bisa juga telah cukup bulan.
Pada Tahun 1961, WHO mengganti istilah bayi premature dengan
bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) karena disadari bahwa tidak semua
bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir adalah bayi
premature.
Berdasarkan data yang diperoleh, di kecamatan Makian Barat tahun
2021 dilaporkan bahwa dari seluruh bayi lahir hidup sebanyak 58 orang dan
terdapat 3 kasus BBLR, yaitu di desa Tegono, Ombawa dan Bobawae.

2. Status Gizi Balita


Status gizi balita dapat ditentukan berdasarkan indeks berat badan
terhadap umur (BB/U) dengan menggunakan standar baku WHO-NCHS.
Anak usia di bawah lima tahun (balita) merupakan golongan yang
rentan terhadap masalah kesehatan dan gizi, diantaranya masalah kurang
energy protein (KEP) sehingga masalah balita merupakan masalah
kehidupan yang sangat penting dan perlu perhatian yang serius.
Status gizi balita merupakan salah satu indikator yang
menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Status gizi balita dapat
diukur secara antropometri. Indeks antropometri yang sering digunakan yaitu
berat badan terhadap umur (BB/U), tinggi badan terhadap umum (TB/U), dan
berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB). Tetapi indeks BB/U merupakan
indikator yang paling umum digunakan karena lebih mudah dimengerti oleh
masyarakat umum, baik untuk mengatur status gizi akut atau kronis, berat
badan dapat berfluktuasi, sangat sensitive terhadap perubahan-perubahan
kecil, dan dapat mendeteksi kegemukan (over weight).

43
Profil Kesehatan Puskesmas Mateketen Tahun 2021
Perkembangan keadaan gizi masyarakat yang dapat dipantau
berdasarkan hasil pencatatan dan pelaporan program di Puskesmas.Dari
laporan yang ada dapat dijelaskan keadaan gizi masyarakat Kecamatan
Makian Barat yang tercermin dalam hasil penimbangan balita. Jumlah balita
yang datang dan ditimbang di posyandu sebanyak 232 orang. Di tahun 2021
tidak ditemukan kasus Balita yang berat badannya di bawah garis merah
(BGM) dan tidak ditemukan balita dengan gizi buruk.

44
Profil Kesehatan Puskesmas Mateketen Tahun 2021
BAB IV. SITUASI UPAYA KESEHATAN

Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan yaitu meningkatkan


derajat kesehatan masyarakat, telah dilakukan berbagai upaya pelayanan kesehatan
masyarakat. Secara umum upaya kesehatan terdiri atas dua unsur utama yaitu upaya
kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan.
Upaya kesehatan masyarakat adalah setiap kegiatan yang dilakukan
pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan
masyarakat. Upaya kesehatan masyarakat meliputi upaya-upaya promosi kesehatan,
pemeliharaan kesehatan, pemberantasan penyakit menular, pengendalian penyakit tidak
menular, penyehatan lingkungan dan penyediaan sanitasi dasar, perbaikan gizi
masyarakat, kesehatan jiwa, pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan (alkes),
pengamanan zat adiktif dan bahan berbahaya, serta penanggulangan bencana dan
bantuan kemanusiaan. Sedangkan upaya kesehatan perorangan adalah setiap kegiatan
yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta swasta untuk memelihara
dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan penyakit serta pula
memulihkan kesehatan perorangan. Upaya kesehatan perorangan meliputi upaya-upaya
promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan rawat jalan, pengobatan rawat
inap, pembatasan dan pemulihan kecacatan yang ditujukan pada perorangan.
Sektor kesehatan merupakan salah satu prioritas utama dalam proses
pembangunan di Kabupaten Halmahera Selatan pada umumnya dan di Kecamatan
Makian Barat khususnya. Pembangunan kesehatan ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat terhadap upaya pelayanan kesehatan dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan
Kesehatan juga merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia dan pembangunan ekonomi serta berperan secara tidak langsung terhadap

45
Profil Kesehatan Puskesmas Mateketen Tahun 2021
penanggulangan kemiskinan sehingga dikatakan pembangunan kesehatan adalah suatu
investasi bagi pembangunan masyarakat di Kabupaten Halmahera Selatan.

A. PELAYANAN KESEHATAN DASAR


Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah awal yang sangat
penting dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat. Dengan
pemberian pelayanan kesehatan dasar secara cepat dan tepat diharapkan sebagian
besar masalah kesehatan masyarakat dapat diatasi. Berbagai upaya pelayanan
kesehatan dasar yang dilaksanakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan adalah
sebagai berikut :
1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
Kebijakan tentang kesehatan ibu dan bayi baru lahir secara khusus
berhubungan dengan pelayanan antenatal, persalinan, nifas dan perawatan bayi
baru lahir yang diberikan di semua fasilitas kesehatan mulai dari posyandu
hingga rumah sakit. Kesehatan anak meliputi bayi, anak balita, balita dan
remaja.
a. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil (K1 dan K4)
Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan untuk ibu
selama masa kehamilannya sesuai Standar Pelayanan Kebidanan (SPK);
sedangkan tenaga kesehatan yang berkompeten memberikan pelayanan
kesehatan antenatal kepada ibu hamil adalah dokter spesialis kebidanan,
dokter, bidan, dan perawat. Ditetapkan pula bahwa frekuensi pelayanan
pada ibu hamil (antenatal) adalah minimal 4 kali selama masa kehamilannya,
dengan ketentuan waktu pemberian pelayanan adalah 1 kali pada triwulan
pertama, 1 kali pada triwulan kedua, dan 2 kali pada triwulan ketiga. Hasil
pencapaian program pelayanan kesehatan ibu hamil dapat dinilai dengan
menggunakan indikator cakupan K1 dan K4.

