Anda di halaman 1dari 26

PENGARUH PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN LELE MUTIARA

(Clarias gariepinus) DI BALAI BENIH IKAN DINAS PERIKANAN


KABUPATEN BANGKALAN

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG

Oleh :
ASHMA ROBIATUL ADZWIYAH
19.03.5.1.1.000.72

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

BANGKALAN

2022
PENGARUH PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN LELE MUTIARA
(Clarias gariepinus) DI BALAI BENIH IKAN DINAS PERIKANAN
KABUPATEN BANGKALAN

PRAKTIK KERJA LAPANG

Diajukan
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh derajat sarjana Strata 1
Pada Program Studi Manajemen Sumberdaya perairan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Oleh :
Ashma Robiatul Adzwiyah
19.03.5.1.1.00072

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

BANGKALAN

2022

i
PENGARUH PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN LELE MUTIARA
(Clarias gariepinus) DI BALAI BENIH IKAN DINAS PERIKANAN
KABUPATEN BANGKALAN

Oleh:
Ashma Robiatul Adzwiyah
19.03.511.000.72

Telah dipertahankan di depan dewan penguji


Pada tanggal
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima
Pembimbing, Penguji,

Abdus Salam Junaedi, S.Si., M,Si. Abdus Salam Junaedi, S.Si., M.Si.
NIP. 19920626201903 1 022 NIP. 19920626201903 1 022

Bangkalan,
Fakultas Pertanian
Universitas Trunojoyo Madura

Mengetahui, Mengetahui,
Koordinator Program Studi Dekan Fakultas Pertanian
Manajemen Sumberdaya Perairan Universitas Trunojoyo Madura

Dr. Firman Farid Muhsoni, S.Pi.,M.Sc. Dr. M. Fuad F. Mu’tamar,S.TP., M.Si


NIP. 197062620002121001 NIP. 19740215200604 1 001

RIWAYAT HIDUP

ii
Ashma Robiatul Adzwiyah yang akrab dipanggil Ashma dilahirkan di Bangkalan
pada tanggal 30 Mei 2001. Tempat tinggal penulis saat ini di Desa Moarah Barat
Kecamatan Klampis, Kabupaten Bangkalan. Ashma Robiatul Adzwiyah merupakan
anak ketiga dari pasangan suami istri Budiman dan Budiyanti, Adik dari Ulfa Syahria
Balgis dan Sofyan Syaifullah Mugis.
Riwayat Pendidikan penulis pada tahun 2007-2013 SDN Arosbaya 01. Kemudian
pada tahun 2013-2016 SMP Negeri 01 Arosbaya. Penulis melanjutkan jenjang
pendidikannya di SMA Negeri 01 Arosbaya dan lulus pada tahun 2019. Pada tahun
2019 penulis diterima di salah satu Universitas Negeri ternama di Madura yaitu
Universitas Trunojoyo Madura di Fakultas Pertanian, Program Studi Manajemen
Sumberdaya Perairan.

iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

iv
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim,

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan


berkat,rahmat dan hidayahNya, sehingga laporan Praktek Kerja Lapang (PKL) dengan
judul “Pengaruh Pakan Terhadap Pertumbuhan Ikan Lele Mutiara (Clarias
gariepinus) Di Balai Benih Ikan Dinas Perikanan Kabupaten Bangkalan“ dapat
terselesaikan dengan lancar dan tepat waktu. Karya tulis ilmiah ini ditulis berdasarkan
hasil praktek kerja lapang yang telah dilaksanakan di Dinas Perikanan Kabupaten
Bangkalan, Jawa Timur.
Laporan Praktek Kerja Lapang ini disusun sebagai syarat memperoleh gelar
sarjana strata satu (S-1) di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas
Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura. Penyusunan Laporan Praktek Kerja Lapang
tidak lepas dari bantuan, dukungan serta doa dari beberapa pihak. Oleh karena itu
penulis ucapkan terimakasi yang sebesar-besarnya kepada :
1. Orang tua tercinta, kakak dan adik serta seluruh keluarga yang telah
memberikan doa, restu, semangat, motivasi dan dukungannya sehingga
pelaksanaan dan laporan Praktik Kerja Lapang dapat berjalan dengan lancar
dan baik.
2. Rektor Universitas Trunojoyo Madura yaitu Bapak Dr. Drs. Ec. H. Muh Syarif,
M.Si sebagai penanggung jawab kegiatan Praktik Kerja Lapang.
3. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura yaitu bapak Dr. M.
Fuad F. Mu’tamar, S.TP., M.Si sebagai penanggung jawab Praktik Kerja
Lapang.
4. Bapak Dr. Firman Farid Muhsoni, S.Pi., M.Sc selaku Ketua Program Studi
Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perairan.
5. Bapak Abdus Salam Junaedi, S.Si., M.Si sebagai dosen pembimbing yang
dengan sabar memberikan bimbingan, arahan, kritik dan saran yang begitu

