Anda di halaman 1dari 53

BAB

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan


nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan
untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat
kesehatan yang optimal.

Pembangunan kesehatan pada dasarnya menyangkut semua segi


kehidupan, baik fisik, mental maupun sosial ekonomi. Dalam perkembangan
pembangunan kesehatan selama ini, telah terjadi perubahan orientasi, baik
tata nilai maupun pemikiran terutama mengenai upaya pemecahan masalah
dibidang kesehatan yang dipengaruhi oleh politik, ekonomi, social budaya,
pertahanan dan keamanan serta ilmu pengetahuan dan teknologi. Perubahan
orientasi tersebut akan mempengaruhi proses penyelenggaraan
pembangunan kesehatan. Disamping hal tersebut dalam pelaksanaan
pembangunan kesehatan perlu memperhatikan jumlah penduduk Indonesia
yang besar, terdiri dari berbagai suku dan adat istiadat, m enghuni ribuan
pulau yang terpencar-pencar dengan tingkat pendidikan dan yang
beragam.

Penyelenggaraan pembangunan kesehatan meliputi upaya kesehatan


dan sumber dayanya, harus dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan
guna mencapai hasil yang optimal. Upaya kesehatan yang semula
dititikberatkan pada upaya penyembuhan penderita secara berangsur-angsur
berkembang kearah

1
keterpaduan upaya kesehatan yang menyeluruh. Oleh karena itu,
pembangunan kesehatan yang menyangkut upaya peningkatan kesehatan
(promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif),
dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) harus dilaksanakan secara
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan, dan dilaksanakan bersama
antara pemerintah dan masyarakat.

Tugas dan tanggung jawab Pemerintah pada dasarnya adalah mengatur,


membina dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan serta
menggerakkan peran serta masyarakat. Upaya kesehatan dilaksanakan secara
menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan melalui pendekatan
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan. Asas adil dan merata berarti bahwa penyelenggaraan
kesehatan harus dapat memberikan pelayanan yang adil dan merata kepada
segenap lapisan masyarakat dengan biaya yang terjangkau oleh masyarakat.

Peran Pemerintah lebih dititikberatkan pada pembinaan, pengaturan,


dan pengawasan untuk terciptanya pemerataan pelayanan kesehatan dan
tercapainya kondisi yang serasi dan seimbang antara upaya kesehatan yang
dilaksanakan oleh Pemerintah dan masyarakat termasuk swasta. Kewajiban
untuk melakukan pemerataan dan peningkatan pelayanan kesehatan bagi
seluruh lapisan masyarakat, tetap menjadi tanggungjawab Pemerintah.

Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab pelaksanaan upaya


kesehatan ini tentu saja harus didukung oleh berbagai sumber daya seperti;
sumber daya manusia yang cakap dan handal, cukup dari segi jumlah serta
terdistribusi secara proporsional; sumber daya instrumen meliputi sarana
gedung, sarana transportasi dan peralatan; selanjutnya sumber dana/ alokasi
dana yang memadai untuk menunjang pelaksanaan program dan kegiatan
pelayanan kesehatan. Keseluruhan dari sumber daya tersebut harus dikelola
secara profesional dan berkesinambungan melalui suatu metode pengelolaan
yang efektif dan efisien.

2
Keberhasilan pembangunan diberbagai bidang dan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi telah meningkatkan taraf kesejahteraan
masyarakat dan kesadaran akan hidup sehat. Hal ini mempengaruhi
meningkatnya kebutuhan pelayanan dan pemerataan yang mencakup
tenaga, sarana, dan prasarana baik jumlah maupun mutu. Karena itu
diperlukan pengaturan untuk melindungi pemberi dan penerima jasa
pelayanan kesehatan.

Pada kenyataannya seringkali berbagai program/ kegiatan pelayanan


kesehatan mengalami berbagai kemunduran, stagnan atau bahkan tidak
“tersentuh” sama sekali akibat dari adanya berbagai masalah dari ketiga
sumber daya dimaksud (Sumber daya manusia, sumber daya instrumen dan
alokasi dana).

Profil Puskesmas Aek Kanopan ini memuat berbagai data dari setiap
program yang ada di Puskesmas yang meliputi data Kesehatan Ibu dan Anak ,
data Kunjungan Pasien rawat Inap dan rawat jalan , data tentang Gizi , data
imunisai, data tentang ketenagaan dan lain-lain. Profil Puskesmas Simpang
Empat juga menyajikan data pendukung lain yang berhubungan dengan
kesehatan seperti data kependudukan,data lingkungan, dan data-data lain
yang berkaitan dengan upaya untuk menggambarkan kondisi kesehatan
masyarakat Kecamatan Kualuh Hulu. Dengan kata lain , profil kesehatan
merupakan salah satu sarana penyaji data dan informasi kesehatan yang
menggambarkan status kesehatan masyarakat dan factor-faktor yang
mempengaruhinya yang merupakan cerminan dari pembangunan kesehatan
secara menyeluruh. Pada akhirnya profil kesehatan lebih dinilai sebagai alat
evaluasi daripada sebagai alat pemantauan.

3
1.2 Tujuan Penyusunan
1.2.1 Tujuan Umum

Tujuan dari penyusunan Profil Kesehatan Puskesmas Aek Kanopan ini


adalah untuk memberikan informasi kesehatan di setiap program yang ada di
Puskesmas yang dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi dan analisa terhadap
upaya pencapaian Labuhanbatu Sehat dan Indonesia sehat.

1.2.2 Tujuan Khusus


Diperolehnya data/ informasi kesehatan setiap program yang ada di
Puskesmas , yang menyangkut data-data sebagai berikut:

1. Data/ informasi tentang jumlah Penduduk .


2. Data/ informasi tentang derajat kesehatan masyarakat Kecamatan
Simpang Empat terdiri dari data angka kematian, data angka kesakitan
dan data status gizi.
3. Data/ Informasi tentang upaya kesehatan yang dilaksanakan meliputi data
pelayanan Kesehatan, akses dan mutu pelayanan Kesehatan,
4. Data/ informasi tentang sumber daya kesehatan meliputi data sarana
Kesehatan, tenaga Kesehatan dan pembiayaan Kesehatan.

1.3 Manfaat Profil Kesehatan Puskesmas Aek Kanopan


Manfaat yang diharapkan dari penyusunan profil ini adalah sebagai
suatu alat yang dapat digunakan untuk mengevaluasi program-program yang
telah dilaksanakan, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam
penyusunan langkah-langkah selanjutnya dalam usaha meningkatkan dan
mengembangkan pembangunan kabupaten khususnya pembangunan
dibidang kesehatan.
Profil Kesehatan Puskesmas Aek Kanopan yang merupakan salah satu
produk Sistem Informasi Kesehatan (SIK) diharapkan dapat digunakan
sebagai sarana penyedia data dan informasi, sangat penting artinya bagi para
pengambil keputusan dan penentu kebijakan di tingkat kecamatan terutama

4
dalam bidang kesehatan untuk perencanaan pembangunan Kesehatan yang
berkelanjutan. Sistem Informasi yang baik harus dapat memberikan
gambaran atau situasi yang akurat, tepat waktu dan sesuai dengan
kebutuhan agar penentu kebijakan dapat mengambil keputusan berlandaskan
fakta (evidence based decision making).

1.4. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pemahaman pembaca dan pengguna profil ini,maka


kami menyajikan sistematika penulisan sebagai berikut :

Bab I. PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan secara singkat tentang latar belakang
penyusunan profil,tujuan,manfaat serta sistematika penulisannya.

Bab II. GAMBARAN UMUM


Bab ini menguraikan tentang gambaran umum Kabupaten
Labuhanbatu Utara yang terdiri dari keadaan/letak geografis,keadaan iklim
dan keadaan demografi.Selain itu juga mengulas factor-faktor yang
berpengaruh terhadap kesehatan seperti
kependudukan,ekonomi,pendidikan,budaya dan lingkungan.

Bab III. SITUASI DERAJAT KESEHATAN


Bab ini berisi tentang indikator mengenai angka kematian,angka
kesakitan dan angka status gizi masyarakat serta indikator kesehatan lainnya.

Bab IV. SITUASI UPAYA KESEHATAN


Bab ini menguraikan tentang Visi,Misi dan Strategi pembangunan
kesehtan serta program-program pembangunan bidang kesehatan yang telah

5
dilaksanakan serta target-target yang harus dicapai.Dalam bab ini juga
dijabarkan tentang hasil capaian program pembangunan kesehatan meliputi
program peningkatan derajat kesehatan masyarakat,program peningkatan
perilaku kesehatan masyarakat,program peningkatan kesehatan lingkungan
dan pelayanan kesehatan.

Bab V. SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN


Bab ini menguraikan tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan ,
pembiayaan kesehatan dan sumber daya kesehatan lainnya.

Bab VI. KESIMPULAN


Bab ini menyajikan tentang hal-hal penting yang perlu disimak dan
ditelaah lebih lanjut dari Profil Kesehatan Kabupaten pada tahun yang
bersangkutan . Selain beberapa keberhasilan yang telah dicapai juga
mengulas tentang berbagai hal kekurangan dan kegagalan dalam
pelaksanaan program.

LAMPIRAN
Pada lampiran ini terdapat resume/angka pencapian kinerja Puskesmas
Aek Kanopan dan 77 tabel data .

