Edo Arnando
05051181924002
Universitas Sriwijaya
LAPORAN MAGANG
Edo Arnando
05051181924002
Universitas Sriwijaya
LAPORAN MAGANG
Edo Arnando
05051181924002
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Perikanan pada
Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya
Oleh:
Edo Arnando
05051181924002
Mengetahui,
Universitas Sriwijaya
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur senantiasa selalu dipanjatkan atas kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan rahmat dan hidayah bagi penulis, sehingga begitu
semangat dalam menyelesaikan pembuatan laporan magang mengenai
Pembenihan Ikan Jelawat di Balai Perikanan Budidaya Air Tawar,Jambi.
Shalawat beriring salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita
Nabi Muhamammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan pengikutnya hingga
akhir zaman.
Dalam proses pembuatan laporan magang ini, penulis tidak bekerja
sendirian, banyak pihak yang telah memberikan bantuan moral maupun moril,
terkhususnya untuk Bapak Dr. Ferdinand Hukama Taqwa S.Pi.,M.Si selaku dosen
pembimbing, dan juga Bapak Catur Wibowo, S.Pi., M.Si.,.selaku pembimbing
saya di Balai Perikanan Budidaya Air Tawar, Sungai gelam, Jambi, serta kedua
orang tua, teman-teman seperjuangan yang telah memberikan motivasi tersendiri
bagi penulis. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terimakasih, sehingga
laporan magang ini bisa diselesaikan.
Penulis juga menyadari bahwa laporan magang masih terdapat kekurangan
dan masih jauh dari kata kesempurnaan karena sempurna hanya milik Allah SWT,
kritik serta saran yang membangun juga diharapkan oleh penulis untuk dijadikan
bahan evaluasi untuk penulisan yang lebih baik kedepannya. Semoga laporan
magang ini bisa bermanfaat bagi kelancaran kegiatan magang dari penulis, dan
sebagai inspirasi dan referensi bagi banyak orang.
Penulis
ii
Universitas Sriwijaya
DAFTAR ISI
iv
Universitas Sriwijaya
DAFTAR GAMBAR
v
Universitas Sriwijaya
DAFTAR TABEL
vi
Universitas Sriwijaya
BAB 1
PENDAHULUAN
Universitas Sriwijaya
1
2
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari kegiatan magang ini adalah dapat mengetahui dan
memahami dengan mengikuti kegiatan yang ada di tempat magang terkhususnya
pada kegiatan Pembenihan Ikan Jelawat di Balai Perikanan Budidaya Air Tawar
(BPBAT) Sungai Gelam, Muaro Jambi,Jambi
BAB 2
GAMBARAN UMUM LOKASI MAGANG
3 Universitas Sriwijaya
4
Susunan organisasi BPBAT Sungai Gelam Jambi disajikan pada Gambar 2.1
Tata Usaha dan Kepala Seksi sebagai pusat administrasi balai, perpustakaan, aula,
kantor pusat pelayanan masyarakat sebagai pelayanan dan informasi kepada
masyarakat serta beberapa fasilitas pendukung lainnya seperti masjid, kantin,
asrama dan sarana olahraga. Sarana teknis terdiri dari hatchery 1 untuk ikan patin,
lele dan baung, hatchery 2 untuk ikan mas dan nila serta hatchery 3 untuk ikan
domestik seperti ikan jelawat dan gurami. Sarana dan prasarana penunjang lainnya
seperti pabrik pakan mandiri, bak budidaya plankton, bengkel, gudang, ruangan
genset, bak pemberokan dan pengepakan, mobil pelayanan laboratorium,
kendaraan distribusi dan alat berat.
BAB 3
PELAKSANAAN MAGANG
Universitas Sriwijaya
7
8
sungai, karamba jaring apung di waduk dan kolam. Pada pemeliharaan di kolam
diusahakan air kolam tersebut bisa mengalir atau ada input aerasi untuk meningkatkan
kadar oksigen terlarut pada kolam. Induk dipelihara dengan kepadatan 1-2 ekor / m2 pada
kolam. Sedangkan pada karamba sungai maupun karamba jaring apung kepadatan induk
adalah 2-3 ekor / m3 . Induk diberi pakan komersial dan pakan hijauan (dedaunan). Pakan
komersial dengan kandungan protein 32-34% diberikan sebanyak 1-1,5% dari total
biomassa ikan sedangkan pakan hijauan diberikan sebanyak 3% dari bobot biomassa
setiap 2 hari sekali. Sebaiknya induk jantan dan betina dipisah pemeliharaannya sebelum
dipijahkan ikan dipelihara di kolam semi permanen dengan pemberian pakan yang
mengandung protein tinggi dan kolam terpisah antara ikan jantan dan betina untuk
menghindari pemijahan liar, sebelum ikan benar-benar matang gonad.