v
bermanfaat sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Praktik Kerja
Lapang.
6. Bapak selaku dosen penguji Praktik Kerja Lapang yang telah memberikan
kritik dan saran yang membangun dalam ujian Praktik Kerja Lapang serta
penyempurnaan laporan ini.
7. Bapak Mansur dan Bapak Hendra selaku pembimbing lapang dan para staff di
Balai Benih Ikan Bangkalan yang telah membimbing, membantu, mengarahkan
dan memberikan informasi yang berkaitan dengan judul penulis selama
kegiatan praktik kerja lapang.
8. Teman-teman Manajemen Sumberdaya Perairan angkatan 19 yang tidak bisa
disebutkan satu persatu dan teman seperuangan di lokasi Praktik Kerja Lapang
yaitu Fijar, Nona dan Supri. Terima kasih telah memberikan motivasi,
dukungan dan semangat dalam menyelesaikan laporan Praktik Kerja Lapang.
9. Terimakasih juga kepada Fahmi Hardianto yang senantiasa memberikan
semangat, meluangkan waktu, memberikan motivasi dan menemani penulis
dalam mengerjakan laporan dapat diselesaikan dengan tepat waktu.
10.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini jauh dari kata sempurna, kritik
dan saran yang membangun diharapkan mampu menyempurnakan karya tulis ilmiah ini.
Penulis berharap Semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat dan memberikan
informasi bagi semua pihak.

DAFTAR ISI

vi
Halaman Pengesahan
Daftar Isi

vii
DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

viii
Gambar 2.1 Morfologi Ikan Lele Mutiara (Clarias gariepinus)

ix
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Ikan lele merupakan salah satu ikan pertama yang masuk ke Indonesia pada
tahun 1985 yang berasal dari Taiwan. Lele (Clarias sp.) termasuk ke dalam jenis
ikan air tawar yang memiliki ciri-ciri tubuh yakni warna hitam keabu-abuan,
abdomen yang berwarna putih dan memiliki patil yang beracun yang berada diatas
mulutnya. Tubuh lele yang licin dan berbentuk pipih memanjang, serta terdapat
sungut yang berada di sekitar mulutnya. Nama ilmiah dari ikan Lele adalah Clarias
sp. Yang berasal dari Bahasa Yunani “chlaros”, yang berarti “kuat dan lincah”.
Bahasa inggris pada ikan lele terdapat beberapa nama yakni catfish, mudfish dan
walking catfish. Di Indonesia sendiri (Aminullah, 2019). Masyarakat di Indonesia
banyak memilih ikan lele sebagai komoditas budidaya perikanan karena memiliki
nilai ekonomis tinggi dan pemeliharaan yang sangat mudah. Spesies ikan lele salah
satunya yakni ikan lele Mutiara (Clarias gariepinus) (Pohan, 2021).

Ikan Lele Mutiara merupakan ikan hasil pemuliaan dari seleksi G(3), melalui
kombinasi persilangan empat jenis ikan lele yang ada di Indonseia, yaitu jenis lele
mesir, lele paiton, lele sangkuriang dan lele dumbo yang digunakan untuk
pembentuk indukannya (BPPI, 2014). Mutiara merupakan nama yang telah
ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
77/KEPMEN-KP/2015. Lele Mutiara mempunyai potensi yang unggul dari pada
jenis ikan lele lainnya, karena pertumbuhan yang sangat cepat, efisiensi pada pakan
yang tinggi, memiliki ukuran yang seragam, kebal terhadap penyakit dan kondisi
lingkungan, serta produktivitasnya tinggi. Laju pertumbuhan pada ikan lele Mutiara
sebesar 20-70% lebih tinggi dibandingkan dengan benih ikan lainnya sehingga
pemeliharaan yang dapat dipersingkat (Matasina dan Sartika, 2020).

