OLEH :
ALGIFARI A. HAMID
811418036
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan
rahmatnya sehinggatugas Proposal tentang “Mall nutrition (gizi buruk)”
dapat terselesaikan. Adapun tujuan dari pembuatan proposal ini ialah untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen yang bersangkutan kepada
kami sebagai Mahasiswa program studi Kesehatan masyarakat fakultas
olahraga dan kesehatan universitas negeri gorontalo.
Penulis
Algifari A. Hamid
i
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................. 1
A. Definisi ....................................................................................... 10
B. Faktor-faktor penyebab gizi buruk ............................................. 11
C. Pentingnya intervasi dini……………………………………….13
D. Usaha penanggulangan pihak puskesmas……………………....14
ii
BAB VII HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................... 21
A. Hasil............................................................................................. 21
B. Pemabahasan ............................................................................... 22
A. Kesimpulan ................................................................................. 25
B. Saran ............................................................................................ 27
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gizi buruk merupakan masalah yang masih menjadi perhatian utama
hingga saat ini, terutama di negara-negara berkembang. Tercatat sekitar
sepertiga dari populasi balita yang ada di negara-negara berkembang
mengalami masalah gizi buruk. Jika dapat bertahan hingga dewasa, mereka
akan beresiko mengalami perkembangan kognitif yang buruk dan
produktivitas yang rendah yang lebih buruk, gizi buruk dapat menyebabkan
kematian. Hal ini cukup mengkhawatirkan mengingat anak-anak ialah
generasi penerus bangsa. Banyak hal yang melatarbelakangi kejadian gizi
buruk, namun secara umum ada dua faktor penyebab yaitu penyebab
langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung meliputi kurangnya
ketersediaan pangan dan penyakit infeksi, sedangkan penyebab tidak
langsung yaitu kurangnya ketersediaan pangan pada tingkat rumah tangga,
pola asuh yang tidak memadai serta masih rendahnya akses pada kesehatan
lingkungan dan perilaku hidup bersih dan sehat. Masalah sosialekonomi
juga turut memberikan andil, di antaranya adalah kemiskinan. Kemiskinan
merupakan alasan tidak tercukupinya asupan gizi serta ketidakmampuan
untuk mengakses fasilitas kesehatan. Selain itu, faktor biologi dan
lingkungan juga ikut berpengaruh.
Kondisi ini sangat memprihatinkan bagi saya, oleh karena masalah
gizi buruk harus lebih diperhatikan oleh tenaga kesehatan dan pemerintah
untuk kita semua sebagai warga Negara Indonesia, untuk itu ada beberapa
hal yang saya bahas dalam proposal ini.
B. Rumusan masalah
1. Data penderita gizi buruk
2. Apa Faktor-faktor penyebab gizi buruk
1
3. Bagaimana Usaha penanggulangan Gizi buruk oleh pihak puskesmas
suwawa
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan umum
Merencanakan program kesehatan dalam rangka penanggulangan
penyakit gizi buruk
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui data penderita gizi buruk
b. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab gizi buruk
c. Untuk mengetahui usaha penanggulangan Gizi buruk oleh pihak
puskesmas suwawa
D. Manfaat penelitian
1. Diri sendiri : untuk mengetahui berbagai hal tentang penyakit Gizi
buruk Dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang faktor-
faktor yang berhubungan dengan angka kejadian gizi buruk di
Kabupaten Bone bolango khususnya di Puskesmas Suwawa
2. Masyrakat : Agar masyarakat dapat memperhatikan kondisi anak
mereka dari Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memberikan
informasi tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
gizi buruk di Kabupaten bone bolango Puskesmas Suwawa
sehingga orang tua dapat mencegah terjadinya gizi buruk.
3. Negara : agar pemerintah Indonesia lebih memperhatikan
masyarakat miskin untuk mencukupi kebutuhanya dari hasil
penelitian ini diharapkan mampu dijadikan bahan pertimbangan
bagi pemerintah kabupaten Bone Bolango dalam merumuskan
kebijakan untuk penanganan kasus gizi buruk.
