net/publication/326798986
CITATIONS READS
9 1,416
2 authors:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Muhammad Nur on 03 August 2018.
MUHAMMAD NUR
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
ii
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Magister
Program Studi
Ilmu Perikanan
MUHAMMAD NUR
kepada
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
iii
iv
Muhammad Nur
v
PRAKATA
ikan endemik Sulawesi, sehingga dapat menjadi acuan bagi pihak terkait
bantuan berbagai pihak, untuk itu tidak berlebihan jika dalam kesempatan
ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada : Prof. Dr. Ir. Sharifuddin
Bin Andy Omar, M.Sc dan Prof. Dr. Ir. Joeharnani Trenati, DEA selaku
memberikan arahan kepada penulis, beserta Prof. Dr. Ir. Farida Gassing
Sitepu MS, Prof. Dr. Ir. AmboTuwo, DEA dan Prof. Dr. Ir. Achmar
Mallawa, DEA selaku dosen penguji beserta Prof. Dr. Ir. Muhammad Iqbal
Burhanuddin dan Ibu Dr. Renny Hadiaty atas segala bantuan dan motivasi
endemik seperti spesies yang saat ini menjadi topik penelitian penulis.
vi
Arifin Abbas (Alm.) atas segala bimbingan dan nasehat yang telah
Keluarga, Saudaraku : Winardi, S.Pd M.Si, Nur Intan Z. S.Pd, Sri Purnama
Wati S.Pd, Mutmainnah, Ana Fitriana, M. Amin dan Nurul Rahma serta
tekhusus kepada Damayanti Alwi S.Pi atas segala doa dan dukungan
Ucapan terima kasih juga kepada KPS, Dosen dan Staf PPS Ilmu
Perikanan, Dr. Irmawati S.Pi, M.Si selaku kepala Lab. biologi perikanan,
Ibu Suriati dan Kak Herfiani selaku kepala dan analis lab. histologi Balai
Amrullah S.Pi, Kel. Bapak Ancu (Maros), Kel. Bpk Melli (Bone), Tibu Alam
S.Pi, Syamsul Alam S.Pi, terkhusus Tim Peneliti (Rezki T.A. S.Pi, Nurul
S.Pi, beserta seluruh pihak dan semua teman teman Mahasiswa PPS Ilmu
Perikanan Ank. 2013 yang tidak sempat penulis sebutkan satu persatu,
Muhammad Nur
vii
ABSTRAK
MUHAMMAD NUR. Biologi Reproduksi Ikan Endemik Pirik (Lagusia
micracanthus Bleeker, 1860) di Sulawesi Selatan (dibimbing oleh
Sharifuddin Bin Andy Omar dan Joeharnani Tresnati).
ABSTRACT
MUHAMMAD NUR. The Biological Reproduction of the Endemic Pirik Fish
(Lagusia micracanthus Bleeker, 1860) in South Sulawesi Province
(Supervised by Sharifuddin Bin Andy Omar and Joeharnani Tresnati).
DAFTAR ISI
Nomor Halaman
PRAKATA ........................................................................................ v
ABSTRAK ........................................................................................ vii
ABSTRACT ...................................................................................... viii
DAFTAR ISI ..................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .............................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................... xvii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................ 4
C. Tujuan Penelitian .............................................................. 5
D. Manfaat Penelitian ............................................................ 5
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
10. Distribusi jumlah (ekor) dan nisbah kelamin ikan pirik (Lagusia
micracanthus Bleeker, 1860) yang diperoleh selama penelitian
pada setiap waktu pengambilan sampel di Sungai Sanrego....... 63
xii
Nomor Halaman
11. Distribusi jumlah (ekor) dan nisbah kelamin ikan pirik (Lagusia
micracanthus Bleeker, 1860) yang diperoleh selama penelitian
pada setiap tingkat kematangan gonad di Sungai Pattunuang,
Kabupaten Maros......................................................................... 64
12. Distribusi jumlah (ekor) dan nisbah kelamin ikan pirik (Lagusia
micracanthus Bleeker, 1860) yang diperoleh selama penelitian
pada setiap tingkat kematangan gonad di Sungai Sanrego,
Kabupaten Bone.......................................................................... 64
Nomor Halaman
24. Kisaran dan rerata fekunditas (butir telur) ikan pirik (Lagusia
micracanthus Bleeker, 1860) berdasarkan waktu pengambilan
sampel di Sungai Sanrego, Kabupaten Bone.............................. 97
25. Kisaran dan rerata fekunditas (butir telur) ikan pirik (Lagusia
micracanthus Bleeker, 1860) berdasarkan tingkat kematangan
gonad di Sungai Pattunuang, Kabupaten Maros......................... 98
26. Kisaran dan rerata fekunditas (butir telur) ikan pirik (Lagusia
micracanthus Bleeker, 1860) berdasarkan tingkat kematangan
gonad di Sungai Sanrego, Kabupaten Bone................................ 99
28. Diameter telur dan pola pemijahan beberapa spesies ikan air
tawar endemik.............................................................................. 109
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
Nomor Halaman
Nomor Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
Nomor Halaman
16. Uji statistik faktor kondisi keseluruhan ikan ikan pirik (Lagusia
micracanthus Bleeker, 1860) jantan dan betina di Sungai
Sanrego, Kabupaten Bone........................................................... 150
Nomor Halaman
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
jenis ikan di antaranya hidup pada ekosistem air tawar (Budiman et al.,
2002).
spesies ikan air tawar di Indonesia saat ini tengah menghadapi berbagai
ikan air tawar, salah satu contohnya adalah hilangnya populasi ikan
sebanyak 87 jenis, dan 66 spesies atau 75% di antaranya adalah ikan air
besar (68%) dari ikan air tawar yang terancam punah tersebut adalah ikan
endemik.
tertentu. Oleh karena itu, pelestarian ikan air tawar endemik Sulawesi ini
merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan. Namun hingga saat
ini belum ada studi ekologi kuantitatif yang rinci tentang komunitas ikan
et al., 2013).
tawar endemik dan asli (native) Sulawesi. Ikan endemik ini hidup di
demikian pula data mengenai tingkat eksploitasi ikan ini juga belum
diperoleh. Namun, ikan ini telah menjadi ikan komsumsi yang dieksploitasi
racun dan tuba) yang intensif dilakukan oleh masyarakat lokal terhadap
masa mendatang. Hal ini juga memberikan kekhawatiran yang besar akan
mengenai kondisi perairan yang menjadi habitat ikan pirik juga merupakan
pada populasi ikan pirik di habitat tersebut. Hasil penelitian ini dapat
micracanthus.
B. Rumusan Masalah
hayati sehingga keberadaan ikan ini patut untuk dilindungi. Namun jika
ekonomis tinggi seperti ikan beseng (Telmatherina ladigesi), ikan ini belum
spesies ini.
masih sangat terbatas. Hingga saat ini penelitian yang pernah dilakukan
masih sebatas pada sistematika oleh Vari pada tahun 1978, yang
akan degradasi populasi dan kepunahan ikan endemik ini pada kurun
reproduksi merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan, agar ikan
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Sistematika
Kabupaten Bone dan Camba, Kab. Maros) dan Iren (sekitar Danau
Tempe).
2. Morfologi
dideskripsikan oleh Bleeker pada tahun 1860 dari tiga spesimen yang
Selatan. Pada saat itu ikan ini dikenal dengan nama Datnia micracanthus
Namun, pada akhirnya, tahun 1978 oleh Vari melalui analisis filogenetik
Terapontidae, menemukan bahwa nominal spesies ini tidak erat atau tidak
terkait dari tipologi dan nama generik spesies yang tersedia pada waktu
badan kecil (Gambar 1). Bagian punggung pada tubuh cembung dari
tulang belakang ke sirip punggung, kemudian sedikit cembung dari titik itu
ke awal pangkal ekor (Vari dan Hadiaty, 2012). Morfometrik dan meristik
ikan ini adalah D.XII – XIII, 8-11 A.III, 8-9, terdapat 38-42 sisik sepanjang
Pola warna ikan ini adalah coklat dan hitam. Secara keseluruhan
warna keperakan pada tubuh dan bagian punggung yang lebih gelap.
tengah dorsal dan lobus ventral pada sirip ekor (Vari dan Hadiaty, 2012).
substrat kerikil hingga batu besar. Spesies ini biasanya diamati berenang
Hadiaty, 2012).
C. Aspek Biologi
tertentu berkaitan erat satu sama lain (Patel et al., 2014). Dalam studi
bidang perikanan, panjang ikan dapat diukur dengan lebih cepat dan
Salah satu nilai yang dapat dilihat dari adanya hubungan panjang-
jumlah atau ukuran sel penyusun jaringan tubuh pada periode tertentu,
baik dilihat dari segi kapasitas fisik, maupun dari segi survival dan
perbandingan liniernya akan tetap. Dalam hal ini dianggap bahwa berat
yang ideal sama dengan pangkat tiga dari panjangnya dan berlaku untuk
ikan kecil atau besar. Bila terdapat perubahan berat tanpa diikuti oleh
D. Aspek Reproduksi
ukuran telur, dan ukuran ikan pertama matang gonad. Selain itu, juga
kondisi lingkungan, ada yang berlangsung setiap musim dan ada juga
telur dari ikan betina dan spermatozoa dari ikan jantan (Effendie, 2002).
Organ reproduksi pada ikan jantan disebut testis dan pada ikan
ikan yang memiliki gelembung gas, testis terletak pada bagian bawah
kuningan pada waktu matang dan siap dipijahkan (Rahardjo et al., 2011).
Daur reproduksi ikan secara umum terbagi atas tiga periode yaitu
(Effendie, 2002).
daerah ugahari) umumnya memijah pada musim semi atau musim panas,
menjadi tiga kelompok yaitu: (1) Big bang spawner, ikan yang memijah
telurnya sekaligus pada satu kali pemijahan; dan (3) Partial spawner, ikan
yang mengeluarkan telur matang secara bertahap pada satu kali periode
pemijahan.
14
faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal meliputi curah hujan,
suhu, sinar matahari, tumbuhan, dan adanya ikan jantan. Pada umumnya
ikan-ikan di perairan alami akan memijah pada awal musim hujan atau
pada akhir musim hujan, karena pada saat itu akan terjadi suatu
Faktor internal meliputi kondisi dan adanya hormon reproduksi yang cukup
(Burhanuddin, 2010).
1. Nisbah Kelamin
suatu spesies ikan. Nisbah kelamin ikan jantan dan ikan betina di alam
diperkirakan mendekati 1,00 : 1,00, yang berarti bahwa jumlah ikan jantan
yang tertangkap relatif hampir sama banyaknya dengan jumlah ikan betina
bergerombol antara ikan jantan dan betina, perbedaan laju mortalitas, dan
yang dapat berubah menjelang dan selama pemijahan. Pada ikan yang
betina secara teratur, pada awalnya ikan jantan lebih banyak kemudian
nisbah kelamin berubah menjadi 1:1, lalu diikuti dengan dominasi ikan
15
2002). Nisbah kelamin juga dapat dijadikan indikator bahwa populasi ikan
antara ikan jantan dan ikan betina diharapkan dapat menjaga populasi
ikan dari kepunahan. Kondisi yang ideal umumnya didukung oleh kondisi
lingkungan dan habitat yang baik bagi kelangsungan hidup ikan tersebut.
panjang serta bobotnya. Pada saat ikan mulai berkembang, gonad betina
(ovari) mulai terlihat dan akan memenuhi rongga tubuh saat memasuki
tahap matang dan gonad jantan (testis) akan berwarna pucat pada saat
Penentuan secara morfologi dilihat dari bentuk, panjang dan warna, serta
tersebut agar dapat menilai dengan cepat pada ikan dalam jumlah yang
kelas lainnya, serta keadaan transisi dari dua kelas yang berdekatan.