1
Menurut Karimah (2018), upaya untuk mempercepat laju pertumbuhan adalah
salah satu cara dalam meningkatkan produksi. Perkembangan pada ikan dapat
dipengaruhi oleh 2 faktor yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
tersebut yaitu faktor usia, keturunan, dan jenis kelamin. Faktor eksternalnya sendiri
dapat dipengaruhi oleh kualitas air dan pakan yang dapat dikontrol. Pakan adalah
unsur yang sangat penting dalam melakukan budidaya karena mempengaruhi
pertumbuhan pada ikan. Pakan yang digunakan yaitu pakan komersial yang dapat
memberikan pertumbuhan ikan yang cepat. Kualitas pakan yang bagus selain
berperan sebagai sumber energi utama juga dapat meningkatkan daya cerna agar
pertumbuhan pada ikan lebih optimum.

Kegiatan budidaya perlu adanya pemeliharaan Kualitas air untuk menjaga


keseimbangan biota dengan lingkungan sekitarnya. Pengelolaan kualitas air
dilakukan dengan cara mengamati parameter-parameter seperti fisika, kimia dan
biologi. Kehidupan biota dalam air sangat bergantung pada mutu kualitas air karena
keseimbangan cairan tubuh, ruang untuk bergerak dan kebutuhan respirasi. Kualitas
air pada budidaya seringkali terjadi fluktuasi yang disebabkan oleh aktivitas yang
dilakukan biota itu sendiri maupun lingkungan sekitarnya. Faktor tersebut yang
dapat mempengaruhi kualitas air menjadi menurun yang akan menimbulkan
gangguan fisiologis pada biota (buku).

1.2 Tujuan
Adapun Tujuan dari penelitian dari praktik kerja lapang (PKL) di Balai Benih
Ikan (BBI) Bangkalan adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui menganalisis pengaruh pakan terhadap pertumbuhan ikan lele
Mutiara (Clarias gariepinus) di Balai Benih Ikan (BBI) Bangkalan.
2. Mengetahui kualitas air seperti pH, suhu dan DO pada pemberian pakan ikan
lele Mutiara (Clarias gariepinus) di Balai Benih Ikan (BBI) Bangkalan.

2
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari penelitian dari praktik kerja lapang (PKL) di Balai
Benih Ikan (BBI) Bangkalan adalah sebagai berikut :
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh pakan terhadap pertumbuhan ikan lele

Mutiara (Clarias sp.) di Balai Benih Ikan (BBI) Bangkalan.


2. Mahasiswa dapat mengetahui kualitas air seperti pH, suhu dan DO pada

pemberian pakan ikan lele Mutiara (Clarias sp.) di Balai Benih Ikan (BBI)
Bangkalan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Ikan Lele Mutiara

3
Menurut (Shaanin 1984 dalam Setiawati 2007), klasifikasi ikan lele Mutiara
(Clarias gariepinus) yaitu sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Subkelas : Teleostei
Ordo : Siluriformes
Subordo : Siluroidae
Famili : Clariidae
Genus : Clarias
Spesies : Clarias gariepinus

2.2 Morfologi Ikan Lele Mutiara


Berikut adalah gambar morfologi ikan lele mutiara :

Gambar 2.1 Morfologi ikan lele Mutiara (Clarias gariepinus)


Morfologi ikan lele Mutiara memiliki karakteristik pada morfometrik dan
meristic yang relative sama dengan ikan lele jenis sangkuriang, paiton, mesir dan
dumbo yang digunakan sebagai induk pembentuknya. Morfometrik dan meristic
pada nilai karakter dan induk pembentuknya tidak terlihat perbedaan yang
menonjol. Ciri ikan lele Mutiara yakni berkumis, memilki tubuh yang berlendir,
tidak bersisik, serta mulut yang lebarnya hamper ¼ dari total panjang tubuhnya.

