Anda di halaman 1dari 14

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pada saat ini Indonesia sedang mengalami masa

transisi epidemiologi, transisi teknologi dan

transisi demografi yang mana berdampak pada

perubahan pola penyakit infeksi ke penyakit yang

tidak menular (Dilianti dkk, 2017)

lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh

kembang. Manusia tidak secara tiba – tiba menjadi

tua. Hal ini normal, dengan perubahan fisik dan

tingkah laku yang dapat diramalkan yang terjadi

pada semua orang pada saat mereka mencapai usia

perkembangan kronologis tertentu. Lansia merupakan

suatu proses alami yang ditentukan oleh Tuhan Yang

Maha Esa. Semua orang akan mengalami proses

menjadi tua dan masa tua merupakan masa hidup

manusia yang terakhir. Dimasa ini seorang

mengalami kemunduran fisik, mental dan social

secara bertahap (Azizah, 2011).

Menurut Undang – Undang Nomor 13 tahun 1998

tentang kesejahteraan Lanjut Usia, yang dimaksud

dengan lanjut usia adalah penduduk yang telah

mencapai usia 60 tahun ke atas. Diseluruh dunia


2

penduduk lansia (usia 60 tahun keatas) tumbuh

dengan sangat cepat bahkan tercepat dibanding

dengan kelompok usia lainnya. Hasil prediksi

Pravelensi penduduk lansia di Indonesia

diperkirakan tahun 2015, terdapat 21,65 juta jiwa

( 8,49 %) dari populasi penduduk, hal ini

menunjukkan bahwa Indonesia termasuk Negara yang

akan memasuki era penduduk menua (ageing

population) karena jumlah penduduknya yang berusia

60 ke atas (penduduk lansia) melebihi angka 7%2.

Tiga provinsi dengan lansia tertinggi di Indonesia

dengan rata-rata usia 60 keatas pada tahun 2014

adalah DI Yogyakarta (32,23%), Jawa Tengah

(31,90%), dan Jawa Timur (31,64%)(Depkes, 2013).

Sering kali lanjut usia dipersepsikan secara

negatif, dianggap sebagai beban keluarga dan

masyarakat sekitarnya. Kenyataan ini mendorong

semakin berkembangnya anggapan bahwa menjadi tua

itu identik dengan semakin banyaknya masalah

kesehatan yang di alami lanjut usia. Lanjut usia

cendrung dipandang masyarakat tidak lebih dari

sekelompok orang yang sakit-sakitan. Persepsi

negatif seperti itu tentu saja tidak semuanya

benar. Banyak pula lanjut usia yang justru


3

berperan aktif, tidak saja dalam keluarganya,

tetapi juga dalam masyarakat sekitarnya. Oleh

karena itu, lanjut usia harus dipandang sebagai

individu yang memiliki kebutuhan intelektual,

emosional dan spiritual, selain kebutuhan yang

bersifat biologis ( Nugroho, 2008 ). Berbagai

macam penyakit yang dialami oleh lansia yaitu

seperti hipertensi, katarak, strok, rematik,

diabetes militus, osteoarthtritis. Osteoarthtritis

( OA ) adalah gangguan sendi yang bersifat kronis

disertai kerusakan tulang dan sendi berupa

disentegrasi dan pelunakan progresif yang diikuti

dengan pertambahan pertumbuhan pada tepi tulang

dan tulang rawan sendi yang disebut osteofit dan

fibrosis pada kapsul sendi. Kelainan ini timbul

akibat mekanisme abnormal proses penuaan , trauma,

atau kelainan lain yang menyebabkab kerusakan

tulang rawan sendi, keadaan ini tidak terkait

dengan factor sistematik atau infeksi.

