Anda di halaman 1dari 52

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem Informasi dan Manajemen Kesehatan memegang peranan
penting dalam menentukan kemajuan dan keberhasilan program dalam
bidang pelayanan kesehatan. Dengan data yang akurat dan kreadibel
menghasilkan suatu informasi yang berguna dalam kemajuan
pembangunan kesehatan saat ini, terutama dalam perencanaan pelayanan
kesehatan dan pengambilan keputusan oleh para penentu kebijakan
melalui pelaksanaan program di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas).
Puskesmas Melonguane melihat Sistem Informasi dan Manajemen
Kesehatan sebagai sebuah langkah maju bukan hanya dalam
perkembangan pelayanan kesehatan tetapi juga dalam peningkatan
program kesehatan terutama dalam perencanaan program yang ada di
Puskesmas.
Profil kesehatan menjadi suatu prasyarat utama dalam
pengembangan SIK di Puskesmas Melonguane, dan hasilnya diharapkan
memberikan gambaran menyeluruh tentang pelayanan kesehatan di
Puskesmas pada kurun waktu tertentu.
1.2 Tujuan
Tujuan Profil Puskesmas Melonguane disusun dengan maksud
memberikan gambaran dan informasi pelayanan kesehatan, perencanaan
kegiatan, monitoring, capaian keberhasilan, serta sebagai evaluasi kegiatan
sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk kemajuan
pembangunan kesehatan.
Sumber data dan informasi dalam Profil Puskesmas ini di
dapatkan dari berbagai pihak, diantaranya Kantor Camat Melonguane,
Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten
Kepulauan Talaud, Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Talaud data
dari tiap pemegang Program Puskesmas baik program Esensial maupun
program pengembangan. Untuk menjabarkan secara urut dan lengkap,
maka disusun sistematika penulisan Profil Puskesmas Melonguane Tahun
2018 sebagai berikut;

1 Puskesmas Melonguane dalam angka 2018


BAB I. PENDAHULUAN
Bab ini berisi penjelasan tentang maksud dan tujuan profil kesehatan dan
sistematika dan penyajiannya.
BAB II. GAMBARAN UMUM
Bab ini menyajikan tentang gambaran umum wilayah kerja Puskesmas
Melonguane serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan
seperti keadaan geografis, klimatologi, topografi dan demografi.
BAB III. RENCANA SRTATEGI PEMBANGUNAN KESEHATAN
Bab ini berisi tentang Visi dan Misi Puskesmas Melonguane Tahun 2018,
Tujuan Pembangunan Kesehatan, Sasaran dan Strategi Untuk mencapai
dan meningkatkan derajat kesehatan.
BAB IV. RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN
Bab ini menguraikan tentang program di Puskesmas Melonguane sebagai
tindak lanjut rencana strategi pembangunan kesehatan dalam rangka
mencapai dan meningkatkan derajat kesehatan. Program yang dimaksud
berupa program Kesehatan Ibu dan Anak, Program Pencegahan dan
Pemberantasan Penyakit, Program Kesehatan Lingkungan, Program
Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, dan Program
Perbaikan Gizi Masyarakat, serta Program Upaya Kesehatan Perorangan.
BAB V. SITUASI DERAJAT KESEHATAN
Bab ini berisi uraian tentang indikator mengenai angka kematian, angka
kesakitan, dan angka status gizi masyarakat.
BAB VI. SITUASI UPAYA KESEHATAN
Bab ini menguraikan tentang pelayanan kesehatan, pemberantasan
penyakit menular, pembinaan kesehatan lingkungan, perbaikan gizi
masyarakat, dan lain-lain.
BAB VII. SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN
Bab ini menguraikan tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan,
pembiayaan kesehatan dan sumber daya kesehatan lainnya.
BAB VIII. KESIMPULAN
Bab ini diisi dengan sajian tentang hal-hal penting yang perlu disimak dan
ditelaah lebih lanjut dari Profil Puskesmas Melonguane 2018. Keberhasilan
dan kekurangan dalam pembangunan kesehatan dikemukakan sebagai
bahan evaluasi.

2 Puskesmas Melonguane dalam angka 2018


BAB II
GAMBARAN UMUM
2.1 Keadaan Geografi
Puskesmas Melonguane merupakan wilayah kerja dari Kecamatan
Melonguane terletak antara 30 59”- 40 41” Lintang Utara dan 1260 40”-1260
46” Bujur Timur. Kecamatan Melonguane sebagai sebagai Ibu Kota
Kabupaten Kepulauan Talaud terdiri dari 3 Kelurahan dan 10 Desa,
memiliki luas wilayah 99,6 km2 dengan luas Desa/Kelurahan terbesar
adalah Desa Kiama luas wilayah 13,65 km2 dan luas wilayah terkecil
adalah Kelurahan Melonguane 5,34 km2.
Kecamatan Melonguane berbatasan langsung dengan, Sebelah Timur
Kecamatan Melonguane Timur, Sebelah Utara Kecamatan Beo Selatan,
Sebelah Selatan Berbatasan dengan perairan laut pulau Salibabu atau
dikenal dengan Selat Lirung, Sebelah Barat dengan Selat Lirung dan Laut
Sulawesi.
Gambar 1. Peta Wilayah Kecamatan Melonguane dan Sekitarnya

Pulau
Karakelang

Sumber; Kecamatan Melonguane Dalam Angka 2018

3 Puskesmas Melonguane dalam angka 2018


2.2.Sejarah Puskesmas Melonguane
Puskesmas Melonguane Terletak di Pusat Ibu Kota Kabupaten
Kepulauan Talaud yaitu Kota Melonguane. Puskesmas Melonguane pada
awalnya hanyalah sebuah balai Pengobatan sederhana yang berada di
Desa Melonguane Kecamatan Lirung Kabupaten Kepulauan Sangihe
Talaud. Pendirian Balai Pengobatan yaitu pada tahun 1975 di bawah
tanggung jawab seorang mantri desa yang terkenal pada zaman itu adalah
bapak Petrus Herendoli. Pada era tersebut banyak pasien yang datang
berobat ke balai pengobatan desa dengan berjalan kaki ataupun dengan
naik perahu melewati laut karena belum ada akses jalan darat. Pasien
berasal dari beberapa desa terdekat, diantaranya Sawang , Tarun ,Ambela,
Mala , Kiama bahkan ada juga yang dari luar wilayah Melonguane.
Pada Tahun 1982 balai pengobatan ini berkembang menjadi
Puskesmas Melonguane dengan status Rawat Jalan dengan Kepala
Puskesmas Pertama adalah dr. Adel Wongkaren. Wilayah kerja Puskesmas
Melonguane pada saat itu meliputi Desa Bowombaru, Tule, Kiama, Mala,
Melonguane, Sawang, Tarun dan Ambela. Kemudian pada tahun 1994
Puskesmas Melonguane berkembang menjadi Puskesmas Rawat Inap
dibawah kepemimpinan dr. Kalep Hotum sebagai Kepala Puskesmas saat
itu.
Pengembangan-pengembangan dilakukan termasuk bangunan dan
fasilitas lain. Pada tahun 2002 setelah Kabupaten Kepulauan Talaud
terbentuk, maka terjadi pengembangan-pengembangan desa dan
kecamatan. Termasuk kecamatan Melonguane Timur yang merupakan
pemekaran dari kecamatan Melonguane sehingga desa-desa yang dulunya
termasuk dalam wilayah kerja Puskesmas Melonguane, terpisah
diantaranya desa Bowombaru dan Tule. Dan pada tahun 2007 tepatnya
pembagian wilayah kerja antara Puskesmas Melonguane dan Puskesmas
Melonguane Timur sebagai pemekaran disepakati.
Sehingga semenjak tahun 2007 wilayah kerja Puskesmas Melonguane
terdiri atas 3 Kelurahan dan 10 desa yaitu : Desa Ambela,Desa Tarun
Selatan,Desa Tarun, Desa Sawang, Desa Sawang Utara, Kelurahan
Melonguane, Kelurahan Melonguane Barat, Kel.Melonguane Timur, Desa
Mala, Desa Mala Timur, Desa Kiama, Desa Kiama Barat dan Desa
Maradaren Kiama.

4 Puskesmas Melonguane dalam angka 2018


Sejak berdirinya Puskesmas Melonguane sampai sekarang sudah
ada beberapa Kepala Puskesmas yang berjasa memimpin Puskesmas
Melonguane sampai pada saat ini. Adapun nama-nama Kepala Puskesmas
Melonguane sejak tahun 1982 s/d sekarang adalah :

1. dr.Adelida Wongkaren 1982 s/d 1985


2. dr. Hariyono 1986 s/d 1988
3. dr.Yopi 1989 s/d 1992
4. dr.Deni Takahindangen 1993 s/d 1998
5. dr.Kerry D.Monangin 1999 s/d 2004
6. dr.Susanto 2005 s/d 2006
7. dr.A.Purwanto 2007 s/d 2009
8. dr.Chreisye Mandagi 2009 s/d 2010
9. dr.Vanni L.M.Sasube 2011 s/d Sep. 2014
10.dr. Regina Tuwongkesong Okto 2014 s/d Jan 2016
11.Stenly Rini Larono,SE Jan 2016 s/d 30 Desember 2016

12. dr. Jois Manurip 2017 s/d Juni 2018


13. Indrayani Sampakang Amd.Kep Juni 2018 s/d sekarang.

5 Puskesmas Melonguane dalam angka 2018


2.3 Analisis Kebutuhan Pendirian Puskesmas
Didalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 disebutkan
bahwa : Puskesmas harus didirikan lebih dari 1 ( satu.) Puskesmas, yang
mana kondisi tertentu dimaksud ditetapkan berdasarkan pertimbangan
kebutuhan pelayanan, jumlah penduduk dan aksesbilitas. Pendirian
Puskesmas harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana,
peralatan kesehatan,ketenagaan ,kefarmasian dan laboratorium.

a. Persyaratan Lokasi
Lokasi pendirian Puskesmas harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:

1.Geografis

Puskesmas tidak didirikan di lokasi berbahaya, yaitu :


1. Tidak ditepi lereng;
2. Tidak dekat kaki gunung yang rawan terhadap tanah longsor;
3. Tidak dekat anak sungai,sungai atau badan air yang dapat mengikis
pondasi
4. Tidak diatas atau dekat dengan jalur patahan aktif;
5. Tidak didaerah rawan tsunami
6. Tidak didaerah rawan banjir
7. Tidak dalam zona topan
8. Tidak didaerah rawan badai, dan lain-lain

2. Aksesbilitas untuk jalur transportasi


Puskesmas didirikan di lokasi yang mudah dijangkau oleh masyarakat
dan dapat diakses dengan mudah menggunakan transportasi umum.
Tersedia jalur untuk pejalan kaki dan jalur-jalur yang akesibel untuk
penyandang disabilitas.

