Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN


PADA CIDERA DISLOKASI

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 14
NUR FITRI AULIA
SINTA PERMATA SARI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


(STIKES) MATARAM
T.A 2019
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan


sendi. Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau
terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari
mangkuk sendi). Seseorang yang tidak dapat mengatupkan mulutnya kembali
sehabis membuka mulutnya adalah karena sendi rahangnya terlepas dari
tempatnya. Dengan kata lain: sendi rahangnya telah mengalami dislokasi.
Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi
bahu dan sendi pinggul (paha). Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi
itupun menjadi macet. Selain macet, juga terasa nyeri. Sebuah sendi yang pernah
mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor. Akibatnya,
sendi itu akan gampang dislokasi lagi.
Skelet atau kerangka adalah rangkaian tulang yang mendukung dan me
lindungin beberapa organ lunak, terutama dalam tengkorak dan panggul.
Kerangka juga berfungsi sebagai alat ungkit pada gerakan dan menye diakan
permukaan untuk kaitan otot-otot kerangka. Oleh karena fungsi tulang yang
sangat penting bagi tubuh kita, maka telah semestinya tulang harus di jaga agar
terhindar dari trauma atau benturan yang dapat mengakibatkan terjadinya patah
tulang atau dislokasi tulang.
Dislokasi terjadi saat ligarnen rnamberikan jalan sedemikian rupa
sehinggaTulang berpindah dari posisinya yang normal di dalam sendi. Dislokasi
dapat disebabkan oleh faktor penyakit atau trauma karena dapatan (acquired)
atau karena sejak lahir (kongenital).

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dat membuat rumusan masalah
yaitu sebagai berikut :
1. Apa Pengertian dari dislokasi?
2. Apa saja klasifikasi dislokasi ?
3. Apa Etiologi dari dislokasi?
4. Bagaimanakah patofisiologis pada dislokasi?
5. Apa saja manifestasi dari dislokasi?
6. Apa saja komplikasi dislokasi ?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang dari dislokasi ?
8. Bagaimana penatalaksanaan dislokasi ?
9. Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada pasien dengan
dislokasi ?

C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian dislokasi
2. Mengetahui klasifikasi dari dislokasi
3. Mengetahui etiologi dari dislokasi
4. Mengetahui patofisiologi pada dislokasi
5. Mengetahui manifestasi dari dislokasi
6. Mengetahui komplikasi dari dislokasi
7. Mengetahui pemeriksaan penunjang dari dislokasi
8. Mengetahuui bagaimana penatalaksanaan dislokasi
9. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dislokasi

BAB II
KONSEP DASAR TEORI
1. DEFINISI
Dislokasi adalah keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak
lagi berhubungan secara anatomis (tulang lepas dari sendi) (Brunner&Suddarth.
2002)
Dislokasi adalah keluarnya (bercerainya) kepala sendi dari mangkuknya,
dislokasi merupakan suatu kedaruratan yang membutuhkan pertolongan segera.
(Arif Mansyur, 2000).
Dislokasi merupakan keadaan ruptura total atau parsial pada ligamen
penyangga yang mengelilingi sebuah sendi. Biasanya kondisi ini terjadi sesudah
gerakan memuntuir yang tajam (Kowalak, 2011).
Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi.
Dislokasi ini terdapat hanya kepada komponen tulangnya saja yang bergeser atau
terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk
sendi).

2. KLASIFIKASI
Dislokasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Dislokasi kongenital
Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan
2. Dislokasi patologik
Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. misalnya tumor, infeksi,
atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang berkurang
3. Dislokasi traumatic.
Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan mengalami
stress berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena
mengalami pengerasan). Terjadi karena trauma yang kuat sehingga dapat
mengeluarkan tulang dari jaringan disekeilingnya dan mungkin juga merusak
struktur sendi, ligamen, syaraf, dan system vaskular. Kebanyakan terjadi pada
orang dewasa.
- Berdasarkan tipe kliniknya dibagi :
1. Dislokasi Akut
Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri akut dan
pembengkakan di sekitar sendi
2. Dislokasi Berulang.
Jika suatu trauma Dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi dislokasi yang
berlanjut dengan trauma yang minimal, maka disebut dislokasi berulang.
Umumnya terjadi pada shoulder joint dan patello femoral joint.Dislokasi
biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang / fraktur yang disebabkan oleh
berpindahnya ujung tulang yang patah oleh karena kuatnya trauma, tonus atau
kontraksi otot dan tarikan.

