Anda di halaman 1dari 32

PROPOSAL

PERENCANAAN DAN EVALUASI PROMOSI KESEHATAN PADA


PENYAKIT MALL NUTRITION (GIZI BRUK) DI KABUPATEN BONE
BOLANGO PADA TAHUN 2019

OLEH :

ALGIFARI A. HAMID

811418036

JURUSAN KESEHATAN MASYRAKAT

FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan
rahmatnya sehinggatugas Proposal tentang “Mall nutrition (gizi buruk)”
dapat terselesaikan. Adapun tujuan dari pembuatan proposal ini ialah untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen yang bersangkutan kepada
kami sebagai Mahasiswa program studi Kesehatan masyarakat fakultas
olahraga dan kesehatan universitas negeri gorontalo.

Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan baik dari cara


penulisan maupun isi dari proposal ini, karenanya kami siap menerima baik
kritik maupun saran dari dosen pembimbing dan pembaca demi tercapainya
kesempurnaan dalam pembuatan berikutnya.

Kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan


proposal ini, kami sampaikan penghargaan dan terima kasih. Semoga Tuhan
yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkat dan bimbingannya kepada
kita semua.

Gorontalo, Oktober 2019

Penulis

Algifari A. Hamid

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN................................................................. 1

A. Latar Belakang ............................................................................. 1


B. Rumusan masalah......................................................................... 1
C. Tujuan penelitian .......................................................................... 2
D. Manfaat penelitian ........................................................................ 2

BAB II DIAGNOSIS SOSIAL ........................................................ 3

A. Gambar Geografi .......................................................................... 3


B. Gambaran Demografi ................................................................... 4
C. Sejarah Singkat ............................................................................. 6

BAB III DIAGNOSIS EPIDEMIOLOGI ...................................... 8

A. Hasil Surveilans Epidemiologi ..................................................... 8


B. Kasus Penyakit ............................................................................. 9

BAB IVPEMBAHASAN ................................................................ 10

A. Definisi ....................................................................................... 10
B. Faktor-faktor penyebab gizi buruk ............................................. 11
C. Pentingnya intervasi dini……………………………………….13
D. Usaha penanggulangan pihak puskesmas……………………....14

BAB VMETODE PENELITIAN…………………………………16

BAB VI SISTEMATIKA PERENCANAAN……………………19

ii
BAB VII HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................... 21

A. Hasil............................................................................................. 21

B. Pemabahasan ............................................................................... 22

BAB VIII PENUTUP ..................................................................... 25

A. Kesimpulan ................................................................................. 25

B. Saran ............................................................................................ 27

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gizi buruk merupakan masalah yang masih menjadi perhatian utama
hingga saat ini, terutama di negara-negara berkembang. Tercatat sekitar
sepertiga dari populasi balita yang ada di negara-negara berkembang
mengalami masalah gizi buruk. Jika dapat bertahan hingga dewasa, mereka
akan beresiko mengalami perkembangan kognitif yang buruk dan
produktivitas yang rendah yang lebih buruk, gizi buruk dapat menyebabkan
kematian. Hal ini cukup mengkhawatirkan mengingat anak-anak ialah
generasi penerus bangsa. Banyak hal yang melatarbelakangi kejadian gizi
buruk, namun secara umum ada dua faktor penyebab yaitu penyebab
langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung meliputi kurangnya
ketersediaan pangan dan penyakit infeksi, sedangkan penyebab tidak
langsung yaitu kurangnya ketersediaan pangan pada tingkat rumah tangga,
pola asuh yang tidak memadai serta masih rendahnya akses pada kesehatan
lingkungan dan perilaku hidup bersih dan sehat. Masalah sosialekonomi
juga turut memberikan andil, di antaranya adalah kemiskinan. Kemiskinan
merupakan alasan tidak tercukupinya asupan gizi serta ketidakmampuan
untuk mengakses fasilitas kesehatan. Selain itu, faktor biologi dan
lingkungan juga ikut berpengaruh.
Kondisi ini sangat memprihatinkan bagi saya, oleh karena masalah
gizi buruk harus lebih diperhatikan oleh tenaga kesehatan dan pemerintah
untuk kita semua sebagai warga Negara Indonesia, untuk itu ada beberapa
hal yang saya bahas dalam proposal ini.