4
Ikan lele Mutiara terdapat ciri khas pada sungutnya yang berjumlah empat pasang
terletak di mulut bagian mulut, dari keempat pasang tersebut dua pasang
diantaranya sungut maxial pada rahang atas dan dua pasang mandibula pada rahang
bawah (Lukito, 2002).
Ikan lele Mutiara bernafas dengan alat pernafasan insang yang ukurannya kecil,
sehingga berpengaruh pada kebutuhan oksigen yang dibutuhkan oleh ikan lele
Mutiara. Ikan lele Mutiara terdapat alat pernafasan tambahan yang berada di bagian
rongga atas insang, alat tersebut berwarna kemerahan penuh dengan kapiler darah
dan juga memilki tujuk pohon rimbun yang dapat disebut dengan arborescent. Sirip
yang dimilki ikan lele Mutiara yaitu sirip tunggal seperti sirip punggung dan sirip
ekor, serta sirip berpasangan seperti sirip perut dan sirip dada (Khairuman dan
Amri, 2008).
Pada kematian larva benih ikan nila merupakan masalah yang sering terjadi
dalam bisnis akuakultur. Faktor yang mempengaruhi kelangsungan hidup (survival)
adalah faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah ikan itu sendiri,
keturunan, fisiologi, sedangkan faktor eksternal adalah parameter kualitas air
seperti suhu, pH, DO, NH3, dan makanan (Sulastri, 2006).

2.3 Habitat dan Penyebaran


Ikan lele hidup pada perairan tawar yang arusnya tenang seperti rawa, danau,
sungai dan kolam. Pada alat tambahan pernafasan pada insang, ikan lele dapat
dengan mudah mendapatkan oksigen langsung dari udara. Hal tersebut yang
menyebabkan ikan lele dapat berlangsung hidup pada kondisi perairan yang kadar
oksigennya rendah. Ikan lele tidak dapat berkembang baik di daerah tinggi (700
mdpl) dan suhu yang dibawah 20 derajat celcius membuat ikan lele sulit untuk
tumbuh. Ikan lele mempunyai sifat nocturnal, dimana ikan lele sangat aktif di
malam hari dan paa siang hari ikan lele berdiam atau bersembunyi di lubang yang

5
tenang (
Ikan lele bisa hidup normal dengan kondisi perairan dengan kadar oksigen
terlarut 4 ppm dan normalnya air dengan kandungan karbondioksida kurang dari 2
ppm, tetapi ikan lele lebih baik hidup di perairan yang bersih agar pertumbuhannya
cepat. Suhu pada kualitas air yang bagus pada pertumbuhan ikan lele berkisar
antara 20-30 derajat celcius, akan tetapi terdapat suhu optimal yaitu 27 derajat
celcius dengan pH 6.5-8 dan NH3 senilai 0.05 ppm. Kehidupan pada ikan lele perlu
adanya mengeluarkan kepalanya ke atas permukaan air agar dapat memperoleh
oksigen secara langsung di udara (Susanto, 2004) di skripsi aminullah
Ikan lele yang hidup di sungai seringkali terlihat di tempat yang arusnya
tenang dan tidak terlalu deras. Ikan lele sering tertangkap di daerah yang arusnya
lambat. Ikan ini sangat tidak menyukai dengan tempat yang tertutup oleh tanaman
yang rapat, akan tetapi lebih menyukai dengan tempat yang terbuka. Kebiasaan
inilah yang menyebabkan saling keterkaitan dengan pengambilan oksigen secara
langsung ke udara (Ghufran dan Kordi, 2010) skripsi aminullah
2.4 Pakan Ikan Lele Mutiara
Pakan adalah unsur penting untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan
dalam kegiatan budidaya. Kebutuhan pakan pada ikan lele Mutiara mempunyai
peranan yang sangat penting, karena ikan lele ini porsi makannya banyak atau dapat
dibilang rakus. Pakan harus memiliki kandungan nutrisi yang bagus dan protein
tinggi agar mempercepat pertumbuhannya. Ukuran dalam pemberian pakan harus
seimbang dan sesuai dengan ukuran ikan serta jumlah ikan yang dipelihara.
Kandungan pada pakan harus sesuai dengan perkembangan dari ikan dan menjamin
kesehatannya. Pada pakan sendiri terdapat dua jenis pakan yaitu pakan buatan dan
pakan alami (Listiyani, 2017). skripsi
Pakan buatan merupakan pakan yang dibuat sesuai dengan kebutuhan jenis
ikan baik itu kebutuhan protein dan kebiasaan ikan. Pakan buatan seringkali disebut