46
Profil Kesehatan Puskesmas Mateketen Tahun 2021
Grafik. 16
Persentase Cakupan Pelayanan K1 dan K4 Pada Ibu Hamil
di Kecamatan Makian Barat Tahun 2021

133
140
120 100
100
75 73 71
80 6767 6053 65
55 57 53
60 38
40 2020 K1
20 K4
0

Sumber : Data Lampiran Tabel No 23 Puskesmas Mateketen Tahun 2021

A. Masalah
1. Capaian K1 dan K4 sudah sesuai ril
2. Masyarakat lebih memilih periksa ke dukun pertama kali ketimbang
ke bidan desa
B. Upaya yang telah dilakukan
1. Melakukan kerja sama dengan Dukun di desa, untuk mendeteksi
ibu hamil baru
2. Melakukan sosialisasi di saat poyandu tentang masalah – masalah
pada awal kehamilan
C. Rencana tindak lanjut
1. Memperkuat kemitraan bidan dan dukun

47
Profil Kesehatan Puskesmas Mateketen Tahun 2021
b. Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Dengan Kompetensi
Kebidanan
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dengan kompetensi
kebidanan adalah pelayanan persalinan yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang berkompeten, seperti dokter spesialis kebidanan, dokter
umum, dan tenaga bidan.
Komplikasi dan kematian ibu maternal dan bayi baru lahir sebagian
besar terjadi pada masa di sekitar persalinan, hal ini disebabkan karena
pertolongan persalinan tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
mempunyai kompetensi kebidanan atau professional.
Dari hasil pengumpulan data Puskesmas Mateketen di Kecamatan
Makian Barat tahun 2021 menunjukan peningkatan bahwa persentase
cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan adalah sebanyak
58 orang yaitu (100%). Hal ini dikarenakan meningkatnya pengetahuan
masyarakat tentang resiko persalinan yang selalu di sosialisasi oleh tenaga
bidan baik melalui kegiatan Kelas Ibu Hamil atau pada saat pelayanan ANC
dan juga di karenakan sudah terjalinnya kerja sama antara tenaga bidan dan
dukun. Sehingga ketika ibu hamil memanggil dukun terlabih dahulu, maka
dukun tersebut langsung memberitahukan kepada bidan setempat. Kerja
sama ini perlu di tingkatkan sehingga dapat menekan angka kematian ibu
dan bayi. Selain kerja sama dengan dukun Puskesmas mempunyai program
inovasi yaitu membentuk DUTA SUAMI SIAGA (DUSTA) yang terus di
jalankan sampai pada tahun ini. Program inivasi di programkan sejak tahun
2019, yang bertujuan agar para suami dapat lebih siaga ketika istrinya
sedang hamil sampai saat akan melahirkan.

c. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas


Pelayanan nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada
ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca persalinan oleh tenaga kesehatan.
48
Profil Kesehatan Puskesmas Mateketen Tahun 2021
Untuk deteksi dini komplikasi pada ibu nifas, diperlukan pemantauan
pemeriksaan ibu nifas dengan melakukan kunjungan nifas sebanyak 3 kali
yaitu 6 jam setelah persalinan, pada minggu kedua setelah persalinan, dan
pada minggu keenam setelah persalinan. Pelayanan kesehatan yang
diberikan pada ibu nifas antara lain pelayanan KB pasca persalinan dan
pemberian vitamin A 200.000 IU sebanyak dua kali.
Pencapaian cakupan pelayanan nifas di Kecamatan Makian Barat
Tahun 2021 sebanyak 100% pada semua desa. Hal tersebut di karenakan
komitmen para bidan dan kepala puskesmas bahwa setiap ibu nifas wajib di
lakukan kunjungan sesuai dengan standar, dan juga di karenakan adanya
program kunjungan rumah yang di lakukan oleh bidan desa.

d. Kunjungan Neonatus (KN)


Bayi hingga usia kurang dari satu bulan merupakan golongan umur
yang paling rentan atau memiliki resiko gangguan kesehatan paling tinggi.
Upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi resiko tersebut antara lain
dengan melakukan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan dan
pelayanan kepada neonatus (0-28) hari. Dalam pelayanan kesehatan
neonatus, petugas selain melakukan pemeriksaan kesehatan bayi, juga
memberikan konseling perawatan bayi kepada ibu.
Grafik. 17
Persentase Cakupan Kunjungan Neonatus Lengkap (KN3)
di Kecamatan Makian Barat Tahun 2021

100 100 100 100 100 100 100 100


100

50

Sumber : Data Lampiran Tabel No 34 Puskesmas Mateketen Tahun 2021


49
Profil Kesehatan Puskesmas Mateketen Tahun 2021
A. Masalah
Semua bayi baru lahir sudah di lakukan kunjungan sebanyak 3 kali
B. Upaya yang telah di lakukan
Melakukan penekanan kepada bidan desa bahwa setiap bayi baru lahir
harus di lakukan kunjungan sebanyak 3 kali
C. Rencana tindak lanjut
Meningkatkan kinerja bidan dalam melaksanakan pelayanan di desa
2. Pelayanan Keluarga Berencana (KB)
Masa usia subur seorang wanita adalah antara usia 15-49 tahun. Oleh
karena itu sangat diperlukan untuk mengatur jarak kehamilan, sehingga wanita
atau pasangan pada usia ini lebih diprioritaskan untuk menggunakan alat
kontrasepsi atau metode KB.
Grafik. 18
Persentase Cakupan Keluarga Berencana (KB)
di Kecamatan Makian Barat Tahun 2021

90 81
76
80
70
60
50 43 39
40 27 25
30 19 18
20
10
0

Sumber : Data Lampiran Tabel No 38 Puskesmas Mateketen Tahun 2021

A. Masalah
1. Kesadaran masyarakat terkait pentingnya ber KB masih kurang
2. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang manfaat KB

50
Profil Kesehatan Puskesmas Mateketen Tahun 2021
B. Upaya yang telah dilaksanakan
Melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang manfaat dan pentingnya
ber KB
C. Rencana tindak lanjut
Bekerjasama dengan pengelola KB kecamatan untuk membentuk kampung
KB
3. Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut (USILA)
Dengan meningkatnya Usia Harapan Hidup (UHH), maka kesehatan usia
lanjut juga perlu mendapat perhatian agar para lanjut usia dapat menjalani
kehidupannya secara berkualitas baik fisik maupun mentalnya. Dari seluruh
penduduk usia lanjut tersebut, yang mendapat pelayanan kesehatan adalah
sebanyak 252 orang yaitu (68%). Hal ini di karenakan asumsi masyarakat
utamanya usia lansia yang menganggap palayanan lansia bagian dari pelayanan
covid – 19, sehingga mereka takut datang ke posyandu lansia. Factor lainnya
adalah karena tidak tersedianya pemeriksaan gula darah, kolesterol dan asam
urat. Karena jika hanya di lakukan pemeriksaan tekanan darah dan pengukuran
tinggi badan dan berat badan masyarakat tidak mau datang. Hal ini di karena
tidak adanya anggaran husus untuk belanja alat stik gula darah, kolesterol dan
asam urat.