B. Rumusan masalah
1. Data penderita gizi buruk
2. Apa Faktor-faktor penyebab gizi buruk

1
3. Bagaimana Usaha penanggulangan Gizi buruk oleh pihak puskesmas
suwawa
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan umum
Merencanakan program kesehatan dalam rangka penanggulangan
penyakit gizi buruk
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui data penderita gizi buruk
b. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab gizi buruk
c. Untuk mengetahui usaha penanggulangan Gizi buruk oleh pihak
puskesmas suwawa
D. Manfaat penelitian
1. Diri sendiri : untuk mengetahui berbagai hal tentang penyakit Gizi
buruk Dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang faktor-
faktor yang berhubungan dengan angka kejadian gizi buruk di
Kabupaten Bone bolango khususnya di Puskesmas Suwawa
2. Masyrakat : Agar masyarakat dapat memperhatikan kondisi anak
mereka dari Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memberikan
informasi tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
gizi buruk di Kabupaten bone bolango Puskesmas Suwawa
sehingga orang tua dapat mencegah terjadinya gizi buruk.
3. Negara : agar pemerintah Indonesia lebih memperhatikan
masyarakat miskin untuk mencukupi kebutuhanya dari hasil
penelitian ini diharapkan mampu dijadikan bahan pertimbangan
bagi pemerintah kabupaten Bone Bolango dalam merumuskan
kebijakan untuk penanganan kasus gizi buruk.

2
BAB II

DIAGNOSIS SOSIAL

A. Gambaran Geografis
Kabupaten Bone Bolango adalah sebuah kabupaten di Provinsi
Gorontalo, Indonesia. Kabupaten ini merupakan hasil pemekaran
Kabupaten Gorontalo tahun 2003. Letak Kabupaten Bone Bolango secara
geografis berbatasan langsung dengan Kabupaten Bolaang Mongondow
(Sulawesi Utara) dan Kecamatan Atinggola di sebelah utara. Sementara di
sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Bolaang Mongondow, di
sebelah selatan berbatasan dengan Kota Gorontalo dan di sebelah barat
berbatasan dengan Kecamatan Telaga, Kota Selatan dan Kota Utara.
Bone Bolango Dalam Angka 2014 menunjukan bahwa Kabupaten
Bone Bolango memiliki luas wilayah sebesar 1.985,58 km2 atau 16,24%
dari total luas Provinsi Gorontalo. Kecamatan dengan luas paling besar
adalah Kecamatan Suwawa Timur dengan luas 489,2 km2 atau mencapai
24.65% dari luas wilayah Kabupaten Bone Bolango, sedangkan luas daerah
yang terkecil adalah kecamatan Bulango Selatan yang hanya memiliki luas
9.87% atau 0,50% dari luas wilayah Kabupaten Bone Bolango.Adanya
pemekaran wilayah yang dilakukan hingga akhir tahun 2012 maka
Kabupaten Bone Bolango telah memiliki 18Kecamatan dan 165 kelurahan
(BPS Kabupaten Bone Bolango).
Berdasarkan ketinggiannya dari permukaan laut Kabupaten Bone
Bolango sebagian besar daerahnya berada di ketinggian 100 – 500 meter
dari permukaan laut yakni sebesar 48,65% dan 9,09% berada di atas
ketinggian 1000 meter dari permukaan laut.

3
B. Gambar Demografi
Jumlah penduduk hasil Sensus Penduduk 2014 di kabupaten Bone
Bolango sebanyak 166.235 jiwa yang terdiri atas 83.704 laki-laki dan
82.531 perempuan. Kecamatan Kabila merupakan kecamatan dengan
jumlah penduduk terbanyak yaitu 24.435 jiwa, sedangkan yang paling
sedikit adalah Kecamatan Pinogu yakni hanya 2.224 jiwa.
Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah disuatu wilayah
tertentu pada waktu tertentu dibandingkan waktu sebelumnya, jika dilihat
laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Bone Bolango adalah sebesar
4.33 % pertahun. Hal ini dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:

Selama dua tahun terakhir ini tercatat kecamatan dengan laju pertumbuhan
penduduknya tertinggi adalah Kecamatan Suwawa yakni sebesar 5,2
%melebihi laju pertumbuhan penduduk rata-rata nasional yang hanya 1,49
persen., sedangkan kecamatan yang paling rendah laju pertumbuhan
penduduknya adalah kecamatan Tilongkabila yakni hanya 2,9%. Tingginya
laju pertumbuhan penduduk di Kecamatan Suwawa disebabkan bukan
hanya dari kelahiran, tetapi juga disebabkan oleh banyaknya migrasi atau
warga pendatang dari luar daerah karena Kecamatan Suwawa merupakan
ibukota Kabupaten Bone Bolango yang merupakan pusat kegiatan sosial
ekonomi masyarakat Bone Bolango. Sedangkan Kecamatan Suwawa Timur
yang laju pertumbuhan penduduknya paling rendah disebabkan adanya
4
pemekaran kecamatan baru yaitu Kecamatan Pinogu pada tahun 2012 yang
merupakan pemekaran dari kecamatan Suwawa Timur dan mobilisasi
penduduk tahun kemarin mereka rata-rata penambang sehingga domisili
sebagai masyarakat suwawa timur tapi pada tahunselanjutnya penabang
tersebut kembali ke daerah asal, sehingga dapat kita lihat laju pertumbuhan
penduduk Suwawa timur bukannya mengalami penambahan penduduk tapi
malah mengalami pengurangan penduduk akibat pemekaran ini.

