Anda di halaman 1dari 58

STRUKTUR KOMUNITAS, PRESENTASE TUTUPAN

KANOPI DAN MANGROVE HEALTH INDEX PADA


EKOWISATA MANGROVE DI DESA BANCARAN
KABUPATEN BANGKALAN

SKRIPSI

Oleh :
Fauzen Alfan
NPM 180351100050

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA


PERAIRAN
JURUSAN KELAUTAN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
BANGKALAN
2022
STRUKTUR KOMUNITAS, PRESENTASE TUTUPAN
KANOPI DAN MANGROVE HEALTH INDEX PADA
EKOWISATA MANGROVE DI DESA BANCARAN
KABUPATEN BANGKALAN

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Kesarjanaan Strata


Satu (S1) Pada Progam Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Jurusan
Kelautan dan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Oleh:

Fauzen Alfan
18.03.5.1.1.00050

PROGAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


JURUSAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA


2022
LEMBAR PERSETUJUAN
STRUKTUR KOMUNITAS, PRESENTASE TUTUPAN
KANOPI DAN MANGROVE HEALTH INDEX PADA
EKOWISATA MANGROVE DI DESA BANCARAN
KABUPATEN BANGKALAN

Oleh:

FAUZEN ALFAN
NPM. 18.03.5.1.1.00026

Disetujui oleh:

Pembimbing I

Dr. Firman Farid Muhsoni, S.Pi., M.Sc


NIP. 197706262002121001
LEMBAR PENGESAHAN
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,


Nama : Fauzen Alfan
NIM : 180351100050
Progam Studi: Manajemen Sumberdaya Perairan
Jurusan : Kelautan dan perikanan
Fakultas : Pertanian

Menyatakan bahwa Laporan Akhir (Skripsi) ini adalah karya sendiri dan
belum pernah diajukan sebagai pemenuhan persyaratan untuk memperoleh gelar
Sarjana Strata Satu (S1) dari Universitas Trunojoyo Madura.

Semua Informasi yang dimuat dalam Laporan Akhir (Skripsi) ini yang
berasal dari penulis yang baik dipublikasikan maupun tidak telah diberikan
penghargaan dengan mengutip nama sumber penulis secara benar dan semua dari
Laporan Akhir (Skripsi) ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya sebagai
penulis.
FAUZEN ALFAN NPM. 18.03.5.1.1.00050. Struktur Komunitas, Presentase
Tutupan Kanopi dan Mangrove Health Index Pada Ekowisata Mangrove di Desa
Bancaran Kabupaten Bangkalan. Dibawah Bimbingan Dr. Firman Farid
Muhsoni, S.Pi., M.Sc

ABSTRAK

Ekositem mangrove merupakan suatu tumbuhan yang banyak ditemukan didaerah


pesisir laut. Mangrove memiliki fungsi sebagai pelindung hutan maupun tempat
memijah suatu biota laut. Hutan mangrove perlu diperhatikan dari kondisi
sebaran dan kerapatan hutan mangrove untuk merencanakan pengelolaan hutan
mangrove ke depan terutama di pulau Madura (Muhsoni et al., 2005). Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui jenis mangrove, Struktur komunitas, Tutupan
kanopi dan Mangrove health index yang terdapat pada Desa Bancaran. Hasil
peneltian ditemukan 5 jenis mangrove antara lain, Avicennia alba, Avicennia
marina, Sonneraratia alba, Rhizopora mucronata, Rhizopora stylosa. Kerapatan
tertinggi terdapat jenis Avicennia alba dengan nilai 13,67 pada stasiun 8 hal
menunjukan bahwa jenis Avicennua alba sering ditemukan pada stasiun ini,
Sedangkan Indek nilai penting diperoleh nilai tertinggi pada stasiun 8 jenis
Avicennia alba dengan nilai 225,8, Hal ini menujukan bahwa jenis Avicennia alba
memiliki pengaruh besar pada setiap stasiunnya. Ekosistem mangrove memiliki
nilai tutupan kanopi untuk mengetahui tingkat kepadatan pada setiap kawasan rata
rata nilai tutupan kanopi pada Desa Bancaran memiliki nilai 87,33 dengan
kategori padat. Kesehatan mangrove adalah istilah yang sering digunakan peneliti
untuk menggambarkan bagaimana status atau kondisi ekosistem mangrove di
suatu wilayah. Tingkat kesehatan mangrove pada Desa Bancaran memiliki nilai
56,19 dengan kategori sedang, Sedangkan nilai yang diperoleh menggunakan citra
satelit sentinel-2 diperoleh nilai 30,6 atau dalam kategori sedang, Kesehatan
mangrove pada Desa bancaran rata rata dalam kategori sedang. Kesehatan
mangrove perlu di perhatikan agar memiliki fungsi yang optimal terhadap
lingkungan.

Kata kunci: Tutupan kanopi, Mangrove health index ,Citra satelit


RIWAYAT HDUP
Penulis bernama lengkap Fauzen alfan, lahir pada tanggal 11 april 2001.
Tempat tinggal penulis berada di Desa Bulangan Barat Kecamatan Pegantenan
Kabupaten Pamekasan. Penulis biasa di panggil Fauzen adalah anak pertama dari
dua bersaudara dari pasangan suami istri Bapak Sahrawi dan Ibu Syamriyah.

Riwayat pendidikan penulis ini adalah ada pada tahun 2012 lulus dari SDN
Bulangan Barat, kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang SMP yaitu
tepatnya SMP Islam An-nidhomiyah dan lulus pada tahun 2015. Pada tahun 2018
penulis lulus dari SMA Islam An-nidhomiyah . Penulis melanjutkan pendidikan
ke jenjang yang lebih tinggi yaitu perguruan tinggi dan pada tahun 2018 resmi
menjadi mahasiswa di pergruan tinggi negeri yaitu Universitas Trunojoyo
Madura. Program studi yang dipilih penulis adalah program studi Manajemen
Sumberdaya Perairan yang berada dalam Fakultas Pertanian.

Penulis aktif di beberapa organisais eksternal maupun internal kampus. Penulis


aktif di organisasi UKM-F Porgafta pada tahun 2019/2020 sebagai anggota biasa.
Organisasi eksternal yang dikuti penulis adalah organisasi Forum Persatuan
Mahasiswa Pamekasan (FPMP) sebagai anggota Minat dan Bakat.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada ALLAH SWT yang telah memberikan
berupa kesehatan, kesempatan kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan
proposal skripsi ini yang berjudul “Struktur komunitas, presentase tutupan
kanopi dan mangrove health index pada ekowisata mangrove di Desa
bancaran kabupaten Bangkalan”. Proposal skripsi ini telah penulis selesaikan
waktu untuk diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo
Madura.

Selama penyusunan proposal skripsi, penulis tidak sedikitpun menghadapi


kesulitan dan hambatan, itu semua berkat bimbingan, dorongan serta petunjuk dari
berbagai pihak, baik moril maupun materil sehingga tulisan ini dapat diselesaikan.
Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih
sebesar-besarnya kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-NYA


sehingga penulis selalu diberikan kesehatan untuk menyelesaikan
proposal skripsi ini.

2. Keluarga tercinta yaitu Ayah dan ibu serta adik yang telah
memberikan dukungan serta selalu mendoakan penulis dalam
penyusunan proposal skripsi.

3. Rektor Universitas Trunojoyo Madura yaitu Bapak Dr. Drs. Ec. H.


Muh. Syarif, M.Si.

4. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura yaitu Dr.


Moh. Fuad Fauzul M, S.TP, M.Si.
5. Kepala jurusan kelautan dan perikanan
6. Ketua Progam Studi Manajemen Sumberdaya Perairan
7. Dosen pembimbing skripsi Dr. Firman Farid Muhsoni, S.Pi., M.Sc
8. Teman seperjuangan yang telah memberikan dukungan serta
masukan yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu satu
Penulis menyadari bahwa keterbatasan pengetahuan penulis membuat
tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan. Apabila ada kesalahan dan penulisan
proposal skripsi ini, semata mata dari penulis sendiri. Walaupun demikian penulis
mengharapkan tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Segala macam saran
serta kritik dari penulisan proposal skripsi ini senantiasa penulis terima dengan
senang hati. Semoga proposal skripsi ini bermanfaat untuk berbagai pihak.

Bangkalan, Juli 2022

Penulis
DAFTAR ISI
I.PENDAHULUAN
1.1 latar Belakang
Mangrove merupakan tumbuhan yang hidup didaerah pasang surut air laut
serta menjadi salah satu penyedia unsur hara bagi ekosistem di sekitarnya.
Ekosistem mangrove memiliki berbagi fungsi selain penyedia unsur hara bagi
biota, mangrove dapat melarutkan berbagai bahan pencemar yang dapat
mempengaruhi organisme disekitarnya. Mangrove berperan penting dalam
kelangsungan hidup biota dan mahkluk hidup disekitarnya sebagai tempat
berlindung serta memijah dan membesarkan berbagai jenis biota. Mangrove
adalah tipe hutan tropik yang dapat tumbuh disepanjang pantai serta muara sungai
yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut (Schaduw, 2019).

Muara sungai dapat memberikan pertumbuhan yang baik untuk ekosistem


mangrove karena terdapat lumpur disekitar muara sungai. Perkembangan
pemanfaatan ekosistem mangrove dapat dirasakan oleh masyarakat luar dan
sekitar dengan adanya konservasi ekowisata mangrove dengan menyajikan
keindahan hutan mangrove yang telah dimodifikasi dengan baik oleh pengelola
serta pemerintah. Peranan mangrove dalam mengurangi dampak dari efek rumah
kaca sebagai mitigasi perubahan cuaca karena dapat mereduksi CO2 melalui
penyerapan karbon dan atmosfer dalam bentuk biomassa. Manfaat mangrove
Sangat dibutuhkan untuk berbagai kepentingan diantaranya mengakumulasi
logam berat pada berbagai jenis mangrove walapun memiliki penyerapan yang
berbeda. Pencegahan abrasi dapat dilakukan dengan memanfaatkan penanaman
mangrove di sekitar pantai agar dapat mengurangi kerusakan lainnya.
Keseimbangan ekosistem perairan pantai, melindungi pantai dan tebing sungai
terhadap pengikisan atau erosi pantai, menahan dan mengendapkan lumpur serta
menyaring bahan tercemar. Fungsi lainnya adalah sebagai penghasil bahan
organik yang merupakan sumber makanan biota, tempat berlindung dan memijah
berbagai jenis udang, ikan, dan berbagai biota lainnya (Hamuna & Tanjung,
2018).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja jenis vegetasi mangrove yang terdapat di Desa Bancaran ?
2. Bagaimana struktur komunitas mangrove yang terdapat di Desa Bancaran
dari,kerapatan mangrove ,dominansi relatif , frekuensi relatif, indeks nilai
penting, pada hutan mangrove?
3. Berapa presentase tutupan dan mangrove health index mangrove di Desa
Bancaran ?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Mengetahui jenis vegetasi mangrove yang terdapat di Desa Bancaran.
2. Mengatahui struktur komunitas mangrove yang terdapat di Desa Bancaran,
kerapatan mangrove, dominansi relatif, frekuensi relatif, indeks nilai
penting.
3. Mengatahui pesentase tutupan dan mangrove health index di Desa
Bancaran secara langsung dan menggunakan citra satelit Sentinel.

1.4 Manfaat Penelitian


Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan edukasi terhadap
masyarakat sekitar dan berguna untuk menjadikan acuan dalam mengelola
ekosistem mangrove agar dapat dikembangkan dengan baik.