3. Kontur tanah
Kontur tanah mempunyai pengaruh penting pada perencanaan
struktur,dan harus dipilih sebelum perencanaan awal dapat dimulai.
Selain itu kontur tanah juga berpengaruh terhadap perencanaan sistem

6 Puskesmas Melonguane dalam angka 2018


drainase, kondisi jalan terhadap perencanaan system drainase, kondisi
jalan terhadap tapak bangunan dan lain-lain
4. Fasilitas Parkir
Perancangan dan perencanaan prasarana parkir cukup penting karena
prasarana parkir kendaraan akan menyita banyak lahan. Kapasitas
parkir harus memadai, menyesuaikan dengan kondisi lokasi, social dan
ekonomi setempat
5. Fasilitas keamanan
Perancangan dan perencanaan prasarana keamanan sangat penting
untuk mendukung pencegahan dan penanggulangan keamanan minimal
menggunakan pagar.
6. Ketersediaan utilitas public
Puskesmas sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan
membutuhkan air bersih, pembuangan air kotor/limbah, listrik, dan
jalur telepon.Pemerintah daerah harus mengupayakan utilitas tersebut
selalu tersedia untuk kebutuhan pelayanan dengan mempertimbangkan
berbagai sumber daya yang ada pada daerahnya.
7. Pengelolaan kesehatan lingkungan;
Puskesmas harus menyediakan fasilitas khusus untuk pengelolaan
kesehatan lingkungan antara lain air bersih, pengelolaan limbah B3
seperti limbah padat dan cair yang bersifat infeksius dan non infeksius
serta pemantauan limbah gas/ udara dari emisi incinerator dan genset;
8. Kondisi lainnya.
Puskesmas tidak didirikan di area sekitar saluran udara tegangan tinggi
( SUTT ) dan saluran udara tegangan ekstra tinggi ( SUTET)
Selain persyaratan tersebut, pendirian Puskesmas harus memperhatikan
ketentuan teknis pembangunan bangunan gedung Negara.

II. Persyaratan Bangunan


Bangunan Puskesmas harus memenuhi persyaratan meliputi:
1. Persyaratan administrasi, persyaratan keselamatan dan
kesehatan kerja serta persyaratan teknis bangunan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undagan.
2. Bersifat permanen dan terpisah dengan bangunan lain,dan

7 Puskesmas Melonguane dalam angka 2018


3. Menyediakan fungsi, keamnan, kenyamanan, perlindungan
keslamatan dan kesehatan serta kemudahan dalam memberi
pelayanan bagi semua orang termasuk yang berkebutuhan
khusus, anak-anak dan lanju usia.
Selain bangunan- bangunan Puskemas sebagaimana dimaksud
tersebut diatas, setiap Puskesmas harus memiliki bangunan
rumah dinas Tenaga Kesehatan yang didirikan dengan
mempertimbangkan aksesbilitas tenaga kesehatan dalam
memberikan pelayanan .

III. Persyaratan prasarana


Puskesmas harus memiliki prasarana yang berfungsi paling sedikit
terdiri atas:
a. Sistem Penghawaan ( Ventilasi)
b. Sistem Pencahayaan
c. Sistem Sanitasi
d. Sistem Kelistrikan
e. Sistem komunikasi
f. Sistem gas medic
g. Sistem proteksi petir
h. Sistem proteksi kebakaran
i. Sistem pengendalian kebisingan
j. Sistem transportasi vertical untuk bangunan lebih dari 1 ( satu)
lantai
k. Kendaraan Puskesmas keliling
l. Kendaraan Ambulance
IV. Persyaratan Peralatan
Peralatan kesehatan di Puskesmas harus memenuhi persyaratan
a. Standar mutu, keamanan, keselamatan
b. Memiliki ijin edar, sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan
c. Diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh institusi penguji dan
pengkalibrasi yang berwenang.

8 Puskesmas Melonguane dalam angka 2018


V. Persyaratan sumber daya manusia
Sumber daya manusia Puskesmas terdiri atas Tenaga Kesehatan dan
tenaga non kesehatan, jenis dan jumlah tenaga kesehatan dan
tenaga non kesehatan dihitung berdasarkan analisis beban kerja,
dengan mempertimbangkan jumlah pelayanan yang
diselenggarakan, jumlah penduduk dan persebarannya,
karakteristik wilayah kerja, luas wilayah kerja, ketersediaan fasilitas
pelayanan kesehatan tingkat pertama lainnya di wilayah kerja, dan
pembagian waktu kerja.
Jenis Tenaga Kesehatan sedikit terdiri atas:
a. Dokter atau dokter layanan primer
b. Dokter gigi
c. Perawat
d. Bidan
e. Tenaga Kesehatan Masyarakat
f. Tenaga Kesehatan Lingkungan
g. Ahli Teknologi laboratorium medic
h. Tenaga Kesehatan
i. Tenaga Kefarmasian

2.4 Keadaan Klimatologi Dan Topografi


Iklim di daerah ini dipengaruhi oleh angin muson, biasanya pada bulan
Juli sampai dengan September adalah musim kemarau, sedangkan pada
bulan September sampai Desember relatif terjadi musim penghujan.
Topografi di Kecamatan Melonguane pada umumnya kawasannya
rata dibagian pinggiran pantai, sehingga lokasi kecamatan inilah yang
terpilih sebagai kawasan Bandara Udarah Melonguane, dan sebagian kecil
kawasan berbukit yang saat ini dijadikan lokasi pusat Pemerintahan
Kabupaten Kepulauan Talaud, serta daerah rawa di desa Tarun dan
Ambela yang dipergunakan sebagai kawasan pertanian bagi para petani
menanam padi.
2.5 Keadaan Demografi
Berdasarkan data Kecamatan Melonguane Dalam Angka jumlah penduduk
Kecamatan Melonguane adalah 13.802 jiwa, terdiri dari jumlah penduduk
laki-laki 7.057 jiwa, jumlah penduduk perempuan 6.745 jiwa dengan

9 Puskesmas Melonguane dalam angka 2018


jumlah Kepala Keluarga 4.332 dan tingkat kepadatan penduduk 105 km2 .
Dapat dilihat pada Tabel 1.dibawah ini;
Tabel 1. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah Tangga, dan
Kepadatan Penduduk Menurut Desa/Kelurahan Tahun 2018

LUAS JUMLAH JUMLAH RATA-RATA KEPADATAN


WILAYAH JUMLAH RUMAH JIWA/RUMAH PENDUDUK
NO DESA/KEL
DESA KEL Desa + Kel PENDDK
(km2) TANGGA TANGGA per km2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Ambela 10,0 1 1 317 98 3,24 26,20
2 Tarun Selatan 12,0 1 1 667 211 3,17 44,42
3 Tarun 7,0 1 1 951 307 3,09 114,57
4 Sawang Utara 6,0 1 1 583 179 3,26 77,54
5 Sawang 1,1 1 1 471 155 3,04 362,28
6 Melonguane Barat 4,0 1 1 2.935 935 3,139 375,19
7 Melonguane 5,3 1 1 2.142 694 3,089 277,53
8 Melonguane Timur 7,2 1 1 2.747 849 3,253 341,11
9 Mala 6,3 1 1 646 189 3,41 81,96
10 Mala timur 6,9 1 1 543 150 3,62 61,16
11 Kiama Barat 10,0 1 1 672 226 2,97 51,90
12 Kiama Maredaren 10,0 1 1 411 123 3,34 35,60
13 Kiama 13,7 1 1 717 216 3,31 52,53

JMLH
(KAB/ 99,6 10 3 13 13.802 4.332 3,187 115
KOTA)

Sumber; Dinas Kependudukan Dalam Angka 2018


Berdasarkan Tabel 1.1 jumlah penduduk terbanyak di Kelurahan
Melonguane Barat yaitu 2.935 jiwa, dengan 935 rumah tangga, tingkat
hunian rumah tangga yaitu 3,01 jiwa per rumah tangga, dan kepadatan
penduduk 341 jiwa per km2. Jumlah penduduk terkecil ada di Desa
Ambela yaitu 317 jiwa, memiliki 98 jumlah rumah tangga, tingkat hunian
rumah tangga 3 jiwa per rumah tangga, dan kepadatan penduduk 26 jiwa
per km2. Jumlah rumah tangga terbanyak di Kecamatan Melonguane yaitu
Kelurahan Melonguane Barat dengan jumlah 935 Kepala Keluarga.
Berdasarkan Tabel 1, menunjukan bahwa jenis kelamin
penduduk Kecamatan Melonguane lebih banyak terdistribusi pada jenis
kelamin laki-laki yaitu 7.057 jiwa dan perempuan sebanyak 6.745 jiwa
dan dapat dilihat pada gambar dibawah ini;

10 Puskesmas Melonguane dalam angka 2018


Gambar 2. Piramida Penduduk Kecamatan Melonguane Tahun 2018

202 70 - Keatas 225


174 65 - 69 179
199 60 - 64 210
215 55 - 59 262
305 50 - 54 317
333 45 - 49 311
338 40 - 44 366
450 35 - 39 454
452 30 - 34 476
466 25 - 29 466
437 20 - 24 426
399 15 - 19 392
370 10 - 14 439
393 5-9 465
368 0-4 380
600 400 200 0 200 400 600
LAKI-LAKI PEREMPUAN
Sumber; Kecamatan Melonguane dalam angka 2018
Pada gambar 2 diatas, menunjukan bahwa umur penduduk
Kecamatan Melonguane lebih banyak terdistribusi pada golongan umur
30- 34 Tahun yaitu sebesar 928 Jiwa (8,9%) dan persentase umur terendah
terdistribusi pada golongan umur 65-69 Tahun yaitu sebanyak 353 Jiwa
(3,4 % ).