4. Pelayanan Imunisasi
Pelayanan imunisasi adalah bagian dari upaya pencegahan dan
pemutusan mata rantai penularan pada penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi (PD3I). Indikator untuk menilai keberhasilan program imunisasi adalah
angka UCI (Universal Child Immunization).
Pencapaian Universal Child Immunization (UCI) jika dikaitkan dengan
batasan suatu wilayah tertentu, berarti dalam wilayah tersebut juga tergambarkan
besarnya tingkat kekebalan masyarakat terhadap penularan PD3I. Sejak tahun

51
Profil Kesehatan Puskesmas Mateketen Tahun 2021
2003, indikator penghitungan UCI sudah mencakup semua jenis antigen, dan
tidak terbatas pada antigen DPT3, polio dan campak saja.
Grafik. 19
Persentase Cakupan Imunisasi Bayi Balita
Di Kecamatan Makian Barat Tahun 2021
250
217
217
200
150 150 150
HB0
150
120 125 118 114 115
100 100 118 102 115 BCG
100100 100 91 100 100 100 100
100 100
90 100 91 96
83 89 91 85 100100
100 73 80
64 DPT HB 3
5050
50 Polio 4

Campak
0

Sumber : Data Lampiran Tabel No 38 Puskesmas Mateketen Tahun 2021


A. Malasah
1. Masih ada orang tua bayi balita yang tidak mau anaknya di imunisasi
2. Terdapat sasaran yang pindah tempat tinggal
B. Upaya yang telah di lakukan
Melakukan sosialisasi tentang pentingnya dan manfaat imunisasi kepada
orang tua bayi balita di posyandu
C. Rencana tindak lanjut
Melakukan sosialisasi secara berkala tentang manfaat imunisasi kepada
orang tua bayi balita
B. PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN DAN PENUNJANG
1. Kesehatan Rujukan
Sebagian besar sarana pelayanan di Puskesmas disediakan untuk
memberikan pelayanan kesehatan dasar bagi para pengunjung puskesmas baik
dengan pelayanan rawat jalan maupun rawat inap khususnya bagi puskesmas
perawatan dengan rawat inap. Sedangkan Rumah Sakit dengan berbagai

52
Profil Kesehatan Puskesmas Mateketen Tahun 2021
kelengkapan sarana dan prasarana disiapkan sebagai sarana rujukan bagi
puskesmas untuk kasus-kasus yang membutuhkan penanganan lebih lanjut,
disamping juga tetap membuka pelayanan rawat jalan.
Pada tahun 2021 jumlah masyarakat Kecamatan Makian Barat yang telah
memanfaatkan fasilitas kesehatan yaitu Puskesmas dan Polindes untuk
mendapat pelayanan pasien rawat jalan sebanyak 2.017 orang dengan rincian
BPJS 380 orang dan Umum 1.637 dan pelayanan pasien rawat inap sebanyak 3
orang. Rendahnya kunjungan BPJS ini di karenakan masyarakat tidak membawa
kartu BPJS saat berobat. Sehingga petugas tidak mengetahui bahwa yang
bersangkutang merupakan peserta JKN. Hal ini sudah di tindak lanjuti dengan
memberikan sosialisasi kepada masyarakat jika datang berobat untuk membawa
kartu BPJS.

2. UPTD Penunjang (Ketersediaan Obat di IFK)


Ketersediaan obat yang dimaksud adalah meliputi persediaan obat, jumlah
kebutuhan dan persentase ketersediaan obat generik. Persentase ketersediaan
obat dihitung menggunakan indicator obat panduan yang berisikan item obat-obat
yang sering digunakan, wajib tersedia untuk beberapa penyakit menular dan
sangat dibutuhkan untuk pengobatan sepuluh pola penyakit terbanyak.

C. PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR


1. Penyakit Menular Langsung
a. P2 - TB Paru
Jumlah penderita BTA(+) baru yang ditemukan pada tahun 2021 di
Kemacatan Makian Barat sebanyak 3 orang. CNR kasus baru TB BTA(+) per
100.000 penduduk adalah sebanyak 1 kasus, sedangkan CNR seluruh kasus
TB per 100.000 penduduk adalah sebesar 119 kasus.
Upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan angka cakupan
penemuan penderita baru BTA(+) pada tahun 2021 adalah melakukan
53
Profil Kesehatan Puskesmas Mateketen Tahun 2021
pelatihan kepada petugas pengelola laboratorium TB, meng OJTkan Petugas
TB ke Dinas Kesehatan Kabupaten dan melakukan Sosialisasi kepada
masyarakat tentang TB sehingga masyarakat dapat mengenali gejala TB dan
dapat melaporkan sesegera mungkin jika terdapat keluarga atau tetangga
yang mengalami gejala TB.
Dalam mengukur keberhasilan pengobatan TB, digunakan Angka
Keberhasilan Pengobatan (Succes Rate = SR) yang mengindikasikan
persentase pasien TB Paru BTA(+) yang telah menyelesaikan pengobatan,
baik yang sembuh maupun yang menjalani pengobatan lengkap diantara
pasien baru TB Paru BTA positif yang tercatat.

b. P2 – Kusta
Berdasarkan hasil skrining jumlah penderita baru Kusta di Kecamatan
Makian Barat tahun 2021 sebanyak 1 orang yang berasal dari Desa Bobawae
yang merupakan kasus lanjutan dari tahun 2020. Angka prevalensi per
10.000 penduduk adalah sebanyak 17 orang. Angka Cacat Tingkat 2 per
100.000 penduduk adalah sebanyak 1 orang.
Untuk pencegahan dan penanggulangan penyakit kusta dilakukan
melalui penemuan penderita secara aktif dan pasif, pengobatan dengan MDT.
Penemuan penderita secara aktif dengan melakukan RVS, sedangkan secara
pasif dengan menunggu pasien datang berobat ke fasilitas pelayanan
kesehatan. Untuk mencegah kecacatan dilakukan pemeriksaan POD
(Prevention of Disability) setiap bulan selama masa pengobatan dan
rehabilitasi medis.

c. P2 - ISPA
Pemberantasan penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut)
masih dikatakan belum berhasil ditandai dengan masih banyaknya kasus
ISPA yang terjadi di Kecamatan Makian Barat selama tahun 2021 sebanyak
54
Profil Kesehatan Puskesmas Mateketen Tahun 2021
557 dan ini menempatkan Ispa pada Posisi 2 dari 10 (sepuluh) besar pola
penyakit terbanyak. Olehnya itu perlu di lakukan sosialisasi kepada
Masyarakat tentang penyebab dan cara mencegah Infeksi Saluran
Pernafasan Atas (ISPA) ditambah dengan kondisi saat ini yang masih dalam
suasana pandemi yang salah satu tanda gejalanya adalah batuk beringus.
Hal ini perlu di waspadai mengingat mobilitas masyarakat ke ternate yang
merupakan zona merah covid 19 sangat tinggi.