17
Spermatozoa dewasa memiliki kepala dan ekor yang panjang atau flagella
dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain spesies, umur, dan ukuran.
18
Secara umum, ikan yang memiliki ukuran maksimum kecil dan jangka
waktu yang pendek akan mencapai kedewasaan pada umur yang lebih
dan bertambah berat. Bobot testis yang sudah matang atau siap memijah
dapat mencapai 12% atau lebih dari bobot tubuhnya sementara bobot
memengaruhi saat pertama kali ikan matang gonad, yaitu faktor luar dan
faktor dalam. Faktor dalam antara lain perbedaan spesies, umur, ukuran,
suhu, arus, adanya individu yang berlainan jenis kelamin, dan tempat
berpijah yang sama. Tiap-tiap spesies ikan pada waktu pertama kali
bobot gonad dan bobot tubuh yang nilainya dinyatakan dalam persen.
gonad dan diameter telur. Bobot gonad akan mencapai maksimum sesaat
Secara umum IKG ikan jantan lebih kecil daripada ikan betina
(Rahardjo et al., 2011). Ini bisa disebabkan oleh fisiologis dan efek
hormon pada perkembangan gonad ikan betina yang lebih besar daripada
persentase berat ikan yang digunakan untuk produksi telur ketika telur
3. Fekunditas
anak ikan yang akan dihasilkan dan jumlah ikan dalam kelas umur yang
20
respon terhadap makanan. Pada spesies tertentu dan pada umur yang
makanan tahunan. Ikan-ikan yang hidup pada perairan yang kurang subur
ukuran yang paling umum dipakai untuk mengukur potensi reproduksi ikan
karena relatif lebih mudah dihitung, yaitu jumlah telur di dalam ovari ikan
jumlah anak ikan yang akan dihasilkan dan akan ditentukan pola jumlah
pada tahun yang akan datang. Fekunditas inidividu baik diterapkan pada
(Nikolsky, 1963). Fekunditas total adalah jumlah telur yang dihasilkan ikan
selama hidup, sedangkan fekunditas relatif adalah jumlah telur per satuan
berat. Fekunditas individu adalah jumlah telur dari generasi tahun tertentu
oleh ukuran tubuh, umur, dan diameter telur. Semakin kecil ukuran
dari mortalitas larva yang tinggi (Balon, 1975 dalam Ali, 2012).
yang sedikit predator maka telur yang dikeluarkan akan sedikit atau
memengaruhi jumlah telur yang dihasilkan oleh ikan betina antara lain
22
Ikan air tawar tropis memiliki nilai fekunditas dan ukuran telur yang
beberapa telur atau melahirkan satu atau beberapa keturunan saja. Ikan
dan ikan pari air tawar hanya melahirkan beberapa keturunan dalam
4. Diameter Telur
Diameter telur adalah garis tengah atau ukuran panjang dari suatu
sampai beberapa hari (partial spawning). Sebaran diameter telur pada tiap
perbandingan diameter telur dan fekunditas, harus berasal dari ovari yang
berkorelasi positif, dan ikan yang berukuran besar akan berpijah lebih
E. Karakteristik Habitat
Perairan sungai adalah suatu perairan yang dicirikan oleh arus yang relatif
ketertarikan saat banjir, erosi, dan supply air. Sungai yang alami pada
dengan transpor air dan material. Kecepatan arus, erosi, dan sedimentasi,
flora dan fauna pada sungai sangat dipengaruhi ketiga variabel tersebut
Walanae. DAS Walanae diketahui terdiri atas tujuh sub DAS, yaitu; Batu
hanya sub DAS Malanroe dan Walanae Hilir yang memiliki bentuk radial.
luas wilayah 478.932,72 Ha. Secara geografis DAS ini terletak di posisi 3º
59' 03"-5º 8' 45" LS dan 119° 47' 09"–120° 47' 03" BT dan secara
Tengah). Debit sungai rata-rata di hulu 243,50 m3 detik-1 dan hilir 91,87
andesit, aluvium, marmer, batu gamping, tufit tefra berbutir, dan hanya
tergolong tipe B/C atau agak basah. Oleh karena wilayahnya yang luas
mm), kemudian di Kab. Maros (270 mm), Kab. Bone (162,2 mm), dan
terendah di Kab. Soppeng (122,05 mm), dengan rata-rata hari hujan 14,9.
Sub DAS Sanrego sendiri memiliki luas DAS 38.789 Ha, dengan
luas lahan bervegetasi permanen sebanyak 21.401 Ha, dan nilai indeks
lahan sedang (Asmoro, 2009). Pada Kawasan DAS Sanrego juga terdapat
termasuk ke dalam kawasan strategis provinsi dari sudut fungsi dan daya
10,1 mg L-1, nitrat 0,04 – 0,67 mg L-1, dan 0,4 – 1,14 mg L-1 (Kariyanti,
2014).
F. Kualitas Perairan
(Minggawati dan Lukas, 2012). Faktor fisika dan kimia air merupakan
air, polusi, dan pemasukan spesies baru ke dalam badan air sungai.
Menurut Rahayu et al. (2009), penurunan kualitas air sungai yang terjadi
saat ini, tidak hanya terjadi di daerah hilir, tetapi juga telah terjadi di
daerah hulu. Alih fungsi lahan hutan menjadi lahan pertanian dan
27
kualitas air sungai tersebut. Hal ini dapat terjadi melalui proses
pertumbuhan alga dan jenis tumbuhan air lainnya secara tak terkendali,
1. Suhu
udara lebih dekat daripada di danau; dan (3) stratifikasi suhu hampir tidak
yaitu: (1) kedalaman air; (2) kecepatan arus; (3) material dasar; (4) suhu
masukan air dari anak sungai; (5) masuknya cahaya matahari; (6) tingkat
penutupan sungai; dan (7) waktu harian. Sebagian besar faktor yang
28
lain, suhu dari sungai merupakan sebuah ukuran dari aksi dan interaksi
lebar dan dalam, sehingga air lebih terpapar oleh sinar matahari, dan
menyimpan energi panas lebih besar (Reid, 1961 dalam Bahri 2012).
2. Oksigen Terlarut
dan anorganik dalam proses aerobik. Sumber utama oksigen dalam suatu
perairan berasal sari suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil
boleh kurang dari 1,7 ppm selama waktu 8 jam dengan sedikitnya pada
memiliki pH yang Ideal adalah antara 6,8 - 8,5 (Tatangindatu et al., 2013).
logam-logam dalam air makin besar dan bersifat toksik bagi organisme air.
dalam air yang juga bersifat toksik bagi organisme air (Tatangindatu et al.,
mm) dan koloid (diameter 10-6 mm - 10-3 mm) yang berupa senyawa-
senyawa kimia dan bahan-bahan lain, yang tidak tersaring pada kertas
(Santoso, 2008). Menurut Reid (1961 dalam Bahri, 2012), reaksi dan
proses dari ion-ion dan materi organisme di sungai berasal dari proses
kimia dan biologi dan kondisi sungai tersebut. Sumber utama untuk TDS
dalam perairan adalah limpahan dari pertanian, limbah rumah tangga, dan
industri. Unsur kimia yang paling umum adalah kalsium, fosfat, nitrat,
natrium, kalium, dan klorida. Bahan kimia dapat berupa kation, anion,
padatan total terlarut alami berasal dari pelapukan dan pelarutan batu dan
tanah.
2008).
32
G. Kerangka Pikir
endemik dan asli (native) Sulawesi. Ikan ini tergolong ke dalam famili
spesies ikan ini belum mendapat banyak perhatian dari peneliti dan
dasar mengenai spesies ikan ini. Informasi spesies ini masih terbatas
pada sistematika oleh Vari (1978) yang dideskripsikan kembali oleh Vari
ternyata telah berdampak juga pada degradasi populasi ikan endemik ini
waktu dan frekuensi pemijahan, tipe pemijahan, ukuran telur, dan ukuran
Ikan Pirik
Lagusia micracanthus
Kondisi habitat
Degradasi dan kepunahan
BAB III
METODE PENELITIAN
Alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain: electrical fishing
Gambar 3. Peta lokasi pengambilan ikan contoh di Sungai Pattunuang, Kabupaten Maros (A), dan di Sungai Sanrego,
Kabupaten Bone (B)
36
botol bekas rol film sebagai tempat untuk menyimpan gonad ikan, pipet
tetes untuk mengambil larutan gilson, cawan petri untuk meletakkan telur
ikan yang akan dihitung, hand tally counter, jarum pentul dan lup (kaca
telur ikan, deskglass sebagai tempat meletakkan telur ikan yang akan
selaput yang terdapat pada gonad ikan, aluminium foil untuk meletakkan
1. Prosedur di lapangan
dalam coolbox dan diberi es curah agar kesegaran ikan tetap terjaga. Ikan
37
dianalisis.
2. Prosedur di laboratorium
Panjang total ikan diukur dari ujung kepala terdepan sampai ujung
mengacu pada ciri histologi gonad hasil modifikasi ikan nilem, Osteochilus
betina yang telah matang (TKG III, IV dan V) dimasukkan ke dalam botol
atas cawan petri untuk dihitung fekunditasnya dengan bantuan hand tally
telur dengan mengambil sebanyak 300 butir telur dan diletakkan diatas
kehidupan ikan pirik. Secara umum, kondisi habitat pada kedua lokasi
parameter kualitas air. Pengukuran kualitas air dilakukan setiap satu bulan
sekali. Sampel kualitas air diamati secara langsung di lokasi dan sebagian
D. Analisis Data
1. Aspek Biologi
Hubungan Panjang-Bobot
Cren, 1951) :
W aLb
b = Slope (kemiringan)
sebagai bentuk persamaan linier (Spiegel, 1978 dalam Andy Omar, 2013):
b1 b 0
t hitung
Sb 1
simpangan koefisien
hubungan panjang dan bobot antara ikan jantan dan betina diperairan
yang sama maupun antar perairan satu dengan yang lain maka dilakukan
Faktor Kondisi
total dan bobot total tubuh ikan. Bila diperoleh pola pertumbuhan yang
1979):
10 5 W
K
L3
ikan (mm)
W
K
aLb
2. Aspek Reproduksi
Nisbah Kelamin
m
S
f
X
2
k
Oi Ei
i1 Ei
X p i
X
m xk
2
p qi
Antilog m = m 1,96 X 2 i
ni 1
Keterangan: m = Log panjang ikan pada saat pertama kali matang gonad ;
Xk = Log nilai tengah kelas panjang yang terakhir pada saat pertama kali
Proporsi ikan matang gonad pada kelas panjang ke-i dengan jumlah ikan
pada selang panjang ke-i; ni = Jumlah ikan yang matang pada kelas
matang gonad.