6
BAB 2
GAMBARAN UMUM KECAMATAN KUALUH HULU

2.1. Lokasi Dan Luas Wilayah

Kecamatan Kualuh Hulu merupakan nama yang di sepakati oleh PP


Kecamatan. menurut UU No 7 Tahun 1956 Kabupaten Labuhanbatu Utara di
tetapkan menjadi daerah otonom untuk mengurus urusan rumah tangga
daerah, di mana Kecamatan Kualuh Hulu Termasuk di dalam nya Secara
geografis Kecamatan Kualuh hulu berada pada Lintang 2º44.58-2º57.57.LU
dan Bujur 100 º28.31-100º44.33 BT. Kecamatan Kualuh Hulu terdiri dari ±
65% daratan dan berombak ±35%. merupakan daerah agraris yang
berpotensi untuk pertanian tananam pangan dan perkebunan. tata guna
tanah terdiri dari

● Sawah ½ teknis 65 Ha

● Perkebunan Rakyat 7.786,99 Ha

● Perkebunan besar 4.526.68 Ha

Kecamatan Kuauh Hulu mempunyai batasan seperti


’’’

Sebelah Utara berbatasan dengan :


Sebelah Timur berbatasan dengan :
Sebelah Selatan berbatasan dengan :
Sebelah Barat berbatasan dengan :
Luas Kecamatan Kualuh Hulu 141.9997 km² terdiri dari 8 desa . kecamatan
Kualuh Hulu berada pada wilayah Labuhanbatu Utara bawah dari arah bagian
Utara menuju kearah Timur sampai selatan mempunyai daratan rendah
sebagian daratan tinggi bergelombang.
Suhu udara pada umumnya 25º dan 28º C dengan curah hujan rata-rat 1.325
setiap tahun.

7
2.2 Keadaan Iklim
Keadaan iklim di Kecamatan Kualuh Hulu berdasarkan pengamatan
dari Badan Geofisika dan Meteorologi Kecamatan Kualuh Hulu di gambarkan
dalam bentuk jumlah curah hujan dan jumlah hari hujan dengan nilai rata-
rata jumlah curah hujan 103 mm per bulan dan jumlah hari hujan sebanyak
10 hari per bulan.Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan
September,Oktober,November dan Desember masing-masing 172,207,163
dan 109 mm demikian juga dengan jumlah hari hujan berturut-turut
sebanyak 16,18 dan 11 hari,curah hujan terendah terjadi pada bulan Maret
dan April masing-masing dengan curah hujan 35 dan 48 mm,sedangkan
jumlah hari hujan terendah pada bulan yang sama masing-masing sebanyak
7 dan 6 hari.

2.3 Keadaan Demografi


2.3.1 Jumlah Penduduk
Berdasarkan data yang diterbitkan Badan Pusat Statistik penduduk
Kecamatan Kualuh Hulu Tahun 2010 jumlah penduduk sebanyak 61.244
jiwa,tahun 2011 mengalami penurunan menjadi 56.837 jiwa, tahun 2012
mengalami peningkatan berjumlah 57.539, tahun 2013 mengalami
peningkatan dengan jumlah 57.738 jiwa, tahun 2014 mengalami peningkatan
dengan jumlah 59.331 jiwa,tahun 2015 sedikit naik dengan jumlah 59.890,
tahun 2016 juga sedikit naik dengan jumlah 60.429 dan tahun 2017
mengalami penurunan dengan jumlah 42.395 hal ini disebabkan Kecamatan
Simpang Empat sudah terpisah dengan Kecamatan Teluk Dalam dan pada
tahun 2018 jumlah penduduk berjumlah 42.735 jiwa. Secara berturut-turut di
gambarkan jumlah penduduk terbanyak pada tahun 2018 berada di Desa
Simpang Empat dengan jumlah penduduk 14.170 jiwa diikuti dengan Desa
Sungai lama sebanyak 8.154 jiwa sedangkan Desa dengan jumlah penduduk
paling sedikit adalah Desa perkebunan sukaraja dengan jumlah penduduk
sebanyak 1.337 jiwa, Jumlah penduduk terbanyak pada tahun 2019 berada di
desa Simpang Empat dengan jumah penduduk 14.274 jiwa, dengan jumlah

8
penduduk paling sedikit adalah desa Anjung Ganjang dengan jumlah
penduduk 1.863 jiwa.

JUMLAH PENDUDUK SIMPANG EMPAT


TAHUN 2014-2019

Dari data jumlah penduduk 5 tahun terakhir tampak bahwa jumlah


penduduk teringgi terjadi pada tahun 2016 dan jumlah penduduk terendah
pada tahun 2017.

2.3.2 Kepadatan Penduduk


Berdasarkan data yang diterbitkan Badan Pusat Statistik penduduk
kecamatan simpang empat pada tahun 2014 berjumlah 59.331 jiwa dengan
luas wilayah 141.9997 km, tahun 2015 berjumlah 59.890 dengan luas wilayah
141.9997 km, pada tahun 2016 berjumlah 60.429 jiwa dengan luas wilayah
141.9997 km dan pada tahun 2017 berjumlah 42,395 jiwa dengan luas

9
wilayah 141.9997 km dengan kepadatan penduduk 238.9290 per km, tahun
2019 berjumlah 43.049 dengan kepadatan penduduk 303/km²

2.3.3 Rasio Jenis Kelamin


Sex ratio adalah suatu angka yang menunjukkan perbandingan jenis
kelamin antara banyaknya penduduk laki-laki dan perempuan pada suatu
daerah dan waktu tertentu.Biasanya dinyatakan dengan jumlah penduduk
laki-laki untuk 100 penduduk perempuan.Perkembangan penduduk menurut
sex ratio pada tahun 2014 yaitu laki-laki berjumlah 29.941 dan perempuan
sebesar 29.390 jiwa,tahun 2015 laki-laki berjumlah 30223 dan perempuan
berjumlah 29.667, tahun 2016 laki-laki berjumlah 30.493 dan perempuan
29.936 jiwa, tahun 2017 laki-laki berjumlah 21.399 dan perempuan 20.996
dan pada tahun 2018 laki-laki berjumlah 21.567 jiwa dan perempuan
berjumlah 21.168 jiwa, tahun 2019 laki-laki berjumlah 21.737 jiwa dan
perempuan 21.312 jiwa.

JUMLAH PENDUDUK BERDASARKAN JENIS KELAMIN


TAHUN 2014-2019

10
Dari data tersebut terlihat bahwa tahun 2014 sampai dengan tahun 2019
jumlah penduduk laki-laki tetap lebih banyak dari pada jumlah penduduk
perempuan tiap tahunnya.

2.4 Sosial,Ekonomi dan Budaya


2.4.1 Pekerjaan
Sesuai dengan kondisi dan letak geografis Kecamatan Simpang Empat
maka mayoritas pekerjaan penduduk adalah pada sektor
pertanian/perkebunan,nelayan,karyawan swasta,PNS/TNI/POLRI dan
selebihnya adalah sebagai pedagang dan pengrajin.
Secara teoritis bila dikaitkan antara jenis pekerjaan dengan derajat
kesehatan masyarakat maka terdapat suatu rangkaian hubungan secara
langsung maupun tidak langsung. Asumsi bahwa jenis pekerjaan yang lebih
banyak membutuhkan waktu kerja di luar rumah tentu akan menyisakan
sedikit waktu bagi keluarganya dalam hal pemeliharaa kesehatn anggota
keluarga. Demikian juga jenis pekerjaan yang berkaitan dengan jumlah
penghasilan yang relatif tidak memadai untuk memenuhi tuntutan kebutuhan
hidup. Asumsi lain menyebutkan bahwa ada hubungan timbal balik antara
tingkat pendidikan dengan jenis pekerjaan seseorang artinya bahwa sebagian
besar jenis pekerjaan pada sektor pertanian/perkebunan dan nelayan
biasanya diisi oleh orang-orang dengan tingkat pendidikan menengah
kebawah. Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat tersebut juga akan
berbanding lurus dengan banyak hal seperti tingkat kesehatan,tingkat
pendapatan dan lain-lain

2.4.2 Pendidikan
Tinggi rendahnya tingkat pendidikan merupakan cerminan dari
kemajuan suatu masyarakat dalam arti bahwa semakin tinggi tingkat
pendidikan rata-rata penduduk maka akan semakin mudah untuk menyerap
dan mengaplikasikan segala sesuatu yang terkait dengan perubahan dalam
upaya menuju perbaikan khususnya perbaikan ekonomi sedangkan

11
keterkaitannya dengan kesehatan disebutkan bahwa tingkat pendidikan
cenderung akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan seseorang
untuk berperilaku sehat .

2.4.3 Tingkat
Dalam upaya peningkatan status masyarakat ,pemerintah telah
melaksanakan berbagai program di bidang pertanian,pendidikan dan
kesehatan melalui bentuk bantuan langsung maupun tidak langsung yang
bersumber dari alokasi dana APBN,APBD Provinsi,APBD Kabupaten dan
sumber dana lainnya dimana secara keseluruhan lebih difokuskan terutama
terhadap masyarakat yang berada di bawah garis kemiskinan dengan tujuan
untuk menumbuhkan kemampuan masyarakat agar senantiasa produktif.
Pelaksanaan kegiatan ini memberikan kepastian /jaminan pemeliharaan
kesehatan kelompok masyarakat yang rentan dalam hal ini adalah kelompok
masyarakat yang berada dibawah garis kemiskinan yakni Keluarga Miskin
(GAKIN).
Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) adalah merupakan salah
satu program kerja di bidang kesehatan dalam upaya peningkatan akses
kesehatan seluruh masyarakat Indonesia dan kualitas pelayanan kesehatan
khususnya terhadap Keluarga Miskin (GaKin).

