Anda di halaman 1dari 11

Laporan Kunjungan BPBD Provisi Sumatera Selatan

FRISKA ANISA SALSABILA


04011381924193

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2022
BAB 1
PENDAHULUAN

Berdasarkan data, pada bulan Oktober 2022, terjadi banjir di Sumatera


Selatan sebanyak 16 kali sebagai dampak dari hujan lebat. Selanjutnya, terjadi
longsor di berbagai tempat, seperti di Desa Pandan Jaya, Kecamatan Madang
Suku II, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, terdapat angin putting beliung
pada tanggal 13 Oktober 2022 yang menyebabkan 164 kepala keluarga atau
sebanyak 656 orang terdampak. Sementara itu pada bulan September 2022
kejadian serupa juga terjadi di Sumatera Selatan, masih dengan banjir yang
mendominasi dari keseluruhan bencana yang terjadi. Pada tanggal 26 September
2022 terjadi kebakaran hutan dan lahan pukul 10.30 WIB di Muara Enim,
Sumatera Selatan, yang menghanguskan lahan sebesar 1 Ha. Kebakaran hutan
banyak terjadi pada akhir bulan, sementara angin puting beliung dan tanah longsor
yang diawali dengan hujan lebat juga masih sering terjadi pada tahun ini. Seluruh
peristiwa atau rangkaian peristiwa yang sebelumnya disebutkan dapat menganggu
dan mengancam kehidupan maupun penghidupan masyarakat yang disebabkan
faktor alam maupun faktor non alam sehingga menimbulkan korban jiwa,
kerusakan lingkungan, kerugian harta dan benda, serta dampak psikologis
merupakan pengertian dari bencana.

Seperti yang tertuang pada Undang-Undang Nomor 24 tahun 2007


mengenai definisi bencana, penyebab bencana tidak hanya dari alam saja, terdapat
bencana yang disebabkan oleh kegagalan teknologi seperti kasus keracunan
merkuri yang terjadi pada tahun 1950-an di Jepang yang lebih akrab disebut
dengan Minamata Disease, wabah seperti COVID-19 pada tahun 2019 yang
pertama kali dideteksi di Kota Wuhan, Hubei, Tiongkok akibat virus corona baru
yang diberi nama SARS-CoV-2. Bencana yang belakangan ini terjadi di kota
Palembang tentu saja memberikan banyak dampak bagi kehidupan
masyarakatnya, seperti kehilangan harta dan benda, kehilangan mata pencaharian,
hingga kehilangan nyawa. Seluruh kerugian tersebut tentu saja dapat di
minimalisir dengan mendirikan sebuah lembaga yang bertugas untuk memberikan
pedoman dan pengarahan mengenai usaha penanggulangan bencana, mencakup
pencegahan bencana, penanganan keadaan darurat bencana, rehabilitasi pasca
bencana, dan rekonstruksi secara adil dan setara. Untuk itu, pada tahun 2008
didirikan BPBD Provinsi Sumatera Selatan atau Badan Penanggulangan Bencana
Daerah Sumatera Selatan. Pada hari Selasa, 15 November 2022, mahasiswa
Fakultas Kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Sriwijaya
Angkatan 2019 selaku calon tenaga medis telah melakukan kunjungan pada
BPBD Provinsi Sumatera Selatan guna mengenal lebih dekat tugas dan fungsi
lembaga terkait.
BAB 1
ISI

1.1 BPBD

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sumatera


Selatan merupakan lembaga teknis pelaksana, dituntut untuk mampu berperan
sebagai pelaksana urusan pemerintah daerah di bidang Penanggulangan Bencana
berdasarkan azazotonomi dan tugas pembantuan. BPBD Provinsi Sumatera
Selatan memiliki visi “Sumatera Selatan Pro-Disaster Risk Reduction” yang mana
artinya mereka tidak lagi berfokus hanya pada tanggap darurat, namun juga pada
pengurangan risiko bencana dan langkah preventif sebelum bencana terjadi.
Dengan peran dan tanggung jawab yang diembankan oleh Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 2007 maka Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) Provinsi
Sumatera Selatan harus mampu mengoptimalkan perannya dalam koordinasi
penanggulangan bencana dan akan terus mendorong upaya keterlibatan
masyarakat dalam meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana,
membangun kesadaran masyarakat, meningkatkan efektivitas penanganan tanggap
darurat bencana serta meningkatkan kuantitas dan kualitas  pemulihan pasca
bencana dalam upaya pengurangan risiko bencana dalam berbagai aspek
kehidupan.