1.5 Batasan Masalah


Adapun berikut ini tercantum poin poin batasan masalah pada penelitian ini
agar penelitian ini lebih terfokus dan terarah.

1. Penelitian ini dilakukan di daerah ekoswisata mangrove Desa Bancaran


Kecamatan Bangkalan Kabupaten Bangkalan.
2. Identifikasi dan struktur komunitas mangrove yang diketahui pada
ekowisata mangrove Desa Bancaran Kecamatan Bangkalan Kabupaten
Bangkalan.
3. Pengukuran kerapatan dan indeks dominansi yang terdapat di ekowisata
mangrove Desa Bancaran Kecamatan Bangkalan Kabupaten Bangkalan.
II.TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Mangrove


Ekositem mangrove merupakan suatu tumbuhan yang banyak ditemukan
didaerah pesisir laut. Mangrove berperan penting sebagai tempat memijah,
membesarkan serta mencari makan biota, mangrove dikembangkan dari tempat
wisata hingga produk serta makanan. Salah satu olahan produk mangrove yaitu
dijadikan kopi mangrove yang dibuat dengan memanfaatkan buah dari
Rhizophora stylosa. Pengolahan salah satu produk ini banyak diminati sehingga
pengelolaan produk mangrove dikembangkan menjadi beberapa produk lainnya.
Menurut Munaimbala et al., (2021) pengertian ekowisata adalah suatu bentuk
wisata yang bertanggung jawab terhadap kelestarian area yang masih alami,
memberi manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budaya bagi
masyarakat setempat. Tumbuhan mangrove bersifat unik karena merupakan
gabungan dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan laut. Umumnya
mangrove mempunyai sistem perakaran yang menonjol yang disebut akar nafas
(pneumatofor). Sistem perakaran ini merupakan suatu cara adaptasi terhadap
kondisi tanah yang kurang oksigen (Mulyadi et al., 2010).

Mangrove merupakan karakteristik dari bentuk tanaman pantai, estuari atau


muara sungai, dan delta di tempat yang terlindung daerah tropis dan sub tropis.
Mangrove merupakan ekosistem yang terdapat di antara daratan dan lautan dan
pada kondisi yang sesuai mangrove akan membentuk hutan yang ekstensif dan
produktif. Ekosistem mangrove sering juga dinamakan hutan pantai karena dapat
tumbuh disekitar pasang surut air laut, hutan bakau itu sendiri dalam bahasa
Indonesia merupakan nama dari salah satu spesies penyusun hutan mangrove
yaitu Rhizophora sp. Hutan mangrove terdiri dari berbagai jenis sesuai dengan
substrat yang dapat memberikan pertumbuhan terhadap setiap jenisnya (Mulyadi
et al., 2010).

2.2 Fungsi Ekosistem Mangrove


Manfaat ekosistem mangrove yang berhubungan dengan fungsi fisik adalah
sebagai mitigasi bencana seperti peredam gelombang dan angin badai bagi daerah
yang ada di belakangnya, pelindung pantai dari abrasi, gelombang air pasang
(rob), tsunami, penahan lumpur dan perangkap sedimen yang diangkut oleh aliran
air permukaan, pencegah intrusi air laut ke daratan, serta dapat menjadi
penetralisir pencemaran perairan pada batas tertentu. Efek rumah kaca menjadi
faktor utama mengurangnya lapisan ozon yang menyebabakan pemanasan global
pentingnya tumbuhan mangrove dapat menyerap karbon, Tegakan mangrove,
melalui proses fotosintesis menyerap karbon dioksida dari atmosfer yang
diubahnya menjadi karbon organik dalam bentuk biomasa (Senoaji & Hidayat,
2017).

Mangrove juga memiliki kemampuan dalam mengebangkan wilayahnya kearah


laut salah satunya sebagai pembentukan lahan baru di daerah pesisir. Peranan
mangrove dalam perikanan dapat memberikan perlindungan serta menyediakan
tempat makan pembesaran dan pertumbuhan yang baik. Akar mangrove dapat
menepis ombak serta menahan lumpur yang dibawa oleh arus, perlindungan
mangrove sebagai tempat memijah dan berlindungan merupakan salah satu ciri
khas yang diberikan oleh mangrove. Pengikatan sedimen terjadi karena
keberadaan mangrove dimana dapat dianggap sebagai suatu proses aktif, pulau
yang hilang mangrovenya maka akan mudah disapu oleh ombak dan dapat
mengakibatkan terjadinya bencana alam penebangan pohon mangrove yang
dimanfaatkan sebagai kebutuhan maka disaranankan agar dilakukan penanaman
kembali agar memberikan perlindungan terhadapat daerah tersebut. Bahan organik
dapat masuk kedaerah mangrove sehingga menyediakan makanan bagi organisme
yang ada disekitarnya. Kesuburan perairan dapat dilihat dari pertumbuhan
mangrovenya karena hutan mangrove dianggap sebagai salah satu paling
produktif dalam meningkatkan kesuburan perairan (Noor et al, 2007).

2.3 Struktur dan Vegetasi Mangrove


Pada umumnya mangrove terbagi menjadi 4 zona yang terdapat pada daerah
terbuka, daerah tengah, daerah mangrove payau serta mangrove daratan. Daerah
terbuka terdapat jenis mangrove Sonneratia s.p sebagai garda terdepan untuk
menahan arus laut yang besar dengan akar nafas menjadikan mangrove tersebut
kuat dan tidak mudah terbawa arus, sonneratia s.p tumbuh didaerah berpasir
dengan perakaran yang kuat dan tahan dengan ombak besar. Daerah tengah
terdapat mangrove yang berada dibelakang mangrove terbuka jenis mangrove
didaerah ini merupakan mangrove yang mampu beradaptasi dengan baik. Jenis
mangrove yang berada di zona ini didominansi oleh Jenis Rhizopora s.p dan
berbgai jenis lainya seperti Xylocarpus granatum serta jenis Bruguera
gymnohirza. Mangrove yang ada dizona ini bermanfaat sebagai pembelah ombak
agar tidak terjadi gelombang besar di daerah pesisir. Mangrove payau berada
didaerah sepanjang sungai, zona ini dapat didominansi oleh jenis mangrove Nypa
dan sonneratia. Manfaat mangrove ini dapat menurunkan salinitas air laut serta
dapat menambah pasokan unsur hara. Mangrove daratan berada dizona air payau
hanpir tawar jenis umum ditemukan Xylocarpus moluccensis dalam zona ini
memiliki jenis yang lebih banyak ditemukan daripada zona lainnya. Vegetasi
mangrove dapat dilihat dari lapangan dengan keberadaan mangrove yang tumpang
tindih serta tidak sesuai dengan zona vegetasi seringkali hidup didaerah yang
tidak beraturan (Noor et al., 2012).

Gambar 2.1 Pola zonasi mangrove

(Renta et al., 2016)

Keterangan gambar :
Am: Avicennia marina Sa: Sonneratia alba
Aa: Avicennia alba Rs: Rhizopora stylosa
Rm: Rhizopora muscronata Xm: Xylocarpus molucensis
2.4 Kondisi Ekosistem Mangrove di Indonesia
Ekosistem mangrove di Indonesia mengalami penurunan disetiap daerah
dikarenakan adanya reklamasi dan penebangan pohon secara terus menerus,
penebangan pohon terjadi akibat kurangnya pemahaman oleh masyarakat tentang
manfaat mangrove ekosistem mangrove dikawasan pasang surut tersebut.
Penebangan pohon mangrove terjadi secara terus menerus diakibatkan oleh
kepentingan ekonomi seperti pemanfaatan bahan industry arang untuk kebutuhan
ekspor dan pemanfaatan kebutuhan industry lainya (Haris et al., 2012).

Hutan mangrove dimanfaatkan sebagai kayu bakar yang dilakukan secara terus
menerus dapat mengakibatkan kerusakan pada ekosistem mangrove sekaligus
menyebabkan penurunan kelimpahan flora dan fauna didalamnya. Adanya
pengelolaan ekosistem mangrove agar dapat dikembangkan serta terjadi
kelimpahan flora dan fauna yang hidup disekitar mangrove disekitarnya guna
untuk pelestarian ekosistem mangrove (Fitriansyah et al., 2017).

Tabel 2.1 kerusakan mangrove setiap tahun

Luas Kerusakan
Tahun Kepadatan
(Ha)
2005 95,10 2,64
2006 96,75 3,94
2007 99,64 5,44
2008 102,53 6,44
Sumber : (Mulyadi et al., 2010)

2.5 Distribusi Sebaran Mangrove


Hutan mangrove tersebar luas di Indonesia terdapat keanekaragaman mangrove
di Indonesia antara lain Bakau (Rhizophora sp) api-api (Avicennia sp), dan padada
(Sonneratia sp). Pertumbuhan mangrove dipengaruhi oleh kadar garam atau
salinitas yang dapat mempengaruhi laju pertumbuhan mangrove. Beberapa
Mangrove mampu bertahan hidup di salinitas tinggi namun jenis Avicennia
mampu hidup di salinitas yang tinggi. Bibit mangrove dapat tumbuh dengan baik
didaerah pasang surut air laut dengan arus yang tidak begitu besar dan terlindungi
oleh pohon mangrove lainnya pmbibitan mangrove dapat terjadi secara alami
sperti Rhizopora s.p yang buahnya jatuh dengan sendirinya dan menancap
kesubstrat yang berlumpur sehingga dapat tumbuh dengan sendirinya.
Berkurangnya ekosistem mangrove dapat mengurangi kelangsungan hidup suatu
biota yang berada disekitar mangrove karena hilangnya tempat berlindung serta
mencari makan (hidayah, 2011).

Sebaran jenis mangrove dapat berkebang berdasarkan karakteristik faktor


habitat serta sedimen yang mendukung pertumbuhan mangrove. Habitat
mangrove lebih spesifik dengan interaksi antara penyusun komponen ekosistem
yang kompleks dan saling berinteraksi membentuk kesatuan yang utuh dan tidak
dapat tumbuh sendiri. Habitat mangrove berpenaruh terhadap sebaran jenis
vegetasi yang disebabkan oleh penyusunnya dan menyebabkan kurangnya
keanekaragaman jenis di dalam kawasan tersebut. Mangrove dapat tumbuh
dengan cara alami dengan cara bunga yang jatuh dan tertancap ke dalam substrat
yang berlumpur (Poedjirahajoe, 2016).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode


hemispherical photogaraphy pengumpulan data presentase tutupan mangrove
menggunakan kamera pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kamera
dan pengambilan foto dilakukan dengan diarahkan tegak lurus terhadap langit.
posisikan kamera setinggi dada Setiap titik 10 × 10 m dibagi menjadi empat titik
kecil 5 Ada 4 titik pemotretan di setiap titik 10m × 10m.× ukuran 5 m. Nomor
foto dicatat pada formulir lembar data untuk memudahkan analisis data
(Tinambunan et al., 2021). Metode kedua yaitu menggunakan metode transek.
Teknik pengambilan data dilakukan dengan cara menarik garis lurus dari arah laut
bagian vegetasi mangrove terluar ke arah darat di sepanjang hutan mangrove
sampai berbatasan dengan tumbuhan/hutan daratan dan dibagi menjadi 3 bagian
ukuran garis 10 x10 untuk jenis mangrove dalam tingkat pohon serta 5 x 5 untuk
jenis semai dan 1x 1 untuk jenis mangrove tingkat anakan serta dicata keseluruhan
mangrove yang terdapat pada lokasi penelitian tersebut untuk dilakukan
pengolahan data dan dapat disimpulkan dalam bentuk keterangan serta data yang
akurat untuk mengetahui tingkat kseseragaman serta nilai penting lainnya yang
dibtuhkan untuk perkembangan ekosistem mangrove (Tidore et al., 2021).
2.6. Mangrove Health index
Degradasi hutan mangrove di Indonesia dapar disebabkan oleh berbagai faktor
salah satunya yaitu faktor alih fungsi hutan mangrove sebagai daeah pertumbuhan
permukiman, permbangunan dermaga. Penurunan kualitas dan kuantitas hutan
mangrove dapat mempengaruhi kehidupan perekonomian, seperti penurunan hasil
tangkapan ikan dan berkurangnya pendapatan pemerintah serta masyarakat lokal.
Struktur hutan terdiri dari tumpukan daun yang membentuk kanopi pohon.ketika
daun menumpuk maka akan mengurangi hamburan cahaya dan berdampak pada
radiasi pantulan sehingga semakin padat kanopi.(Saputra et al., 2021)

Kesehatan mangrove adalah istilah yang sering digunakan peneliti untuk


menggambarkan bagaimana status atau kondisi ekosistem mangrove di suatu
wilayah. Status kesehatan mangrove dibagi menjadi 3 kriteria yaitu padat,sedang
dan jarang. Mangrove yang sehat dapat memberikan fungsi maksimal bagi
lingkungan sekitar. Kajian tentang kesehatan ekosistem mangrove telah
dikembangkan di Indonesia dan telah terimplementasi pada berbagai program
mangrove Indonesia. Hubungan antar ekosistem dan antar sektor yang sangat kuat
di wilayah pesisir mendorong laju kerusakan ekosistem mangrove.

Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis yang didominasi


oleh beberapa jenis tanaman mangrove yang dapat tumbuh dan berkembang pada
daerah berlumpur pasang surut air laut. Salah satu cara untuk mempertahankan
fungsi dan peran hutan mangrove serta kelestariannya adalah dengan
memperhatikan kesehatan hutan mangrove. Menurut (Alindra, 2019) kesehatan
hutan dan kesehatan ekosistem saling berhubungan dan memiliki tingkat integrasi
biologis. Tingkatan integrasi antara keduanya akan menghasilkan karakteristik
yang sama, namun tetap terdapat perbedaan yang fundamental. Kesehatan
ekosistem mangrove memiliki aspek ekosistem yang lebih berhubungan dengan
pola penutupan vegetasi pada ekologi yang luas

2.7. Analisis MHI Menggunakan Citra Satelit

Komunitas mangrove yang tumbuh pada pulau pulau kecil memiliki peranan
yang cukup signifikan secara ekologi, fisik, dan sosial ekonomi. Biota yang
bernilai ekonomis tinggi menjadi sumber pangan dan perdagangan diperoleh dari
ekosistem mangrove. Pengukuran kualitas kesehatan mangrove dapat dilakukan
dengan menggunakan analisis parameter struktur komunitas, pengindraan jauh
dan kombinasi dari keduanya. Analisis (Wayan Eka Dharmawan, 2021) terhadap
dataset COREMAP CTI menghasilkan parameter struktur tegakan terseleksi untuk
menyusun formula Mangrove health index (MHI) yang cukup sederhana sehingga
mudah diterapkan nilai MHI menggambarkan kualitas komunitas mangrove yang
merupakan subjek utama dalam ekosistem.

Analisis pengindraan jauh menjadi peluang untuk dimodelkan dengan nilai


nilai MHI sehingga dapat memberikan gambaran kondisi kesehatan mangrove
secara menyeluruh di suatu lokasi penelitian. Pengukuran kualitas kesehatan
mangrove dapat dilakukan dengan menggunakan analisis parameter struktur
komunitas, pengindraan jauh dan kombinasi dari keduanya(Doni Nurdiansah & I
Wayan Eka Dharmawan, 2021).

2.8. Citra Satelit Sentinel 2

Sentinel-2 adalah salah satu satelit pengindraan jauh dengan sensor pasif
buatan eropa multispectral yang mempunyai 13 band, 4 band beresolusi 10 m, 6
band beresolusi 20 m, dan 3 band beresolusi spasial 60 m dengan area sapuan 290
km. Sentinel-2 dapat digunakan untuk kepentingan monitoring lahan, data dasar
untuk penggunaan lahan yang dapat digunakan untuk kepentingan monitoring dan
perencanaan lingkungan. (Kawamuna, 2017).

Pengindraan jauh merupakan teknologi yang cepat dan efisien untuk


pengelolaan ekosistem mangrove yang banyak terdapat di pesisir. Ekosistem
mangrove adalah salah satu obyek yang bisa diidentifikasikan dengan
menggunakan teknologi pengindraan jauh. Letak geografi ekosistem mangrove
yang berada pada daerah peralihan darat dan laut memberikan efek perekaman
yang khas jika dibandingkan dengan obyek vegetasi darat lainnya. Efek perekam
sangat erat kaitannya dengan karakteristik spectral ekosistem mangrove.
(Muhammad Farhaby et al., 2020).
2.6 Risalah Penelitian
No Penulis Judul penelitian Metode penelitian Hasil/kesimpulan
1 (Kholifi et al., 2021) Parameter lingkungan habitat Penelitiam ini metode purpossive sampling. Jenis mangrove di kecamatan modung
mangrove di kecamatan modung Analisis ini dilakukan secara in situ dan ex situ. In ditemukan 5 jenis mangrove diantranya
kabupaten Bangkalan situ dilakukan dilapang yaitu dengan melakukan Rhizopora mucronata, Rhizopora stylosa,
transek dan pengambilan data pendukung seperti Rhizopora apiculata, Soneratia alba,
PH, suhu, salinitas, kecerahan, DO, dan sedimen. Avicennia marina.
Sedangkan secara ex situ, yaitu dilakukan di
Laboratorium Oceanografi UTM dengan
menghitung hasil menggunakan softwere excel.
2 (Muhsoni et al., Pemetaan kerusakan mangrove di Metode penelitian melakukan interpretasi citra Luas mangrove di Madura mencapai
2005) madura dengan memanfaatkan dari Google Eart dengan digitasi untuk mengetahui 15.118,2 yang tersebar di Kabupaten
citra dari google earth dan citra sebaran mangrove, dan analisis NDVI untuk Bangkalan 1.508,1(10%), Kabupaten
LDCM mengetahui kerapatan mangrove dari citra LDCM Sampang 915,3 ha (6,1%), Kabupaten
Pamekasan 599,3 (4%) dan kabuaten
Sumenep dengan daerah kepulauan
mencapai 12.095,4 ha (80%).
3 (Tidore et al., 2021) Struktur Komunitas hutan Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah Jenis mangrove yang ditemukan di Desa
mangrove di Desa budo metode transek garis. Bentangan transek garis Budo terdapat 3 spesies mangrove,
kecamatan wori kabupaten sepanjang 100 m diletakkan di 3 transek dimana Rhizopora apiculata, Sonneratia alba dan
minahasa utara tiap transek terdapat 5 titik atau petak kuadran Bruguiera gymnohirza.
berukuran 10 x 10 m2 dengan jarak antar titik 20
m
4 (Sunarni et al., Zonasi dan struktur komunitas Pada setiap stasiun pengamatan, ditetapkan transek Berdasarkan hasil penelitian diperoleh 7
2019) mangrove di pesisir kabupaten garis dari arah laut ke arah darat (tegak lurus garis jenis mangrove yang tersebar di ketiga
merauke pantai) sepanjang zonasi hutan mangrove dengan stasiun yaitu: Avicennia alba, Sonneratia
panjang transek 100- 150m. Sepanjang transek alba, Rhizopora stylosa, Rhizopora
garis, diletakkan secara acak petak–petak contoh apiculata, Bruguiera gymnohirza, Aigiceras
(titik) berbentuk bujur sangkar dengan ukuran floridum, Sonneratia casiolaris.
10x10m² yang ditempatkan sepanjang garis
transek. Jarak antar transek 100m.
5 (Lumbu et al., 2022) Kajian simpanan karbon pada Pengambilan data pada vegetasi pohon mangrove Jenis mangrove yang ditemukan di pesisir
biomassa mangrove di pesisir dilakukan pada 3 stasiun, dengan menggunakan Tatengesan adalah 3 jenis yaitu: Rhizopora
Desa tatengesan kecamatan metode line transek, yang ditarik sepanjang 100 apiculata, Rhizopora mucronata, dan
pusomaen kabupaten minahasa meter tegak lurus dari arah laut ke pantai sesuai Bruguiera gymnohirza.
tenggara provinsi sulawesu utara ketebalan mangrove di lokasi. Satu stasiun
terdapat tiga kuadran, dengan ukuran 10 m x 10
m2. Untuk cara kerjanya, transek ditarik sejauh
100 meter, kemudian kuadran diukur 10 m x 10 m
dengan menggunakan tali plastik sebagai penanda,
dan untuk posisi kuadran diletakkan acak dan
untuk intervalnya 25 m. Jenis mangrove yang
masuk dalam kuadran dicatat dan diukur diameter
batang setinggi dada (DBH).

6 (Tinambunan et al., Presentase Tutupan Mangrove Metode yang digunakan dalam pengumpulan data Presentase tutupan kanopi mangrove di
2021) dan Kelimpahan Moluska di presentase tutupan mangrove adalah hemispherical Teluk Benoa berapa pada kategori baik
Ekosistem Mangrove Teluk photography dan menggunakan kamera dengan nilai rata-rata 76,59%.
Benoa pengambilan data dilakukan dengan menggunakan
kamera dan pengambilan foto dilakukan dengan
diarahkan tegak lurus terhadap langit. posisikan
kamera setinggi dada Setiap titik 10 × 10 m dibagi
menjadi empat titik kecil 5 Ada 4 titik pemotretan
di setiap titik 10m × 10m.× ukuran 5 m. Nomor
foto dicatat pada formulir lembar data untuk
memudahkan analisis data.
7 (Saputra et al., Studi perubahan tutupan lahan Metode yang digunakan dalam penelitian ini Berdasarkan analisis perubahan tutupan
2021) mangrove berbasis objek menggunakan hemispherical photography lahan mangrove dengan pendekatan metode
menggunakan citra satelit di digunakan untuk memperoleh presentase tutupan OBIA, luas mangrove Pulau Dompak dari
pulau dompak provinsi kanopi mangrove dilapangan, empat foto yang tahun 2007 sampai 2018 mengalami
kepulauan riau diambil kemudian dianalisis menggunakan perubahan sebesar 34,19% atau sekitar 46.61
aplikasi ImageJ dan selanjutnya hasil presentase ha.
dihitung rataratanya.
8 (Andiani et al, 2021) Hubungan antar parameter Metode hemispherical Photography digunakan Kawasan ekosistem mangrove Teluk benoa
struktur tegakan mangrove dalam dalam menentukan presentase tutupan kanopi dilihat dari komunitas mangrove
estimasi simpanan karbon komunitas mangrove Sebanyak sembilan foto menunjukkan kondisi yang baik pada
Aboveground pada skala hemisphere diambil dengan menggunakan kamera kategori Kerapatan pohon serta tutupan
komunitas ponsel pintar dengan rasio output 1:1. Foto kanopi
dianalisis menggunakan perangkat lunak ImageJ.
9 (Munaimbala et al., Struktur komunitas mangrove di Metode yang digunakan dalam penelitian ini Nilai indeks penting tertinggi ditemukan
2021) pesisir Desa tatengesan adalah metode transek kuadrat. Teknik pada jenis Rhizopora mucronata, sedangkan
kecamatan posomaen, kabupaten pengambilan data dilakukan dengan cara menarik yang terendah ditemukan pada jenis
minahasa tenggara garis lurus dari arah laut bagian vegetasi mangrove B.gymohirza.
terluar ke arah darat. Bentangan transek garis
sepanjang 100 m diletakkan di 3 transek dimana
tiap transek terdapat 5 titik atau petak kuadrat
berukuran 10 x 10 m2 dengan jarak antar titik 10
m. Adapun informasi pustaka tentang jenis
mangrove untuk identifikasi menggunakan
beberapa buku panduan mangrove
10 (Kumala et al., Hemispherical Photography Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Struktur komunitas pada lokasi penelitian
2021) Vegetasi Pantai di Perairan Pulau metode deskriptif. Tutupan kanopi vegetasi pantai memiliki nlai kerapatan pada kategori pohon
Sintok, Taman Nasional dihitung dengan metode hemispherical berkisar berkisar antara 532-1165 ind/ha.
Karimunjawa photography.
III.METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat


