Anda di halaman 1dari 110

1.

PENGERTIAN ADMINISTRASI KESEHATAN


Administrasi kesehatan pada dasarnya adalah perpaduan atau penggunaan
ilmu dan teknologi administrasi dalam pelayanan kesehatan. Atau
penerapan pelayanan ilmu dan teknologi kesehatan agar pelayanan
kesehatan yang diberikan menjadi lebih efektif dan efisien untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat agar bisa hidup produktif. Unsur-
unsur dalam Administrasi Kesehatan yaitu: Fungsi administrasi, Perangkat
administrasi dan Tujuan administrasi Kesehatan.
A. Fungsi Administrasi
Kita mengenal berbagai ragam pembagian fungsi administrasi,antara
lain:
1. George R.Terry: membedakan fungsi administrasi menjadi 4macam
yaitu Perencanaan/planning, Pengorganisasian/Organizing,
Penggerakan/Actuating dan Pengawasan/Controlling O POAC
2. Komisi Pendidikan Administrasi Kesehatan Amerika Serikat
membedakan fungsi administrasi atas enam macam yakni
perencanaan(planning). pengorganisasian (organizing),pengarahan
(directing), pengawasan (controlling),pengkoordinasian
(coordinating) dan penilaian (evaluation).
3. Freeman membedakan fungsi administrasi atas enam macam yakni
perencanaan (planning), penggerakan (actuating),pengkoordinasian
(coordinating), bimbingan (guidance),membebaskan (freedom) dan
pertanggungjawaban (responsibility).
4. Barton membedakan fungsi administrasi atas delapan macam yaitu
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),penyusunan
staff (staffing), penyusunan anggaran belanja (budgeting),pelaksanaan
(implementing), pengkoordinasian (coordinating), pelaporan (reporting)
dan penilaian (evaluation).
5. Luther M. Gullick membedakan fungsi administrasi atas 7macam
yakni perencanaan (planning), pengorganisasian
90
BIMBEL NORITA EDUCA CENTER
(organizing), penyusunan staff (staffing), pengarahan
(directing),pengkoordinasian (coordinating), pelaporan (reporting), dan
penyusunan anggaran belanja (budgeting). Fungsi administrasi menurut
Gullick ini dikenal dengan POSDCORB.
6. Hendry Fayol membedakan fungsi administrasi atas 5 macam yakni
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),perintah
(commanding), pengkoordinasian (coordinating) dan pengawasan
(controlling). Dikenal dengan singkatan POCCC
7. Departemen Kesehatan membedakan fungsi administrasi
kesehatan dalam 3 P yaitu, Perencanaan (P1), Penggerakan
Pelaksanaan (P2) dan Pengawasan, Penilaian dan Pengendalian (F3).
B. Perangkat Administrasi
Dalam public administration untuk organisasi non profit dikenal
4perangkat administrasi yaitu: Man, Money, Material dan
Method;sedangkan dalam Bussiness Administration ditambah 2 M
lagi,yaitu Machine dan Market.

2. RUANG LINGKUP ADMINISTRASI KESEHATAN


Ruang lingkup administrasi kesehatan sangat luas dan kompleks.Seseorang
yang akan menjadi Administrator Kesehatan harus mampu memahami atau
menguasai tujuan fungsi dan perangkat administrasi namun sekaligus
memahami makna pelayanan kesehatan sebagai pelayanan ilmu dan
teknologi kesehatan dalam mencapai tujuan pembangunan seperti yang
digariskan pada UU nomor: 23 tahun 1992serta visi pembangunan kesehatan
yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Kesehatan Indonesia Sehat
2010. Sementara itu masih perlu diperhatikan bagaimana melaksanakan
paradigma sehat dalam era desentralisasi.
Secara sederhana ruang lingkup administrasi kesehatan meliputi :
A. Fungsi administrasi
Kegiatan disini meliputi semua kegiatan administrasi
seperti,perencanan, pengorganisasian, koordinasi, penyusunan
anggaran dan pengawasan serta perencanaan berikutnya. Demikian
seterusnya,berulang-ulang dan berkesinambungan yang oleh Marry
Arnold digambarkan dalam bentuk hubungan spiral yang terus menerus.
B. Sistem kesehatan itu sendiri
91
BIMBEL NORITA EDUCA CENTER
Sistem kesehatan tidak lain adalah kumpulan dari berbagai faktor yang
kompleks dan saling berhubungan yang terdapat pada suatu negara dan
yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan kesehatan
perorangan, keluarga, kelompok serta masyarakat pada setiap saat.
Sistem kesehatan mencakup atas 2subsistem, yaitu subsistem
pelayanan kesehatan dan subsistem pembiayaan kesehatan. Untuk
dapat terselenggaranya upaya kesehatan yang baik, kedua subsistem ini
perlu ditata dan dikelola dengan sebaik-baiknya. Seorang administrator
kesehatan seyogyanya tidak hanya merencanakan dan melaksanakan
program-program kesehatan saja, tetapi juga piawai menganalisa
keberhasilan program-program kesehatan yang diperoleh dari laporan-
laporan yang masuk, sehingga diperlukan adanya sistem informasi
kesehatan yang memadai. Seorang administrator kesehatan yang baik
dapat menyebabkan tersedianya dan terselenggaranya upaya
kesehatan sedemikian rupa, sehingga dengan masukan yang sekecil-
kecilnya diperoleh keluaran yang sebesar-besarnya. Seorang
administrator kesehatan selalu berprinsip optimalisasi, efisien dan
efektif.

3. MANFAAT ADMINISTRASI KESEHATAN


Apabila Administrasi Kesehatan dilaksanakan dengan baik dan
benar,manfaat yang diperoleh adalah:
A. Meningkatnya efektivitas dan efisiensi penggunaan sumber daya dan dana
yang masih sangat terbatas.
B. Membuat pelayanan kesehatan dapat menjawab kebutuhan dan tuntutan
masyarakat akan pelayanan kesehatan yang bermutu dan
berkesinambungan.
C. Membuat pelayanan kesehatan mudah terjangkau oleh
masyarakat,mendorong pemerataan dalam pelayanan kesehatan dengan
demikian diharapkan dapat memenuhi harapan bahwa kesehatan adalah
Hak Azasi Manusia.
4. HUBUNGAN ADMINISTRASI KESEHATAN DAN OTONOMI DAERAH
Di era desentralisasi seorang administrator kesehatan disamping memahami dasar-
dasar administrasi kesehatan, sistem kesehatan,pendekatan sistem dan organisasi
juga perlu memahami kebijakan baru tentang kesehatan yang dilandasi oleh 4
kebijakan dasar yaitu:
A. Paradigma sehat (15 September 1998).
B. Gerakan pembangunan berwawasan kesehatan (1 Maret 1999).
C. Rencana Pembangunan Kesehatan Indonesia Sehat 2010 (1 Maret 1999).
D. Kesehatan itu adalah Hak Azasi Manusia (November 2000).

Disamping itu, seorang Administrator Kesehatan harus pula memahami UU nomor.


22 tahun 1999 dan UU nomor. 25 tahun 1999 serta PP nomor.25 tahun 2000 yang
erat kaitannya dengan pelaksanaan otonomi daerah/desentralisasi kesehatan.
Dalam UU nomor. 22 tahun 1999 tentang otonomi daerah disebutkan :
· Pemerintahan daerah ialah penyelenggaraan pemerintah daerah otonom oleh
pemerintah daerah dan DPRD menurut azas desentralisasi.
Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah
kepada daerah otonom dalam kerangka negara kesatuan RI.
Dekonsentrasi ialah penyerahan wewenang dari Pemerintah kepada Gubernur
sebagai wakil pemerintah dan/atau perangkat pusat di daerah.
Tugas pembantuan adalah penugasan dari pemerintah kepada daerah dan desa
untuk melaksanakan tugas tertentu yaang disertai pembiayaan, sarana dan
prasarana serta sdm dan berkewajiban melaporkan pelaksanaannya kepada yang
menugaskan.
Otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan negara kesatuan RI.
Kawasan pedesaan: kegiatan utama pertanian.
Kawasan perkotaan: kegiata utama bukan pertanian.

93
BIMBEL NORITA EDUCA CENTER
Seorang administrator kesehatan harus mampu membuat perencanaan
kesehatan yang dapat meyakinkan pimpinan daerah untuk menyediakan
alokasi dana anggaran kesehatan yang cukup. Hal ini berarti seorang
administrator kesehatan bersama Kepala Dinas Kesehatan harus mampu
melaksanakan advokasi tentang pentingnya pembangunan kesehatan untuk
kelangsungan pembangunan di daerah. Seorang administrator kesehatan
harus pandai meyakinkan DPRD akan pentingnya anggaran kesehatan yang
memadai agar program-program kesehatan dapat berjalan dengan baik dan
berkesinambungan. Seorang administrator kesehatan harus bisa melihat
peluang dan memprioritaskan program-program kesehatan spesifik
daerah,punya daya ungkit yang tinggi yang dapat membuat masyarakat
dapat meningkatkan derajat kesehatannya.
1. PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
A. Tujuan
Program ini bertujuan memberdayakan individu, keluarga, dan
masyarakat agar mampu menumbuhkan Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS) serta mengembangkan Upaya Kesehatan
Berbasis Masyarakat (UKBM).
B. Sasaran
1) Terwujudnya komitmen semua unsur/stakeholders
pembangunan kesehatan di semua tingkat akan pentingnya
promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat.
2) Terselenggaranya promosi kesehatan berskala nasional dalam
rangka pemberdayaan masyarakat untuk pengembangan PHBS.
3) Meningkatnya persentase rumah tangga berperilaku hidup
bersih dan sehat menjadi 60%.
C. Kebijakan pelaksanaan
1) Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat diarahkan
untuk meningkatkan kepedulian para pengambil kebijakan, tokoh
masyarakat dan masyarakat untuk mengembangkan Desa Siaga,
Puskesmas dan jaringannya,serta sarana kesehatan lainnya.
2) Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat diarahkan
untuk mengembangkan UKBM.
3) Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat diarahkan
untuk meningkatkan kesadaran masyarakat ber-PHBS dan gizi
(keluarga sadar gizi), serta memanfaatkan pelayanan kesehatan
yang bermutu.
4)Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat diarahkan
untuk mendukung KIA, Pengendalian Penyakit

100
BIMBEL NORITA EDUCA CENTER

101
danPenyehatan Lingkungan, serta Pemeliharaan

Kesehatan.
5)Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat diarahkan
untuk memberdayakan masyarakat dalam kesiap-siagaan dan
penanganan masalah darurat kesehatan.
6) Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat diarahkan
untuk mengembangkan jejaring promosi kesehatan bagi petugas
kesehatan dan masyarakat tentang sediaan farmasi, makanan, dan
perbekalan kesehatan yang memenuhi syarat.
7) Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat diarahkan
untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan
ibu dani anak, pencegahan penyakit,dan kesehatan lingkungan.
8) Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat diarahkan
untuk mengembangkan kemitraan dalam upaya kesehatan.
9) Promosi kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat dilaksanakan
dengan strategi pemberdayaan/penggerakkan masyarakat yang
didukung oleh bina suasana dan advokasi.

D. Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif dair program ini meliputi :


1) Pengembangan media promosi kesehatan dan teknologi
Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) :
a. Mengembangkan media dan sarana promosi kesehatan;
b. Mengembangkan pendekatan/metode dan teknologi promosi
kesehatan; dan
c. Mengembangkan model promosi kesehatan spesifik (daerah
terpencil, perbatasan, kepulauan, dan lain-lain).
2) Pengembangan upaya kesehatan berbasis masyarakat, dan
generasi muda :
a. Mengembangkan dan menyusun kerangka dan materi
kebijakan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat;
b. Mengembangkan komitmen dan dukungan Stakeholders
terhadap upaya promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat;
C. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat melalui konseling
individu dan keluarga serta penggerakan masyarakat untuk
menciptakan Desa Siaga;
d. Menumbuh-kembangkan kemitraan dan public partnership dalam
upaya kesehatan.
3) Peningkatan pendidikan kesehatan kepada masyarakat :
a. Meningkatkan kapasitas tenaga pengelola program promosi
kesehatan;
b. Mengembangkan kemitraan dengan lintas program,sektor,
LSM, swasta, dan kelompok potensial;
c. Menyelenggarakan penyebarluasan informasi kesehatan
melalui berbagai saluran media;
d. Menyusun dan mengembangkan petunjuk pelaksanaan,
petunjuk teknis dan pedoman promosi kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat;dan
e. Meningkatkan dukungan administrasi, perencanaan,dan
evaluasi promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat.

E. Contoh kegiatan pelayanan administrasi kesehatan untuk mendukung


Program Promosi Kesehatan yang dapat dilakukan

1) Menyusun Kerangka Acuan.


2) Membuat notulen rapat-rapat persiapan kegiatan.
3) Membantu mengolah data.
4) Menyusun laporan akhir kegiatan.

2. PROGRAM LINGKUNGAN SEHAT


A. Tujuan
Program ini bertujuan mewujudkan mutu lingkungan hidup yang lebih
sehat melalui pengembangan sistem kesehatan kewilayahan untuk
menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan.

102

BIMBEL NORITA EDUCA CENTER


BIMBEL NORITA EDUCA CENTER

BIMBEL NORITA EDUCA CENTER


B. Sasaran
1) Meningkatnya persentase keluarga menghuni rumah yang
memenuhi syarat kesehatan menjadi 75%, persentase keluarga
menggunakan air bersih menjadi 85%, persentase keluarga
menggunakan jamban memenuhi syarat kesehatan menjadi 80%, dan
persentase Tempat-tempat Umum (TTU)yang memenuhi syarat
kesehatan menjadi 80%.
2) Tersedianya dan tersosialisasikannya kebijakan dan pedoman, serta
hukum yang menunjang program yang terdistribusi hingga ke desa.
3) Terselenggaranya sistem surveilans, sistem kewaspadaan dini faktor
risiko, dan sistem penarıggulangan Kejadian Luar Biasa(KLB)/wabah
secara berjenjang hingga ke desa.
4) Tersedianya alat, bahan, dan reagen untuk pengendalian faktor
risiko dan pendukung penyelenggaraan Program Lingkungan Sehat.

C. Kebijakan pelaksanaan
1) Pengendalian lingkungan sehat diarahkan untuk mendorong peran,
membangun komitmen, dan menjadi bagian integral pembangunan
kesehatan dalam mewujudkan manusia Indonesia yang sehat dan
produktif terutama bagi masyarakat rentan dan miskin hingga ke desa.
2) Pengendalian lingkungan sehat diselenggarakan melalui
peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat dari masyarakat, serta
pengendalian faktor risiko baik di perkotaan dan di perdesaan.
3) Pengendalian lingkungan sehat diarahkan untuk mengembangkan
dan memperkuat jejaring surveilans epidemiologi faktor risiko dengan
fokus pemantauan wilayah setempat dan kewaspadaan dini dengan
keterlibatan semua stakeholders termasuk partisipasi masyarakat di
desa.
4) Pengendalian lingkungan sehat diarahkan untuk mengembangkan
sentra rujukan kesehatan lingkungan,sentra.pelatihan
penanggulangan faktor risiko, sentra regional untuk kesiapsiagaan
penanggulangan faktor risiko KLB/wabahdan bencana termasuk
peningkatan

103
kemampuan petugas dan masyarakat melalui klinik sanitasi
di Puskesmas.
5)Pengendalian lingkungan sehat diarahkan utuk memantapkan
jejaring lintas program, lintas sektor, serta kemitraan dengan
masyarakat termasuk swasta dalam percepatan program
lingkungan sehat melalui pertukaran informasi, pelatihan,
pemanfaatan teknologi tepat guna, dan pemanfaatan sumberdaya
lainnya.
6) Pengendalian lingkungan sehat dilakukan melalui penyusunan,
review dan sosialiasi, serta advokasi produk hukum, baik di pusat
maupun di daerah.
7) Pengendalian lingkungan sehat diarahkan untuk meningkatkan
profesionalisme sumberdaya manusia di bidang kesehatan
lingkungan yang secara fungsional merupakan sumberdaya inti
dalam pengelolaan dan penyelenggaraan program lingkungan
sehat.
8) Pengendalian lingkungan sehat diarahkan untuk menyiapkan,
pengadaan, dan distribusi kebutuhan alat,bahan, dan reagen untuk
pengendalian faktor risiko guna mendukung penyelenggaraan
program lingkungan sehat hingga ke desa.
9) Pengendalian lingkungan sehat diarahkan untuk meningkatkan
cakupan,jangkauan, dan pemerataan pengendalian faktor risiko
secara berkualitas hingga ke desa.

D. Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif dari program ini meliputi :


1)Penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar
a) Melakukan penyusunan, review, revitalisasi, adopsi,adaptasi,
dan implementasi kebijakan, peraturan,standar, dan
juklak/juknis penyediaan sarana air berih dan sanitasi dasar;
b) Advokasi dan sosialisasi kebijakan, peraturan, standar,dan
juklak/juknis penyediaan sarana air berih dan sanitasi dasar
kepada stakeholders, baik sebagai model maupun pemenuhan
kebutuhan secara menyeluruh;

104

BIMBEL NORITA EDUCA CENTER


c) Membangun/memantapkan jejaring kerja penyediaan sarana
air berih dan sanitasi dasar dan melakukan koordinasi secara
berjenjang dan berkesinambungan;
d) Melakukan pemantauan, penilaian, pencatatan,pelaporan,
bimbingan teknis, dan monitoring kegiatan penyediaan sarana
air berih dan sanitasi dasar;
e) Memfasilitasi pendidikan dan pelatihan petugas meliputi
aspek teknis, manajemen, dan administrasi yang bersifat TOT
atau sangat spesifik/teknis penyediaan sarana air bersih dan
sanitasi dasar melalui kerjasama dengan institusi terkait untuk
mendorong dan menyiapkan kemampuan petugas dan
masyarakat dalam melakukan pengendalian faktor risiko secara
berjenjang hingga ke desa;
Melakukan penyusunan perencanaan dan penganggaran
untuk kebutuhan penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar
hingga kesiapan masyarakat di desa untuk mampu berpartisipasi
mencegah dan menanggulangi faktor risiko;
g) Meningkatkan dukungan administrasi dan operasional
penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar; dan
h) Meningkatkan dan memantapkan kesiapan Desa Siaga dalam
penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar melalui berbagai
kegiatan, yaitu: melakukan review,revitalisasi, pembinaan, dan
evaluasi secara berjenjang dengan sasaran prioritas Pustu,
Polindes, dan kegiatan yang dikelola oleh masyarakat.
2) Pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan
a) Melakukan penyusunan, review, revitalisasi,
adopsi,adaptasi, dan implementasi kebijakan,
peraturan,standar, dan juklak/juknis pemeliharaan dan
pengawasan kualitas lingkungan;
b) Advokasi dan sosialisasi kebijakan, peraturan, standar,dan
juklak/juknis pemeliharaan dan pengawasan kualitas
lingkungan kepada stakeholders, baik sebagai model
maupun pemenuhan kebutuhan secara menyeluruh;

105
BIMBEL NORITA EDUCA CENTER
c) Membangun/memantapkan jejaring kerja
dan.melakukan koordinasi secara berjenjang dan
berkesinambungan;
d)Melakukan pemantauan, penilaian. pencatatan,pelaporan,
bimbingan teknis, dan monitoring;
e) Memfasilitasi pendidikan dan pelatihan petugas meliputi
aspek teknis, manajemen, dan administrasi yang bersifat TOT
atau sangat spesifik/teknis pemeliharaan dan pengawasan
kualitas lingkungan melalui kerjasama dengan institusi terkait
untuk mendorong dan menyiapkan kemampuan petugas dan
masyarakat dalam melakukan pengendalian faktor risiko
secara berjenjang hingga ke desa;
Melakukan penyusunan perencanaan dan penganggaran
untuk kebutuhan pemeliharaan dan pengawasan kualitas
lingkungan hingga kesiapan masyarakat di desa untuk mampu
berpartisipasi dalam mencegah dan menanggulangi faktor risiko;
g)Meningkatkan dukungan administrasi dan operasional
pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan;
h) Meningkatkan dan memantapkan kesiapan Desa Siaga
dalam pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan
melalui berbagai kegiatan, yaitu: melakukan review,
revitalisasi, pembinaan, dan evaluasi secara berjenjang
dengan sasaran prioritas Pustu, Polindes,dan kegiatan yang
dikelola oleh masyarakat; dan
i)Menyelenggarakan bantuan teknis untuk kesiapsiagaan dan
penanggulangan permasalahan kesehatan lingkungan pada
situasi darurat (KLB/wabah, keracunan,bencana, dan
pengungsian).
3) Pengendalian dampak risiko pencemaran lingkungan
a) Melakukan penyusunan, review, revitalisasi,
adopsi,adaptasi, dan implementasi kebijakan,
peraturan,standar, dan juklak/juknis pengendalian dampak
risiko pencemaran lingkungan;

106
BIMBEL NORITA EDUCA CENTER
b) Advokasi dan sosialisasi kebijakan, peraturan, standar,dan
juklak/juknis pengendalian dampakrisiko pencemaran lingkungan
kepada stakeholders;
c) Membangun/memantapkan jejaring kerja dan melakukan
koordinasi secara berjenjang dan berkesinambungan;
d) Melakukan pemantauan, penilaian, pencatatan,pelaporan,
bimbingan teknis, dan monitoring;
e) Memfasilitasi pendidikan dan pelatihan petugas meliputi aspek
teknis, manajemen, dan administrasi yang bersifat TOT atau sangat
spesifik/teknis pengendalian dampak risiko pencemaran lingkungan
melalui kerjasama dengan institusi terkait untuk mendorong dan
menyiapkan kemampuan petugas dan masyarakat dalam melakukan
pengendalian faktor risiko secara berjenjang hingga ke desa;
f)Melakukan penyusunan perencanaan dan penganggaran
untuk kebutuhan pengendalian dampak risiko pencemaran
lingkungan hingga kesiapan masyarakat di desa untuk mampu
berpartisipasi dalam mencegah dan menanggulangi faktor risiko;
g) Meningkatkan dukungan administrasi dan operasional
pengendalian dampak risiko pencemaran lingkungan;dan
h)Meningkatkan dan memantapkan kesiapan Desa Siaga dalam
pengendalian dampak risiko pencemaran lingkungan melalui
berbagai kegiatan yaitu: melakukan review, revitalisasi, pembinaan,
dan evaluasi secara berjenjang dengan sasaran prioritas Pustu,
Polindes,dan kegiatan yang dikelola oleh masyarakat.
4) Pengembangan wilayah sehat
a) Melakukan penyusunan, review, revitalisasi, adopsi,adaptasi,
dan implementasi kebijakan, peraturan,standar, dan
juklak/juknis pengembangan wilayah sehat;
b) Advokasi dan sosialisasi kebijakan, peraturan, standar,dan
juklak/juknis pengembangan wilayah sehat kepada
stakeholders;

107
RIMBEI NORITA EDUCA C
c) Membangun/memantapkan Jejaring kerja
pengembangan wilayah sehat dan melakukan koordinasi
secara berjenjang dan berkesinambungan;
d) Melakukan pemantauan, penilalan,
pencatatan,pelaporan, bimbingan teknis, dan monitoring
kegiatan pengembangan wilayah sehat dalam pelaksanaan
dan pencapaian program/keglatan:
e) Memfasilitasi pendidikan dan pelatihan petugas meliputi
aspek teknis, manajemen, dan administrasi yang bersifat
TOT atau sangat spesifik/teknis pengembangan wilayah
sehat melalui kerjasama dengan institusi terkait untuk
mendorong dan menyiapkan kemampuan petugas dan
masyarakat dalam melakukan pengendalian faktor risiko
secara berjenjang hingga ke desa;
Melakukan penyusunan perencanaan dan
penganggaran untuk kebutuhan pengembangan wilayah
sehat hingga kesiapan masyarakat di desa untuk mampu
berpartisipasi dalam mencegah dan menanggulangi faktor
risiko;
g) Meningkatkan dukungan administrasi dan operasional
pengembangan wilayah sehat; dan
h) Meningkatkan dan memantapkan kesiapan Desa Siaga
dalam pengembangan wilayah sehat melalui berbagai
kegiatan, yaitu: melakukan review, revitalisasi,pembinaan,
dan evaluasi secara berjenjang dengan sasaran prioritas
Pustu, Polindes, dan kegiatan yang dikelola oleh
masyarakat.

E. Contoh kegiatan pelayanan administrasi kesehatan untuk


mendukung Proram Lingkungan Sehat yang dapat dilakukan :
1) Menyusun Kerangka Acuan.
2) Membuat notulen rapat-rapat persiapan kegiatan.
3) Membantu mengolah data.
4) Membuat draft Peraturan Daerah (Perda).
5) Menyusun laporan akhir keglatan.
108
BIMBEL NORITA EDUCA CENTER
3. PROGRAM UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT
A. Tujuan
Program ini bertujuan meningkatkan jumlah, pemerataan,dan
kualitas pelayanan kesehatan melalui Puskesmas dan jaringannya
meliputi Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling,dan Bidan di
Desa.

B. Sasaran
1) Cakupan rawat jalan sebesar 15%.
2) Meningkatnya cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga
kesehatan menjadi 90%.
3) Meningkatnya cakupan pelayanan antenatal (K4) 90%,cakupan
kunjungan neonatus (KN2) menjadi 90%, dan cakupan kunjungan
bayi menjadi 90%.
4) Terselenggaranya pelayanan kesehatan dasar bagi Gakin secara
cuma-cuma di Puskesmas sebesar 100%.
5) Meningkatnya persentasi Posyandu Purnama Mandiri menjadi
40%.
6)Tersedia dan beroperasinya Pos Kesehatan Desa di 36.000desa.

C.Kebijakan pelaksanaan
1) Upaya kesehatan masyarakat diarahkan untuk meningkatkan
fisik,kinerja, dan fungsi Puskesmas serta jaringannya sebagai
penanggungjawab kesehatan di wilayah kerjanya.
2) Upaya kesehatan masyarakat diarahkanuntuk meningkatkan
manajemen dan pemanfaatan data Puskesmas serta fasilitas
pelayanan kesehatan masyarakat lainnya.
3) Upaya kesehatan masyarakat diarahkan untuk menyediakan
pelayanan kesehatan dasar yang komprehensif,terintegrasi dan
bermutu terutama bagi bayi, anak, ibu hamil, kelompok masyarakat
risiko tinggi termasuk pekerja rentan, dan usia lanjut.
4) Upaya kesehatan masyarakat diarahkan untuk meningkatkan
dan memberdayakan Puskesmas dan jaringannya dalam pelayanan
kesehatan luar gedung.
109
BIMBEL NORITA EDUCA CENTER
5) Upaya kesehatan masyarakat diarahkan untuk membina dan
meningkatkan UKBM sebagai bagian dari Desa Siaga.
6) Upaya kesehatan masyarakat diarahkan untuk meningkatkan
sistem rujukan upaya kesehatan masyarakat.
7) Upaya kesehatan masyarakat diarahkan untuk meningkatkan
kewaspadaan dini dalam upaya kesehatan ibu dan anak oleh
masyarakat dan petugas kesehatan.
8) Upaya kesehatan masyarakat diarahkan untuk meningkatkan
pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin di Puskesmas dan
jaringannya.
)Upaya kesehatan masyarakat diarahkan untuk meningkatkan
pelayanan kesehatan Puskesmas di daerah terpencil, tertinggal, dan
perbatasan.
10) Upaya kesehatan masyarakat diarahkan untuk meningkatkan
kesehatan kerja utamanya pada sektor informal.

D. Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif dari program ini meliputi :


1) Pelayanan kesehatan penduduk miskin di Puskesmas dan
jaringannya:
a) Menyusun pedoman pelaksanaan dan petunjuk teknis
pelayanan kesehatan yang dijamin pemerintah bagi penduduk
miskin di Puskesmas dan jaringannya;
b) Melakukan fasilitasi penyediaan pembiayaan pelayanan
kesehatan yang ditanggung pemerintah bagi penduduk miskin di
Puskesmas dan jaringannya; dan
c) Melakukan penggerakan, pemantauan, pengendalian dan
evaluasi, termasuk penanganan keluhan masyarakat dalam
pelayanan kesehatan penduduk miskin di Puskesmas dan
jaringannya.
2) Pengadaan, peningkatan, dan perbaikan sarana dan prasarana
Puskesmas dan jaringannya:
a) Menyusun kebijakan peningkatan/pengadaan/perbaikan dan
standarisasi Puskesmas dan jaringannya serta UPT Kesehatan
Masyarakat;
b) Melakukan fasilitasi penyediaan sarana dan prasarana
Puskesmas dan jaringannya;
110
BIMBEL NORITA EDUCA CENTER
c) Melaksanakan pengadaan sarana dan prasarana UPT Ditjen
Bina Kesehatan Masyarakat; dan
d) Melaksanakan fasilitasi pengadaan sarana dan prasarana UPT
Kesehatan Masyarakat milik Dinas Kesehatan Provinsi, dan
Kabupaten/Kota.
3) Pengadaan peralatan dan perbekalan keseiatan termasuk obat
generik esensial:
a) Menyusun standarisasi peralatan dan perbekalan kesehatan
termasuk obat generik esensial bagi Puskesmas dan jaringannya
serta UPT Kesmas termasuk dalam keadaan bencana;
b) Melakukan fasilitasi pengadaan peralatan dan perbekalan
kesehatan bagi Puskesmas dan jaringannya serta UPT Kesmas
termasuk dalam keadaan bencana;dan
c) Melakukan fasilitasi dan bantuan pengadaan peralatan
kesehatan bagi Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM),
utamanya dalam revitalisasi Posyandu dan penyelenggaraan Pos
Kesehatan Desa.
4) Peningkatan pelayanan kesehatan dasar yang mencakup sekurang-
kurangnya promosi kesehatan, kesehatan ibu dan anak, keluarga
berencana, perbaikan gizi, kesehatan lingkungan, pemberantasan
penyakit menular, dan pengobatan dasar:
a) Menyusun kebijakan teknis pengembangan upaya kesehatan
ibu, kesehatan anak, kesehatan komunitas,kesehatan kerja, dan
penanggulangan masalah kesehatan masyarakat;
b) Menyiapkan materi dan menyusun peraturan dan
perundangan serta petunjuk pelaksanaan/petunjuk
teknis/pedoman upaya kesehatan ibu, kesehatan anak,kesehatan
komunitas, kesehatan kerja, dan penanggulangan masalah
kesehatan masyarakat;
c) Melakukan fasilitasi, pemantauan, dan pembinaan upaya
kesehatan ibu, kesehatan anak, kesehatan komunitas, kesehatan
kerja, dan penanggulangan masalah kesehatan masyarakat;

111
RIMREINO UA CT
d) Meningkatkan kemampuan tenaga kesehatan di bidang
upaya kesehatan ibu, kesehatan anak, kesehatan komunitas,
kesehatan kerja, dan penanggulangan masalah kesehatan
masyarakat; dan
e) Mengembangkan kesehaian masyarakat di daerah
terpencil,perbatasan, kepulauan, dan tertinggal.
5) Penyediaan biaya operasional dan pemeliharaan:
a) Menyelenggarakan dukungan
administrasi,manajemen,dan sumberdaya program upaya
kesehatan masyarakat; dan
b) Mendukung operasionalisasi Puskesmas, UPT
Kesmas,UKBM termasuk Pos Kesehatan Desa dan inovasi
pelayanan kesehatan masyarakat (daerah
terpencil,perbatasan, kepulauan, dan tertinggal).

E. Contoh kegiatan pelayanan administrasi kesehatan untuk


mendukung Program Upaya Kesehehatan Masyarakat yang dapat
dilakukan :
1) Menyusun Kerangka Acuan.
2) Membuat notulen rapat-rapat persiapan kegiatan.
3) Membantu mengolah data.
4) Menyusun laporan akhir kegiatan.

