SKRIPSI
Oleh :
Fauzen Alfan
NPM 180351100050
SKRIPSI
Oleh:
Fauzen Alfan
18.03.5.1.1.00050
Oleh:
FAUZEN ALFAN
NPM. 18.03.5.1.1.00026
Disetujui oleh:
Pembimbing I
Menyatakan bahwa Laporan Akhir (Skripsi) ini adalah karya sendiri dan
belum pernah diajukan sebagai pemenuhan persyaratan untuk memperoleh gelar
Sarjana Strata Satu (S1) dari Universitas Trunojoyo Madura.
Semua Informasi yang dimuat dalam Laporan Akhir (Skripsi) ini yang
berasal dari penulis yang baik dipublikasikan maupun tidak telah diberikan
penghargaan dengan mengutip nama sumber penulis secara benar dan semua dari
Laporan Akhir (Skripsi) ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya sebagai
penulis.
FAUZEN ALFAN NPM. 18.03.5.1.1.00050. Struktur Komunitas, Presentase
Tutupan Kanopi dan Mangrove Health Index Pada Ekowisata Mangrove di Desa
Bancaran Kabupaten Bangkalan. Dibawah Bimbingan Dr. Firman Farid
Muhsoni, S.Pi., M.Sc
ABSTRAK
Riwayat pendidikan penulis ini adalah ada pada tahun 2012 lulus dari SDN
Bulangan Barat, kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang SMP yaitu
tepatnya SMP Islam An-nidhomiyah dan lulus pada tahun 2015. Pada tahun 2018
penulis lulus dari SMA Islam An-nidhomiyah . Penulis melanjutkan pendidikan
ke jenjang yang lebih tinggi yaitu perguruan tinggi dan pada tahun 2018 resmi
menjadi mahasiswa di pergruan tinggi negeri yaitu Universitas Trunojoyo
Madura. Program studi yang dipilih penulis adalah program studi Manajemen
Sumberdaya Perairan yang berada dalam Fakultas Pertanian.
2. Keluarga tercinta yaitu Ayah dan ibu serta adik yang telah
memberikan dukungan serta selalu mendoakan penulis dalam
penyusunan proposal skripsi.
Penulis
DAFTAR ISI
I.PENDAHULUAN
1.1 latar Belakang
Mangrove merupakan tumbuhan yang hidup didaerah pasang surut air laut
serta menjadi salah satu penyedia unsur hara bagi ekosistem di sekitarnya.
Ekosistem mangrove memiliki berbagi fungsi selain penyedia unsur hara bagi
biota, mangrove dapat melarutkan berbagai bahan pencemar yang dapat
mempengaruhi organisme disekitarnya. Mangrove berperan penting dalam
kelangsungan hidup biota dan mahkluk hidup disekitarnya sebagai tempat
berlindung serta memijah dan membesarkan berbagai jenis biota. Mangrove
adalah tipe hutan tropik yang dapat tumbuh disepanjang pantai serta muara sungai
yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut (Schaduw, 2019).
Keterangan gambar :
Am: Avicennia marina Sa: Sonneratia alba
Aa: Avicennia alba Rs: Rhizopora stylosa
Rm: Rhizopora muscronata Xm: Xylocarpus molucensis
2.4 Kondisi Ekosistem Mangrove di Indonesia
Ekosistem mangrove di Indonesia mengalami penurunan disetiap daerah
dikarenakan adanya reklamasi dan penebangan pohon secara terus menerus,
penebangan pohon terjadi akibat kurangnya pemahaman oleh masyarakat tentang
manfaat mangrove ekosistem mangrove dikawasan pasang surut tersebut.
Penebangan pohon mangrove terjadi secara terus menerus diakibatkan oleh
kepentingan ekonomi seperti pemanfaatan bahan industry arang untuk kebutuhan
ekspor dan pemanfaatan kebutuhan industry lainya (Haris et al., 2012).