d. HIV/AIDS
Upaya pelayanan kesehatan dalam rangka penanggulangan penyakit
HIV/AIDS disamping ditujukan pada penanganan penderita yang ditemukan
juga diarahkan pada upaya pencegahan melalui penemuan penderita secara
dini yang dilanjutkan dengan kegiatan konseling. Upaya penemuan
penderita juga dilakukan dengan melakukan KTS (Konseling Testing
Sukarela), dan melakukan kegiatan zero survey pada tempat-tempat yang
beresiko tertularnya penyakit yang membahayakan ini.
Berdasarkan data yang diperoleh di Kecamatan Makian Barat,
selama tahun 2021 terdapat 3 kasus HIV. Hal ini di dapatkan dari hasil
pemeriksaan terhadap sasaran kelompok resiko seperti ibu hamil yang setiap
bulan di lakukan pemeriksaan tripel eliminasi. Langkah – langkah yang telah
di lakukan adalah melakukan screening kontak pada keluarga terdekat,
namun hasilnya negative. Dan ke tiga pasien tersebut telah di rujuk ke klinik
jasmine untuk dapat pelayanan kesehatan dna pengobatan HIV.

2. Penyakit Menular Dengan Perantara Binatang


a. Demam Berdarah Dengue (DBD)
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu
penyakit yang perjalanan penyakitnya sangat cepat dan dapat menyebabkan
kematian dalam waktu singkat. Penyakit ini merupakan penyakit menular
55
Profil Kesehatan Puskesmas Mateketen Tahun 2021
yang sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) di Indonesia. Upaya
pencegahan dan pemberantasan DBD dilakukan antara lain peningkatan
kegiatan surveilans penyakit dengan melakukan penyelidikan epidemiologi
kurang dari 24 jam, dan peningkatan upaya pemberantasan vector terpadu.
Tidak ada penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) pada tahun
2021 di Kecamatan Makian Barat. Tidak terdapat penderita yang meninggal
dunia akibat DBD selama tahun 2021.CFR sebanyak 0% dan Incidence Rate
(IR) per 100.000 penduduk adalah sebanyak 0 orang.

b. Malaria
Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan perjuangan melawan
malaria telah menyelamatkan 3,3 juta nyawa di seluruh dunia, tetapi nyamuk
penyebab penyakit itu masih membunuh 627 ribu orang tahun lalu, terutama
anak-anak di Afrika.Kekurangan dana dan obat-obatan dasar seperti
kelambu menunjukkan malaria masih menjadi ancaman utama, khususnya
di Afrika dan asia Tenggara (Data Malaria WHO, 2013). Berbagai fakta
bahwa banyaknya orang yang terinfeksi dan sekarat karena gigitan nyamuk
adalah satu dari tragedi paling luar biasa di abad 21.Menurut WHO,
pendanaan global yang meningkat dalam dekade terakhir adalah langkah
besar dalam melawan malaria.
Di Kabupaten Halmahera Selatan penyakit malaria juga masih
menjadi prioritas utama dalam pengalokasian anggaran setiap tahunnya. Hal
ini dikarenakan Kabupaten Halmahera Selatan merupakan salah satu daerah
endemis malaria di Provinsi Maluku Utara dan tergolong jumlah kasus
terbanyak selama tahun 2007 sampai 2010. Oleh sebab itu menjadi salah
satu target dana bantuan luar negeri seperti UNICEF dan Global Fund.
Namun seiring dengan waktu penurunan kasus dari tahun ke tahun
mengalami penurunan kasus yang sangat signifikan.

56
Profil Kesehatan Puskesmas Mateketen Tahun 2021
Pada tahun 2011 pemerintah Kabupaten Halmahera Selatan telah
mengeluarkan Peraturan Daerah (Perda) nomor 8 tentang Penanggulangan
Malaria di Kabupaten Halmahera Selatan.
Kabupaten Halmahera Selatan juga dinilai telah menjadi salah satu
Kabupaten di Indonesia yang berhasil meraih penghargaan. Di samping itu
juga, Gedung Malaria Centre menjadi salah satu pusat pengkajian malaria
dan banyak didatangi tamu-tamu dari dalam negeri maupun mancanegara
untuk berkunjung dan melakukan studi banding di Kabupaten Halmahera
Selatan ini. Tidak dapat dimunafikan bahwa ini tidak terlepas dari upaya
petugas kesehatan untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang salah satunya
adalah kegiatan PLA (partisipatory lerning and action) yang juga melibatkan
fasilitator dari Pusat maupun Propinsi. Disamping itu pula tidak terlepas dari
adanya dukungan dana dari UNICEF, Global Fund maupun PEMDA
Kabupaten Halmahera Selatan.
Pada tahun 2021 di kecamatan Makian Barat tidak terdapat penderita
akibat malaria. Begitu pula dengan tahun 2019 tidak terdapat penderita yang
meninggal akibat penyakit malaria. Angka Kesakitan akibat malaria atau
Annual Parasite Incidence (API) per 1.000 penduduk beresiko adalah
sebesar 1 orang. Puskesmas Mateketen meskipun tidak termasuk daerah
endemic malaria akan tetapi tetap melakukan pemeriksaan terhadap
masyarakat yang mengalami gejala demam.

c. Filariasis
Di Indonesia, penyakit filariasis (kaki gajah) tersebar luas hampir di
Seluruh Provinsi. Program eliminasi filariasis dilaksanakan atas dasar
kesepakatan global WHO tahun 2000 yaitu “The Global Goal of Elimination
of Lymphatic Filariasis as a Public Health Problem the Year 2021” yang
merupakan realisasi dari resolusi WHA (World Health Assembly) pada tahun
1997. Program eliminasi dilaksanakan melalui dua pilar kegiatan yaitu; (1).
57
Profil Kesehatan Puskesmas Mateketen Tahun 2021
Pengobatan massal (mass drug administration) kepada seluruh penduduk di
Kabupaten/Kota endemis filariasis; (2). Penatalaksanaan kasus filariasis
guna mencegah dan mengurangi kecacatan.
Berdasarkan data yang diperoleh di Kecamatan Makian Barat,
selama tahun 2021, 2019 tidak ditemukan kasus Filariasis, begitu pula
dengan tahun 2018.

d. Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi


1. Penyakit Tetanus Neonatorum
Penanganan kasus tetanus neonatorum memang tidak mudah
tetapi juga bukannya tidak mungkin untuk dicegah. Yang terpenting
adalah upaya pencegahannya melalui pertolongan persalinan yang
hygienis ditunjang dengan imunisasi TT pada ibu hamil.
Adapun upaya yang telah dilakukan adalah dengan peningkatan
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan pemberian imunisasi
TT 5 dosis, serta perawatan tali pusat yang hygienis (clean and safe
delivery).
Sedangkan cakupan pelayanan imunisasi pada ibu hamil di
Kecamatan Makian Barat tahun 2021 yaitu : TT-1 sebanyak 55%, TT-2
sebanyak 32%, TT-3 sebanyak 7%, TT-4 sebanyak 0%, TT-5 sebanyak
3% dan TT2⁺ sebanyak 42%.

2. Penyakit Campak
Upaya untuk menekan kasus campak adalah dengan memberikan
imunisasi dasar lengkap pada saat bayi dan pemberian makanan dengan
menu gizi seimbang (peningkatan gizi).
Pada Tahun 2021, capaian imunisasi campak sebanyak 95.7% dan
imunisasi dasar lengkap adalah sebanyak 97.9%. Hal ini di karekan

58
Profil Kesehatan Puskesmas Mateketen Tahun 2021
pandemic covid-19 sehingga sebagian masyarakat takut jika anaknya di
vaksin dan sebagian lainnya ke luar daerah.

3. Penyakit Difteri
Upaya untuk menekan kasus difteri dilakukan melalui imunisasi
dasar pada bayi yaitu dengan vaksin DPT-HB yang diberikan 3 kali yakni
pada usia 2 bulan, 3 dan 4 bulan, pemberian imunisasi DT dan Td pada
anak sekolah, serta memperhatikan rantai dingin penyimpanan vaksin.
Pada tahun 2021, capaian imunisasi DPT-HB3/ DPT-HB-Hib3 adalah
sebanyak 72%.

4. Penyakit AFP
Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit polio dilakukan
melalui imunisasi polio dan ditindaklanjuti dengan surveilans epidemiologi
serta aktif terhadap kasus AFP pada kelompok umur ‹ 15 tahun.
Kegiatan surveilans epidemiologi ini dilakukan di Puskesmas dan Rumah
Sakit yang bertujuan untuk mencari kemungkinan adanya virus polio liar
yang berkembang di masyarakat melalui pemeriksaan specimen tinja
penderita AFP yang ditemukan.
Pada tahun 2021, capaian imunisasi polio 4 adalah sebanyak 71%.

D. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT


1. Penanggulangan Gizi Buruk
Upaya untuk mengatasi masalah gizi terutama terhadap balita, telah
dilakukan pelatihan Penanganan Balita Gizi Buruk pada petugas gizi
Puskesmas, Dokter Puskesmas, dan Bidan tentang Penatalaksanaan Kasus
Gizi Buruk.
Berdasarkan data yang diperoleh di Kecamatan Makian Barat, selama
tahun 2021 tidak ditemukan kasus Gizi Buruk, begitu pula dengan tahun 2019.
59
Profil Kesehatan Puskesmas Mateketen Tahun 2021
Dari perbandingan kedua data diatas, dapat disimpulkan bahwa tidak
adanya kasus gizi buruk yang terjadi pada balita telah menunjukan suatu
keberhasilan yang cukup signifikan. Hal ini perlu adanya perhatian khusus dari
pemerintah melalui kerja sama lintas sector dan lintas program terkait dan juga
perlu adanya dukungan dari masyarakat sehingga permasalahan gizi di
masyarakat dapat teratasi.

2. Pemberian Kapsul Vitamin A


Upaya program pemberian vitamin A adalah salah satu bentuk
intervensi yang murah dan efektif dalam meningkatkan kelangsungan hidup
anak. Program suplementasi vitamin A yang rutin dapat mencegah kebutaan
pada anak dan mengurangi resiko morbiditas dan kematian jutaan anak-anak di
seruh dunia. Indonesia adalah salah satu Negara pertama yang
mengembangkan program suplementasi vitamin A nasional bagi anak usia pra-
sekolah.
Salah satu upaya yang telah dilakukan di Kabupaten Halmahera
Selatan adalah pemberian vitamin A pada bayi usia (6-11 bulan) dan pemberian
vitamin A pada anak usia (12-59 bulan).
Grafik. 20
Cakupan Balita Yang Mendapatkan Vitamin A
di Kecamatan Makian Barat
Tahun 2021
100 100 100 100 100 100 100 100
100