Rata-rata kepadatan penduduk Kabupaten Bone Bolango adalah


sebesar 84 jiwa per km2. Jika dirinci menurut kecamatan, maka kecamatan
Bulango Selatan adalah wilayah yang paling padat penduduknya yakni
mencapai 1128j iwa/km2. Salah satu yang menyebabkan tingginya
kepadatan penduduk di Kecamatan Bulango Selatan adalah karena
Kecamatan Bulango Selatan berbatasan langsung dengan Kota Gorontalo
sehingga menjadi daerah penyangga bagi Kota Gorontalo. Sedangkan
kecamatan yang paling rendah tingkat kepadatan penduduknya adalah
5
Kecamatan Suwawa Selatan yakni hanya 11 jiwa/km2. Hal ini disebabkan
karena sebagian wilayah Kecamatan Suwawa Timur berupa pegunungan
atau hutan.
Struktur penduduk Kabupaten Bone Bolango menurut jenis kelamin dan
golongan umur dapat dilihat pada diagram bar berikut :

Dari diagram bar di atas terlihat bahwa ciri penduduk Kabupaten Bone
Bolango di tahun 2014 masih tetap bersifat ekspansive karena sebagian
besar penduduk berada dalam kelompok umur muda (15–19 tahun). Jumlah
penduduk laki-laki dan perempuan di tiap golongan umur hampir sama.
Penduduk laki-laki dan perempuan Kabupaten Bone Bolango paling banyak
berada di kelompok umur 5-9 tahun sedangkan jumlah penduduk paling
sedikit berada pada golongan umur 70-74 tahun baik penduduk laki-laki
maupun perempuan.

C. Sejarah Singkat Puskesmas Suwawa

Puskesmas suwawa adalah Puskesmas Rawat Jalan, termasuk


Puskesmas Tipe Perkotaan. Berdiri tahun 1975 sampai dengan sekarang
sudah banyak mengalami perubahan, baik secara fisik, pelayanan ataupun
6
staf. Meskipun banyak berubah tetapi pelayanan kesehatannya tetap yang
terbaik. Puskesmas suwawa adalah Puskesmas yg sudah menjalani
akreditasi.Puskesmas suwawa memberikan pelayanan Persalinan 24 Jam,
Puskesmas suwawa adalah Puskesmas yg melakukan rehabilitasi terhadap
masyarakat yg bermasalah dengan Narkoba. Puskesmas suwawa berhasil
mewakili dan menjadi duta Kabupaten Bone Bolango dalam penilaian
Puskesmas berprestasi tingkat Provinsi Gorontalo tahun 2017 karena dinilai
memenuhi indikator-indikator yang telah ditentukan. Pihaknya mengutus
dua puskesmas untuk mewakili kabupaten Bone Bolango dalam penilaian
puskesmas berprestasi di Tingkat Provinsi Gorontalo, yakni puskesmas
suwawa untuk rawat inap dan Puskesmas Tilongkabila untuk rawat jalan.
Adapun krieria yang dinilai meliputi ketersediaan sarana dan prasarana dan
SDM yang sudah memenuhi kriteria di peraturan Menteri Kesehatan
(Permenkes) No. 75 tahun 2014 tentang Puskesmas. Kemudian pelayanan
di Puskesmas harus sudah sesuai dengan SOP pelayanan kesehatan, serta
penilaian juga sudah mencakup semua elemen untuk syarat Puskesmas
terakreditasi. Sedangkan untuk UKM lebih banyak luar gedung yang
melibatkan lintas sektor dan peran serta masyarakat. Misalnya posyandu dan
penyuluhan.

7
BAB III

DIAGNOSIS EPIDEMIOLOGI

A. Hasil Surveilans Epidemiologi Kecamatan Bone Bolango

Program Surveilans Epidemiolog adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis


dan interpertasi data secara sistematis dan terus menerus serta penyebaran informasi
kepada unit yang membutuhkan untuk dapat mengambil tindakan

Surveilans Epidemiologi adalah kegiatan analisis secara sistematis dan yang


mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalah-
masalah kesehatan tersebut, agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara
efektif dan efisien melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran
informasi epidemiolgi kepada penyelenggaraan program kesehatan.