Hutan mangrove dimanfaatkan sebagai kayu bakar yang dilakukan secara terus
menerus dapat mengakibatkan kerusakan pada ekosistem mangrove sekaligus
menyebabkan penurunan kelimpahan flora dan fauna didalamnya. Adanya
pengelolaan ekosistem mangrove agar dapat dikembangkan serta terjadi
kelimpahan flora dan fauna yang hidup disekitar mangrove disekitarnya guna
untuk pelestarian ekosistem mangrove (Fitriansyah et al., 2017).
Luas Kerusakan
Tahun Kepadatan
(Ha)
2005 95,10 2,64
2006 96,75 3,94
2007 99,64 5,44
2008 102,53 6,44
Sumber : (Mulyadi et al., 2010)
Komunitas mangrove yang tumbuh pada pulau pulau kecil memiliki peranan
yang cukup signifikan secara ekologi, fisik, dan sosial ekonomi. Biota yang
bernilai ekonomis tinggi menjadi sumber pangan dan perdagangan diperoleh dari
ekosistem mangrove. Pengukuran kualitas kesehatan mangrove dapat dilakukan
dengan menggunakan analisis parameter struktur komunitas, pengindraan jauh
dan kombinasi dari keduanya. Analisis (Wayan Eka Dharmawan, 2021) terhadap
dataset COREMAP CTI menghasilkan parameter struktur tegakan terseleksi untuk
menyusun formula Mangrove health index (MHI) yang cukup sederhana sehingga
mudah diterapkan nilai MHI menggambarkan kualitas komunitas mangrove yang
merupakan subjek utama dalam ekosistem.
Sentinel-2 adalah salah satu satelit pengindraan jauh dengan sensor pasif
buatan eropa multispectral yang mempunyai 13 band, 4 band beresolusi 10 m, 6
band beresolusi 20 m, dan 3 band beresolusi spasial 60 m dengan area sapuan 290
km. Sentinel-2 dapat digunakan untuk kepentingan monitoring lahan, data dasar
untuk penggunaan lahan yang dapat digunakan untuk kepentingan monitoring dan
perencanaan lingkungan. (Kawamuna, 2017).
6 (Tinambunan et al., Presentase Tutupan Mangrove Metode yang digunakan dalam pengumpulan data Presentase tutupan kanopi mangrove di
2021) dan Kelimpahan Moluska di presentase tutupan mangrove adalah hemispherical Teluk Benoa berapa pada kategori baik
Ekosistem Mangrove Teluk photography dan menggunakan kamera dengan nilai rata-rata 76,59%.
Benoa pengambilan data dilakukan dengan menggunakan
kamera dan pengambilan foto dilakukan dengan
diarahkan tegak lurus terhadap langit. posisikan
kamera setinggi dada Setiap titik 10 × 10 m dibagi
menjadi empat titik kecil 5 Ada 4 titik pemotretan
di setiap titik 10m × 10m.× ukuran 5 m. Nomor
foto dicatat pada formulir lembar data untuk
memudahkan analisis data.
7 (Saputra et al., Studi perubahan tutupan lahan Metode yang digunakan dalam penelitian ini Berdasarkan analisis perubahan tutupan
2021) mangrove berbasis objek menggunakan hemispherical photography lahan mangrove dengan pendekatan metode
menggunakan citra satelit di digunakan untuk memperoleh presentase tutupan OBIA, luas mangrove Pulau Dompak dari
pulau dompak provinsi kanopi mangrove dilapangan, empat foto yang tahun 2007 sampai 2018 mengalami
kepulauan riau diambil kemudian dianalisis menggunakan perubahan sebesar 34,19% atau sekitar 46.61
aplikasi ImageJ dan selanjutnya hasil presentase ha.
dihitung rataratanya.
8 (Andiani et al, 2021) Hubungan antar parameter Metode hemispherical Photography digunakan Kawasan ekosistem mangrove Teluk benoa
struktur tegakan mangrove dalam dalam menentukan presentase tutupan kanopi dilihat dari komunitas mangrove
estimasi simpanan karbon komunitas mangrove Sebanyak sembilan foto menunjukkan kondisi yang baik pada
Aboveground pada skala hemisphere diambil dengan menggunakan kamera kategori Kerapatan pohon serta tutupan
komunitas ponsel pintar dengan rasio output 1:1. Foto kanopi
dianalisis menggunakan perangkat lunak ImageJ.