2.4.4 Kebudayaan
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik disebutkan bahwa jenis
kebudayaan/suku bangsa yang ada sesuai dengan jumlahnya berturut-turut
terdiri dari suku Jawa (39,11%),suku Batak (10,40%),suku Melayu
(48,09),sisanya sebanyak 5% terdiri dari suku Minang,suku Banjar,suku
Aceh,dan etnis Tionghoa.
Data ini memberikan gambaran bahwa penduduk Kecamatan Simpang
Empat terdiri dari budaya/suku bangsa yang cukup beragam ,dengan
demikian pendekatan sosiologis yang di gunakan untuk intervensi berbagai
program khususnya program kesehatan memerlukan metode-metode yang
tentu saja berbeda dengan daerah-daerah lain yang relatif lebih

12
homogen.Dengan demikian ukuran keberhasilan program (efisiensi dan
efektifitas) harus senantiasa mempertimbangkan nilai-nilai keragaman budaya
yang ada.

BAB 3

13
SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Salah satu indikator yang digunakan untuk menilai atau mengukur


derajat kesehatan serta keberhasilan pembangunan kesehatan masyarakat
adalah melalui parameter Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi
(AKB), morbiditas (angka kesakitan), status gizi, dan umur harapan hidup
(Life Expectancy).

3.1. Angka Kematian (Mortalitas)


Kejadian kematian dalam masyarakat dari waktu kewaktu dapat
memberi gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat atau dapat
digunakan sebagai indikator penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan
program pembangunan kesehatan lainnya.
Tinggi rendahnya angka kematian,secara umum sangat dipengaruhi
oleh tingkat kesakitan dimana golongan bayi, balita, dan ibu maternal
(hamil,melahirkan,nifas) adalah merupakan kelompok rentan atau kelompok
resiko tinggi.
3.1.1. Angka Kematian Bayi dan Balita
Angka Kematian Bayi adalah jumlah bayi berumur < 1 tahun yang
meninggal disuatu wilayah selama 1 tahun setiap 1.000 kelahiran hidup.
Angka kematian bayi di Puskesmas Simpang Empat pada tahun 2014 adalah
sebanyak 2 orang dari jumlah kelahiran 1195, tahun 2015 ada 5 kematian
dari jumlah kelahiran 1099, tahun 2016 ada 4 kematian dari bayi dari 1132
kelahiran, tahun 2017 tidak ada kematian dari 791 kelahiran dan pada tahun
2018 tidak ada kematian dari 851 kelahiran , tahun 2019 tidak ada kematian
dari 753 kelahiran. (Lampiran Tabel 20).

Jumlah Kematian Bayi 2015-2019

14
Dari data tersebut diatas bahwa selama 2 tahun terakhir terjadi peningkatan
kematian bayi dan balita, pada tahun 2016 terjadi penurunan kematian bayi
dari 5 balita menjadi 4 balita dan pada tahun 2017 , 2018 dan 2019 tidak ada
kematian bayi dan balita.

3.1.2. Angka Kematian Ibu


Angka Kematian Ibu (AKI) adalah jumlah kematian ibu pada masa
kehamilan, melahirkan, dan nifas per 100.000 kelahiran hidup. Pada tahun
2014 angka kematian ibu sebanyak 0 orang ,tahun 2015 kematian ibu 3
orang, tahun 2016 kematian ibu 0 orang, tahun 2017, tahun 2018 tidak ada
kematian Ibu dan tahun 2019 tidak ada kematian Ibu. (Lampiran Tabel
21).

3.2. Angka Kesakitan (Morbiditas)


Angka kesakitan penduduk didapat dari dari data yang berasal dari
masyarakat dan sarana pelayanan kesehatan yang diperoleh dari laporan
rutin yakni melalui Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas
(SP2TP).
Tabel 3.1 berikut menyajikan terbesar di puskesmas simpang empat tahun
2018 dan tahun 2019.
Daftar 10 (sepuluh) besar penyakit di Puskesmas Simpang Empat
tahun 2018
JUMLAH
NO NAMA PENYAKIT
KASUS

15
1. INFLUENZA 983
2. DYSPEPSIA 602
3. DIARE 521
4. PENY PULPA 312
5. HIPERTENSI 243
6. DM 224
7. REUMATIK 156
8. PENYAKIT KULIT 146
KARNA INFEKSI
9. KLL 101
10. PENY MATA 98

Daftar 10 (sepuluh) besar penyakit di Puskesmas Simpang Empat


tahun 2019
JUMLAH
NO NAMA PENYAKIT
KASUS
1. INFLUENZA 835
2. BRONKITIS 526
3. DYSPEPSIA 461
4. PENYAKIT MATA 340
5. GASTRITIS 335
6. GASTROENTERITIS 312
7. PENYAKIT GIGI DAN 298
MULUT
8. PREGNANCY 119
9. REUMATIK 105
10. PENYAKIT KULIT 102
ALERGI

3.2.1. Penyakit Menular


3.2.1.1. Penyakit Menular Bersumber Binatang

a. Malaria

16
Malaria merupakan penyakit menular yang senantiasa menjadi
perhatian global. Penyakit ini masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat karena sering menimbulkan KLB, berdampak luas terhadap
kualitas hidup dan ekonomi, serta dapat mengakibatkan kematian. Penyakit
ini dapat bersifat akut, laten atau kronis. Pada tahun 2019 tidak terdapat
penderita yang menderita malaria di wilayah kerja puskesmas simpang empat
(Tabel Lampiran 22).

b. Demam Berdarah Dengue (DBD)


Penyakit DBD adalah suatu penyakit yang timbulnya mendadak disertai
perdarahan serta dalam beberapa hari dapat menimbulkan syok dan
kematian. DBD merupakan penyakit infeksi tular vektor yang sering
menyebabkan Kejadian Luar Biasa (KLB), dan tidak sedikit menyebabkan
kematian. Penyakit ini bersifat musiman yaitu biasanya terjadi pada musim
hujan yang memungkinkan vektor penular (aedes aegypti dan aedes
albopictus) hidup di genangan air bersih.
Pada tahun 2014 Puskesmas simpang empat terdapat 22 penderita
penyakit DBD,tahun 2015 terdapat 6 penderita DBD, pada tahun 2016
terdapat 40 penderita DBD dengan meninggal 3 orang dan pada tahun 2017
terdapat 8 kasus penderita DBD, pada tahun 2018 terdapat 2 orang penderita
DBD dan tahun 2019 terdapat 13 penderita DBD .(Lampiran Tabel 65).
Menyikapi hal ini maka beberapa alternatif pemecahan masalah seperti upaya
penggalakan program PHBS (Prilaku Hidup Bersih Sehat) dan program
pemberantasan penyakit DBD yang didukung oleh alokasi dana yang
memadai menjadi bersifat sangat mendesak untuk diupayakan para
pengambil keputusan.

Jumlah Penderita DBD dari Tahun 2014-2019

17
Pada tahun 2016 angka penderita DBD mengalami kenaikan yaitu sebesar 40
orang dan pada tahun 2018 terdapat penurunan penderita DBD yaitu menjadi
2 orang dan tahun 2019 mengalami kenaikan menjadi 13 orang.

3.2.1.2. Penyakit Menular Langsung


Penyakit menular langsung adalah merupakan proses berpindahnya
penyakit atau dengan kata lain proses penularan dari manusia yang satu
kepada manusia lainnya secara langsung tanpa perantara, misalnya TBC dan
Diare.
a. Tuberculosis (TBC)
Penyakit TBC adalah penyakit menahun yang disebabkan oleh kuman
yang disebut Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit TB paru dengan BTA+
merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat dan biasanya banyak
terdapat pada kelompok masyarakat dengan tingkat penghasilan menengah
kebawah. Pada tahun 2014 jumlah kasus TBC ada sebanyak 57 orang,pada
tahun 2015 terdapat 42 penderita TBC, pada tahun 2016 sebanyak 36
penderita TBC, pada tahun 2017 sebanyak 35 orang, pada tahun 2018
terdapat 43 penderita TBC dan pada tahun 2019 terdapat 47 orang.
( Lampiran Tabel 51).

Jumlah Penderita TB Paru Pada Tahun 2014-2019

18
Dari data diatas maka dapat disimpulkan jumlah penderita TBC dari tahun
2014 sampai tahun 2017 mengalami penurunan dan pada tahun 2018
mengalami kenaikan dari 35 orang (tahun 2017) menjadi 43 orang (tahun
2018 dan mengalami kenaikan lagi ditahun 2019 berjumlah 47 orang.

b. Diare
Diare adalah keadaan dimana seseorang buang air besar yang lebih
sering dari biasanya (tiga kali atau lebih dalam sehari) dan berbentuk
encer, bahkan dapat berupa air saja. Kadang-kadang juga bisa disertai
muntah,panas,dll. Diare sering terjadi pada anak-anak terutama pada
balita rata-rata menderita kurang lebih dua kali setahun dan pada bayi
rata-rata menderita kurang lebih tiga kali setahun.
Penyebab utama diare adalah:

● Peradangan usus oleh bakteri (Cholera, Dysentri, dll), virus dan

parasit.

● Karena keracunan makanan dan minuman.

● Karena tidak tahan (intolerance) terhadap makanan tertentu).

Karena kekurangan gizi, seperti kemungkinan kurang makan atau kurang


protein.