Penelitian Ini dilakukan pada Ekosistem Mangrove di Desa Bancaran
Kabupaten Bangkalan. Penelitian dilakukan Selama 3 minggu mulai dari tanggal
09 Mei 2022 Sampai dengan 30 mei 2022. Penelitian ini dilakukan dilapang
dengan cara melakukan transek serta mengambil gambar tutupan mangrove pada
setiap Stasiun. Penelitian ini berada di ekowisata mangrove diDesa Bancaran
kabupaten Bangkalan dengan titik koordinat Longitude 7°00’37’CS Latitude
112°45’21’BT

Gambar 3. 1. Peta lokasi penelitian

3.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada pengambilan data disajikan pada tabel 3.1

Tabel 3.1 Alat dan Kegunaan

NO Nama Alat Kegunaan


1 Tali raffia Untuk Membuat Transek
2 Gunting Untuk memotong daun dan ranting
3 Meteran Untuk mengukur diameter pohon
4 Gps Untuk menetukan titik koordinat
6 Kamera Untuk Dokumentasi
7 Alat tulis Untuk Mencatat Data
Bahan yang digunakan pada pengambilan data disajikan pada tabel 3.2

Tabel 3.2 Bahan dan Kegunaan

No Nama Bahan Kegunaan


1 Buku Identifikasi Digunakan untuk pedoman identifikasi
2 Microsoft excel Digunakan untuk mengelola atau perhitungan data
3 Kertas Label Digunakan untuk pemberi label sampel mangrove
5 Software Arcgis Digunakan untuk pembuatan peta lokasi penelitian

3.3 Alur Penelitian

Mulai

Studi Literatur

Pengambilan Data

Transek Mangrove Pengambilan foto


tutupan kanopi
Analisa Data
1
Struktur Komunitas Mangrove Tutupan kanopi mangrove Kriteria kerusakan

Mangrove Health index

Kesimpulan

Gambar 3.2 Alur penelitian


3.4 Metode Penelitian
Metode Yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode Observasi yaitu
Mengetahui secara langsung kondisi ekosistem mangrove yang terdapat dilokasi
penelitian. Presentase tutupan mangrove dihitung dengan menggunakan metode
hemisperichal photography, metode ini membutuhkan kamera yang memiliki
resolusi baik. kajian struktur komunitas akan membahas frekuensi, kerapatan,
penutupan, dan indeks nilai penting (INP) dari masing-masing spesies pada setiap
stasiun pengamatan (Tinambunan et al., 2021).

3.4.1 Observasi (Survei Lapang)


Observasi Lapang Dilakukan untuk Mengatahui Lokasi Penelitian dan
Mengetahui Gambaran Umum dari penelitian yang akan dilakukan. Penentuan
titik stasiun penelitian dilakukan dengan pengamatan menggunakan bantuan
aplikasi google earth dan langsung dilakukan pemilihan stasiun sesuai zonasi
untuk mengetahui titik koordinat. Pemilihan stasiun menggunakan metode
stratifield random sampling yaitu pembagian populasi berdasarkan zonasi.

3.4.2 Data Primer dan Sekunder


Data primer dapat diperoleh pada lokasi penelitian hutan mangrove di
antaranya; (a) Identifikasi mangrove, Frekuensi relatif, (b) Kerapatan relatif , dan
(c)Dominansi relatif. Sedangkan data sekunder yang saya kumpulkan dalam
penelitian adalah data penelitian hutan mangrove yang pernah dilakukan dan
membandingkan dengan literatur nasional maupun literatur internasional yang
berhubungan dengan penelitian tersebut.

Pengambilan data lapang dilakukan dengan menggunakan beberapa tahapan


(Wayan et al., 2014).

1. Dalam setiap titik, 10x10 m2 dilakukan pengukuran diameter batang


pohon mangrove (diameter > 4 cm atau keliling batang > 16 cm) (Ashton
& Macintosh, 2002), menggunakan meteran berdasarkan menteri negara
lingkungan hidup RI, 2004 tentang kriteria baku dan pedoman penentuan
kerusakan mangrove.
2. Pengukuran dilakukan pada seluruh pohon di setiap titik.
3. Identifikasi jenis dilakukan berdasarkan acuan (Noor et al., 2012)
4. Apabila terjadi keraguan dalam identifikasi, perlu dilakukan pemotretan
bagian tanaman tersebut, yaitu akar, batang, daun, pembungaan dan buah
serta lakukan pengambilan sampel untuk diidentifikasi lebih lanjut di
laboratorium dengan bantuan literatur atau dengan bantuan pakar
identifikasi mangrove.
5. Setiap data yang diperoleh dicatat dalam data sheet yang telah disiapkan
pada kertas tahan air.
6. Perhitungan presentase tutupan kanopi dapat diketahui dengan
menggunakan aplikasi monmang yang dibuat oleh LSP Pro ( Lembaga
Sertifikasi Profesi Pusat Riset Oseonografi Badan Riset dan Inovasi
Nasional.

Gambar 3.2 Penentuna titik permanen untuk penentuan komunitas


mangrove. Keterangan : a) mangrove dengan tiga titik dari
zona yang berbeda; b) vegetasi mangrove dengan strarifikasi
dan atau tanpa stratifikasi yang jelas; c) vegetasi mangrove
dengan ketebalan 50-100 meter

3.4.3 Pengambilan Data Hemispherical photography (tambah cara


pengambilan datanya)
Perhitungan presentase tutupan mangrove menggunakan metode
hemispherical photography, dibutuhkan kamera dengan lensa fish eye dengan
sudut pandang 180° pada satu titik pengambilan foto. Teknis pelaksanaannya
adalah sebagai berikut (Wayan et al., 2014).
1. Setiap titik 10x10 m2 dibagi menjadi empat titik kecil (kuadran) yang
berukuran 5x5 m3.
2. Titik pengambilan foto, ditempatkan diantara titik kecil, harus
berada diantara satu pohon dengan pohon lainnya. Serta hindarkan
pemotretan tepat disamping batang satu pohon.
3. Dalam setiap zonasi , minimal dilakukan pengambilan foto sebanyak
12 titik, dimana setiap titik 10 x 10 m2 diambil 4 titik pemotretan
(Gambar 3.4).
4. Posisi kamera desejajarkan dengan tinggi dada peneliti/tim
pengambil foto serta tegak lurus/menghadap lurus ke langit.
5. Dicatat nomor foto pada form data sheet untuk mempermudah dan
mempercepat analisis data.
6. Hindarkan pengambilan foto ganda pada setiap titik untuk mencegah
kebingungan dalam analisis data.

Gambar 3.4 Ilustrasi metode Hemesperichal photography Untuk Mengukur


Tutupan Mangrove (Dharmaji & Lestarina, 2019).

Gambar 3.5 Pembagian titik menjadi 4-9 keadran pengambilan foto yang
tergantung dari kerimbunan kanopi komunitas mangrove (As et al., 2020).
3.4.4 Analisis Data
3.4.5.1 Struktur Komunitas Mangrove

1. Frekuensi jenis

Frekuensi jenis (F) yaitu peluang ditemukannya jenis ke- i dalam titik yang
dibuat. Rumus yang digunakan untuk analisis ini adalah sebagai berikut (Badan
Standardisasi Nasional, 2011).

𝑃𝑖
𝐹1 =
∑𝑝

Keterangan :
Fi =Frekuensi jenis ke-i
Pi = Jumlah petak contoh/titik dimana ditemukan jenis
∑p = Jumlah total petak contoh/titik yang diamati

2. Frekuensi relatif jenis (Rfi)


Frekuensi relatif jenis (Rfi) yaitu perbandingan antara frekuensi jenis ke- i (Fi)
dan jumlah frekuensi untuk seluruh jenis (∑F). Rumus yang digunakan untuk
analisis ini adalah sebagai berikut (Badan Standardisasi Nasional, 2011).

𝐹𝑖
𝑅𝐹𝑖 = X 100
∑𝐹

Keterangan :

RFi = Frekuensi relative (%)

Fi = Frekuensi Jenis ke-i

∑F = jumlah Frekuensi seluruh jenis

3. Kerapatan jenis (Di)

Kerapatan jenis (Di Merupakan cara untuk mengetahui kerapatan jenis di lokasi
transek tersebut dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Havid et al., 2016).
𝑛𝑖
𝐷𝑖 = 𝑋 100
𝐴
Keterangan :
Di = Kerapatan jenis ke-i
ni = Jumlah total tegakan (pohon) dari jenis i
A = Luas area pengambilan contoh (luas petakcontoh/titik)
4. Kerapatan relatif dari jenis ke-i

Kerapatan Relatif (RDi) adalah perbandingan antara jumlah tegakan jenis ke-I
(Ni) dan total tegakan seluruh jenis (∑n) berikut rumus yang digunakan (Havid et
al., 2016)

𝑛𝑖
𝑅𝑑𝑖 = ∑𝑛 𝑋 100

Keterangan :
Rdi = Kerapatan Relatif (%)
ni = Jumlah Individu Jenis ke-I (ind)
Σn = Jumlah Seluruh individu

5. Indek Nilai Penting (INP)

INP = RDi + RFi + Rci

Nilai penting suatu jenis berkisar antara 0% - 300%. Nilai penting ini
memberikan suatu gambaran mengenai pengaruh atau peranan suatu jenis
tumbuhan mangrove dalam komunitas mangrove (Dewiyanti et al., 2016)

3.4.5.2 Analisis Tutupan Kanopi Mangrove

Perhitungan presentase tutupan kanopi memisahakan pixel langit dan tutupan


mangrove sehingga presentase jumlah pixel tutupan mangrove dapat dihitung
dalam gambar biner. Hasil Pengambilan foto , dilakukan analisis dengan
menggunakan perangkat lunak imageJ, perhitungan kerapatan persen kanopi dan
INP pada penelitina ini menggunakan template perhitungan excel dari LSP Brin
(Lembaga sertifikasi Prefesi Pusat Riset Oseonografi Badan dan Inovasi Nasional.
Tahapan analisis sebagai berikut

1. Tampilkan ImageJ pada program windows.


2. Pada software ImageJ. Buka gambar/foto dari hasil pemotretan di lokasi
3. Mengubah foto menjadi 8-bit
4. Memisahkan langit dan tutupan mangrove dengan adjust threshold.
5. Pemisahan nilai digital pixel langit dan tutupan mangrove secara
signifikan.
6. Menghitung banyaknya pixel yang bernilai 255 sebagai interpretasi
tutupan mangrove.
7. Presentase tutupan mangrove merupakan perbandingan dari jumlah pixel
yang bernilai 255 (tutupan mangrove) dengan jumlah seluruh pixel

3.4.5 Kriteria Kerusakan Mangrove


Nilai penting suatu jenis berkisar antara 0-300. Nilai penting ini memberikan
suatu gambaran peranan suatu jenis tumbuhan mangrove yang dominan dalam
komunitas mangrove. Kualitas mangrove dianalisis mengunakan Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: 201 Tahun 2004, kriteria baku
kerusakan mangrove ditetapkan berdasarkan kerapatan mangrove. Kerusakan
mangrove dapat diketahui datanya dengan bantuan aplikasi monmang yang
menyajikan data berupa presentase tingkat kerusakan berupa tebangan pada
vegetasi mangrove.