9 (Munaimbala et al., Struktur komunitas mangrove di Metode yang digunakan dalam penelitian ini Nilai indeks penting tertinggi ditemukan
2021) pesisir Desa tatengesan adalah metode transek kuadrat. Teknik pada jenis Rhizopora mucronata, sedangkan
kecamatan posomaen, kabupaten pengambilan data dilakukan dengan cara menarik yang terendah ditemukan pada jenis
minahasa tenggara garis lurus dari arah laut bagian vegetasi mangrove B.gymohirza.
terluar ke arah darat. Bentangan transek garis
sepanjang 100 m diletakkan di 3 transek dimana
tiap transek terdapat 5 titik atau petak kuadrat
berukuran 10 x 10 m2 dengan jarak antar titik 10
m. Adapun informasi pustaka tentang jenis
mangrove untuk identifikasi menggunakan
beberapa buku panduan mangrove
10 (Kumala et al., Hemispherical Photography Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Struktur komunitas pada lokasi penelitian
2021) Vegetasi Pantai di Perairan Pulau metode deskriptif. Tutupan kanopi vegetasi pantai memiliki nlai kerapatan pada kategori pohon
Sintok, Taman Nasional dihitung dengan metode hemispherical berkisar berkisar antara 532-1165 ind/ha.
Karimunjawa photography.
III.METODE PENELITIAN
Mulai
Studi Literatur
Pengambilan Data
Kesimpulan
Gambar 3.5 Pembagian titik menjadi 4-9 keadran pengambilan foto yang
tergantung dari kerimbunan kanopi komunitas mangrove (As et al., 2020).
3.4.4 Analisis Data
3.4.5.1 Struktur Komunitas Mangrove
1. Frekuensi jenis
Frekuensi jenis (F) yaitu peluang ditemukannya jenis ke- i dalam titik yang
dibuat. Rumus yang digunakan untuk analisis ini adalah sebagai berikut (Badan
Standardisasi Nasional, 2011).
𝑃𝑖
𝐹1 =
∑𝑝
Keterangan :
Fi =Frekuensi jenis ke-i
Pi = Jumlah petak contoh/titik dimana ditemukan jenis
∑p = Jumlah total petak contoh/titik yang diamati
𝐹𝑖
𝑅𝐹𝑖 = X 100
∑𝐹
Keterangan :
Kerapatan jenis (Di Merupakan cara untuk mengetahui kerapatan jenis di lokasi
transek tersebut dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Havid et al., 2016).
𝑛𝑖
𝐷𝑖 = 𝑋 100
𝐴
Keterangan :
Di = Kerapatan jenis ke-i
ni = Jumlah total tegakan (pohon) dari jenis i
A = Luas area pengambilan contoh (luas petakcontoh/titik)
4. Kerapatan relatif dari jenis ke-i
Kerapatan Relatif (RDi) adalah perbandingan antara jumlah tegakan jenis ke-I
(Ni) dan total tegakan seluruh jenis (∑n) berikut rumus yang digunakan (Havid et
al., 2016)
𝑛𝑖
𝑅𝑑𝑖 = ∑𝑛 𝑋 100
Keterangan :
Rdi = Kerapatan Relatif (%)
ni = Jumlah Individu Jenis ke-I (ind)
Σn = Jumlah Seluruh individu
Nilai penting suatu jenis berkisar antara 0% - 300%. Nilai penting ini
memberikan suatu gambaran mengenai pengaruh atau peranan suatu jenis
tumbuhan mangrove dalam komunitas mangrove (Dewiyanti et al., 2016)
Kerapatan
Kriteria Penutupan (%)
(Pohon/Ha)
Baik Sangat Padat >70 ≥1500
Padat >50-<70 ≥1000 - < 1500
Rusak Jarang <50 <1000
Sumber : Kepmen LH.No.201,2004
Keterangan :
MHI :Mangrove health index
S :Skor
C :Presentase tutupan kanopi (%)
D :Diameter batang (pancang + pohon) (cm)
Nsp :Jumlah pancang per luas area
Kesehatan Kategori