3.3.2. Seleksi induk
Seleksi induk dilakukan untuk mengetahui kematangan gonad induk yang akan
dipijahkan. Induk yang diseleksi berumur 3 tahun dan tempat pemeliharaan yang sama.
Seleksi induk dilakukan dengan cara menjaring induk yang telah matang gonad. Untuk
mengetahui tingkat kematangan gonad induk dilakukan dengan melakukan pengamatan
secara morfologi. Ciri-ciri induk betina yang telah matang gonad yaitu perut agak
membesar, jika diraba terasa lembek, lubang genital berwarna kemerahan dan
pergerakan lamban. Ciri-ciri induk jantan yang telah matang gonad yaitu lubang
genital berwarna kemerahan, jika diurut keluar cairan putih, sirip dada dan operculum
terasa lebih kasar jika diraba. Pada saat seleksi induk untuk membedakan antar perlakuan
maka diberikan tanda berupa tagging pada bagian sirip dorsal. Dalam proses seleksi induk
ikan jelawat, maka yang pertama diseleksi adalah induk betina kemudian induk jantan.
Satu ekor induk betina minimal dibuahi oleh dua ekor induk jantan, hal ini untuk menjaga
kualitas benih yang dihasilkan
3.3.3. Penyuntikan Hormon
Penyuntikan premix hormon ovaprim®, dilakukan untuk merangsang proses
pematangan gonad dan ovulasi. Premix hormon ovaprim® adalah produk dari Syndel
Laboratories LTD, Canada dengan komposisi 20 µg sGnRHa + 10 µg domperidone.
Penyuntikan dilakukan secara intramuscular pada induk betina dengan dosis yang sudah
ditentukan. Penyuntikan hormon ovaprim dilakukan dengan tiga kali penyuntikan yaitu
untuk induk betina dosis yang digunakan sebanyak 0,7 ml/kg induk dibagi dalam 3 kali
penyuntikan. Sedangkan induk jantan hanya 1 kali penyuntikan dengan dosis 0,5 ml/kg
9
induk. Setelah 6-8 jam dari penyuntikan ke 3 induk betina siap untuk ovulasi. Maka yang
pertama kali distripping adalah induk jantan untuk mendapatkan spermanya, idealnya 1
ekor induk betina di buahi oleh 2 ekor induk jantan. Stripping dilakukan empat jam
setelah penyuntikan ketiga hormon ovaprim®, bila belum menunjukkan tanda-tanda
ovulasi stripping berikutnya dilakukan setiap satu jam sekali sampai ikan uji ovulasi.
3.3.4. Pemijahan
Pemijahan dilakukan secara buatan dengan perbandingan induk jantan dan betina
yaitu 2:1. Proses pengeluaran telur dan sperma dilakukan dengan cara stripping induk
jantan dan betina, telur dan sperma ditampung pada wadah plastik. Setelah telur
dikeluarkan maka langkah berikutnya adalah mencampurkan telur dengan sperma, aduk
secara merata dan perlahan sehingga setiap butir telur dapat dibuahi oleh sperma.
Selanjutnya Pembuahan sperma terhadap telur dibantu dengan memberikan air bersih,
sperma diencerkan menggunakan air dengan perbandingan 1:4. Telur dan sperma
Kemudian dicampur menggunakan bulu ayam. Setelah tercampur rata telur dimasukkan
di wadah penetasan.
oleh ikan jelawat. Pemeliharaan larva dilakukan selama 3 – 7 hari, tergantung dari
kesiapan dan kualitas larva. Naupli artemia diberikan sebagai makanan larva sebanyak 5
kali/hari. Dengan interval waktu pemberian pakan setiap 4 jam sekali, yakni jam 07.00;
11.00; 15.00; 19.00; 23.00. untuk 100.000 ekor larva memerlukan 1 kaleng artemia (425
g) selama 7 hari pemeliharaan. Penyiponan dilakukan setiap hari dan pergantian air
dilakukan 2 hari sekali.