6
dengan pakan pellet. Pakan pellet dibedakan menjadi dua jenis yakni pellet
tenggelam dan terapung. Pellet tenggelam biasanya digunakan pada ikan yang
aktivitasnya berada di permukaan air, sedangkan pellet terapung pada ikan yang
aktivitasnya berada di dasar permukaan air (Prasetyowati, 2016). Skripsi
Pakan alami adalah pakan yang telah ada di alam. Pakan alami ini biasanya
berupa mikoorganisme yang hidup di sekitar perairan. Mikroorganisme tersebut
berasal dari plankto, jasad renik, cacing, dan sebagainya. Adaptasi yang dimilki
mikroorganisme sangat tinggi terhadap perairan. Pakan alami ini tidak mudah rusak
terhadap pengaruh pada lingkungan dan jikapakan alami yang berlebihan tidak
memberikan dampak pada kualitas airnya (Listiyani, 217). skripsi

2.5 Pertumbuhan Ikan Lele Mutiara


Pertumbuhan adalah adanya perubahan pada bobot dan Panjang dengan periode
tertentu. Pada massa Panjang dan tubuh ikan akan mendapati perubahan pada
kenaikan dan penurunan yang tergantung dengan keadaan pada lingkungannya.
Ikan yang mengalami kenaikan berat karena keadaan lingkungan yang mendukung
serta makanan yang cukup melimpah. Penurunan pada berat ikan biasanya
disebabkan karena keadaan lingkungan yang tercemar oleh konsentrasi amoniak
dan nitrit tinggi. Pertumbuhan merupakan bertambahnya Panjang dan berat akibat
adanya beberapa faktor seperti umur, pakan, kondisi perairan, keturunan
(Kusumawati et al., 2018).skripsi 021
Ikan lele memiliki keunggulan dalam pertumbuhan yang cepat dan
pemeliharaannya mudah sehingga banyak masyarakat yang ingin membudidayakan
ikan lele. Menurut Effendi (1997) menyatakan bahwa pertumbuhan merupakan
terjadinya perubahan bentuk dari panjang dan berat maupun volume dalam kurun
waktu tertentu yang dipengaruhi adanya perubahan jaringan oleh pembelahan sel

7
otot dan tulang yang merupakan bagian utama dari tubuh ikan, hal inilah yang
mempengaruhi bertambahnya berat hingga panjang ikan.
Menurut Arofah, (1991) dalam Hidayah et al, (2013), menyatakan bahwa suhu
dan pakan merupakan faktor utama dalam pertumbuhan ikan. Kandungan protein
pada pakan membuat pertumbuhan ikan lebih sehat karena fungsi protein sebagai
pembentuk jaringan baru pertumbuhan dan mengambil alih pada jaringan yang
telah rusak. Menurut Kordi, (2009) protein dan lemak yang berlebihan akan
menyebabkan penumpukan lemak, sehingga ikan akan mengalami kurang nafsu
makan. Komponen penting penyusun kualitas pakan yang bernutrisi tersusun atas
protein, lemak, karbohidrat, dan vitamin.