4.PROGRAM UPAYA KESEHATAN PERORANGAN


A. Tujuan
Program ini bertujuan meningkatkan akses, keterjangkauan, dan
kualitas pelayanan kesehatan perorangan.

B. Sasaran
1) Cakupan rawat inap sebesar 1,5%.
2) Jumlah rumah sakit yang melaksanakan pelayanan gawat
darurat sebesar 90%, jumlah rumah sakit.yang melaksanakan
Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK)
sebesar 75%, dan jumlah rumah sakit yang terakreditasi sebanyak
75%.
3) Terselenggaranya pelayanan kesehatan bagi Gakin di kelas III
rumah sakit sebesar 100%.
112
BIMBEL NORITA EDUCA CENTER
C.Kebijakan pelaksanaan
1)Upayakesehatan perorangan diarahkan untuk meningkatkan
sistem rujukan upaya kesehatan perorangan dan mengembangkan
RS Kabupaten/Kota sebagai pusat rujukan safe community.
2) Upaya kesehatan perorangan diarahkan untuk menyediakan
sarana dan prasarana pelayanan medik yang memadai dan merata
termasuk daerah terpencil dan perbatasan
3) Upaya kesehatan perorangan diarahkan untuk mengem-bangkan
pelayanan medik mobilitas berbasis rumah sakit.
4) Upaya kesehatan perorangan diarahkan untuk mengembang-kan
dan peningkatan Pelayanan Obstetrik Neonatal Emergensi
Komprehensif (PONEK) di RS Kabupaten/Kota.
5) Upaya kesehatan perorangan diarahkan untuk mengembang-kan
RS Sayang Ibu dan Sayang Bayi di seluruh rumah sakit.
6) Upaya kesehatan perorangan diarahkan untuk mengembang-kan
dan penerapan standar pelayanan kedokteran, keperawatan dan
penunjang medik lainnya di sarana kesehatan lainnya.
7) Upaya kesehatan perorangan diarahkan untuk menerapkan
akreditasi RS dan sarana kesehatan lainnya.
8) Upaya kesehatanperorangan diarahkan untuk mengembang-kan
pelayanan medik sub-spesialistik di RS Pendidikan.
9) Upayakesehatan perorangan diarahkan untuk mengembang-kan
EWORS dan Laboratory Emerging Infectious Diseases (LEID) di rumah
sakit.
10) Upaya kesehatan perorangan diarahkan untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas pembiayaan pelayanan kesehatan di rumah
sakit.
11) Upaya kesehatan perorangan diarahkan untuk mengembangkan
jaminan keselamatan pasien (patient safety assurance) di rumah
sakit.
12) Upaya kesehatan perorangan diarahkan untuk
mengembangkan SIMRS sampai kabupaten/kota dengan
113
BIMBEL NORITA EDUCA CENTER
menggunakan website Direktorat Jenderal Bina Pelayanan
Medik.

D. Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program ini meliputi :


1) Pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin kelas III RS:
(1)Menyusun kerangka kebijakan dan standar pelayanan kesehatan
bagi penduduk miskin di kelas III RS; (2)Menyusun dan sosialisasi
standar, pedoman, dan prosedur pentarifan bagi penduduk miskin
di kelas III RS; (3)Bimbingan teknis dan penanganan kasus hukum
dalam pelaksanaan pelayanan terhadap pasien Gakin di kelas Ill RS;
(4) Sosialisasi, monitoring, dan evaluasi pelayanan dan penanganan
pasien Gakin, termasuk KLB dan kegawat-daruratan medik/bencana
di RS (pel. basic life support); dan (5) Operasional Yankes Gakin di
rawat jalan & rawat inap kelas III RS.
2) Pembangunan Sarana dan Prasarana RS di Daerah tertinggal
secara selektif: (1) Menyusun kerangka kebijakan sarana dan
prasarana kesehatan RS termasuk SPGDT di daerah terpencil,
perbatasan, kepulauan dan pemekaran; (2)Menyusun kerangka
kebijakan, standar dan pedoman pendirian RS di daerah terpencil,
perbatasan, kepulauan,dan pemekaran; (3) Sosialisasi kebijakan,
pedoman dan standar pembangunan sarana dan prasarana RS di
daerah terpencil, perbatasan kepulauan, dan pemekaran;
(4)Melakukan bimbingan teknis dan monev pembangunan sarana
dan prasarana RS di daerah terpencil, perbatasan kepulauan, dan
pemekaran; (5) Fasilitasi pembangunan sarana dan prasarana RS di
daerah tertinggal.
3) Perbaikan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit: (1)Menyusun
kebijakan pemeliharaan dan perbaikan peralatan kesehatan; (2)
Pemutakhiran data sarana, prasarana, dan alat medik serta non
medik di RS, SPGDT pra-RS & RS; (3)Perbaikan sarana dan prasarana
RS/UPT Vertikal; (4)Fasilitasi Perbaikan sarana dan prasarana RS
Daerah khususnya RS Pendidikan termasuk RS Pendidikan Afiliasi
dan RS Pendidikan Satelit, RS Non Pendidikan dalam

114
BIMBEL NORITA EDUCA CENTER
rangka memenuhi standar kelas RS; (5) Bimbingan teknis sarana
dan prasarana RS serta sarana Gawat Darurat Pra-RS dan RS;
dan (6) Monitoring dan evaluasi perbaikan sarana dan
prasarana RS.
4) Pengadaan obat dan perbekalan RS: (1) Pengadaan peralatan
kesehatan dan penunjang untuk RS Vertikal, serta laboratorium
kesehatan; (2) Fasilitasi pengadaan peralatan RS Daerah; dan (3)
Bimtek pengadaan peralatan di RS.
5) Peningkatan Pelayanan Kesehatan Rujukan: (1) Menyusun
kebijakan peningkatan pelayanan kesehatan rujukan Upaya
Kesehatan Perorangan di RS dan Labkes; (2) Menyusun standar,
pedoman dan peta/pola pelayanan kesehatan rujukan; (3)
Menyusun Grand Design Safe Community(SC);(4) Meningkatkan
upaya jangkauan kualitas dan citra pelayanan kesehatan rujukan di
fasilitas pelayanan kesehatan; (5) Menyusun sistem rujukan dalam
peningkatan jejaring pelayanan medik termasuk jejaring rujukan
medik pada kegawatdaruratan; (6) Peningkatan pelayanan,kualitas
dan jejaring Labkes; (7) Peningkatan mutu pelayanan kesehatan
rujukan melalui sosialisasi dan advokasi akreditasi RS dan sarana
kesehatan lainnya; (8)Pengembangan dan pemenuhan sumberdaya
manusia termasuk pendidikan dokter spesialis berbasis
kompetensi;(9) Penapisan teknologi dan pengembangan pelayanan
unggulan serta pelayanan kedokteran komplementer dan alternatif;
(10) Bimbingan teknis dan pelatihan tenaga kesehatan di sarana
kesehatan dan pengembangan sistem pelayanan darah
(pel.manajemen keperawatan); (11)Bimbingan teknis, monitoring,
dan evaluasi pelayanan gawat darurat pra-RS dan RS, Pedoman kerja
Brigade Siaga Bencana (BSB), pengembangan model Safe
Community,Disaster Victims Identification (DVI), penatalaksanaan
DBD,penyakit tropik dan infeksi. serta hospital disaster
preparedness; (12) Pengembangan pelayanan gawat darurat (safe
community) di desa; (13) Pemberian dukungan psikososial dan
penguatan kapasitas organisasi kemasyarakatan dalam pelayanan
kesehatan jiwa di desa;(14)Monitoring dan evaluasi pelaksanaan
rencana induk
115
BIMBEL NORITA EDUCA CENTER
Administrator Kesehatan dan manajemen informasi kesehatan di
RS; (15) Bimbingan teknis, monitoring, dan evaluasi peningkatan
pelayanan kesehatan rujukan termasuk pelayanan PONEK; (16)
Bimbingan teknis,advokasi, sosialisasi, informasi kesehatan/RS,
SPGDT/SC,Humas dan pelaksanaan pelayanan medik dan Gigi
Dasar;dan (17) Pengembangan sistem Informasi RS secara
elektronik.
6) Pengembangan pelayanan kedokteran keluarga: (1)Menyusun
kebijakan praktik kedokteran keluarga; (2)Menyusun pedoman
pengembangan kedokteran keluarga;(3) Menyusun standar
akreditasi kedokteran keluarga;(4)Bimbingan teknis, monitoring,
dan evaluasi penerapan kebijakan praktik kedokteran keluarga; dan
(5) Advokasi,sosialisasi, dan uji coba pengembangan Pelayanan
Dokter Keluarga.
7) Penyediaan Biaya Operasional dan Pemeliharaan: (1)Menyusun
rencana jangka panjang,jangka menengah,dan rencana kerja
tahunan upaya kesehatan perorangan/pelayanan medik; (2)
Menyusun dan sosialisasi kebijakan pemberlakuan perundang-
undangan di bidang pelayanan medik dan kegiatan
penunjangnya/manajemen;(3) Menyusun perencanaan dan
perhitungan anggaran UPT pelayanan medik; (4) Asistensi
pelaksanaan anggaran subsidi; (5) Peningkatan kemampuan tenaga.
di bidang manajemen pelayanan medik; (6) Evaluasi kinerja program
dan keuangan upaya kesehatan perorangan/pelayanan medik; (7)
Implementasi sistem akuntansi keuangan RS; (8)Penyusunan
laporan monitoring dan evaluasi pelaksanaan anggaran Ditjen Yan
Medik; (9) Menyusun dan sosialisasi berbagai pedoman manajemen
upaya kesehatan perorangan/pelayanan medik; (10) Penataan
organisasi RS dan UPT di lingkungan Direktorat Jenderal Bina
Pelayanan Medik; dan (11) Dukungan operasional dan administrasi
kantor pusat, RS, dan UPT Vertikal.
8) Peningkatan Peran Serta Sektor Swasta dalam UKP: (1)Menyusun
kebijakan peningkatan peran serta sektor swasta
116
BIMBEL NORITA EDUCA CENTER
dalam penyelenggaraan RS dan sarana pelayanan medik dasar serta
spesialistik; (2) Menyusun kebijakan dan bimbingan teknis serta
sosialisasi peran serta swasta pada SPGDT/SC dan kewaspadaan dini
serta penanggulangan bencana; (3) Menyusun pedoman kerja sama
perumahsakitan; dan (4) Sosialisasi pedoman kemitraan Humas di
lingkungan Ditjen Bina Pelayanan Medik dengan LSM.

E. Contoh kegiatan pelayanan administrasi kesehatan untuk mendukung


ProgramUpaya Kesehatan Perorangan yang dapat dilakukan :
1) Menyusun Kerangka Acuan.
2) Membuat notulen rapat-rapat persiapan kegiatan.
3) Membantu mengolah data.
4) Membuat draft peraturan daerah (Perda).
5) Menyusun laporan akhir kegiatan.

5. PROGRAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT


A. Tujuan
Program ini bertujuan menurunkan angka kesakitan, kematian,dan
kecacatan akibat penyakit menular dan tidak menular.
Penyakit menular yang diprioritaskan dalam program ini adalah: malaria,
demam berdarah dengue, tuberkulosis paru, HIV/AIDS, diare, polio, filaria, kusta,
pneumonia, dan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD31),
termasuk penyakit karantina dan risiko masalah kesehatan masyarakat yang
memperoleh perhatian dunia internasional (public health risk of international
concern).
Penyakit tidak menular yang diutamakan adalah: penyakit jantung, kanker,
diabetes mellitus dan penyakit metabolik,penyakit kronis dan degeneratif,
serta gangguan akibat kecelakaan dan cedera.

B. Sasaran
1) Persentase desa yang mencapai Universal Child Immunization (UCI)
sebesar 98%.

117
BIMBEL NORITA EDUCA CENTER

BIMBEL NORITA EDUCA CENTER


2) Angka Case Detection Rate penyakit TB sebesar 70% dan angka
keberhasilan pengobatan TB di atas 85%.
3) Angka Acute Flaccid Paralysis (AFP) diharapkan ≥2/100.000 anak
usia kurang dari 15 tahun.
4) Penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) yang ditangani sebesar
80%.
5) Penderita malaria yang diobati sebesar 100%.
6) CFR diare pada saat KLB adalah < 1,2%
7) ODHA (Orang Dengan HIV AIDS) mendapat pengobatan ART
sebanyak 100%.
8) Tersedianya dan tersosialisasikannya kebijakan dan pedoman,
serta hukum kesehatan penunjang program yang terdistribusi
hingga ke desa.
9) Terselenggaranya sistem surveilans dan kewaspadaan dini serta
penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB)/wabah secara berjenjang
hingga ke desa.

C. Kebijakan pelaksanaan
1) Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk
mendorong peran, membangun komitmen, dan menjadi bagian
integral pembangunan kesehatan dalam mewujudkan manusia
Indonesia yang sehat dan produktif terutama bagi masyarakat
rentan dan miskin hingga ke desa.
2) Pencegahan dan pemberantasan penyakit diselenggarakan
melalui penatalaksanaan kasus secara cepat dan
tepat,imunisasi, peningkatan perilaku hidup bersih dan
sehat,serta pengendalian faktor risiko baik di perkotaan dan di
perdesaan.
3) Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk
mengembangkan dan memperkuat jejaring surveilans
epidemiologi dengan fokus pemantauan wilayah setempat dan
kewaspadaan dini, guna mengantisipasi ancaman penyebaran
penyakit antar daerah maupun antar negara yang melibatkan
masyarakat hingga ke desa.
4) Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk
mengembangkan sentra rujukan penyakit, sentra pelatihan
penanggulangan penyakit, sentra regional untuk
118

BIMBEL NORITA EDUCA CENTER


kesiapsiagaan penanggulangan KLB/wabah dan bencana maupun
kesehatan matra, serta kemampuan untuk melakukan rapid
assessement dan rapid respons.
5) Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk
memantapkan jejaring lintas program, lintas sektor, serta kemitraan
dengan masyarakat termasuk swasta untuk percepatan program
pencegahan dan pemberantasan penyakit menular melalui
pertukaran informasi, pelatihan,pemanfaatan teknologi tepat guna,
dan pemanfaatan sumberdaya lainnya.
6) Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk
dilakukan melalui penyusunan, review, sosialiasi, dan advo-kasi
produk hukum penyelenggaraan program pencegahan dan
pemberantasan penyakit di tingkat pusat hingga desa.
7) Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk
meningkatkan profesionalisme sumberdaya manusia di bidang
pencegahan dan pemberantasan penyakit sehingga mampu
menggerakkan dan meningkatkan partisipasi masyarakat secara
berjenjang hingga ke desa.
8) Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk
menyiapkan, mengadakan dan mendistribusikan bahan-bahan yang
esensial untuk mendukung penyelenggaraan program pencegahan
dan pemberantasan penyakit hingga ke desa.
9) Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk
meningkatkan cakupan, jangkauan, dan pemerataan pelayanan
penatalaksanaan kasus penyakit secara berkualitas hingga ke desa.

D. Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program ini meliputi :


1) Pencegahan dan penanggulangan faktor risiko: (1)Melakukan
penyusunan, review, revitalisasi, adopsi,adaptasi, dan implementasi
kebijakan, peraturan, standar,dan juklak/juknis pencegahan dan
penanggulangan faktor risiko hingga di desa; (2) Advokasi dan
sosialisasi kebijakan,peraturan, standar, dan juklak/juknis
pencegahan dan
119
BIMBEL NORITA EDUCA CENTER
penanggulangan faktor risiko penyakit kepada stakeholders secara
berjenjang hingga ke desa; (3) Membangun/memantapkan jejaring
kerja pencegahan dan penanggulangan faktor risiko serta
melakukan koordinasi secara berjenjang dan berkesinambungan
mulai dari pusat hingga ke desa termasuk kerjasama dengan luar
negeri; (4)Melakukan pemantauan, penilaian, pencatatan,
pelaporan,bimbingan teknis, dan monitoring pelaksanaan
pencegahan dan penanggulangan faktor risiko secara berjenjang
hingga ke desa; (5) Memfasilitasi pendidikan dan pelatihan petugas
meliputi aspek teknis, manajemen, dan administrasi yang sifatnya
TOT atau sangat spesifik/teknis pencegahan dan penanggulangan
faktor risiko melalui kerjasama dengan institusi terkait untuk
mendorong dan menyiapkan kemampuan petugas dan masyarakat
secara berjenjang hingga ke desa; (6) Melakukan penyusunan
perencanaan dan penganggaran untuk kebutuhan pencegahan
dan penanggulangan faktor risiko hingga tercapai kondisi kesiapan
masyarakat di desa; (7) Meningkatkan dukungan administrasi dan
operasional pencegahan dan penanggulangan faktor risiko,
termasuk melakukan kegiatan-kegiatan inovasi sesuai dengan
ketentuan yang berlaku; dan (8) Meningkatkan dan memantapkan
kesiapan Desa Siaga dalam Pencegahan dan Pemberantasan
Penyakit melalui berbagai kegiatan, yaitu: melakukan review,
revitalisasi, pembinaan, dan evaluasi secara berjenjang dengan
sasaran prioritas Pustu, Polindes,Poskesdes, dan kegiatan yang
dikelola oleh masyarakat.
2) Peningkatan imunisasi: (1) Melakukan penyusunan,
review,revitalisasi, adopsi, adaptasi, dan implementasi
kebijakan,peraturan, standar, dan juklak/juknis peningkatan imunisasi
hingga di desa; (2) Advokasi dan sosialisasi kebijakan,peraturan,
standar, dan juklak/juknis peningkatan imunisasi penyakit kepada
stakeholders secara berjenjang hingga ke desa; (3)
Membangun/memantapkan jejaring kerja peningkatan imunisasi serta
melakukan koordinasi secara berjenjang dan berkesinambungan mulai
dari pusat hingga
120