11 Puskesmas Melonguane dalam angka 2018


BAB III
RENCANA SRTATEGI PEMBANGUNAN KESEHATAN

3.1 Visi
Visi Puskesmas Melonguane dibuat berdasarkan sinergitas visi Dinas
Kesehatan Kabupaten Kepulauan Talaud yaitu Mewujudkan Pelayanan
Kesehatan Yang Murah, Merata dan Berkualitas Bagi Seluruh Masyarakat
Kecamatan Melonguane di Tahun 2020.
3.2 Misi
Berdasarkan visi tersebut di atas, maka yang menjadi misi Puskesmas
Melonguane adalah
1. Meningkatkan kerjasama lintas program dan lintas sektor yang
terkait
2. Menyelenggarakan program upaya peningkatan kesehatan
masyarakat melalui kegiatan pembinaan dan pemeliharaan
kesehatan masyarakat meliputi upaya promosi kesehatan,
pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi,
peningkatan kesehatan keluarga termasuk KB dan pengobatan dasar
serta upaya kesehatan masyarakat lainnya sesuai kebutuhan
3. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan petugas
dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
4. Menciptakan tata kelola yang baik di tingkat pelayanan Puskesmas
Pembantu (Pustu) dan Pos Kesehatan Desa (Poskesdes).
3.3 Tujuan
3.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh
Puskesmas menurut KEPMENKES No. 128/2004 adalah mendukung
tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional, yakni:
1) Meningkatkan kesadaran hidup sehat
2) Meningkatkan kemampuan dan kemauan hidup sehat
Agar terwujudnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dalam
rangka mewujudkan masyarakat Melonguane yang sadar sehat dan
mandiri.

12 Puskesmas Melonguane dalam angka 2018


3.3.2 Tujuan Khusus
a. Meningkatkan pemerataan pelayanan kesehatan.
b. Meningkatkan ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan
sarana dan prasarana kesehatan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat.
c. Meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat(PHBS) pada
masyarakat.
d. Menurunkan angka kematian bayi dan anak serta kematian Ibu
maternal.
3.4 Sasaran
Sasaran pelayanan kesehatan yang ada di Puskesmas Melonguane merujuk
pada 12 Indikator SPM Sesuai dengan Permenkes 75 Tahun 2014 yaitu:
1. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil
2. Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin
3. Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir
4. Pelayanan Kesehatan Balita
5. Pelayanan Kesehatan Pada Usia Pendidikan Dasar
6. Pelayanan Kesehatan Pada Usia Produktif
7. Pelayanan Kesehatan Pada Usia Lanjut
8. Pelayanan Kesehatan Penderita Hipertensi
9. Pelayanan Kesehatan Penderita Diabetes Melitus
10. Pelayanan Kesehatan Orang Dengan Gangguan Jiwa Berat
11. Pelayanan Kesehatan Orang Dengan TB
12. Pelayanan Kesehatan Orang Dengan Risiko Terinfeksi HIV

3.5 Kebijakan
Untuk mencapai visi dan misi Puskesmas tersebut diatas, diambilah
kebijakan-kebijakan sebagai berikut:
1. Tenaga kesehatan yang melaksanakan pelayanan kesehatan
profesional sesuai dengan pendidikannya, unggul dalam prestasi
serta sopan dan santun dalam memberikan pelayanan
2. Penurunan angka kematian Ibu dan bayi
3. Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan dasar dan rujukan
4. Pengembangan pelayanan kesehatan perorangan dan kesehatan
masyarakat

13 Puskesmas Melonguane dalam angka 2018


5. Peningkatan, ketersediaan, pemerataan mutu dan
keterjangkauan obat dan perbekalan kesehatan
6. Peningkatan penatalaksanaan penyakit menular dan tidak
menular secara cepat dan tepat
7. Peningkatkan suplementasi gizi
8. Peningkatan sarana dan mutu sanitasi dasar dan lingkungan
hidup sehat
9. Pegembangan upaya kesehatan berbasis masyarakat dan
kemitraan dalam upaya kesehatan
10. Obat yang diberikan adalah obat generik
11. Pelanggan dilakukan secara ramah dan sopan serta dengan
penuh empati
12. Tenaga kesehatan cepat dan tanggap dalam merespon keluhan
dan keinginan pelanggan
13. Semua pegawai Puskesmas mempunyai komitmen, etika dan
semangat/motivasi yang tinggi untuk melaksanakan pelayanan
prima di Puskesmas
14. Tempat pelayanan kesehatan ditata rapi dan bersih sehingga
memberi kenyamanan pada pasien dan tenaga kesehatan yang
melayaninya
15. Kamar mandi dan WC dibuat bersih, tidak berbau dan cukup
air, serta dibersihkan setiap hari
16. Lingkungan Puskesmas dibuat taman agar membuat suasana
asri dan segar.

3.6 Strategi
Selain kebijakan, dibutuhkan juga strategi-strategi yang mendukung
terwujudnya Visi dan Misi Puskesmas, yaitu:
1. Meningkatkan kerja sama lintas program dan lintas sektor yang
terkait
2. Menyelenggarakan program upaya peningkatan kesehatan
masyarakat melalui kegiatan pembinaan dan pemeliharaan
kesehatan masyarakat meliputi promosi kesehatan,
pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan
gizi, peningkatan kesehatan keluarga termasuk KB dan

14 Puskesmas Melonguane dalam angka 2018


pengobatan dasar serta upaya kesehatan masyarakat lainnya
sesuai kebutuhan.
3. Meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan
petugas dalam memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu
kepada masyarakat
4. Berupaya menyelenggarakan pelayanan rawat jalan yang
bermutu, merata dan terjangkau melalui pelayanan kesehatan di
Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Polindes dan Puskesmas
Keliling.
5. Meningkatkan upaya perbaikan gizi masyarakat

15 Puskesmas Melonguane dalam angka 2018


BAB IV
RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN
4.1 Program Kesehatan Ibu dan Anak
1. Meningkatkan akses pelayanan antenatal dasar
2. Menurunkan resiko anemia Ibu hamil dan resiko perdarahan in
partum dan post partum
3. Menurunkan resiko tetanus pada neonates dan bayi
4. Meningkatkan proporsi persalinan yang ditolong oleh tenaga
kesehatan berkompetensi kebidanan
5. Meningkatkan tatalaksana dan rujukan neonates/bayi beresiko
tinggi dan atau komplikasi
6. Meningkatkan tatalaksana dan rujukan neonatus/bayi resiko tinggi
dan atau komplikasi
7. Meningkatkan cakupan imunisasi dasar balita dan imunisasi
pendukung (supporting immunization)
8. Meningkatkan cakupan desa UCI
9. Meningkatkan cakupan peserta keluarga berencana aktif
10 Berintegrasi dengan program gizi untuk melaksanakan
pemantauan tumbuh kembang anak.

4.2 Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit


1. Penatalaksanaan kasus secara cepat dan tepat, imunisasi dan
pengendalian faktor resiko
2. Meningkatkan cakupan dan jangkauan pelayanan penatalaksanaan
kasus penyakit secara berkualitas di wilayah kerja Puskesmas
3. Meningkatkan kemitraan lintas program, lintas sektor serta dengan
masyarakat untuk percepatan pemberantasan penyakit menular
melalui pertukaran informasi.
4.3 Program Lingkungan Sehat
1. Mendorong pera serta masyarakat dalam mewujudkan
masyarakat sehat dan produkti terutama masyarakat rentan dan
miskin
2. Meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat
3. Meningkatkan cakupan dan jangkauan pengendalian faktor risiko

16 Puskesmas Melonguane dalam angka 2018


4.4 Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
1. Mengembangkan peran Posyandu
2. Meningkatkan kesadaran masyarakat ber-PHBS dan keluarga
sadar gizi (Kadarzi)
3. Memberdayakan masyarakat dalam kesiap-siagaan dan
penanganan masalah gawat darurat kesehatan dan bencana
4. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan Ibu
dan anak, pencegahan penyakit dan kesehatan lingkungan.
3.5 Program Perbaikan Gizi Masyarakat
1. Melaksanakan gerakan keluarga sadar gizi
2. Melaksanakan promosi ASI eksklusif
3. Memberikan suplementasi zat gizi
3.6 Program Upaya Kesehatan Perorangan
1. Melaksanakan system rujukan yang terkonsentrasi pada RS
Kabupaten
2. Melaksanakan Pelayanan Obstetrik Neonatal Emergensi Dasar
(PONED)

17 Puskesmas Melonguane dalam angka 2018


BAB V
SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Pembangunan kesehatan suatu daerah dapat dilihat pencapaiannya


baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif, untuk menilai
keberhasilan tersebut perlu dilakukan analisis tentang derajad kesehatan
masyarakat dengan menggunakan berbagai indikator-indikator yang telah
disepakati dan baku sehingga dapat menggambarkan realitas keadaan
yang ada dan sementara berkembang dalam masyarakat guna melakukan
berbagai upaya dan program peningkatan derajat kesehatan yang
dimaksud.
Derajat kesehatan masyarakat ditentukan oleh besarnya kejadian
penyakit dan kematian, yang dipengaruhi oleh banyak faktor seperti
keadaan ekonomi, tradisi setempat, perilaku terhadap kesehatan, serta
upaya pelayanan kesehatan. Angka kesakitan (morbiditas) dan angka
kematian (mortalitas) adalah indikator outcome yang merupakan hasil akhir
dari rangkaian sistem yang saling berkaitan, meliputi indikator masukan
(input), indikator proses, dan indikator output. Angka kematian Ibu selama
masa hamil, bersalin dan nifas, serta angka kematian bayi/balita masih
menjadi tolok ukur derajat kesehatan suatu bangsa.
Gambaran dan penilaian derajad kesehatan masyarakat di wilayah
kerja Puskesmas Melonguane, menggunakan angka mortalitas, morbiditas,
dan status gizi sebagai indikator yang digunakan dalam Standar Pelayanan
Minimal (SPM) dalam Rencana Strategi (RENSTRA) Puskesmas Melonguane
Tahun 2014-2019.

5.1 MORTALITAS
Indikator penting dalam rangka mengevaluasi program-program
pembangunan kesehatan yang telah dilaksanakan adalah salah satunya
dengan mengunakan Angka Kematian Bayi dan Balita(IMR) dan Angka
Kematian Balita (AKABA), serta Angka Kematian Ibu
Melahirkan(AKI/MMR). Indikator tersebut juga bukan hanya digunakan
untuk mengevaluasi kemajuan program kesehatan tetapi juga
dimamfaatkan untuk memonitor situasi demografi dan memberikan

18 Puskesmas Melonguane dalam angka 2018


masukan untuk proyeksi penduduk, bahkan untuk mengidentifikasi sub
populasi yang berisiko kematian yang tinggi.