2.6 Parameter kualitas air


2.6.1 Suhu
Suhu perairan adalah salah satu variabel penting lingkungan yang bisa
memberikan dampak pada hasil budidaya perikanan. Ikan pada umumnya rentan
akan perubahan suhu pada air, tetapi air dapat mengontrol penanganan suhu tubuh
pada organisme. Beragam aktivitas penting pada ikan semacam reproduksi,
pernafasan, konsumsi pakan dan pertumbuhan dapat memberikan dampak pada
suhu perairan (Bolorunduro dan Abdullah 1996).
Perkembangan hidup ikan dipengaruhi oleh faktor interal (umur) dan faktor
eksternal (predator, penyakut dan kualitas air). Suhu adalah faktor eksternal yang
berdampak pada perkembangan hidup ikan secara langsung. Suhu yang melebihi
batas minimal dan maksimal dapat menyebabkan ikan mati jika perubahan suhu
yang tidak dapat ditoleransi oleh ikan. Ikan dapat mati jika mengalami perubahan
suhu secara tiba-tiba. Suhu mempunyai karakter yang dapat memberikan perubahan
yang sifatnya aktif ( Muarif, 2016).
2.6.2 Derajat Keasaman (pH)
Kecerahan air merupakan ukuran kejernihan suatu perairan, semakin tinggi

8
suatu kecerahan perairan semakin dalam cahaya menembus kedalam air. Kecerahan
adalah bagian cahaya yang ditransmisikan dalam air dan dinyatakan sebagai persen
(%). Nilai kecerahan air yang baik pada kelangsungan hidup dan pertumbuhan
organisme yang hidup di dalamnya lebih besar dari 45 cm. Pandangan ikan akan
terganggu apa bila kecerahan kurang dari 45 cm. Kecerahan perairan berdasarkan
baku mutu perikanan lebih besar dari 45 cm . Suatu partikel yang tersuspensi
didalam air sangat berpengaruh terhadap kecerahan air. (Oktafiansyah, 2015).
Ketebalan lapisan produktif juga dapat menentukan pada kecerahan air.
Kemampuan fotosintesis tumbuhan air akan menyebabkan berkurangnya kecerahan
air , kecerahan air juga disebabkan oleh bahan-bahan perairan yang tersuspensi .
Keadaan cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan, padatan tersuspensi juga dapat
mempengaruhi kecerahan. terjadi blooming dapat menyebabkan menurunnya
kecerahan suatu perairan (Kordi and Responsibility, 2009).

2.6.3 Oksigen Terlarut (DO)


Suhu air sangat dibutuhkan pada saat pertumbuhan dan Kelangsungan hidup
ikan nila termasuk pada pembesaran yang baik pada karena sangat berpengaruh
terhadap nafsu makan dan metabolisme ikan nila. Suhu air sangat dipengaruhi oleh
cuaca. Faktor yang mempengaruhi suhu ekosistem perairan adalah ketinggian
geografis pertukaran panas dengan udara, sinar matahari, dan vegetasi pohon
(Efendi, 2003).
Hardjojo dan Djokosetiyanto (2005) menyatakan untuk suhu air normal berarti
suhu yang airnya memungkinkan makhluk hidup untuk bermetabolisme dan
berkembang biak dengan baik. Suhu adalah faktor fisik yang sangat penting dalam
air, untuk menentukan massa jenis air dapat menggunakan tekanan . Selanjutnya,
densitas air dapat digunakan untuk menentukan saturasi air.
Jika batas suhu mematikan terlampaui, maka akan menyebabkan ikan dan

9
hewan air lainnya mati. Kenaikan suhu air juga mengurangi kelarutan oksigen
dalam air, memiliki efek langsung pada aktivitas selain meningkatkan toksisitas
polutan untuk organisme di perairan, suhu air berkisar antara 35-40oC yang
merupakan suhu kritis bagi kehidupan organisme yang dapat menyebabkan
kematian. Suhu yang baik untuk budidaya yaitu 25–32 C (Pratiwi et al, 2011).