50

Sumber : Data Lampiran Tabel No 41 Puskesmas Mateketen Tahun 2021

60
Profil Kesehatan Puskesmas Mateketen Tahun 2021
A. Masalah
Orang tua bayi balita sudah memahami tentang pentingnya vit A
B. Upaya yang telah dilakukan
Melakukan sosialisasi tentang manfaat vit a
C. Rencana tindak lanjut
Meningkatkan advokasi dan edukasi tentang vit a
3. Pemberian Tablet Besi (Fe)
Tablet Fe adalah suatau tablet mineral yang sangat dibutuhkan untuk
membentuk sel darah merah (hemoglobin). Salah satu unsur penting dalam
proses pembentukan sel darah merah adalah adanya kandungan tablet Fe.
Secara alamiah tablet Fe diperoleh dari makanan. Kekurangan tablet Fe dalam
menu makanan sehari-hari dapat menimbulkan penyakit anemia gizi atau yang
dikenal masyarakat sebagai penyakit kurang darah. (Muchtadi, 2009).
Anemia merupakan maslah gizi yang mempengaruhi jutaan orang di
negara-negara berkembang dan tetap menjadi tantangan besar bagi kesehatan
manusia. Anemia pada iu hamil di Kecamatan Makian Barat selama tahun
2021 sebanyak 5 orang.
Kondisi anemia dapat meningkatkan resiko kematian ibu pada saat
melahirkan, melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah, janin dan ibu
mudah terkena infeksi, keguguran dan meningkatkan risiko bayi lahir
premature. Di Afrika dan Asia, anemia diperkirakan berkontribusi lebih dari
115.000 kematian ibu dan 591.000 kematian perinatal secara global per tahun.
Konsekuensi morbiditas terkait dengan anemia kronis memperpanjang
hilangnya produktivitas dari kapasitas gangguan kerja, gangguan kognitif dan
peningkatan kerentanan terhadap infeksi yang juga memberikan beban
ekonomi.
WUS dan BUMIL merupakan kelompok yang perlu mendapatkan
perhatian serius terkait resiko Anemia Gizi Besi. Mengingat dampak yang
ditimbulkan antara lain perdarahan saat melahirkan, dan bayi yang dilahirkan
61
Profil Kesehatan Puskesmas Mateketen Tahun 2021
mempunyai Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Salah satu upaya pencegahan
adalah melalui pemberia tablet Fe (zat besi) yang diberikan pada saat
pelayanan antenatal.
Pemberian tablet Fe selama kehamilan juga merupakan salah satu
standar kualitas pelayanan Antenatal Care (ANC), sehingga ibu hamil yang
tercatat sebagai cakupan dalam pemeriksaan K4, seharusnya juga tercatat
dalam laporan pemberian Fe pada ibu hamil. Adanya keterpaduan pencatatan
ini akan menghasilkan cakupan K4 dan cakupan pemberian Fe yang tidak
berbeda jauh (sama).
Jumlah ibu hamil Di Kecamatan Makian Barat tahun 2021 yaitu
sebanyak 60 bumil, sedangkan yang mendapat tablet besi (Fe3) sebanyak 32
bumil (53.3%). Hal ini di karenakan Obat Fe Expire Date pada akhir tahun.
Sedangkan bumil baru banyak di dapat pada triwulan IV pada tahun 2021.

4. Asi Ekslusif
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik bagi bayi. ASI diketahui
mengandung zat gizi yang paling sesuai baik dari segi kuantitas dan
kualitasnya untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Sejak lahir bayi
hanya diberi ASI saja sampai usia 6 bulan yang disebut dengan ASI Ekslusif.
Selanjutnya diteruskan sampai bayi berusia 2 tahun.
Air Susu Ibu (ASI) pertama mengandung zat khusus yang disebut
kolostrum. Ini adalah cairan kekuningan yang penuh protein dan berfungsi
meningkatkan kekebalan dan antibodi bagi bayi.
Menyusui ekslusif adalah tidak memberi bayi makanan atau minuman
lain, termasuk air putih selain menyusui (kecuali obat-obatan dan vitamin atau
mineral tetes; ASI perah juga diperbolehkan).
Pada Riskesdas 2010, menyusui predominan komposit dari
pertanyaan: bayi masih disusui, sejak lahir tidak pernah mendapatkan makanan

62
Profil Kesehatan Puskesmas Mateketen Tahun 2021
atau minuman selain ASI, selama 24 jam terakhir bayi hanya disuse atau tidak
diberi makanan selain ASI.
Adanya faktor protektif dan nutrien yang sesuai dalam ASI menjamin
status gizi bayi baik serta kesakitan dan kematian anak menurun. Beberapa
penelitian epidemiologis menyatakan bahwa ASI melindungi bayi dan anak dari
penyakit infeksi, misalnya diare, otitis media dan infeksi saluran pernafasan
akut bagian bawah. Kolostrum mengandung zat kekebalan 10-17 kali lebih
banyak dari susu matang (matur).Zat kekebalan yang terdapat pada ASI antara
lain akan melindungi bayi dari penyakit diare dan menurunkan kemungkinan
bayi terkena penyakit infeksi telinga, batuk, pilek dan penyakit alergi.
Dalam rangka menurunkan angka kesakita dan kematian anak,
United Nation Childrens Fund (UNICEF) dan World Health Organization (WHO)
merekomendasikan sebaiknya anak hanya disusui Air Susu Ibu (ASI) selama
paling sedikit 6 bulan. Makanan padat seharusnya diberikan sesudah anak
berumur 6 bulan dan pemberia ASI dilanjutkan sampai anak berumur 2 tahun
(WHO, 2005). Pada tahun 2003, pemerintah Indonesia mengubah
rekomendasi lamanya pemberian ASI ekslusif dari 4 bulan menjadi 6 bulan.
Angka persentase bayi yang mendapatkan ASI ekslusif di Kecamatan Makian
Barat tahun 2021 sebanyak 38%. Data ini menunjukkan masih rendahnya
capaian Asi Ekslusif, hal ini di karenakan masih kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang manfaat dan pentingnya Asi Ekslusif bagi pertubuhan
anaknya.

63
Profil Kesehatan Puskesmas Mateketen Tahun 2021
Grafik. 21
Persentase Bayi Yang Diberi ASI Ekslusif (0-6 bulan)
di Kecamatan Makian Barat Tahun 2021
100 100 100 100 100 100 100 100
100
80
60
40
20
0

Sumber : Data Lampiran Tabel No 35 Puskesmas Mateketen Tahun 2021

A. Masalah
1. Semua bayi baru lahir sudah mendapatkan Asi Ekslusif
2. Masih ada tekanan dari keluarga agar cucunya segera di beri makan
B. Upaya yang telah dilakukan
1. Memberikan edukasi kepada keluarga bayi balita tentang manfaat
Asi Ekslusif
C. Rencana tindak lanjut
Menignkatkan pengawasan dan edukasi kepada keluarga bayi balita agar
anak atau cucunya tidak diberikan makan sebelum umur 6 bulan.

64
Profil Kesehatan Puskesmas Mateketen Tahun 2021
BAB V. SUMBER DAYA KESEHATAN

Sumber daya kesehatan merupakan salah satu faktor penunjang dalam


mendukung keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan. Sumber daya kesehatan
mempunyai peranan penting dalam pemerataan dan penyediaan pelayanan kesehatan
yang berkualitas, sehingga dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat, sehingga
dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

A. Ketersediaan Sarana Pelayanan Kesehatan


Ketersediaan sarana pelayanan kesehatan di Kecamatan Makian Barat
sampai pada tahun 2021 terdiri dari 5 Polindes yang tersebar di beberapa desa
yaitu Desa Sebelei, Desa Talapaon, Desa Ombawa, Desa Bobawae dan Desa
Malapat.