BPBD juga berupaya mewujudkan visi secara sistematis dan bertahap


menuntut adanya kesiapan serta kemampuan dalam penanggulangan bencana,
yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya
bencana, kegiatan pencegahan dan mitigasi bencana, kesiapsiagaan bencana,
tanggap darurat bencana, serta rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana dengan
beberapa misi, yaitu mengurangi faktor – faktor bencana yang mendasar,
membangun sistem penanggulangan bencana daerah yang handal yang terintegrasi
dengan budaya keselamatan dan ketahanan di semua level masyarakat melalui
penerapan inovasi, melakukan identifikasi, kajian dan monitoring resiko bencana
yang terintegrasi dalam sistem peringatan dini (early warning system), dan
menyelenggarakan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu,
terkoordinasi dan menyeluruh.

1.2 Sumatera Selatan

Provinsi Sumatera Selatan secara geografis terletak antara 1 derajat sampai


4 derajat Lintang Selatan dan 102 derajat sampai 106 derajat Bujur Timur dengan
luas daerah seluruhnya 87.017.41 km². Secara topografi, wilayah Provinsi
Sumatera Selatan di pantai Timur tanahnya terdiri dari rawa-rawa dan payau yang
di pengaruhi oleh pasang surut. Vegetasinya berupa tumbuhan palma sedan kayu
rawa (bakau). Sedikit makin kebarat merupakan dataran rendah yang luas. Lebih
masuk ke dalam wilayahnya semakin bergunung-gunung. Disana terdapat bukit
barisan yang membelah Sumatera Selatan dan merupakan daerah pegunungan
dengan ketinggian 900 – 1.200 meter dari permukaan laut. Bukit barisan terdiri
atas puncak Gunung Seminung (1.964 m), Gunung Dempo (3.159 m), Gunung
Patah (1.107 m) dan Gunung Bengkuk (2.125m).
Di sebelah Barat Bukit Barisan merupakan lereng. Provinsi Sumatera
Selatan mempunyai beberapa sungai besar. Kebanyakan sungai-sungai itu bermata
air dari Bukit Barisan, kecuali Sungai Mesuji, Sungai Lalan dan Sungai
Banyuasin. Sungai yang bermata air dari Bukit Barisan dan bermuara ke Selat
Bangka adalah Sungai Musi, sedangkan Sungai Ogan, Sungai Komering, Sungai
Lematang, Sungai Kelingi, Sungai Lakitan, Sungai Rupit dan Sungai Rawas
merupakan anak Sungai Musi.
Secara administratif Provinsi Sumatera Selatan terdiri dari 11 (sebelas)
Pemerintah Kabupaten dan 4 (empat) Pemerintah Kota, dengan palembang
sebagai ibu kota provinsi. Pemerintah Kabupaten dan Kota membawahi
Pemerintah Kecamatan dan Desa / Kelurahan, Provinsi Sumatera Selatan
memiliki 11 Kabupaten, 4 Kotamadya, 212 Kecamatan, 354 Kelurahan, 2.589
Desa. Kabupaten Ogan Komering Ilir menjadi Kabupaten dengan luas wilayah
terbesar dengan luas 16.905,32 Ha, di ikuti oleh Kabupaten Musi Banyuasin
dengan luas wilayah sebesar 14.477 Ha.
Berdasarkan harga berlaku dengan migas, terdapat empat sektor yang
memberikan sumbangan cukup besar terhadap PDRB. Pada tahun 2010, empat
sektor yang memberikan sumbangan terbesar adalah sektor industri pengolahan,
di ikuti oleh sektor pertambangan dan penggalian, sektor pertanian serta sektor
perdagangan, Hotel danRestoran. PadaTahun 2010 kontribusi masing-masing
sektor di atas secara berurutan adalah 23,67%, 21,62%, 16,85%, 12,70%.
Sebagai salah satu provinsi tujuan investasi, Provinsi Sumatera Selatan
memiliki berbagai sarana dan prasarana penunjang di antaranya adalah Bandara
S.M. Badaruddin II yang terdapat di Kota Palembang, BandaraTanjungEnim di
KabupatenMuaraEnim, Bandara Banding Agung yang terletak di Kabupaten Ogan
Komering Ulu Selatan, Pelabuhan Palembang yang terletak di Kota Palembang
juga Pelabuhan Khusus serta Pati di Kabupaten Muara Enim.
Masalah kependudukan yang antara lain meliputi jumlah, komposisi dan
distribusi penduduk merupakan masalah yang perlu di perhatikan dalam proses
pembangunan. Jumlah penduduk yang besar merupakan salah satu modal dasar
pembangunan, tetapi dapat juga menjadi beban dalam proses pembangunan jika
mempunyai kualitas yang rendah. Oleh sebab itu untuk menunjang keberhasilan
pembangunan nasional dalam menangani permasalahan penduduk pemerintah
tidak saja mengarahkan pada upaya pengendalian jumlah penduduk tapi juga
menitik beratkan pada peningkatan kualitas sumber daya manusianya. Di samping
itu, program perencanaan pembangunan sosial di segala bidang harus mendapat
prioritas utama yang berguna untuk peningkatan kesejahteraan penduduk.
Pada tahun 2013 jumlah penduduk Sumatera Selatan sudah mencapai
7.450.394 jiwa, yang menempatkan Sumatera Selatan sebagai provinsi ke-9
terbesar penduduknya di Indonesia, BPS. Secara absolut jumlah penduduk
Sumatera Selatan terus bertambah dari tahun ke tahun. Dengan jumlah penduduk
yang begitu besar maka Sumatera Selatan di hadapkan kepada suatu masalah
kependudukan yang sangat serius. Oleh karena itu, upaya mengendalikan
pertumbuhan penduduk di sertai dengan upaya peningkatan kesejahteraan
penduduk harus merupakan suatu upaya yang berkesinambungan dengan program
pembangunan yang di laksanakan.
Wilayah Indonesia terletak di daerah iklim tropis dengan dua musim yaitu
panas dan hujan dengan ciri-ciri adanya perubahan cuaca, suhu dan arah angin
yang cukup ekstrim. Kondisi iklim seperti ini digabungkan dengan kondisi
topografi permukaan dan batuan yang relatif beragam, baik secara fisik maupun
kimiawi, menghasilkan kondisi tanah yang subur. Sebaliknya, kondisi itu dapat
menimbulkan beberapa akibat buruk bagi manusia seperti terjadinya bencana
hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, kebakaran hutan dan kekeringan.
Seiring dengan berkembangnya waktu dan meningkatnya aktivitas manusia,
kerusakan lingkungan hidup cenderung semakin parah dan memicu meningkatnya
jumlah kejadian dan intensitas bencana hidrometeorologi (banjir, tanah longsor
dan kekeringan) yang terjadi secara silih berganti di banyak daerah di Indonesia.
Bencana yang paling sering terjadi di Sumatera Selatan ini adalah banjir, data ini
memiliki beberapa perbedaan dengan tahun sebelumnya dimana pada tahun 2019
bencana kebakaran hutan masih sering terjadi. Banjir adalah peristiwa atau
keadaan dimana terendamnya suatu daerah atau daratan karena volume air yang
meningkat.