10
III. METODE PELAKSANAAN

3.1 Waktu dan Tempat


Praktik Kerja Lapang (PKL) ini dilaksanakan di Balai Benih Ikan Bangkalan
yang ditetapkan sebagai unit pelaksanaan teknis Dinas Perikanan Bangkalan.
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 20 Desember 2021-20 Januari 2022. Balai
Benih Ikan bangkalan (BBI) berlokasi di Tunjung, Kecamatan Burneh, Kabupaten
Bangkalan, Provinsi JawaTimur.
3.2 Metode Pengambilan Data
Metode untuk pelaksanaan kegiatan Praktik Kerja Lapang merupakan metode
deskriptif. Praktik Kerja Lapang yang dilakukan di Balai Benih Ikan Bangkalan
selama 24 hari menggunakan metode deskriptif untuk menunjukkan dan mengkaji
hasil pengamatan pada kegiatan pemberian pakan pada Ikan Lele Mutiara (Clarias
gariepinus). Metode ini melingkupi pengambilan data digunakan sebagai informasi
untuk memecahkan suatu masalah dalam pemberian pakan pada budidaya ikan air
tawar yang dikonsumsi seperti Ikan Lele Mutiara (Clarias gariepinus).
3.3 Teknik Pengambilan Data
Teknik yang digunakan dalam pengambilan data kegiatan Praktik Kerja lapang
(PKL) dilakukan dengan dua metode yakni metode pengambilan data primer dan
metode pengambilan data sekunder. Data primer diperoleh dengan menulis halis
observasi, partisipasi aktif dan wawancara, sementara itu data sekunder yakni dari
buku, data literatur, jurnal atau sumber lain yang mendukung.
3.3.1 Data Primer
Data primer merupakan data yang didapatkan secara langsung.

3.3.2 Data Sekunder


Wawancara merupakan suatu proses untuk mendapatkan informasi dengan
seorang penanya mengajukan pertanyaan kepada seorang narasumer dengan tujuan

11
tertentu. Wawancara dalam Praktik Kerja Lapang di Balai Benih Ikan (BBI)
Pamekasan bertujuan untuk mendapatkan informasi berkaitan dengan proses
budidaya khususnya dalam analisis parameter fisika dan kimia dikolam pembesaran
ikan nila merah. Persiapan yang dilakukan sebelum melakukan wawancara yaitu
menyediakan pertanyaan yang nantinya akan diajukan kepada pegawai di Balai
Benih Ikan (BBI) Pamekasan sehingga informasi yang didapatkan dapat di
rangkum untuk penyelesaian laoran Praktik Kerja Lapang.
3.4 Alat dan Bahan
3.4.1 Nama Alat
Suatu penelitian membutukan dua macam jenis data yaitu data primer dan data
primer. Data primer diperoleh dari hasil partisipasi aktif, observasi dan wawancara.
Data sekunder diperoleh dari informasi yang ada pada berbagai literatur, jurnal
ilmiah maupun buku yang diterbitkan yang berkaitan dengan tema penelitian
(Nazir, 2011).
3.4.2 Nama Bahan
Menurut Sangadji dan Sopiah (2010) data primer merupakan data yang
diperoleh secara langsung (tanpa perantara) dalam pengamatan pada subjek yang
dicari informasinya. Data primer dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan yang
sudah disediakan oleh peneliti. Data primer dalam Praktik Kerja Lapang di Balai
Benih Ikan (BBI) Pamekasan diperoleh dengan metode partisipasi aktif, observasi
daan wawancara secara langsung terhadap karyawan di BBI.
3.9 Data Sekunder
Menurut Sangadji dan Sopiah (2010) data sekunder merupakan data yang
diperoleh melalui media perantara berupa bukti, catatan atau laporan yang sudah
disusun dan di publikasikan maupun tidak dipublikasikan. Data sekunder juga dapat
diperoleh dari membaca literatur, jurnal ilmiah ataupun buku yang berkaitan dengan
permasalahan yang sedang diteliti oleh peneliti. Data sekunder dalam Praktik Kerja
Lapang di Balai Benih Ikan (BBI) Pamekasan diperoleh dari data laporan-laporan

12
instansi, dinas perikanan, masyarakat dan pihak yang berhubungan dengan analisis
parameter fisika dan kimia dikolam pembesaran ikan nila merah

