Anda di halaman 1dari 13

POLICY BRIEF

STRATEGI PEMULIHAN EKONOMI NASIONAL


ERA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
DAN MANAJEMEN PASCA BENCANA

Disusun Oleh :
PESERTA VISITASI KEPEMIMPINAN NASIONAL
PELATIHAN KEPEMIMPINAN NASIONAL TINGKAT II
KELOMPOK 1
ANGKATAN XVI TAHUN 2021 PROVINSI JAWA TIMUR

DI KABUPATEN LOMBOK TENGAH


PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Disampaikan kepada :
PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH
POLICY BRIEF
VISITASI KEPEMIMPINAN NASIONAL

STRATEGI PEMULIHAN EKONOMI NASIONAL MELALUI


ERA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
DAN MANAJEMEN PASCA BENCANA

PELATIHAN KEPEMIMPINAN NASIONAL TINGKAT II


ANGKATAN XVI
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
PROVINSI JAWA TIMUR

ii
SUSUNAN KEPENGURUSAN DAN ANGGOTA
KELOMPOK I

VISITASI KEPEMIMPINAN NASIONAL (VKN)


PELATIHAN KEPEMIMPINAN NASIONAL TINGKAT II ANGKATAN XVI
TAHUN 2021
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR
DI KABUPATEN LOMBOK TENGAH

JABATAN DI
NO NAMA / NIP
KELOMPOK

1 Drs. H. Yo’ie Afrida Soesetyo Djati, SH., MSi KETUA

2 Dra. Restu Novi Widiani, MM. SEKRETARIS I

3 Ir. Dydik Rudy Prasetya, M.MA. SEKRETARIS 2

4 Lisda Arriyana, S.Sos. BENDAHARA

5 Ruby Haris, ST. TIM IT

6 Agus Dwi Saputra, S.Sos., M.Si. TIM IT

7 Dr. Sopingi, AP., MM. TIM IT

8 Yanuar Rachmadi, S.Sos., MM. DATA COLLECTOR

9 Drs. Edy Rahman DATA COLLECTOR

10 Yesai Lanus, SH DATA COLLECTOR

11 Drs. H. Jahilin, M.Pd. PERUMUS

12 Imran Makmur, S.Pi., M.Si. PERUMUS

13 Demus Wonda, SKM., M.Kes. PERUMUS

14 Rihel, S.Sos. PERUMUS

iii
ABSTRAK

Di masa pandemi COVID-19 dan pada tahapan era kebiasaan


baru perlu ditingkatkan peran UMKM untuk mendorong produktivitas
sektor unggulan di Provinsi Nusa Tenggara Barat, khususnya sektor
industri pengolahan dan manufaktur yang merupakan penunjang
dalam pencapaian visi daerah yaitu, di bidang investasi, pariwisata
dan ekonomi kerakyatan. Bencana gempa bumi lombok tanggal 5
agustus 2018 menyisakan permasalahan belum pulihnya
perekonomian pasca gempa. Sebagai provinsi yang ditopang oleh
sektor pariwisata, lesunya pariwisata akibat gempa juga berimplikasi
pada lemahnya sector-sektor ekonomi lainnya. Program pemulihan
umkm (usaha mikro kecil menengah) dan ikm (industri kecil
menengah) yang adil, merata, dan tepat sasaran merupakan strategi
yang diambil untuk dapat menyelesaikan permasalahan tersebut.
Kedepan untuk mengembalikan fungsi penghidupan
masyarakat seperti sebelum terjadinya bencana dan dari pada itu
penulis akan membahas tentang upaya pemulihan yang dilakukan
oleh pemerintah pasca bencana gempa bumi yang terjadi di NTB
terlebih pada era adaptasi kebiasaan baru di saat ini. Pendekatan
penyelesaian masalah melalui pendekatan kepemimpinan stategis
serta analisis masalah startegis dari beberapa elemen marketing
pemasaran publik yaitu Product, Price, Place, Promotion.
Dengan adanya permasalahan tersebut solusin yang dapat
dilakukan adalah dengan mendorong UMKM untuk memanfaatkan
media pemasaran yang lebih efektif diterapkan dalam situasi
perekonomian yang terdampak Pandemi Covid-19 (media sosial/ e-
commerce) juga melakukan koordinasi dengan berbagai pihak
(kapanewon dan kalurahan) dalam rangka memperoleh data usaha
mikro yang valid yang untuk diusulkan sebagai calon penerima
bantuan Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).