3.3.7. Pendederan
Sebelum larva ikan jelawat didederkan maka perlu dilakukan persiapan kolam
pendederan. Tahapan persiapan kolam meliputi: pengeringan, pembalikan dasar kolam,
pengapuran, pemupukan dan pengisian air. Persiapan kolam meliputi pengeringan 2 - 3
hari, perbaikan pematang, pembuatan saluran tengah (kemalir) dan pemupukan dengan
pupuk kandang sebanyak 500 - 700 g per m2. Kolam diisi air sampai ketinggian 80 - 100
cm. Pada saluran pemasukan dipasang saringan berupa hapa halus untuk menghindari
masuknya ikan liar. Benih ditebarkan 3 hari setelah pengisian air kolam dengan padat
penebaran 100 - 150 ekor/m2 .Benih ikan diberi pakan berupa tepung hancuran pelet
dengan dosis 10 - 20% /hari yang mengandung lebih kurang 25% protein. Lama
pemeliharaan 2 - 3 minggu. Benih yang dihasilkan ukuran 2 - 3 cm dan
siap untuk pendederan lanjutan.
11
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Universitas Sriwijaya
11
12
lemak yang masih terdapat pada gonad induk betina sehingga memudahkan dalam
melakukan stripping atau pengurutan telur dan pengambilan sperma jantan.
Tujuan dari seleksi induk ikan jelawat ini adalah untuk memilih indukan yang
siap dipijahkan atau sudah matang gonad yaitu seleksi indukan ini dilakukan
dengan pengamatan secara morfologi. Untuk ciri-ciri induk betina yang telah
matang gonad yaitu perut agak membesar, jika diraba terasa lembek, lubang
genital berwarna kemerahan dan pergerakannya lamban. Sedangkan ciri-ciri
induk jantan yang telah matang gonad yaitu lubang genital berwarna kemerahan,
jika diurut keluar cairan sperma yang berwarna putih, sirip dada dan operculum
terasa lebih kasar diraba. Seleksi induk ikan jelawat ini dilakukan pada pagi hari
yang dimana bertujuan untuk mengurangi tingkat stress pada induk. Kriteria
indukan yang matang gonad dan siap pijah meliputi umur dan keadaan fisik
yaitu induk betina berumur sekitar 2-3 tahun dengan bobot 2-3 kg/ekor,
sedangkan untuk induk jantan berumur 1,5-3 tahun dengan bobot 1,5-3 kg/ekor.
Hal ini juga sesuai dengan pendapat Kristanto (1994) yang menyatakan ada
beberapa kriteria yang harus diperhatikan mengenai kondisi induk ikan jelawat
supaya bisa dipijahkan dengan baik seperti sudah munculnya kematangan gonad
dari induk ikan mulai berumur 2.5 tahun dengan kondisi dari induk yang sehat
tanpa luka dan cacat. Dan dalam seleksi induk ini perlu diutamakan keselamatan
kerja dengan memakai helm, helm ini berfungsi untuk melindungi kepala karena
induk ikan jelawat suka meloncat dan cukup agresif sehingga hati hati saat
dilakukan seleksi induk. Proses seleksi induk dapat dilihat pada Gambar 4.2.
berikut ini:
Universitas Sriwijaya
13
Ciri-ciri induk jelawat yang siap dipijahkan dapat di lihat pada tabel berikut:
Tabel 4.1. Ciri-ciri Induk Betina dan Jantan yang Matang Gonad
Induk Betina Induk Jantan
Jari-jari sirip dada bagian bawah dan Jari-jari sirip dada bagian bawah dan
operculum terasa lebih halus bila operculum terasa lebih kasar bila diraba
diraba
Bentuk tubuh lebih besar dan gemuk Bentuk tubuh lebih kecil dan ramping
Universitas Sriwijaya
14
kemiringan syiringe/spuid yaitu sebesar 45°. Setelah spuid di tarik, maka urut
secara perlahan pada bagian yang di suntik untuk memastikan tidak ada hormon
ovaprim yang keluar. Pemijahan ikan jelawat dilakukan secara buatan, pemijahan
buatan, dapat dilakukan dengan penyuntikan (induced breeding) menggunakan
hormon. Induk betina dilakukan 3 kali penyuntikan dengan dosis 0.7 ml/kg induk.