19
Semakin sering dan lama penderita mengalami diare semakin banyak ia
kehilangan garam dan air. Dehidrasi dapat pula terjadi akibat banyak muntah
yang timbul bersama-sama diare. Dehidrasi akan terjadi lebih cepat pada bayi
dan anak-anak pada iklim panas dan bila terjadi demam, dehidrasi dapat
menyebabkan kematian. Penderita diare pada tahun 2014 di Puskesmas
Simpang Empat ditangani atau dengan kata lain angka kesakitan diare adalah
697,pada tahun 2015 ada 399 kasus diare ditangani, pada tahun 2016
terdapat 531 kasus diare ditangani, pada tahun 2017 terdapat 626 kasus
diare, pada tahun 2018 terdapat 540 kasus diare dan pada tahun 2019
terdapat 495 kasus diare.(Lampiran Tabel 56).

Jumlah Penderita Diare Tahun 2014 – 2019

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah penderita diare ditangani
dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2019 keadannya fluktuatif dan
mengalami penurunan di tahun 2019.

3.2.1.3. Penyakit Menular Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi


Imunisasi adalah pemberian kekebalan dalam usaha mencegah
timbulnya penyakit-penyakit berbahaya seperti Difteri, Pertusis, Tetanus,
Polio, Campak, dan Hepatitis.
a. Difteri

20
Penyakit difetri adalah penyakit menular akut yang menyerang
bayi (0-1 thn) serta sebagian besar anak yang tidak mendapatkan
vaksinasi DPT pada kelompok pada umur 1-4 thn dengan penyebab
penyakit adalah Coryne Bacterium Diptheriae.
Pada tahun 2017 tidak terdapat penderita difteri di puskesmas
simpang empat (Lampiran Tabel 62).

b. Pertusis
Penyakit pertusis merupakan penyakit menular akut pada
saluran pernafasan. Pada tahun 2017 tidak dapat penderita
pertusis di puskesmas simpang empat (Lampiran Tabel 62).
c.Tetanus
Tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh Basil
Chlostridium Tetani. Penyakit ini bisa menyerang siapa saja tanpa
memandang kelompok umur atau srata ekonomi.
Penyakit tetanus biasanya terjadi pada bayi (<1bulan) disebut
dengan Penyakit Tetanus Neonatorum. Upaya pencegahannya telah
dilakukan melalui program imunisasi rutin dengan pemberian TT
pada wanita usia subur (WUS), pemeriksaan kehamilan sekaligus
pemberian imunisasi TT dan imunisasi saat sweeping. Pada tahun
2017 kasus ini tidak dijumpai (Lampiran Tabel 62).
d.Polio
Penyakit polio yang telah merupakan kesepakatan global
dimana seharusnya indonesia telah bebas polio pada tahun 2000
yang ditandai dengan pemberian serifikat bebas polio oleh WHO,
namun kenyataannya sampai saat ini Indonesia belum lagi bebas
polio yang membawa dampak program imunisasi polio masih harus
tetap berjalan.
Dalam upaya membasmi atau eradikasi polio telah dilaksanakan
PIN sejak tahun 1995 disertai kegiatan imunisasi rutin dan juga
sweeping. Dalam rangka menjaring kasus polio telah dilakukan
kegiatan surveilance acute flaccid paralysis (SAFP). Diwilayah

21
puskesmas simpang empat tidak terdapat penderita yang terkena
polio (Lampiran Tabel 61).

e. Campak
Penyakit campak merupakan penyakit akut yang mudah
menular dan sebagian penderita meninggal karena terjadinya
komplikasi seperti radang paru dan radang otak. Sebagian besar
kematian dapat dicegah dengan penanganan kasus yang baik.
Diwilayah kerja puskesmas simpang empat tidak terdapat
penderita yang terkena campak (Lampiran Tabel 62).
f. Hepatitis
Penyakit hepatitis dapat menyerang semua orang tanpa
memandang kelompok umur, status, jenis kelamin, dan lain-lain
sementara itu penyakit ini mempunyai efek serangan efek yang cukup
berbahaya. Berangkat dari informasi ini maka penanganan terhadap
kasus ini harus mendapatkan perhatian yang lebih. Di wilayah
puskesmas simpang empat tidak terdapat penderita yang terkena
hepatitis.

3.3. Status Gizi


Berbagai usaha dalam mengatasi masalah gizi telah dilakukan
program Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK), Pemberian Makanan
Tambahan (PMT), pemberian kapsul vitamin A, pemberian tablet Fe,
dan kapsul jodium untuk daerah rawan Gangguan Akibat Kekurangan
Iodium (GAKI). Sebagai indikator terhadap status gizi bayi
dipergunakan Angka Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan terhadap
Balita dengan menggunakan indikator balita Kurang Energi Protein
(KEP) dengan skala Likert (gizi buruk, kurang, baik dan lebih). Status
gizi pada bayi BBLR dan balita Bawah Garis Merah (BGM) dapat dilihat
pada uraian dibawah ini:
Pada tahun 2014 di puskesmas simpang empat terdapat gizi kurang
sebanyak 29 orang dan gizi buruk sebanyak 3 orang,pada tahun 2015

22
terdapat gizi kurang sebanyak 22 orang, gizi buruk sebanyak 3 orang,
pada tahun 2016 terdapat 3 orang gizi buruk dan pada tahun 2017
terdapat 5 penderita gizi buruk dan pada tahun 2018 terdapat 11 gizi
kurang dan tahun 2019 terdapat gizi kurang 9 orang dan tidak terdapat
gizi buruk.(Lampiran Tabel 44)

Jumlah penderita Gizi Buruk Tahun 2014-2019

Jumlah penderita gizi buruk 3 tahun terakhir tidak mengalami


perubahan,jumlahnya tetap yaitu 3 orang dalam waktu 3 tahun terakhir
( tahun 2014 – tahun 2016 ) dan pada tahun 2017 terdapat 5 penderita gizi
buruk dan di tahun 2018, 2019 tidak ada gizi buruk.

23
BAB 4
SITUASI UPAYA KESEHATAN

Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan serangkaian kegiatan


yang dilakukan secara terpadu,terintegrasi dan berkesinambungan untuk
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk
pencegahan penyakit,peningkatan kesehatan,pengobatan penyakit dan
pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan atau masyarakat.
Pelaksanaan upaya kesehatan diarahkan untuk mencapai tujuan
pembangunan kesehatan yaitu mewujudkan derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya melalui peningkatan keterjangkauan masyarakat yang
setinggi-tingginya melalui peningkatan keterjangkauan
(accesibility),kemampuan (affordability),kualitas (quality) pelayanan
kesehatan sehingga mampu mengantisipasi
perubahan,perkembangan,masalah dan tantangan dalam pembangunan
kesehatan.

4.1 Visi, Misi, Tujuan, Motto, Tata Nilai, Budaya Malu Puskesmas
Simpang Empat

“ MEWUJUDKAN PUKSESMAS DENGAN PELAYANAN KESEHATAN YANG


BERKUALITAS MENUJU ASAHAN SEHAT DAN MANDIRI “

1. Meningkatkan Pelayanan Kesehatan dasar dan Pengembangan dengan


menjamin tersedianya upaya kesehatan yang profesional.
2. Meningkatkan kompetensi dan Profesionalisme SDM dalam Pelaksanaan
Pelayanan Kesehatan.
3. Mengembangkan Pelayanan Kesehatan yang berkualitas dan inovatif.

24
4. Terwujudnya sarana dan Mutu Pelayanan sesuai dengan Kebutuhan
Masyarakat
5. Meningkatkan pengelolaan Keuangan menuju Kemandirian masyarakat.

1. Mendorong dan meningkatnya kesadaran masyarakat dalam program-


program pembangunan yang berkontribusi positif terhadap wawasan
kesehatan di wilayah kecamatan Simpang Empat.
2. Meningkatnya kemampuan kemandirian bagi keluarga dan masyarakat
Simpang Empat untuk memelihara dan memperbaiki kesehatanya dengan
dapat menjangkau pelayanan kesehatan yang layak sesuai kebutuhanya
3. Menjamin tersedianya pelayanan kesehatan di wilayah kecamatan Simpang
Empat yang berkualitas dan mudah dijangkau oleh masyarakat.
4. Tergeraknya upaya promotif dan preventif bagi individu, keluarga maupun
masyarakat Simpang Empat yang didukung oleh upaya kuratif dan
rehabilitative.

“ KESEHATAN ANDA ADALAH TUJUAN KAMI “

“ SMART “
1. Sederhana
Memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan prosedur yang sesderhana
dan tidak berbelit-belit.
2. Mudah
Memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan kemudahan dan sesuai
dengan prosedur yang berlaku
3. Adil
Memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan adil/idak membedakan
status sosial.
4. Ramah
Memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan senyum dan ramah
5. Tepat

25
Memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan cepat,tepat,cermat dan
teliti sesuai prosedur yang berlaku.