BIMBEL NORITA EDUCA CENTER

121
BIMBEL NORITA EDUCA CENTER
ke desa termasuk kerjasama dengan luar negeri;(4)Melakukan
pemantauan, penilaian, pencatatan,pelaporan,bimbingan teknis,
dan monitoring pelaksanaan peningkatan imunisasi secara
berjenjang hingga ke desa; (5)Memfasilitasi pendidikan dan
pelatihan petugas meliputi aspek teknis, manajemen, dan
administrasi yang sifatnya TOT atau sangat spesifik/teknis
peningkatan imunisasi melalui kerjasama dengan institusi terkait
untuk mendorong dan menyiapkan kemampuan petugas dan
masyarakat secara berjenjang hingga ke desa; (6) Melakukan
penyusunan perencanaan dan penganggaran untuk kebutuhan
peningkatan imunisasi hingga tercapai kondisi kesiapan
masyarakat di desa; dan (7) Meningkatkan dukungan administrasi
dan operasional peningkatan imunisasi termasuk melakukan
kegiatan-kegiatan inovasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
3) Penemuan dan tatalaksana penderita: (1) Melakukan penyusunan,
review, revitalisasi, adopsi, adaptasi, dan implementasi kebijakan,
peraturan, standar, dan juklak/juknis penemuan dan tatalaksana
penderita hingga di desa; (2) Advokasi dan sosialisasi kebijakan,
peraturan,standar, dan juklak/juknis penemuan dan tatalaksana
penderita penyakit kepada stakeholders secara berjenjang hingga ke
desa; (3) Membangun/memantapkan jejaring kerja penemuan dan
tatalaksana penderita serta melakukan koordinasi secara berjenjang
dan berkesinambungan mulai dari pusat hingga ke desa termasuk
kerjasama dengan luar negeri; (4) Melakukan pemantauan, penilaian,
pencatatan,pelaporan, bimbingan teknis, dan monitoring pelaksanaan
penemuan dan tatalaksana penderita secara berjenjang hingga ke
desa; (5) Memfasilitasi pendidikan dan pelatihan petugas meliputi
aspek teknis, manajemen, dan administrasi yang sifatnya TOT atau
sangat spesifik/teknis penemuan dan tatalaksana penderita melalui
kerjasama dengan institusi terkait untuk mendorong dan menyiapkan
kemampuan petugas dan masyarakat secara berjenjang hingga ke
desa; (6) Melakukan penyusunan perencanaan dan penganggaran
untuk kebutuhan penemuan dan
tatalaksana penderita hingga tercapai kondisi kesiapan masyarakat
di desa; dan (7) Meningkatkan dukungan administrasi dan
operasional penemuan dan tatalaksana penderita, termasuk
melakukan kegiatan-kegiatan inovasi sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
4) Peningkatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan wabah:
(1) Melakukan penyusunan, review, revitalisasi,adopsi, adaptasi, dan
implementasi kebijakan, peraturan,standar, dan juklak/juknis
peningkatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan wabah
hingga di desa;(2) Advokasi dan sosialisasi kebijakan, peraturan,
standar,dan juklak/juknis peningkatan surveilans epidemiologi dan
penanggulangan wabah penyakit kepada stakeholders secara
berjenjang hingga ke desa; (3)Membangun/memantapkan jejaring
kerja peningkatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan
wabah serta melakukankoordinasi secara berjenjang dan
berkesinambungan mulai dari pusat hingga ke desa termasuk
kerjasama dengan luar negeri; (4) Melakukan pemantauan,
penilaian, pencatatan, pelaporan, bimbingan teknis, dan monitoring
pelaksanaan peningkatan surveilans epidemiologi dan
penanggulangan wabah secara berjenjang hingga ke desa; (5)
Memfasilitasi pendidikan dan pelatihan petugas meliputi aspek
teknis, manajemen, dan administrasi yang sifatnya TOT atau sangat
spesifik/teknis peningkatan surveilans epidemiologi dan
penanggulangan wabah melalui kerjasama dengan institusi terkait
untuk mendorong dan menyiapkan kemampuan petugas dan
masyarakat secara berjenjang hingga ke desa; (6) Melakukan
penyusunan perencanaan dan penganggaran untuk kebutuhan
peningkatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan wabah
hingga tercapai kondisi kesiapan masyarakat di desa;dan (7)
Meningkatkan dukungan administrasi dan operasional peningkatan
surveilans epidemiologi dan penanggulangan wabah termasuk
melakukan kegiatan-kegiatan inovasi sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.

122
pinun -
5) Peningkatan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE)pencegahan
dan pemberantasan penyakit: (1) Melakukan penyusunan, review,
revitalisasi, adopsi, adaptasi, dan implementasi kebijakan, peraturan,
standar, dan juklak/juknis peningkatan Komunikasi, Informasi, dan
Edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit hingga di
desa; (2) Advokasi dan sosialisasi kebijakan,peraturan, standar, dan
juklak/juknis peningkatan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE)
pencegahan dan pemberantasan penyakit penyakit kepada
stakeholders secara berjenjang hingga ke desa;
(3)Membangun/memantapkan jejaring kerja pening-katan
Komunikasi,Informasi, dan Edukasi (KIE) pencegahani dan
pemberantasan penyakit serta melakukan koordinasi secara
berjenjang dan berkesinambungan mulai dari pusat hingga ke desa
termasuk kerjasama dengan luar negeri; (4)Melakukan pemantauan,
penilaian, pencatatan, pelaporan,bimbingan teknis, dan monitoring
pelaksanaan peningkatan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KiE)
pencegahan dan pemberantasan penyakit secara berjenjang hingga ke
desa;(5) Memfasilitasi pendidikan dan pelatihan petugas meliputi
aspek teknis, manajemen, dan administrasi yang sifatnya TOT atau
sangat spesifik/teknis peningkatan Komunikasi,Informasi, dan Edukasi
(KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit melalui kerjasama
dengan institusi terkait untuk mendorong dan menyiapkan
kemampuan petugas dan masyarakat secara berjenjang hingga ke
desa;(6) Melakukan penyusunan perencanaan dan penganggaran
untuk kebutuhan peningkatan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi
(KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit hingga tercapai
kondisi kesiapan masyarakat di desa; dan (7) Meningkatkan dukungan
administrasi dan operasional peningkatan Komunikasi, Informasi, dan
Edukasi (KIE)pencegahan dan pemberantasan penyakit, termasuk
melakukan kegiatan-kegiatan inovasi sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.

123
RIMBEL NORITA EDUCA CENTER
E. Contoh kegiatan pelayanan administrasi kesehatan untuk
mendukung upaya kesehatan peorangan yang dapat diakukan :
1) Menyusun Kerangka Acuan.
2) Membuat notulen rapat-rapat persiapan kegiatan.
3) Membantu mengolah data.
4) Membuat draft peraturan daerah (Perda).
5) Menyusun laporan akhir kegiatan.

6. PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT


A. Tujuan
Program ini bertujuan meningkatkan kesadaran gizi keluarga
dalam upaya meningkatkan status gizi masyarakat terutama
pada ibu hamil, bayi dan Balita, serta usia produktif.

B. Sasaran
1)Mencegah meningkatnya prevalensi kegemukan pada Balita
menjadi setinggi-tingginya 5%, pada anak sekolah dan orang
dewasa menjadi setinggi-tingginya 10%.
2) Meningkatnya cakupan ibu hamil yang mendapatkan tablet
Fe menjadi 80%.
3) Menurunnya prevalensi anemia gizi besi pada ibu hamil dan
ibu nifas menjadi 40%.
4)Meningkatnya cakupan ASI eksklusif menjadi 80%.
5) Meningkatnya cakupan Balita yang mendapatkan Vit A
menjadi 80%.

C. Kebijakan pelaksanaan
1) Perbaikan gizi masyarakat diarahkan untuk meningkatkan
pelaksanaan gerakan keluarga sadar gizi.
2) Perbaikan gizi masyarakat diarahkan untuk meningkatkan
promosi ASI eksklusif.
3) Perbaikan gizi masyarakat diarahkan untuk menyediakan
suplementasi zat gizi.
4) Perbaikan gizi masyarakat diarahkan untuk memantapkan
dan menerapkan sistem kewaspadaan dini dan kejadian luar
biasa masalah gizi secara berhasil-guna dan berdaya-guna.

124
niuonie nuo--
D. Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program ini meliputi:
1) Peningkatan pendidikan gizi: (1) Melaksanakan pembinaan dan
peningkatan kemampuan petugas dalam program perbaikan gizi; (2)
Melaksanakan pengembangan sumberdaya tenaga gizi; (3)
Menyiapkan kerangka kebijakan dan menyusun pedoman
peningkatan pemberian ASI; (4)Menyiapkan materi dan menyusun
perencanaan kebutuhan upaya peningkatan pemberian ASI.
2) Penanggulangan Kurang Energi Protein (KEP), anemia gizi besi,
Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY), kurang vitamin A, dan
kekurangan zat gizi mikro lainnya:(1)MenyusuIn kerangka kebijakan
perbaikan gizi masyarakat;(2) Menyiapkan materi dan menyusun
petunjuk teknis dan pedoman penanggulangan gizi kurang; (3)
Melaksanakan pemberian makanan tambahan kelompok rawan gizi;
(4)Melaksanakan suplementasi obat program gizi;(5)Memfasilitasi
pemantauan dan promosi pertumbuhan Balita;(6) Mengembangkan
program gizi mikro; (7)Mengembangkan standar pelayanan gizi
klinis; dan (8)Meningkatkan dukungan administrasi dan operasional
program.
3) Penanggulangan gizi lebih: (1) Menyusun strategi nasional dan
melaksanakan sosialisasi peningkatan gizi seimbang,aktivitas fisik
dan kesehatan; (2) Menyusun pedoman penerapan gizi seimbang,
aktivitas fisik, dan kesehatan; dan (3) Mengembangkan perangkat
lunak standar dan materi konseling gizi.
4) Peningkatan surveilans gizi: (1) Mengembangkan jejaring dan
melaksanakan pemantauan status gizi; (2)Mengembangkan dan
meningkatkan surveilans gizi; (3)Mengembangkan jejaring informasi
gizi; dan (4)Mengadakan materi dan menyelenggarakan advokasi
dan sosialisasi Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG).
sadar gizi: (1) Memfasilitasi upaya revitalisasi Posyandu;
(2)Memfasilitasi upaya pemberdayaan keluarga; dan
(3)Melaksanakan kampanye keluarga sadar gizi.

125
PIMBEI NORITAUCA CENTCR
E. Contoh kegiatan pelayanan administrasi kesehatan untuk
mendukung Program Perbaikan Gizi Masyarakat yang dapat
dilakukan:
1) Menyusun Kerangka Acuan.
2) Membuat notulen rapat-rapat persiapan kegiatan.
3) Membantu mengolah data.
4) Membuat draft peraturan daerah (Perda).
5) Menyusun laporan akhir kegiatan.

7. PROGRAM SUMBER DAYA KESEHATAN


A. Tujuan
Program ini bertujuan meningkatkan jumlah, jenis, mutu dan
penyebaran tenaga kesehatan termasuk SDM kesehatan,
serta pemberdayaan profesi kesehatan, sesuai dengan
kebutuhan pembangunan kesehatan.

B. Sasaran
Tersedianya SDM kesehatan yang didistribusikan secara adil
dan merata, serta dimanfaatkan secara berhasil-guna dan
berdaya-guna.
·Rasio dokter dengan penduduk 24 : 100.000
·Rasio bidan dengan penduduk 100 : 100.000
·Rasio perawat dengan penduduk 158 : 100.000
·Puskesmas yang memiliki tenaga dokter : 80%
· Rasio apoteker dengan penduduk 9 :100.000
·Rasio sarjana kesmas dengan penduduk 35:100.000
·Tersedianya satu orang tenaga bidan, di setiap desa siaga.

C. Kebijakan pelaksanaan
1) Pengembangan sumberdaya kesehatan diarahkan untuk
menyiapkan kebijakan, pedoman, dan perundang-undangan yang
berkaitan dengan PPSDM Kesehatan.
2) Pengembangan sumberdaya kesehatan diarahkan untuk
advokasi dan sosialisasi kebijakan, pedoman, dan peraturan
perundang-undangan yang berkaitan dengan PPSDM Kesehatan.
126
BIMBEL NORITA EDUCA CENTER
3) Pengembangan sumberdaya kesehatan diarahkan untuk
mengadakan, merencanakan, dan mendayagunakan SDM
Kesehatan yang kompeten sesuai kebutuhan termasuk di desa
siaga.
4) Pengembangan sumberdaya kesehatan diarahkan untuk
mengembangkan sistem perencanaan dan
pendayagunaan SDM Kesehatan.
5) Pengembangan sumberdaya kesehatan diarahkan untuk
mengembangkan kemitraan dengan lembaga pemerintah,lembaga
non pemerintah termasuk swasta dalam PPSDM Kesehatan.
6) Pengembangan sumberdaya kesehatan diarahkan untuk
mengembangkan sistem pemberdayaan profesi kesehatan.
7) Pengembangan sumberdaya kesehatan diarahkan untuk
mengembangkan sistem informasi pendidikan dan pelatihan serta
manajemen SDM Kesehatan.
8) Pengembangan sumberdaya kesehatan diarahkan untuk
meningkatkan kualitas Bapelkes nasional dan daerah,termasuk
pembentukan Bapelkes regional dalam pengelolaan pendidikan dan
pelatihan SDM Kesehatan.
9)1Pengembangan sumberdaya kesehatan diarahkan untuk
meningkatkan manajemen PPSDM Kesehatan.

D. Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program ini meliputi :


1) Perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan; (1) Menyusun
petunjuk/pedoman penyusunan rencana kebutuhan SDM
kesehatan; (2) Melaksanakan perencanaan kebutuhan SDM
Kesehatan; (3) Pengembangan dan pemanfaatan tenaga kesehatan;
(4) Melaksanakan penyusunan perencanaan program, monitoring
dan evaluasi, dan pengembangan sistem informasi PPSDMK; (5)
Menyusun kerangka kebijakan pengembangan SDM Kesehatan; dan
(6) Penyelenggaraan administrasi dan dukungan operasional
program pendayagunaan tenaga kesehatan.
2) Peningkatan keterampilan dan profesionalisme tenaga kesehatan
melalui pendidikan dan pelatihan tenaga

127
BIMBEL NORITA EDUCA CENTER
kesehatan; (1) Pengembangan SDM Kesehatan dalam
pelatihan tenaga kesehatan; (2) Pengembangan manajemen
pelatihan; (3) Pengembangan metode dan teknologi
pelatihan; (4) Pengendalian mutu pelatihan;
(5)Pengembangan sumberdaya pelatihan;
(6)Penyelenggaraan pelatihan di Bapelkes;
(7)Pengembangan manajemen pendidikan tenaga
kesehatan; (8) Pengembangan kurikulum dan sistem PBM
pendidikan tenaga kesehatan; (9) Peningkatan sarana dan
prasarana pendidikan tenaga kesehatan; (10)Pengendalian
mutu pendidikan tenaga kesehatan; (11)Penyelenggaraan
pendidikan tenaga kesehatan di institusi penyelenggara
pendidikan tenaga kesehatan; (12)Pengembangan dan
pemberdayaan SDM pendidikan tenaga kesehatan;
dan(13)Penyelenggaraan administrasi dan dukungan
operasional program pendidikan tenaga kesehatan, serta
pelatihan.
3) Pembinaan tenaga kesehatan termasuk pengembangan karir
tenaga kesehatan; (1) Pemenuhan kebutuhan tenaga kesehatan,
terutama untuk pelayanan kesehatan di Puskesmas dan
jaringannya, serta rumah sakit kabupaten/kota; (2) Pengendalian
mutu dan standarisasi kompetensi tenaga kesehatan; (3)
Melaksanakan pembinaan dan pengelolaan sistem karir tenaga
kesehatan; dan (4) Penyelenggaraan administrasi dan dukungan
operasional program PPSDM Kesehatan.
4) Penyusunan standar kompetensi dan regulasi profesi
kesehatan: (1) Peningkatan kemandirian organisasi profesi; (2)
Pemberdayaan tenaga kesehatan Indonesia ke luar negeri; (3)
Memfasilitasi pembentukan dan pembinaan konsil; dan (4)
Penyelenggaraan administrasi dan dukungan operasional
program pemberdayaan profesi dan tenaga kesehatan luar
negeri.

E. Contoh kegiatan pelayanan administrasi kesehatan untuk


mendukung Program Sumber daya manusia kesehatan yang dapat
dilakukan :
128

BIMBEL NORITA EDUCA CENTER


1) Menyusun Kerangka Acuan
2) Membuat notulen rapat-rapat persiapan kegiatan.
3) Membantu mengolah data.
4) Membuat draft peraturan daerah (Perda).
5) Menyusun laporan akhir kegiatan.