Jarak waktu antara suntikan pertama dan kedua adalah 12 jam, sedangkan untuk
penyuntikan ketiga yaitu 6 jam. Induk jantan dilakukan satu kali penyuntikan
dengan dosis 0.5 ml/kg induk,bersamaan dengan penyuntikan kedua pada induk
betina. Kemudian dilakukan pengeluaran telur dan sperma dari induk jantan dan
Universitas Sriwijaya
15
induk betina setelah 4-6 jam dari suntikan terakhir. Telur dan sperma di tampung
dalam satu wadah yang bersih dan kering. Kemudian diaduk perlahan hingga
tercampur rata dengan menggunakan bulu ayam. Selanjutnya tambahkan air
bersih untuk mengaktifkan sperma, setelah terjadi pembuahan maka
dilakukan pencucian telur 3-6 kali hingga telur bersih dari sisa sperma (Razi,
2014). Penyuntikan premix hormon ovaprim® Induk jantan dan betina Jelawat
dapat dilihat pada Gambar 4.3. berikut ini:
Universitas Sriwijaya
16
juga supaya lebih steril. Ikan mulai di stripping dari arah perut menuju
urogenital, dan telur yang didapatkan di tampung pada wadah baskom. Setelah
telur di dapat kemudian dilakukan proses stripping pada induk jantan untuk
mendapatkan sperma. Stripping induk jantan dilakukan sama seperti induk betina.
Sperma diambil mengunakan suntikan yang sebelumnya sudah ditambahkan
larutan fisiologis (NaCl) sebanyak 1 ml. Untuk sperma yang sudah didapatkan
selanjutnya di simpan kedalam coolbox dan dapat bertahan selama 4-6 jam.
Proses stripping induk jantan dan induk betina dapat dilihat pada Gambar 4.4.
berikut ini:
Universitas Sriwijaya
17
Dapat dilihat hasil telur dari kegiatan pemijahan ikan jelawat di BPBAT
Sungai Gelam Jambi sebagai berikut :
Tabel 4.3. Fekunditas Telur Ikan Jelawat (Leptobarbus hoevenni) yang
dipijahkan di BPBAT Sungai Gelam Jambi
Jumlah 224.190
Telur kemudian di campur dengan sperma lalu di aduk dengan bulu ayam
dengan arah membentuk angka 8, bulu ayam ini berfungsi untuk mengaduk secara
halus untuk melindungi telur, kemudian telur tadi di beri air aqua sebanyak 1
gayung dan terus di aduk. Setelah telur teraduk air tersebut di buang dan di ganti
dengan air biasa yang bertujuan untuk mencuci dan membuat telur mengembang.
Pencucian di lakukan sebanyak 8 kali, selama pencucian telur harus selalu di
aduk. Setelah telur terbuahi kemudian di tebar dalam bak penetasan telur. Untuk
proses pengadukan telur dan pembilasan telur dapat dilihat pada Gambar 4.5.
berikut ini:
Universitas Sriwijaya
18
Jumlah 88.19%
Berdasarkan tabel 4.4. di atas bisa dilihat bahwa didapatkan data tingkat
pembuahan (Fertilization Rate) pada induk dengan bobot 3 kg menghasilkan
197.173 butir sehingga dalam Fertilization Rate sebesar 88.19%. Untuk telur ikan
jelawat yang ini terbuahi akan menetas dalam waktu 18-24 jam, Setelah telur
menetas, maka harus melakukan penyiponan dan pergantian air dengan air baru
agar air menjadi lebih jernih, yang sebelumnya keruh akibat telur yang
tidak menetas dan menjadi larut dalam air sehingga menimbulkan bau yang tidak
sedap, hal ini dilakukan agar larva yang menetas tidak mati.