Berikut 10 penyakit menonjol rawat inap di Puskesmas suwawa Pada Tahun 2018
sebagai: berikut

No Nama Penyakit Jumlah Persentase


1 Gastroenteritis 98 14,7%
2 Hipertensi 65 9,7%
3 ISPA 64 9,6%
4 Dispepsia 89 13,3%
5 Hipertensi Heart Disease 67 10,0%
6 Pneumonia 52 7,8%
7 Dermatitis 34 5,1%
8 TBC 30 4,5%
9 Diare 110 16,5%
10 Thypoid 59 8,8%

JUMLAH 717 100%


2. Kasus Penyakit gizi buruk

No Bulan Jumlah Penderita


1. Januari 3
8
2 Februari 3
3 Maret 4
4 April 3
5 Mei 1
6 Juni 2
7 Juli 3
8 Agustus 3
9 September 2
10 Oktober 2
11 November 1
12 Desember 1
Jumlah 25
Tabel Distribusi Penduduk (Laki-laki dan Perempuan) yang menderita Gizi
buruk di Wilayah Puskesmas suwawa

Umur Laki – laki Perempuan


<1 th 2 3
1-4 th 1 2
5-14 th 1 3
15-24 th 2 3
25-44 th 2 1
45-64 th 2 2
65+ th 1 0
Jumlah 11 Orang 14 Orang
total 25 Orang

9
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Definisi
Malnutrisi (gizi buruk) adalah suatu istilah umum yang merujuk pada
kondisi medis yang disebabkan oleh diet yang tak tepat atau tak cukup.
Walaupun seringkali disamakan dengan kurang gizi yang disebabkan oleh
kurangnya konsumsi, buruknya absorpsi, atau kehilangan besar nutrisi atau
gizi, istilah ini sebenarnya juga mencakup kelebihan gizi (overnutrition)
yang disebabkan oleh makan berlebihan atau masuknya nutrien spesifik
secara berlebihan ke dalam tubuh.
Seorang akan mengalami malnutrisi jika tidak mengkonsumsi jumlah
atau kualitas nutrien yang mencukupi untuk diet sehat selama suatu jangka
waktu yang cukup lama. Malnutrisi yang berlangsung lama dapat
mengakibatkan kelaparan, penyakit, dan infeksi.Tanda-tanda dari banyak
kasus malnutrisi yaitu ketika cadanagn nutrisi dihabiskan dan nutrisi serta
energi yang masuk tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
atau tidak memenuhi tanbahan metabolic yang meningkat.
Defisiensi gizi dapat terjadi pada anak yang kurang mendapatkan
masukan makanan dalam waktu lama. Istilah dan klasifikasi gangguan
kekurangan gizi amat bervariasi dan masih merupakan masalah yang pelik.
Walaupun demikian, secara klinis digunakan istilah malnutrisi energi dan
protein (MEP) sebagai nama umum. Penentuan jenis MEP yang tepat harus
dilakukan dengan pengukuran antropometri yang lengkap (tinggi badan,
berat badan, lingkar lengan atas dan tebal lipatan kulit), dibantu dengan
pemeriksaan laboratorium
Gizi buruk adalah keadaan kekurangan energi dan protein tingkat berat
akibat kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi dan atau menderita
sakit dalam waktu lama. Itu ditandai dengan status gizi sangat kurus

10
(menurut BB terhadap TB) dan atau hasil pemeriksaan klinis menunjukkan
gejala marasmus, kwashiorkor atau marasmik kwashiorkor.
B. Faktor-faktor penyebab gizi buruk

bahwa faktor- faktor penyebab gizi buruk jika dilihat dari tingkatan
penyebab gizi buruk, dibagi menjadi penyebab langsung, penyebab tidak
langsung dan penyebab mendasar.

1. Penyebab langsung merupakan faktor yang langsung berhubungan


dengan kejadian gizi buruk dan adanya penyakit. Interaksi antara asupan
gizi dan infeksi akan saling menguatkan untuk memperburuk
keadaan. Sehingga akan berakibat fatal penyebab kematian dini pada
anak-anak.
2. Penyebab tidak langsung merupakan faktor yang mempengaruhi
penyebab langsung. Seperti akses mendapatkan makanan yang kurang,
perawatan dan pola asuh anak kurang dan pelayanan kesehatan
serta lingkungan buruk atau tidak mendukung kesehatan anak-anak.
Faktor inilah yang akan mempengaruhi buruknya asupan makanan
atau gizi anak dan terjadinya infeksi pada anak-anak.
3. Penyebab mendasar terjadinya gizi buruk terdiri dari dua hal, yakni
faktor sumber daya potensial dan yang menyangkut sumber daya
manusia. Pengelolaan sumber daya potensial sangat erat kaitannya
dengan politik dan idiologi, suprastruktur dan struktur ekonomi.
Sementara sumber daya berkaitan erat dengan kurangnya pendidikan
rakyat.

Masalah gizi tidak terbatas pada gizi buruk, namun juga gizi kurang.
Masalah gizi sering terjadi pada anak–anak khususnya pada balita. Sebagian
besar balita yang menderita masalah gizi kurang, cenderung cepat
berkembang menjadi gizi buruk setelah disapih atau pada masa transisi.
Pada kondisi ini, resiko kematian lebih tinggi dari pada anak–anak yang
berstatus gizi baik. Keadaan gizi kurang, terutama gizi buruk menurunkan
11
daya tahan tubuh terhadap berbagai penyakit, terutama infeksi. Keadaan ini
juga dapat mangganggu pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental dan
jaringan otak yang akan mengurangi kualitas sumber daya manusia
Indonesia, selain itu kita ketahui bahwa anak merupakan tunas bangsa yang
kelak menjadi sumber daya manusia yang dapat diandalkan.