iv
LATAR BELAKANG

Kabupaten Lombok Tengah adalah salah satu Daerah


Tingkat II atau kabupaten yang berada di pulau Lombok,
provinsi Nusa Tenggara Barat. Ibu kota daerah ini ialah
kecamatan Praya. Kabupaten Lombok Tengah memiliki luas wilayah
1.095,03 km² dengan populasi sebanyak 1.053.280 jiwa (2020).
Secara definitif Propinsi Nusa Tenggara Barat pada Tahun 2019
memiliki sepuluh kabupaten/ kota. Kabupaten Lombok Tengah
sebagai salah satu bagian dari Propinsi Nusa Tenggara Barat
memiliki posisi koordinat bumi Bujur Timur dan sampai Lintang
Selatan dengan luas wilayah mencapai 1.208,39 km² (120.839 ha).
Dari segi letak geografis, Kabupaten Lombok Tengah diapit oleh dua
kabupaten lain yakni Kabupaten Lombok Barat di sebelah barat dan
utara serta Kabupaten Lombok Timur di sebelah timur dan utara,
sedangkan di bagian selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia,
sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar 1.

Gambar 1. Peta Kabupaten Lombok tengah

Pada tahun 2010 yaitu sekitar bulan september dan oktober,


Kabupaten Lombok Tengah mengalami pemekaran wilayah desa
sebanyak 15 desa, sehingga jumlah desa yang ada di kabupaten
Lombok Tengah berjumlah 139 desa. Sedangkan jumlah kecamatan
tetap berjumlah 12 kecamatan. Jumlah desa yang ada di kabupaten
Lombok Tengah berjumlah 139 desa. sedangkan jumlah kecamatan
tetap berjumlah 12 kecamatan dengan luas wilayah berkisar antara 50
hingga 234 km2. Kecamatan Pujut merupakan salah satu kecamatan
terluas dengan wilayah mencapai 19,33 persen dari luas wilayah
kabupaten, diikuti Kecamatan Batukliang Utara, Praya Barat dan
Praya Barat Daya dengan persentase masing-masing 15,06, 12,64 dan
10,34 persen.
Sementara itu kecamatan-kecamatan lainnya memiliki
persentase luas wilayah dibawah tujuh persen. Melihat posisi
geografis Lombok Tengah, maka jarak antara ibu kota kabupaten
dengan ibu kota kecamatan memiliki radius yang relatif dekat yang
berkisar antara 0 hingga 20 km.
Data hasil sensus penduduk tahun 2000, jumlah penduduk
Kabupaten Lombok Tengah sebanyak 1.034.859 jiwa, dengan Sex
Ratio 89. Laju pertumbuhan sebesar 0.97%. Tingkat kepadatan
sampai 617 jiwa/km².
Produksi Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten
Lombok Tengah baik berdasarkan harga berlaku maupun harga
konstan tahun 2012-2019 terus mengalami peningkatan demikian
halnya dengan Produk Domestik Regional Bruto Per kapita. Sektor
yang memberikan kontribusi terbesar dalam pembentukan PDRB
adalah sektor pertanian dengan rata-rata sebesar 25,10 persen,
sektor transportasi dan pergudangan rata-rata sebesar 20,40
persen, sektor kontruksi rata-rata sebesar 11,56 persen.
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lombok Tengah pada tahun
2012-2019 berdasarkan harga berlaku rata-rata sebesar 11,00
persen sedangkan berdasarkan harga berlaku rata-rata sebesar 6,39
persen.
Secara geografis, Indonesia termasuk sebagai wilayah yang
rawan terhadap berbagai kejadian bencana alam, yang dapat
menimbulkan ancaman bagi masyarakat Indonesia yg disebabkan
oleh baik faktor alam dan faktor manusia (perbuatan manusia).
Salah satu bencana yang sering terjadi di Indonesia adalah Gempa
Bumi seperti yang terjadi di Lombok Nusa Tenggara Barat pada
tahun 2018 yang lalu.
Lombok menjadi wilayah yang rawan terhadap potensi
diguncang bencana Gempa Bumi karena Lombok terletak diantara
pembangkit gempa dari selatan dan utara. Sebelah selatan terdapat
zona subduksi lempeng Indo-Australia yang menunjam kebawah
Pulau Lombok, dari sebelah utara terdapat struktur geologi Sesar
Naik Flores, yang jalurnya memanjang dari laut Bali ke timur hingga
Flores, dari pada itu Pulau Lombok memang rawan gempa jalur
Sesar naik Flores, sebagaimana Gambar 2.