1. Malu karena datang terlambat dan pulang cepat.


2. Malu hanya menuntut hak tidak tahu kewajiban
3. Malu karena bekerja tanpa program.
4. Malu karena tugas tidak terlaksana.
5. Malu karena selalu tidak masuk kerja tanpa alasan.
6. Malu sering meninggalkan meja kerja tanpa alasan penting.
7. Malu berpakaian seragam tidak rapi dan tanpa atribut lengkap.
8. Malu tidak rapi ruangan dan tidak rapi pekerjaan.
9. Malu tidak bertatakrama/tidak sopan terhadap pasien,rekan kerja dan
pimpinan.
10. Malu tidak berpartisipasi dalam tim kerja (egois)

4.2 Pogram Puskesmas Simpang Empat


Kegiatan pokok yang dilaksanakan di Puskesmas Simpang Empat
meliputi:
1. Usaha Promosi Kesehatan (PROMKES)
2 .Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
3. Keluarga Berencana (KB)
4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
5. Kesehatan Lingkungan
6. Program Imunisasi
7. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular (P3M)
8. Posyandu
9. Upaya Kesehatan Sekolah (UKS)
10.Upaya kesehatan Olahraga
11.Upaya kesehatan kerja
12.Upaya Kesehatan Kerja
13.Upaya Kesehatan Jiwa
14.Laboratorium

26
15.Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
16.Upaya Kesehatan Usia Lanjut
17.Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional
18.Pencatatan dan Pelaporan

Hasil pencapaian program puskesmas di uraikan dalam beberapa program


yaitu:

4.2.1 Promosi Kesehatan (PROMKES)


Promosi Kesehatan merupakan usaha yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan untuk memberitahukan tentang pentingnya kesehatan kepada
masyarakat
Sasaran Promkes: Rumah tangga,institusi pendidikan,tempat kerja,tempat
umum
dan institusi kesehatan
Tujuan : Agar masyarakat secara keseluruhan dapat melaksanakan
Perilaku hidup sehat dan agar masyarakat dapat berperan
aktif dalam penyelenggaraan upaya kesehatan
Kegiatan : Mengadakan penyuluhan mengenai pentingnya kesehatan
Serta membagikan brosur-brosur kesehatan kepada
Masyarakat

4.2.2 Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)


Kesehatan Ibu dan Anak merupakan upaya kesehatan yang
menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil,ibu bersalin,balita serta
anak pra sekolah yang menjadi tanggung jawab puskesmas untuk
meningkatkan derajat kesehatan

Sasaran :Ibu hamil,Ibu bersalin,Bayi,Balita dan anak pra sekolah


Tujuan :Agar setiap ibu dapat memahami pentingnya menjaga kesehatan
ibu dan anak

27
Kegiatan :-Pemeriksaan ibu hamil dan ibu menyusui
-Penyuluhan Gizi Ibu dan Anak
-Imunisasi Ibu hamil dan Anak

4.2.3 Pelayanan Keluarga Berencana (KB)

Program pelayanan Keluarga Berencana merupakan suatu upaya


yang bertujuan untuk menurunkan angka kelahiran khususnya bagi PUS
(Pasangan Usia Subur) melalui upaya menjarangkan kelahiran sehingga pada
akhirnya dapat menekan tingkat pertumbuhan penduduk.

Tujuan : Menaikkan Kesehatan melalui Penjarangan kelahiran


Sasaran : PUS,Ibu hamil dan Ibu menyusui
Pelayanan keluarga berencana mempunyai kegiatan sebagai berikut:
a. Menerima akseptor dan calon akseptor yang dirujuk dari pos-
pos KB dan Posyandu di wilayah kerja
b. Memberikan penyuluhan dan penerangan tentang KB dengan
usaha-usaha terpadu
c. Memberikan layanan kontrasepsi pada akseptor KB dalam
bentuk IUD,Pil,Kondom,Suntikan dan Kontap
d. Melayani konsultasi Kemandulan dan konsultasi Kontap

4.2.4 Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat


Keadaan ekonomi yang kurang dan kurangnya pengetahuan tentang
gizi akan mempengaruhi status gizi seseorang.Usaha-usaha yang dilakukan
dalam perbaikan gizi adalah Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK),Pemberian
Makanan Tambahan (PMT),Pemberian Kapsul Penambah Darah dan
Kunjungan Gizi Buruk.

4.2.5 Kesehatan Lingkungan

28
Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat
kesehatan yaitu rumah yang memiliki jamban sehat,sarana air bersih,tempat
pembuangan sampah,sarana pembuangan air limbah,ventilasi rumah yang
baik,kepadatan hunian rumah yang sesuai dan lantai rumah tidak terbuat dari
tanah.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah upaya untuk
memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi
perorangan,keluarga,kelompok dan masyarakat dengan membuka jalur
komunikasi ,memberikan informasi dan edukasi untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap dan perilaku sehingga membantu masyarakat mengenal
dan mengatasi masalah sendiri, dalam tatanan rumah tangga agar dapat
menerapkan cara-cara hidup bersih dan sehat dalam rangka menjaga,
memelihara dan meningkatkan kesehatannya.

4.2.5 Imunisasi
Imunisasi merupakan suatu upaya perlindungan yang diberikan
kepada kelompok beresiko tinggi terhadap serangan penyakit khususnya
dalam rangka menurunkan angka kesakitan bayi dan ibu.
Kegiatan imunisasi melakukan imunisasi pada ibu hamil,imunisasi
rutin setiap bulan dan Badan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS).

4.2.7 Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular


(P3M)
Penyakit menular merupakan penyakit infeksi yang dapat
dipindahkan dari orang ataupun hewan maupun benda-benda yang
mengandung bibit penyakit.

4.2.8 Posyandu
Poyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumber
daya masyarakat (UKBM).Posyandu menyelenggarakan minimal 5 program

29
prioritas yaitu : (1) Kesehatan Ibu dan Anak (2) Keluarga Berencana (3)
Perbaikan Gizi (4) Imunisasi (5) Penanggulangan Diare.

4.2.9 Upaya Kesehatan Sekolah (UKS)


Kegiatan usaha sekolah (UKS) yaitu melaksanakan penyuluhan
kesehatan pribadi, kesehatan gigi,kesehatan lingkungan dan imunisasi serta
memberikan pendidikan kesehatan melalui kegiatan intraseluler.

4.2.10 Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut (UKGM)


UKGM adalah upaya pokok yang bertujuan untuk mencegah dampak
pengobatan yang bertujuan pada individu,keluarga, dan masyarakat. Dimana
kegiatannya meliputi pemeriksaan,pengobatan,perawatan gigi dan mulut
serta rujukan penyuluhan kebersihan gigi.

4.2.11 Upaya Kesehatan Usia Lanjut (USILA)


Kegiatan –kegiatan lanjut usila adalah pelayanan kesehatan lanjut
usia antara lain upaya menggairahkan semangat hidup usia lanjut agar
mereka tetap berguna untuk dirinya sendiri,keluarga maupun masyarakat.
Upaya promotif dapat berupa kegiatan penyuluhan tentang
kesehatan dan pemeliharaan kesehatan diri ,makanan dengan menu yang
mengandung gizi seimbang serta meningkatkan kegiatan sosial.

4.3 Pelayanan Kesehatan

4.3.1 Pelayanan Fe Ibu Hamil

Berdasarkan laporan yang diterima dari petugas Gizi Puskesmas


Simpang Empat menunjukkan bahwa cakupan pendistribusian tablet besi

30
pada ibu hamil pada tahun 2014 dari 1381 ibu hamil yang mendapat tablet
Fe1 sebanyak 1257 orang sementara Fe3 sebanyak 1232 orang,tahun 2015
ibu hamil mendapat Fe1 sebanyak 1259 dan Fe3 sebanyak 1184, pada tahun
2016 ibu hamil yang mendapat Fe1 sebanyak 431, ibu hamil yang mendapat
Fe3 sebanyak 413 , pada tahun 2017 ibu hamil yang mendapat Fe1 sebanyak
869 dan Fe3 sebanyak 757 dan pada tahun 2018 sebanyak 718 ibu hamil
mendapat tablet penambah darah dan pada tahun 2019 terdapat 794 ibu
hamil mendapat tablet penambah darah. (TABEL 27)

Jumlah Ibu hamil mendapat Tablet Fe tahun 2016-2019

Dari hasil capaian


pemberian tablet Fe1 dan fe3 pada tiga tahun terakhir,tampak bahwa telah
terjadi penurunan yang cukup bermakna dan pada tahun 2017 terjadi
peningkatan ibu hamil yang mendapat Fe1 dan Fe3 dan pada tahun 2018 dan
di tahun 2019 terdapat 794 ibu hamil mendapat tablet penambah darah..

4.3.2 Kejadian Luar Biasa (KLB) yang di tangani < 24 jam


Kejadian luar biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya
kejadian kesakitan dan atau kematian yang bermakna secara epidemiologi
pada suatu desa /kelurahan dalam waktu tertentu.

4.3.3 CFR Menurut Jenis KLB

31
Kabupaten Asahan adalah suatu lokasi yang terletak pada iklim yang
sangat memungkinkan untuk terjadinya berbagai KLB seperti demam
berdarah,diare,rabies dll.
Pada tahun 2018 tidak ditemukan KLB

4.3.4 Pelayanan Antenatal


Pelayanan antenatal merupakan pelayanan yang diberikan oleh
tenaga kesehatan terhadap ibu hamil dengan standar pelayanan antenatal
yang meliputi 5T.Cakupan pelayanan antenatal dapat dipantau dengan
pemberian pelayanan terhadap ibu hamil saat kunjungan pertama (K1) dan
kunjungan ulangan yang keempat kali pada semester ke 3 kehamilan
(K4).Tahun 2014 jumlah kunjungan K4 sebesar 1189,kunjungan K1 sebanyak
1194 dengan jumlah ibu hamil sebanyak 1381,tahun 2015 kunjungan K4
sebanyak 1233 dan kunjungan K1 sebanyak 1282 dengan jumlah ibu hamil
sebesar 1377,tahun 2016 kunjungan K4 sebanyak 1161 dan kunjungan K1
sebanyak 1166 orang dengan jumlah ibu hamil sebanyak 1389, tahun 2017
jumlah kunjungan K1 sebanyak 879 dan kunjungan K4 sebanyak 856 dan
pada tahun 2018 terdapat jumlah kunjungan K1 899 dan kunjungan K4 889
orang dan tahun 2019 terdapat jumlah kunjungan K1 820 , kunjungan K4
797. (Tabel 23).