<33.33% Poor
33.33-66.67% Moderate
>66.67% Excellent
No Jenis Stasiun
mangrove 1 2 3 4 5 6 7 8
1 A.marina 15 - - 19 29 - 43 -
2 A.alba 33 17 16 - 4 13 17 39
3 S.alba 6 31 14 15 8 6 - -
4 R.mucronata 3 7 26 32 30 57 10 17
5 R.Stylosa - - - - - - 10 -
4.2.3 Dominansi
Dominansi
1400
1200
1000
Axis Title
800
600
400
200
0
1 2 3 4 5 6 7 8
Stasiun
A.alba 513,39 439,62 285,09 438,51 47,33 324,2 254,12 897,86
A.marina 248,53 0,00 38,77 0,00 558,3 0,00 95,96 0,00
S.alba 119,77 787,31 352,23 496,76 284,48 231,72 0,00 0,00
R.mucronata 56,69 171,29 465,42 106,97 559,1 1223,2 986,02 222,78
R.stylosa 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 197,03 0,00
INP
250
200
150
100
50
0
1 2 3 4 5 6 7 8
Stasiun
A.alba 156,4 101,1 84,54 83,05 23,19 72,51 71,28 225,81
A.marina 81,53 0 21,06 0 125,04 18,13 39,2 0
S.alba 37,34 149,2 76,03 23 45,18 45,75 0 0
R.mucronata 24,74 49,75 118,37 130,89 0 181,74 144,9 74,19
R.stylosa 0 0 0 0 0 0 44,62 0
Berdasarkan grafik INP Indeks nilai penting tertinggi pada stasiun 1 terdapat
jenis mangrove Avicennia alba, Avicennia marina,dengan nilai INP sebesar 156,4
dan 81,53. Stasiun 2 terdapat jenis mangrove Sonneratia alba dengan nilai inp
sebesar 149,2 dan Avicennia alba dengan jumlah inp 101,1 dan jensi Rhizopora
mucronata 49,75 Jenis mangrove Sonneratia alba pada stasiun 2 lebih tinggi
dibandingkan dengan stasiun stasiun 4 karena dipengaruhi oleh kerapatan jenis
yang mana kerapatan jen is Sonneratia alba lebih tinggi dibandingkan dengan
stasiun 4. Stasiun 3 terdapat jenis mangrove Rhizopora mucronata dengan nilai
inp 118,37 dan jenis Avicennia alba dengan nilai inp 84,54 sedangkan jenis
Sonneratia alba memiliki nilai inp 76,03. Stasiun 4 terdapat jenis Rhizopora
mucronata dengan nilai inp 130,89 dan jenis Avicennia alba dengan inp sebesar
86,05. Stasiun 5 terdapat jenis Avicenia marina dengan nilai inp 125,04
sedangkan jenis Sonneratia alba memiliki nilai inp sebesar 23,19, jenis Avicennia
alba memiliki nilai inp sebesar 23,19. Stasiun 6 ditemukan jenis Rhizopora
mucronata dengan nilai inp sebesar 144,9 sedang jenis Sonneratia alba memiliki
nilai inp sebesar 45,75 jenis Avicennia alba memiliki inp sebesar 72,51. Stasiun
7ditemukan jenis Rhizopora mucronata dengan nilai inp sebesar 144,9 dan
Avicennia alba memiliki nilai inp sebesar 71,28 jenis Avicennia marina memiliki
nilai inp sebesar 39,2. Mangrove jenis Rhizopora stylosa ditemukan pada stasiun
ini dengan nilai inp sebesar 44,62. Stasiun 8 ditemukan jenis manrove Avicennia
alba dan Rhizopora mucronata dengan nilai inp sebesar 74,19. Jenis yang
mempunyai inp paling besar maka jenis tersebut yang mempunyai daya adaptasi
atau kemampuan reproduksi lebih baik di bandingkan dengan tumbuhn yang lain
dalam satu lingkungan(Vitasari, 2015)
1 1 53,77
2 57,31 56,08 Sedang
3 57,17
2 1 64,02
2 51,57 55,68 Sedang
3 51,26
3 1 59,05
2 60,63 59,09 Sedang
3 57,62
4 1 64,89
2 51,02 55,46 Sedang
3 50,46
5 1 49,49
2 58,94 54,54 Sedang
3 55,19
6 1 50,31
2 61,81 52,85 Sedang
3 46,34
7 1 62,09