Fekunditas
F = aLb
Konstanta
F= a + bW
F= a + bG
Diameter telur
D = Dh x Dv
Potensi reproduksi
secara deskriptif.
46
BAB IV
dan S. Sanrego maka dilakukan analis hubungan panjang dan bobot ikan.
Pattunuang selama penelitian sebanyak 599 ekor yang terdiri atas 307
ekor ikan jantan dan 292 ekor ikan betina. Sementara itu di S. Sanrego
diperoleh 162 ekor ikan pirik yang terdiri atas 72 ekor ikan jantan dan 90
Tabel 3. Hasil analisis hubungan panjang - bobot tubuh ikan pirik (Lagusia micracanthus Bleeker, 1860) yang diperoleh
selama penelitian di Sungai Pattunuang, Kabupaten Maros dan di Sungai Sanrego, Kabupaten Bone
dengan rata-rata bobot tubuh 5,82 g. Sementara itu, ikan pirik jantan
di S. Sanrego memiliki ukuran panjang dan bobot tubuh yang lebih kecil
panjang total dan bobot tubuh ikan pirik yang tertangkap, ikan pirik di S.
pada ikan ikan pirik jantan sebesar 2,9489 dan betina sebesar 3,0600.
ikan pirik jantan sebesar 2,8719 dan betina sebesar 2,8574. Secara
koefisien regresi sebesar 3,0041 dan ikan pirik di S. Sanrego memiliki nilai
koefisien regresi sebesar 2,8846. Hasil uji t terhadap ikan pirik jantan,
uji t terhadap ikan pirik jantan, betina dan keseluruhan ikan di S. Sanrego
diperoleh nilai t hitung > t tabel (Lampiran 7, 8 dan 9), sehingga ikan pirik
bobotnya.
tidak terhadap hubungan panjang dan bobot antara ikan jantan dan betina
nyata (P>0,05), hal yang sama juga terjadi terhadap perbedaan hubungan
panjang dan bobot antara ikan jantan dan betina diperairan S.Sanrego
apakah ada perbedaan atau tidak terhadap hubungan panjang dan bobot
12). Hal yang berbeda terjadi antara hubungan panjang dan bobot antara
dan tingkat eksploitasi. Secara umum pola pertumbuhan ikan pirik yang
lingkungan perairan ikan pirik di S. Pattunuang lebih stabil dan relatif lebih
(Malacostraca, Oligohymenophorea ).
lainnya, yang diduga merupakan kompetitor utama bagi ikan pirik relatif
(Cyprinus carpio), gabus (Channa striata) dan lele (Clarias sp.). Selain itu
dan ikan medaka (Oryzias sp.). Hal yang berbeda dengan S.Pattunuang,
bukan ikan pirik namun yang tertangkap lebih banyak justru didominasi
oleh ikan nilem (O. vittatus) dan tawes (Barbonymus goniono). Spesies
utama bagi ikan pirik diantaranya ikan mas (C. carpio), nila (Oreochromis
niloticus), gabus (C. striata), dan sidat (Anguilla sp.). Sementara itu
52
spesies lainnya yang juga hidup perairan S.Sanrego namun diduga bukan
tidak terlalu diminati sehingga aktifitas penangkapan ikan ini sangat jarang
dilakukan.
terhadap kondisi lingkungan perairan yang pada habitat ikan pirik tersebut.
Pattunuang jantan memiliki nilai korelasi 0,9489 dan betina 0,9284 dan di
bobot tubuh ikan pirik sangat kuat/ erat (skala korelasi 0 – 1). Hal tersebut
sesuai dengan pendapat Andy Omar (2011) yang menyatakan bahwa nilai
korelasi berkisar antara 0,70 – 0,89 mempunyai arti korelasi kuat dan nilai
korelasi berkisar antara 0,90 – 1,00 mempunyai arti korelasi sangat kuat.
beberapa jenis ikan air tawar endemik lainnya dapat dilihat pada Tabel 4.
56
Tipe
Spesies Lokasi Pustaka
pertumbuhan
Aphanius danfordii Allometrik positif Hirfanli, Turki Kirankaya et al.,
(mayor) 2014
Chondrostoma Allometrik positif Hutovo Blato, Bosnia Dulcic et al., 2009
knerii (mayor) dan Herzegovina
Chondrostoma Allometrik positif Danau Prespa, Yunani Bobori et al.,
prespense (mayor) 2010
Rutilus prepens Allometrik positif Danau Prespa, Yunani Bobori et al.,
(mayor) 2010
Chromidotilapia Allometrik positif Danau Ogudu Lagos, Lawson et al.,
guentheri, (mayor) Nigeria 2013
Cirrhinus mrigala Allometrik negatif Mahi Bajaj Sagar, Ujjania et al.,
(minor) India 2012
Cobitis narentana Allometrik negatif Hutovo Blato, Bosnia Dulcic et al., 2009
(minor) dan Herzegovina)
Garra gotyla Isometrik Sungai Chaliyar Baby et al., 2011
stenorhynchus
Heteropneustes Allometrik positif Sungai Gomti, India Kumar et al.,
fossilis (mayor) 2014
Paratherina sp. Allometrik positif Danau Towuti, Samuel, 2008
(mayor) Sulawesi Selatan
Poecilia mexicana Allometrik positif Hildago, Mexico Miranda et al.,
(mayor) 2009
Rasbora tawarensis Allometrik Danau Laut Tawar, Brojo et al., 2001
Aceh
Rutilus basak Allometrik positif Hutovo Blato, Bosnia Dulcic et al., 2009
(mayor) dan Herzegovina
Schizothorax niger Isometrik Danau Dal, Kashmir Shafi dan Yousuf,
2012
Schizothorax Allometrik negatif Sungai Yarlung Ma et al., 2010
o’connori (minor) Tsangpo, Tibet
Squalius prespensis Isometrik Danau Prespa, Bobori et al.,
Greece 2010
Squalius svallize Allometrik positif Hutovo Blato, Bosnia Dulcic et al., 2009
(mayor) dan Herzegovina
Faktor Kondisi
suatu individu ikan. Nilai faktor kondisi ikan pirik di S. Pattunuang dan di S.
Tabel 5 dan 6. Sementara itu nilai faktor kondisi ikan pirik berdasarkan
57
tingkat kematangan gonad dapat dilihat pada Tabel 5 (S. Pattunuang) dan
rata-rata 1,7880 dan ikan pirik betina berkisar antara 1,1264 - 3,5095
dengan nilai faktor kondisi rata-rata 1,8087. Sementara itu, nilai faktor
nilai faktor kondisi rata-rata 1,0274 dan ikan pirik betina berkisar antara
0,9263- 1,4533 dengan nilai faktor kondisi rata-rata 1,1598. Hal tersebut
menunjukkan bahwa ikan pirik betina memiliki nilai faktor kondisi yang
lebih besar dibandingkan ikan jantan. Nilai faktor kondisi tertinggi ikan pirik
ikan yang berukuran 40 - 50 mm dan pada ikan pirik betina yaitu 1,9567 ±
0,0591 pada kelompok ikan yang berukuran 90 - 100 mm. Sementara itu
nilai faktor kondisi tertinggi ikan pirik jantan di S. Sanrego yaitu 1,0464 ±
dan pada ikan pirik betina yaitu 1,6567 ± 0,1211 pada kelompok ikan yang
berukuran 80 - 90 mm.
58
Tabel 5. Nilai faktor kondisi ikan pirik (Lagusia micracanthus Bleeker, 1860) berdasarkan kelompok ukuran yang diperoleh
selama penelitian di Sungai Pattunuang, Kabupaten Maros
Tabel 6. Nilai faktor kondisi ikan pirik (Lagusia micracanthus Bleeker, 1860) berdasarkan kelompok ukuran yang diperoleh
selama penelitian di Sungai Sanrego, Kabupaten Bone
faktor kondisi ikan jantan yang lebih rendah daripada ikan betina diduga
dipengaruhi oleh ukuran ikan pirik jantan yang lebih kecil serta
didominasi oleh ikan-ikan yang belum matang (TKG I dan II). Lagler et al.
waktu ukuran panjang dan bobot tubuh. Sementara itu, adanya perbedaan
faktor kondisi ikan pirik dimana ikan pirik di Sungai Pattunuang memiliki
nilai faktor kondisi yang lebih besar dibandingkan ikan pirik di Sungai
pemijahan. Selanjutnya hasil uji t terhadap ikan pirik jantan dan betina di
Tabel 7. Nilai faktor kondisi ikan pirik (Lagusia micracanthus Bleeker, 1860) berdasarkan tingkat kematangan gonad yang
diperoleh selama penelitian di Sungai Pattunuang, Kabupaten Maros
Jantan n Betina n
TKG
Kisaran Rerata (ekor) Kisaran Rerata (ekor)
I 1,2710 - 4,0294 1,7490 ± 0,2771 174 1,2369 - 2,1605 1,7285 ± 0,1852 114
II 1,4769 - 2,5357 1,8388 ± 0,2272 76 1,5320 - 3,5095 1,9203 ± 0,3180 86
III 1,4241 - 3,1975 1,8681 ± 0,3274 38 1,3118 - 2,2900 1,7540 ± 0,2166 38
IV 1,4644 - 2,3343 1,7196 ± 0,2491 13 1,1264 - 2,9348 1,8709 ± 0,3498 36
V 1,5039 - 1,8741 0,7284 ± 0,1342 6 1,4706 - 2,2960 1,7751 ± 0,2349 18
Jumlah 307 Jumlah 292
62
Tabel 8. Nilai faktor kondisi ikan pirik (Lagusia micracanthus Bleeker, 1860) berdasarkan tingkat kematangan gonad yang
diperoleh selama penelitian di Sungai Sanrego, Kabupaten Bone
Jantan n Betina n
TKG
Kisaran Rerata (ekor) Kisaran Rerata (ekor)
I 0,9085 - 1,2524 1,0483 ± 0,1163 32 0,9263 - 1,3718 1,1902 ± 0,1109 26
II 0,8038 - 1,1909 1,0225 ± 0,0994 5 0,9521 - 1,3924 1,1467 ± 0,1172 18
III 0,8205 - 1,0618 0,9027 ± 0,0749 10 1,0131 - 1,4533 1,1147 ± 0,1060 19
IV 0,8650 - 1,2926 1,0467 ± 0,1325 14 1,0170 - 1,5335 1,1665 ± 0,1200 18
V 0,9275 - 1,2225 1,0579 ± 0,0819 11 1,0865 - 1,3143 1,1806 ± 0,0883 9
Jumlah 72 Jumlah 90
63
B. Nisbah Kelamin
Tabel 9. Distribusi jumlah (ekor) dan nisbah kelamin ikan pirik (Lagusia
micracanthus Bleeker, 1860) yang diperoleh selama penelitian
pada setiap waktu pengambilan sampel di Sungai Pattunuang,
Kabupaten Maros
Tabel 10. Distribusi jumlah (ekor) dan nisbah kelamin ikan pirik (Lagusia
micracanthus Bleeker, 1860) yang diperoleh selama penelitian
pada setiap waktu pengambilan sampel di Sungai Sanrego,
Kabupaten Bone
Tabel 11. Distribusi jumlah (ekor) dan nisbah kelamin ikan pirik (Lagusia
micracanthus Bleeker, 1860) yang diperoleh selama penelitian
pada setiap tingkat kematangan gonad di Sungai Pattunuang,
Kabupaten Maros
Tabel 12. Distribusi jumlah (ekor) dan nisbah kelamin ikan pirik (Lagusia
micracanthus Bleeker, 1860) yang diperoleh selama penelitian
pada setiap tingkat kematangan gonad di Sungai Sanrego,
Kabupaten Bone
diperoleh ikan pirik dengan nisbah jantan dan betina 1,05 : 1,00 dan di S.