Masalah gizi, sebagian besar menimpa pada keluarga miskin. Hingga


saat ini, selain kasus gizi buruk yang masih ditemukan, juga kasus gizi
buruk lama yang sudah dilakukan penanganan, penting untuk tetap
diperhatiakn agar kemungkinan kondisi status gizi tidak kembali
memburuk. Beberapa penelitian menyimpulkan, bahwa terdapat hubungan
antara tingkat pendapatan keluarga dengan asupan protein. Semakin tinggi
pendapatan asupan protein pada balita cenderung tinggi, demikian
sebaliknya. Kondisi ini sangat mempermudah penjelasan, hubungan
kemiskinan dengan gizi buruk ini.

Keadaan ekonomi keluarga berpengaruh besar pada konsumsi


pangan, terutama pada golongan miskin. Hal ini disebabkan karena
penduduk golongan miskin menggunakan sebagian besar pendapatan untuk
memenuhi kebutuhan makanan. Dua peubah ekonomi yang cukup dominan
sebagai determinan konsumsi pangan yaitu pendapatan keluarga dan harga.
Apabila pendapatan meningkat berarti memperbesar peluang untuk
membeli pangan dengan kualitas dan kuantitas yang lebih baik. Pendapatan
rendah pada keluarga gizi buruk tentu mengalami kesulitan dalam
mengatur keuangan rumah tangga dalam pemenuhan gizi balita.
Pendapatan yang kurang, sebenarnya dapat ditutupi jika keluarga
tersebut mampu mengolah sumberdaya yang terbatas, antara lain dengan
kemampuan memilih bahan makanan yang murah tetapi bergizi dan
distribusi makanan yang merata dalam keluarga.

12
Penyebab langsung KEP adalah kurang makanan dan infeksi penyakit. KEP
pada anak timbul tidak hanya karena kurang makanan, tetapi juga karena
infeksi penyakit. Pada kenyataan di lapangan, kombinasi keduanya (kurang
makanan dan infeksi penyakit) merupakan penyebab KEP. Penyebab tidak
langsung adalah ketahanan pangan di tingkat keluarga, pola asuh anak serta
pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan. Pola pengasuhan sangat
dibutuhkan oleh anak dalam memberikan perhatian, penyediaan waktu dan
memberi dukungan anak agar tumbuh berkembang dengan baik.

Krisis ekonomi sangat terasa di pedesaan, sehingga status gizi balita di


pedesaan lebih buruk dibandingkan dengan balita di perkotaan Masyarakat
desa yang tempat tinggalnya di pelosok desa berbeda secara bermakna
dengan masyarakat di pinggir jalan besar dalam hal kunjungan mereka ke
posyandu. Hal ini sangat berpengaruh terhadap status gizi balita mereka
Tingkat ekonomi masyarakat yang rendah merupakan penyebab gizi buruk
Akibat lanjut dari gizi buruk adalah timbulnya berbagai penyakit ikutan.
Salah satu faktor risiko terjadinya pneumonia pada anak balita adalah gizi
buruk. Anak balita dengan status gizi buruk mempunyai faktor risiko
terkena pneumonia 4 kali lipat dibandingkan dengan anak anak balita balita
dengan status gizi baik.

C. Pentingnya deteksi dan intervasi dini

Mengingat penyebabnya sangat kompeleks pengololaan gizi buruk


memerlukan kerjasama yang komprehensip dari semua pihak, bukan hanya
dari dokter maupun tenaga medis namun juga pihak orang tua, keluarga,
pemuka masyarakat, agama dan pemerintah. Langkah awal pengolahan gizi
buruk adalah mengatasi kegawatan yang ditimbulkanya. Di lanjutkan
dengan frekuen feeding (pemberian makan yang sering, pemantauan

13
akseptabilitas diet (penerimaan tubuh terhadap diet yang diberikan)
pengololahan infeksi dan pemberian stimulasi.

D. Usaha penanggulangan pihak puskesmas

1. Pelayanan Gizi di Dalam Gedung

Kegiatan pelayanan gizi di dalam gedung terdiri dari upaya promotif,


preventif, dan kuratif serta rehabilitatif baik rawat jalan maupun rawat
inap yang dilakukan di dalam puskesmas

2. Kegiatan Pelayanan Gizi di Luar Gedung

Kegiatan pelayanan gizi di luar gedung ditekankan ke arah promotif dan


preventif serta sasarannya adalah masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas.