8. PROGRAM OBAT DAN PERBEKALAN KESEHATAN


A. Tujuan
Program ini bertujuan menjamin ketersediaan,
pemerataan,mutu, keterjangkauan obat dan perbekalan
kesehatan termasuk obat tradisional, perbekalan kesehatan
rumah tangga, dan kosmetika.

B. Sasaran
1) Ketersediaan obat esensial-generik di sarana pelayanan
kesehatan menjadi 95%.
2) Anggaran untuk obat esensial generik di sektor publik setara
dengan 2 USD/kapita/tahun.

C. Kebijakan pelaksanaan
1) Pengendalian obat dan perbekalan kesehatan diarahkan untuk
meningkatkan kualitas sarana pelayanan kefarmasian sampai
tingkat desa.
2) Pengendalian obat dan perbekalan kesehatan diarahkan untuk
meningkatkan kualitas sarana produksi dan distribusi sediaan
farmasi dan alat kesehatan.
3) Pengendalian obat dan perbekalan kesehatan diarahkan untuk
meningkatkan penyediaan obat dan perbekalan kesehatan,
khususnya di sektor publik yang lengkap jenis,jumlah cukup dan
mudah diperoleh setiap saat dengan harga terjangkau dan
kualitas terjamin.
4) Pengendalian obat dan perbekalan kesehatan diarahkan untuk
melaksanakan perizinan dalam rangka perlindungan terhadap
penggunaan obat dan perbekalan kesehatan yang tidak
memenuhi standar mutu, keamanan, dan kemanfaatan.
5) Pengendalian obat dan perbekalan kesehatan diarahkan untuk
menyelenggarakan pelayanan farmasi yang
129
BIMBEL NORITA EDUCA CENTER
berkualitas melalui penerapan jabatan fungsional apoteker
dan asisten apoteker serta pelaksanaan pendidikan
berkelanjutan.
6) Pengendalian obat dan perbekalan kesehatan diarahkan untuk
menyelenggarakan pembinaan, advokasi, dan promosi
penggunaan obat rasional.
7) Pengendalian obat dan perbekalan kesehatan diarahkan untuk
meningkatkan pelaksanaan harmonisasi standar bidang
kefarmasian dan alat kesehatan dengan standar regional maupun
internasional.

D. Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program ini meliputi :


1) Peningkatan ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan
harga obat dan perbekalan kesehatan;
a) Menyusun, menerapkan, dan memutakhirkan kebijakan
peningkatan ketersediaan, pemerataan dan
keterjangkauan obat dan perbekalan kesehatan;
b) Meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia dalam
manajemen suplai dan pengelolaan obat dan perbekalan
kesehatan sektor publik di pelayanan kesehatan dasar;
c) Menjamin akses terhadap obat esensial sebagai hak asasi
manusia;
d) Mengintegrasikan obat tradisional/komplementer dan
alternatif yang memenuhi persyaratan, ke dalam sistem
pelayanan kesehatan nasional;
e) Meningkatkan. ketersediaan dan keterjangkauan obat
tradisional/komplementer dan alternatif;
f) Meningkatkan pemerataan obat esensial, termasuk obat-
obat untuk HIV/AIDS, malaria, TBC, penyakit anak dan
penyakit tidak menular;
g)Meningkatkan dana publik untuk obat sejalan dengan
mekanisme sadar biaya (cost containment mechanism);
h) Meningkatkan pemerataan obat;
i) Menyusun kebijakan harga obat dan informasi perubahan
harga obat;

131
j) Memfasilitasi dan memantau pelaksanaan kebijakan obat
generik;
130

BIMBEL NORITA EDUCA CENTER

131
k) Mendorong pengembangan produksi dalam negeri;
I) Meningkatkan cara pengadaan obat yang baik (good procurement
practices) dan efisiensi pengadaan obat;
m) Menjamin ketersediaan dan mencegah penyalahgunaan narkotik
dan psikotropik;
n) Melaksanakan dan memonitor regulasi di bidang obat dan
perbekalan kesehatan secara efektif; dan
o) Meningkatkan sistem manajemen dan pertukaran informasi di
bidang obat dan perbekalan kesehatan.
2) Menjamin obat dan perbekalan kesehatan memenuhi persyaratan
mutu, keamanan dan kemanfaatan;
a) Menyusun, menerapkan, dan memutakhirkan kebijakan
peningkatan mutu, keamanan dan kemanfaatan obat dan
perbekalan kesehatan;
b) Melindungi aspek kesehatan masyarakat dengan
mempertimbangkan kesepakatan internasional,regional, dan
bilateral;
c) Meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia dalam bidang
produksi dan distribusi obat dan perbekalan kesehatan;
d) Meningkatkan sistem jaminan mutu di bidang obat dan
perbekalan kesehatan;
e) Melaksanakan post-marketing surveillance mengenai keamanan
obat dan perbekalan;
f) Memantau dan mencegah peredaran obat-obat substandar dan
obat palsu; dan
g) Memonitor dan meningkatkan harmonisasi regulasi,serta
mengembangkan networking dalam peningkatan mutu, keamanan,
dan kemanfaatan obat dan perbekalan kesehatan.
3) Peningkatan mutu pelayanan farmasi komunitas dan farmasi rumah
sakit:
a) Menyusun, menerapkan, dan memutakhirkan kebijakan
peningkatan mutu pelayanan farmasi komunitas dan farmasi rumah
sakit;
b) Melindungi aspek kesehatan masyarakat dengan
mempertimbangkan kesepakatan internasional,regional, dan
bilateral;
c) Meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia
kefarmasian melalui pelaksanaan jabatan fungsional apoteker
dan asisten apoteker;
d) Menjamin akses terhadap obat esensial sebagai hak asasi
manusia;
e) Menerapkan etik profesi dan mengimplementasikan
praktik anti-korupsi dalam sektor kefarmasian;
t) Mengintegrasikan obat tradisional/komplementer dan
alternatif yang memenuhi syarat ke dalam pelayanan farmasi
komunitas dan rumah sakit;
g)Menyusun dan memperbaharui norma, standar, dan
pedoman pelayanan kefarmasian di komunitas dan rumah
sakit;
h) Melaksanakan dan memonitor regulasi di bidang pelayanan
kefarmasian secara efektif;
i) Meningkatkan sistem manajemen dan pertukaran
informasi;
j) Memonitor dan meningkatkan harmonisasi regulasi,serta
mengembangkan networking dalam pelayanan kefarmasian
komunitas dan rumah sakit; dan
k) Menyelenggarakan pelatihan tentang pelayanan
kefarmasian komunitas dan rumah sakit.

4) Peningkatan kerasionalan penggunaan obat dan perbekalan


kesehatan;
a) Menyusun,menerapkan, dan memutakhirkan kebijakan
kerasionalan penggunaan obat dan perbekalan kesehatan;
b) Melindungi aspek kesehatan masyarakat dengan
mempertimbangkan kesepakatan internasional,regional,
dan bilateral;
c) Melakukan advokasi kerasionalan penggunaan obat oleh
profesi kesehatan dan konsumen;
d) Menyusun dan mendesiminasikan daftar obat
esensial,pedoman klinis, dan formularium;
e) Menyebarluaskan informasi obat yang independen dan
dapat dipercaya;

133
BIMBEL NORITA EDUCA CENTER
132
BIMBEL NORITA EDUCA CENTER

133
BIMBEL NORITA EDUCA CENTER
f) Mendorong promosi obat yang bertanggungjawab dan etis kepada
profesi kesehatan dan konsumen;
g) Meningkatkan kesadaran dan pengetahuan konsumen;
h) Membentuk komite obat dan terapi di institusi kesehatan tingkat
nasional maupun daerah;
Menyusun pedoman pencegahan resistensi antibiotika;dan
j) Meningkatkan kerasionalan penggunaan obat melalui pendekatan
strategi cost-effective.

E. Contoh kegiatan pelayanan administrasi kesehatan untuk mendukung


Program Obat dan Perbekalan Kesehatan yang dapat dilakukan:
1) Menyusun Kerangka Acuan.
2) Membuat notulen rapat-rapat persiapan kegiatan.
3) Membantu mengolah data.
4) Membuat draft peraturan daerah (Perda).
5) Menyusun laporan akhir kegiatan.
1. PENGERTIAN PERIJINAN INSTITUSI DAN PEMBERI JASA DI BIDANG
KESEHATAN
Perijinan adalah keterangan atau surat yang dikeluarkan oleh
pemerintah untuk menyelenggarakan suatu institusi atau pemberi
jasa di bidang kesehatan, setelah dinilai dan memenuhi persyaratan
yang telah ditetapkan.
Beberapa contoh institusi dan pemberi jasa di bidang kesehatan.
Contoh : institusi di bidang Kesehatan
1. Pendidikan Diploma bidang kesehatan
2. Apotik
Contoh: pemberi jasa di bidang kesehatan
1. Praktik dokter
2.Praktik bidan

2. PERSYARATAN DAN PROSEDUR PERIJINAN INSTITUSI DI BIDANG


KESEHATAN
A. Pendidikan Diploma bidang kesehatan
Pendidikan Diploma Bidang Kesehatan adalah pendidikan tinggi di
bidang kesehatan, yang mempersiapkan peserta didik, untuk memiliki
keahlian tertentu maksimal setara dengan program sarjana.
Jenis Pendidikan Diploma di Bidang Kesehatan antara lain:
· Keperawatan
·Kebidanan
·Keperawatan Gigi
Kesehatan Lingkungan
·Gizi
Fisioterapi
Okupasi Terapi
·Terapi Wicara

136
BIMBEL NORITA EDUCA CENTER
·Ortotetik Prostetik
Farmasi
·Anals Farmasi dan Makanan
Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi
Analis Kesehatan
·Teknik Gigi
·Teknik Elektromedik
·Refraksi Optisi
·Perekam dan Informasi Kesehatan Teknologi Transfusi Darah
·Akupunktur
· Teknik Kardiovasculer

B. Apotik
Apotik adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan
kefarmasian dan penyalur sediaan farmasi, perbekalan kesehatan
lainnya kepada masyarakat.
Persyaratan Apoteker Pengelola Apotik:
1) ljazahnya telah terdaftar pada Departemen Kesehatan.
2) Telah mengucapkan sumpah/janji sebagai Apoteker.
3) Memiliki Surat Izin kerja dari Menteri Kesehatan.
4) Memenuhi syarat-syarat kesehatan fisik dan mental untuk
melaksanakan tugasnya sebagai Apoteker.
5) Tidak bekerja di suatu perusahaan farmasi dan tidak menjadi
Apoteker Pengelola Apotik di apotik lain.
Untuk mendapatkanizin apotik, Apoteker atau Apoteker yang
bekerjasama dengan pemilik sarana yang telah memenuhi
persyaratan harus siap dengan tempat, perlengkapan termasuk
sediaan farmasi dan perbekalan lainnya yang merupakan milik
sendiri atau milik pihak lain. Sarana Apotik dapat didirikan pada
lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan komoditi lainnya di
luar sediaan farmasi.
137
BIMBEL NORITA EDUCA CENTER
3. PERSYARATAN DAN PROSEDUR PERIJINAN PEMBERI JASA DIBIDANG
KESEHATAN
A. Praktik Kedokteran
Setiap dokter dan dokter gigi yang melakukan praktik
kedokteran di Indonesia wajib memiliki surat izin praktik.
· Surat izin praktik dikeluarkan oleh pejabat kesehatan yang
berwenang di Kabupaten/Kota tempat praktik kedokteran atau
kedokteran gigi dilaksanakan.
· Surat izin praktik hanya berlaku untuk 1 (satu) tempat.

Persyaratan untuk mendapatkan surat izin praktik kedokteran


yaitu:
1) Memiliki surat tanda registrasi kedokteran atau surat tanda
registrasii dokter gigi yang dikeluarkan oleh Konsil Kedokteran
Indonesia, yang masih berlaku.
2) Mempunyai tempat praktik.
3) Memiliki rekomendasi dari organisasi profesi.

Surat izin praktik masih tetap berlaku sepanjang:


1) Surat tanda registrasi dokter atau surat tanda registrasi
dokter gigi masih berlaku.
2) Tempat praktik masih sesuai dengan yang tercantum dalam
surat izin praktik.

B. Praktik Bidan
Bidan yang menjalankan praktik harus memiliki Surat Izin Praktik
Bidan (SIPB). Bidan dapat menjalankan praktik pada sarana
kesehatan dan/atau perorangan.
Untuk mendapat SIPB, Bidan mengajukan permohonan kepada
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan
melampirkan :
1) Fotocopy Surat Izin Bidan (SIB) yang masih berlaku.
2) Fotocopy ijasah bidan.
3) Surat persetujuan atasan, bila dalam pelaksanaan masa
bakti atau sebagai pegawai negeri atau pegawai pada sarana
kesehatan.

138
BIMBEL NORITA EDUCA CENTER
4) Surat keterangan sehat dari dokter.
5) Rekomendasi dari organisasi profesi.
6) Pas foto 4 x 6 sebanyak 2 (dua) lembar.

139
BIMBEL NORITA EDUCA CENTER
1. PENGERTIAN AKREDITASI
A. Akreditasi adalah merupakan pengakuan yang diberikan
pemerintah kepada institusi yang telah memenuhi standar.(Modul 13 Diklat
Jabatan Fungsional Adminkes, 2001)
B. Akreditasi adalah pengakuan terhadap lembaga pendidikan
yang diberikan oleh badan yang berwenang setelah lembaga itu memenuhi
syarat kebakuan atau kriteria tertentu. Atau pengakuan oleh suatu jawatan
tentang adanya wewenang seseorang untuk melaksanakan atau
menjalankan tugasnya.(KBBI edisi ke 3 tahun 2003)

2. JENIS-JENIS AKREDITASI
Akreditasi institusi yang dibahas dalam modul ini, antara lain :
A. Akreditasi rumah sakit.
B. Akreditasi institusi diklat kesehatan.
C. Akreditasi institusi pendidikan tenaga kesehatan.
D. Akreditasi pelatihan bidang kesehatan.

3. STANDAR PENILAIAN AKREDITASI


A. Standar Akreditasi Rumah Sakit
Standar pelayanan rumah sakit yang disusun tahun 1993
terdiri dari 20 kegiatan pelayanan, antara lain:
1) Administrasi dan manajemen.
2) Pelayanan medis.
3) Pelayanan gawat darurat.
4) Kamar operasi.
5) Pelayanan intensif.
6) Pelayanan perinatal risiko tinggi.
7) Pelayanan keperawatan.
8) Pelayanan anastesi.
9) Pelayanan radiologi.
142
BIMBEL NORITA EDUCA CENTER
10) Pelayanan farmasi.
11) Pelayanan laboratorium.
12)Pelayanan rehabilitasi medis.
13) Pelayanan gizi.
14) Administrator Kesehatan.
15) Pengendalian infeksi di rumah sakit.
16) Pelayanan sterilisasi sentral.
17) Keselamatan kerja, kebakaran, dan kewaspadaan bencana.
18) Pemeliharaan sarana.
19) Pelayanan lain.
20) Perpustakaan.

Masing-masing kegiatan pelayanan tersebut terdiri dari 7 standar yaitu:


1. Falsafah dan tujuan.
2. Administrasi dan pengelolaan.
3. Staf dan pimpinan.
4. Fasilitas dan peralatan.
5.Kebijakan dan prosedur.
6. Pengembangan staf dan program pendidikan.
7. Evaluasi dan pengendalian mutu.

Mengingat sangat bervariasinya rumah sakit di Indonesia maka


penerapan standar pelayanan tersebut dilakukan secara bertahap.
Dengan demikian, pelaksanaan akreditasinya pun dilakukan secara
bertahap. Yaitu pada tahap awal yang dimulai tahun 1996 sampai akhir
tahun 1998,hanya 5 bidang pelayanan yang diakreditasi. Untuk
selanjutnya berkembang menjadi 12bidang pelayanan dan berkembang
lagi menjadi 18 bidang pelayanan.

B. Standar Akreditasi Institusi Diklat Kesehatan


Akreditasi institusi diklat kesehatan terdiri dari 3 komponan yaitu
meliputi:
1) Administrasi dan manajemen.
2) Pelayanan diklat.
3) Pelayanan penunjang diklat.
143
BIMBEL NORITA EDUCA CENTER
Masing-masing komponen institusi diklat kesehatan tersebut
terdiri dari 7 standar yang harus dipenuhi yaitu:
1) Falsafah dan tujuan.
2) Administrasi dan pengelolaan.
3) Staf dan pimpinan.
4) Fasilitas dan peralatan.
5) Kebijakan dan prosedur.
6) Pengembangan staf dan program pendidikan.
7) Evaluasi dan pengendalian mutu.