Tercatat ada sekitar 10 hingga 15 kali peristiwa banjir yang terjadi di


Sumatera Selatan setiap bulannya pada satu tahun terakhir, hal ini disebabkan
derasnya hujan yang mengguyur beberapa saat sebelum terjadinya luapan air.
Setelah banjir, tanah longsor juga menjadi bencana yang banyak terjadi satu tahun
kebelakang. Hal ini dapat terjadi karena adanya dampak dari hujan deras yang
disertai pembagunan properti dengan kurang maksimal sehingga potensi
longsornya tanah dapat sangat mungkin terjadi. BPBD sudah menerbitkan
beberapa upaya menanggulangi banjir yaitu dengan menjaga lingkungan sekitar
dengan memastikan bahwa lingkungan sungai atau selokan tidak tertumpuk
sampah, menghimbau agar masyarakat tidak membuat rumah di pinggiran sungai,
melaksanakan program tebang pilih dan reboisasi yang bertujuan untuk regenerasi
hutan dan daerah resapan air, menghimbau agar seluruh masyarakat membuang
sampah pada tempatnya dan rajin membersihkan saluran air.
Berdasarkan kunjungan yang telah dilakukan mahasiswa Fakultas
Kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Sriwijaya Angkatan
2019, BPBD juga sudah cukup siap dalam mengantisipasi apabila banjir telah
terjadi dengan menyiapkan tenda-tenda pengungsian dengan akses yang mudah
dipindahkan dari satu tempat ke tempat yang lain, kemampuan anggotanya untuk
merakit tenda pengungsian dengan cepat, boat yang dapat digunakan untuk
mengevakuasi masyarakat apabila banjir terjadi, terdapat alat-alat darurat seperti
perlengkapan bayi yang diletakkan kedalam satu box besar dan dapat dengan
cepat dibagi-bagikan apabila bencana terjadi, lingkungan kantor BPBD juga
terlihat melakukan reboisasi dengan memanfaatkan lahan kosong. Selain banjir,
BPBD juga menerbitkan upaya pencegahan munculnya angin putting beliung
dengan menghimbau agar struktur bangunan di Sumatera Selatan memenuhi
syarat teknis sehingga mampu untuk bertahan terhadap angin terutama angin
besar, khusus daerah rawan angin badai, perlu adanya standar bangunan untuk
memperhitungkan kemampuan bangunan menahan angin, melakukan penghijauan
di atas arah angin untuk meredam gaya angin, pengamanan bagian yang mudah
diterbangkan angin yang nantinya berpotensi membahayakan diri atau masyarakat
sekitarnya, kesiapsiagaan dalam menghadapi angin topan dengan cara
mempelajari cara penyelamatan diri, himbauan tersebut tentu saja dibarengi
dengan bimbingan BPBD, sesuai dengan program kerja Sosialisasi Penanganan
Bencana guna melakukan pencegahan dini dan penanggulangan bencana.