51.1 Angka Kematian Ibu


Angka Kematian Ibu(Maternal Mortality Rate) atau juga disingkat dengan
AKI, merupakan salah satu indikator penting yang merefleksikan derajad
kesehatan disuatu daerah yang mencakup tingkat kesadaran perilaku
hidup sehat, status gizi dan kesehatan Ibu, kondisi kesehatan lingkungan
serta tingkat pelayanan kesehatan terutama bagi Ibu hamil, Ibu
melahirkan dan Ibu nifas. AKI juga berkontribusi terhadap kondisi
kesehatan bayi yang dikandung dengan resiko kelahiran, lahir mati(Still
Birth).
Ibu hamil dapat mengalami komplikasi kematian selama hamil,
persalinan, maupun nifas. Komplikasi yang terjadi dapat berupa
perdarahan, infeksi, pre-eklamsia/eklamsia, dan lain-lain. Indonesia
menargetkan AKI sebesar 102 per 100.000 penduduk, atau 1 per 1000
penduduk terjadi di Tahun 2017.
Puskesmas Melonguane pada Tahun 2018 angka kematian Ibu
adalah 0. Angka capaian ini merupakan prestasi yang luar biasa dan
membanggakan, karena berhasil menekan angka kematian Ibu.

5.1.2 Angka Kematian Bayi dan Angka Kematian Neonatus ( NMR)


1. Angka Kematian Bayi (AKB) Angka kematian bayi (0 – 1 tahun) tahun
2018 adalah 0 . Artinya tidak ada kematian bayi di Wilayah kerja
Puskesmas Melonguane. Program Badan Penyelenggara Jaminan
Kesehatan (BPJS) dan JAMPERSAL memungkinkan tingkat
pemanfaatan puskesmas oleh masyarakat miskin meningkat, sehingga
lebih banyak penyakit yang dapat tertangani.
2. Angka Kematian Neonatal (NMR)
Neonatal adalah umur < 29 hari. Jumlah kematian Neonatal adalah 1
artinya ada kematian Neonatal di wilayah kerja Puskesmas Melonguane
yaitu di Desa Kiama tahun 2018. Hal ini merupakan kejadian yang
kurang baik dibanding data 3 tahun sebelumnya.Upaya untuk menekan
angka kematian bayi terus menerus dilakukan dalam rangka

19 Puskesmas Melonguane dalam angka 2018


meningkatkan derajat kesehatan, terutama dalam peningkatan
pelayanan kesehatan di Puskesmas dan jaringannya.

5.1.3 Angka Kematian Balita (AKABA)


Angka Kematian Balita (AKABA) mengambarkan tingkat permasalahan
kesehatan anak dan faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap
kesehatan anak balita, seperti; Gizi, Sanitasi, Penyakit, Penyakit Menular.
Indikator ini mengambarkan tingkat kesejahteraan sosial dan kemiskinan
penduduk. AKABA (Angka Kematian Balita) di Puskesmas Melonguane
Tahun 2018 adalah 0, atau tidak ada kematian balita di tahun 2018.
Program BPJS memungkinkan tingkat pemanfaatan Puskesmas
Melonguane oleh masyarakat tidak mampu menjadi meningkat, sehingga
lebih banyak penyakit yang dapat tertangani.

5.2 Morbiditas
Morbiditas adalah angka kesakitan yang disebabkan oleh suatu penyakit
tertentu pada suatu wilayah dalam waktu tertentu. Angka kesakitan
penduduk ini diperoleh dari data-data yang bersumber dari masyarakat
(community based data) melalui pengumpulan dan pengolahan data awal
oleh puskesmas dan pustu, serta sarana kesehatan lainnya. Angka
kesakitan diukur dengan satuan insiden dan prevalensi.
Sebagai daerah tropis dengan musim panas dan musim hujan,
Puskesmas Melonguane menghadapi permasalahan penyakit menular
diantaranya Tuberkulosis (TB), dan Malaria. Namun demikian penyakit
tidak menular(penyakit degeneratif) tidak kalah pentingnya, oleh karena itu
mulai terjadi pergeseran pola hidup dan pola makan penduduk, ini di
mulai dari aktifitas fisik yang banyak menjadi menurun, serta dari
makanan dengan karbohidrat kompleks, menjadi makanan yang siap saji
dan makanan berlemak tinggi.

20 Puskesmas Melonguane dalam angka 2018


5.2.1 Sepuluh Penyakit Terbanyak
Gambar 3. 10 Penyakit Teratas Puskesmas Melonguane Tahun 2018

10 PENYAKIT TERBANYAK TAHUN 2018


Kasus
1834

650
505
261 223 192 162 151 122 116

Sumber: Laporan (LB1) PKM Melonguane Tahun 2018


Berdasarkan gambar 3 tentang 10 penyakit teratas Puskesmas
Melonguane bahwa Penyakit Infeksi akut lain pada saluran pernafasan
menempati peringkat pertama dalam 10 penyakit teratas, dengan angka
1.834 , jumlah kasus naik jika dibandingkan dengan tahun 2017.
Penyebab penyakit ini dipengaruhi oleh perubahan cuaca yang tidak
menentu, dan faktor pendukung lainnya seperti kondisi lingkungan dan
kondisi rumah. Yang menjadi sasaran penyakit ini adalah lebih besar
terdistribusi pada golongan umur 1-4 tahun dan golongan umur 20-44
tahun. Posisi kedua adalah penyakit Hipertensi dengan total kunjungan
650 kasus jumlah kasus naik jika dibandingkan dengan kasus ditahun
2017. Yang banyak terdistribusi pada penduduk golongan umur 20-44
tahun. Penyakit ini termasuk dalam kategori penyakit PTM atau penyakit
Degenarif yang penyebabnya Multicausa tapi faktor stres sering menjadi
pemicu utama disamping faktor lainnya. Kemudian penyakit terbawah
dalam urutan ini adalah Coment could dengan penderita terbesar
terdistribusi pada golongan umur 1-10 Tahun.

21 Puskesmas Melonguane dalam angka 2018


5.2.2 Demam Berdarah
Penyakit yang ditularkan oleh vektor nyamuk diantaranya adalah Demam
Berdarah Dengue(DBD). Demam berdarah dengue ditularkan oleh nyamuk
aedes aegypti dan aedes albopictus. Nyamuk jenis ini senang
berkembangbiak di sekitar pemukiman penduduk pada tempat-tempat
penampungan air yang jernih baik di dalam maupun di luar rumah.
Puskesmas Melonguane Tahun 2018 terdapat 9 kasus DBD .Dan
kasus DBD ini termasuk dalam kategori kejadian luar biasa. Penanganan
KLB DBD langsung ditangani dengan Penyelidikan Epidemiologi dan
penanggulangan dengan Fogging di beberapa titik kejadian.

5.2.3 Malaria
Penyakit Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit bernama
plasmodium. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi
parasit dengan jenis nyamuk anopheles. Penyakit ini paling banyak terjadi
di daerah tropis dan sub tropis, dimana parasit plasmodium dapat
berkembang biak, begitu pula dengan vektor nyaamuk anopheles.
Penyakit malaria adalah penyakit menular yang merupakan
prioritas dalam penanggulangan kesehatan masyarakat di Kabupaten
Kepulauan Talaud, termasuk di Puskesmas Melonguane.
Kasus Malaria yang di temukan di Puskesmas Melonguane selama
tahun 2018 adalah 0 kasus. Artinya tidak ada penderita malaria di tahun
2018.
5.2.4 Rabies
Rabies(lysa) merupakan penyakit yang mematikan karena memiliki CFR
100%. Penyakit ini ditularkan pada manusia melalui gigitan anjing yang
terjangkit virus rabies. Selain hewan peliharaan anjing, virus juga dapat
ditularkan melalui kucing dan kera, namun hewan anjing merupakan
reservoir utama. Lysa dapat dicegah jika seseorang yang tergigit hewan
terjangkit rabies melakukan tindakan pemusnahan virus rabies ditempat
gigitan dengan mencuci luka menggunakan sabun/detergen serta diberi
Vaksin Antirabies(VAR).
Data surveilans Tahun 2018 Puskesmas Melonguane terdapat
kasus gigitan hewan anjing dan penderita gigitan anjing (rabies).

22 Puskesmas Melonguane dalam angka 2018


5.2.5 HIV/AIDS
Acquired Immune Deficiency Syndrome(AIDS) disebabkan oleh human
immunodeficiency virus(HIV) yang menyebabkan melemahnya sistem
kekebalan tubuh seseorang, membuatnya lebih rentan terhadap berbagai
penyakit, sulit sembuh dari berbagai penyakit infeksi oportunistik dan bisa
menyebabkan kematian. Hububugan heteroseksual, penggunaan jarum
suntik bersama pada pengguna narkoba suntik (Penasun), penularan dari
Ibu ke bayi selama periode kehamilan, kelahiran dan menyusui, transfusi
darah yang tidak aman dan praktek tattoo merupakan cara penularan HIV
pada umumnya.
Puskesmas Melonguane Tahun 2018, tidak ditemukan kasus
HIV/AIDS. Risiko penularan HIV/AIDS pada masyarakat di Puskesmas
Melonguane cukup terbuka karena akses transportasi yang semakin
mudah, baik ke Ibukota Provinsi maupun ke Jakarta yang memiliki kasus
AIDS terbesar di Indonesia. Risiko penularan terbesar juga dapat terjadi
melalui hubungan seksual yang berganti pasangan, apalagi dengan
hadirnya pub di Kecamatan Melonguane, menjadi berisiko tinggi terkena
HIV/AIDS.
5.2.6 Infeksi Menular Seksual
Penyakit Infeksi Menular Seksual(PMS) disebut juga penyakit kelamin,
adalah sekelompok infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual.
Kebanyakan PMS ditularkan melalui hubungan seksual antara penis,
vagina, anus, dan atau mulut. Penyakit ini telah lama dikenal di Indonesia
dan beberapa diantaranya sangat populer yaitu sipilis dan kencing nana.
Data Kesakitan Puskesmas Melonguane Tahun 2018, tidak
ditemukan kasus IMS/PMS.

5.2.7 Tuberkulosis Paru


Tuberkulosis(TB) merupakan penyebab kematian ke-3 terbanyak di
Indonesia. Diperkirakan setiap tahun ada 539.000 kasus baru, dan dari
kasus tersebut 101.000 orang meninggal karena TB. Tuberkulosis atau
yang dulu dikenal TBC adalah penyakit menular langsung yang disebabkan
oleh kuman TB(mycobacterium tuberculosis). TB bukan disebabkan oleh
guna-guna atau kutukan dan juga bukan penyakit keturunan.