Table 3.2 Kriteria Baku kerusakan mangrove

Kerapatan
Kriteria Penutupan (%)
(Pohon/Ha)
Baik Sangat Padat >70 ≥1500
Padat >50-<70 ≥1000 - < 1500
Rusak Jarang <50 <1000
Sumber : Kepmen LH.No.201,2004

3.4.6 Mangrove Health Index


Kesehatan mangrove dapat di ketahui dengan menghitung presentase tutupan
kanopi atau tumpukan daun pada mangrove yang lebat dan rapat maka dapat
dikategorikan sebagai tumbuhan yang berkembang dengan baik. Berikut rumus
untuk menghitung kesehatan mangrove (Pramudji et al., n.d.).

𝐌𝐇𝐈 (%) = [(𝑺𝒄 + 𝑺𝑫 + 𝑺𝑵𝒔𝒑) /3]*10

Keterangan :
MHI :Mangrove health index
S :Skor
C :Presentase tutupan kanopi (%)
D :Diameter batang (pancang + pohon) (cm)
Nsp :Jumlah pancang per luas area

Table 3.3 Kriteria Baku mangrove health index

Kesehatan Kategori
<33.33% Poor
33.33-66.67% Moderate
>66.67% Excellent

3.4.7 Analisis Mangrove MHI Menggunakan Citra Satelit Sentinel-2


Terdapat banyak citra yang dapat digunakan untuk menganalisis vegetasi,
diantaranya citrayang dapat digunakan untuk menganalisis vegetasi adalah citra
sentinel. Citra sentinel-2 merupakan salah satu citra satelit yang memiliki 13
band, 4 band beresolusi 10 m, 6 band beresolusi 20 m, dan 3 band beresolusi
spasial 60 m dengan area sapuan 290 km (Putri et al., 2021). Citra sentinel-2
dapat digunakan untuk menganalisa Mangrove health index dengan empat indeks
vegetasi analisis pengindraan jauh sperti Normalized burn rasio (NBR), Indeks
Klorofil Hijau (GCI), Indeks pigmen insensitive struktur (SIPI) dan Indeks
Vegetasi tahan atmosfer (ARVI) serta memasukan formula sebagai berikut.

MHI = 102.12NBR – 4.64GCI + 178.15SIPI + 159,53ARVI – 252.39


NBR = NIR – SWIR / NIR+ SWIR
GCI = NIR / Green-1
SIPI = NIR – Blue / NIR- Red
ARVI = NIR – 2Red + Blue / NIR + 2Red + Blue
Menurut (Wayan Eka Dharmawan, 2021) Kategori Mangrove health index
dibagi menjadi 3 kategori, yaitu Miskin (<33,33%) Kategori sedang (33,33-
66,67%) dan kategori sangat baik ( >66,67%).
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Desa Bancaran merupakan salah satu tempat ekowisata kecamatan Bangkalan
yang memiliki keanekaragaman mangrove serta manfaat secara ekonomi bagi
masyarakat sekitar. Menurut (Kholifi et al., 2021) wilayah pesisir merupakan
daerah yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk melakukan aktivitas kehidupan
seperti kawasan pertambakan, perikanan,pariwisata dan kegiatan lainnya.
Berdasarkan identifikasi mangrove yang terdapat dilokasi penelitian ada 5 jenis
ditemukan disekitar pesisir Desa Bancaran diantaranya, Rhizopora stylosa,
Rhizopora mucronata, Avicennia marina, Avicennia alba, Sonneratia Alba,
Menurut (Poedjirahajoe, 2016) menyatakan faktor habitat sangat berpengaruh
terhadap komposisi penyusun ekosistem hutan mangrove bahkan secara
perubahan kualitas habitat secara kompleks dapat mengakibatkan pergeseran jenis
vegetasi penyusunnya.

Tabel 4.1 Jenis mangrove yang ditemukan

No Jenis Stasiun
mangrove 1 2 3 4 5 6 7 8
1 A.marina 15 - - 19 29 - 43 -
2 A.alba 33 17 16 - 4 13 17 39
3 S.alba 6 31 14 15 8 6 - -
4 R.mucronata 3 7 26 32 30 57 10 17
5 R.Stylosa - - - - - - 10 -

Secara umum mangrove dapat tumbuh di lokasi berdasarkan tipe substratnya


dengan keragaman jenis yang relatif berbeda setiap lokasi. Pengambilan data dibagi
menjadi 3 plot dalam satu stasiun dengan luas 10 x 10, hal ini dilakukan untuk
mengambil data jenis mangrove yang terdapat pada setiap lokasi penelitian. Stasiun
1 ditemukan 4 jenis mangrove antara lain Avicennia marina, Avicennia alba,
Sonneratia alba, dan Rhizopora mucronata. Ekosistem mangrove dapat menyebar
dengan luas pada setiap lokasi yang dipengaruhi arus laut. Jenis Avicennia alba
ditemukan 33 jenis dalam stasiun satu sedangkan Avicennia marina ditemukan 15
jenis, Hal ini dipengaruhi oleh substrat lumpur berpasir yang sesuai dengan kedua
jenis mangrove sehingga dapat mendukung pertumbuhannya. Ekosistem mangrove
tumbuh berdasarkan secara alami maupun reboisasi, Hal ini dapat dilihat pada jenis
mangrove Avicennia alba, Sonneratia alba, dan Rhizopora mucronata yang hampir
ditemukan pada setiap stasiun, Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang
mendukung pertembuhan dan penyebaran jenis mangrove tersebut pada setiap
stasiun. Secara umum ekosistem mangrove memiliki fungsi utama sebagai peredam
gelombang dan mitigasi bencana.

4.2 Struktur Komunitas Mangrove


4.2.1 Kerapatan jenis

Gambar 4.1 Grafik kerapatan jenis

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengamatan telah ditemukan 5


jenis spesies mangrove dari 8 stasiun pada tingkat pohon yaitu Rhizopora stylosa,
Rhizopora mucronata, Avicennia marina, Avicennia alba, Sonneratia Alba. Nilai
kerapatan paling tinggi pada stasiun 1 dengan nilai kerapatan 22,66 ind/ha
menunjukan bahwa kondisi tergolong padat , Stasiun 2 ditemukan jenis
Avicennia alba, Sonneratia alba, Rhizopora mucronata dengan kerapatan sebesar
18,66 ind/ha. Stasiun 3 terdapat jenis mangrove Avicennia alba, Avicennia
marina, Sonneratia alba, Rhizopora mucronata dengan nilai kerapatan sebesar
20,33ind/ha menunjukan bahwa kondisi ini tergolong padat .Stasiun 4 ditemukan
jenis Avicennia alba, Sonneratia alba, Rhizopora mucronata dengan nilai
kerapatan 23,33 ind/ha. Stasiun 5 ditemukan jenis mangrove Avicennia
alba,Avicennia marina, Sonneratia alba, Rhizopora mucronata dengan nilai
kerapatan 23,66 ind/ha. Stasiun 6 ditemukan jenis mangrove Avicennia alba,
Sonneratia alba, Rhizopora mucronata dengan nilai kerpatan 25,66 ind/ha.
Stasiun 7 ditemukan jenis Avicennia alba, Avicennia marina, Rhizopora
mucronata, Rhizopora stylosa, dengan nilai kerapatan 28,33 ind/ha. Stasiun 8
ditemukan jenis Avicennia alba, dan Rhizopora mucronata dengan nilai kerapatan
19,34 ind/ha. Menurut (Badan Standardisasi Nasional, 2011) kategori kerapatan
sedang sampai sangat padat menunjukan kondisi hutan yang masih baik.

4.2.2 Frekuensi Jenis

Gambar 4.2 Grafik frekuensi jenis

Berdasarkan hasil analisa pada setiap stasiun ditemukan frekuensi jenis


mangrove tertinggi pada Avicennia alba, Rhizopora mucronata dan avicennia
marina merupakan jenis mangrove yang sering ditemukan pada setiap stasiun .
Stasiun 1 ditemukan Avicennia alba yang merupakan frekuensi jenis tertinggi
pada stasiun 1 dengan nilai frekuensi jenis sebesar 1,00 ind/ha. Stasiun 2
ditemukan jenis tertinggi Sonneratia alba dan Avicennia alba yang memiliki
frekuensi jenis sebesar 1,00 ind/ha. Pada stasiun 3 jenis Rhizopora mucronata
merupakan jenis tertinggi dengan nilai frekuensi jenis sebesar 1,00 ind/ha. Stasiun
4 ditemukan jenis tertinggi pada Avicennia alba, Rhizopora mucronata dan
Sonneratia alba dengan nilai frekuensi jenis 1,00 ind/ha. Jenis Avicennia marina
ditemukan pada stasiun 5 dengan nilai frekuensi jenis sebesar 1,00 ind/ha. Spesies
dengan frekuensi jenis lebih tinggi biasanya memiliki kemampuan beradaptasi
yang lebih besar terhadap faktor lingkungan yang berbeda.

4.2.3 Dominansi

Dominansi
1400
1200
1000
Axis Title

800
600
400
200
0
1 2 3 4 5 6 7 8
Stasiun
A.alba 513,39 439,62 285,09 438,51 47,33 324,2 254,12 897,86
A.marina 248,53 0,00 38,77 0,00 558,3 0,00 95,96 0,00
S.alba 119,77 787,31 352,23 496,76 284,48 231,72 0,00 0,00
R.mucronata 56,69 171,29 465,42 106,97 559,1 1223,2 986,02 222,78
R.stylosa 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 197,03 0,00

Gambar 4.3 Indeks dominansi

Berdasarkan grafik pada stasiun 1 memiliki dominansi sebesar 513,39/ha


dengan jenis Avicennia alba dan Avicennia marina. Stasiun 2 memiliki dominansi
sebesar 439,62/ha dengan jenis mangrove sonneratia alba, Avicennia alba dan
Rhizopora mucronata yang mana pada stasiun 2 jenis sonneratia alba ditemukan
lebih tinggi dari pada stasiun lainnya. Selanjutnya stasiun 3 memiliki nilai
dominansi sebesar 465,42/ha dengan jenis Rhizopora mucronata, Sonneratia alba
dan Avicennia alba. Stasiun 4 ditemukan jenis Sonneratia alba dan Avicennia
alba memiliki nilai dominansi sebesar 496,76/ha. Stasiun 5 ditemukan jenis
Avicennia marina, Sonneratia alba, Rhizopora mucronata dan Avicennia alba
dengan memiliki nilai dominansi 559,1/ha. Stasiun 6 ditemukan jenis Rhizopora
mucronata dan Avicennia alba dan Sonneratia alba.dengan nilai 324,2/ha. Stasiun
7 ditemukan jenis Rhizopora mucronata dan Avicennia alba dengan nilai
254,1/ha.Sedangkan pada stasiun 8 ditemukan Avicennia alba dan Rhizopora
mucronata dengan nilai sebesar 222,8/ha. Nilai dominansi dipengaruhi oleh tipe
substrat, kerapatan, dan luas bidang dasar. Sekalipun suatu spesies memiliki luas
bidang dasar yang tinggi, belum tentu memiliki nilai dominansi yang lebih tinggi
juga karena memiliki kerapatan jenis yang nilainya rendah (Tebaiy et al., 2021)