2 59,54 59,85 Sedang
3 57,12
8 1 61,40
2 61,13 56,04 Sedang
3 45,58
Pada Gambar 4.6 menunjukan peta indeks kesehatan mangrove pada Desa
Bancaran kabupaten Bangkalan yang memiliki tingkat kesehatan yang berbeda
pada setiap kawasan. Kategori kesehatan mangrove yang di dapatkan dari hasil
analisis citra dibagi menjadi dua yaitu kategori tinggi dan rendah. Kategori tinggi
ditunjukan dengan warna biru, sedangkan kategori rendah ditunjukan dengan
warna kuning. Warna tertinggi ditunjukan dengan warna ungu dan biru pada
setiap kawasan mangrove. Nilai Mangrove heatlh index tertinggi (high) pada
kawasan Desa Bancaran yaitu dengan nilai 63% dan untuk nilai kategori rendah
(low) dengan nilai 0,01% Tingkat kesehatan mangrove pada Desa Bancaran rata
rata dalam kategori tinggi (High) Hal ini menunjukan bahwa ekosistem mangrove
Desa Bancaran dapat bermanfaat secara optimal untuk lingkungan.
Gambar 4.7 Peta kondisi Mangrove health index (MHI)
Pada Gambar 4.7 menunujukan peta kategori Mangrove health index (MHI) pada
wilayah Desa Bancaran, Bangkalan. Hasil analisis yang diperoleh menunjukan
dua kategori untuk MHI, yaitu poor dan moderate. Warna merah menunjukan
bahwa kawasan tersebut masuk dalam kategori poor atau miskin, sedangkan
warna hujau menunjukan kawasan tersebut dalam kategori Moderate atau sedang.
Ekosistem mangrove di Desa Bancaran didominasi oleh warna merah atau dalam
kategori miskin (poor) dan sebagian wilayah memiliki warna hijau atau dalam
kategori sedang (moderate) Luas yang dimiliki mangrove tingkat poor atau
miskin yaitu 33,6 ha dan luas mangrove dalam kategori moderate sebesar 6,8 ha.
Indek kesehatan mangrove perlu diperhatikan agar memberikan manfaat terhdap
lingkungan sekitar.
4.3.3.4. Uji Akurasi MHI Hasil Citra Satelit dengan Lapang Menggunakan
Analisis RMSE
Indeks kesehatan mangrove pada ekosistem mangrove didapatkan dengan
memperoleh data lapang dan data citra satelit yang berbeda. Nilai rata rata yang
diperoleh dari data citra sentinel dapat dilihat pada tabel 4.3 dibawah ini
Tabel 4.3 Hasil data citra satelit dan data lapang
5.1 Kesimpulan
1. Jenis mangrove yang ditemukan di Desa Bancaran Kecamatan Bangkalan
Kabupaten Bangkalan ditemukan sebanyak 5 jenis antara lain Rhizopora
stylosa, Rhizopora mucronata, Avicennia Sp, Sonneratia Alba. Jenis
mangrove yang terdapat pada setiap stasiun
2. Strsuktur komunitas mangrove di Desa Bancaran kabupaten Bangkalan
menunjukan Kerapatan jenis tertinggi pada Stasiun 6 dengan jenis
Rhizopora mucronata dengan kerapatan jenis 25,66ind/ha, sedangkan
Frekuensi jenis rata rata menunjukan setap stsiun ditemukan jenis yang
sama dengan nilai frekuensi jenis 1,00ind/ha, Sedangkan indekes
dominansi teringgi terdapat pada stasiun 6 dengan jenis Rhizopora
mucronata dengan nilai domnansi 324,2/ha, Sedangkan Indeks Nilai
penting yang terdapat pada setiap stasiun INP tertinggi pada stasiun 8 jenis
avicennia alba dengan nilai 71,28 hal ini menunjukan bahwa Avicennia
alba memiliki kontribusi besar terhadap lingkungan.