BPBD juga memiliki program kerja berupa Piket Posko Kesiapsiagaan guna
meminimalisir dampak bencana yang nantinya akan terjadi dengan cara
mengungsikan masyarakat terlebih dahulu bila diperlukan, program kerja untuk
mendistribusikan logistik setelah atau saat bencana terjadi juga menjadi salah satu
program kerja BPBD. Pelatihan kesiapsiagaan bencana bagi masyarakat yang
rentan terkena bencana juga rutin dilakukan untuk memastikan bahwa masyarakat
dapat melakukan penyelamatan terhadap diri mereka atau orang di sekitar mereka
dan menekan angka korban dan kematian saat terjadi bencana, dimulai dari
pelatihan penyelamaan, evakuasi, hingga penanganan pengungsi.

BPBD juga menerbitkan upaya penanggulangan bencana tanah longsor


yaitu mengenali daerah yang rawan terjadinya tanah longsor. Terutama di sekitar
lereng yang curam, jangan Bangun Pemukiman atau fasilitas di daerah yang
rawan bencana terutama bencana tanah longsor, menjaga Drainase Fungsi
drainase adalah untuk menjauhkan air dari lereng, menghidari air meresap ke
dalam lereng atau menguras air ke dalam lereng ke luar lereng. Jadi drainase harus
dijaga agar jangan sampai tersumbat atau meresapkan air ke dalam tanah,
membuat terasering dengan sistem drainase yang tepat. drainase pada teras – teras
dijaga jangan sampai menjadi jalan meresapkan air ke dalam tanah, penghijauan
dengan tanaman yang sistem perakarannya dalam dan jarak tanam yang tepat. Hal
ini untuk bisa menahan air sehingga bencana tanah longsor bisa di minimalisir,
jika ingin mendirikan bangunan, gunakan fondasi yang kuat. sehingga akan kokoh
saat terjadi bencana, penutupan rekahan di atas lereng untuk mencegah air masuk
secara cepat kedalam tanah, pembuatan tanggul penahan untuk runtuhan batuan
(rock fall).
BAB 3
PENUTUP

Bencana yang terjadi di Indonesia, khususnya Provinsi Sumatera Selatan


dapat dicegah dengan mematuhi pedoman dan arahan yang telah ditetapkan
BPBD, hal ini sejalan dengan visi dan misi yang dimiliki oleh lembaga terkait.
Bencana banjir, angin puting beliung, dan tanah longsor merupakan tiga bencana
yang paling banyak terjadi dalam satu tahun terakhir di Provinsi Sumatera
Selatan. Hal ini disebabkan oleh letak geografis dan juga minimnya kesadaran
masyarakat dalam mengelola lingkungannya sehingga bencana alam yang masih
bisa dicegah dapat dicegah kejadiannya. Adanya lembaga BPBD sangat
bermanfaat dimulai dari pencegahan bencana, saat bencana, hingga setelah
bencana terjadi. lembaga tersebut memiliki pedoman dan arahan yang berfungsi
menekan kerusakan lingkungan dan menekan jumlah korban yang terdampak
bahkan hingga kehilangan nyawa dengan beberapa program kerja yang sampai
saat ini masih dijalankan.

Pemeriksaan logistik secara berkala hingga pelatihan anggota agar dapat


memanfaatkan fasilitas yang tersedia juga merupakan salah satu program kerja
BPBD. Kunjungan yang telah dilakukan mahasiswa Fakultas Kedokteran Program
Studi Pendidikan Dokter Universitas Sriwijaya Angkatan 2019 memberikan
gambaran mengenai bagaimana cara kerja BPBD saat sebelum adanya bencana,
saat terjadinya bencana, dan bagaimana lembaga terkait menciptakan kondisi yang
aman dan baik bagi para penyintas yang selamat. Kunjungan tersebut membuat
mahasiswa menjadi lebih paham mengenai tindakan edukasi seperti apa yang
harus diberikan berkenaan dengan ranah medis dan tindakan apa yang harus
dilakukan jika berhadapan langsung dengan situasi bencana alam guna menekan
jumlah korban.
DAFTAR PUSTAKA

Website resmi Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Sumatera


Selatan. http://bpbd.sumselprov.go.id/ (diakses pada 24/11/2022 pukul 10:39
WIB)

Anda mungkin juga menyukai