C. Standar Akreditasi Institusi Pendidikan Tenaga Kesehatan


Akreditasi institusi pendidikan tenaga kesehatan dalam
petunjuk pelaksanaannya adalah upaya pemerintah bersama
masyarakat yang dilakukan secara
sistematis,berkesinambungan, terencana dan terarah guna
menetapkan strata yang menggambarkan mutu
penyelenggaraan institusi pendidikan, sehingga dapat
digunakan sebagai salah satu dasar upaya pembinaan dan
pengawasan pendidikan dalam rangka meningkatkan mutu
penyelenggaraan institusi pendidikan tenaga kesehatan.
Untuk mewujudkan tujuan akreditasi institusi pendidikan
tenaga kesehatan, beberapa aspek penting/standar yang
dibutuhkan dalam layanan pendataan terhadap institusi
pendidikan kesehatan yang diakreditasi adalah sebagai
berikut:
1) Ketersediaan, kecukupan dan kesesuaian jumlah komponen
pendidikan di institusi diknakes yang diakreditasi dengan baku
mutu institusi diknakes.
2) Ketepatan, ketaatan azas, keteraturan dan kesiapan perangkat
proses dan intervensinya dalam kegiatan pelajaran teori dan
praktik untuk pencapaian kompetensi peserta didik seperti
dikehendaki oleh kurikulum.
3) Kerapihan, kecermatan, kecukupan kecepatan dan kehandalan
administrasi ketatausahaan institusi berdasarkan baku kinerja tata
laksana manajemen institusi yang ditetapkan.
144
BIMBEL NORITA EDUCA CENTER
4) Keikutsertaan, kepedulian, dan keanekaragaman aktivitas
lintas sektor dan program serta masyarakat disekitar yang
mendukung keberadaan institusi diknakes tersebut.

D. Standar Akreditasi Pelatihan Bidang Kesehatan


Akreditasi pelatihan adalah penilaian reiicana suatu kegiatan
pelatihan, standar yang harus dipenuhi adalah 4 komponen yaitu
1) Komponen kurikulum, yang terdiri dari :
· Tujuan pelatihan
·Materi pelatihan/struktur program
·Metode pelatihan
· Alat bantu pelatihan
·Rencana evaluasi pelatihan
· Jadwal pelatihan
2) Komponen pelatih, yang terdiri dari :
· Materi yang diajarkan.
· Dasar pendidikan dan pendidikan tambahan.
·Pendidikan/pelatihan tambahan yang terkait dengan materi.
·Pelatihan tentang diklat, seperti: TOT, AKTA,atau pengalaman
melatih/mengajar.
· Pengalaman bekerja atau tugas yang berkaitan dengan materi
yang diajarkan.
3) Komponen peserta, yang terdiri dari :
· Kriteria peserta.
· Jumlah peserta dalam 1 kelas.
4) Komponen penyelenggara, yang terdiri dari :
·Institusi penyelenggara pelatihan.
·Adanya tenaga pengelola diklat/anggota panitia yang telah
mengikuti TOC.
· Ada tenaga yang menjadi MOT (lampirkan SK
Penyelenggaraan/Surat Tugas sebagai MOT).
145
---
4. PROSES AKREDITASI INSTITUSI
A. Prosedur Akreditasi Rumah Sakit
Proses akreditasi memuat 2 hal kegiatan pokok, yaitu bimbingan
pra-akreditasi dan survei akreditasi.
1) Bimbingan pra-akreditasi
Bimbingan pra-akreditasi adalah kegiatan sebelum
dilakukan akreditasi yaitu mempersiapkan dokumen mutu
dari pelayanan yang dilakukan dan merupakan bagian
pelayanan yang akan diakreditasi, dan kemudian melakukan
self evaluation atau melakukan penilaian sendiri.
2) Survei akreditasi
Survei akreditasi adalah kegiatan pengumpulan data dalam
rangka penilaian dokumen mutu kegiatan pelayanan yang
dilakukan oleh tim akreditasi.
3) Tatalaksana akreditasi Rumah Sakit
Akreditasi dilaksanakan secara sukarela. Untuk
memudahkan Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) dalam
menyusun jadwal survei maka masing-masing Rumah Sakit
diwajibkan menyusun Plan of Action akreditasi dan
mengirimkannya ke KARS. Berdasarkan POA tersebut maka
KARS melakukan penjadwalan survei akreditasi.

Akreditasi Rumah Sakit pada dasarnya mengguanakan metoda


yang paling berkaitan dan dilaksanakan secara periodik dan
berkesinambungan, yaitu :
1) Pra survei akreditasi
Pra survei adalah merupakan fase persiapan. Pada fase ini
Rumah Sakit melakukan penilaian diri sendiri (self-
assessment) dengan menggunakan instrumen self
assessment. Pada fase pra survei ini apabila Rumah Sakit
mendapatkan kesulitan maka Rumah Sakit bisa meminta
bimbingan ke KARS. Faktor terpenting pada fase ini adalah
adanya komitmen mulai dari pimpinan puncak di Rumah
Sakit, pimpinan menengah, staf dan pemilik Rumah
Sakit.Keberhasilan Rumah Sakit untuk akreditasi sangat
tergantung dengan komitmen tersebut diatas. Selain
itu,faktor lain yang cukup penting yaitu adanya fasilitator di
146
BIMBEL NORITA EDUCA CENTER
Rumah Sakit tersebut yang tugas pokok dan fungsinya adalah
mempersiapkan akreditasi Rumah Sakit. Fasilitator tersebut lebih
dikenal dengan sebutan Tim atau Panitia Akreditasi. Faktor
penting lainnya yaitu adanya tenaga profesi yang sangat
bermanfaat dalam membantu menyusun SOP dan program.
2)Survei akreditasi
Survei dilakukan oleh tim survei yang ditugaskan oleh KARS dan
Sarana Kesehatan lainnya. Survei dilakukan dengan cara
melakukan kunjungan ke Rumah Sakit selama 3-5hari. Dalam
kunjungan selama 3 - 5 hari tersebut tim survei akan melihat
dokumen yang terkait dengan akreditasi (SOP,Juknis, Juklak,
dokumen rapat, dokumen evaluasi kegiatan,dll), kemudian
melakukan wawancara kepada petugas terkait dan melakukan
observasi kegiatan pelayanan. Oleh karena misi survei ini adalah
pembinaan,maka pada waktu survei ini surveior juga
memberikan arahan untuk perbaikan. Pada hari terakhir
survei,tim survei mengadakan "exit conference" untuk
menyampaikan hal-hal yang masih perlu diperbaiki oleh Rumah
Sakit.
3)Pasca survei akreditasi
Fase pasca survei adalah kegiatan setelah survei dilakukan.Pasca
survei ini sebetulnya juga merupakan fase pra-survei khususnya
adalah pada 3 (tiga) bulan sebelumnya status akreditasi berakhir.
Satu tahun setelah survei dilakukan,Kanwil agar melakukan
survei ulang. Kemudian, 6 bulan setelah dilakukan survei ulang
oleh Kanwil, Rumah Sakit agar mengirimkan hasil self assessment
pertama, kemudian 9 bulan lagi Rumah Sakit agar melakukan
self-assessment kembali. Pada waktu Kanwil melakukan
kunjungan ulang tersebut apabila terdapat penyimpangan, maka
status akreditasi Rumah Sakit dicabut.
B. Prosedur Akreditasi Institusi Diklat Kesehatan
Akreditasi institusi pelatihan/Bapelkes di Indonesia dilakukan
secara bertahap. Tahap awal adalah Bapelkes milik
pemerintah,sedangkan untuk institusi pelatihan lain akan
dilakukan penawaran setelah Bapelkes pemerintah
diakreditasi. Pada prinsipnya program akreditasi
menggunakan 2 metode yang saling berkaitan, yaitu:
1) Survei pra akreditasi
Institusi pelatihan/Bapelkes menilai diri sendiri (self
assessment) setelah menerima kuesioner pra akreditasi.
2) Survei akreditasi
Survei dilakukan oleh surveyor yang ditugaskan oleh Tim
Akreditasi tingkat Pusat. Survei dilakukan setelah
kuesioner pra akreditasi dievaluasi oleh Tim Akreditasi
tingkat Propinsi dan dinyatakan bahwa penerapan
standarnya sudah benar/sesuai standar.

Alur akreditasi institusi diklat kesehatan:


· Institusi pelatihan/Bapelkes yang telah siap diakreditasi
mendaftarkan diri kepada Tim Akreditasi tingkat Propinsi
dengan menggunakan formulir yang telah disediakan.
· Formulir diisi kemudian dikirimkan bersama dokumen mutu
institusi pelatihan yang telah disusun sesuai dengan standar.
Tim Akreditasi menilai dokumen mutu dan prosedur
tersebut,apakah sesuai dengan standar yang berlaku. Bila
belum sesuai standar maka dikembalikan lagi ke institusi
pelatihan yang mengajukan dengan catatan perbaikan yang
harus dilakukan. Bila sudah sesuai standar maka Tim Akreditasi
memberikan jadwal survei yang akan dilakukan.

148
BIMBEL NORITA EDUCA CENTER
C. Prosedur Akreditasi Institusi Pendidikan Tenaga Kesehatan Akreditasi
dilaksanakan atas permintaan dan keslapan institusl Tim Akreditasi berjumlah
maksimum 4 orang yang ditunjuk oleh Kepala Pusat Pendidikan Tenaga
Kesehatan dan dapat berasal dari unsur :
1) Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan.
2) Dinas Kesehatan Propinsi.
3) Institusi Diknakes.
4) Organisasi Profesi yang terkalt.

Kegiatan akreditasi yang dilaksanakan meliputi beberapa tahap:


1) Perencanaan.
Perencanaan kegiatan akreditasi institusi Diknakes melibatkan
berbagai personil yang sesuai baik dari Pusat Pendidikan Tenaga
Kesehatan, Dinas Kesehatan Propinsi,Institusi Pendidikan Tenaga
Kesehatan dan Organisasi Profesi.
2) Pengoraganisasian.
Tahap berikutnya dalam kegiatan akreditasi setelah perencanaan
adalah pengorganisasian. Untuk mencapai akreditasi institusi
pendidikan tenaga kesehatan pada tahap ini diperlukan koordinasi
semua pihak sehingga terwujud kesamaan pengertian dan arah
pencapaiannya.
3) Pelaksanaan.
4) Pengawasan.
Untuk menjaga efektivitas dan keberhasilan pencapaian tujuan
akreditasi institusi Diknakes perlu dilakukan langkah pengawasan.
Pengawasan terhadap pelaksana tim akreditasi institusi Diknakes
dilaksanakan oleh pejabat yang bertanggungjawab terhadap kegiatan
akreditasi institusi pendidikan tenaga kesehatan.

D. Prosedur Akreditasi Pelatihan Bidang Kesehatan


Akreditasi pelatihan adalah pengakuan yang diberikan oleh pemerintah
atau Badan Akreditasi yang berwenang kepada suatu pelatihan yang telah
memenuhi standar yang telah ditetapkan berdasarkan hasil penilaian
terhadap komponen yang diakreditasi.
149
BIMBEL NORITA EDUCA CENTER
Tahap pelaksanaan akreditasi meliputi :
1) Penyelenggara pelatihan mengajukan rencana pelatihan
untuk diakreditasi dengan mengisi formulir akreditasi
pelatihan. Formulir akreditasi pelatihan memuat data setiap
komponen akreditasi yang akan dinilai oleh tim:
a) Pengajuan rencana pelatihan tersebut disertai surat
usulan akreditasi, sebaiknya 1 bulan sebelum pelatihan,agar
cukup waktu bagi tim untuk melakukan penilaian dan
memberikan umpan balik, serta bagi penyelenggara untuk
memperbaiki kekurangan-kekurangan.
b) Usulan akreditasi diajukan kepada:
· Tim akreditasi pelatihan tingkat Propinsi, untuk
pelatihan yang diselenggarakan di tingkat Propinsi
dan Kabupaten/Kota.
· Tim akreditasi pelatihan tingkat Pusat, untuk
pelatihan yang diselenggarakan di tingkat Pusat atau
penyelenggaraannya bersifat nasional.
2) Tim akreditasi selanjutnya melakukan penilaian terhadap
data rencana pelatihan yang diajukan dan penilaian diusahakan
selesai dalam waktu 1 minggu setelah berkas diterima oleh tim.
3) Setelah penilaian selesai, paling lambat 2 minggu setelah
berkas diterima oleh tim, hasilnya harus sudah diumpan
balikkan kepada penyelenggara disertai saran perbaikan sesuai
dengan hasil penilaian.
4) Hasil perbaikan dari penyelenggara dikirimkan kembali
kepada Tim Akreditasi,untuk dinilai ulang.
5) Tim akreditasi menetapkan Keputusan Akreditasi.
6) Tim akreditasi membuat Surat Keterangan Pelatihan
Terakreditasi yang ditandatangani Kapusdiklat/Kepala Dinkes
Propinsi atau pejabat yang ditunjuk atas nama
Kapusdiklat/Kepala Dinkes Propinsi.
5. PENILAIAN AKREDITASI
A. Akreditasi Rumah Sakit
Untuk menilai atau mengevaluasi penampilan Rumah Sakit
digunakan buku Evaluasi Pelayanan sebagai instrumen.Penilaian
atau evaluasi Rumah Sakit dapat dilaksanakan secara intern oleh
Rumah Sakit yang bersangkutan maupun oleh suatu badan yang
khusus melaksanakan akreditasi Rumah Sakit. Pada tahap awal,
instrumen penilaian lebih banyak menilai struktur dan proses dan
hanya sedikit menilai output. Di masa mendatang secara bertahap
instrumen tersebut akan disempurnakan yaitu selain menilai
struktur dan proses juga menilai output.

B. Akreditasi Institusi Diklat Kesehatan


Penilaian pada akreditasi institusi diklat kesehatan dilakukan
dengan menggunakan instrumen. Setiap komponen yang ada pada
institusi diklat_dinilai berdasarkan standar yang telah ditentukan,
yang mana disetiap standar tersebut terdapat parameter dan skor
masing-masing, serta harus ada cara pembuktiannya. Skor yang
ditentukan antara 0-5, sedangkan cara pembuktian dapat dilihat
dari ( (𝐷) = 𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷, (0) = Observasi, (𝐷) = 𝐷𝐷 Wawancara.
Kemudian hasil nilai dari masing-masing komponen direkap
berdasarkan parameter.
Ketentuannya yaitu skor standar adalah skor rata-rata parameter
masing-masing standar (jumlah skor parameter masing-masing
standar dibagi jumlah parameter), skor komponen adalah jumlah
skor standar dibagi jumlah standar, skor akreditasi institusi adalah
jumlah nilai komponen dibagi jumlah komponen.

C. Akreditasi Institusi Pendidikan Tenaga Kesehatan


Akreditasi dilakukan terhadap institusi Diknakes

mempergunakan bidang dengan struktur sebagai berikut:


1) Struktur bidang akreditasi Poltekkes.
Bidang akreditasi jurusan/Prodi Poltekkes terdiri dari 8(delapan)
komponen, yaitu:
a) Komponen Direktorat Poltekkes (bobot 4).
b) Komponen sumber daya manusia (bobot 10).
c) Komponen manajemen pembelajaran (bobot 8).
151
BIMBEL NORITA EDUCA CENTER
d) Komponen sarana/prasarana (bobot 6).
e) Komponen administrasi (bobot 3).
f) Komponen kemahasiswaan (bobot 2).
g) Komponen situasi umum (bobot 2).
h) Komponen pengembangan institusi (bobot 5).

2) Struktur bidang akreditasi non Poltekkes


Bidang akreditasi Non Poltekkes terdiri dari 8
(delapan)komponen, yaitu:
a) Komponen keorganisasian (bobot 4).
b) Komponen sumber daya manusia (bobot 10).
c) Komponen manajemen pembelajaran (bobot 8).
d) Komponen sarana/prasarana (bobot 6).
e) Komponen administrasi (bobot 3).
f) Komponen kemahasiswaan (bobot 2).
g) Komponen situasi umum (bobot 2).
h) Komponen pengembangan institusi (bobot 5).

Masing-masing komponen tersebut terbagi dalam


beberapa sub komponen, setiap sub komponen dinilai dari
aspek kuantitas,kualitas, efektivitas dan relevansi. Rentang
nilai untu masing.masing aspek adalah nilai terendah 1 dan
tertinggi 5. Nilai akhir untuk seluruh komponen adalah 100
(maksimal).
Bagi institusi Diknakes yang baru menyelenggarakan
pendidikar sampai dengan semester V (lima) maka
pertanyaan yang berkaitan dengan lulusan ditiadakan dan
tidak dihitung sebaga pembagi. Pembobotan masing-
masing komponen ditentukar berdasarkan besarnya
kontribusi terhadap sistem penyelenggaraan Diknakes.
Jumlah keseluruhan bobot adalal 40 (empat puluh).