Jumlah kunjungan K-1 dan K-4 tahun 2016-2019

32
Dari data diatas dapat dilihat bahwa K-1 dan K-4 tertinggi ada pada tahun
2016 dan kunjungan K1 dan K4 terendah pada tahun 2019.

4.3.5 Pertolongan Persalinan

Data pertolongan persalinan tahun 2014 sebesar 1267 dan persalinan


yang di tolong nakes sebanyak 1189 ,tahun 2015 persalinan sebanyak 1302
dan persalinan yang ditolong nakes sebanyak 1233,tahun 2016 persalinan
sebanyak 1326 dan persalinan ditolong nakes sebanyak 1120 dan pada tahun
2017 persalinan sebanyak 856, persalinan ditolong nakes sebanyak 812 dan
pada tahun 2018 terdapat 941 persalinan dan terdapat persalinan yang
ditolong nakes berjumlah 851, 2019 terdapat 928 persalinan dan terdapat
753 persalinan yang ditolong oleh nakes. (Tabel 23)

Jumlah persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan


Tahun 2014-2019

33
Dari data tersebut maka dapat disimpulkan jumlah persalinan yang ditolong
nakes tertinggi pada tahun 2015 dan terendah pada tahun 2019.

4.3.6 Pelayanan Ibu Hamil dan Neonatal Resiko Tinggi/Komplikasi


Pada Tahun 2014 jumlah ibu hamil yang mengalami resti dan
komplikasi sebanyak 2 orang yang mendapatkan penanganan secara khusus
sebanyak 2,jumlah ibu hamil yang lahir hidup berjumlah 1189 ,tahun 2016
jumlah lahir hidup 1132 dengan perkiraan komplikasi neonatal 170 dan
penanganan komplikasi sebanyak 5, pada tahun 2017 terdapat perkiraan
komplikasi 37 orang ,penanganan komplikasi 5 orang dan perkiraan
komplikasi neonatal 1 orang dan yang ditangani 1 orang pada tahun 2018
terdapat perkiraan komplikasi 197 ,penanganan komplikasi kebidanan
sebanyak 99 orang dan perkiraan komplikasi neonatal 128 orang yang
ditangani sebanyak 38 orang, tahun 2019 pekiraan komplikasi kebidaan 64
, penanganan komplikasi kebidanan 64, perkiraan komplikasi neonatal 113
dan perkiraan penanganan komplikasi neonatal 9 . (Tabel 30).

Penanganan Komplikasi Persalinan dari tahun 2017 – 2018

34
Penanganan Komplikasi Neonatal dari tahun 2017-2018

4.3.7 Pemeriksaan Neonatal


Cakupan pemeriksaan neonatal menggunakan indikator kunjungan
neonatus pertama (KN1) dengan sasaran bayi umur 0-7 hari dan KN2 dengan
sasaran bayi umur 8-28 hari.Angka cakupan pemeriksaan neonatal di
gunakan untuk melihat jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan
neonatal.
Bayi hingga usia kurang dari satu bulan merupakan golongan umur
yang memiliki resiko gangguan kesehatan paling tinggi.Untuk mengurangi

35
resiko tersebut perlu dilakukan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
dan pelayanan kesehatan pada neonatus minimal sebanyak 2 kali yakni pada
usia 0-7 hari (KN1) dan 8-28 hari (KN2).
Pada tahun 2014 kunjungan KN1 sebesar 1193 dan kunjungan
lengkap neonatus (kunjungan gabungan neonatus 3 kali ) sebanyak
1193,tahun 2015 KN1 sebanyak 1317 dan KN lengkap 1317,tahun 2016 KN1
sebanyak 1132 dan KN Lengkap sebanyak 1133, pada tahun 2017 KN1
sebanyak 791 dan KN lengkap 791 dan pada tahun 2018 KN1 berjumlah 851
dan KN lengkap 818 orang , pada tahun 2019 KN1 752 dan KN lengkap 750 .
(Tabel 34)

Jumlah KN1 dan KN Lengkap pada Tahun 2014-2018

Dari data tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa jumlah KN1 dan KN
lengkap tertinggi ada pada tahun 2015.

4.4 Pelayanan Imunisasi

4.4.1 Universal Child Imunization (UCI)

36
Imunisasi merupakan suatu upaya perlindungan yang diberikan
kepada kelompok beresiko tinggi terhadap serangan penyakit khususnya
dalam rangka menurunkan angka kesakitan bayi dan ibu serta mencegah
penularannya .Cakupan pelayanan imunisasi dapat diukur dengan desa yang
telah UCI dengan jumlah 6 desa yaitu :Perkebunan Sukaraja, Silom-lom ,
Anjung Ganjang , Simpang Empat, Sipaku Area, Perkebunan Hessa.(tabel
37)

4.4.2 Imunisasi Bayi

Dari jumlah bayi yang ada pada tahun 2014 yakni sebanyak 1526 bayi
dengan DPT1 dan HB1 sebanyak 1324 bayi,yang mendapat DPT3 dan HB3
sebanyak 1297 bayi ,yang mendapat campak 1237 bayi,tahun 2015 jumlah
bayi sebanyak 1252 dengan DPT1+HB1 sebanyak 1293 bayi,DPT3+HB3
sebanyak 1199 bayi,campak sebanyak 1262 bayi,tahun 2016 bayi yang
mendapat DPT1+HB1 sebanyak 1101 ,DPT3 dan HB3 sebanyak 1223,campak
sebanyak 1238 bayi dan pada tahun 2018 sebanyak 720 bayi mendapat DPT-
HB ( Tabel 39 ).Tahun 2014 Bayi yang mendapat imunisasi polio 4 sebanyak
612 bayi dan yang mendapat BCG sebanyak 994 bayi ,Tahun 2015 bayi yang
mendapat polio 4 sebanyak 1298 bayi,yang mendapat BCG 1341 bayi, pada
tahun 2016 bayi yang mendapat polio 4 sebanyak 1206,yang mendapat BCG
sebanyak 1179 bayi dan pada tahun 2017 yang mendapat polio 863, yang
mendapat BCG sebanyak 835, DPT1 HB1 sebanyak 851, DPT3 HB3 891 dan
Campak sebanyak 797 dan pada tahun 2018 sebanyak 834 bayi mendapat
polio, 759 bayi mendapat imunisasi campak ,tahun 2019 terdapat 863 bayi
mendapat imunisasi lengkap. (Tabel 39)

Jumlah bayi mendapat Imunisasi Dasar Lengkap


Tahun 2017-2019

37
Dari data diatas terlihat bahwa imunisasi dasar lengkap tertinggi adalah di
tahun 2019 .

4.4.3. Bayi yang mendapat ASI Eksklusif dan MP-ASI

Pengertian bayi yang mendapat ASI Eksklusif adalah bayi yang hanya
mendapat ASI saja sejak lahir sampai usia 6 bulan.
Dari data yang diperoleh pada tahun 2014 jumlah bayi yang
mendapat ASI Eksklusif adalah sebanyak 143 dari 608 jumlah bayi,tahun
2015 jumlah bayi mendapat ASI Eksklusif sebanyak 804 dari 1252 bayi, pada
tahun 2016 jumlah bayi mendapat ASI Eksklusif sebanyak 186 dari 1263 bayi
dan pada tahun 2017 jumlah bayi yang mendapat ASI Eksklusif sebanyak 98
bayi dan pada tahun 2018 terdapat 439 bayi diusia ˂ 6 bln dan bayi yang
diberi ASI ekslusif berjumlah 112 bayi, tahun 2019 terdapat 449 bayi dengan
172 bayi mendapat Asi Eksklusif. (Tabel 35) .

Jumlah Bayi mendapat ASI-Eksklusif


Tahun 2017 – Tahun 2019

38
Dari data tersebut diatas jumlah bayi tertinggi yang mendapat Asi eksklusif
ada pada tahun 2019.

4.4.4 Pelayanan Gizi dan Balita

Pada tahun 2014 jumlah balita sebanyak 6970 orang,yang ditimbang


sebanyak 5710 orang dan yang BGM sebanyak 29 orang,tahun 2015 jumlah
balita sebanyak 7046 ,yang ditimbang sebanyak 5832 dan yang BGM 22
orang,pada tahun 2016 terdapat jumlah balita sebanyak 7113,yang ditimbang
sebanyak 5700 dan yang BGM sebanyak 22 orang dan pada tahun 2017
terdapat jumlah balita 4921, yang ditimbang 3660 dan yang BGM sebanyak
14 dan pada tahun 2018 terdapat 3964 balita yang ditimbang dan yang BGM
11 balita dan tahun 2019 terdapat 3954 balita ditimbang dan 9 yang BGM.
(TABEL 44)

Jumlah Balita Ditimbang yang berada di Bawah Garis Merah


Pada Tahun 2017 - 2018

39
Dari data diatas terlihat bahwa jumlah balita ditimbang tertinggi pada tahun
2016 dan jumlah bayi BGM tertinggi pada tahun 2016.