23 Puskesmas Melonguane dalam angka 2018


TB dapat menyerang siapa saja, terutama menyerang usia
produktif/masih aktif kerja (15-50 tahun) dan anak-anak. TB dapat
menyebabkan kematian apabila tidak diobati, 50% dari pasien akan
meninggal setelah 5 tahun. Sebagian besar kuman ini menyerang paru,
tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.
Puskesmas Melonguane Tahun 2018 tercatat Prevalensi kasus TB
Paru, adalah 26 kasus atau Prevalensi ratenya adalah 130,42/ 100.000
Penduduk. Prevalensi kasus tertingginya berada di desa Mala dengan
jumlah 484,26 / 100.000 Penduduk. Angka kesembuhan masih jauh dari
harapan ditargetkan bahwa Angka kesembuhan Minimal yang harus
dicapai adalah 85 %. (Depkes,2008) sementara angka kesembuhan untuk
pasien baru BTA Positif Puskesmas Melonguane ada 78,78 % ada
peningkatan dibanding tahun sebelumnya. Kasus TB Paru Desa
/Kelurahan untuk jelasnya dapat dilihat pada gambar 4 di bawah ini.

Gambar 4. Insidensi TB Paru Di Puskesmas Melonguane Tahun 2018

INSIDENSI TB PARU BTA +


TAHUN 2018
Series1
27

7
3 3 3 4 2
1 1 1 0 0 1 1

24 Puskesmas Melonguane dalam angka 2018


5.2.8. Kusta
Penyakit KUSTA adalah penyakit yang menahun dan disebabkan oleh
kuman KUSTA (mycobacterium leprae) yang menyerang kulit, saraf tepi dan
jaringan tubuh lainnya. Ada 2 jenis penyakit kusta terdiri dari Kusta
Kering(Pausi Basier) dan Kusta Basah(Multi Basiler). Gejala awal penyakit
ini yaitu kelainan kulit berupa bercak putih seperti panu ataupun bercak
kemerahan yang kurang rasa ataupun mati rasa, tidak ditumbuhi bulu,
tidak mengeluarkan keringat, tidak gatal dan tidak sakit, sehingga
penderita seringkali tidak merasa terganggu.
Penyakit kusta Tahun 2018 di Puskesmas Melonguane tercatat 1
kasus terdapat di Desa Kiama Maredaren, dengan tipe Multi Basiler(MB)
atau lebih dikenal dengan kusta basah.

5.2.9 Tetanus
Tetanus adalah penyakit berbahaya termasuk dalam Kejadian Luar
Biasa(KLB). Penyakit ini mempengaruhi sistem saraf pusat akibat infeksi
bakteri spora yang masuk dalam tubuh manusia melalui luka. Luka dalam
yang terkontaminisasi oleh tanah atau pupuk kotoran hewan adalah hal
yang paling sering menyebabkan tetanus. Tetanus adalah penyakit yang
mematikan yang menimbulkan kejang yang kuat dan menyakitkan
dipunggung, lengan, tungkai dan rahang sehingga juga disebut sebagai
terkuncinya rahang.
Kasus Tetanus di Puskesmas Melonguane Tahun 2018 tidak ada.

5.3 Status Gizi


Status gizi menggambarkan tentang tingkat kesejahteraan masyarakat.
Demikian juga tingginya status gizi buruk akan berdampak pada generasi
yang kurang cerdas dan berkualitas atau disebut loss generation dimasa
yang akan datang. untuk menggambarkan status Gizi Balita di PKM
Melonguane, jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

25 Puskesmas Melonguane dalam angka 2018


Gambar 5. Status Gizi Balita PKM Melonguane Tahun 2018.

STATUS GIZI BALITA


PKM MELONGUANE TAHUN 2018
JUMLAH BAYI

600
400
200 GIZI BAIK
0
MELONGUA…
MELONGUA…
MELONGUA…

KIAMA…
KIAMA…
GIZI KURANG
MALA

SAWANG…
MALA TIMUR GIZI BAIK

KIAMA

TARUN…
SAWANG
TARUN

AMBELA
GIZI BURUK

JUMLAH
GIZI LEBIH

1.Gizi Baik
Dari gambar 5 diatas terlihat bahwa jumlah Balita dengan Gizi baik
terbanyak ada di Kelurahan Melonguane Barat yaitu sebanyak 139 Balita
dan yang terkecil ada di desa Ambela yaitu 12 anak.
2.Gizi Kurang
Kemudian Dari gambar 5 juga terlihat bahwa jumlah Balita dengan Gizi
kurang terdapat di Kelurahan Melonguane dan Melonguane Timur yaitu 2
kasus, menyusul 1 kasus di Kelurahan Melonguane Barat, 1 kasus di desa
Kiama Barat dan 1 Kasus di desa Tarun. Sementara di Desa-desa lain tidak
terdapat kasus gizi kurang jumlah kasus gizi kurang Puskesmas
Melonguane bejumlah 7 anak.
3.Gizi Lebih
Dan untuk kasus gizi lebih terdapat 1 kasus di desa Kiama
Maradaren.
4 Gizi Buruk
Berdasarkan pemantauan status gizi di Puskesmas Melonguane Tahun
2018, jumlah gizi buruk adalah 1 orang terdapat di Kelurahan Melonguane
penyebab utama anak gizi buruk karena penyakit jantung bawaan.

26 Puskesmas Melonguane dalam angka 2018


Gambar 6. Cakupan Kasus Balita Gizi Buruk Di Puskesmas Melonguane
Tahun 2018

1.2
11
1
0.8
0.6
0.4
0.2
00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00
0

Jumlah ditemukan mendapat perawatan

Sumber; Laporan Rutin FIII Gizi Tahun 2018


Pemberian makanan tambahan sudah diberikan dan pemantauan
dirumah terus di lakukan.Dan sampai hari ini oleh orang tua Balita
tersebut terus dilakukan Pengobatan dengan Spesialis Jantung.

5.3.2 BBLR
Bayi Berat Badan Lahir Rendah(BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat
badan kurang dari 2,500 gram tanpa memandang masa kehamilan. Bayi
yang berada di bawah persentil 10 dinamakan ringan untuk umur
kehamilan. Beberapa faktor yang menyebabkan bayi BBLR adalah sebagai
berikut;
a) Faktor Ibu
Faktor Penyakit seperti: Mengalami komplikasi kehamilan
seperti, anemia sel berat, perdarahan ante partum, hipertensi,
preeklampsia berat, eklampsia, infeksi selama kehamilan(infeksi
kandung kemih dan ginjal), serta menderita penyakit seperti malaria,
infeksi menular seksual, HIV/AIDS, TORCH. Angka kejadian
prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada usia <20 Tahun atau
lebih dari 35 tahun, kehamilan ganda(multi grafida), jarak kelahiran
yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun), serta
mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.

27 Puskesmas Melonguane dalam angka 2018


Faktor keadaan sosial juga mempengaruhi BBLR seperti, kejadian
tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah,
mengerjakan aktivitas fisik yang berlebihan, keadaan gizi yang
kurang baik, pengawasan antenatal yang kurang serta kejadian
prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan tidak sah
ternyata lebih tinggi bila dibandingkan yang bayi lahir yang lahir
dari perkawinan yang sah.
b) Faktor Janin
Kelainan kromosom(trysomy auto somal), infeksi janin kronik(inklusi
sitomegali, rubella bawaan), disautonomial familial, radiasi,
kehamilan ganda/kembar(gemeli) dan aplasia pancreas
c) Faktor Lingkungan
Bertempat tinggal didataran tinggi, terkena radiasi, serta terpapar
zat beracun
d) Faktor Plasenta
Berat plasenta berkurang atau berongga(hidramnion), luas
permukaan berkurag, infark, tumor, plasenta yang lepas, sindrom
tranfusi bayi kembar
Berat Badan Lahir Rendah Tahun 2018 tidak ditemukan . Upaya
yang dilakukan tenaga kesehatan di Puskesmas Melonguane dalam
mencegah terjadinya kasus gizi buruk dan BBLR tetap terus dilakukan
diantaranya berupa penyuluhan gizi, pemberian informasi menu makanan
bagi bayi dan balita, serta pendekatan dalam masyarakat melalui lintas
sektor Kecamatan, Pemerintah Desa/Kelurahan, dan Kader PKK di
Desa/Kelurahan tetap dilakukan.

28 Puskesmas Melonguane dalam angka 2018


BAB VI
UPAYA PELAYANAN KESEHATAN

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk mencapai derajat


kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya melalui visi dan misi serta
rencana strategis yang telah ditetapkan. Dalam mewujudkan visi dan misi
pembangunan kesehatan di Puskesmas Melonguane dilaksanakan upaya
pelayanan kesehatan sebagai berikut;

6.1 Pelayanan Kesehatan Dasar


Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan pelayanan kesehatan yang
harus dilakukan oleh setiap fasilitas kesehatan yang tersedia sebagai
urusan wajib penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Pemberian pelayanan
kesehatan dasar diharapkan perlu dilakukan secara cepat dan tepat serta
profesional agar mampu mengatasi berbagai permasalahan kesehatan yang
semakin kompleks dan cepat perkembangannya.
6.1.1 Kesehatan Ibu
Pelayanan kesehatan Ibu merupakan salah satu jenis pelayanan kesehatan
yang harus dilakukan setiap fasilitas kesehatan yang tersedia, karena
merupakan bagian dari urusan wajib penyelenggaraan kesehatan. Angka
Kematian Ibu(AKI) merupakan salah satu indikator penting yang
merefleksikan derajad kesehatan disuatu daerah yang mencakup tingkat
kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan Ibu, kondisi
kesehatan lingkungan serta tingkat pelayanan kesehatan terutama bagi Ibu
hamil, Ibu melahirkan dan Ibu nifas. Juga AKI berkontribusi terhadap
kesehatan bayi yang dikandung dengan resiko kelahiran; lahir mati (Still
Birth).
Program JKN yang dicanangkan awal tahun 2014 dengan Badan
Penyelenggara yaitu BPJS hingga saat ini sangat membantu meningkatkan
cakupan Ibu hamil yang ditangani Tenaga Kesehatan(Nakes). Kunjungan
ANC dan persalinan oleh nakes menjadi meningkat. Selain dari itu,
kehadiran dokter spesialis OBSGIN di RSUD Mala memungkinkan
penanganan komplikasi Ibu hamil dapat dilakukan.