2
BAB II
DIAGNOSIS SOSIAL
A. Gambaran Geografis
Kabupaten Bone Bolango adalah sebuah kabupaten di Provinsi
Gorontalo, Indonesia. Kabupaten ini merupakan hasil pemekaran
Kabupaten Gorontalo tahun 2003. Letak Kabupaten Bone Bolango secara
geografis berbatasan langsung dengan Kabupaten Bolaang Mongondow
(Sulawesi Utara) dan Kecamatan Atinggola di sebelah utara. Sementara di
sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Bolaang Mongondow, di
sebelah selatan berbatasan dengan Kota Gorontalo dan di sebelah barat
berbatasan dengan Kecamatan Telaga, Kota Selatan dan Kota Utara.
Bone Bolango Dalam Angka 2014 menunjukan bahwa Kabupaten
Bone Bolango memiliki luas wilayah sebesar 1.985,58 km2 atau 16,24%
dari total luas Provinsi Gorontalo. Kecamatan dengan luas paling besar
adalah Kecamatan Suwawa Timur dengan luas 489,2 km2 atau mencapai
24.65% dari luas wilayah Kabupaten Bone Bolango, sedangkan luas daerah
yang terkecil adalah kecamatan Bulango Selatan yang hanya memiliki luas
9.87% atau 0,50% dari luas wilayah Kabupaten Bone Bolango.Adanya
pemekaran wilayah yang dilakukan hingga akhir tahun 2012 maka
Kabupaten Bone Bolango telah memiliki 18Kecamatan dan 165 kelurahan
(BPS Kabupaten Bone Bolango).
Berdasarkan ketinggiannya dari permukaan laut Kabupaten Bone
Bolango sebagian besar daerahnya berada di ketinggian 100 – 500 meter
dari permukaan laut yakni sebesar 48,65% dan 9,09% berada di atas
ketinggian 1000 meter dari permukaan laut.
3
B. Gambar Demografi
Jumlah penduduk hasil Sensus Penduduk 2014 di kabupaten Bone
Bolango sebanyak 166.235 jiwa yang terdiri atas 83.704 laki-laki dan
82.531 perempuan. Kecamatan Kabila merupakan kecamatan dengan
jumlah penduduk terbanyak yaitu 24.435 jiwa, sedangkan yang paling
sedikit adalah Kecamatan Pinogu yakni hanya 2.224 jiwa.
Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah disuatu wilayah
tertentu pada waktu tertentu dibandingkan waktu sebelumnya, jika dilihat
laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Bone Bolango adalah sebesar
4.33 % pertahun. Hal ini dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:
Selama dua tahun terakhir ini tercatat kecamatan dengan laju pertumbuhan
penduduknya tertinggi adalah Kecamatan Suwawa yakni sebesar 5,2
%melebihi laju pertumbuhan penduduk rata-rata nasional yang hanya 1,49
persen., sedangkan kecamatan yang paling rendah laju pertumbuhan
penduduknya adalah kecamatan Tilongkabila yakni hanya 2,9%. Tingginya
laju pertumbuhan penduduk di Kecamatan Suwawa disebabkan bukan
hanya dari kelahiran, tetapi juga disebabkan oleh banyaknya migrasi atau
warga pendatang dari luar daerah karena Kecamatan Suwawa merupakan
ibukota Kabupaten Bone Bolango yang merupakan pusat kegiatan sosial
ekonomi masyarakat Bone Bolango. Sedangkan Kecamatan Suwawa Timur
yang laju pertumbuhan penduduknya paling rendah disebabkan adanya
4
pemekaran kecamatan baru yaitu Kecamatan Pinogu pada tahun 2012 yang
merupakan pemekaran dari kecamatan Suwawa Timur dan mobilisasi
penduduk tahun kemarin mereka rata-rata penambang sehingga domisili
sebagai masyarakat suwawa timur tapi pada tahunselanjutnya penabang
tersebut kembali ke daerah asal, sehingga dapat kita lihat laju pertumbuhan
penduduk Suwawa timur bukannya mengalami penambahan penduduk tapi
malah mengalami pengurangan penduduk akibat pemekaran ini.
Dari diagram bar di atas terlihat bahwa ciri penduduk Kabupaten Bone
Bolango di tahun 2014 masih tetap bersifat ekspansive karena sebagian
besar penduduk berada dalam kelompok umur muda (15–19 tahun). Jumlah
penduduk laki-laki dan perempuan di tiap golongan umur hampir sama.