3. Berdasarkan presentase tutupan kanopi diperoleh nilai rata rata sebesar
87,33% atau dalam kategori padat hal ini menunjukan bahwa ekosistem
mangrove yang terdapat pada Desa Bancaran dalam kategori baik,
Sedangkan Mangrove health indek diperoleh nilai rata rata sebesar 56,19%
atau dalam kategori normal, Hasil yang diperoleh menggunakan analsisi
citra satelit sentinel-2 diperoleh nilai rata rata 30,6 ata7 dalam kategori
miskin Hal ini perlu adanya peningkatan terhadap ekosstem mangrove
agar lebih baik lagi.
5.2 Saran
Adapaun saran dari penulis yaitu untuk kedepannya ada peneliti yang dapat
melanjutkan dan mengembangkan penelitian di kawasan mangrove Desa
Bancaran lebih kompleks lagi. Perlu adanya pemantauan kondisi mangrove agar
dapat terjaga kelestarian sehingga masyarakat dapat merasakan manfaat ekosistem
mangrove.
Daftar Pustaka
As, S., Ulumuddin, Y., & Prayudha, B. (2020). Panduan Monitoring Struktur
Komunitas Mangrove di Indonesia (Issue September).
Dewiyanti, I., Karina, S., & Parmadi, E. H. (2016). Indeks nilai penting vegetasi
mangrove di kawasan Kuala IDI, Kabupaten Aceh Timur. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Kelautan Dan Perikanan Unsyiah, 1(1), 82–95.
Doni Nurdiansah, & I Wayan Eka Dharmawan. (2021). Struktur Dan Kondisi
Kesehatan Komunitas Mangrove Di Pulau Middleburg-Miossu, Papua Barat.
Jurnal Ilmu Dan Teknologi Kelautan Tropis, 13(1), 81–96.
https://doi.org/10.29244/jitkt.v13i1.34484
Fitriansyah, A., Khairijon, & Gunawan, H. (2017). Penentuan status kerusakan
ekosistem hutan mangrove di Kecamatan Concong Kabupaten Indragiri
Hilir. Jurnal Riau Biologia, 2(2), 100–105.
Haris, A., Damar, A., Bengen, D. G., & Yulianda, F. (2012). Produksi Serasah
Mangrove dan Kontribusinya terhadap Perairan Pesisir Kabupaten Sinjai.
Octopus: Jurnal Ilmu Perikanan, 1(1), 13–18.
Havid, E., Jc, P., Dewiyanti, I., & Karina, S. (2016). INDEKS NILAI PENTING
VEGETASI MANGROVE DI KAWASAN KUALA IDI , KABUPATEN ACEH
TIMUR. 1(April), 82–95.
Kadek, N., Prinasti, D., Bagus, I. G., Dharma, S., & Suteja, Y. (2020). Struktur
Komunitas Vegetasi Mangrove Berdasarkan Karakteristik Substrat di Taman
Hutan Raya Ngurah Rai , Bali. 6, 90–99.
Lumbu, T., Rumengan, A. P., Paruntu, C. P., Darwisito, S., Ompi, M., &
Mandagi, S. (2022). KAJIAN SIMPANAN KARBON PADA BIOMASSA
MANGROVE ( Study of Carbon Storage in Mangrove Biomass at The
Coastal Village of. 10(1), 63–71.