29 Puskesmas Melonguane dalam angka 2018


a). Pelayanan Antenatal
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh
tenaga kesehatan kepada Ibu selama masa kehamilannya sesuai Standar
Pelayanan Minimal antenatal yang ditetapkan dalam RENSTRA.
Indikator pelayanan antenatal meliputi K1 (kunjungan Ibu hamil
pertama kali) dan K4 (kunjungan Ibu hamil empat kali). Istilah kunjungan
Ibu hamil tidak mengandung arti bahwa Ibu hamil yang berkunjung ke
fasilitas kesehatan, tetapi setiap kontak tenaga kesehatan/mendapat akses
(di Posyandu, Pondok Bersalin Desa, kunjungan rumah) dengan Ibu hamil
untuk memberikan pelayanan antenatal sesuai standar. Indikator K4
adalah akses/kontak Ibu hamil dengan tenaga kesehatan dengan syarat
minimal satu kali kontak pada triwulan I (usia kehamilan 0-3 bulan),
minimal satu kali kontak pada triwulan II (usia kehamilan 4-6 bulan) dan
minimal dua kali kontak pada triwulan III (usia kehamilan 7-9 bulan).
Cakupan pelayanan K1 ,K4 dan persalinan oleh nakes dapat dilihat pada
Gambar dibawah ini;
Gambar 7. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K1 Puskesmas Melonguane
Tahun 2018

CAKUPAN KUNJUNGAN IBU HAMIL K1 PUSKESMAS


MELONGUANE TAHUN 2018
180
156
160 143 144 141
140
120 105
100 100
100 92
80 67
56 57 60
60 46
40 33

20
0

30 Puskesmas Melonguane dalam angka 2018


Gambar.7 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 Puskesmas Melonguane
Tahun2018

CAKUPAN KUNJUNGAN IBU HAMIL K4 PUSKESMAS


MELONGUANE TAHUN 2018

140.0 129.0 129.0 133.0 131.0


120.0 100.0 94.0
100.0 83.0 80.0
80.0 64.0
60.0 44.0 50.0 46.0 46.0
40.0 27.0
20.0
0.0

Dari Gambar 6 diatas dapat dilihat cakupan K1 Puskesmas


Melonguane yaitu 105 % naik jika dibandingkan dengan cakupan tahun
2017 yaitu 94% dan dibanding dengan target MDGs 95 % berarti sudah
memenuhi target. Cakupan tertinggi di Kel.Melonguane Barat yaitu 156%,
cakupan K1 terendah di desa Kiama Barat yaitu 33%.
Berdasarkan Gambar. 7 juga , kunjungan K4 belum mencapai
target 100%. Cakupan K4 Tahun 2018 yaitu 94 % naik dari cakupan tahun
2017 yaitu 72% . Dan dari Standar Pelayanan Minimal Kab/Kota 95%.
dengan penyumbang terbesar diantaranya desa Melonguane yaitu 133%
dan beberapa desa lainnya yang cakupannya kurang. Namun ada beberapa
desa dan kelurahan yang cakupan K4 nya sudah terpenuhi yaitu
Kelurahan Melonguane Barat 129%, Kelurahan Melongune 133 % dan
Melonguane Timur 131 %,Tarun 129%,Mala Timur 100%.

31 Puskesmas Melonguane dalam angka 2018


Gambar 8. Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan
Puskesmas Melonguane 2018.

200
180
160
140
120
100
80
60 Persalinan di
40 tolong Non
20 Nakes
0 Persalinan
Ja Fe M Ap M Ju Jul Ag Se Ok No De Normal di Non
nu br ar ril ei ni i us pt to ve se Fasyankes
ari ua et tu e be m m Persalinan
ri s m r be be Normal
be r r diFasyankes
PN
r
Persalinan di tolong Non Nakes 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Persalinan Normal di Non
0 0 0 1 1 1 3 3 4 5 5 5
Fasyankes
Persalinan Normal diFasyankes 5 11 19 23 27 23 43 46 51 57 65 88
PN 5 11 20 25 29 25 46 49 55 62 71 93

Dari gambar diatas juga dapat dilihat Cakupan pertolongan


persalinan tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di
Puskesmas Melonguane Tahun 2018 adalah 93% angka yang naik dari
tahun 2017. Hal ini sudah melebihi target SPM yaitu 90%. Namun dari
cakupan tersebut ada cakupan desa yang sudah memenuhi standar yaitu
Kelurahan Melonguane Barat 128%, Kelurahan Melongune 107 % dan
Melonguane Timur 141 %.
Perkiraan komplikasi neonatal tidak jauh berbeda dengan
perkiraan komplikasi kebidanan. Terhitung Tahun 2018 perkiraan
komplikasi neonatal adalah 2 , dan hasil penanganan komplikasi neonatal
yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di Tahun 2018 adalah 100, artinya
penanganan Komplikasi Neonatal semuanya ditangani. Cakupan Neonatal
dengan komplikasi yang di targetkan 80%, dan Puskesmas Melonguane
pada Tahun 2018 adalah 100% sudah melebihi dari SPM.

32 Puskesmas Melonguane dalam angka 2018


6.1.2 Kesehatan Anak
Kunjungan bayi di Puskesmas Melonguane Tahun 2018 rata-rata sudah
melakukan penimbangan dengan rutin. dari angka-angka absolut yang
tertera di gambar 9 dibawah ini tidak ada selisih yang bermakna antara
jumlah bayi yang ada dan jumlah bayi yang rutin melakukan
penimbangan.

Gambar 9. Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi di Puskesmas Melonguane


Tahun 2018

CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN BAYI


PUSKESMAS MELONGUANE 2018
200

0
Ambela
Tarun
Tarun Selatan

Melonguan…
Sawang

Melonguan…
Sawang Utara
Melonguane

Kiama…
Mala
Mala Timur
Kiama

Kiama Barat

JUMLAH

Sumber; Laporan KIA dan Gizi Puskesmas Melonguane Tahun 2018


Dari Gambar 9 diatas , menyatakan bahwa cakupan pelayanan
kesehatan bayi tertinggi di 3 kelurahan yaitu Kelurahan Melonguane Timur
152%, Kelurahan Melonguane Barat 137% dan Kelurahan Melonguane
116%. Hal ini memungkinkan bahwa mungkin dari aspek jarak ,
pendidikan ataupun pengetahuan yang menjadi variabel yang berkolerasi
dengan cakupan pelayanan kesehatan bayi.

6.1.3 Pelayanan Imunisasi


Imunisasi merupakan salah satu upaya preventif untuk mencegah
penyakit melalui pemberian kekebalan tubuh yang dilaksanakan secara
berkesinambungan, menyeluruh dan sesuai standar mutu sehingga
mampu memberikan perlindungan kekebalan dan memutus rantai
penularan penyakit, seperti tuberkulosis, difteri, pertusis, campak, polio,
tetanus serta hepatitis B.Imunisasi bayi umur 0-1 tahun (BCG, DPT, Polio,

33 Puskesmas Melonguane dalam angka 2018


Campak, Hb) imunisasi untuk WUS/Bumil (TT) dan imunisasi untuk anak
SD (kelas 1; DT dan 2-3; TT). Imunisasi tambahan dilakukan atas dasar
ditemukan masalah seperti desa non UCI, potensial resiko tinggi LB,
ditemukan/diduga adanya polio liar atau lainnya berdasarkan kebijakan
teknis. Cakupan imunisasi Puskesmas Melonguane selama Tahun 2018
sebagai berikut;

Gambar 10. Cakupan Imunisasi Bayi di Puskesmas Melonguane Pada


Tahun 2018

CAKUPAN IMUNISASI BCG DAN OPV 1


100

90

80

70

60

50 BCG

40 OPV 1

30

20

10

34 Puskesmas Melonguane dalam angka 2018


CAKUPAN IMUNISASI DPT/HB-HiB 1, 2,
DAN 3
100
80
60
40
20 DPT/HB-HiB 1
0 DPT/HB-HiB 2
Ambela
Tarun
Tarun Selatan
Sawang
Sawang Utara
Melonguane Barat
DPT/HB-HiB 3
Melonguane Timur
Melonguane

Mala
Mala Timur
Kiama
Maredaren Kiama

Kiama Barat

CAKUPAN IMUNISASI IPV DAN


CAMPAK/MR
IPV CAMPAK/MR

100
100 100 100
100 100 100
100 95 100 100
100 100
88.9 85.7 90
88.2
75 71.4 77.8
60
50 50 50

0 0

35 Puskesmas Melonguane dalam angka 2018


CAKUPAN IMUNISASI OPV 2, OPV 3 DAN
OPV 4
120

100

80

60
OPV 2
40
OPV 3

20 OPV 4

CAKUPAN IMUNISASI DPT/HB-HiB DAN


CAMPAK/MR BOOSTER
120
100
80
60
40 DPT/HB-HiB Booster
20 Campak/MR Booster
0

Sumber; Laporan Hasil Kumulatif Imunisasi Puskesmas Melonguane


Tahun 2018.
Indikator lain yang penting adalah Universal Child
Immunization(UCI) digunakan untuk menggambarkan besarnya tingkat
kekebalan masyarakat/bayi(herd imunity) terhadap penularan penyakit

36 Puskesmas Melonguane dalam angka 2018


yang dapat dicegah dengan imunisasi(PD3I) dalam suatu wilayah.
Pencapaian UCI di Puskesmas Melonguane Tahun 2018 dari 13
Desa/Kelurahan adalah 30,8 %, naik dari tahun 2016 yang hanya 23,1%.
(lihat Gambar11).

Gambar 11. Cakupan Desa/Kelurahan UCI Puskesmas Melonguane Tahun


2018
120.0
100.0100.0100.0100.0100.0 100.0100.0100.0100.0100.0
100.0
80.0
60.0
40.0 30.8
20.0
- - -
-

Series1

Sumber; Laporan Hasil Kumulatif Imunisasi Puskesmas Melonguane Tahun


2018
Pemberian TT (Tetanus Toksoid) pada Ibu hamil dimaksudkan
untuk mencegah terjadinya kematian bayi karena tetanus pada saat lahir.
Pemberian TT selama hamil sebanyak 5 kali. Pemberian imunisasi TT pada
Tahun 2018 di Puskesmas Melonguane TT-1 dan TT-2 dapat dilihat pada
Gambar 12).

37 Puskesmas Melonguane dalam angka 2018


Gambar 12. Cakupan Imunisasi TT Pada Ibu Hamil Puskesmas
Melonguane Tahun 2018.

70

60

50

40 TT1
30 TT2
20 TT3

10 TT4
TT2+
0

Sumber; Laporan Hasil Kumulatif Imunisasi Puskesmas Melonguane Tahun


2018
Cakupan Imunisasi TT pada Wanita Usia Subur(WUS) di Puskesmas
Melonguane Untuk TT-1 (87.8%), TT-2 (92.7%), TT-3 (39 %), TT-4 (28.8%),
TT-5 (74.1%).