Gamba 2. Peta Acaman Gempa Bumi dan Tsunami di NTB

Dampak dari gempa di Lombok Utara menyebabkan


sebanyak 537 jiwa meninggal dunia, 101.735 jiwa mengungsi,
hampir 76 ribu bangunan rumah mengalami rusak berat, rusak
sedang maupun rusak ringan, selain itu, berbagai fasilitas ekonomi
(pasar, pertokoan, perhotelan dan akomodasi lainnya), fasilitas
umum dan sosial, kantor pemerintahan, sarana dan prasarana
transportasi, komunikasi, air bersih serta layanan publik lainnya
terganggu.
Pemulihan pasca bencana menjadi suatu kesatuan yang
tidak bisa dipisahkan dengan manajemen kebencanaan yang ada di
Indonesia. Manajemen bencana gempa bumi terdiri dari dua
kegiatan (1) Pra bencana dan (2) Pasca bencana. Kegiatan pasca
bencana, mencakup, antara lain, respons bencana / tanggap
darurat, serta pemulihan bencana. Kegiatan pra bencana meliputi
kesiapsiagaan, pendidikan kesadaran risiko, pelatihan,
perencanaan tata ruang, dan desain struktur tahan bencana.
Proses pemulihan telah menjadi salah satu langkah penting
yang harus diimplementasikan setelah bencana terjadi. Proses
pemulihan tersebut disebut sebagai fase Rehabilitasi dan
Rekonstruksi Fase rehabilitasi dan rekonstruksi biasanya
merupakan perbaikan infrastruktur dan fasilitas untuk
memulihkan fungsi sosial dan ekonomi daerah yang terkena
bencana sedangkan fase rekonstruksi muncul sebagai restorasi
jangka panjang yang tidak hanya mencakup perbaikan fisik
masyarakat yang terkena dampak tetapi juga kebangkitan mata
pencaharian, ekonomi, industri, budaya, tradisi, dan lingkungan
Pada saat ini Kabupetan Lombok Tengah telah mesuki fase
rekonstruksi dengan memfokuskan pada pemulihan ekonomi. Salah
satu pendorong pemulihan ekonomi secara cepat adalah UMKM
dikarenakan UMKM telah teruji pada saat resesi merupakan sector
ekonomi yang mampu bertahan dibandingkan dengan pelaku usaha
besar. Namun demikian belum sepenuhnya pemulihan ekonomi
berjalan terjadi lagi bencana yang berupa wabah pandemic covid-19.
Sehingga pemulihan ekonomi di Lombok Tengah mengalami kendala
bahkan penurunan laju pertumbuhan ekonomi. Dari sisi
pertumbuhan ekonomi, mengalami kenaikan pasca Gempa sebesar
0,06%, dari tahun 2018 6,09% dan, tahun 2019 6,75 persen, namun
dengan adanya pandemi sekarang turun menjadi -6,68%. Artinya
angka pertumbuhan ekonomi cukup baik sebelum pandemi, yang
berarti Lobok Barat sudah berada pada jalur yang tepat menuju
MANTAP. Salah satu sektor yang mampu mendorong pertumbuhan
ekonomi adalah Usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). UMKM
memegang peranan yang cukup signifikan dalam perekonomian,
karena menyumbang hampir 96% dari seluruh bisnis yang ada,
mempekerjakan 89% angkatan kerja sektor swasta dan
berkontribusi 57% pada Produk Domestik Bruto (PDB).
Pada masa pamdemi saat ini sektor UMKM juga terkena
dampaknya Namun masih terdapat beberapa UMKM yang bertahan
ditengah pandemi yaitu UMKM menghasilkan barang konsumsi dan jasa
yang dekat dengan kebutuhan masyarakat. Meskipun pendapatan
masyarakat yang menurun namun tidak berpengaruh banyak terhadap
permintaan barang dan jasa yang dihasilkan. Dari 23.108 pelaku UMKM di
Lombok Tengah, beberapa usaha besar masih bertahan. Sedangkan yang
kecil atau pendapatannya masih di bawah Rp 1.000.000 hingga Rp
2.000.000 sebulan, tutup sementara. Sisanya memilih untuk berhenti.
Masalah yang dialami disebabkan karena kesulitan memperoleh bahan
baku, serta minimnya permintaan pasar.
Dengan adanya kondisi tersebut maka kedepan untuk
mengembalikan fungsi penghidupan masyarakat seperti sebelum
terjadinya bencana dan adanya pandemic covid-19, penulis akan
membahas tentang upaya pemulihan yang dilakukan oleh
pemerintah pasca bencana gempa bumi yang terjadi di NTB terlebih
pada era adaptasi kebiasaan baru di saat ini.
PERMASALAHAN