Sanrego diperoleh nisbah jantan dan betina 1,00 : 1,25. Hal tersebut
nisbah kembali mendekati seimbang pada bulan Februari. Hal yang sama
juga terjadi di S. Sanrego, yaitu ikan pirik betina ditemukan lebih banyak
tersebut. Hal tersebut sesuai dengan pendapat dari Nikolsky (1969) yang
dan betina secara teratur, pada awalnya ikan jantan lebih banyak
tingkah laku ikan yang suka bergerombol, perbedaan laju mortalitas dan
pertumbuhan.
tertangkap relatif hampir sama banyaknya (Ball dan Rao, 1984). Nisbah
matang gonad, dan adanya penambahan jenis ikan baru pada suatu
Nisbah kelamin pada beberapa spesies ikan air tawar endemik dapat
Tabel 13. Nisbah Kelamin beberapa spesies ikan air tawar endemik
Nisbah
Spesies Lokasi Pustaka
(Jantan dan Betina)
Aspius vorax 1:1 Sungai Euphrates, , Saleh et al., 2012
Syria
Cobitis faridpaki Bukan 1 : 1 Sungai Siahrud, Sabet et al., 2012
Iran
Girardiictys 1 : 1.5 Meksiko Adolfo et al., 2013
multiradiatus
Glossogobius 1:1 Danau Towuti, Sulistiono et al.,
matanensis Sulawesi Selatan 2007
Glossolepis incisus 1:3 Danau Sentani, Siby et al., 2009
Jayapura
Melanotaenia 1:1 Sungai Nimba dan Manangkalagi et
arfakensis Sungai Aimasi, al., 2009
Manokwari
Marosatherina ladigesi 1 : 3.9 Sungai Kariyanti, 2014
Bantimurung,
Sulawesi Selatan
Marosatherina ladigesi 1 : 2.76 Sungai Kariyanti, 2014
Pattunuang,
Sulawesi Selatan
Paratherina striata 1 : 3.15 Danau Towuti, Andy Omar et al.,
Sulawesi Selatan 2011
Puntius denisonii 1:1 Sungai Solomon et al.,
Chandragiri, dan 2011
Sungai Chaliyar,
India
Rasbora tawarensis 1:5 Perairan Danau Brojo et a., 2011
Laut Tawar, Aceh
Tengah
Schizothorax Bukan 1 : 1 Sungai Yarlung Ma et al., 2010
o’connori Tsangpo, Tibet
Telmatherina antoniae 1:1 Danau Matano, Nilawati dan Tantu,
Sulawesi Selatan 2007
Telmatherina ladigesi 0,2 – 0,8 : 1,0 Sungai Nasution et al.,
Batimurung dan 2006
Sungai
Pattunuang,
Sulawesi Selatan
68
diketahui kapan ikan itu akan memijah, baru memijah, atau sudah
ikan pirik, menunjukkan tidak terdapat ciri atau perbedaan bentuk dan
struktur tubuh luar antara jantan dan betina. Meskipun demikian, secara
umum ikan jantan ditemukan relatif lebih kecil dan pendek dibandingkan
melihat langsung ciri seksual primernya. Ciri seksual primer ini berkaitan
langsung dengan proses reproduksi yaitu testis pada ikan jantan dan
yang berkembang, baik pada ikan jantan maupun pada ikan betina. Posisi
dan letak gonad pada ikan endemik pirik (L. micracanthus) jantan dan
Posisi atau letak organ reproduksi tersebut dapat berbeda antara satu
69
spesies dengan spesies yang lain, pada ikan yang memiliki gelembung
gas, testis dan ovarium terletak pada bagian bawah atau di samping
(a)
(b)
Perkembangan ovari dan testis ikan secara garis besar terdiri atas
ikan betina maka yang diamati adalah bentuk, ukuran, warna, kehalusan,
bentuk, warna telur dalam ovarium. Sebaliknya, untuk ikan jantan yang
diamati adalah bentuk, ukuran, warna, dan pengisian testes dalam rongga
tubuh.
terbagi dalam lima tahap yaitu TKG I immature (belum berkembang), TKG
betina ikan pirik ditandai dengan proses perkembagan telur yang terjadi
(protein) dan lemak yang berbentuk tetes minyak. Selanjutnya telur yang
L = 59,64 mm L = 62,71 mm
W = 3,133 g W = 3,969 g
G = 0,018 g G = 0,052 g
IKG = 0,5745 % IKG = 1,4570 %
L = 67,55 mm L = 68,35 mm
W = 5,168 g W = 4,802 g
G = 0,080 g G = 0,267 g
IKG = 1,5480 % IKG = 5,7476 %
L = 70,81 mm
W = 5,793 g
G = 0,176 g
IKG = 3,0381 %
L = 59,64 mm L = 62,71 mm
W = 3,133 g W = 3,969 g
G = 0,018 g G = 0,052 g
IKG = 0,5745 % IKG = 1,4570 %
L = 67,55 mm L = 68,35 mm
W = 5,168 g W = 4,802 g
G = 0,080 g G = 0,267 g
IKG = 1,5480 % IKG = 5,7476 %
L = 70,81 mm
W = 5,793 g
G = 0,176 g
IKG = 3,0381 %
L = 62,85 mm L = 63,85 mm
W = 4,259 g W = 4,759 g
G = 0,028 g G = 0,086 g
IKG = 0,6574 % IKG = 1,8071 %
L = 69,66 mm L = 70,96 mm
W = 5,670 g W = 6,972 g
G = 0,166 g G = 0,424 g
IKG = 2,9276 % IKG = 6,0814 %
L = 71,97 mm
W = 5,706 g
G = 0,157 g
IKG = 2,7515 %
L = 62,85 mm L = 63,85 mm
W = 4,259 g W = 4,759 g
G = 0,028 g G = 0,086 g
IKG = 0,6574 % IKG = 1,8071 %
L = 69,66 mm L = 70,96 mm
W = 5,670 g W = 6,972 g
G = 0,166 g G = 0,424 g
IKG = 2,9276 % IKG = 6,0814 %
L = 71,97 mm
W = 5,706 g
G = 0,157 g
IKG = 2,7515 %
dan di S. Sanrego diperoleh ikan pirik jantan dan betina dengan tingkat
belum matang gonad serta frekuensi berdasarkan TKG pada setiap waktu
13 dan 14.
bedasarkan ikan yang telah dan belum matang gonad serta berdasarkan
TKG, ikan pirik antara jantan dan betina menunjukkan pola kematangan
gonad yang sama. Frekuensi TKG ikan pirik jantan dan betina tertinggi di
82
bulan tersebut didominasi oleh ikan-ikan yang telah matang gonad (TKG
III, IV, dan V), Hal tersebut berlangsung hingga bulan Oktober dan
persentase TKG. Pada bulan Desember, Januari, dan Februari, ikan yang
tertangkap adalah ikan-ikan yang belum matang gonad (TKG I dan II).
Tingginya persentase ikan pirik yang sedang matang gonad pada bulan
Keadaan tersebut merupakan hal yang umum terjadi pada ikan-ikan yang
hidup di perairan tawar (sungai, danau, dan waduk), terutama pada ikan-
dan Februari didominasi oleh ikan yang belum matang gonad. Perbedaan
Desember hingga Maret dan puncak Musim Penghujan terjadi pada bulan
dan faktor internal. Faktor eksternal meliputi curah hujan, suhu, sinar
meliputi kondisi dan adanya hormon reproduksi yang cukup. Lebih lanjut
atresia.
dilaporkan juga matang gonad pada akhir Musim Kemarau dan pada awal
17. Berdasarkan rataan nilai panjang total tubuh ikan pirik Tabel 16 dan
Sanrego.
85
Tabel 16. Distribusi tingkat kematangan gonad berdasarkan panjang total di Sungai Pattunuang, Kabupaten Maros
Tabel 17. Distribusi tingkat kematangan gonad berdasarkan panjang total di Sungai Sanrego, Kabupaten Bone
Indeks kematangan gonad untuk setiap TKG pada ikan pirik jantan
Tabel 18. Distribusi indeks kematangan gonad (%) ikan pirik (Lagusia
micracanthus Bleeker, 1860) jantan dan betina berdasarkan
tingkat kematangan gonad yang tertangkap di Sungai
Pattunuang, Kabupaten Maros
Jantan n Betina n
TKG
Kisaran Rerata (ekor) Kisaran Rerata (ekor)
I 0,0178 - 5,1414 0,4624 ± 0,5149 174 0,0192 - 1,8495 0,4376 ± 1,8495 114
II 0,0138 - 5,1394 0,7496 ± 0,7503 76 0,0338 - 4,2599 0,8119 ± 0,6513 86
III 0,4242 - 5,5482 2,0153 ± 1,2721 38 0,5040 - 5,6827 2,7761 ± 1,3036 38
IV 1,5131 - 6,4414 3,7923 ± 1,2962 13 1,6121 - 14,9637 7,2718 ± 3,2100 36
V 1,4912 - 5,5602 3,1450 ± 1,5478 6 3,8766 - 15,2887 8,5129 ± 3,2966 18
Jumlah 307 292
Tabel 19. Distribusi indeks kematangan gonad (%) ikan pirik (Lagusia
micracanthus Bleeker, 1860) jantan dan betina berdasarkan
tingkat kematangan gonad yang tertangkap di Sungai
Sanrego, Kabupaten Bone
Jantan n Betina n
TKG
Kisaran Rerata (ekor) Kisaran Rerata (ekor)
I 0,0317 - 1,8725 0,3680 ± 0,3896 32 0,0185 - 0,9317 0,2270 ± 0,2169 26
II 0,1892 - 1,0027 0,6272 ± 0,3540 5 0,0821 - 2,4503 0,6169 ± 0,0659 18
III 1,0595 - 8,4882 4,6300 ± 2,4191 10 1,4475 - 11,5861 5,5745 ± 2,3974 19
IV 3,3573 - 8,2700 5,9529 ± 1,5605 14 5,1945 - 15,8341 9,7768 ± 3,0547 18
V 2,5913 - 6,6105 4,9369 ± 1,2638 11 10,1419 - 15,7139 12,7136 ± 1,7404 9
Jumlah 72 90
meningkat seiring dengan peningkatan TKG. Pada ikan jantan, nilai rata-
perkembangan gonad.