4.4.5 Pelayanan Kesehatan Siswa Kelas 1 dan Setingkat

Data yang diperoleh pada tahun 2014 sebanyak 1307 orang siswa
kelas 1 dan setingkat dari beberapa sekolah yang dikunjungi seluruhnya
mendapat pelayanan kesehatan ,pada tahun 2015 ada sebanyak 1197 orang
siswa kelas 1 SD dan setingkat dan ada 1079 siswa yang mendapat
pelayanan kesehatan dan pada tahun 2016 ada sebanyak 1399 siswa SD dan
setingkat dan yang mendapat pelayanan kesehatan sebanyak 1354 dan pada
tahun 2017 ada sebanyak 5008 siswa kelas 1 SD dan setingkat dan ada 406
siswa yang mendapat pelayanan kesehatan dan pada tahun 2018 terdapat
jumlah peserta didik kelas 1 SD/MI 868 dan mendapat pelayanan kesehatan
816 siswa, tahun 2019 terdapat jumlah SD1 setingkat 836, dan mendapat
pelayanan kesehatan 807 siswa. (Tabel 45).

Jumlah SD 1 dan Setingkat Mendapat Pelayanan Kesehatan


Tahun 2016 - 2019

40
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa Jumlah anak SD dan setingkat
mendapat pelayanan kesehatan tertinggi pada tahun 2016.

4.4.6 Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut (USILA)


Pertambahan penduduk pra usila dengan berbagai masalah yang
menyertai, khususnya masalah kesehatan akan mempengaruhi berbagai
aspek kehidupan khususnya para usia lanjut secara individu maupun dalam
kehidupan keluarga dan masyarakat. Akibat dari proses menua ,usia lanjut
pada umumnya mengalami kemunduran baik secara fisik maupun psikis yang
akan mempengaruhi produktifitasnya dan berdampak pada kehidupan
sosial.Disisi lain penyakit yang menyertai usia lanjut biasanya bersifat kronis
yang membutuhkan biaya yang relatif tinggi dan disertai perawatan yang
lebih intensif.Oleh karena itu masa usia lanjut memerlukan persiapan dan
perhatian dengan sebaik-baiknya,sedini mungkin agar kondisi sehat dan
mandiri dapat dipertahankan selama mungkin.
Dari hasil data pada tahun 2014 terdapat jumlah usila sebanyak 3692,
dari keseluruhan jumlah usila hanya 57 orang yang mendapat pelayanan
kesehatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan Puskesmas Simpang
Empat,tahun 2015 terdapat 2767 usila dan yang mendapat pelayanan
kesehatan sebanyak 633 orang,pada tahun 2016 terdapat jumlah usila
sebanyak 4048 usila dan yang mendapat pelayanan kesehatan sebanyak
1071, pada tahun 2017 terdapat jumlah usila 3056 dan yang mendapat

41
pelayanan kesehatan sebanyak 648 dan pada tahun 2018 terdapat 988 orang
yang berusia lanjut dan yang mendapat pelayanan kesehatan berjumlah 433,
dan tahun 2019 terdapat 3474 lansia dan yang nendapat pelayanan
kesehatan berjumlah 2185. (Tabel 49)

Jumlah Usila Mendapat Pelayanan kesehatan


Tahun 2016 - 2019

Dari data diatas dapat disimpulkan jumlah usila mendapat pelayanan


kesehatan mengalami kenaikan pada tahun 2019.

4.4.7 Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


Pada umumnya bentuk pemeriksaan gigi dan mulut dapat
dilaksanakan melalui upaya promotif,preventif dan kuratif sederhana seperti
pencabutan gigi sulung ,pengobatan dan penambalan sementara yang
dilakukan baik di sekolah maupun dirujuk ke Puskesmas minimal 2 kali
setahun.
Data yang diperoleh pada tahun 2014 menunjukkan bahwa jumlah
pelayanan dasar gigi ada sebanyak 32 yang tumpatan gigi tetap,pencabutan
gigi sebanyak 289 ,tahun 2016 pelayanan tumpatan gigi tetap sebanyak 90
dan pelayanan pencabutan gigi tetap sebanyak 403, tahun 2017 pelayanan
tumpatan gigi tetap sebanyak 52, pelayanan pencabutan gigi tetap sebanyak
429 dan pada tahun 2018 terdapat pelayanan tumpatan gigi tetap 36,

42
pencabutan gigi tetap 434 dan tahun 2019 terdapat pelayanan tumpatan gigi
tetap 34 dan pencabutan gigi tetap 186.(Tabel 46)

Jumlah Pelayanan Tumpatan Gigi Tetap dan Pencabutan Gigi Tetap


Tahun 2016 – 2019

4.4.8 Upaya Penyuluhan Kesehatan

Salah satu upaya pelayanan kesehatan bagi masyarakat adalah


melalui upaya/tindakan promotif.Muara dari upaya ini diharapkan bahwa akan
terjadi perubahan /pergeseran perilaku masyarakat dari semula tidak tahu
menjadi tahu,dari semula apatis menjadi peduli dan dari semula tidak mau
menjadi mau. Oleh karena itu upaya/tindakan promotif harus senantiasa terus
dijalankan sebagai salah satu upaya percepatan pencapaian tujuan
pembangunan kesehatan.
Berdasarkan data yang diperoleh kegiatan penyuluhan kesehatan yang
dilakukan di Puskesmas Simpang Empat,pada tahun 2016 kegiatan
penyuluhan kelompok dilakukan sebanyak 774 kali dan penyuluhan massa
sebanyak 1 kali, tahun 2017 kegiatan penyuluhan kelompok 172 kali.

4.4.9. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pra Bayar

43
Dari data yang diperoleh tahun 2016 yang mengakses pemeliharaan
kesehatannya melalui sistem jaminan pemeliharaan kesehatan pra bayar
dengan menggunakan fasilitas jamkesmas sebanyak 23.030 dan pada tahun
2017 terdapat peserta BPJS berjumlah 24.000 jiwa dan pada tahun 2018
terdapat 23.010 peserta BPJS dan tahun 2019 terdapat 21.000 peserta BPJS.
(Tabel 17)

4.4.10. Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin

Dari hasil data yang diperoleh pada tahun 2017 terdapat jumlah
masyarakat yang menggunakan askeskin sebanyak 24.000 (Tabel 54)

4.5. Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan

4.5.1. Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan dan Rawat Inap


Salah satu ukuran yang dapat dijadikan untuk menggambarkan akses
dan mutu pelayanan kesehatan oleh penduduk/masyarakat/pelanggan adalah
melalui cakupan jumlah kunjungan rawat inap dan rawat jalan di puskesmas.
Puskesmas merupakan sarana pelayanan kesehatan dasar yang
menyelenggarakan kegiatan promosi kesehatan, kesehatan lingkungan,
pelayanan kesehatan ibu dan anak, KB, Perbaikan gizi, Pemberantasan
Penyakit Menular, dan Pengobatan.
Tahun 2016 jumlah seluruh kunjungan adalah Rawat inap sebanyak
285 kunjungan, sedangkan kunjungan rawat jalan sebanyak 5603 . pada
tahun 2017 kunjungan rawat jalan berjumlah 5668 dan kunjungan rawat inap
berjumlah 163 dan pada tahun 2018 kunjungan rawat jalan berjumlah 5.484
dan rawat inap sebanyak 322 dan tahun 2019 terdapat kunjungan rawat jalan
8.490 dan rawat inap 181. (Tabel 5)

44
4.5.2. Sarana Kesehatan Dengan Kemampuan Laboratorium
Kesehatan dan Menyelenggarakan 4 YanKes spesialis

Salah satu indikator kwalitas pelayanan khususnya institusi/sarana


kesehatan adalah melalui jumlah, jenis, kwalitas, dan kemampuan sarana
pelayana kesehatan yang ada.
Jumlah sarana kesehatan yang dimaksud adalah yang dapat
memenuhu rasio kebutuhan masyarakat, jenis sarana dan prasarana yang
memadai dalam hal kwalitas serta didukung oleh kemampuan SDM yang
handal sehingga pada akhirnya akan mampu menjawab segala tuntutan
kebutuhan masyarakat sesuai dengan pola perkembangan penyakit yang
semakin kompleks. Di puskesmas Simpang Empat terdapat 1 laboratorium
(Tabel 14)

4.5.3. Ketersediaan Obat Generik


Ketersediaan obat generik menyangkut jumlah dan jenis akan
berpengaruh terhadap jaminan pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan
yang ada. Persediaan jumlah dan jenis obat-obatan sebaiknya disesuaikan
dengan tingkat kebutuhan berdasarkan kasus-kasus penyakit yang paling
sering terjadi. Pada tahun 2019 terdapat ketersediaan obat di Puskesmas
Simpang Empat dapat dilihat pada lampiran Tabel 9.

4.6. Perilaku Hidup Masyarakat

4.6.1. Prilaku Hidup Bersih dan Sehat


PHBS pada tatanan rumah tangga dinilai berdasarkan 16 indikator yang
meliputi 9 indikator prilaku dan 7 indikator lingkungan. Kesembilan indikator
prilaku yang dimaksud adalah prilaku tidak merokok, persalinan oleh tenaga
kesehatan, imunisasi, penimbangan balita, sarapan pagi, kepersertaan dana
sehat, kebiasaan mencuci tangan, kebiasaan menggosok gigi, olah raga.

45
Sedangkan indikator lingkungan pada PHBS adalah sarana air bersih, jamban,
tempat sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi rumah, kepadatan
rumah dan lantai rumah.