Di masa pandemi COVID-19 dan pada tahapan era kebiasaan


baru perlu ditingkatkan peran UMKM untuk mendorong
produktivitas sektor unggulan di Provinsi Nusa Tenggara Barat,
khususnya sektor industri pengolahan dan manufaktur yang
merupakan penunjang dalam pencapaian visi daerah yaitu, di
bidang investasi, pariwisata dan ekonomi kerakyatan. Bencana
gempa bumi lombok tanggal 5 agustus 2018 menyisakan
permasalahan belum pulihnya perekonomian pasca gempa. Sebagai
provinsi yang ditopang oleh sektor pariwisata, lesunya pariwisata
akibat gempa juga berimplikasi pada lemahnya sector-sektor
ekonomi lainnya.
Program pemulihan umkm (usaha mikro kecil menengah) dan
ikm (industri kecil menengah) yang adil, merata, dan tepat sasaran
merupakan strategi yang diambil untuk dapat menyelesaikan
permasalahan tersebut. Strategi ini dirasa paling mampu untuk
memberikan sinergi dengan sektor-sektor ekonomi lainnya, tidak
terkecuali dengan sektor pariwisata.
Keberadaan UMKM dan ikm sering kali terkait erat dengan
keberadaan destinasi pariwisata yang menjadi salah satu andalan
penggerak ekonomi NTB. Saat ini telelah dilakukan penelitian untuk
pengembangan UMKM. Penelitian ini adalah memberikan deskripsi
sebaran UMKM dan IKM yang ada di NTB kepada berbagai pihak,
sehingga memudahkan pelaksanaan program pemulihan UMKM dan
IKM guna menggerakkan kembali perekonomian apalagi di masa
COVID-19, sektor pariwisata yang mengalami dampak dengan
dilakukan penutupan sektor ini selama bulan terakhir.
Dampak pandemi ini juga dirasakan seluruh sector usaha di
Provinsi Nusa Tenggara Barat. Penutupan berbagai destinasi wisata
serta pembatasan sosial yang ada berdampak pada turunnya angka
kunjungan wisata yang berakibat pada sektor Industri pengolahan
jasa dan yang lainnya. Saat ini telah dilakukan pembukaan sektor
wisata yang secara bertahap dengan memperhatikan protokol
kesehatan.
Berdasarkan hasil visitasi dengan fokus pada Dinas Koperasi
dan UKM Provinsi Nusa Tenggara Barat, terdapat beberapa
permasalahan yang dapat diidentifikasi sebagai faktor penyebab
menurunnya produk unggulan ekonomi kreatif di Kabupaten
Lombok Tengah:
 Belum Optimalnya pengembangan potensi unggulan berbasis
sumber daya alam sehingga Industrialisasi produk unggulan
daerah belum optimal.
 Nilai Tambah Produk Unggulan dan Ekonomi Kreatif yang
berkurang dikarenakan lemahnya Peningkatan Infrastruktur
Dasar dan Pendukung Perekonomian termasuk Penanggulangan
Kemiskinan.
 Sebagian besar pelaku UMKM Ber-Wirausaha, Lebih karena
“terpaksa”, tidak ada alternatif lain. (Enterpreneur Activity by
Necessity) : Sehingga selalu muncul kendala klasik yang
dihadapi diantaranya Modal, Produktifitas dan Pasar dan Bahan
Baku.
 Hanya sebagian kecil dari pelaku UKM yang ber-wirausaha
dengan melihat dan membaca peluang usaha yang ada
(Enterpreneur Activity by opportunity) : yaitu membaca peluang
dengan membuat Business Plan yang komprehensif dan
terkonsep, dengan menuangkan ide dan gagasan usaha, berani
menanggung Resiko (Risk Taker), percaya diri dan memulai
usaha (start Up).
 Alasan utama menjadi wirausaha adalah 61,56 % karena
desakan ekonomi karena sulit mendapat pekerjaan, dan hanya
48, 44 % karena alasan kemandirian dan disebabkan karena
adanya Inovasi dengan merespon peluang Pasar yag ada.
REKOMENDASI