4.2.4 Indeks Nilai Penting

INP
250
200
150
100
50
0
1 2 3 4 5 6 7 8
Stasiun
A.alba 156,4 101,1 84,54 83,05 23,19 72,51 71,28 225,81
A.marina 81,53 0 21,06 0 125,04 18,13 39,2 0
S.alba 37,34 149,2 76,03 23 45,18 45,75 0 0
R.mucronata 24,74 49,75 118,37 130,89 0 181,74 144,9 74,19
R.stylosa 0 0 0 0 0 0 44,62 0

Gambar 4.4 Indeks nilai penting

Berdasarkan grafik INP Indeks nilai penting tertinggi pada stasiun 1 terdapat
jenis mangrove Avicennia alba, Avicennia marina,dengan nilai INP sebesar 156,4
dan 81,53. Stasiun 2 terdapat jenis mangrove Sonneratia alba dengan nilai inp
sebesar 149,2 dan Avicennia alba dengan jumlah inp 101,1 dan jensi Rhizopora
mucronata 49,75 Jenis mangrove Sonneratia alba pada stasiun 2 lebih tinggi
dibandingkan dengan stasiun stasiun 4 karena dipengaruhi oleh kerapatan jenis
yang mana kerapatan jen is Sonneratia alba lebih tinggi dibandingkan dengan
stasiun 4. Stasiun 3 terdapat jenis mangrove Rhizopora mucronata dengan nilai
inp 118,37 dan jenis Avicennia alba dengan nilai inp 84,54 sedangkan jenis
Sonneratia alba memiliki nilai inp 76,03. Stasiun 4 terdapat jenis Rhizopora
mucronata dengan nilai inp 130,89 dan jenis Avicennia alba dengan inp sebesar
86,05. Stasiun 5 terdapat jenis Avicenia marina dengan nilai inp 125,04
sedangkan jenis Sonneratia alba memiliki nilai inp sebesar 23,19, jenis Avicennia
alba memiliki nilai inp sebesar 23,19. Stasiun 6 ditemukan jenis Rhizopora
mucronata dengan nilai inp sebesar 144,9 sedang jenis Sonneratia alba memiliki
nilai inp sebesar 45,75 jenis Avicennia alba memiliki inp sebesar 72,51. Stasiun
7ditemukan jenis Rhizopora mucronata dengan nilai inp sebesar 144,9 dan
Avicennia alba memiliki nilai inp sebesar 71,28 jenis Avicennia marina memiliki
nilai inp sebesar 39,2. Mangrove jenis Rhizopora stylosa ditemukan pada stasiun
ini dengan nilai inp sebesar 44,62. Stasiun 8 ditemukan jenis manrove Avicennia
alba dan Rhizopora mucronata dengan nilai inp sebesar 74,19. Jenis yang
mempunyai inp paling besar maka jenis tersebut yang mempunyai daya adaptasi
atau kemampuan reproduksi lebih baik di bandingkan dengan tumbuhn yang lain
dalam satu lingkungan(Vitasari, 2015)

4.3 Tutupan Kanopi


Presentase nilai tutupan yang tinggi didukung oleh nilai kerapatan mangrove
setiap stasiun pengamatan. Kerapatan ekosistem mangrove yang diperoleh
memperlihatkan kerapatan yang tinggi pada setiap stasiun. Perhitungan tutupan
kanopi pohon dilakukan berdasarkan pemisahan pixel pohon dan langit yang
diasumsikan dengan warna hitam untuk pohon dan putih untuk langit. Foto
dianalsis menggunakan Software imagej dan Microsoft Excel untuk menghitung
presentase tutupan kanopi.

Tabel 4.1 Presentase tutupan Kanopi

No Stasiun Tutupan % Kategori Rata Rata


1 BR1 83,43±1,83 Padat
2 BR2 91,4±0,82 Padat
3 BR3 86,08±1,85 Padat
4 BR4 89,65±1,69 Padat
87,33
5 BR5 85,70±4,95 Padat
6 BR6 87,83±0,89 Padat
7 BR7 86,85±2,67 Padat
8 BR8 87,73±117 Padat
Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat diketahui bahwa kategori tutupan kanopi
pada setiap stasiun dengan kategori padat. Tutupan kanopi yang diperoleh pada
stasiun berkisar anatara 91,4±0,82%-83,43±1,83%. Nilai tutupan kanopi yang
terdapat pada stasiun 1 yaitu 83,43±1,83% atau dalam kategori padat dan
merupakan nilai terendah dari pada nilai tutupan yang lain, stasiun 2 tutupan
kanopi sebesar 91,4±0,82 %atau dalam kategori padat, stasiun 3 diperoleh
tutupan kanopi sebesar 86,08±1,8%5 atau dalam kategori padat, stasiun 4
diperoleh tutupan kanopi sebesar 89,65±1,69 %atau dalam kategori padat, stasiun
5 diperoleh tutupan kanopi sebesar 85,70±4,95% atau dalam kategori padat, pada
stasiun 6 diperoleh tutupan kanopi sebesar 87,83±0,89% atau dalam kategori
padat, namun pada stasiun 7 diperoleh nilai tutupan sebesar 86,85±2,67%,
sedangkan stasiun 8 dieperoleh nilai tutupan sebesar 87,73±117% nilai tutupan
tertinggi terdapat pada stasiun 2 dengan nilai 91,4±0,82% atau dalam kategori padat
sedangkan rata rata yang diperoleh pada setiap stasiun yaitu 87,33% ,Hal ini
menunjukan bahwa ekosistem mangrove Desa Bancaran termasuk dalam kategori
padat

Analisis tutupan kanopi merupakan faktor pembatas kehidupan tumbuhan,


dimana dapat menjadi penghalang atau pembatas penetreasi cahaya untuk masuk
kedalam suatu ekosistem tumbuhan. Presentase tutupan kanopi penting untuk
dikaji karena menjadi indicator dalam mengetahui kondisi pertumbuhan
kerusakan serta laju degradasi vegetasi pantai secara berkala(Schaduw,
2019).Tutupan kanopi diperoleh pada pengolahan data yang mengacu pada
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup no.201 Tahun 2004 Tentang Kriteria
kerusakan Mangrove. Setiap stasiun diperoleh nilai yang termasuk dalam kategori
padat dengan didapatkan nilai ≥ 75% pada setiap stasiun. Penelitian yang
dilakukan oleh (Kumala et al., 2021) Mendapatakan hasil tutupan berkisar anatara
58,15±7,75 - 80,41±4,25 % , Hal ini disebabkan oleh tingginya kerapatan spesies
yang mendominasi Avicennia alba di suatu lokasi dipengaruhi oleh faktor seperti
substrat dan kemampuan suatu spesies pohon untuk beradaptasi dengan kondisi
lingkungan yang ada, Sedangkan presentase tutupan kanopi pada Desa Bancaran
memiliki persamaan berdasarkan hasil yang diperoleh serta faktor yang
menyebabkan nilai tutupan mencapai 91,4±0,82% disebabkan substart yang cocok
untuk pertumbuhan mangrove. Menurut (Dharmaji & Lestarina, 2019)
menyatakan Semakin tinggi kerapatan tegakan akan mengakibatkan melambannya
pertumbuhan diameter dikarenakan adanya kompetisi antar tegakan (Kadek et al.,
2020) Menyebutkan bahwa Avicennia sp pada ummnya menyukai substrat
berpasir kasar maupun lumpur yang dalam. Hal ini juga disebabkan oleh proses
reboisasi atau penanaman secara berkala sehingga jenis mangrove ini dapat
tumbuh dengan optimal serta didukung oleh substrat yang sesuai dengan
pertumbuhan mangrove tersebut.

4.3.1 Mangrove Health index


Tabel 4.2 Mangrove health index

Stasiun Plot Nilai Rata rata% Kategori

1 1 53,77
2 57,31 56,08 Sedang
3 57,17
2 1 64,02
2 51,57 55,68 Sedang
3 51,26
3 1 59,05
2 60,63 59,09 Sedang
3 57,62
4 1 64,89
2 51,02 55,46 Sedang
3 50,46
5 1 49,49
2 58,94 54,54 Sedang
3 55,19
6 1 50,31
2 61,81 52,85 Sedang
3 46,34
7 1 62,09
2 59,54 59,85 Sedang
3 57,12
8 1 61,40
2 61,13 56,04 Sedang
3 45,58

Berdasarkan grafik diatas diketahui bahwa mangrove health index yang


terdapat pada stasiun 1 memiliki nilai rata rata 56,09. Atau dalam kategori normal
hal ini menunjukan bahwa mangrove yang terdapat pada stasiun ini memiliki
tingkat kesehatan cukup baik. Pada stasiun 2 tingkat kesehatan mangrove
memiliki nilai rata rata 55,68 atau dalam kategori normal, nilai yang hampir sama
dengan stasiun sebelumnya disebabkan oleh kondisi substrat berlumpur yang
mendukung pertumbuhan mangrove pada stasiun ini. Sedangkan pada stasiun 3
tingkat kesehatan mangrove mimiliki nilai 59,10 atau dalam kategori normal, Hal
ini disebabkan oleh diameter mangrove yang besar sehingga memberikan nilai
yang lebih tinggi pada stasiun ini. Tingkat kesehatan mangrove pada stasiun 4
memiliki nilai 55,46 atau dalam kategori normal, Hal ini disebabkan oleh tipe
substrat yang memberikan pertumbuhan yang baik pada ekosistem mangrove.
Pada stasiun 5 memiliki nilai 54,55 atau dalam kategori normal. Nilai yang
dihasilkan rendah dari pada stasiun sebelumnya hal ini sebebabkan oleh jumlah
pohon yang ditemukan lebih sedikit dari pada stasiun sebelumnya. Stasiun 6
ditemukan lebih banyak sampah dari pada stasiun sebelumnya sehingga memiliki
nilai lebih rendah dari pada stasiun sebelumnya. Tingkat kesehatan mangrove
pada stasiun memiliki nilai sebesar 52,83 atau dalam kategori normal. Tebangan
seringkali ditemukan pada stasiun ini sehingga memberikan nilai lebih rendah dari
pada stasiun sebelumnya. Pada stasiun 7 memiliki nilai yang lebih tinggi sebesar
59,86 atau dalam kategori normal. Tingginya nilai yang dihasilkan dipengaruhi
oleh tipe substrat lumpur berpasir yang sesuai dengan jenis mangrove yang ada
pada stasiun ini serta lebih banyak ditemukannya mangrove tingkat pohon pada
stasiun ini. Tingkat kesehatan mangrove pada stasiun 8 memiliki nilai 56,04 atau
kategori normal
4.3.2 Mangrove Berdasarkan Citra satelit
Mangrove health index (MHI) atau diketahui sebagai indeks kesehatan
mangrove dapat diketahui dengan menggunakan citra satelit yang semakin
dikembangkan oleh sesuai dengan kegunaanya. Citra satelit digunakan untuk
kepemtigan berbagai kepentingan diantaranya untuk mengetahui indeks kesehatan
mangrove. Pada penelitian Mangrove health index di Desa Bancaran
menampilkan data dari citra sentinel-2. Data yang digunakan pada penelitian ini
yaitu data citra sentinel pada bulan November 2019. Citra sentinel-2 dapat
digunakan untuk menganalisa Mangrove health index dengan empat indeks
vegetasi analisis pengindraan jauh seperti Normalized Burn Ratio (NBR), Green
Chlorophyll Index (GCI), Structure Insensitive Pigment Index (SIPI), dan
Atmospherically Resistant Vegetation Index (ARVI) (Wayan Eka Dharmawan,
2021) Nilai Mangrove health index di dapatkan dengan mendapatkan masing
masing vegetasi tersbut.