Penduduk laki-laki dan perempuan Kabupaten Bone Bolango paling banyak
berada di kelompok umur 5-9 tahun sedangkan jumlah penduduk paling
sedikit berada pada golongan umur 70-74 tahun baik penduduk laki-laki
maupun perempuan.
7
BAB III
DIAGNOSIS EPIDEMIOLOGI
Berikut 10 penyakit menonjol rawat inap di Puskesmas suwawa Pada Tahun 2018
sebagai: berikut
9
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Definisi
Malnutrisi (gizi buruk) adalah suatu istilah umum yang merujuk pada
kondisi medis yang disebabkan oleh diet yang tak tepat atau tak cukup.
Walaupun seringkali disamakan dengan kurang gizi yang disebabkan oleh
kurangnya konsumsi, buruknya absorpsi, atau kehilangan besar nutrisi atau
gizi, istilah ini sebenarnya juga mencakup kelebihan gizi (overnutrition)
yang disebabkan oleh makan berlebihan atau masuknya nutrien spesifik
secara berlebihan ke dalam tubuh.
Seorang akan mengalami malnutrisi jika tidak mengkonsumsi jumlah
atau kualitas nutrien yang mencukupi untuk diet sehat selama suatu jangka
waktu yang cukup lama. Malnutrisi yang berlangsung lama dapat
mengakibatkan kelaparan, penyakit, dan infeksi.Tanda-tanda dari banyak
kasus malnutrisi yaitu ketika cadanagn nutrisi dihabiskan dan nutrisi serta
energi yang masuk tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
atau tidak memenuhi tanbahan metabolic yang meningkat.
Defisiensi gizi dapat terjadi pada anak yang kurang mendapatkan
masukan makanan dalam waktu lama. Istilah dan klasifikasi gangguan
kekurangan gizi amat bervariasi dan masih merupakan masalah yang pelik.
Walaupun demikian, secara klinis digunakan istilah malnutrisi energi dan
protein (MEP) sebagai nama umum. Penentuan jenis MEP yang tepat harus
dilakukan dengan pengukuran antropometri yang lengkap (tinggi badan,
berat badan, lingkar lengan atas dan tebal lipatan kulit), dibantu dengan
pemeriksaan laboratorium
Gizi buruk adalah keadaan kekurangan energi dan protein tingkat berat
akibat kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi dan atau menderita
sakit dalam waktu lama. Itu ditandai dengan status gizi sangat kurus
10
(menurut BB terhadap TB) dan atau hasil pemeriksaan klinis menunjukkan
gejala marasmus, kwashiorkor atau marasmik kwashiorkor.
B. Faktor-faktor penyebab gizi buruk
bahwa faktor- faktor penyebab gizi buruk jika dilihat dari tingkatan
penyebab gizi buruk, dibagi menjadi penyebab langsung, penyebab tidak
langsung dan penyebab mendasar.
Masalah gizi tidak terbatas pada gizi buruk, namun juga gizi kurang.
Masalah gizi sering terjadi pada anak–anak khususnya pada balita. Sebagian
besar balita yang menderita masalah gizi kurang, cenderung cepat
berkembang menjadi gizi buruk setelah disapih atau pada masa transisi.
Pada kondisi ini, resiko kematian lebih tinggi dari pada anak–anak yang
berstatus gizi baik. Keadaan gizi kurang, terutama gizi buruk menurunkan
11
daya tahan tubuh terhadap berbagai penyakit, terutama infeksi. Keadaan ini
juga dapat mangganggu pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental dan
jaringan otak yang akan mengurangi kualitas sumber daya manusia
Indonesia, selain itu kita ketahui bahwa anak merupakan tunas bangsa yang
kelak menjadi sumber daya manusia yang dapat diandalkan.
12
Penyebab langsung KEP adalah kurang makanan dan infeksi penyakit. KEP
pada anak timbul tidak hanya karena kurang makanan, tetapi juga karena
infeksi penyakit. Pada kenyataan di lapangan, kombinasi keduanya (kurang
makanan dan infeksi penyakit) merupakan penyebab KEP. Penyebab tidak
langsung adalah ketahanan pangan di tingkat keluarga, pola asuh anak serta
pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan. Pola pengasuhan sangat
dibutuhkan oleh anak dalam memberikan perhatian, penyediaan waktu dan
memberi dukungan anak agar tumbuh berkembang dengan baik.