13
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, 2001. Pembenihan dan Pembesaran Nila Gift, Cetakan II, Penebar Swadaya,
Jakarta.
Anonimus. 2001. Budidaya Nila. AgroMedia Pustaka. Jakarta. 51 halaman
Arifin, yusuf. 2016. Pertumbuhan dan Survival Ikan Nila Strain Merah dan Strain Hitam
yang Dipelihara Pada Media Bersalinitas
Djarijah, A.S. 1995. Pembenihan dan Pembesaran Nila Merah secara Intensif. Kanisius.
Yogyakarta. 87 hlm.
Djokosetiyanto dan B Hardjojo. 2005. Pengukuran dan Analisis Kualitas Air.
Universitas
Terbuka. Jakarta.
Effendi, H. (2003). Telaah Kualitas Air : Bagi Pengelolahan Sumber Daya di
Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius.
Fitria, A. S. 2012. Analisis Kelulushidupan dan Pertumbuhan Benih Ikan Nila Larasati
(Oreochromis niloticus) F5 D30-D70 pada Berbagai Salinitas. Jurnal of
Aquaculture Management and Technology, 1 (1): 18-34.
Haliman, R.W. dan Adijaya, D. 2005. “Udang Vannamei”. Penebar Swadaya : Jakarta
Kordi, K Ghufron dan Andi Baso Tancung. (2009). Pengelolaan Kualitas Air dalam
Budidaya Perairan. Jakarta:Rineka Cipta.
Masduqi, dkk. (2009). Teknologi Penyediaan Air Bersih. Surabaya: Institut Teknik Sipil
Lingkungan.
Oktafiansyah A. 2015. Analisa Kesesuaian Kualitas Air Di Sungai Landak Untuk
Mengetahui Lokasi Yang Optimal Untuk Budidaya Perikanan. Skripsi. Fakultas
Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Muhammadiyah Pontianak.
Prastowo, A. 2010. Menguasai Teknik-Teknik Koleksi Data Penelitian Kualitatif. DIVA

14
Press. Yogyakarta. Hal. 191.
Sangadji, E. M. dan Sopiah, 2010. Meodologi Penelitian Pendekatan Praktis dalam
Penelitian. Andi. Yogyakarta. Hal. 171-174.
Pratiwi, Murti, N.T., Wijaya, H.K, Wilaga, E.M.A, & Pribadi, T.A. (2011). Komunitas
Perifiton serta parameter fisika-kimia di perairan sebagai penentu kualitas air di
hulu sungai Cisadane. J. Lingkungan Tropis. Vol 5 (1): 21-32. Jakarta
Puspowardoyo, H. dan Djarijah, A.S. (2002). Pembenihan dan Pembesaran Lele Dumbo
Hemat Air. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.
Rukmana HR. 1997. Ikan Nila Budidaya dan Prospek Agribisnis. Yogyakarta:Kanisius.
Saanin, H. 1968. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan (Jilid 1 dan 2). Binacipta:
Bogor.
Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) Dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD) Sebagai
Salah Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan. Jurnal Oseana,
XXX(3) : 21 - 26
Sucipto dan Prihartono (2007), Pembesaran Nila Hitam Bangkok di Karamba Jaring
Apung, Kolam Air Deras, Kolam Air Tenang dan Karamba. Penerbit Penebar
Swadaya, Jakarta.
Sugiyono. 2006. Metodologi Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
dan R&D. Alfabeta. Bandung. Hal. 329.
Sulastri, T. 2006. Pengaruh Pemberian Pakan Pasta dengan Penambahan Lemak yang
Berbeda terhadap Pertumbuhan dan Pembesaran Benih Ikan Selais
(Kryptopteruslais). Skripsi. Fakultas Pertanian Jurusan Perikanan
UIR.Pekanbaru. 59 halaman
Titin Kurniasih dan Zenal Arifin. 2007. Karakteristik Morfologi Keturunan Pertama
Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Get dan Gif Berdasarkan
MetodeTrussMorphometrics. Jurnal Ris Akuakultur II (3) : 373--383
Wiranto, Goib., dan Hermida, Putu. I. D. (2010). Pembuatan Sistem Monitoring
Kualitas Air Secara Real Time dan Aplikasinya Dalam Pengelolaan Tambak

15
Udang. Jurnal Teknologi Indonesia. 33 (2): 107-113.
Yuniasari, D. 2009. Pengaruh Pemberian Bakteri Nitrifikasidan Denitrifikasi Serta
Molase dengan C/N Rasio Berbeda Terhadap Profil Kualitas Air Kelangsungan
Hidup dan Pertumbuhan Udang Vaname (Litipenaeus vannamei). Skripsi.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Imstitut Pertanian Bogor.

16

Anda mungkin juga menyukai