Osteoarthtritis merupakan penyakit sendi

degenerative yang terkait dengan kerusakan

kartilogo sendi, lutut, panggul, tangan, dan

pergelangan kaki paling sering terkena (Mutaqqin,

2008).
4

Berdasarkan survey World Health Organization

(WHO) pada tahun 2011, penderita osteoarthritis di

dunia mencapai angka 151 juta dan 24 juta jiwa

pada kawasan Asia Tenggara. Sedangkan National

Centers for Health Statistics, memperkirakan

terdapat 15,8 juta (12%) orang dewasa antara

rentang usia 25-74 tahun memiliki keluhan

osteoarthritis (Kauret al, 2018) Prevalensi OA di

dunia termasuk dalam kategori tinggi berkisar

antara 2.3% hingga 11.3%, selain itu OA merupakan

penyakit muskuloskeletal yang sering terjadi yaitu

pada urutan ke 12 di antara seluruh penyakit yang

ada. Hal tersebut dapat diketahui bahwa prevalensi

OA pada lansia usia > 60 tahun diestimasikan

sebesar 10 -15% dengan angka kejadian 18.0% pada

perempuan dan 9.6% pada laki - laki, dari angka

tersebut dapat dilihat bahwa prevalensi OA pada

perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan laki -

laki (Ireneu et al, 2017). Bagi masyarakat barat,

OA merupakan masalah yang semakin umum dan sering

terjadi. Diperkirakan 8,5 juta orang di Inggris

menderita penyakit Osteoarthritis sehingga

menyebabkan rasa sakit bahkan kecacatan (Kingsbury

et al, 2013).
5

Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi

yang paling banyak dijumpai (60%) dibanding dengan

penyakit sendi lainnya seperti gout atau artritis

reumatoid, OA genu (sendi lutut) merupakan jenis

OA yang paling sering ditemukan (60-70%) sehingga

pada penelitian ini dipilih penderita OA genu. OA

akan menyebabkan nyeri bersifat kronik serta

menimbulkan gangguan pada aktivitas sehari-hari

(Aries, 2004).

Banyak cara yang digunakan untuk

menghilangkan atau menurunkan rasa nyeri yang

dapat dilakukan oleh perawat baik secara mandiri

maupun berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya,

yaitu secara farmakologis dan non farmakologis.

Tindakan farmakologis meliputi: analgesic

narkotik, analgesic local, anlgesik yang dikontrol

klien, obat-obatan nonsteroid. Sedangkan secara

non farmakologis menurut tamsuri, 2006 ( dalam

pain management, oleh fadli) terdiri dari beberapa

tindakan seperti: stimulasi kulit, stimulasi

electric (TENS), akupuntur placebo, umpan balik

biologis, distraksi, hypnotherapy, dan imajinasi

terbimbing.
6

Di Balai Sosial Lanjut Usia (BSLU) Mandalika

Mataram wadah atau istitusi yang memberi pelayanan

dan perawatan jasmani, rohani dan social serta

perlindungan untuk memenuhi kebutuhan lansia agar

dapat menikmati taraf hidup secara wajar (Depsos

RI, 2002). Berdasarkan hasil study pendahuluan

yang telah dilakukan oleh calon peneliti pada

bulan oktober 2019 data yang diperoleh dari BSLU

Mandalika Mataram jumlah lansia pada tahun 2019

sebanyak 83 orang, dengan umur lansia antara

60-99 tahun, wanita 65 orang dan laki-laki 16

orang dan didapatkan data bahwa lansia yang

mengalami nyeri sendi pada osteoarthtritis di BSLU

Mandalika Mataram sampai pada bulan oktober 2019

30 orang.

Berdasarkan dengan hal tersebut penggunaan

aroma terapi merupakan suatu cara pengobatan untuk

merevatalisasi (mengingat kembali) dan meregulasi

(mengatur) kinerja organ-organ tubuh dengan

menggunakan minyak esensial (saripati) tumbuh

tumbuhan yang beraroma. Aroma terapi memiliki 32

macam dan salah satu aroma terapi yang dapat

digunakan menurunkan perubahan tingkat nyeri sendi

adalah aroma terapi lemon (jain,2011). Lemon, yang


7

sari minyaknya diambil dari bagian buah juga baik

untuk penanganan pertama digigit ular dan

serangga, menurunkan nyeri sendi, mengurangi

masalah pernapasan, tekanan darah tinggi, stress,

pikiran yang negative dan rasa takut (Sharma,

2009).

Terapi panas yang dilakukan dapat digunakan

dengan menggunakan kompres hangat. Kompres

tersebut dapat memberikan efek fisiologis dengan

meningkatkan relaksasi otot pergerakan sendi

(Rifham, 2010). Kompres hangat yang bertemperatur

40,50-430C dapat membuat sirkulasi darah menjadi

lancar, menstabilkan aliran darah dan menguatkan

otot-otot dan ligament yang mempengaruhi sendi

tubuh (Lalage, 2015).

Berdasarkan wawancara dengan beberapa lansia

di BSLU Mandalika Mataram ada dua penagnanan yang

dilakukan untuk mengatasi nyeri sendi tersebut

yaitu penanganan non farmakologis meliputi:

imajinasi terbimbing, dan di berikan teknik nafas

dalam dan penaganan farmakologis dilakukan apabila

nyerinya berat dengan cara meminta obat ke

poliklinik yang ada di BSLU Mandalika Mataram obat

yang diberikan adalah obat anlgesik seperti:


8

parasetamol, antalgin dan balsam analgesic seperti

osteor-c yang digunakan selama 2 minggu dan

berdasarkan hasil wawancara pada salah satu

petugas kesehatan sebagai kooordinator perawat di

BSLU Mandalika Mataram tindakan yang diberikan

lansia yang mengalami nyeri sendi adalah : 1.