Berdasarkan permasalahan-permasalahan pada UMKM di


Kabupaten Lombok Tengah, disampaikan rekomendasi sebagai
berikut;
1. Mensosialisasikan Kebijakan Pemerintah untuk membeli
produk UMKM lokal, serta mendorong para UMKM untuk
mengikuti program-program pemberdayaan yang diadakan oleh
K/L, Pemerintah Provinsi maupun Pemerintah Daerah;
2. Memberikan bantuan modal kepada para UMKM untuk
pengembangan usaha dan menekan biaya produksi;
3. Membangun pusat-pusat produk unggulan terutama pada
lokasi strategis dan lokasi wisata;
4. Melakukan pendampingan, pelatihan dan edukasi mengenai
strategi pemasaran dan penjualan online;
5. Menciptakan Iklim Usaha yang Kondusif bagi UMKM melalui
Peningkatan daya saing KUKM (compettivenes) melalui upaya
peningkatan kapasitas, (Capcity Building) dan kelembagaan
UMKM.
6. Kendala yang dihadapi yaitu dengan memperhatikan potensi
SDM dan SDA yang ada tidak serta merta difasilitasi
permodalan, hal ini akan terkendal dengan kemampuan
mengelola dan memenage permodalannya karena keterbatasan
SDM.
7. Strategi pemberdayaan dan Pendampingan Diklat, workshop,
magang study banding, kerjasama dengan Akademisi, Praktisi
dan Tenaga Ahli dll dengan dilakukan Pendampingan yang
akan menjadi champion pada komunitasnya.
8. Penumbuhan Wirausaha Baru yang berbasis pada potensi
ekonomi local One Village One Product (OVOP) dalam
mengembankan potensi daerah di satu wilayah untuk
menghasilkan satu produk dengan kearifan local.
9. Mendorong UMKM untuk memanfaatkan media pemasaran
yang lebih efektif diterapkan dalam situasi perekonomian yang
terdampak Pandemi Covid-19 (media sosial/ e-commerce);
10. Melakukan koordinasi dengan berbagai pihak (kapanewon dan
kalurahan) dalam rangka memperoleh data usaha mikro yang
valid yang untuk diusulkan sebagai calon penerima bantuan
Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN);

Anda mungkin juga menyukai