13
akseptabilitas diet (penerimaan tubuh terhadap diet yang diberikan)
pengololahan infeksi dan pemberian stimulasi.
a. Pengkajian gizi
b. Penentuan diagnosis gizi
c. Intervensi gizi
d. Monitoring dan evaluasi asuhan gizi
14
8. Pelayanan Gizi Rawat Inap
a. Pengkajian gizi
b. Penentuan diagnosis gizi
c. Intervensi gizi meliputi pelayanan makanan, pemantauan asupan,
perubahan diet dan konseling
15
BAB V
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
C. Populasi Target
Populasi terjangkau :
1. Data primer
Berupa Data Survey Gizi buruk pada anak di puskesmas suwawa dengan
wawancara dengan pihak puskesmas (kuesioner) dari data gizi buruk
2. Data sekunder
16
Diporoleh dari penannggung jawab Gizi di puskesmas Suwawa
E. Pengolahan data
F. Variable penelitian
1. Variable terikat
2. Variable bebas
Riwayat gizi buruk sebagai faktr resiko pada anak Kabupaten Bone
Bolango
3. Variabel terganggu
a. Karakteristik anak
1) Umur
2) Jenis kelamin
17
(sebagai status social ekonomi keluarga)
1) Pendidikan bapak
2) Pekerjaan bapak
3) Pendidikan ibu
4) Pekerjaan ibu
18
BAB VI
SISTEMATIKA PERENCANAAN
1. faktor perilaku
2. faktor lingkungan
a. kurangnya interaksi
b. perubahan iklim
c. tingkat pendapatan yang rendah
d. tempat tinggal yang kurang memadai
C. Menyatakan tujuan
D. Metode
20
BAB VII
A. Hasil
1. Pelaksanaan surveilans
2. Pengumpulan Data
3. Pengolahan Data
21
4. Analisis Data
5. Pelaporan data
B. Pembahasan
1. Pengumpulan Data
2. Pengolahan data
22
b. Hasil pengolahan data kesakitan dan kematian disajikan dalam
bentuk tabel, grafik dan chart.
c. Perhitungan frewkuensi penyakit menurut rate, proporsi dan ratio
juga dilakukan.
d. Namun demikian pengohana data dengan program software ini
masih sangat terbatas, yaitu hanya menampilkan satu atau dua
karakteristik penderita saja, misalnya distribusi penderita menurut
umur, distribusi penderita menurutbulan kejadian, dan distribusi
penderita menurut umur dan bulan kejadian. Sedangkan untuk
menampilkan karakteristika lain tidak dapat dilakukan.
3. Analisa Data
23
b. Weaknesses (kelemahan)
1. Sebagian data yang kami kumpulkan sedikit rumit karena
kurangnya kinerja dai tenaga puskesmas tersebut.
2. Tenaga kesehatan yang ada di RSUD Toto Kabila jarang hadir
sehigga pada saat pengambilan data sedikit rumit.
c. Opportunitie (peluang)
Adanya pendampingan oleh salah satu tenaga kesehatan yang
peduli terhadap data yang kami data.Sehingga pada saat
pengambilan data terutama pengambilan data penyakit tidak
mempunyai kendala.
d. Threats (ancaman)
1. Ada beberapa data yang tidak tercantum saat kami mendata.
2. Kebanyakan data yang kami peroleh di tahun 2018.
e. Berdasarkan orang
Menemui kepala puskesmas suwawa dan penanggung jawab
kesehatan gizi serta penanggung jawab kesehatan lainya
f. Berdasarkan tempat
Bertempat di kabupaten bone bolango di fokuskan ke puskesmas
suwawa
g. Berdasarkan waktu
Waktu pelaksanaan kegiatan penelitian yaitu: Selasa, 8 oktober
2019, Jam 09.30 WITA.
24
BAB VIII
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Malnutrisi (gizi buruk) adalah suatu istilah umum yang merujuk pada
kondisi medis yang disebabkan oleh diet yang tak tepat atau tak cukup.
Walaupun seringkali disamakan dengan kurang gizi yang disebabkan
oleh kurangnya konsumsi, buruknya absorpsi.
2. Faktor-faktor penyebab gizi buruk
25
4. Usaha penaggulan pihak puskesmas
m. Pengkajian gizi
n. Penentuan diagnosis gizi
o. Monitoring dan Evaluasi asuhan gizi
26
B. Saran
27
DAFTAR PUSTAKA
28