- Berdasarkan tempat terjadinya :


1. Dislokasi sendi rahang
- Menguap terlalu lebar
- Terkena pukulan keras saat rahang terbuka,akibatnya penderita
tidak dapat menutup mulutnya
2. Dislokasi sendi rahang
- pergeseran kaput humerus dari sendi glenuhumeral berada
dianterior dan medial glenoid (dislokasi anterior,posterior,inferior )
3. Dislokasi sendi siku
- merupakan mekanisme cidera biasanya trejadi pada tangan yang
menyebabkan dislokasi sendi siku ke arah posterior dengan jelas siku
berubah bentuk dengan kerusakan tonjolan-tonjolan tulang siku
4. Dislokasi sendi jari
- Sendi jari mudah mengalami dislokasi dan apabila tidak ditolong
dg segara,sendi tersebut akan menjadi kaku kelak.Sendi jari dapat
mengalami dislokasi kearah telapak tangan dan punggung tangan.
5. Dialokasi sendi Methacarpopalangeal dan interpalangeal
- Dislokasi yang disebabkan karena hiperekstensi ekstensi
persendian
6. Dislokasi Panggul
- Bergesernya caput femur dari sendi pamggul berada dianterior
dan atas acetabulum(dislokasi posterior), di anterior acetabulum
(dislokasi anterior), dan caput femur menembus acetabulum (dislokasi
sentra).
7. Dislokasi Patella
- Paling sering terjadi ke arah lateral.
- Reduksi dicapai dengan memberikan tekanan ke arah medial pada
sisi lateral patella sambil mengekstensikan lutut perlahan-lahan
- Apabila dislokasi dilakukan berulang-ulang diperlukan stabilisasi
secara bedah.

3. ETIOLOGI
Dislokasi sendi terjadi karena trauma akibat kecelakaan, seperti kecelakaan
mobil, kecelakaan sepeda motor, kecelakaan terjatuh dari tempat yang tinggi, dan
lain-lain. Dislokasi sendi dapat disebabkan juga oleh trauma akibat pembedahan
ortopedi. Dislokasi sendi juga dapat disebabkan oleh factor predisposisi, terjadi
infeksi di sekitar sendi dan juga akibat kelainan pertumbuhan sejak lahir.

4. PATOFISIOLOGI
Penyebab terjadinya dislokasi sendi ada tiga hal yaitu karena kelainan
congenital yang mengakibatkan kekenduran pada ligamen sehingga terjadi
penurunan stabilitas sendi. Dari adanya traumatic akibat dari gerakan yang
berlebih pada sendi dan dari patologik karena adanya penyakit yang akhirnya
terjadi perubahan struktur sendi. Dari 3 hal tersebut, menyebabkan dislokasi
sendi. Dislokasi mengakibatkan timbulnya trauma jaringan dan tulang,
penyempitan pembuluh darah, perubahan panjang ekstremitas sehingga terjadi
perubahan struktur. Dan yang terakhir terjadi kekakuan pada sendi. Dari
dislokasi sendi, perlu dilakukan adanya reposisi.
Adanya tekanan eksternal yang berlebih menyebabkan suatu masalah yang
disebut dengan dislokasi yang terutama terjadi pada ligamen. Ligamen akan
mengalami kerusakan serabut dari rusaknya serabut yang ringan maupun total
ligamen akan mengalami robek dan ligamen yang robek akan kehilangan
kemampuan stabilitasnya. Hal tersebut akan membuat pembuluh darah akan
terputus dan terjadilah edema. Sendi mengalami nyeri dan gerakan sendi terasa
sangat nyeri. Derajat disabilitas dan nyeri terus meningkat selama 2 sampai 3
jam setelah cedera akibat membengkak dan pendarahan yang terjadi maka
menimbulkan masalah yang disebut dengan dislokasi.

5. MANIFESTASI KLINIS
1. Deformasi pada persendian
Jika sebuah tulang diraba secara sering akan terdapat celah .
2. Gangguan gerakan
Otot-otot tidak dapat bekerja dengan baik pada tulang tersebut.
3. Pembengkaan
Pembengkaan ini bisa parah pada kasus trauma dan dapat menutupi
deformitas
4. Nyeri
Sendi bahu,sendi siku,metakarpal palangeal dan sendi pangkal paha servikal
5. Kekakuan

7. KOMPLIKASI
- Dini :
1). Cedera saraf : saraf aksila dapat cedera ; pasien tidak dapat mengkerutkan
otot
deltoid dan mungkin terdapat daerah kecil yang mati rasa pada otot tesebut.
2). Cedera pembuluh darah : Arteri aksilla dapat rusak.
3). Fraktur disloksi.
- Komplikasi lanjut :
1). Kekakuan sendi bahu : Immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan
kekakuan
sendi bahu, terutama pada pasien yang berumur 40 tahun. Terjadinya
kehilangan rotasi lateral, yang secara otomatis membatasi abduksi.
2). Dislokasi yang berulang : terjadi kalau labrum glenoid robek atau kapsul
terlepas
dari bagian depan leher glenoid.
3). Kelemahan otot.

8. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan diagnostik yang dapat menunjang diagnosa adalah sebagai berikut :


1. Sinar-X (Rontgen)
Pemeriksaan rontgen merupakan pemeriksaan diagnostik noninvasif untuk
membantu menegakkan diagnosa medis. Pada pasien dislokasi sendi ditemukan
adanya pergeseran sendi dari mangkuk sendi dimana tulang dan sendi berwarna
putih.

2. CT scan
CT-Scan yaitu pemeriksaan sinar-X yang lebih canggih dengan bantuan komputer,
sehingga memperoleh gambar yang lebih detail dan dapat dibuat gambaran secara
3 dimensi. Pada psien dislokasi ditemukan gambar 3 dimensi dimana sendi tidak
berada pada tempatnya.

3. MRI
MRI merupakan pemeriksaan yang menggunakan gelombang magnet dan
frekuensi radio tanpa menggunakan sinar-X atau bahan radio aktif, sehingga
dapat diperoleh gambaran tubuh (terutama jaringan lunak) dengan lebih detail.
Seperti halnya CT-Scan, pada pemeriksaan MRI ditemukan adanya pergeseran
sendi dari mangkuk sendi.

9. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan dislokasi sendi sebagai berikut :
1. Medis
a. Farmakologi
Pemberian obat-obatan : analgesik non narkotik
- Analsik yang berfungsi untuk mengatasi nyeri otot, sendi, sakit
kepala, nyeri pinggang. Efek samping dari obat ini adalah
agranulositosis. Dosis: sesudah makan, dewasa: sehari 3×1 kapsul, anak:
sehari 3×1/2 kapsul.Bimastan yang berfungsi untuk menghilangkan nyeri
ringan atau sedang, kondisi akut atau kronik termasuk nyeri persendian,
nyeri otot, nyeri setelah melahirkan. Efek samping dari obat ini adalah
mual, muntah, agranulositosis, aeukopenia. Dosis: dewasa; dosis awal
500mg lalu 250mg tiap 6 jam.

b. Pembedahan
- Operasi ortopedi

Operasi ortopedi merupakan spesialisasi medis yang mengkhususkan pada


pengendalian medis dan bedah para pasien yang memiliki kondisi-kondisi
arthritis yang mempengaruhi persendian utama, pinggul, lutut dan bahu
melalui bedah invasif minimal dan bedah penggantian sendi. Prosedur
pembedahan yang sering dilakukan meliputi:
 Reduksi terbuka : melakukan reduksi dan membuat kesejajaran tulang
yang patah setelah terlebih dahulu dilakukan diseksi dan pemajanan tulang
yang patah.
 Fiksasi interna : stabilisasi tulang patah yang telah direduksi dengan
skrup, plat, paku dan pin logam.
 Artroplasti: memperbaiki masalah sendi dengan artroskop(suatu alat
yang memungkinkan ahli bedah mengoperasi dalamnya sendi tanpa irisan
yang besar) atau melalui pembedahan sendi terbuka.
2. Non medis
a. Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat semula dengan
menggunakan anastesi jika dislokasi berat.
b. Dengan RICE (rest, ice, compression, elevation)

BAB III
PEMBAHASAN KASUS

A. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan untuk
mengumpulkan data pasien dengan menggunakan tehnik wawancara, observasi,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang tetapi pada pasien dislokasi difokuskan
pada :

 Keluhan Utama
Keluhan utama pada pasien dislokasi adalah psien mengeluhkan adanya nyeri.
Kaji penyebab, kualitas, skala nyeri dan saat kapan nyeri meningkat dan saat kapan
nyeri dirasakan menurun.

 Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien biasanya mengeluhkan nyeri pada bagian yang terjadi dislokasi,
pergerakan terbatas, pasien melaporkan penyebab terjadinya cedera.

 Riwayat Penyakit Dahulu


Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab dislokasi, serta penyakit
yang pernah diderita klien sebelumnya yang dapat memperparah keadaan klien dan
menghambat proses penyembuhan.