Mengajarkan metode distraksi selama nyeri

distraksi adalah salah satu cara untuk mengalihkan

perhatian lansia terhadap nyeri ke hal-hal yang

menyenangkan, 2. memberikan balsam anlgesik

seperti; osteor –c. Berdasarkan dari atas sehingga

penulis tertarik tertarik melakukan penelitian

dengan judul Efektifitas Pemberian Aroma Terapi

Lemon dan Kompres Hangat Terhadap Perubahan

Tingkat Nyeri Sendi Pada Lansia Yang Mengalami

Osteoarthtritis Di BSLU Mandalika Mataram.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat

dirumuskan masalah seperti: “Efektifitas Pemberian

Aroma Terapi Lemon dan Kompres Hangat Terhadap

Perubahan Tingkat Nyeri Sendi Pada Lansia Yang

Mengalami Osteoarthtritis Di BSLU Mandalika

Mataram”?.
9

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui Efektifitas Pemberian Aroma Terapi

Lemon dan Kompres Hangat Terhadap Perubahan

Tingkat Nyeri Sendi Pada Lansia Yang Mengalami

Osteoarthtritis Di BSLU Mandalika Mataram.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengidentifikasi tingkat nyeri sendi

pada lansia yang mengalami osteoarthtritis

sebelum pemberian aroma terapi lemon.

b. Untuk mengidentifikasi tingkat nyeri sendi

pada lansia yang mengalami osteoarthtritis

sebelum pemberian kompres hangat.

c. Untuk menganalisa Efektifitas Pemberian Aroma

Terapi Lemon dan Kompres Hangat Terhadap

Perubahan Tingkat Nyeri Sendi Pada Lansia

Yang Mengalami Osteoarthtritis.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat

bagi pembaca dan semua pihak yang membutuhkan.


10

Adapun manfaat yang dapat diambil adalah sebagai

berikut:

a. Bagi tempat penelitian

Membantu dalam menilai lansia yang

membutuhkan perhatian lebih sehingga dapat

menikmati kesehariannya didalam panti

b. Institusi pendidikan Stikes Mataram

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai

tambahan refrensi, dan dapat pula dijadikan

sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan materi

yang akan diberikan.

c. Responden

Responden mengetahui tekhnik sederhana dalam

mengatasi nyeri sendi secara nonfarmakologis

sehingga diharapkan dapat meningkatkan kemandirian

dalam mengatasi nyeri sendi pada lansia yang

mengalami osteoarthritis yang dialami secara mudah

dan tepat.

d. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah

wawasan dan pengalaman peneliti dalam bidang

keperawatan, khususnya keperawatan gerontik.


11

e. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan

rujukan atau acuan untuk pengembangan peneliti

selanjutnya

E. Keaslian Penelitian

Penelitian ini berjudul Efektifitas Pemberian

Aroma Terapi Lemon Dan Kompres Hangat Terhadap

Perubahan Tingkat Nyeri Pada Lansia Yang Mengalami

Osteoarthtritis Di Balai Sosial Mandalika Mataram.

Dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan

efektifitas dari terapi tersebut. Penelitian ini

berbeda dengan penelitian sebelumnya, dapat

dilihat dalam tabel berikut:


12

Table 1.1 Keaslian Penelitian

No peneliti Judul Variabel Desain dan M


penelitian penelitian sampel a
1. Ani Dwi Pengaruh 1. Variabel Quasi P
Pratintya pemberian independent : eksperimen t
kompres hagat pemberian dengan one i
terhadap nyeri kompres hangat grup t
persendian 2. Variabel instrument
osteoarthtritis dependedt: menggunakan
pada lanjut perubahan skala
usia di panti tingkat nyeri numerik.
wredha bhudi osteoarthtriti Dengan sampel
dharma s sebanyak 12
ponggalan orang
umbulharjo
Yogyakarta
(2012)

2. Suriyati Efektifitas 1. Variable Pre- U


pemberian Independent: exsperimen m
aromaterapi pemberian dengan one h
lemon terhadap aromat grup pre
penurunan terapi lemon test and
tingkat 2. Variabel post test
kecemasan pada dependent: design dengan
lansia di panti penurunan sampel
graha kasih tingkat sebanyak 15
bapa kabupaten kecemasan orang
kebun raya
(2015)
3. Utin yuni Perbandiangan 1. Variabel Pre test and U
kartika, aromaterapi independent: post test W
yuyun lemon dan pemebrian nonequevalen d
tafwidhah, kompres hangat aroma terapi t control w
herman terhadap lemon dan group dengan
penurunan nyeri kmpres 34 responden
sendi pada hangat
lansia 2. Variabel
diwilayah kerja dependent:
13

UPK puskesmas penurunan


khatulistiwa nyeri sendi
Pontianak
(2018)

4. Baiq Efektifitas 1. Variabel Quasy U


puspitasari pemberian aroma independent: eksperimen
terapi lemon pemberian pre test and
dan kompres aroma terapi post test
hangat terhadap lemon dan design with
perubahan kompres two
tingkat nyeri hangat comparison
sendi pada 2. Varabel treatments
lansia yang dependent: dan sampel
mengalami perubahan sebanyak 30
osteoarthtritis tingkat orang
di BSLU nyeri sendi
mandalika pada
mataram osteoarthtri
tis
14

Anda mungkin juga menyukai