D. Akreditasi Pelatihan Bidang Kesehatan


Tim melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan
dokumer usulan akreditasi yang diterima oleh tim. Apabila
kelengkapat sudah memenuhi persyaratan, maka langsung
dapat dilakukar penilaian, jika belum lengkap maka tim
memberitahu kepad penyelenggara untuk melengkapi
kekurangannya.
152
BIMBEL NORITA EDUCA CENTER
Tim melakukan penilaian terhadap komponen-komponen sesual
dengan ketentuan akreditasi yang meliputi penilaian terhadap
masing-masing variabel dan komponen (peserta, pelatih,kurikulum
dan penyelenggara).

Tata cara penilaian pada akreditasi pelatihan bidang kesehatan yaitu


meliputi:
1) Pengkajian data komponen akreditasi.
Sebelum dilakukan penilaian akreditasi, dilakukan dulu pengkajian
terhadap masing-masing komponen akreditasi apakah pengisian
data sudah sesuai dengan ketentuan kriteria pada komponen
tersebut, setelah itu baru ditentukan skala penilaian dari masing-
masing variabel (15 variabel).Setelah nilai variabel dijumlahkan,
nilai dibagi dengan jumlah variabel.
2) Penghitungan nilai.
a) Nilai variabel.
b) Nilai komponen
Jumlah nilai variabel komponen bersangkutan
Jumlah variabel
Nilai keputusan akreditasi:
Nilai tiap komponen ≥ 4, dan tidak ada variabel yang mendapat
nilai <3 berarti terakreditasi memuaskan.
Nilai tiap komponen ≥ , dan tidak ada variabel yang mendapat
nilai <3, berarti terakreditasi baik.
Nilai tiap komponen ≥ 3, dan tidak ada variabel yang mendapat
nilai 1 untuk komponen kurikulum berarti terakreditasi.
Nilai tiap komponen <3 berarti tidak terakreditasi.

6. PELAPORAN HASIL PENILAIAN


A. Akreditasi Rumah Sakit
Ada 4 kemungkinan keputusan yang akan dikeluarkan, yaitu :
1) Tidak diakreditasi
Suatu Rumah Sakit tidak dapat memperoleh status akreditasi bila
Rumah Sakit tersebut dianggap belum mampu memenuhi standar
yang ditetapkan. (Total skor kurang dari 65%).
153
BIMBEL NORITA EDUCA CENTER
2) Akreditasi bersyarat
Status ini diberikan bila Rumah Sakit telah dapat
memenuhi persyaratan minimal, tetapi belum cukup
untuk mendapatkan akreditasi penuh karena ada
beberapa kriteria/standar yang diberi rekomendasi
khusus. (Total skor minimal 65% dan setiap bidang
pelayanan tidak mempunyai nilai kurang 60%).
3) Akreditasi penuh
Status akreditasi penuh diberikan untuk jangka waktu tiga
tahun kepada Rumah Sakit yang telah dapat memenuhi
standar yang ditetapkan oleh KARS dan Sarana Kesehatan
lainnya. (Total skor minimal 75% dan masing-masing
bidang pelayanan tidak ada yang mendapat kurang dari
60%).
4) Akreditasi istimewa
Untuk Rumah Sakit yang menunjukkan pemenuhan
standar secara istimewa selama tiga periode berturut-
turut, akan mendapatkan status akreditasi untuk masa
lima tahun, jika pada survei terakhir mencapai skor lulus.

B.Akreditasi Institusi Diklat Kesehatan


Ketetapan akreditasi institusi/bapelkes berdasarkan keadaan
dimana institusi pelatihan tepat/berhasil dalam melaksanakan
penerapan standar yang telah ditetapkan. Institusi
pelatihan/bapelkes yang telah melalui proses akreditasi akan
memperoleh ketetapan akreditasi.
Ada 3 kemungkinan ketetapan yang akan dikeluarkan :
1) Akreditasi penuh 3 (tiga) tahun: skor/nilai masing-masing
komponen ≥ 3 terhadap pencapaian standar. Serta tidak ada
skor/nilai dari parameter pada tiap-tiap komponen<
2terhadap pencapaian standar.
2) Akreditasi bersyarat berlaku untuk 1 tahun: skor masing-
masing komponen ≥ 3 terhadap pencapaian standar, dan
tidak ada parameter pada tiap-tiap komponen yang
mempunyai skor/nilai <1 terhadap pencapaian standar.
3) Tidak terakreditasi: skor masing-masing komponen <
3terhadap pencapaian standar.
154
BIMBEL NORITA EDUCA CENTER
C.Akreditasi Institusi Pendidikan Tenaga Kesehatan
Stratifikasi suatu institusi diknakes ditetapkan berdasarkan nilai
akhir yang ditetapkan melalui penghitungan dari masing-masing
komponen:
1) Berstatus Strata A apabila institusi diknakes mempunyai
nilai lebih dari 86,99.
2) Berstatus Strata B apabila institusi diknakes mempunyai
nilai 72,00 s/d 86,99.
3) Berstatus Strata C apabila institusi diknakes mempunyai
nilai 57,00 s/d 71,99.
4) Berstatus Non Akreditasi apabila institusi diknakes
mempunyai nilai kurang dari 57,00.

Kurun waktu akreditasi.


1) Akreditasi institusi diknakes dapat dilaksanakan setelah
menyelenggarakan pendidikan minimal sampai dengan
semester V (lima).
2) Masa berlaku strata akreditasi ditetapkan:
Strata A - C:5 tahun
Non Akreditasi: 2 tahun
3) Penetapan kembali strata akreditasi dapat dilakukan sebelum
berakhirnya masa strata akreditasi apabila diperlukan oleh
institusi. Dalam hal ini institusi diknakes dapat mengajukan
permohonan akreditasi, apabila telah merasa melaksanakan
berbagai perbaikan dan siap untuk dilakukan penilaian kembali.
4) Apabila dari hasil suatu penetapan strata akreditasi ternyata
masih merasa kurang puas, maka institusi yang bersangkutan
dapat mengajukan kembali akreditasi setelah lebih kurang 1
tahun.
5) Jika 2 kali berturut-turut hasil penetapan akreditasi tetap pada
strata C, maka institusi diknakes tersebut dapat dikenakan
teguran lisan dan tertulis, serta dipertimbangkan untuk tidak
diberikan alokasi penerimaan mahasiswa baru.
6) Untuk institusi diknakes yang mendapat hasil penetapan non
akreditasi dua kali berturut-turut dapat diberikan

155
BIMBEL NORITA EDUCA CENTER
rekomendasi penghentian sementara sampai dengan
pencabutan izin penyelenggaraan pendidikan.

D. Akreditasi Pelatihan Bidang Kesehatan


Tim akreditasi setelah menetapkan hasil pelatihan, membuat
surat keterangan terakreditasi, serta menyerahkan hasilnya
epada penyelenggara pelatihan untuk ditindaklanjuti. Surat
keterangan terakreditasi dilampirkan pada waktu pengajuan
sertifikat pelatihan.

156
BIMBEL NORITA EDUCA CENTER
1. PENGERTIAN
Laporan dimaksudkan untuk memberikan gambaran mengenai
peristiwa yang terjadi. Isi laporan yang benar akan mendorong mutu
penulisan laporan yang baik, artinya isi tercakup pada laporan yang
memiliki bentuk yagn sistematis, penalaran yang jelas dan mengikuti
bahasa dengan kritis.
Secara umum, laporan dapat dianggap sebagai pelaksanaan
komunikasi secara tertulis dan lisan. Sedangkan secara khusus
dalamkonteks administrasi, laporana memperoleh pengertian khusus
sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi setiap
organisasi.
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa laporan
adalah setiap tulisan yagn berisi hasil pengolahan data /
informasi.laporan juga sebagai alat komunikasi yagn didalamnya
terdapat beberapa kesimpulan atau rekomendasi dari fakta-fakta atau
keadaan keadaan yang telah diselidiki. Berdasarkan pengertian ini, suatu
laporan berkaitan dengan suati penyelidikan, pengamatan, penelitian
dari suatu keadaan yang kemudian diperoleh data informasi yang
relevan Selanjutnya data informasi diolah dan ditulis menjadi suatu
laporan Laporan yang dibuat harus jelas tujuannya.

2. TUJUAN LAPORAN
Laporan yang dibuat harus jelas tujuannya. Laporan mempunyai sala
satu atau lebih dari beberapa tujuan berikut :

A. Mengatasi masalah
B. Mengambil keputusan
C. Mengetahui perkembangan
D. Mengetahui perkembangan / kemajuan
E. Mengadakan pengawasan, pengendalian atau perbaikan
158
BIMBEL NORITA EDUCA CENTER
1. PENGERTIAN
Laporan dimaksudkan untuk memberikan gambaran mengenai
peristiwa yang terjadi. Isi laporan yang benar akan mendorong mutu
penulisan laporan yang baik, artinya isi tercakup pada laporan yang
memiliki bentuk yagn sistematis, penalaran yang jelas dan mengikuti
bahasa dengan kritis.
Secara umum, laporan dapat dianggap sebagai pelaksanaan
komunikasi secara tertulis dan lisan. Sedangkan secara khusus
dalamkonteks administrasi, laporana memperoleh pengertian khusus
sebagai pertanggungjawaban pelaksnaan tugas dan fungsi setiap
organisasi.
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa laporan
adalah stiap tulisan yagn berisi hasil pengolahan data /
informasi.laporan juga sebagai alat komunikasi yagn didalamnya
terdapat beberapa kesimpulan atau rekomendasi dari fakta-fakta atau
keadaan-keadaan yang telah diselidiki. Berdasarkan pengertian ini,
suatu laporan berkaitan dengan suati penyelidikan, pengamatan,
penelitian dari suatu keadaan yang kemudian diperoleh data informasi
yang relevan.Selanjutnya data informasi diolah dan ditulis menjadi
suatu laporan.Laporan yang dibuat harus jelas tujuannya.

2. TUJUAN LAPORAN
Laporan yang dibuat harus jelas tujuannya. Laporan mempunyai salah
satu atau lebih dari beberapa tujuan berikut :
A. Mengatasi masalah
B. Mengambil keputusan
C. Mengetahui perkembangan
D. Mengetahui perkembangan / kemajuan
E. Mengadakan pengawasan, pengendalian atau perbaikan

158
BIMBEL NORITA EDUCA CENTER
3. PERANAN LAPORAN
A. Peranan laporan dalam organisasi
Laporan merupakan_alat komunikasi dalam suatu organisasi.Dengan
alat inilah pimpinan diberikan umpan balik, sehingga pimpinan
dimungkinkan untuk menguji atau mengubah kebijaksanaan yang
telah dibuat. Disamping itu, laporan juga sebagai alat manajerial
dalam melaksanakan tugas fungsi perencanaan, pengorganisasian,
pengambilan keputusan,pengawasan dan pengendalian.
B. Peranan laporan dalam "Administrative Communication"
1) Pertanggungjawaban dan pengawasan pengendalian Laporan
merupakan suatu pertanggungjawaban dari seseorang pejabat /
petugas kepada atasannya sesuai dengan tugas dan fungsinya yang
dibebankan kepadanya. Dari laporan itu,seseorang atasan akan
meneliti tentang pelaksanaan tugas dan fugnsi oleh pejabat
bersangkutan.
2)Penyampaian informasi
Sebagaimana telah dikemukakan, bahwa laporan merupakan alat
untuk menyampaikan informasi.
3)Bahan pengambilan keputusan
Untuk pengambilan keputusa, seorang pimpinan memerlukan
data dan informasi yang berhubungan dengan keputusan yang
akan diambi. Data dan informasi ini diambil dari laporan-laporan
yang disampaikan oleh semua satuan organisasi atau oleh pejabat
didalam satuan organisasi.
4) Alat pembina kerjasama
Laporan dapat berperan sebagai salah satu alat untuk membina
kerjasama, saling tukar informasi, saling pengertian dan
koordinasi antara atasan dan bawahan sangat mendukung
kerjasama yang baik.
5) Alat pengembangan cakrawala wawasan
Dengan saling tukar informasi maka pengetahuan kita sebagai
pelaksana atau pimpinan akan bertambah luas dan mendorong
timbulnya gagasan baru, inovasi tugas dapat dikembangkan
berdasrakan pengalaman orang lain.
159
BIMBEL NORITA EDUCA CENTER
4.ARAI LAPORAN
Syarat laporan yang baik dan bermutu adalah laporan harus lengkap
dan objektif. Artinya, laporan tidak dibuat-buat, tidak dikarang
semuanya dan tidak direkayasa berdasrakan kira-kira. Laporan yagn
benar dan objektil harus ditulis secara cermat dan dapat
dipertanggungjawabkan, oleh karena itu laporan harus didukung pula
oleh data yang lengkap dar akurat, sahih dan tidak kadaluwarsa.
Penggambaran laporan harus jelas dan mudah dimengerti, penulisan
laporan harus mengacu pada tujuar laporan. Secara rinci, syarat
laporan yaitu :
A. Laporan harus jelas, artinya tidak berbelit-belit, pendek
B. Laporan harus langsung mengenai sasaran
C. Laporan harus lengkap
D. Laporan harus tegas dan konsisten
E. Laporan harus tepat pada waktunya

5. MACAM-MACAM LAPORAN
Menurut Little Field, dkk (1985), secara garis besar ada 2 jenis laporar
yaitu:
A. Laporan penelitian atau laporan akademik
Merupakan hasil penelitian yang bisa berbentuk tesis, monograf atau
artikel yang ditujukan pada sponsor, masyarakat akademik atal
masyarakat luas.
B. Laporan administratif (tata laksana) atau laporan manajerial. Dapa
dibedakan menurut tujuan penggunaan, waktu pembuatan dan gayi
penulisan laporan sebagai berikut:
1) Menurut tujuannya
- Laporan perencanaan (planning report)
Laporan pengendalian (control report)
2) Menurut waktu
Laporan berkala, contoh : laporan triwulan, laporan
tahunar
- Laporan khusus (special report), contoh : laporan mengikul
diklat
3) Menurut gaya penulisan
Laporan resmi, contoh : laporan ketua panitia pelaksana
kegiatan pada pimpinan instansi
Laporan tak resmi, contoh : laporan mengikuti rapatyang
dibuat dibawahan pada atasan.