B. Sumber Daya Tenaga Kesehatan


Sumber daya tenaga kesehatan yang tersedia di Puskesmas Mateketen
Kecamatan Makian Barat sampai dengan tahun 2021 berjumlah 42 orang yang
terdiri dari : Dokter Umum sebanyak 1 orang, Bidan sebanyak 16 orang, Perawat
sebanyak 10 orang, Farmasi sebanyak 1 orang, Kesehatan Masyarakat sebanyak 3
orang, Promosi Kesehatan sebanyak 1 orang, Kesehatan Lingkungan sebanyak 3
orang, Gizi sebanyak 2 orang, Ahli Laboratorium 1, dan tenaga Non Kesehatan
(Tenaga Penunjang) sebanyak 4 orang.

C. Pembiayaan Kesehatan
Pembiayaan kesehatan adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk
menyelenggarakan dan atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang
diperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok, dan mayarakat. Berikut ini adalah
tabel alokasi anggaran pada Kecamatan Makian Barat tahun 2021 :

65
Profil Kesehatan Puskesmas Mateketen Tahun 2021
ANGGARAN KESEHATAN KABUPATEN/KOTA
KABUPATEN HALMAHERA SELATAN
KECAMATAN MAKIAN BARAT
PUSKESMAS MATEKETEN
TAHUN 2021

NO SUMBER BIAYA ALOKASI ANGGARAN KESEHATAN


RUPIAH (Rp) %
1 2 3 4

ANGGARAN KESEHATAN
BERSUMBER :
1 BOK 1.094.874.000 100
2 DANA JAMPERSAL 30.600.000 100
3 JKN 68.505.000 100
TOTAL ANGGARAN KESEHATAN 1.193.979.000 100
ANGGARAN KESEHATAN
317.987
PERKAPITA

Sumber : Data Keuangan Puskesmas Mateketen Tahun 2021

66
Profil Kesehatan Puskesmas Mateketen Tahun 2021
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan
Berbagai upaya telah dilakukan dalam pembangunan kesehatan, antara
lain upaya peningkatan dan perbaikan terhadap derajat kesehatan masyarakat,
upaya pelayanan kesehatan, sarana kesehatan dan sumber daya kesehatan.
Secara umum upaya-upaya yang telah dilakukan dalam pembangunan
kesehatan telah menunjukkan hasil yang cukup baik, namun masih ada beberapa
program kesehatan yang belum mencapai hasil yang optimal, dikarenakan akses
pelayanan kesehatan yang masih terbatas, perilaku masyarakat akan pentingnya
hidup sehat, SDM yang masih sangat terbatas dan pendistribusian yang kurang
merata di fasilitas pelayanan kesehatan sehingga masih banyak petugas yang
rangkap jabatan, sarana dan prasarana yang kurang memadai, dan masih
kurangnya alokasi anggaran untuk program-program kesehatan.

2. Saran
- Perlunya perhatian dan penanganan yang lebih serius karena pembangunan
kesehatan tetap merupakan kebutuhan masyarakat yang perlu ditingkatkan
secara terus menerus sesuai dengan tujuan pembangunan nasional.
- Perlunya peningkatan Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDMK) ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi dan juga peningkatan skill petugas melalui
pelatihan formal dan informal, sehingga bisa memberikan kontribusi positif
terhadap pencapaian program-program kesehatan.
- Disarankan agar para penentu kebijakan (stakeholder) baik di daerah maupun
pusat, lebih memperhatikan program-program kesehatan yang sifatnya prioritas
yang merupakan program upaya kesehatan wajib seperti; Program Promosi,
Kesling, KIA/KB, Perbaikan Gizi Masyarakat, Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Menular, serta, pengobatan.

67
Profil Kesehatan Puskesmas Mateketen Tahun 2021
BAB VII. STANDAR PELAYANAN MINIMAL
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 43
Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan di
Kabupaten/Kota yang berisi 12 jenis layanan dasar. Berikut ini adalah capaian SPM
tahun 2021 sebagai berikut :
PENCAPAIAN PROGRAM BERDASARKAN INDIKATOR SPM
PUSKESMAS MATEKETEN TAHUN 2021
TAHUN 2021
A. UPAYA KESEHATAN WAJIB / ESSENSIAL
TARGET %

A. UPAYA PELAYANAN KESEHATAN IBU


Presentase Ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal 36%
1 100%
sesuai standar(Cakupan K4)
Presentase Puskesmas yang melakssanakan kelas Ibu 71%
2 100%
Hamil
71%
3 Presentase Puskesmas yang melaksanakan P4K 100%

Presentase Ibu bersalin mendapatkan pelayanan 53%


4 100%
pesalinan sesuai standar (persalinan Fasyankes)
67%
5 Presentase Pelayanan Nifas (KF Persalinan Nakes) 100%
Presentase Bumil kurang Energi Kronik yang di tangani 39%
6 < 60%
(KEK)
35%
7 Presentase peserta KB Aktif 75%
Pelayanan kesehatn bayi baru lahir sesuai standar (0-28 70%
8 100%
Hari)Neonatus lengkap (KN3)
40%
9 Presentase Kunjungan Blita sakit yg di MTBS 100%
Presentase Puskesmas yang melaksanakan Kegiatan 87%
10 100%
Usekrem
Presentase penjaringan kesehatan usia pendidikan 100%
11 100%
dasar Kesehatn peserta Didik kelas 1 SD

68
Profil Kesehatan Puskesmas Mateketen Tahun 2021
Presentase Penjaringan Kesehatan Anak Usia
12 Pendidikan Dasar SD s/d SMP dan SMA (Peserta didik 100% 100%
kls 1 sampai dengan kls IX dan
Presntase Usila (60 > Tahun mendapatakan skrining 71%
13 100%
kesehatn sesuai standar
Presentase pelayanan kesehatn balita (0-59 bulan) 63%
14 100%
sesuia standar
B UPAYA PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT
0%
15 Presentase kasus Gizi Buruk yang mendapat Perawatan 100%
100%
16 Presentase balita yang di timbang berat badannya (D/S) 100%
Presentase balita 6-59 bulan mendapat kapsul Vitaminn 100%
17 100%
A
Presentase bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat ASI 100%
18 100%
Ekslusif
100%
19 Presentase Balita Wasthing 10%
18%
20 Presentase Balita Underweight 17%
12%
21 28%
Presentasi Balita Stuting
100%
22 Presentase remaja putri mendapat TTD 100%
0%
23 Presentase Balita Kurus mendapat PMT Lokal 100%
0%
24 Presentase Bumil KEK mendapat PMT Lokal 100%