Hasil yang didapatkan dari beberapa analisis tersebut selanjutnya di analisa


dengan menggunakan metode Otsu threshold. Tujuan metode Otsu threshold
adalah membagi histogram citra kedalam dua daerah yang berbeda secara
otomatis yaitu objek latar depan (Foreground) dan latar belakang (background)
yang memiliki bagian saling bertumpuk berdasarkan histogramnya. Metode ini
dapat secara otomatis mempu untuk memisahkan antara vegetasi mangrove dan
pada prosesnya metode ini dapat menemukan variasi terbesar anatara kelas seperti
memisahkan jenis vegetasi mangrove dan perairan pada citra dengan
menggunakan nilai NDVI. Analisis NDVI merupakan suatu nilai atau indeks
untuk menggambarkan tingkat kehijauan dari vegetasi mangrove.

Vegetasi merupakan kumpulan dari beberapa spesies tumbuhan yang hidup


bersama pada suatau tempat sehingga terjadi interaksi yang erat baik antara
sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya
sehingga membentuk suatu sistem yang dinamis. Informasi spektral pada citra
satelit yang berbeda dapat memberikan berbagai informasi Pada penelitian
Mangrove health index di Desa Bancaran menampilkan data dari citra sentinel.
Hasil pesebaran mangrove dengan menggunakan citra sentinel di tampilkan pada
Gambar 4.5 sebagai berikut
Gambar 4.5 Peta sebaran mangrove

Peta sebaran mangrove gambar 4.5 Desa Bancaran kabupaten Bangkalan


Kecamatan Bangkalan, Sebaran mangrove di Desa Bancaran ditemukan
Avicennia alba, Rhizopora stylosa, Avicennia marina, Sonneratia alba, Rhizopora
mucronata. Keberadaan ekosistem mangrove pada suatu kawasan perairan pesisir
merupakan suatu habitat yang sangat potensial bagi keberlangsungan kehidupan
berbagi biota perairan pesisir terutama pada daerah ekosistem mangrove Desa
Bancaran. Luas total hutan mangrove yang dimiliki Desa Bancaran Kecamatan
Bangkalan dilihat dari citra satelit dengan luas 40,4 ha. Faktor sebaran lainnya
yaitu terjadi secara alami dengan propagul yang jatuh tertancap terhdap substrat
dapat mendukung terjadinya sebaran mangrove di Desa Bancaran.

Analisis Indeks kesehatan mangrove menggunakan citra satelit dapat dilihat


pada gambar 4.6 Sebagai berikut.
Gambar 4.6 Peta Indeks Kesehatan Mangrove

Pada Gambar 4.6 menunjukan peta indeks kesehatan mangrove pada Desa
Bancaran kabupaten Bangkalan yang memiliki tingkat kesehatan yang berbeda
pada setiap kawasan. Kategori kesehatan mangrove yang di dapatkan dari hasil
analisis citra dibagi menjadi dua yaitu kategori tinggi dan rendah. Kategori tinggi
ditunjukan dengan warna biru, sedangkan kategori rendah ditunjukan dengan
warna kuning. Warna tertinggi ditunjukan dengan warna ungu dan biru pada
setiap kawasan mangrove. Nilai Mangrove heatlh index tertinggi (high) pada
kawasan Desa Bancaran yaitu dengan nilai 63% dan untuk nilai kategori rendah
(low) dengan nilai 0,01% Tingkat kesehatan mangrove pada Desa Bancaran rata
rata dalam kategori tinggi (High) Hal ini menunjukan bahwa ekosistem mangrove
Desa Bancaran dapat bermanfaat secara optimal untuk lingkungan.
Gambar 4.7 Peta kondisi Mangrove health index (MHI)

Pada Gambar 4.7 menunujukan peta kategori Mangrove health index (MHI) pada
wilayah Desa Bancaran, Bangkalan. Hasil analisis yang diperoleh menunjukan
dua kategori untuk MHI, yaitu poor dan moderate. Warna merah menunjukan
bahwa kawasan tersebut masuk dalam kategori poor atau miskin, sedangkan
warna hujau menunjukan kawasan tersebut dalam kategori Moderate atau sedang.
Ekosistem mangrove di Desa Bancaran didominasi oleh warna merah atau dalam
kategori miskin (poor) dan sebagian wilayah memiliki warna hijau atau dalam
kategori sedang (moderate) Luas yang dimiliki mangrove tingkat poor atau
miskin yaitu 33,6 ha dan luas mangrove dalam kategori moderate sebesar 6,8 ha.
Indek kesehatan mangrove perlu diperhatikan agar memberikan manfaat terhdap
lingkungan sekitar.

4.3.3.4. Uji Akurasi MHI Hasil Citra Satelit dengan Lapang Menggunakan
Analisis RMSE
Indeks kesehatan mangrove pada ekosistem mangrove didapatkan dengan
memperoleh data lapang dan data citra satelit yang berbeda. Nilai rata rata yang
diperoleh dari data citra sentinel dapat dilihat pada tabel 4.3 dibawah ini
Tabel 4.3 Hasil data citra satelit dan data lapang

MHI Data Citra Sentinel MHI data lapang


Rata Rata
Stasiun MHI Kelas MHI Kelas
rata rata
1.1 26,3 53,77
1.2 25,8 25,1 Poor 57,31 56,08 Moderate
1.3 23,1 57,17
2.1 35,5 64,02
2.2 28,3 2,9 Poor 51,57 55,68 Moderate
2.3 34,3 51,26
3.1 2,2 59,05
3.2 21,4 6,8 Poor 60,63 59,09 Moderate
3.3 13,9 57,62
4.1 37,9 64,89
4.2 34,0 37,9 Moderate 51,02 55,46 Moderate
4.3 40,6 50,46
5.1 42,5 49,49
5.2 46,7 47,3 Moderate 58,94 54,54 Moderate
5.3 52,7 55,19
6.1 34,0 50,31
6.2 41,7 43,2 Moderate 61,81 52,82 Moderate
6.3 54,0 46,34
7.1 17,7 62,09
7.2 33,2 24,2 Poor 59,54 59,85 Moderate
7.3 21,8 57,12
8.1 22,2 61,40
8.2 27,2 22,6 Poor 61,13 56,04 Moderate
8.3 18,3 45,58
Rata rata 30,6% Rata rata 56,19%
Hasil yang didapatkan pada analisis citra sentinel diperoleh nilai rata rata
seesar 30,6%, Sedangkan nilai rata rata yang diperoleh dari pengambilan data
lapang sebesar 56,19% pada tahun 2022. Ekosistem mangrove pada Desa
Bancaran mengalami peningkatan setiap tahun yang diakibatkan oleh proses
reboisasi atau penanaman yang sering dilakukan pada kawasan tersebut.
Perbedaan hasil yang diperoleh dikarenakan adanya pertumbuhan mangrove pada
setiap tahun. Kesehatan mangrove adalah istilah yang sering digunakan peneliti
untuk menggambarkan bagaimana status atau kondisi ekosistem mangrove di
suatu wilayah. Minimnya sinar matahari dapat mempengaruhi pertumbuhan semai
pohon. Semakin tinggi pohon maka akan semakin baik pertumbuhan mangrove.
Menurut (Fitriansyah et al., 2017) Menyatakan bahwa kisaran suhu untuk
mangrove dapat tumbuh subur ada diatas 20°C, dikarenakan pada suhu ini
mangrove mengalami proses pertumbuhan yang optimal. Pada stasiun 2, 3 dan 5
ditemukan tumpukan sampah sekitar 50% yang menutupi akar mangrove sehingga
dapat menghambat pertumbuhannya. Sampah yang terdapat pada lokasi penelitian
di dominasi oleh sampah Anorganik yang sulit atau membutuhkan waktu lama
agar terurai.

Nilai MHI menggambarkan kualitas komunitas mangrove yang merupakan


subjek utama dalam analisis ekosistem. Analisis pengindraan jauh menjadi
peluang untuk dimodelkan dengan nilai nilai MHI sehingga memberikan
gambaran kondisi kesehatan mangrove secara menyeluruh di satu lokasi
penelitian. Perbedaan hasil yang diperoleh dari citra satelit dengan data lapang
dapat dianalisis dengan menggunakan uji akurasi RMSE Root Mean Squared
Eror. Nilai koefisien regresi (R2-adjusted) tertinggi digunakan untuk melakukan
interpolasi sederhana sebaran MHI pada citra satu band yang disajikan dalam
bentuk peta. Uji akurasi dilakukan dengan menggunakan Root Mean Squared
Eror (Muhsoni et al., 2018) Apabila nilai RMSE mendekati 0 (semakin kecil)
maka nilai RMSE hasil prediksi semakin akurat. Hasil uji akurasi RMSE dengan
nilai sebesar 34,13, Hasil tersebut menunjukan nilai RMSE tidak mendekati 0,
maka akurasi data citra dan lapang masih tergolong belum akurat.
V.PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Jenis mangrove yang ditemukan di Desa Bancaran Kecamatan Bangkalan
Kabupaten Bangkalan ditemukan sebanyak 5 jenis antara lain Rhizopora
stylosa, Rhizopora mucronata, Avicennia Sp, Sonneratia Alba. Jenis
mangrove yang terdapat pada setiap stasiun
2. Strsuktur komunitas mangrove di Desa Bancaran kabupaten Bangkalan
menunjukan Kerapatan jenis tertinggi pada Stasiun 6 dengan jenis
Rhizopora mucronata dengan kerapatan jenis 25,66ind/ha, sedangkan
Frekuensi jenis rata rata menunjukan setap stsiun ditemukan jenis yang
sama dengan nilai frekuensi jenis 1,00ind/ha, Sedangkan indekes
dominansi teringgi terdapat pada stasiun 6 dengan jenis Rhizopora
mucronata dengan nilai domnansi 324,2/ha, Sedangkan Indeks Nilai
penting yang terdapat pada setiap stasiun INP tertinggi pada stasiun 8 jenis
avicennia alba dengan nilai 71,28 hal ini menunjukan bahwa Avicennia
alba memiliki kontribusi besar terhadap lingkungan.
3. Berdasarkan presentase tutupan kanopi diperoleh nilai rata rata sebesar
87,33% atau dalam kategori padat hal ini menunjukan bahwa ekosistem
mangrove yang terdapat pada Desa Bancaran dalam kategori baik,
Sedangkan Mangrove health indek diperoleh nilai rata rata sebesar 56,19%
atau dalam kategori normal, Hasil yang diperoleh menggunakan analsisi
citra satelit sentinel-2 diperoleh nilai rata rata 30,6 ata7 dalam kategori
miskin Hal ini perlu adanya peningkatan terhadap ekosstem mangrove
agar lebih baik lagi.