Universitas Sriwijaya
19
Universitas Sriwijaya
20
Universitas Sriwijaya
21
Universitas Sriwijaya
22
Universitas Sriwijaya
23
Untuk wadah yang digunakan pada masa pemeliharaan larva adalah bak
fiber berukuran 100 × 200 cm yang digunakan untuk pemeliharaan larva umur 1
sampai 7 hari. Pencucian wadah pemeliharaan larva dapat dilihat pada gambar 4.8.
berikut ini:
Universitas Sriwijaya
24
Tabel 4.7. Hasil Sampling Panjang Tubuh Larva Umur 1 dan 7 hari dari 10
ekor sampel larva
Larva ikan jelawat yang dipelihara dalam bak fiber diukur pertumbuhannya
dengan menggunakan penggaris pada umur 1 hari dan umur ke 7 hari. Jumlah
larva yang diukur sebanyak 10 ekor dari populasi yang dipelihara dari wadah
pemeliharaan. Pertumbuhan panjang larva ikan jelawat yang didapatkan hasil
yang baik. Hasil pengukuran didapatkan rata rata pertambahan panjang yang
disajikan pada Tabel 4.8.
Universitas Sriwijaya
25
Di dalam pertumbuhan rata rata dari larva ikan jelawat ada faktor utama
yang mempengaruhi untuk pertumbuhan dari larva ikan jelawat ini adalah faktor
ketersedian pakan yang baik secara kuantitatif maupun kualitas atau juga jenis dari
pakan tersebut. Larva yang sudah berumur 1 dan 7 hari dihitung pertumbuhan
panjangnya yaitu pada hari pertama dan hari ke 7. Pada umur larva satu hari
panjang total tubuh rata rata larva ikan jelawat adalah 3,7 mm, kemudian saat
larva 7 hari berumur 7 hari panjang rata rata larva bertambah menjadi 9,2 mm.
Untuk faktor Internal sebagian besar bergantung pada kondisi ikan itu sendiri
seperti proses ikan didalam menggunakan energi dan protein didalam
metabolisme untuk pertumbuhan larva tersebut. Faktor eksternal seperti faktor
lingkungan dan pakan yang sangat berpengaruh pada pertumbuhan ikan
(Mahardika et al,.2017). Pemeliharaan larva ikan jelawat perlu dilakukan
pengontrolan dari segi lingkungan hidupnya untuk menjaga kesehatan ikan agar
dapat memanfaatkan pakan yang diberikan sehingga larva mendapatkan
pertumbuhan dengan baik. Selain itu juga pertambahan panjangnya,pertumbuhan
bobot larva ikan jelawat yang dipelihara juga diukur pertambahan bobotnya, hasil
penimbangan larva ikan jelawat disajikan dalam tabel 4.9 sebagai berikut.
Universitas Sriwijaya
26
Tabel 4.9. Hasil Pengamatan Bobot Tubuh Larva umur 1 dan Umur 7 Hari
Universitas Sriwijaya
27
Tingkat kelulusan hidupan larva ikan jelawat (SR) di bak fiber saat proses
pemanenan pada umur 7 hari didapatkan sebesar 43,6 %, dengan jumlah awal
larva yang dipelihara adalah 172.000 ekor dan jumlah akhir pemeliharaan larva ini
yaitu 75.000 ekor saja.dengan larva yang dipelihara diberi pakan alami berupa
Artemia sp. Karena ukuran dari Artemia sp ini sesuai dengan bukaan mulut dari
larva sehingga memudahkan bagi larva ikan jelawat untuk memakannya. selama.
Pemberian Artemia sp. ke larva jelawat dapat dilihat pada gambar 4.9.berikut ini:
Universitas Sriwijaya
28
dalam bak penetasan sekitar 70-80% airnya. Setelah air berkurang dilakukan
pemanenan larva menggunakan serok halus. Larva yang berada didalam
serokan lalu ditakar dengan menggunakan sendok takar untuk memperkirakan
banyak larva yang dihasilkan. Akan tetapi sebelum menentukan takaran
menggunakan sendok takar, terlebih dahulu larva dalam 1 sendok takar
disampling terlebih dahulu agar nantinya akan menjadi patokan jumlah larva yang
dihasilkan. Sebelum dilakukan pemanenan larva ikan jelawat dibak fiber,
dipersiapkannya alat-alat untuk pemanenan seperti selang sipon,serokan
halus,sendok takaran, plastik packing. larva yang sudah ada diambil dengan
menggunakan sendok takaran kemudian larva ini dimasukan ke plastik packing,
dengan menghitung larva menggunakan cara perhitungan volumetrik, Larva yang
sudah dihitung maka dilakukan proses pemasukan plastik packing dengan diberi
oksigen, kemudian larva siap untuk dipindahkan ke kolam tanah dan siap ke
tahap pendederan. Proses pemanenan larva dari bak fiber pemeliharaan dapat
dilihat pada gambar 4.10.berikut ini:
4.8. Pendederan
4.8.1. Persiapan Kolam pendederan
Persiapan kolam yaitu proses sebelum melakukan penebaran larva terlebih
dahulu. Tujuan dari persiapan kolam ini adalah untuk menyediakan tempat benih
sehingga benih menjadi tumbuh dengan baik (Lim,1993).