 Pemeriksaan Fisik
- Tampak adanya perubahan kontur sendi pada ekstremitas yang
mengalami dislokasi.
- Tampak perubahan panjang ekstremitas pada daerah yang mengalami
dislokasi.
- Adanya nyeri tekan pada daerah dislokasi.
- Tampak adanya lebam pada dislokasi sendi

 Kaji 14 kebutuhan dasar Henderson. Untuk dislokasi dapat difokuskan


kebutuhan dasar manusia yang terganggu adalah :
- Rasa nyaman (nyeri) : pasien dengan dislokasi biasanya mengeluhkan
nyeri pada bagian dislokasi yang dapat mengganggu kenyamanan klien.
- Gerak dan aktivitas: pasien dengan dislokasi dimana sendi tidak berada
pada tempatnya semula harus diimobilisasi. Klien dengan dislokasi pada
ekstremitas dapat mengganggu gerak dan aktivitas klien.
- Makan minum: pasien yang mengalami dislokasi terutama pada rahang
sehingga klien mengalami kesulitan mengunyah dan menelan. Efeknya bagi
tubuh yaitu ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
- Rasa aman (ansietas) : klien dengan dislokasi tentunya mengalami
gangguan rasa aman atau cemas(ansietas) dengan kondisinya.

 Pemeriksaan Diagnostik
- Pemeriksaan rontgen untuk melihat lokasi dari dislokasi.
- Pemeriksaan CT-Scan digunakan untuk melihat ukuran dan lokasi tumor
dengan gambar 3 dimensi.
- Pemeriksaan MRI untuk pemeriksaan persendian dengan menggunakan
gelombang magnet dan gelombang frekuensi radio sehingga didapatkan
gambar yang lebih detail.

2. Diagnosa keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan diskontinuitas
jaringan.
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas dan nyeri saat
mobilisasi.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kegagalan untuk mencerna atau ketidakmampuan mencerna makanan atau
absorpsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
d. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pegetahuan tentang penyakit.
e. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan deformitas dan perubahan
bentuk tubuh.

3. Intervensi keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


Hasil
Gangguan rasa Rasa nyeri teratasi  Kaji skala  Mengetahu
nyaman nyeri dengan nyeri i intensitas nyeri.
berhubungan Kriteria Hasil :  Berikan  Posisi

dengan  Klien posisi relaks pada relaksasi pada

diskontinuitas pasien pasien dapat


tampak tidak
 Ajarkan
jaringan. mengalihkan focus
meringis lagi.
 Klien teknik distraksi dan pikiran pasien
tampak rileks relaksasi pada nyeri.
 Berikan  Tehnik
lingkungan yang relaksasi dan
nyaman, dan distraksi dapat
aktifitas hiburan mengurangi rasa
 Kolaborasi
nyeri.
pemberian  Meningkat
analgesic kan relaksasi
pasien
 Analgesic
Mengurangi nyeri

Gangguan Memberikan  Kaji tingkat  menunjukk


mobilitas fisik kenyamanan dan mobilisasi pasien an tingkat
berhubungan melindungi sendi Berikan latihan mobilisasi pasien
dengan selama masa ROM dan menentukan
deformitas dan penyembuhan.  Anjurkan
intervensi
nyeri saat Kriteria hasil penggunaan alat selanjutnya.
bantu jika  Memberika
mobilisasi  melapor
diperlukan n latihan ROM
kan peningkatan
 Monitor
kepada klien untuk
toleransi
tonus otot mobilisasi
aktivitas  Membantu  Alat bantu
(termasuk pasien untuk memperingan
aktivitas sehari- imobilisasi baik mobilisasi pasien
hari) dari perawat  Agar
 menunju
maupun keluarga mendapatkan data
kkan penurunan
yang akurat
tanda intolerasi  Dapat
fisiologis, membantu pasien
misalnya nadi, untuk imobilisasi
pernapasan, dan
tekanan darah
masih dalam
rentang normal
Perubahan Kebutuhan nutrisi  Kaji  Mengidenti
nutrisi kurang terpenuhi riwayat nutrisi, fikasi defisiensi,
dari Kriteria hasil: termasuk makan memudahkan
kebutuhan  Menunuj yang disukai intervensi
tubuh b.d  Observasi  Mengawasi
ukkan
kegagalan dan catat masukkan masukkan kalori
peningkatan
untuk makanan pasien atau kualitas
atau
 Timbang
mencerna atau kekurangan
mempertahanka
berat badan setiap
ketidak konsumsi makanan
n berat badan
hari.  Mengawasi
mampuan dengan nilai  Berikan
penurunan berat
mencerna laboratorium makan sedikit badan atau
makanan normal. dengan frekuensi
 Tidak efektivitas
/absorpsi sering dan atau intervensi nutrisi
nutrient yang mengalami
makan diantara  Menurunka
diperlukan tanda mal
waktu makan n kelemahan,
untuk nutrisi.  Observasi
 Menunu meningkatkan
pembentukan dan catat kejadian pemasukkan dan
njukkan
sel darah mual atau muntah, mencegah distensi
perilaku,
merah flatus dan dan gaster
perubahan pola
gejala lain yang  Gejala GI
hidup untuk
berhubungan dapat
meningkatkan  Berikan dan
menunjukkan efek
dan atau Bantu hygiene anemia (hipoksia)
mempertahanka mulut yang baik : pada organ.
n berat badan sebelum dan  Meningkat
yang sesuai sesudah makan kan nafsu makan
 Kolaborasi
dan. Menurunkan
: pantau hasil pertumbuhan
pemeriksaan bakteri,
laboraturium. meminimalkan
 Kolaborasi
kemungkinan
: berikan obat
infeksi
sesuai indikasi  Meningkat
akan efektivitas
program
pengobatan
 Kebutuhan
penggantian
tergantung pada
tipe anemia dan
atau adanya
masukkan oral
yang buruk dan
defisiensi yang
diidentifikasi.