Pattunuang diperoleh nilai rata rata IKG 0,9191 % pada ikan jantan dan
2,195 % pada ikan betina. Sementara itu hasil pengamatan terhadap 162
ekor ikan pirik di Sungai Sanrego diperoleh nilai rata rata IKG 2,7619 %
pada ikan jantan dan 4,5925 % pada ikan betina. Berdasarkan hal
bahwa pertambahan bobot gonad ikan betina lebih besar dan dapat
berat ovarium yang selalu lebih besar daripada pertambahan berat testis.
dibandingkan dengan ikan jantan. Beberapa contoh antara lain pada ikan
Weber 1907) di Danau Sentani (Siby, 2009), dan ikan pelangi sulawesi
Sungai Sanrego diperoleh nilai IKG < 20% sehingga mereka digolongkan
sebagai ikan yang dapat memijah beberapa kali selama setahun. Hal
bahwa ikan yang memiliki IKG lebih kecil dari 20% adalah kelompok ikan
yang dapat memijah lebih dari satu kali setiap tahunnya. Nilai IKG untuk
musim pemijahan. Nilai IKG yang tinggi merupakan indikator dari periode
reproduksi (Brewer et al., 2008). Nilai IKG ikan pada saat akan memijah
semakin tinggi dan setelah memijah akan menurun dengan cepat sampai
persentase berat ikan yang digunakan untuk produksi telur ketika telur
pada bulan Desember hingga bulan Februari. Nilai IKG tertinggi terdapat
pada bulan November (ikan jantan 6,0518% dan ikan betina 10,1317%).
Pemijahan ikan pirik pada akhir Musim Kemarau dan awal Musim
berkisar 6,40 – 7,65 ppm, pH 7 dan TDS berkisar antara 158 – 175 ppm.
Sementara itu pada S.Sanrego suhu berkisar antara 27,10 - 27,65 °C,
Oksigen terlarut berkisar 7,40 – 8,95 ppm, pH 7 dan TDS berkisar antara
224 – 227 ppm, dengan kondisi aliran air (arus) yang rendah dan stabil.
dan awal Musim Penghujan juga diduga berkaitan strategi reproduksi ikan
pirik agar larva/ juvenil ikan pirik mendapatkan makanan yang cukup pada
pada saai itu cukup dan melimpah pada saat itu serta strategi indukan
ikan pirik agar kelangsungan hidup ikan tinggi serta strategi agar larva
dewasa sehingga mempunyai daya renang pada saat air meninggi atau
tawar tropis, khususnya yang berukuran kecil (Roberts, 1989 dalam Siby,
reproduksi ikan terdiri atas faktor eksternal dan faktor internal. Faktor
adanya ikan jantan. Sementara faktor internal meliputi kondisi dan adanya
spesies ikan air tawar endemik dapat dilihat pada Tabel 20.
Tabel 20. Musim pemijahan beberapa spesies ikan air tawar endemik
Namun demikian, data ukuran pertama kali ikan pirik belum tersedia
Jumlah ikan pirik (L. micracanthus) yang telah matang gonad (TKG
149 ekor yang terdiri atas 57 ekor ikan jantan dan 92 ekor ikan betina.
ekor jantan dan 46 ekor betina. Rata-rata ukuran pertama kali matang
Tabel 21. Ukuran pertama kali matang gonad (mm) ikan pirik (Lagusia
micracanthus Bleeker, 1860) jantan dan betina berdasarkan di
Sungai Pattunuang, Kabupaten Maros, dan di Sungai Sanrego,
Kabupaten Bone
matang gonad pertama kali pada ukuran yang lebih kecil dibandingkan
dengan ikan pirik betina. Hal yang sama juga terjadi pada ikan dari famili
gonad pertama kali pada ukuran 200 mm dan betina pada ukuran 250
Hasil penelitian ini menunjukkan ikan pirik baik jantan dan betina di
gonad yang berbeda. Ikan pirik di S. Sanrego matang gonad pada ukuran
ikan pirik yang lebih besar di S. Sanrego diduga menyebabkan ikan pirik
melakukan pemijahan lebih awal pada ukuran yang lebih kecil untuk
faktor, antara lain spesies, umur, dan ukuran. Secara umum ikan yang
memiliki ukuran maksimum kecil dan masa hidup (life span) yang pendek
95
akan mencapai kedewasaan pada umur yang lebih muda daripada ikan
yang mempunyai ukuran maksimum lebih besar. Ukuran ikan pertama kali
matang gonad pada beberapa spesies ikan air tawar endemik dapat dilihat
Tabel 22. Ukuran pertama kali matang gonad (mm) beberapa ikan air
tawar endemik
F. Fekunditas
waktu memijah dengan asumsi bahwa hanya sebagian telur yang tidak
betina yang telah matang gonad pada TKG III, IV, dan V. Selanjutnya
Tabel 23. Kisaran dan rerata fekunditas (butir telur) ikan pirik (Lagusia
micracanthus Bleeker, 1860) berdasarkan waktu pengambilan
sampel di Sungai Pattunuang, Kabupaten Maros
Tabel 24. Kisaran dan rerata fekunditas (butir telur) ikan pirik (Lagusia
micracanthus Bleeker, 1860) berdasarkan waktu pengambilan
sampel di Sungai Sanrego, Kabupaten Bone
55 – 3.415 butir dengan rata-rata 481 butir dan di S. Sanrego berkisar 680
tertangkap pada S. Sanrego yang lebih besar dan diduga dipengaruhi oleh
Pattunuang tercapai pada bulan Oktober dengan 953 butir telur dan
pirik. Sementara itu pada bulan Desember hingga Februari tidak dilakukan
2.744 butir telur dan terendah pada bulan September dengan 1.802 butir
kecuali pada bulan Februari karena tidak ditemukan ikan yang matang
gonad.
dan 26.
Tabel 25. Kisaran dan rerata fekunditas (butir telur) ikan pirik (Lagusia
micracanthus Bleeker, 1860) berdasarkan tingkat kematangan
gonad di Sungai Pattunuang, Kabupaten Maros
Kisaran
Kisaran panjang Kisaran Rerata
Tingkat Kematangan panjang total
total tubuh fekunditas fekunditas
Gonad tubuh (mm)
(mm) (butir) (butir)
III 53,42 - 83,44 3,876 - 20,048 55 – 1.291 381 ± 249
IV 55,40 - 105,58 4,919 - 17,436 131 – 3.415 1.066 ± 725
V 58,88 - 83,97 7,473 - 19,661 353 – 2.230 1.008 ± 489
99
Tabel 26. Kisaran dan rerata fekunditas (butir telur) ikan pirik (Lagusia
micracanthus Bleeker, 1860) berdasarkan tingkat kematangan
gonad di Sungai Sanrego, Kabupaten Bone
fekunditas ikan pirik pada TKG III meningkat pada TKG IV kemudian
Ikan air tawar tropis memiliki nilai fekunditas dan ukuran telur yang
yang besar. Pada ukuran yang sama, ikan betina dalam kondisi yang baik
fekunditas yang meningkat serta ukuran telur dan larva yang lebih besar.
100
Kondisi ini akan menurun sejalan dengan mulai menurunnya kondisi ikan
yang memengaruhi kualitas dan kuantitas telur yang dihasilkan (ikan yang
2001). Spesies ikan lainya dari famili Terapontidae yang hidup di Sungai
fekunditas 310 butir telur (Potter et al., 1994) dan Terapon puta di perairan
dan panjang total tubuh, hubungan antara fekunditas dan bobot tubuh,
dan hubungan antara fekunditas dan bobot gonad, terhadap ikan pirik
fekunditas dengan bobot tubuh yang tidak erat atau lemah (r<0,5). Hal
tersebut menunjukkan bahwa panjang total dan berat tubuh tidak dapat
(r>0,5) terjadi pada hubungan antara fekunditas dan berat gonad. Hal
tersebut memberikan arti bahwa semakin berat ovari pada tubuh ikan
fekunditas dan panjang total dan antara fekunditas dan bobot tubuh juga
Gambar 17. Hubungan antara fekunditas dan panjang total tubuh (a),
antara fekunditas dan bobot tubuh (b), serta antara
fekunditas dan berat gonad (c) ikan pirik (Lagusia
micracanthus Bleeker, 1860) di Sungai Pattunuang,
Kabupaten Maros
104
Gambar 18. Hubungan antara fekunditas dan panjang total tubuh (a),
antara fekunditas dan bobot tubuh (b), serta antara
fekunditas dan berat gonad (c) ikan pirik (Lagusia
micracanthus Bleeker, 1860) di Sungai Sanrego, Kabupaten
Bone
105
G. Diameter Telur
Diameter telur adalah garis tengah dari suatu telur ikan yang
sebaran diameter telur ikan pirik pada TKG III, TKG IV dan TKG V di S.
Gambar 20.
yaitu 1.630 butir telur (26,02 %) dan kisaran diameter 0.4000 - 0,4500
mm yaitu 1591 butir telur (25,40 %), pada TKG IV berkisar antara 0,2916 –
0.5500 - 0,6000 mm yaitu 1.689 butir telur (34,89 %) dan pada TKG V
(Gambar 20) pada pengamatan TKG III diperoleh diameter telur berkisar
diameter 0.2500 - 0,3000 mm yaitu 2.059 butir telur (49,04%), pada TKG
kisaran diameter 0.5000 - 0,5500 mm yaitu 4.979 butir telur (51,60 %) dan
tertinggi pada kisaran diameter 0.6000 - 0,6500 mm yaitu 671 butir telur
(25,14 %).
kelompok ukuran diameter telur ikan pirik pada setiap TKG, Hal tersebut
pada TKG III baru mulai memasuki tahap kematangan gonad sehingga
bertahap pada satu kali periode pemijahan. Hal yang sama juga terjadi
pola pemijahan beberapa spesies ikan air tawar endemik dapat dilihat
Tabel 28. Diameter telur dan pola pemijahan beberapa spesies ikan air
tawar endemik
Diameter Pola
Spesies Lokasi Pustaka
telur (mm) pemijahan
Cairnsichthys 1.124 ± 0.008 SE - Danau dan sungai Pusey et al.,
rhombosomoides northern Queensland, 2001
Australia
Cobitis faridpaki 0.02 – 1.4 - Sungai Siahrud, Iran Sabet et al.,
2012
Glossogobius 0.04 – 0.65 Partial Danau Towuti, Sulistiono et al.,
matanensis Sulawesi Selatan 2007
Glossolepis 0.62-7.62 um Partial Danau Sentani, Siby et al., 2009
incisus Jayapura
Melanotaenia 0.50-1.20 Partial Sungai Nimba, Manangkalagi et
arfakensis Manokwari al., 2009
Melanotaenia 0.50-1.30 Partial Sungai Aimasi, Manangkalagi et
arfakensis Manokwari al., 2009
Melanotaenia 1.09 ± 0.019 SE - Danau dan sungai Pusey et al.,
splendida northern Queensland, 2001
splendida Australia
Melanotaenia 1.238 ± 0.022 SE - Danau dan sungai Pusey et al.,
eachamensis northern Queensland, 2001
Australia
Paratherina sp. 0,76 – 2,75 Partial Danau Towuti Samuel, 2008
Sulawesi Selatan
Rasbora - Total Danau Laut tawar Brojo et al.,
tawarensis Aceh 2001
Schizothorax >2 - Sungai Yarlung Ma et al., 2010
o’connori Tsangpo, Tibet
Telmatherina 0,33 – 1.53 Partial Sungai di Maros, Nasution et al.,
ladigesi Sulawesi Selatan 2008
H. Potensi Reproduksi
yang terdapat di dalam suatu perairan. Perairan yang memiliki kualitas air
1. Suhu
pada bulan Januari dan Februari 2015. Tingginya nilai suhu pada bulan
sangat rendah.
daerah tersebut relatif stabil dan tidak mengalami perubahan yang ekstrim
dan juga faktor canopy (penutupan oleh vegetasi) dari pepohonan yang
kedua lokasi masih berada dalam kondisi yang sesuai dan dapat ditolerir
bagi ikan dan organisme akuatik lainnya adalah berkisar antara 25 – 30°C.