Universitas Sriwijaya
29
Pengolahan tanah dasar kolam menggunakan alat bajak yang terbuat dari
kayu dengan cara menarik tanah dasar kolam dari bagian tengah kolam menuju ke
arah pematang kolam. Tujuannya supaya tanah dasar kedap air, struktur baik,
struktur tanah yang baik dapat memperlancar proses penguraian bahan organic
atau pupuk.Sehingga pakan alami tumbuh dengan baik .Perbaikan pematang
menggunakan alat cangkul dan perbaikan pematang dan dasar kolam dilakukan
untuk mencegah tidak terjadinya kebocoran pada wadah budidaya yang
digunakan. Pengolahan tanah dasar kolam dapat dilihat pada gambar 4.11.berikut
ini:
Universitas Sriwijaya
30
Universitas Sriwijaya
31
Universitas Sriwijaya
32
Universitas Sriwijaya
33
Universitas Sriwijaya
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapatkan selama kegiatan magang antara lain:
1. Seleksi induk dilakukan untuk mengetahui tingkat kematangan gonad induk jantan
dan betina yang benar-benar siap untuk dipijahkan
2. Tingkat kelulusan hidupan larva ikan jelawat (SR) di bak fiber pemeliharaan saat
proses pemanenan pada umur 7 hari didapatkan sebesar 43,6 %,
5. Untuk ciri-ciri induk betina yang telah matang gonad yaitu perut agak membesar, jika
diraba terasa lembek, lubang genital berwarna kemerahan dan pergerakan lamban.
Sedangkan ciri-ciri induk jantan yang telah matang gonad yaitu lubang genital
berwarna kemerahan, jika diurut keluar cair, sirip dada dan operculum terasa lebih kasar
diraba.
6. Induk betina dengan bobot 3 kg menghasilkan 423 gram telur sehingga dalam
fekunditas jumlah total telur yaitu 224.190 butir telur.
5.2. Saran
Dalam proses pemijahan ikan jelawat ,penanganan induk ikan jelawat harus lebih
ditingkatkan terlebih saat lagi seleksi induk maupun proses penyuntikan sehingga ikan
tidak melompat, terjatuh sehingga mencegah tingkat stress pada ikan dan menyebabkan
induk ikan tidak ovulasi. dan untuk memperoleh kelulusan hidupan dan pertumbuhan dari
larva ikan jelawat ini harus diperhatikan lagi mengenai kualitas air yang baik dan
pengontrolan secara berkala pada kolam pemeliharaan larva ikan jelawat.
Universitas Sriwijaya
34
34
1. Pengumpulan Data
1.1. Fertilisation Rate (FR)
Nilai derajat pembuahan (FR) dihitung menggunakan rumus sebagai
berikut :
𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽 ℎ 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 ℎ𝑖𝑖
𝐹𝐹𝐹𝐹(%) = 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗 ℎ 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦 𝑑𝑑𝑑𝑑ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎
𝑥𝑥 100%
𝑁𝑁𝑡𝑡
𝑆𝑆𝑆𝑆 = 𝑥𝑥 100%
𝑁𝑁𝑁𝑁
Keterangan :
Nt : jumlah ikan pada akhir pemeliharaan
No : jumlah ikan pada awal pemeliharaan
Universitas Sriwijaya
35
W = Wt – Wo
Keterangan :
W : pertumbuhan bobot mutlak (gram)
Wt : bobot total ikan pada akhir pemeliharaan (gram)
Wo : bobot total ikan pada awal pemeliharaan (gram)
Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA
Arie, 2000. Budidaya Bawal Air Tawar Untuk Konsumsi Dan Hias. Cetakan
kedua. Jakarta: Penebar Swadaya.