3. Edukasi Gizi/Pendidikan Gizi


4. Pengelolaan Pemantauan Pertumbuhan di Posyandu
5. Surveilence Gizi

Kegiatan surveilans gizi meliputi kegiatan pengumpulan dan pengolahan


data yang dilakukan secara terus menenus, penyajian serta diseminasi
informasi bagi Kepala Puskesmas serta Lintas Program dan Lintas Sektor
terkait di tingkat kecamatan

6. Pelayanan Gizi Rawat Jalan


7. Pelayanan gizi rawat jalan merupakan serangkaian kegiatan yang
meliputi:.

a. Pengkajian gizi
b. Penentuan diagnosis gizi
c. Intervensi gizi
d. Monitoring dan evaluasi asuhan gizi
14
8. Pelayanan Gizi Rawat Inap

Intervensi gizi pada pelayanan gizi rawat inap mencakup


penyelenggaraan pemberian makan pasien, pamantauan asupan
makanan, konseling gizi dan pergantian jenis diet apabila diperlukan.
Pelayanan gizi rawat inap merupakan serangkaian kegiatan yang
meliputi:

a. Pengkajian gizi
b. Penentuan diagnosis gizi
c. Intervensi gizi meliputi pelayanan makanan, pemantauan asupan,
perubahan diet dan konseling

9. Monitoring dan Evaluasi asuhan gizi

15
BAB V

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah analitik observasional


dengan rancangan case control study yaitu suatu penelitian analitik yang
menyangkut bagaimana faktor risiko ditelusuri dengan menggunakan
pendekatan retrospektif yaitu efek (gizi buruk pada balita) diidentifikasi
pada saat ini

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitin ini dilaksanakan pada 8 Oktober 2019 di Kabupaten Bone Bolango


Puskesmas Suwawa

C. Populasi Target

Populasi terjangkau :

Pihak puskesmas Suwawa Kabupaten Bone Bolango

D. Metode pengumpulan Data

1. Data primer

Berupa Data Survey Gizi buruk pada anak di puskesmas suwawa dengan
wawancara dengan pihak puskesmas (kuesioner) dari data gizi buruk

Populasi dalam Penelitian ini adalah pihak puskesmas Suwawa


Kabupaten Bone Bolango.

2. Data sekunder

16
Diporoleh dari penannggung jawab Gizi di puskesmas Suwawa

E. Pengolahan data

Terdiri dari beberapa tahap yaitu :

1. Editing yaitu kegiatan pengecekana isi kuesioner dengan cara dibaca


sekali lagi dan diperbaiki jika masih ada data yang salah atau
meragukan. Tujuan ini yaitu untuk menilai kembali jawaban yang telah
diberikan oleh respondent.
2. Koding yaitu kegiatan member angka pada setiap jawaban. Tujuanya
untuk mempermudah menganilisis data
3. Entri data yaitu kegiatan pemasukan data ke dalam flashdisk untuk
selanjutnya dapat dilakukan analisis data.

F. Variable penelitian

1. Variable terikat

Hasil penelitian Gizi buruk

2. Variable bebas

Riwayat gizi buruk sebagai faktr resiko pada anak Kabupaten Bone
Bolango

3. Variabel terganggu

a. Karakteristik anak

1) Umur
2) Jenis kelamin

b. Karakteristik orang tua

17
(sebagai status social ekonomi keluarga)

1) Pendidikan bapak
2) Pekerjaan bapak
3) Pendidikan ibu
4) Pekerjaan ibu

c. Gejala Gizi buruk


d. Riwayat sakit
e. Jumlah anggota keluarga

18
BAB VI

SISTEMATIKA PERENCANAAN

A. Melakukan identifikasi penyebab gizi buruk

1. data pemeriksa kasus gizi buruk


2. wawancara petugas pelaksana penanggung jawab kesehatan gizi
3. pengambilan data berupa file dan dokumen untuk mengetahui
berapabanyak penderita gizi buruk

B. Membedakan antar penyebab faktor perilaku dan lingkungan dalam


masalah kesehatan

1. faktor perilaku

a. kurangnya pengetahuan dan kesadaran diri pada orang tua dalam


memberikan asupan gizi kepada anak.
b. kurangnya penegtahuan orang tua tentang pentingnya posyandu serta
imunisasai pada anak.
c. jarak puskesmas yang terlalu jauh dari tempat tinggal penduduk
d. faktor mistik yang masih sangat kental dikalangan masyarakat
terutama masyarakat primitive

2. faktor lingkungan

a. kurangnya interaksi
b. perubahan iklim
c. tingkat pendapatan yang rendah
d. tempat tinggal yang kurang memadai

C. Menyatakan tujuan

1. sasaran yaitu pihak puskesmas suwawa kabupaten bone bolango


19
2. kepala puskesmas suwawa kabupaten bone bolango

3. wawancara kepada penanggung jawab kesehatan gizi

D. Metode

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah wawancara dan


pengambilan data.