6.1.3 Perbaikan Gizi Masyarakat


Upaya pelayanan gizi masyarakat diarahkan pada perbaikan gizi
masyarakat melalui beberapa program, terutama untuk menanggulangi
permasalahan gizi yang sedang dihadapi. Permasalahan gizi tersebut
diantaranya Kurang Energi Protein(KEP), Anemia Gizi Besi(AGB), Kurang
Vitamin A(KVA) dan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), serta
kelebihan Gizi/Obesitas.
a). Pemberian Kapsul Vitamin A
Pemberian kapsul Vitamin A dosis tinggi ditujukan pada sasaran yang
diperkirakan banyak mengalami kekurangan Vitamin A. Vitamin A
diberikan dua kali setahun, yaitu pada bulan Februari dan Agustus bagi
anak balita serta pada Ibu Nifas 1 kali setahun. Vitamin A diberikan untuk
meningkatkan daya tahan tubuh (imunitas) dan kesehatan serta untuk
mencegah penyakit mata dan kebutaan.

38 Puskesmas Melonguane dalam angka 2018


Gambar 13. Cakupan Pemberian Vitamin A Pada Balita 6/60 bulan
Puskesmas Melonguane Tahun 2018

CAKUPAN BALITA 6-60 BULAN MENDAPAT


VITAMIN A TAHUN 2018

800
700
600
500
Axis Title

400
300
200
100
0
SASARAN CAKUPAN %
FEBRUARI 771 585 76%
AGUSTUS 774 627 100%

Sumber; Laporan Rutin Gizi Puskesmas Melonguane Tahun 2018


Dari Gambar 13 dapat dilihat bahwa pemberian Vitamin A di
Puskesmas Melonguane mencapai 100% tidak sama dengan 2 tahun
sebelumnya tidak mencapai target.

b). Pemberian Tablet Fe


Pemberian tablet Fe dimaksudkan untuk mengatasi kasus anemia, serta
meminimalisasi dampak buruk akibat kekurangan Fe bagi Ibu hamil
maupun bayi yang dilahirkan. Tablet Fe diberikan kepada Ibu hamil
pertama kali 30 tablet Fe 1 dan 90 tablet Fe2.

39 Puskesmas Melonguane dalam angka 2018


Gambar 14. Cakupan Ibu Hamil Yang Mendapatkan Tablet F-1 Dan F-3
Puskesmas Melonguane Tahun 2018

CAKUPAN IBU HAMIL YANG MENDAPATKAN TABLET F1 DAN


F3 PUSKESMAS MELONGUANE TAHUN 2018

250
219

200

156
143 144 141
150 129 129 133 131
100 100
100 105
92
92 95
100 80
64 67
56 57 50 54 54 60
44 46
50 34 27 29 33
27
9 14 14 12 12 13 12 15 13 15
0 JUMLAH SASARAN
IBU HAMIL
FE 1 (30 TABLET)

FE 3 (90 TABLET)

Sumber; Laporan Rutin KIA Puskesmas Melonguane Tahun 2018


Capaian pemberian tablet Fe di Puskesmas Melonguane Tahun
2018 untuk Fe-1 105% dan Fe-3 95%. Capaian tablet Fe-1 telah memenuhi
target Nasional 80%, sementara Tablet Fe-3 telah melebihi target capaian
nasional. Untuk target capaian Fe-1 yang cakupan terendah adalah Desa
Kiama Barat 33 % dan cakupan yang tertinggi Fe-1 adalah Kelurahan
Melonguane yaitu 156%.
c). Pemantauan Tumbuh Kembang Balita
Pemantauan tumbuh kembang balita terus dilaksanakan pada setiap
posyandu yang tersebar di seluruh Desa/Kelurahan. Pemantauan
pertumbuhan dan perkembangan balita ini dimaksudkan untuk deteksi
dini keadaan gizi dan kesehatan balita serta untuk memenuhi adanya
hambatan dalam pertumbuhan(grouth faltering) secara dini.
d). ASI Ekslusif
Asi Ekslusif(ASIE) adalah jumlah bayi yang diberi ASI saja 0 sampai 6
bulan tanpa diberikan makanan dan minuman(kecuali Obat), pada suatu

40 Puskesmas Melonguane dalam angka 2018


wilayah dibagi dengan jumlah bayi sampai 0-6 bulan pada waktu tertentu
dikalikan 100. ASI tersebut dimaksudkan untuk menurunkan angka
kematian bayi dan meningkatkan status gizi, serta meningkatkan
kecerdasan anak.
Gambar 15. Cakupan Pemberian ASI Ekslusif Di Puskesmas Melonguane
Tahun 2018.

CAKUPAN ASI EKSLUSIF TAHUN 2018

90
80
70
60
Axis Title

50
40
30
20
10
0
SASARAN CAKUPAN %
FEBRUARI 56 11 20.00%
AGUSTUS 30 10 33%
JUMLAH 86 21 24%

Sumber; Laporan FIII Gizi Puskesmas Melonguane Tahun 2018


Cakupan pemberian Asi Ekslusif di Puskesmas Melonguane Tahun
2018 masih rendah yaitu 36 % , namun dibanding tahun sebelumnya
angka ini lebih baik karena naik 29,3 % yang sebelumnya hanya 6,7 %.
Jauh sekali dari target nasional 70%. Data 2 tahun terakhir menunjukan
kejelasan bahwa ada faktor predisposisi yang bermakna untuk hal ini .dari
data gambar diatas terlihat sangat jelas bahwa Cakupan pemberian Asi
Ekslusif sangat rendah sekali. suatu kesenjangan yang sangat signifikan.
6.1.4 Penyehatan Lingkungan
Kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang
optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status
kesehatan yang optimum pula. Pelayanan kesehatan lingkungan
merupakan sebuah upaya pencegahan terjadinya penyakit yang dapat

41 Puskesmas Melonguane dalam angka 2018


ditularkan melalui lingkungan, air, udarah, tanah, dan vektor. Berikut ini
adalah cakupan ketersediaan jamban dengan sanitasi yang baik;
Gambar 16. Cakupan Ketersediaan Jamban Dengan Sanitasi Yang Layak
Di Wilayah Kerja Puskesmas Melonguane Tahun 2018

PENDUDUK DENGAN AKSES JAMBAN


TAHUN 2018
Series1

2.494

1.133

0 0

KOMUNAL LEHER ANGSA PLENGSENGAN CEMPLUNG

Sumber; Laporan Rutin Kesehatan Lingkungan Puskesmas Melonguane


Tahun 2018
Berdasarkan Gambar 16, penduduk memiliki Jamban dengan
sanitasi yang baik dengan jumlah sarana jenis Komunal adalah 2.494
sarana, Jenis leher angsa 1.133 sarana dan jenis plengsengan dan
cemplung adalah 0 atau tidak ada sarana jenis tersebut. Angka ini
menujukan peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya
peranan lingkungan dalam menunjang kesehatan masyarakat. Upaya
kesehatan lingkungan tetap terus dilakukan guna mencapai derajad
kesehatan masyarakat.
6.1.5 Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan atau dengan kata lain dikenal dengan upaya
memasarkan, menjual, atau memperkenalkan pesan-pesan kesehatan atau
upaya-upaya kesehatan sehingga masyarakat menerima atau membeli
(menerima perilaku kesehatan) dan mengenal pesan-pesan kesehatan yang
akhirnya masyarakat mau berperilaku hidup sehat.
Promosi kesehatan(Promkes) tidak hanya mengupayakan perubahan
perilaku saja, tetapi juga perubahan lingkungan yang memfasilitasi
perubahan perilaku tersebut. Disamping itu promosi kesehatan lebih

42 Puskesmas Melonguane dalam angka 2018


menekankan kepada peningkatan kemampuan hidup sehat, bukan sekedar
berperilaku hidup sehat.
Promosi Kesehatan (PROMKES) dilaksanakan melalui kegiatan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat(PHBS) yang terdiri dari 5 tatanan utama
yaitu, promosi kesehatan di rumah tangga, promosi kesehatan di sekolah,
promosi kesehatan di tempat kerja, promosi kesehatan di tempat-tempat
umum dan promosi kesehatan di institusi kesehatan. Berikut ini adalah
cakupan rumah tangga berprilaku hidup bersih dan sehat di Puskesmas
Melonguane Tahun 2018 (lihat Gambar 17).
Gambar 17. Cakupan Rumah Tangga Prilaku hidup Bersih dan
Sehat(PHBS) di Puskesmas Melonguane tahun 2018

CAKUPAN RT DI PANTAU & BER PHBS


% Dipantau % Ber PHBS

96 92.5 87.9
76.4 81.5 78.9
72 75.7 77.7 73.1 79.3 77 73.6 84.5 74.7 83.4
77.0
70.1 66.3
61.8 61.0 61.0 67.3 70.7 65.2 60.5 69.1
56.4

6.1.6 Pelayanan Keluarga Berencana


Pelayanan Keluarga Berencana(KB) di Puskesmas Melonguane
dilaksanakan atas kerjasama dengan Badan Koordinasi Keluarga
Berencana(BKKBN). Pelayanan KB bertujuan untuk mejadikan
keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera. Program KB mengurangi
masalah dalam masyarakat yaitu, terlalu muda, terlalu tua, terlalu
banyak dan terlalu sering.

43 Puskesmas Melonguane dalam angka 2018


Gambar 18. Persentase Akseptor Baru dan Akseptor Aktif terhadap
Pasangan Usia Subur di Puskesmas Melonguane

PERSENTASE PESERTA KB BARU DAN KB


AKTIF 2018
Pes.KB Baru Pes.KB Aktif
67.1
63.3 64.3
43.6 46.6 39.8 34.7
32.6 31.2 34.1
20.9 22.3 15.5 1618.7 19.4 24.8
14 14 15.5 17.9 13.6
7.1 8.9 13.3 9.8 9.9 13

Sumber; Data KB Puskesmas Melonguane Tahun 2018


Berdasarkan Gambar 18 diatas, Cakupan pelayanan KB bagi usia
subur di Puskesmas Melonguane Tahun 2018 yaitu 292, dan peserta
KB Aktif 146,2% dari 744 Pasangan Usia Subur yang ada.