Aryani, N. 2007. Penggunaan hormon LHRH dan vitamin E untuk meningkatkan
kualitas telur ikan Jelawat (Leptobarbus hoeveni Blkr). Sigmatek, Jurnal
Sain dan Teknologi, 1 (1) : 36-51.
Cholik, F., Artati dan R. Arifudin. 1986. Pengelolaan Air Dalam Kolam Ikan.
Jakarta : Direktorat Jendral Perikanan. 52 Hal.
Hardjamulia, A. (1992). Informasi Teknologi Budidaya Ikan Jelawat
(Leptobarbus hoeveni Blkr). Bogor: Balai Penelitian Perikanan Air Tawar.
Saputra, S.D. 2011. Aplikasi sistem resirkulasi air terkendali (SRAT) pada
budidaya ikan mas (Cyprinus carpio). Fakultas Teknologi Pertanian.
Institut Pertanian Bogor. Hal.5-27.
Subandiyah, S., D. Satyani dan Aliyah., 2003. Pengaruh subtitusi pakan alami
(Tubifex sp) dan buatan terhadap pertumbuhan ikan tilan lurik merah
(Mastacembelus erythrotaenia Bleeker, 1850). Jurnal Iktiologi Indonesia.
3 (2): 67-72.
Suhenda, N. and Tahapari, E. (2017). Penentuan kebutuhan kadar protein pakan
untuk pertumbuhan dan sintasan benih ikan jelawat (Leptobarbus
hoeveni). Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia, 3(2), p. 1. doi:
10.15578/jppi.3.2.1997.1-9.
Kristanto, A.H.1994. Nutrisi Pakan dan Aplikasinya pada Pematangan
Gonad Ikan Jelawat. Pelatihan Teknik Penyuluhan Pertanian Lapangan
Dinas Perikanan Dati I. Kalimantan Selatan.
Prabowo, T.B. et al. 2016. Analisis Karakter Reproduksi Ikan Nila Pandu (F6)
(Oreochormis Niloticus) Persilangan Strain Nila Merah Singapura
Menggunakan Sistem Resiprokal Pada Pendederan I. Journal of
Aquaculture Management and Technology, 5(1).
Razi F. 2014. Teknik Budidaya Ikan Jelawat (Leptobarbus Hoeveni). Pusat
Penyuluhan Kelautan dan Perikanan Kementrian Kelautan Dan
Perikanan.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Perhitungan Fekunditas, Fertiliation Rate dan HR
(Hatching Rate), Amonia
1. Fekunditas
1. F= 530 × 423
1
= 224.190 Butir
2. Fertiliation Rate
𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽ℎ 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑ℎ𝑖𝑖
𝐹𝐹𝐹𝐹(%) = 𝑥𝑥 100%
𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗ℎ 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦 𝑑𝑑𝑑𝑑ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎
1. FR = 197.713 100%
224.190
= 88.19%
3. Hatching Rate
1. HR = 172.000 × 100%
224.190
= 76.72 %
Universitas Sriwijaya
4. Survival Rate (SR)
𝑁𝑁𝑁𝑁
𝑆𝑆𝑆𝑆 = 𝑥𝑥 100%
𝑁𝑁𝑁𝑁
75.000
𝑆𝑆𝑆𝑆 = 𝑥𝑥 100%
172.000
= 43,6 %
W = Wt – Wo
W = 9,39 mg – 3,47 mg
= 5,92 mg
7. Amonia
Kode N-NH₃ NH₃
K1 2,22 mg/l 0,0153 mg/l
K2 2,89 mg/l 0,0199 mg/l
K3 2,19 mg/l 0,0151 mg/l
KJA 1,05 mg/l 0,0072 mg/l
Universitas Sriwijaya
Lampiran 2. Alat dan Bahan
Universitas Sriwijaya
Spuid/suntikan Gelas Ukur 1L Air Aqua
Universitas Sriwijaya
Alat Ukur pH dan Do Timbangan Digital
Universitas Sriwijaya
Lampiran 3. Kegiatan yang Dilakukan Selama Magang
Universitas Sriwijaya
Pergantian Air Bak Penetasan Pengamatan Embriogenesis
Universitas Sriwijaya
Pengapuran Molase kolam
Universitas Sriwijaya
.
Universitas Sriwijaya