20
BAB VII

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Pelaksanaan surveilans

Kegiatan tidak berjalan maksimal dikarenakan alokasi anggaran untuk


setiap kegiatan sangat minim, alur pengiriman laporan dan informasi
kejadian sangat lamban. Ketepatan laporan tidak akurat masih
kurangnya kesadaran dari petugas puskesmas suwawa untuk aktif
melaporkan setiap kasus-kasus penyakit PD3I melalui format W2 atau
melalui SMS. Adanya tugas rangkap bagi petugas Surveilans sehingga
tugas pokoknya tidak dapat dikerjakan secara maksimal.

2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data tidak menggunakanbuku register,tetapi berdasarkan


formatkode C, yaitu kertas resep yang diberikan kepada penderita pada
saat pendaftaran di loket. Lembaran tersebut memuat keterangan tentang
nomor register, nama pasien, umur, jenis kelamin, alamat, kunjungan
kasus (lama/baru), status kunjungan, tanggal berobat, dokter pemeriksa,
pemberi obat, diagnosa penyakit, dan pengobatannya. Keterangandalam
kertas resep ini akan di input ke komputer untuk pengolahan dan
analisis.

3. Pengolahan Data

Pengolahan data penyakit di puskesmas suwawa yang ada di Kabupaten


Bone Bolango menggunakan komputer program data base. Data yang
telah dikumpulkan kemudian dikompilasi dalam bentuk formulir LB1
sebagai bahan laporan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Bane Bolango.

21
4. Analisis Data

Data yang telah diolah kemudian di analisis berdasarkan karakteristik


penderita, disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan
grafik.Hasil analisis inilah yang digunakan oleh tenaga surveilans untuk
memantau dan mendeteksi adanya peningkatan kasus gizi buruk
berdasarkan orang, tempat dan waktu.

5. Pelaporan data

Data hasil analisis kemudian di kompilasi dalam bentuk formulir LB 1


dan formatn laporan Penyakit Asma Bronchial sebagai laporan bulanan,
serta formulir W2 untuk laporan mingguan, yang dilaporkan ke Dinas
Kesehatan Kabupaten Bone Bolango.

B. Pembahasan

1. Pengumpulan Data

Pengumpulan dilakukan setiap hari dengan cara menginput keterangan


pada kertas resep yang telah diisi oleh dokter/tenaga medis yang
memeriksa. Selain itu, petugas di unit pelayanan mengirimkan laporan
surveilans terpadu (formulir W2) ke puskesmas suwawa setiap minggu,
jika pada waktu yang ditentukan, laporan mingguan belum juga dikirim
ke Dinas Kesehatan Kabupaten Bone Bolango petugas surveilan secara
aktif mendatangi unit-unit pelayanan tersebut untuk mengambil data
yang dibutuhkan.

2. Pengolahan data

a. Hasil pengolahan data dikeluarkan dalam bentuk laporan


mingguan, bulanan, dan tahunan.

22
b. Hasil pengolahan data kesakitan dan kematian disajikan dalam
bentuk tabel, grafik dan chart.
c. Perhitungan frewkuensi penyakit menurut rate, proporsi dan ratio
juga dilakukan.
d. Namun demikian pengohana data dengan program software ini
masih sangat terbatas, yaitu hanya menampilkan satu atau dua
karakteristik penderita saja, misalnya distribusi penderita menurut
umur, distribusi penderita menurutbulan kejadian, dan distribusi
penderita menurut umur dan bulan kejadian. Sedangkan untuk
menampilkan karakteristika lain tidak dapat dilakukan.

3. Analisa Data

a. Analisis data penyakit tipus berdasarkan karakteristik orang,


tempat dan waktu dapat dilihat pada laporan mingguan, bulanan
dan tahunan.
b. Analisis dilakukan dengan melihat jumlah kasus jumlah kasus
menurut umur penderita.
c. Analisis data berdasarkan karakteristik umur , tempat tinggal dan
waktu kejadian, serta karakteristik lain-lainnya tidak dapat
dilakukan oleh karena pengolahanan data yang masih sangat
terbatas.
4. Analisis SWOT kegiatan
a. Strengths (kekuatan)
1. Kami tidak mengalami kendala menuju lokasi untuk
pengambilan data. Lokasi yang dituju dapat dilalui oleh
transportasi mobil maupun kenderaan bermotor
2. Kami mendapat dukungan dari kepala Puskesmas tempat kami
mengambil data
3. Kami diterima oleh tenaga puskesmas pada saat pengambilan
data. Sehingga proses pengambilan data berjalan dengan baik.

23
b. Weaknesses (kelemahan)
1. Sebagian data yang kami kumpulkan sedikit rumit karena
kurangnya kinerja dai tenaga puskesmas tersebut.
2. Tenaga kesehatan yang ada di RSUD Toto Kabila jarang hadir
sehigga pada saat pengambilan data sedikit rumit.
c. Opportunitie (peluang)
Adanya pendampingan oleh salah satu tenaga kesehatan yang
peduli terhadap data yang kami data.Sehingga pada saat
pengambilan data terutama pengambilan data penyakit tidak
mempunyai kendala.
d. Threats (ancaman)
1. Ada beberapa data yang tidak tercantum saat kami mendata.
2. Kebanyakan data yang kami peroleh di tahun 2018.