114
tersebut masih sesuai dengan suhu yang dapat ditolerir biota akuatik.
Tabel 30. Suhu beberapa spesies ikan air tawar Family Terapontidae
(Bishop, 2001)
Spesies Kisaran suhu (°C) Rata-rata (°C)
Amniataba percoides 23 – 40 30.2
Hefaistos fuliginosus 23 – 34 28.2
Leiopotherapon unicolor 23 – 40 30.2
Syncomistes butleri 23 – 34 28.9
Pingallamidgleyi 23 – 35 27.6
2. Oksigen Terlarut
Oksigen terlarut adalah konsentrasi oksigen yang terlarut dalam
Gambar 22. Sebaran rataan nilai oksigen terlarut (ppm) selama penelitian
perairan berasal sari suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil
yang mencemari badan air cukup banyak maka jumlah oksigen yang
sedemikian rendah.
dan Musim Penghujan terjadi pada bulan November 2014 hingga Februari
pada bulan September hingga awal Desember 2014 dan awal Musim
yang sesuai dan dapat ditolerir oleh kehidupan organisme akuatik. Baku
1,7 ppm selama waktu 8 jam dengan sedikitnya pada tingkat kejenuhan
Tabel 31. Oksigen terlarut beberapa spesies ikan air tawar famili
Terapontidae (Bishop, 2001)
dan basa dalam air dan merupakan pengukuran konsentrasi ion hidrogen
Gambar 23. Sebaran rataan nilai derajat keasaman (pH) selama penelitian
118
biota perairan tawar umumnya memiliki pH ideal adalah antara 6,8 - 8,5
Tabel 32. Derajat keasaman (pH) beberapa spesies ikan air tawar famili
Terapontidae (Bishop, 2001)
yang tidak tersaring pada kertas saring berdiameter 0,4 µm. Nilai padatan
119
dan industri) (Effendi 2003). Rataan nilai TDS pada setiap pengambilan
Gambar 24. Sebaran rataan nilai Total Dissolved Solid selama penelitian
berkisar 112 – 228 ppm. Hal tersebut menunjukkan bahwa kondisi dari
kedua lokasi masih berada dalam kondisi yang sangat sesuai untuk
BAB V
A. Kesimpulan
rata-rata 481 butir telur dan di S. Sanrego berkisar 680 – 4447 butir
tergolong baik bagi ikan pirik untuk hidup dan berkembang secara
optimal.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Adolfo, C.G., Asela R.V., and Horacio, V.L. 2013. Reproductive aspects of
yellow fish Girardinichthys multiradiatus (Meek, 1904) (Pisces:
Goodeidae) in The Huapango Reservoir, State of Mexico, Mexico.
American Journal of Life Sciences. 1(50): 189-194.
Ali, S.A. 2012. Biologi Ikan Terbang. Pustaka Al-Zikra. Yogyakarta. 190
hal.
Andy Omar, S. Bin. 2012. Dunia Ikan. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta. 478 hal.
Andy Omar, S. Bin., Salam, R., dan Kune, S. 2011. Nisbah kelamin dan
ukuran pertama kali matang gonad ikan endemik bonti-bonti
(Paratherina striata Aurich, 1935) di Danau Towuti, Sulawesi
Selatan. Seminar Nasional Tahunan VIII Hasil Penelitian
Perikanan dan Kelautan, 16 Juli 2011. MS-12.
Bagenal, T.B. 1957. Annual variations in fish fecundity. J. mar. biol. Ass.
36: 377 -382.
123
Ball, D.V. and Rao, K.V. 1984. Marine Fisheries. Tata McGraw Hill
Publishing Company United. New Delhi. Bogor. 112 p.
Bandepei A., Mashhor M.A.M., Abdolmaleki S.H., Najafpour S.H., Bani A.,
R. Pourgholam, Fazli, H., Nasrolahzadeh H. and Janbaz, A.A.
2011. The environmental effect on spawning time, length at
maturity and fecundity of kutum (Rutilus frisii kutum Kamensky,
1901) in Southern Part of Caspian Sea, Iran. Iranica Journal of
Energy & Environment. 2 (4): 374-381, 2011.
Bishop, K.A., Allen, S.A., Pollard, D.A., and Cook, M.G. 2001. Ecological
studies on the freshwater fishes of the Alligator rivers region,
Northern Territory : Autecology. Supervising Scientist Report 145,
Supervising Scientist, Darwin. 582 p.
Bobori, D.C., Dimtrius, K.M., Bekri, M., Salvarina, L., and Munoz, A. I. P.
2010. Length-weight relationships of freshwater fish spesies
caught in three Greek lakes. Journal of biological Research-
Thessaloniki. 14 : 219-224.
Budiman, A., Arief, A.J. dan Tjakrawidjaya, A.H. 2002. Peran museum
zoologi dalam penelitian dan konservasi keanekaragaman hayati
(ikan). Jurnal Iktiologi Indonesia 2(2): 51-55.
Divipala, I., Mercy, T.V.A., and Nair, J.R. 2013. Reproductive biology of
Chela fasciata silas – an endemic ornamental barb of the of
Western Ghats of India. Indian J. Fish., 60(4): 41-45.
Dulcic, B.J., Tutman, P., Prusina, I., Tomsic, S., Dragicevic, B., Haskovic,
E., and Glamuzina, B. 2009. Length–weight relationships for six
endemic freshwater fishes from Hutovo Blato wetland (Bosnia and
Herzegovina). J. Appl. Ichthyol. 25 (2009): 499–500.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Kanisius : Yogyakarta .
Effendie, M.I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dwi Sri. Bogor.
163 hal.
Ekokotu, P.A., and Olele, N.F. 2014. Cycle of gonad maturation, condition
index and spawning of Clarotes laticeps (Claroteidae) in the Lower
River Niger. International Journal of Fisheries and Aquatic Studies
1(6): 144-150.
Ernawati, Y., Aida, S.N. dan Juwaini, H. A. 2009. Biologi reproduksi ikan
sepatung, Pristolepis grooti Blkr. 1825 (Nandidae) di Sungai Musi.
Jurnal Iktiologi Indonesia. 9(1): 13-24.
125
Jan, M., Jan, U. dan Shah G.M. 2014. Studies on fecundity and
gonadosomatic index of Schizothorax plagiostomus
(Cypriniformes: Cyprinidae). Journal of Threatened Taxa. 6(1):
5375–5379.
Jayadi, Hamal, R., dan Arifuddin. 2010. Reproduksi ikan endemik rainbow
sulawesi Telmatherina celebensis di Danau Matano Sulawesi
Selatan. Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan). 20(1): 44–
48.
Lagler, K.F., Bardach, J.E., Miller, R.R., and Passino, D.R.M. 1977.
Ichthyology. Second edition. John Wiley & Sons, New York. 506 p.
126
Ma, B.S., Xie, C.X., Huo, B., Yang, X.F., Huang, H.P. 2010. Age and
growth of a long-lived fish Schizothorax o’connori in the Yarlung
Tsangpo River, Tibet. Zoological Studies. 49(6): 749-759.
Minggawati, I. dan Lukas. 2012. Studi kualitas air untuk budidaya ikan
karamba di Sungai Kahayan. Media Sains, 4(1) : 235-242.
Miranda, R., Galicia, D., Monks, S. and Pulido, F.G.. 2009. Weight–length
relationships of some native freshwater fishes of Hidalgo State.
Mexico. J. Appl. Ichthyol. 25(2009) : 620–621.
Miu, T.C., Lee, S.C., and Tzeng, W.N. 1990. Reproductive biology of
Terapon jarbua from the Estuary of Tamshui River. J.Fish. Soc.
Taiwan, 17(1) : 9-20.
Nelson, J.S., 1994. Fishes of the world. Third edition. John Wiley & Sons,
Inc., New York. 600 p.
Nikolsky, G.V. 1963. The Ecology of Fishes. Academic Press. New York.
Nilawati, J. dan Tantu, F.Y. 2007. Tingkah laku reproduksi dan struktur
ukuran Thelmatherina anthoniae di Danau Matano Sulawesi.
Seminar Nasional Tahunan IV Hasil Penelitian Perikanan dan
Kelautan, 28 Juli 2007.
Openiano, Jr.P.L., Henry, E.D., Alex, B.A., and Alita, E.O. 2011. Biology,
ecology, and fishery of the cross-barred grunt, Mesopristes
cancellatus in Mandulog River, Iligan City. Journal of Environment
and Aquatic Resources. 2 : 47-61.
Patriono P., Junaidi E., dan Sastra, F. 2010. Fekunditas ikan Bilih
(Mystacoeleucus padangensis Blkr.) di Muara Sungai Sekitar
Danau Singkarak. Jurnal Penelitian Sains. 13(3) : 55-58.
Potter, I. C., Neira F. J., Wise, B.S., and Wallace, J.H. 1994. Reproduktive
biology and larval development of the terapotid Aminataba
caudavittata, including comparisons with the reproduktive
strategies of other estuarine teleosts in temprate Western
Australia. Journal of Fish Biology. 45 : 57-74.
Pusey, B.J., Arthington, A.H., Bird J.R., Close, P.G. 2001. Reproduction in
three spesies of rainbowfish (Melanotaeniidae) from rainforest
streams in northern Queensland, Autralia. Ecology of Freshwater
Fish. 10 : 75-87.
Rahayu S, Widodo, R.H, Van, N.M., Suryadi, I., dan Verbist, B. 2009.
Monitoring air di Daerah Aliran Sungai. World Agroforestry Centre
- Southeast Asia Regional Office. Bogor. 104 p.
Sabet, H.M., Kamali, A., Soltani, M., Bani, A. and Rostami, H. 2012. Age,
sex ratio, spawning season, gonadosomatic index, and fecundity
of Cobitis faridpaki (Actinopterygii, Cobitidae) from the Siahrud
River in The Southeastern Caspian Sea Basin. Caspian J. Env.
Sci. 10 (1) : 15-23.
Salmin. 2005. Oksigen terlarut (DO) dan kebutuhan oksigen biologi (BOD)
sebagai salah satu indikator untuk menentukan kualitas perairan.
Oseana. 3 : 21 – 26.
Siby, L.S., Rahardjo, M.F., Sjafei, D.S. 2009. Biologi reproduksi ikan
pelangi merah (Glossolepis incisus, Weber 1907) di Danau
Sentani. Jurnal Iktiologi Indonesia. 9(1) : 49-61.