44 Puskesmas Melonguane dalam angka 2018


BAB VII
SUMBER DAYA KESEHATAN

Sumber daya dibidang kesehatan adalah segala bentuk dana, tenaga,


perbekalan kesehatan, sediaan farmasi dan alat kesehatan serta fasilitas
pelayanan kesehatan dan teknologi yang dimanfaatkan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan yang dilakukan oleh Pemerintah,
pemerintah daerah, atau masyarakat.
Mewujudkan visi dan misi meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat dibutuhkan sumberdaya yang memadai. Semua pelaksanaan
kegiatan program di Puskesmas Melonguane memerlukan tenaga-tenaga
profesional seperti dokter, bidan, perawat, ahli gizi, dan lain-lain. Dalam
rangka pelayanan prima, maka dibutuhkan sarana prasarana yang
memadai. Semuanya itu perlu didukung oleh pembiayaan yang cukup di
sektor kesehatan dan juga ada dukungan politis.
Semua faktor-faktor penentu tersebut merupakan modal dasar bagi
pembangunan kesehatan. Dalam suatu sistem, besarnya sarana prasarana
dan tenaga serta biaya merupakan suatu indikator masukan (input) bagi
terselenggaranya kegiatan sehingga terjadi output dan outcome yang
diharapkan.
7.1 Sarana Kesehatan
Sarana kesehatan merupakan tempat pelayanan yang digunakan oleh
para stakeholder kesehatan untuk melakukan aktifitas dan pelayanan
kesehatan bagi masyarakat. Sarana kesehatan di Puskesmas Melonguane
terdiri dari;
a. Puskesmas
Puskesmas Melonguane tergolong Puskesmas perawatan / Rawat inap
dengan jumlah Puskesmas Pembantu 3 unit dan Pos Kesehatan Desa
1 unit.
b. Puskesmas Pembantu
Puskesmas Pembantu di Kecamatan Melonguane pada Tahun 2017
berjumlah 3 unit, yaitu di desa Kiama, Tarun dan Ambela. Ratio desa
per puskesmas pembantu 2. Perlu di jelaskan bahwa untuk desa Mala
dapat terlayani oleh RSUD.

45 Puskesmas Melonguane dalam angka 2018


c. Fasilitas Kesehatan di Puskesmas Melonguane
Puskesmas Keliling sebanyak 1 unit mobil, jumlah sepeda motor
seluruhnya 4 unit, jumlah rumah dinas dokter dan paramedis di
Puskesmas Melonguane sebanyak 5 Unit. Mengingat pentingnya
kendaraan tersebut dalam mendukung setiap kegiatan, maka perlu
dijelaskan bahwa 1 unit mobil dalam keadaan rusak ringan; 2 unit
motor dalam keadaan baik,1 buah dalam keadaan rusak ringan dan 1
buah motor rusak berat.
d. Polindes
Jumlah Polindes di wilayah kerja Puskesmas Melonguane adalah 1
unit, terletak di Ambela yang dibangun pada tahun 1997. Perlu
dijelaskan bahwa pengguna Polindes ini adalah pihak kedua dengan
status tanah adalah tanah pinjaman.
e. Poskesdes
Jumlah Poskesdes di wilayah kerja Puskesmas Melonguane adalah 2
unit, terletak di Sawang yang dibangun pada tahun 2008. Dan yang
satu lagi terletak di Tarun Selatan yang di bangun pada tahun 2016.
f. Posyandu
Jumlah Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Melonguane adalah 13
unit.
g. Desa Siaga
Desa siaga merupakan program pemerintah yang digalakan pada
tahun 2009. Di wilayah kerja Puskesmas Melonguane sendiri ada 1
desa siaga yaitu desa Ambela namun tidak aktif.
Tabel 2. Sarana dan Prasarana Kesehatan di Puskesmas Melonguane
Tahun 2018
No Sarana dan Prasarana Jumlah Kondisi Pemilik/Pengelola
Kesehatan
1. Puskemas Melonguane 1 Baik Pemkab Talaud
1). Pustu Kiama 1 Baik Pemkab Talaud
2). Pustu Tarun 1 Rusak berat Pemkab Talaud
3). Pustu Ambela 1 Kurang Pemkab Talaud
Baik/Tanah
Hibah Pemkab Talaud
4). Poskesdes Sawang 1 Kurang Baik

46 Puskesmas Melonguane dalam angka 2018


2. Mobil Pusling 1 Rusak Pemkab Talaud
3. Kendaraan Roda 4 1.Baik Pemkab Talaud
Dua/Motor 1.Rusak
Ringan
1.Rusak Berat
Posyandu 13 Aktif
Desa Siaga 1 Tidak Aktif
Sumber; Data Sensus BMD 2018
7. 2 Tenaga Kesehatan
Undang-undang kesehatan Nomor 36 tahun 2009 menjelaskan tenaga
kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui
pendidikan dibidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Selain itu tenaga
kesehatan harus memiliki kualifikasi minimum sehingga tenaga kesehatan
bisa diberi wewenang untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan.
Tenaga kesehatan dapat dikelompokkan sesuai dengan keahlian dan
kualifikasi yang dimiliki, antara lain meliputi tenaga medis, tenaga
kefarmasian, tenaga keperawatan, tenaga kesehatan masyarakat dan
lingkungan, tenaga gizi, tenaga keterapian fisik, tenaga keteknisian medis,
dan tenaga kesehatan lainnya. Tenaga kesehatan di Puskesmas
Melonguane Tahun 2018 adalah 42 orang, terdiri dari PNS 36 orang,
Nusantara Sehat ada 8 orang, dan tenaga sukarela 6 orang. Tugas belajar
pada Tahun 2018 adalah 2 orang. Dan Lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel 3 dibawah ini;
Tabel 3. Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Melonguane Tahun 2018
Tenaga Kesehatan Jumlah Status Ket.

PNS PTT DTPK


Dokter 4 4 2Tugas
Belajar
Bidan 10 4 6

Perawat 14 14

47 Puskesmas Melonguane dalam angka 2018


Kesehatan Gigi
Perawat Gigi 2 2
Tenaga Teknis 3 3
Kefarmasian
Kesehatan Masyarakat 1 1
Kesehatan Lingkungan 4 4
Nutrisionis 4 4
Tenaga Administrasi 0 0

Jumlah 42 42 6 2 Tugas
Belajar
Sumber; Daftar Urut Kepangkatan Puskesmas Melonguane Tahun 2018

48 Puskesmas Melonguane dalam angka 2018


BAB VIII
PENUTUP

A.Kesimpulan
Berbagai intervensi telah dilakukan oleh Puskesmas Melonguane
selaku ujung tombak pelayanan kesehatan bekerja sama juga dengan
lintas sektor diharapkan dapat mewujudkan visi dan misi untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Kecamatan Melonguane.
kami berupaya dengan bantuan berbagai sumber anggaran yang ada kami
berupaya untuk mendapatkan utcome yang baik sesuai cita-cita luhur
bangsa Indonesia.
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh
Puskesmas Melonguane diantaranya mendukung tujuan pembangunan
Nasional, yakni meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja
Puskesmas Melonguane agar terwujud derajad kesehatan yang setinggi-
tingginya.
Adapun Upaya yang telah dilakukan oleh PKM Melonguane selang tahun
2018 terukur dari :
Berbagai intervensi yang telah dilaksanakan baik oleh Dinas
Kesehatan selaku koordinator dan pengambil kebijakan, serta puskesmas
selaku ujung tombak pelayanan kesehatan diharapkan dapat mewujudkan
visi dan misi untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Anggaran pembiayaan yang telah digunakan dan kinerja seluruh petugas
kesehatan di tingkat kabupaten maupun kecamatan menjadi suatu
kebanggaan bila dapat menghasilkan output dan outcome kesehatan sesuai
dengan yang diharapkan.
Selama tahun 2018 dan beberapa tahun kedepan komitmen-
komitmen yang sudah dan akan disepakati masih tetap mengacu kepada
pencapaian MDGs tahun 2018 dan Keberlanjutan MDGS . Puskesmas
Melonguane tetap berpedoman pada arah kebijakan pemerintah Daerah
dalam memajukan bidang kesehatan di daerah sambil tetap kritis terhadap
permasalahan lokal.

49 Puskesmas Melonguane dalam angka 2018


Hasil evaluasi berbagai intervensi yang telah dilakukan selama tahun
2018 adalah berupa keberhasilan dan juga kekurangan yang bermanfaat
sebagai bahan introspeksi. Hasil pengolahan, analisis dan interpretasi
data yang obyektif akan berguna sekali untuk pijakan/pedoman dalam
menyusun suatu perencanaan dan tindak lanjut. Berikut disajikan
berbagai keberhasilan dan kekurangan di beberapa program.
1. Pertolongan Persalinan oleh tenaga kesehatan naik dari tahun
sebelumnya. Tahun 2015 84%, sementara tahun 2016 84,21 % dan
tahun 2017 86 % sedangkan tahun 2018 93% Naik dari tahun-tahun
sebelumnya.
2. Cakupan Kunjungan K4 turun juga dari tahun kemarin. tahun 2014
cakupan K4 131,7 % semetara tahun 2015 91% dan tahun 2016 74,42
%, kemudian tahun 2017 72%, tahun 2018 94% naik dari tahun-tahun
sebelumnya.
3. Cakupan Kunjungan K1 ditahun 2018 ini naik dari tahun kemarin
tahun 2014 79% tahun 2015 dan tahun 2016 K1 94% di tahun 2017
K1 tetap 94%, Tahun 2018 105% naik dari tahun sebelumnya.
4. Kejadian Luar Biasa ada 9 kasus yaitu KLB DBD dan KLB Campak
yang tersebar di beberapa desa/kelurahan dan semuanya (100 % )
dilakukan Penyelidikan Epidemiologi < 24 Jam.
5. Kasus Gizi buruk adalah 1 kasus yang terdapat di Kelurahan
Melonguane dengan penyebab Kelainan Jantung.

50 Puskesmas Melonguane dalam angka 2018


DAFTAR PUSTAKA

Almatsier S, dkk, 2011. Gizi Seimabng Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, Cetakan I

Badan Pusat Statistik, 2014. Kecamatan Melonguane Dalam Angka 2014

Dainur, 1994 Kegiatan KIA Di Puskesmas dan Permasalahannya. Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran EGC, Cetakan I

Depkes, 2008

Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan


Masyarakat Universitas Indonesia, 2007. Gizi dan Kesehatan
Masyarakat. PT. Raja Grafindo Pesada, Cetakan I, Edisi Revisi

Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Talaud, 2010, Profil Dinas


Kesehatan Kabupaten Kepulauan Talaud Tahun 2010

Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Talaud, 2010. Profil Dinas


Kesehatan Kabupaten Kepulauan Talaud Tahun 2011

Puskesmas Melonguane 2013, Rencana Strategi (RENSRA) Puskesmas


Melonguane 2013-2016

Proverawati A, Ismawati C, 2010. Barat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta


Penerbit Buku Nuha Medika, Cetakan I

Siagian, S. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia, PT. Bumi Aksara,


Cetakan ketujuhbelas, Hal 101-124
Simamora, H. 2004 Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta : Bagian
Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YPKN, Edisi Ke-3, Cetakan
Ke-2. Hal 136-200
Trihono, 2005. Manajemen Puskesmas Berbasis Paradigma Sehat. Jakarta:
CV. Sagung Seto, Cetakan I

51 Puskesmas Melonguane dalam angka 2018


52 Puskesmas Melonguane dalam angka 2018

Anda mungkin juga menyukai