4.6.2. Posyandu Aktif


Untuk meningkatkan kwalitas posyandu telah dilakukan
pengelompokan posyandu kedalam 4 tingkat perkembangan yaitu: Posyandu
Pratama, Posyandu Madya, Posyandu Purnama, dan Posyandu Mandiri.
Di puskesmas simpang empat pada tahun 2019 terdapat jumlah
posyandu yang madya sebanyak 18, purnama 23, dan mandiri 2. Jumlah
keseluruhan posyandu yang ada dipuskesmas simpang empat adalah
sebanyak 43 (tabel 10)

4.7. Keadaan Lingkungan

4.7.1. Rumah Sehat


Tidak banyak evaluasi yang dapat dilakukan terhadap data persentase
rumah sehat ini sebab jumlah rumah yang diperiksa terlalu kecil sehingga
akan dapat menyebabkan kesalahan didalam penarikan kesimpulan terhadap
jumlah rumah sehat di kabupaten Asahan. Namun sebagai pembanding,
disebutkan bahwa target IS 2013 untuk persentase jumlah rumah sehat
adalah sebesar 80%.

4.7.2. Akses Terhadap Air Bersih


Air yang sehat/bersih itu adalah air yang sesuai dengan syarat
kesehatan artinya air tersebut tidak mengandung bibit penyakit, tidak
mengandung bahan beracun/berbahaya serta air yang secara fisik jernih/tidak
keruh serta sesuai untuk kebutuhan manusia atau rumah tangga serta dalam
jumlah yang sesuai menurut kebutuhan. Untuk mengenal / mengetahui air itu
bersih atau tidak adalah dengan melihat dan menguji secara :

46
● Fisik : melalui warna (tidak berwarna / jernih / bening), melalui rasa

(tidak berasa), melalui bau (tidak berbau), melalui suhu (tidak


melebihi suhu udara), melalui kekeruhan (tidak keruh/bening).

● Bakteriologis : artinya tidak mengandung kuman-kuman penyakit

misalnya rasa gatal pada kulit, pedas pada mata, dll.

● Kimiawi : artinya tidak mengandung bahan-bahan kimia.

Oleh karena itu untuk mendapatkan sumber air yang benar-


benar sehat / bersih maka selain menjaga air itu sendiri, maka tidak
kalah pentingnya adalah menjaga kebersihan darimana sumber air itu
tersebut berasal (sumur gali, sumur pompa tangan, mata air, air
leding, dsb).
4.7.3. Sarana Sanitasi Dasar
Sarana sanitasi dasar meliputi jamban, tempat sampah, dan
pengelolaan air limbah, didalam pembuatannya harus memenuhi syarat-
syarat kesehatan antara lain menggunakan tangki septik, menggunakan
penutup dan mempunyai saluran pembuangan dan lain sebagainya. Buruknya
sarana sanitasi dasar dapat merupakan salah satu media / faktor yang dapat
menyebabkan timbulnya berbagai penyakit khususnya diare dan polusi.
Berdasarkan hasil pendataan yang dilakukan pada tahun 2019 Desa yang
melakukan STBM adalah 5 . (Tabel Lampiran 75).

4.7.4. Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM) Sehat


Sesuai dengan peruntukannya, maka diharapkan bahwa tempat-tempat
umum merupakan suatu sarana yang dikunjugi oleh banyak orang tanpa
dibatasi oleh golongan / kelompok tertentu, sehingga dengan demikian maka
tempat-tempat tersebut harus senantiasa terhindar dari hal-hal yang
memungkinkan untuk terjadinya media / sarana penyebaran penyakit dengan
kata lain tempat-tempat tersebut adalah tempat yang sehat. TTU meliputi
hotel, pertokoan, restoran, bioskop, kolam renang, tempat ibadah, tempat
wisata, jasa boga, pasar, terminal,dll. Sedangkan TTU yang memenuhi syarat

47
kesehatan adalah memiliki akses sanitasi dasar (air, jamban, limbah,
sampah), terlaksananya pengendalian vektor, hygiene sanitasi makanan dan
minuman, pencahayaan dan ventilasi sesuai dengan kriteria, persyaratan dan
atau standard kesehatan. Dari hasil data pada tahun 2019 terdapat TTU 90
buah dan terdapat 40 TTU yang memenuhi syarat kesehatan . (Tabel
Lampiran 76).

BAB 5

48
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

5.1. Sarana Kesehatan


Keberhasilan pembangunan kesehatan di suatu wilayah pemerintahan
tidak terlepas dari ketersediaan sarana kesehatannya. Ketersediaan sarana
Kesehatan dimaksud harus mencukupi baik dalam hal kuantitas maupun
kualitasnya, tersebar merata serta terjangkau oleh masyarakat baik dari
aspek pembiayaan maupun jarak/ lokasi.

Jumlah sarana kesehatan yang ada wilayah Puskesmas Simpang


Empat;, Ambulance sebanyak 1 buah, Puskesmas Pembantu (Pustu)
sebanyak 6 (enam) unit dan Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) sebanyak 2
(dua) unit, Posyandu 43 (empat puluh tiga),. Informasi selengkapnya dapat
dilihat pada Tabel 10.

5.2. Tenaga Kesehatan


Dalam pembahasan ini jumlah tenaga kesehatan yang dihitung adalah
berdasarkan jumlah fisik yang sesungguhnya dan bukan berdasarkan tempat
pelayanan yang diberikan.
Indikator Sumberdaya Kesehatan terdiri atas Rasio Dokter, Dokter
Spesialis, Dokter Keluarga, Dokter Gigi, apoteker, Bidan, Perawat, Ahli Gizi,
Ahli sanitasi, dan Ahli Kesehatan Masyarakat masing-masing per 100.000
penduduk. Kecukupan tenaga kesehatan (cukup jumlah dan kualifikasinya)
dalam pemberian pelayanan kesehatan merupakan hal fundamental yang
harus mendapatkan perhatian dikarenakan tenaga kesehatan sebagai unsur
utama didalam pelaksanaan manajemen kesehatan

BAB 6
KESIMPULAN

49
Berdasarkan uraian pada bab-bab terdahulu maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan antara lain :

6.1. Derajat kesehatan


6.1.1. Angka Kematian Bayi (AKB) tahun 2019 sebesar 0 orang.
6.1.2. Angka Kematian Ibu (AKI) tahun 2019 sebesar 0 orang.
6.1.3. Persentase Balita BGM tahun 2019 sebesar 9 orang dan status
Gizi buruk sebesar 0 orang.
6.1.4. Pada tahun 2019 prevalensi kasus penyakit TBC adalah 47 org.
6.1.5. Angka kesakitan malaria pada tahun 2019 adalah 0 orang.

6.2. Upaya Kesehatan


6.2.1. Angka cakupan kunjungan K1 tahun 2019 adalah sebanyak
820 orang sedangkan K4 sebanyak 797 orang.
6.2.2. Jumlah pertolongan persalinan yang dilakukan tenaga
kesehatan pada tahun 2019 adalah sebanyak 753 orang.
6.2.3. Cakupan pelaksanaan program desa/kelurahan UCI tahun 2019
adalah 6 desa.
6.2.4. Cakupan pelaksanaan program pemberian Fe pada Ibu hamil 2x
pada tahun 2019 adalah 794 0rang.
6.2.5. Berdasarkan data capaian indikator pelayanan rumah sakit
antara lain BOR,LOS dan TOI.Maka dalam upaya maksimalisasi kwalitas
pelayanan untuk mendengar keluhan pasien dibutuhkan pembangunan
peningkatan kwalitas sarana dan prasarana.
6.2.7 Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi percepatan
pencapaian tujuan pembangunan kesehatan adalah ketersediaan sejumlah
dana yang mampu mengakomodir seluruh rencana kegiatan yang telah
ditetapkan. Bila ditinjau dari aspek kebijakan pemerintah yang menggariskan
bahwa jumlah anggaran pembangunan kesehatan adalah minimal sebesar 80
% dari total nilai anggaran yang tersedia.

50
BAB 7
PENUTUP

51
Seiring dengan derap pembangunan global yang dilandasi dengan
semangat Otonomi Daerah (OTDA) maka pembangunan kesehatan harus
menjadi salah satu ujung tombak yang senantiasa harus mengambil peran
dan posisi penting dalam upaya percepatan pencapaian tujuan pembangunan
itu sendiri yakni masyarakat adil dan makmur.

Melalui otonomi daerah, pemerintah memberikan kesempatan seluas-


luasnya bagi pemerintah Provinsi/ Kabupaten/ Kota untuk berkreasi didalam
pelaksanaan pembangunan termasuk upaya pembangunan kesehatan di
daerahnya masing-masing baik dalam hal penentuan skala prioritas program,
pembuatan kebijakan setempat sampai kepada menggali sumber anggaran
selama tidak bertentangan dengan undang-undang.

Kondisi tersebut pada akhirnya menuntut seluruh pelaku kesehatan


untuk senantiasa mau dan mampu bekerja keras baik secara personal
maupun institusional agar dapat melaksanakan dan mewujudkan visi dan
misi pembangunan kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna
melalui evaluasi program kerja yang telah, sedang dan akan dilaksanakan.

Berpedoman terhadap pola pikir tersebut, Dinas Kesehatan Kabupaten


Asahan telah mela ksanakan berbagai program kerja kesehatan selama
tahun 2009 yang dilaporkan melalui Profil Kesehatan puskesmas Simpang
Empat . Berbagai keberhasilan telah dicapai namun harus diakui bahwa tidak
seluruhnya program kerja tersebut tercapai sesuai dengan target yang telah
ditetapkan.

Terhadap program-program yang belum tercapai, kami berkeyakinan bahwa


melalui semangat dan kerja keras maka akan dapat kami tingkatkan
sedangkan untuk program-program yang telah berhasil akan senantiasa kami
pertahankan… SEMOGA !

52
53

Anda mungkin juga menyukai