Solomon, S., Ramprasanth, M.R., Baby, F., Pereira, B., Tharian, J., Ali, A..
and Raghavan, R. 2011. Reproductive biology of Puntius
denisonii, an endemic and threatened aquarium fish of the
Western Ghats and its implications for conservation. Journal of
Threatened Taxa. 3(9) : 2071–2077.
Sulistiono, Firmansyah, A., Sofiah S., Brojo M., Affandi R. dan Mamangke,
J. 2007. Aspek biologi ikan butini (Glossogobius matanensis) di
Danau Towuti, Sulawesi Selatan. Jurnal Ilmu-ilmu perairan dan
perikanan Indonesia. 14(1) : 13-22.
130
Tweedley, J.R., Bird, D.J., Potter, I.C., Gill H.S., Miller, P.J., O’Donovan,
G. and Tjakrawidjaja, A.H. 2013. Species compositions and
ecology of the riverine ichthyofaunas in two Sulawesian Islands in
the biodiversity hotspot of Wallacea. Journal of Fish Biology. 82 :
1916–1950.
Vari, R.P and Hadiaty, R.K. 2012.The endemic Sulawesi fish genus
Lagusia (Teleostei: Terapontidae). The Raffles Bulletin of Zoology,
60(1) : 157-162.
Whitten, A.J., Bishop, K.D., Nash, S.V. and Clayton, L. 1987. One or
more extinctions from Sulawesi Indonesia. Journal Conservation
Biology 1(1) : 42-48.
131
Winemiller, K.O., Angelo, A.A., and Caramaschi, É.P. 2008. Fish Ecology
in Tropical Stream. Elsevier Inc. 107-140.
Yin J.X., Paul, R., Jian, L. and Yao, G.Z.. 2012. The ovarian cycle of the
fish Leptobotia elongata Bleeker, endemic to China. Pakistan J.
Zool., 44(4) : 997-1005.
Zar, J.H. 2010. Biostatistical Analysis. Fifth edition. Pearson Prentice Hall.
New Jersey. 944 p.
132
LAMPIRAN
133
a. Fiksasi
Sampel jaringan difiksasi dengan Buffered Neutral Formalin (BNF),
volume BNF minimal 10 kali volume jaringan. Pada umumnya waktu yang
diperlukan untuk fiksasi sempurna adalah 48 jam.
b. Pemotongan Spesimen
Spesimen yang dipilih untuk pemeriksaan, dipotong setebal 0,5-1
cm. Potongan spesimen dimasukkan dalam keranjang pemprosesan
dengan disertai dengan label nomor spesimen yang ditulis dengan pensil.
d. Pemotongan
e. Pewarnaan
slide glass dengan xylol lalu berilah nomor sesuai dengan nomor yang
ada dietiket slide glass tersebut dan siap untuk diperiksa di bawah
mikroskop cahaya.
No Reagensia Waktu
1 Xylol I 2 menit
2 Xylol II 2 menit
3 Alkohol 100% I 1 menit
4 Alkohol 100% II 1 menit
5 Alkohol 95% I 1 menit
6 Alkohol 95% II 1 menit
7 Mayer’s Haematoxylin 15 menit
8 Rendam dalam Tap Water 20 menit
9 Masukkan dalam Eosin 15 detik -2 menit
10 Alkohol 95 % III 2 menit
11 Alkohol 95 % IV 2 menit
12 Alkohol 100% III 2 menit
13 Alkohol 100% IV 2 menit
14 Akohol 100%V 2 menit
15 Xylol III 2 menit
16 Xylol IV 2 menit
17 Xylol V 2 menit
f. Pemeriksaan Mikroskopik
Lampiran 4. Uji statistik hubungan panjang - bobot ikan pirik (Lagusia micracanthus Bleeker, 1860) jantan di Sungai
Pattunuang, Kabupaten Maros
Regression Statistics
Multiple R 0,9430
R Square 0,8892
Adjusted R
quare 0,8888
Standard Error 0,0593
Observations 307
ANOVA
df SS MS F Significance F
Regression 1 8,6008 8,6008 2446,72 1E-147
Residual 305 1,0721 0,0035
Total 306 9,6730
Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95% Lower 95,0% Upper 95,0%
Intercept -4,6595 0,1080 -43,1572 6,5E-132 -4,8719 -4,4470 -4,8719 -4,4470
log L 2,9489 0,0596 49,4643 1E-147 2,8316 3,0662 2,8316 3,0662
139
Lampiran 5. Uji statistik hubungan panjang - bobot ikan pirik (Lagusia micracanthus Bleeker, 1860) betina di Sungai
Pattunuang, Kabupaten Maros
SUMMARY OUTPUT
Regression Statistics
Multiple R 0,9284
R Square 0,8619
Adjusted R
Square 0,8614
Standard Error 0,0611
Observations 292
ANOVA
df SS MS F Significance F
Regression 1 6,7615 6,7615 1809,9406 1,07E-126
Residual 290 1,0834 0,0037
Total 291 7,8448
Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95% Lower 95,0% Upper 95,0%
Intercept -4,8567 0,1314 -36,9499 1,05E-111 -5,1154 -4,5980 -5,1154 -4,5980
log L 3,0600 0,0719 42,5434 1,07E-126 2,9185 3,2016 2,9185 3,2016
140
Lampiran 6. Uji statistik hubungan panjang - bobot ikan pirik (Lagusia micracanthus Bleeker, 1860) jantan dan betina di
Sungai Pattunuang, Kabupaten Maros
SUMMARY OUTPUT
Regression Statistics
Multiple R 0,9378
R Square 0,8795
Adjusted R
Square 0,8793
Standard Error 0,0602
Observations 599
ANOVA
df SS MS F Significance F
Regression 1 15,8033 15,8033 4359,328 1,5E-276
Residual 597 2,1642 0,0036
Total 598 17,9676
Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95% Lower 95,0% Upper 95,0%
Intercept -4,7547 0,0827 -57,4735 1,7E-245 -4,9172 -4,5922 -4,9172 -4,5922
log L 3,0028 0,0455 66,0252 1,5E-276 2,9135 3,0922 2,9135 3,0922
141
Lampiran 7. Uji statistik hubungan panjang - bobot ikan pirik (Lagusia micracanthus Bleeker, 1860) jantan di Sungai Sanrego,
Kabupaten Bone
Regression Statistics
Multiple R 0,9844
R Square 0,9691
Adjusted R Square 0,9686
Standard Error 0,0470
Observations 72
ANOVA
df SS MS F Significance F
Regression 1 4,8509 4,85092 2192,481 1,42E-54
Residual 70 0,1549 0,002213
Total 71 5,0058
Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95% Lower 95,0% Upper 95,0%
Intercept -4,5136 0,1133 -39,8223 7,94E-50 -4,7396 -4,2875 -4,7396 -4,2875
X Variable 1 2,8719 0,0613 46,8239 1,42E-54 2,74962 2,99427 2,74962 2,99427
142
Lampiran 8. Uji statistik hubungan panjang - bobot ikan pirik (Lagusia micracanthus Bleeker, 1860) betina di Sungai Sanrego,
Kabupaten Bone
Regression Statistics
Multiple R 0,9849
R Square 0,9700
Adjusted R Square 0,9696
Standard Error 0,0417
Observations 90
ANOVA
Significance
df SS MS F F
Regression 1 4,9355 4,9355 2841,2557 0,0000
Residual 88 0,1529 0,0017
Total 89 5,0883
Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95% Lower 95,0% Upper 95,0%
-
Intercept -4,4604 0,1003 44,4764 4,244E-62 -4,6597 -4,2611 -4,6597 -4,2611
log L 2,8574 0,0536 53,3034 9,013E-69 2,7509 2,9639 2,7509 2,9639
143
Lampiran 9. Uji statistik hubungan panjang - bobot ikan pirik (Lagusia micracanthus Bleeker, 1860) jantan dan betina di
Sungai Sanrego, Kabupaten Bone
Regression Statistics
Multiple R 0,9838
R Square 0,9679
Adjusted R Square 0,9677
Standard Error 0,0457
Observation
s 162
ANOVA
df SS MS F Significance F
4832,194
Regression 1 10,1046 10,1046 9 1,9E-121
Residual 160 0,3346 0,0021
Total 161 10,4392
Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95% Lower 95,0% Upper 95,0%
Intercept -4,5227 0,0772 -58,5748 5,3E-110 -4,6752 -4,3702 -4,6752 -4,3702
log L 2,8846 0,0415 69,5140 1,9E-121 2,8027 2,9666 2,8027 2,9666
144
Lampiran 10. Analisis kovarians hubungan panjang dan bobot ikan pirik
(Lagusia micracanthus Bleeker, 1860) jantan dan betina di
Sungai Pattunuang, Kabupaten Maros
Descriptive Statistics
Dependent Variable: Panjang
Sex Mean Std. Deviation N
Jantan 65.12 8.387 307
Betina 67.55 7.950 292
Total 66.31 8.260 599
Estimates
Dependent Variable: Panjang
Sex Mean Std. Error 95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
a
Jantan 66.148 .187 65.781 66.515
a
Betina 66.472 .192 66.096 66.848
a. Covariates appearing in the model are evaluated at the following values: Bobot = 5.49.
Pairwise Comparisons
Dependent Variable : Panjang
a
(I) Sex (J) Sex Mean Std. Error Sig. 95% Confidence Interval for
a
Difference (I-J) Difference
Lower Bound Upper Bound
Jantan Betina -.324 .269 .229 -.852 .204
Betina Jantan .324 .269 .229 -.204 .852
Based on estimated marginal means
a. Adjustment for multiple comparisons: Bonferroni.
Univariate Tests
Dependent Variable : Panjang
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Contrast 15.405 1 15.405 1.452 .229
Error 6323.392 596 10.610
The F tests the effect of Sex. This test is based on the linearly independent pairwise comparisons
among the estimated marginal means.
Lampiran 11. Analisis kovarians hubungan panjang dan bobot ikan pirik
(Lagusia micracanthus Bleeker, 1860) Jantan dan betina di
Sungai Sanrego, Kabupaten Bone
Descriptive Statistics
Dependent Variable: Panjang
Sex Mean Std. Deviation N
Jantan 71.6039 14.65014 72
Betina 75.2569 13.75177 90
Total 73.6333 14.23039 162
Estimates
Dependent Variable: Panjang
Sex Mean Std. Error 95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
a
Jantan 73.987 .511 72.977 74.996
a
Betina 73.351 .456 72.449 74.252
a. Covariates appearing in the model are evaluated at the following
values: Bobot = 8.0913.
Pairwise Comparisons
Dependent Variable: Panjang
a
(I) Sex (J) Sex Mean Std. Error Sig. 95% Confidence Interval for
a
Difference (I-J) Difference
Lower Bound Upper Bound
Jantan Betina .636 .689 .358 -.725 1.997
Betina Jantan -.636 .689 .358 -1.997 .725
Based on estimated marginal means
a. Adjustment for multiple comparisons: Bonferroni.
Univariate Tests
Dependent Variable: Panjang
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Contrast 15.780 1 15.780 .851 .358
Error 2947.685 159 18.539
The F tests the effect of Sex. This test is based on the linearly independent pairwise
comparisons among the estimated marginal means.