Ansietas kecemasan pasien  Kaji  Mengetahu


berhubungan teratasi dengan tingkat ansietas i tingakat
dengan kriteria hasil : klien kecemasan pasien
 Bantu
kurangnya  klien dan menentukan
pengetahuan pasien
tampak rileks intervensi
tentang  klien mengungkapkan selanjutnya.
penyakit tidak tampak rasa cemas atau  Mengali
bertanya – tanya takutnya pengetahuan dari
 Kaji
pasien dan
pengetahuan mengurangi
Pasien tentang kecemasan pasien
prosedur yang akan  Agar
dijalaninya. perawat tau
 Berikan
seberapa tingkat
informasi yang pengetahuan
benar tentang pasien dengan
prosedur yang akan penyakitnya
dijalani pasien  Agar
pasien mengerti
tentang
penyakitnya dan
tidak cemas lagi
Gangguan Pasien bisa mengatasi  Kaji konsep  Dapat
citra tubuh body image pasien diri pasien mengetahui pasien
berhubungan  Kembangka  Menjalin

dengan n BHSP dengan saling percaya

deformitas dan pasien pada pasien


 Bantu  Menjadi
perubahan
pasien tempat bertanya
bentuk tubuh
mengungkapkan pasien untuk
masalahnya mengungkapkan
 Bantu
masalahnya
pasien mengatasi  Mengetahu
masalahnya. i masalah pasien
dan dapat
memecahkannya

BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi.
Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya
seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi).
Dislokasi terjadi saat ligamen memberikan jalan sedemikian rupa sehingga tulang
berpindah dari posisinya yang normal di dalam sendi. Karena terpeleset dari
tempatnya, maka sendi itupun menjadi macet. Selain macet, juga terasa nyeri.
Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya
menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan gampang dislokasi lagi. Dislokasi dapat
disebabkan oleh faktor penyakit atau trauma karena dapatan (acquired) atau karena
sejak lahir (kongenital).
B. SARAN
Diharapkan perawat dapat memahami dan mengaplikasikannya dalam
pemberian asuhan keperawatan sehari-hari sesuai dengan prosedur yang berlaku.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. Keperawatan Medikal Bedah,edisi 8, Jakarta : EGC, 2002


Mansyur arif, dkk (2000). Kapita Selekta Kedokteran Edisi III jilid II. Penerbit Buku
Aesculapius Fakultas Kedokteran IV, Jakarta
Price, Sylvia A. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Edisi 6.
Volume 2. Jakarta: EGC
NANDA NIC NOC International. Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC, 2013
Arif Muttaqin. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskululoskeletal.
Jakarta : EGC, 2008
Brunner & Suddarth. Keperawatan Medikal Bedah,edisi 8, Jakarta : EGC, 2002
Arif Muttaqin. Buku Saku Gangguan Muskuloskeletal, Jakarta : EGC, 2011
https://www.scribd.com/doc/249352807/askep-dislokasi-sendi (diakses tanggal 23
September 2017 jam 21.53 WIB)

Anda mungkin juga menyukai