160
BIMBEL NORITA EDUCA CENTER
BAGAIMANA PROSES PENYUSUNAN LAPORAN
A. Pendahuluan
dalam pendahuluan berisi latar belakang tentang hal ihwal yang
bersangkut upaut dengan isi laporan. Latar belakang masalah yang
akan dikemukakan adalah hal-hal yang berkenaan dengan tujuan
laporan, mengapa laporan itu ditulis, siapa yang menugaskan
membuat laporan, masalah apa saja yang tercakup dalam
laporan,kapan suatu tugas mulai dilaksanakan dan kapan berakhir,
dimana dan bagaimana penulis memperoleh informasi mengenai
suatu masalah. Untuk lebih jelasnya unsur-unsur yang terkandung
dalam pendahuluan suatu laporan adalah sebagai berikut :
1)Maksud dan tujuan
2) Ruang lingkup kajian (permasalahan yagn dilaporkan)
3) Waktu pelaksanaan tugas
4) Metode atau teknik perolehan informasi
5) Sistematika laporan
B. Batang tubuh
Pada umumnya batang tubuh / isi laporan dijabarkan kedalam bab
per bab dengan kerangka pikir yang logis dan sistematis. Batang
tubuh dapat dibagi dalam bab-bab sebagai berikut :
1) Keadaan dan permasalahan
2) Analisis dan pemecahan masalah
Keadaan dan permasalahan memuat hasil pengamatan atas
fakta-fakta keadaan yang sesungguhnya yang dilaksanakan di
lapangan dan keadaan yang seharusnya dilaksanakan serta berbagai
permasalahan yang timbul. Permasalahan ini merupakan selisih
antara keadaan yang sesungguhnya dilaksanakan di lapangan dan
keadaan yang seharusnya dilaksanakan.
Pada analisis dan pemecahan masalah memuat uraian tentang
berbagai penyebab terjadinya suatu masalah dan bagaiman
aalternatif pemecahan suatu masalah. Masalah-masalah yang
dijumpai tentu banyak sekali. Namun karena berbagai
keterbatasan,seperti waktu, sumberday amanusia, dana, dan lain-
lain maka dalam memecahkan berbagai masalah yang timbul kita
harus menyusun skala prioritas, masalah yang mana yang mendesak
untuk segera dipecahkan.
161
BIMBEL NORITA EDUCA CENTER
C. Kesimpulan, saran, dan rangkuman
Apabila organisasi telah semakin besar dengan berbagai kegiatan
yagn sangat komplek, sering memberi tugas atau penerima
laporan (dalam hal ini atasan / pimpinan) tidak punya waktu untuk
membaca secara tekun seluruh isi laporan. Yang penting baginya
adalah kesimpulan, saran/ rekomendasi beserta rangkuman yang
diajukan oleh pembuat laporan.
1) Kesimpulan
Kesimpulan merupakan perasaan / intisari dari isi pokok
laporan,Kesimpulan diturunkan dari fakta-fakta dan lebih
banyak mempersoalkan hubungan-hubungan logis.
Kesimpulan tidak perlu panjang lebar cukup butir-butir saja.
2) Saran
Saran merupakan bagian paling akhir dari laporan. Kesimpulan
dan saran-saran dalam sistematika laporan biasanya dijadikan
dalam satu bab. Saran yagn disampaikan / dianjurkan adalah
merupakan alternatif yang perlu diambil untuk memecahkan
masalah / persoalan yang timbul
3) Rangkuman (sinopsis)
Rangkuman merupakan sinopsis / ringkasan pokok-pokok
laporan. Rangkuman dapat ditempatkan :
a) Sebelum atau didepan bab pendahuluan
b) Sesudah kesimpullan dan saran atau dapat pula
c) Secara terpisah dan tersendiri
D. Daftar Pustaka
Daftar pustaka perlu dilampirkan dalam laporan apabila sumber
acuannya berasal dari buku, majalah, surat kabar dan
sebagainya.Pada laporan penelitian, daftar pustaka ini merupakan
keharusan.Daftar pustaka disusun sesuai dengan abjad serta
penulisannya mengikuti ketentuan yang berlaku dalam
kepustakaan.
E. Lampiran
Lampiran merupakan data pendukung, uraian isi laporan yagn
mungkin terlalu banyak sehingga tidak dimasukkan dalam teks
laporan. Karena apabila dimasukkan dalam teks laporan dapat
mengganggu kontinuitas laporan yang lebih jauh lagi

163
dikhawatirkan dapat mengganggu pengertian mengenai hal-hal
yang diuraikan dalam teks laporan.
162

BIMBEL NORITA EDUCA CENTER

163
Lampiran laporan dapat berupa : oeraturan, perundangan, surat-
surat, bagan, diagram, tabel, photo denah, kuesionaer risalah, dan
sebagainya.

.LANGKAH-LANGKAH MEMBUAT LAPORAN ADMINISTRASI KESEHATAN


A. Menetapkan perihal (subjek) dan judul laporan
Langkah awal dalam membuat laporan adalah menetapkan perihal (subjek)
laporan. Maksud ditetapkan perihal (subjek) laporan adalah agar:
1) Hal-hal yang akan dilaporkan jelas
2) Ada pembatasan permasalahan yang jelas
3) Kita dapat memenuhi keinginan pihak-pihak yang akan menerima
laporan
4)Dalam menetapkan perihal laporan, kita harus memperhatikan apa
saja yang diinginkan pimpinan sebagai pihak yagn meminta dan akan
menerima laporan
5) Kita mudah mengumpulkan data
Contoh : Seorang pimpinan Rumah Sakit Y meminta laporan tentang
keuangan proyek semester 1 tahun 2020. Kita dapat menentukan
judul laporan sebagai berikut : "Laporan Keuangan Proyek Semester 1
Tahun 2020 Rumah Sakit Y Departemen A". Atau bila Anda telah
menyelesaikan suatu kegiatan, Anda dapat menentukan perihal
(subyek) laporan yang telah dikerjakan umpamanya.
B. Mengumpulkan data
1. Ada beberapa data yang dapat dipergunakan dalam menyusun
laporan, misalnya:
a. Surat-surat keputusan dan landasan-landasan yuridis lainnya
b. Skema atau struktur organisasi
c. Data kepegawaian, keuangan, materiil, peralatan, dan
sebagainya
d. Rencana kerja
e. Notulen rapat
f. Grafik tabel, bagan dan denah
g. Uraian tugas
h. Buku pedoman kerja
2. Metode / teknik pengumpulan data primer ada 3 macam,
yaitu:
A. Metode pengamatan / observasi
Pengamatan biasanya diartikan sebagai pengamatan dan
pencatatan dengan sistimatis fenomena-fenomena yang
diselidiki. Menurut Sutrisno Hadi (1995), metode pengamatan
ada 3 jenis yaitu:
1) Observasi partisipasi
Observasi partisipasi adalah suatu observasi bisa
seorang yang mengadakan observasi turut ambil
bagian dalam kehidupan orang-orang yang
diobservasi,bukan pura-pura semata.
2) Observasi sistematik
Observasi sistimatik yang biasa juga disebut observasi
berkerangka (structure observation) adalah observasi
yang mempunyai kerangka dan membuat faktor-
faktor yang kategorisasinya telah diatur terlebih
dahulu
3) Observasi eksperimental
Observasi eksperimental adalah observasi yang
dilakukan dengan mengendalikan unsur-unsur
penting dalam suatu situasi agar situasi .itu diatur dan
dikendalikan sesuai dengan tujuan penelitian, untuk
menghindari faktor-faktor yang bisa mempengaruhi
situasi tersebut.
B. Metode kuisioner
Metode kuisioner adalah pengumpulan data yang
dilakukan dengan menyebarkan kuisioner. Dengan
menggunakan kuisioner, kita dapat mengumpulkan data
perbuatan yang sangat pribadi. Data seperti itu tidak bisa
didapatkan dengan metode observasi. Ada 2 (dua) macam
metode kuisioner yaitu kuisioner langsung dan kuisioner
tidak langsung.
1) Kuisioner langsung : bila daftar pertanyaan dikirim
langsung kepada orang yang ingin dimintai pendapatnya
2) Kuisioner tidak langsung : bila kuisioner tersebut
diberikan pada seseoran gyang menceritakan tentang
keadaan orang lain.
3) Metode wawancara /interview
Wawancara adalah suatu proses tanya jawab lisan, yang dapat
mengungkapkan tentang tanggapan, pendapat,keyakinan,
motivasi pandangan pribadi.
C. Evaluasi data
Langkah pembuatan laporan berikutnya, setelah data dikumpulkan,data
tersebut dievaluasi. Mengapa demikian? Karena kita yakin bahwa data
tersebut :
1) Ada relevansinya dengan kebutuhan
2) Sahih/ absah/valid
3) Berkualitas
4) Benar secara kuantitas
D. Pengolahan data
Pengklasifikasian data kegiatan menggolongkan aneka ragam data ke
dalam kategori-kategori yang jumlahnya lebih terbatas.Pengklasifikasian
data akan sangat bergunauntuk:
1) Menyusun sistimatika laporan
2) Menentukan data mana yagng perlu diolah, dan data mana yang perlu
ditinggalkan atau tidak perlu dimasukkan
3) Mengoreksi data
165
BIMBEL NORITA EDUCA CENTER
A. PENGERTIAN ORGANISASI
- Organisasi merupakan suatu wadah institusi / kelompok / ikatan
formal dimana terdapat orang-orang yang saling bekerjasamauntuk
mencapai suatu tujuan tertentu yang telah ditetapkan
sebelumnya.Pengertian wadah tersebut lebih tepat diartikan sebagai
ikatan hukum / legal / formal yang menjamin kerja sama orang-orang
tersebut.
Komisi Pendidikan Administrasi Kesehatan Amerika
Serikat,membedakan fungsi administrasi atas enam macam yakni :
1)Perencanaan (planning)
2) Pengorganisasian (organizing)
3) Pengarahan (directing)
4) Pengawasan (controlling)
5) Pengkoordinasian (coordinating)
6) Penilaian (evaluation)
Jadi pengorganisasian atau organizing adalah salah satu fungsi
administrasi.
Pengorganisasian pelaksanaan kebijakan program-program
pembangunan kesehatan adalah :
1) Proses penyusunan pembagian pekerjaan kedalam unit-unit
kerja
2) Penentuan tugas wewenang dan tanggung jawab perangkat
organisasi
3) Penentuan tata hubungan kerja pelaksanaan kebijakan
kesehatan (siapa bertanggung jawab apa terhadap siapa?)
4) Penentuan syarat kompetensi dan pengisian jabatan organisasi
Wewenang adalah hak seorang pejabat mengambil tindakan dalam
rangka pelaksanaan tugas dan fungsi
Tanggung jawab adalah kesanggupan seorang aparat untuk
menyelesaikan tugas yang dipercayakan kepadanya, dengan
sebaik-baiknya, tepat waktu dan berani memukul resiko atas
keputusan yang diambil / dilaksanakan

168
BIMBEL NORITA EDUCA CENTER
B. FUNGSI ADMINISTRASI
Dalam praktek sehari-hari untuk memudahkan pelaksanaannya,berbagai
fungsi administrasi ini sering disederhanakan menjadi 4 macam saja,yaitu:
1) Perencanaan (planning) yang didalamnya termasuk penyusun anggaran
belanja
2) Pengorganisasian (organizing) yang didalamnya termasuk penyusunan
staf
3) Pelaksanaan (implementing) yang didalamnya termasuk pengarahan,
pengkoordinasian, bimbingan, penggerakan dan pengawasan
4) Penilaian (evaluation) yang didalamnya termasuk penyusunan laporan
Jadi, salah satu tugas strategis dari pengorganisasian adalah penyusunan
staf.

C. PERAN ORGANIZING PADA IMPLEMENTASI KEBIJAKAN


Setiap kebijakan dibuat untuk dilaksanakan dan ditujukan kepada sasaran
tertentu yang terkena dampak masalah. Pengorganisasian atau organizing
berhubungan dengan siklus kebijakan, mulai dari proses perumusan hingga
evaluasinya.
Pengorganisasian ini melalui tahapan sebagai berikut:
· Penentuan jenis organisasi yang dibutuhkan
·Pemilihan bentuk dan struktur organisasi, efisiensi atau keterwakilan
·Penyusunan tugas, wewenang, dan tanggung jawab setiap tingkatan pada
struktur
Penentuan kebutuhan dan usaha organisasi untuk mencapai tujuan
kerja, kerja dan kerja → pertanggung jawaban & laporan hasilnya

Pada umumnya organisasi pada kebijakan berbentuk tim atau kelompok


kerja dengan spesifikasi sebagia berikut:
Tim perumus, terdiri dari para pakar keilmuan dibidangnya dan para
birokrasi yagn berpengalaman. Tugasnya menyusun dan merumuskan draft
kebijakan dalam bentuk naskah akademik.

169
BIMBEL NORITA EDUCA CENTER
Tim teknis atau tim pelaksana terdiri dari aparatur negara
(ASN,TNI/Polri). Tugasnya melaksanakan kebijakan yang telah
digariskan oleh pimpinan sebagai tugas pokok dan fungsi
(TUPOKSI) organisasi.
Tim pemantau, terdiri dari, aparatur negara (Inspektorat,
BPK,Lembaga akreditasi), dan masyarkaat (NGO) yang
bertugas menilai dan mengawasi pelaksanaan kebijakan
sesuai pedoman /juklak/juknis kebijakan tersebut.
Tim pembina terdiri dari unsur pimpinan instansi pelaksana
kebijakan bertugas mengevaluasi dan memutuskan tindakan
lanjut kebijakan.

D. PENGORGANISASIAN KEBIJAKAN
Organisasi pada kebijakan dibutuhkan seluruh siklus kebijakan mulai
dari perumusan kebijakan hingga evaluasi kebijakan.
Jenis organisasi yang umumnya terdapat pada siklus kebijakan,terdiri
dari:
1) Tim perumusan kebijakan
2) Tim pelaksana / tim teknis
3) Tim pemantau/pengendali / surpervisi
4) Tim pembina

E. PRINSIP ORGANISASI
Setiap organisasi memiliki prinsip agar dapat eksis yaitu :
1) Tujuan yang ingin dicapai
2) Orang yang memiliki komitmen kerja dan mau bekerjasama untuk
mencapai tujuan ebrsama
3) Mempuyai perangkat organisasi lengkap dengan tugas pokok dan
fungsinya (TUPOKSI) masing-masing dan masa berlaku
4) Memiliki kegiatan mengelola sumberdaya menggunakan fungs
administrasi untuk mencapai tujuan
5) Satu komandi
6) Ada aturan yang menjadi pegangan semua anggota organisasi
F. PENGORGANISASIAN DAN TUGAS ADMINISTRATOR KESEHATAN
Pejabat fungsional adminkes pertama dituntut untuk memiliki
kemampuan:
170
BIMBEL NORITA EDUCA CENTER
1) Menyusun rancangan tugas, wewenang dan tanggung jawab pelaksana
perogram (upaya kesehatan, perbaikan gizi masyarakat,sumber daya
kesehatan, obat makanan dan bahan berbahaya,lingkungan dan perilaku sehat)
2) Menyajikan rancangan tugas, wewenang dan tanggung jawab pelaksana
program
3) Melaksanakan uji coba tugas, wewenang dan tanggung jawba pelaksana
program
4) Menyajikan hasil uji coba wewenang dan tanggung jawab pelaksana program

G. BENTUK DAN STRUKTUR ORGANISASI


Secara umum struktur dari organisasi yagn sederhana dan biasa digunakan
terdiri dari Ketua, Sekretaris, dan anggota dengan tugas sebagai berikut:
1) Ketua adalah pimpinan dalam organisasi yang bertugas :
- Menjelaskan tujuan organisasi, peraturan-peraturan yagn mendasar bagi
kelompok, apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan
- Membagi tugas sesuai dengan peran dari keahlian masing-masing
anggota, memotivasi anggota kelompok
- Senantiasa membuka ruang diskusi dengan anggota untuk mendapatkan
saran dan kritik untuk membangun organisasi
- Mengarahkan pelaksanaan tugas anggota agar berjalan sesuai agenda
yang dijadwalkan
- Merevitalisasi organisasi (pengisian, rotasi) dan menyelesaikan konflik
- Mempertanggung jawabkan kelompok / organisasi yagn dipimpinnya
2) Sekretaris adalah penanggung jawab administratif yang bertugas
-Mengurus urusan persuratan, pengesahan (stempel), dan daftar
kebutuhan organisasi
- Menyusun jadwal dan agenda organisasi
- Menyusun konsep surat, mempersiapkan kebutuhan rapat,merumuskan
hasil rapat, dan menyusun konsep laporan
-Mengingatkan pimpinan terhadap pencapaian agenda kerja organisasi
- Membantu tugas ketua jika berhalangan
171
BIMBEL NORITA EDUCA CENTER
- Bertanggung jawab langsung kepada ketua
3) Anggota adalah orang-orang yang memiliki spesialisasi dan mengisi
bidang-bidang organisasi dengan tugas sebagai berikut :
- Melaksanakan tugas yang dibebankan sesuai kemampuan
/kehalian yang dimiliki dengan penuh semangat
- Melaksanakan tugas dengan mengikuti jadwal yang
ditetapkan secara disiplin
- Bekerjasama dengan anggota kelompok lainnya untuk
mencapai tujuan bersama yang disepakati
- Senantiasa mengkonsultasikan dengan ketua terkai
tpermasalahan dalam pelaksanaan tugas organisasi
- Bertanggung jawab langsung kepada ketua

H. PENGORGANISASIAN PADA KEBIJAKAN KESEHATAN


Berbagai kebijakan bidang kesehatna yagn bisa dijadikan contoh
pengorganisasiannya, antara lain :
1) Kepmenkes RI No.19/2002, Tim Penilai Angka Kredit beserta
jenjangnya (TP Pusat, TP Unit Depkes,TP Provinsi,TP
Kab/Kota),Sekretariatn Tim Penilai
2) Permenkes RI No.33/2015 tentang Pedoman Perencanaan
Kebutuhan SDMK, organisasinya Tim Perencana Kebutuhan SDMK
terdiri dari Tim Pelaksana dan Tim Pengarah, terdapat pada provinsi
dan Kab/Kota
3) Permenkes RI No.46/2013 tentang Resigtrasi Tenaga
Kesehatan,organisasnya MTKI dan MTKP lengkap dengan komite
dan divisinya
4) Permenkes RINo.49/2016tentang Pedoman Teknis
Pengorganisasian Dinkes Provinsi dan Kab/Kota yagn membagi
Tipelogi Dinkes Kab/Kota.
172
BIMBEL NORITA EDUCA CENTER

Anda mungkin juga menyukai