5. Penatalaksanaan kegiatan berdasarkan orang, tempat dan waktu

e. Berdasarkan orang
Menemui kepala puskesmas suwawa dan penanggung jawab
kesehatan gizi serta penanggung jawab kesehatan lainya
f. Berdasarkan tempat
Bertempat di kabupaten bone bolango di fokuskan ke puskesmas
suwawa
g. Berdasarkan waktu
Waktu pelaksanaan kegiatan penelitian yaitu: Selasa, 8 oktober
2019, Jam 09.30 WITA.

24
BAB VIII

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Malnutrisi (gizi buruk) adalah suatu istilah umum yang merujuk pada
kondisi medis yang disebabkan oleh diet yang tak tepat atau tak cukup.
Walaupun seringkali disamakan dengan kurang gizi yang disebabkan
oleh kurangnya konsumsi, buruknya absorpsi.
2. Faktor-faktor penyebab gizi buruk

h. Penyebab langsung merupakan faktor yang langsung


berhubungan dengan kejadian gizi buruk dan adanya penyakit.
Interaksi antara asupan gizi dan infeksi akan saling menguatkan
untuk memperburuk keadaan.
i. Penyebab tidak langsung merupakan faktor yang
mempengaruhi penyebab langsung. Seperti akses mendapatkan
makanan yang kurang, perawatan dan pola asuh anak kurang
dan pelayanan kesehatan serta lingkungan buruk atau tidak
mendukung kesehatan anak-anak.
j. Penyebab mendasar terjadinya gizi buruk terdiri dari dua hal,
yakni faktor sumber daya potensial dan yang menyangkut
sumber daya manusia.

3. Pentingnya deteksi dan intervasi dini

Mengingat penyebabnya sangat kompeleks pengololaan gizi buruk


memerlukan kerjasama yang komprehensip dari semua pihak, bukan
hanya dari dokter maupun tenaga medis namun juga pihak orang tua,
keluarga, pemuka masyarakat, agama dan pemerintah. Langkah awal
pengolahan gizi buruk adalah mengatasi kegawatan yang
ditimbulkanya.

25
4. Usaha penaggulan pihak puskesmas

a. Pelayanan Gizi di Dalam Gedung

Kegiatan pelayanan gizi di dalam gedung terdiri dari upaya


promotif, preventif, dan kuratif serta rehabilitatif baik rawat jalan
maupun rawat inap yang dilakukan di dalam puskesmas

b. Kegiatan Pelayanan Gizi di Luar Gedung

Kegiatan pelayanan gizi di luar gedung ditekankan ke arah


promotif dan preventif

c. Edukasi Gizi/Pendidikan Gizi


d. Pengelolaan Pemantauan Pertumbuhan di Posyandu
e. Surveilence Gizi
f. Pelayanan Gizi Rawat Jalan
g. Pelayanan gizi rawat jalan merupakan serangkaian kegiatan yang
meliputi:.
h. Pengkajian gizi
i. Penentuan diagnosis gizi
j. Intervensi gizi
k. Monitoring dan evaluasi asuhan gizi
l. Pelayanan Gizi Rawat Inap

Intervensi gizi pada pelayanan gizi rawat inap mencakup


penyelenggaraan pemberian makan pasien, pamantauan asupan
makanan, konseling gizi dan pergantian jenis diet apabila
diperlukan.

m. Pengkajian gizi
n. Penentuan diagnosis gizi
o. Monitoring dan Evaluasi asuhan gizi
26
B. Saran

Penulis menyadari bahwa penyusunan tugas Proposal diatas banyak


sekali kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki
proposal tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber yang dapat
dipertanggungjawabkan. Dengan disusunnya proposal ini diharapkan
kepada semua pembaca agar dapat menelaah dan memahami apa yang
telah terulis dalam Proposal ini sehingga sedikit banyak bisa menambah
pengetahuan pembaca. Disamping itu saya juga mengharapkan saran dan
kritik dari para pembaca sehinga kami bisa berorientasi lebih baik pada
Proposal kami selanjutnya. Terima kasih.

27
DAFTAR PUSTAKA

Aat agustini, buku promosi kesehatan, Yogyakarta, 2014

Adriyani, Meryana dan Wirjatmadi, Bambang. 2012. Pengantar Gizi


Masyarakat.

Asmini, Asti. 2008. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Gizi


Seimbang

Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat. 2013. Gizi dan Kesehatan

Departemen kesehatan RI, 2012. Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan


Masyarakat. Jakarta.

Adriani, M dan B. Wirjatmadi, 2014.Gizi kesehatan Balita. Jakarta: kencana


prenamedia Group.

28

Anda mungkin juga menyukai