C UPAYA KESEHATAN LINGKUNGAN


100%
25 Jumlah Desa yang melaksanakan STBM 100%

Presentase Desa yng Buang Air Besar Sembarangan 100%


26 100%
Tempat
Presentase Air Minum yang Awasi/diperiksa kualitas Air 100%
27 100%
Minumnya sesuai standar
Presentase Kecamatan yang menlaksanakan tatanan 0%
28 50%
kawasan sehat

69
Profil Kesehatan Puskesmas Mateketen Tahun 2021
Cakupan rumah sakit dan puskesmas yang melakukan 100%
29 100%
pengelola limbah medis sesuai standar
Jumlah kecamatan yang melaksanakan pengawasan 0%
30 100%
pasar sesuai standar
Presentase Tempat Pengelolaan Pangan (TPP) yang 0%
31 100%
memenuhi syrat sesuai standar

32 Presentase Tempat dan Fasilitas Umum (TFU) yang 100% 100%


dilakukan pengawasan sesuai standar
D UPAYA PROMOSI KESEHATAN
0%
33 Cakupan desa siaga aktif 100%
27%
34 Cakupan Sekolah ber PHBS 100%
54%
35 Cakupan Rumah Tangga( RT) yang ber-PHBS 100%
83%
36 Cakupan penyuluhan luar gedung 100%
100%
E Cakupan penyuluhan dalam gedung 100%

Cakupan satuan Pendidikan SD,SMP dan SMA atau 71%


100%
37 sederajat yang mendapatkan materi Promosi Kesehatan
Cakupan Pembina UKBM (Desa Siaga,Posyandu,Bayi- 100%
100%
38 Balita Pos Usila,Pos Bindu dll)
100%
100%
39 Cakupan Pelaksanaan Germas
0%
100%
40 Cakupan Kunjungan Rumah Yang di laksanakan
0%
100%
41 Cakupan Intervensi Hasil Kunjungan Rumah
0%
42 70%
Cakupan Posyandu Puri( Purnama Mandiri)
UPAYA PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK
F
MENULAR
Presetase Penderita Hipertensi mendapat Pelayanan 8%
43 100%
Kesehatan Sesuai Standar
Presentase Penderita Diabetes Meletus yang 68%
44 100%
mendapatkan pelayanan Kesehatn sesuai standar

70
Profil Kesehatan Puskesmas Mateketen Tahun 2021
Prsentase ODG (Orang Dengan Gangguan Jiwa) Berat 100%
45 100%
yang mendapat pelayanan Kesehatan.
Presentase Warga negara Usia > 60 Tahun mendapat 89%
46 100%
skrining kes. Sesuai standar minimal 1 kali
Presentase pemeriksaan Faktor resiko penyakit tidak 5%
47 100%
menular (PTM) pada usia 15 s/d 59 Tahun.
G UPAYA PENGENDALIAN PENYAKIT
Presentase jumlah orang terduga TBC mendapat 100%
48 100%
pelayanan TBC Sesuai standar
Presentase orang dengan TB mendapat pelayanan TB 0%
49 100%
Sesuai standar
Presentase Orang Beresiko Terinfeksi HIV mendapat
50 100% 100%
pemeriksaan HIV sesuai standar

Prelayanan Kesehatan Orng dengan resiko Terinveksi


51 Virus yang Melemahkan Daya Tahan Tubuh 100% 100%
Manusiab(Human Imunodeficiency Virus=HIV)
Presentasi jumlah kontak dengan kusta yang diperiksa 0%
52 100%
sesuai standar
Presentasi orang dengan kusta mendapatkan 0%
53 100%
pelayanan Kurta sesuai standar (RFT)
Presentase Penderita Demam Berdarah (DBD) yang di 0%
54 100%
tangani sesuai standar
Presnetase penderiata Malaria yang di periksa dengan 100%
55 100%
Microskop
Presnetase penderiata Malaria yang mendapat 0%
56 100%
pengobatan sesuai standar
H SURVELANS DAN IMUNISASI
Presentasse Desa/Kelurahan Mengalami KLB yang di 0%
57 100%
tangani <24 JAM
Presentase Bayi yang mendapat Imunisasi Dasar 100%
58 100%
Lengkap
100%
59 Presentase Cakupan Desa /Kelurahan UCI 100%

71
Profil Kesehatan Puskesmas Mateketen Tahun 2021
PenemuanAcute Flacid Paralysis (AFP) rate per 100.000 1 0%
60
penduduk < 15 th per 100.000 penduduk < 15 tahun Kasus/Thn
I UPAYA KESEHATAN PENGEMBANGAN
Presentase Pos Upaya KseshatanKerja( UKK )yang
61 50% 0%
dibentuk di Wilayah Kerja Puskesmas
Presentase Tempat Kerja yangn melaksanakan
62 50% 0%
kesehatan kerja
Presentase Instansi pemerintah yang melakukan
63 100% 0%
pengukura kebugaran jasmani
Presentase Puskesmas ysng melaksanakan kesehatan
64 100% 0%
olahraga bagi anak SD
65 Pembinaan Batra 30% 0%
Presentase Jmaah Haji yang di ukur kebugarannya
66 100% 0%

J MANEJEMEN PUSKESMAS

67 Cakupan Indeks Keluarga Sehat Kecamatan 0.5 - 0.8 0%

68 Cakupan penilaian kerja Puskesmas 2 Kali 0%

69 Cakupan Pelaksana Lokmin Lintas Program 6 Kali 100%

70 Cakupan Pelaksana Lokmin Lintas Sektor 2 Kali 100%

71 1 Kali 0%
Laporan PTP Puskesmas

72 1 Kali 100%
Laporan Profil puskesmas

Sumber : Data Capaian Program Puskesmas Mateketen Tahun 2021

72
Profil Kesehatan Puskesmas Mateketen Tahun 2021
BAB VIII. PENUTUP
Disadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan Buku Profil Kesehatan
Tahun 2021 ini masih sangatlah jauh dari kesempurnaan, olehnya itu berbagai saran dan
kritikan dari berbagai pihak yang sifatnya membangun demi untuk penyempurnaan buku
profil ini sangatlah kami harapkan.
Apresiasi yang tak terhingga kepada para pihak yang telah banyak memberikan
kontribusi positif sehingga bisa diselesaikannya penyusunan Buku Profil Kesehatan
Tahun 2021 yang merupakan salah satu rutinitas setiap tahun, guna untuk
menggambarkan kondisi derajat kesehatan masyarakat di Kecamatan Makian Barat
selama tahun 2021.

73
Profil Kesehatan Puskesmas Mateketen Tahun 2021

Anda mungkin juga menyukai