5.2 Saran

Adapaun saran dari penulis yaitu untuk kedepannya ada peneliti yang dapat
melanjutkan dan mengembangkan penelitian di kawasan mangrove Desa
Bancaran lebih kompleks lagi. Perlu adanya pemantauan kondisi mangrove agar
dapat terjaga kelestarian sehingga masyarakat dapat merasakan manfaat ekosistem
mangrove.
Daftar Pustaka

Alindra. (2019). No Title‫س‬. ANALISIS KESEHATAN HUTAN MANGROVE


DENGAN MENGGUNAKAN METODE HEMISPHERICAL
PHOTOGRAPHY DI KAWASAN PESISIR KABUPATEN TAPANULI
TENGAH PROVINSI SUMATERA UTARA Oleh, 2, 1–13.

Andiani et al. (2021). Hubungan antar parameter struktur tegakan mangrove


dalam estimasi simpanan karbon Aboveground pada skala komunitas.
13(December), 485–498.

As, S., Ulumuddin, Y., & Prayudha, B. (2020). Panduan Monitoring Struktur
Komunitas Mangrove di Indonesia (Issue September).

Ashton, E. C., & Macintosh, D. J. (2002). Preliminary assessment of the plant


diversity and community ecology of the Sematan mangrove forest, Sarawak,
Malaysia. Forest Ecology and Management, 166(1–3), 111–129.
https://doi.org/10.1016/S0378-1127(01)00673-9

Badan Standardisasi Nasional. (2011). SNI.7717:2011 Survei dan pemetaan


mangrove. 1–19.

Dewiyanti, I., Karina, S., & Parmadi, E. H. (2016). Indeks nilai penting vegetasi
mangrove di kawasan Kuala IDI, Kabupaten Aceh Timur. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Kelautan Dan Perikanan Unsyiah, 1(1), 82–95.

Dharmaji, D., & Lestarina, P. M. (2019). STATUS EKOSISTEM MANGROVE DI


KECAMATAN TAKISUNG , KABUPATEN TANAH LAUT : PENDEKATAN
HEMISPERICAL PHOTOGRAPHY Status of Mangrove Ecosystem in
Takisung District , Tanah Laut Regency : Hemisperical Photograph
Approach. 4(April), 138–142.

Doni Nurdiansah, & I Wayan Eka Dharmawan. (2021). Struktur Dan Kondisi
Kesehatan Komunitas Mangrove Di Pulau Middleburg-Miossu, Papua Barat.
Jurnal Ilmu Dan Teknologi Kelautan Tropis, 13(1), 81–96.
https://doi.org/10.29244/jitkt.v13i1.34484
Fitriansyah, A., Khairijon, & Gunawan, H. (2017). Penentuan status kerusakan
ekosistem hutan mangrove di Kecamatan Concong Kabupaten Indragiri
Hilir. Jurnal Riau Biologia, 2(2), 100–105.

Hamuna, B., & Tanjung, R. H. R. (2018). Deteksi Perubahan Luasan Mangrove


Teluk Youtefa Kota Jayapura Menggunakan Citra Landsat Multitemporal.
Majalah Geografi Indonesia, 32(2), 115. https://doi.org/10.22146/mgi.33755

Haris, A., Damar, A., Bengen, D. G., & Yulianda, F. (2012). Produksi Serasah
Mangrove dan Kontribusinya terhadap Perairan Pesisir Kabupaten Sinjai.
Octopus: Jurnal Ilmu Perikanan, 1(1), 13–18.

Havid, E., Jc, P., Dewiyanti, I., & Karina, S. (2016). INDEKS NILAI PENTING
VEGETASI MANGROVE DI KAWASAN KUALA IDI , KABUPATEN ACEH
TIMUR. 1(April), 82–95.

hidayah, Z. (2011). No Title. 3(1), 7–12.

Kadek, N., Prinasti, D., Bagus, I. G., Dharma, S., & Suteja, Y. (2020). Struktur
Komunitas Vegetasi Mangrove Berdasarkan Karakteristik Substrat di Taman
Hutan Raya Ngurah Rai , Bali. 6, 90–99.

Kawamuna, E. (2017). Jurnal Geodesi Undip Januari 2017 ANALISIS


KESEHATAN HUTAN MANGROVE BERDASARKAN Jurnal Geodesi Undip
Januari 2017. 6, 277–284.

Kholifi, K., Wardhani, M. K., & Muhsoni, F. F. (2021). Parameter Lingkungan


Habitat Mangrove Di Kecamatan Modung Kabupaten Bangkalan.
Juvenil:Jurnal Ilmiah Kelautan Dan Perikanan, 2(2), 76–86.
https://doi.org/10.21107/juvenil.v2i2.10631

Kumala, K. A., Pribadi, R., & Ario, R. (2021). Hemispherical Photography


Vegetasi Pantai di Perairan Pulau Sintok , Taman Nasional Karimunjawa.
10(2), 313–320.

Lumbu, T., Rumengan, A. P., Paruntu, C. P., Darwisito, S., Ompi, M., &
Mandagi, S. (2022). KAJIAN SIMPANAN KARBON PADA BIOMASSA
MANGROVE ( Study of Carbon Storage in Mangrove Biomass at The
Coastal Village of. 10(1), 63–71.

Muhammad Farhaby, A., Safitri, Y., & Wilanda, M. (2020). Kajian Awal Kondisi
Kesehatan Hutan Mangrove Di Desa Mapur Kabupaten Bangka. Samakia :
Jurnal Ilmu Perikanan, 11(2), 108–117.
https://doi.org/10.35316/jsapi.v11i2.789

Muhsoni, F. F., Sambah, A. B., Mahmudi, M., & Wiadnya, D. G. R. (2018).


Comparison of different vegetation indices for assessing mangrove density
using sentinel-2 imagery. International Journal of GEOMATE, 14(45), 42–
51. https://doi.org/10.21660/2018.45.7177

Muhsoni, F. F., Studi, P., Kelautan, I., & Trunojoyo, U. (2005). PEMETAAN
KERUSAKAN MANGROVE DI MADURA DENGAN NDVI SaluranInf
ramerahDek at SaluranMer ah SaluranInf ramerahDek at SaluranMer
ah.

Mulyadi, E., Hendriyanto, O., & Fitriani, N. (2010). Konservasi Hutan Mangrove.
Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan, vol.1, 51–58.

Munaimbala, M. R., Paruntu, C. P., & Rumengan, A. P. (2021). Struktur


Komunitas Mangrove Di Pesisir Desa Tatengesan, Kecamatan Posomaen,
Kabupaten Minahasa Tenggara. Jurnal Pesisir Dan Laut Tropis, 9(3), 172.
https://doi.org/10.35800/jplt.9.3.2021.38609

Noor et al. (2007). panduan pengenalan mangrove di indonesia (Issue May).

Noor, Y. R., Khazali, M., & Suryadiputra, I. N. N. (2012). MANGROVE di


Indonesia.

Poedjirahajoe, E. (2016). Jurnal Ilmu Kehutanan. 29–42.

Pramudji, P., Dharmawan, I. W. E., & Kusmana, P. C. (n.d.). Mangrove Health


Index.

Putri, E. S., Widiasari, A., Karim, R. A., Somantri, L., & Ridwana, R. (2021).
Pemanfaatan Citra Sentinel-2 Untuk Analisis Kerapatan Vegetasi Di Wilayah
Gunung Manglayang. Jurnal Pendidikan Geografi Undiksha, 9(2), 133–143.
Renta, P. P., Pribadi, R., Zainuri, M., Angraini, M., & Utami, F. (2016).
STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE DI DESA MOJO KABUPATEN.
1(2), 1–10.

Saputra, R., Gaol, J. L., & Agus, S. B. (2021). Studi Perubahan Tutupan Lahan
Berbasis Objek (Obia) Menggunakan Citra Satelit Di Kawasan Mangrove,
Pulau Dompak, Provinsi Kepulauan Riau. Jurnal Ilmu Dan Teknologi
Kelautan Tropis, 13(1), 39–55. https://doi.org/10.29244/jitkt.v13i1.27886

Schaduw, J. N. W. (2019). Struktur Komunitas Dan Persentase Penutupan Kanopi


Mangrove Pulau Salawati Kabupaten Kepulauan Raja Ampat Provinsi Papua
Barat. Majalah Geografi Indonesia, 33(1), 26.
https://doi.org/10.22146/mgi.34745

Senoaji, G., & Hidayat, M. F. (2017). PERANAN EKOSISTEM MANGROVE


DI KOTA PESISIR BENGKULU DALAM MITIGASI PEMANASAN
GLOBAL MELALUI PENYIMPANAN KARBON (The Role of Mangrove
Ecosystem in the Coastal City of Bengkulu in Mitigating Global Warming
through Carbon sequestration). Jurnal Manusia Dan Lingkungan, 23(3), 327.
https://doi.org/10.22146/jml.18806

Sunarni, Maturbongs R, M., Arifin, T., & Rahmania, R. (2019). Zonasi and
Community Structure of Mangrove in Coastal Area of Merauke District.
Jurnal Kelautan Nasional, 14(3), 165–178.
file:///C:/Users/COSTUMER/Dropbox/My PC (DESKTOP-
A68G59I)/Documents/Kumpulan Jurnal for S3/Zonasi dan struktur
komunitas mangrovedi KAB. merauke.pdf

Tebaiy, S., Yulianda, F., Fahrudin, A., & Muchsin, I. (2021). Struktur Komunitas
Padang Lamun Dan Strategi Pengelolaan Di Teluk Youtefa Jayapura Papua.
Jurnal Segara, 10(2). https://doi.org/10.15578/segara.v10i2.23

Tidore, S., Sondak, C. F., Rumengan, A. P., Kaligis, E. Y., Ginting, E. L., &
Kondoy, C. (2021). Struktur Komunitas Hutan Mangrove Di Desa Budo
Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara. Jurnal Pesisir Dan Laut
Tropis, 9(2), 71. https://doi.org/10.35800/jplt.9.2.2021.35236
Tinambunan, S. A., Pertami, N. D., & Ernawati, N. M. (2021). Percentage of
Mangrove Canopy Cover and Mollusks Abundance in Benoa Bay Mangrove
Ecosystem. Advances in Tropical Biodiversity and Environmental Sciences,
5(3), 105. https://doi.org/10.24843/atbes.2021.v05.i03.p05

Vitasari, M. (2015). Kerentanan Ekosistem Mangrove terhadap Ancaman


Gelombang Ektrim / Abrasi Di Kawasan Konservasi Pulau Dua Banten. 8,
33–36.

Wayan Eka Dharmawan, I. (2021). Mangrove health index distribution on the


restored post-tsunami mangrove area in Biak Island, Indonesia. IOP
Conference Series: Earth and Environmental Science, 860(1).
https://doi.org/10.1088/1755-1315/860/1/012007

Wayan, I., Dharmawan, E., & Pramudji, &. (2014). Status Ekosistem Status
Ekosistem Panduan Monitoring (Issue 1). http://www.coremap.or.id
Daftar Lampiran

NO Gambar Keterangan
1. Mengukur diameter
mangrove

2. Hasil mengukur
diameter mangrove

3. Melakukan transek
terhadap setiap plot

4. Istirahat setelah
melakukan penelitian
Stasiun X(nilai citra) Y (nilai lapang) (X-Y)^2
St1 25,1 56,08 959,7604
st2 2,9 55,68 2785,728
st3 6,8 59,09 2734,244
st4 37,9 55,46 308,3536
st5 47,3 54,54 52,4176
st6 43,2 52,82 92,5444
st7 24,2 59,85 1270,923
st8 22,6 56,04 1118,234
1165,276
RMSE 34,13613
Data Perhitungan uji akurasi

Anda mungkin juga menyukai