Muhammad Farhaby, A., Safitri, Y., & Wilanda, M. (2020). Kajian Awal Kondisi
Kesehatan Hutan Mangrove Di Desa Mapur Kabupaten Bangka. Samakia :
Jurnal Ilmu Perikanan, 11(2), 108–117.
https://doi.org/10.35316/jsapi.v11i2.789
Muhsoni, F. F., Studi, P., Kelautan, I., & Trunojoyo, U. (2005). PEMETAAN
KERUSAKAN MANGROVE DI MADURA DENGAN NDVI SaluranInf
ramerahDek at SaluranMer ah SaluranInf ramerahDek at SaluranMer
ah.
Mulyadi, E., Hendriyanto, O., & Fitriani, N. (2010). Konservasi Hutan Mangrove.
Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan, vol.1, 51–58.
Putri, E. S., Widiasari, A., Karim, R. A., Somantri, L., & Ridwana, R. (2021).
Pemanfaatan Citra Sentinel-2 Untuk Analisis Kerapatan Vegetasi Di Wilayah
Gunung Manglayang. Jurnal Pendidikan Geografi Undiksha, 9(2), 133–143.
Renta, P. P., Pribadi, R., Zainuri, M., Angraini, M., & Utami, F. (2016).
STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE DI DESA MOJO KABUPATEN.
1(2), 1–10.
Saputra, R., Gaol, J. L., & Agus, S. B. (2021). Studi Perubahan Tutupan Lahan
Berbasis Objek (Obia) Menggunakan Citra Satelit Di Kawasan Mangrove,
Pulau Dompak, Provinsi Kepulauan Riau. Jurnal Ilmu Dan Teknologi
Kelautan Tropis, 13(1), 39–55. https://doi.org/10.29244/jitkt.v13i1.27886
Sunarni, Maturbongs R, M., Arifin, T., & Rahmania, R. (2019). Zonasi and
Community Structure of Mangrove in Coastal Area of Merauke District.
Jurnal Kelautan Nasional, 14(3), 165–178.
file:///C:/Users/COSTUMER/Dropbox/My PC (DESKTOP-
A68G59I)/Documents/Kumpulan Jurnal for S3/Zonasi dan struktur
komunitas mangrovedi KAB. merauke.pdf
Tebaiy, S., Yulianda, F., Fahrudin, A., & Muchsin, I. (2021). Struktur Komunitas
Padang Lamun Dan Strategi Pengelolaan Di Teluk Youtefa Jayapura Papua.
Jurnal Segara, 10(2). https://doi.org/10.15578/segara.v10i2.23
Tidore, S., Sondak, C. F., Rumengan, A. P., Kaligis, E. Y., Ginting, E. L., &
Kondoy, C. (2021). Struktur Komunitas Hutan Mangrove Di Desa Budo
Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara. Jurnal Pesisir Dan Laut
Tropis, 9(2), 71. https://doi.org/10.35800/jplt.9.2.2021.35236
Tinambunan, S. A., Pertami, N. D., & Ernawati, N. M. (2021). Percentage of
Mangrove Canopy Cover and Mollusks Abundance in Benoa Bay Mangrove
Ecosystem. Advances in Tropical Biodiversity and Environmental Sciences,
5(3), 105. https://doi.org/10.24843/atbes.2021.v05.i03.p05
Wayan, I., Dharmawan, E., & Pramudji, &. (2014). Status Ekosistem Status
Ekosistem Panduan Monitoring (Issue 1). http://www.coremap.or.id
Daftar Lampiran
NO Gambar Keterangan
1. Mengukur diameter
mangrove
2. Hasil mengukur
diameter mangrove
3. Melakukan transek
terhadap setiap plot
4. Istirahat setelah
melakukan penelitian
Stasiun X(nilai citra) Y (nilai lapang) (X-Y)^2
St1 25,1 56,08 959,7604
st2 2,9 55,68 2785,728
st3 6,8 59,09 2734,244
st4 37,9 55,46 308,3536
st5 47,3 54,54 52,4176
st6 43,2 52,82 92,5444
st7 24,2 59,85 1270,923
st8 22,6 56,04 1118,234
1165,276
RMSE 34,13613
Data Perhitungan uji akurasi