Lampiran 12. Analisis kovarians hubungan panjang dan bobot ikan pirik
(Lagusia micracanthus Bleeker, 1860) jantan di Sungai
Pattunuang, Kabupaten Maros dan ikan pirik jantan di
Sungai Sanrego, Kabupaten Bone
Descriptive Statistics
Dependent Variable: Panjang_Tubuh
Lokasi Mean Std. Deviation N
S. Pattunuang Maros 65.1232 8.38726 307
S. Sanrego Bone 71.6039 14.65014 72
Total 66.3543 10.18531 379
Estimates
Dependent Variable: Panjang_Tubuh
Lokasi Mean Std. Error 95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
a
S. Pattunuang Maros 66.486 .205 66.083 66.888
a
S. Sanrego Bone 65.794 .435 64.939 66.649
a. Covariates appearing in the model are evaluated at the following values:
Bobot_Tubuh = 5.5816.
Pairwise Comparisons
Dependent Variable: Panjang_Tubuh
a
(I) Lokasi (J) Lokasi Mean Std. Sig. 95% Confidence Interval for
a
Difference Error Difference
(I-J) Lower Bound Upper Bound
S. Pattunuang S. Sanrego .692 .487 .156 -.266 1.649
S. Sanrego S. Pattunuang -.692 .487 .156 -1.649 .266
Based on estimated marginal means
a. Adjustment for multiple comparisons: Bonferroni.
Univariate Tests
Dependent Variable: Panjang_Tubuh
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Contrast 25.521 1 25.521 2.018 .156
Error 4755.211 376 12.647
The F tests the effect of Lokasi. This test is based on the linearly independent pairwise
comparisons among the estimated marginal means.
Lampiran 13. Analisis kovarians hubungan panjang dan bobot ikan pirik
(Lagusia micracanthus Bleeker, 1860) betina di Sungai
Pattunuang, Kabupaten Maros dan ikan pirik betina di
Sungai Sanrego, Kabupaten Bone
Descriptive Statistics
Dependent Variable: Panjang_tubuh
Lokasi Mean Std. Deviation N
S.Pattunuang Maros 67.5498 7.94988 292
S.Sanrego Bone 75.2569 13.75177 90
Total 69.3656 10.15738 382
Estimates
Dependent Variable: Panjang_tubuh
Lokasi Mean Std. Error 95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
a
S.Pattunuang Maros 69.570 .202 69.173 69.966
a
S.Sanrego Bone 68.704 .378 67.961 69.447
a. Covariates appearing in the model are evaluated at the following values:
Bobot_tubuh = 6.5062.
Pairwise Comparisons
Dependent Variable: Panjang_tubuh
b
(I) Lokasi (J) Lokasi Mean Std. Sig. 95% Confidence Interval for
b
Difference Error Difference
(I-J) Lower Bound Upper Bound
*
S.Pattunuang S.Sanrego .866 .440 .050 .001 1.730
*
S.Sanrego S.Pattunuang -.866 .440 .050 -1.730 -.001
Based on estimated marginal means
*. The mean difference is significant at the .05 level.
b. Adjustment for multiple comparisons: Bonferroni.
Univariate Tests
Dependent Variable: Panjang_tubuh
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Contrast 44.287 1 44.287 3.877 .050
Error 4328.942 379 11.422
The F tests the effect of Lokasi. This test is based on the linearly independent pairwise
comparisons among the estimated marginal means.
Lampiran 14. Analisis kovarians hubungan panjang dan bobot ikan pirik
(Lagusia micracanthus Bleeker, 1860) di Sungai
Pattunuang, Kabupaten Maros dan ikan pirik di Sungai
Sanrego, Kabupaten Bone
Descriptive Statistics
Dependent Variable: Panjang_tubuh
Lokasi Mean Std. Deviation N
S.Pattunuang Maros 66.3061 8.25985 599
S.Sanrego Bone 73.6333 14.23039 162
Total 67.8659 10.27566 761
Estimates
Dependent Variable: Panjang_tubuh
Lokasi Mean Std. Error 95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
a
S.Pattunuang Maros 68.044 .146 67.758 68.330
a
S.Sanrego Bone 67.208 .291 66.637 67.778
a. Covariates appearing in the model are evaluated at the following values:
Bobot_tubuh = 6.0457.
Pairwise Comparisons
Dependent Variable: Panjang_tubuh
b
(I) Lokasi (J) Lokasi Mean Std. Sig. 95% Confidence Interval for
b
Difference Error Difference
(I-J) Lower Bound Upper Bound
*
S.Pattunuang S.Sanrego .836 .332 .012 .185 1.488
*
S.Sanrego S.Pattunuang -.836 .332 .012 -1.488 -.185
Based on estimated marginal means
*. The mean difference is significant at the .05 level.
b. Adjustment for multiple comparisons: Bonferroni.
Univariate Tests
Dependent Variable: Panjang_tubuh
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Contrast 78.733 1 78.733 6.352 .012
Error 9396.061 758 12.396
The F tests the effect of Lokasi. This test is based on the linearly independent pairwise
comparisons among the estimated marginal means.
Lampiran 15. Uji statistik faktor kondisi keseluruhan ikan ikan pirik
(Lagusia micracanthus Bleeker, 1860) jantan dan betina di
Sungai Pattunuang, Kabupaten Maros
Jantan Betina
Mean 1,7880 1,8087
Variance 0,0748 0,0739
Observations 307 292
Pooled Variance 0,0744
Hypothesized Mean Difference 0
df 597
t Stat -0,9286
P(T<=t) one-tail 0,1767
t Critical one-tail 1,6474
P(T<=t) two-tail 0,3535
t Critical two-tail 1,9639
150
Lampiran 16. Uji statistik faktor kondisi keseluruhan ikan ikan pirik
(Lagusia micracanthus Bleeker, 1860) jantan dan betina di
Sungai Sanrego, Kabupaten Bone
Jantan Betina
Mean 1,0274 1,1598
Variance 0,0122 0,0126
Observations 72 90
Pooled Variance 0,01242
Hypothesized Mean Difference 0
df 160
t Stat -7,5141
P(T<=t) one-tail 0,0000
t Critical one-tail 1,6544
P(T<=t) two-tail 0,0000
t Critical two-tail 1,9749
151
Lampiran 19. Uji Chi-square ikan ikan pirik (Lagusia micracanthus Bleeker,
1860) jantan dan betina berdasarkan tingkat kematangan
gonad di Sungai Pattunuang, Kabupaten Maros
Lampiran 20. Uji Chi-square ikan ikan pirik (Lagusia micracanthus Bleeker,
1860) jantan dan betina berdasarkan tingkat kematangan
gonad di Sungai Sanrego, Kabupaten Bone
X2 tabel (0,05:5) =
9,4877
X2 hitung > X tabel, maka jumlah ikan pirik jantan dan betina yang tertangkap
2
Lampiran 21. Distribusi frekuensi panjang total dan tingkat kematangan gonad serta perhitungan pendugaan rata-rata panjang
total pertama kali matang gonad ikan pirik (Lagusia micracanthus Bleeker, 1860) jantan di Sungai Pattunuang,
Kabupaten Maros
Kelas Tengah Logaritma Jumlah Jumlah ikan Jumlah ikan Proporsi pixqi
panjang kelas tengah kelas sampel ikan belum matang ikan matang Xi+1-Xi=X qi=1-pi
(mm) (mm) (Xi) (ni) matang (ri) (pi) ni-1
36 - 40 38 1,5798 2 2 0 0,0000 0,0537 1,0000 0,0000
41 - 45 43 1,6335 2 2 0 0,0000 0,0478 1,0000 0,0000
46 - 50 48 1,6812 4 4 0 0,0000 0,0430 1,0000 0,0000
51 - 55 53 1,7243 24 24 0 0,0000 0,0392 1,0000 0,0000
56 - 60 58 1,7634 64 54 10 0,1563 0,0359 0,8438 0,0016
61 -65 63 1,7993 85 66 19 0,2235 0,0332 0,7765 0,0031
66 - 70 68 1,8325 57 43 14 0,2456 0,0308 0,7544 0,0050
71 - 75 73 1,8633 38 30 8 0,2105 0,0288 0,7895 0,0045
76 - 80 78 1,8921 19 15 4 0.2105 0.0270 0.7895 0.0092
81 - 85 83 1,9191 5 0 5 1.0000 0.0000 0.0000
Total 300 240 60 2.0464 0.0234
156
X pi
X
Log m xk
2
0,0270
Log m = 1,9191 + – (0,0270 x 1,9191)
2
Log m = 1,9191 + 0,0135 - (0,0552) = 1,8773
M= antilog 1,8773 = 75.40 mm
Dengan selang kepercayaan 95% maka :
p qi
Antilog m = m 1,96 X2 Σ i
ni 1
Lampiran 22. Distribusi frekuensi panjang total dan tingkat kematangan gonad serta perhitungan pendugaan rata-rata panjang
total pertama kali matang gonad ikan pirik (Lagusia micracanthus Bleeker, 1860) betina di Sungai Pattunuang,
Kabupaten Maros
Kelas Tengah Logaritma Jumlah Jumlah ikan Jumlah ikan Proporsi pixqi
Xi+1-
panjang kelas tengah kelas sampel ikan belum matang ikan matang qi=1-pi
Xi=X ni-1
(mm) (mm) (Xi) (ni) matang (ri) (pi)
46 - 50 48 1,6812 1 1 0 0,0000 0,0430 1,0000 0,0000
51 - 55 53 1,7243 12 9 3 0,2500 0,0392 0,7500 0,0039
56 - 60 58 1,7634 49 41 8 0,1633 0,0359 0,8367 0,0022
61 -65 63 1,7993 63 46 17 0,2698 0,0332 0,7302 0,0024
66 - 70 68 1,8325 84 52 32 0,3810 0,0308 0,6190 0,0054
71 - 75 73 1,8633 45 27 18 0,4000 0,0288 0,6000 0,0114
76 - 80 78 1,8921 22 15 7 0,3182 0,0270 0,6818 0,0271
81 - 85 83 1,9191 9 5 4 0,4444 0,0254 0,5556 0,1235
86 - 90 88 1,9445 3 2 1 0,3333 0,0240 0,6667 0,1111
91 - 95 93 1,9685 3 2 1 0,3333 0,0227 0,6667 0,0000
96 - 100 98 1,9912 1 0 1 1,0000 0,0000 0,0000
Total 292 200 92 3,8934 0,2870
158
X pi
X
Log m xk
2
0,0227
Log m = 1,9912 + – (0,0227 x 3,8938)
2
Log m = 1,9912 + 0,0114 - (0,0885) = 1,9141
M= antilog 1,9141 = 82,07 mm
Lampiran 23. Distribusi frekuensi panjang total dan tingkat kematangan gonad serta perhitungan pendugaan rata-rata panjang
total pertama kali matang gonad ikan pirik (Lagusia micracanthus Bleeker, 1860) jantan di Sungai Sanrego,
Kabupaten Bone
Kelas Tengah Logaritma Jumlah sampel Jumlah ikan Jumlah ikan Proporsi pixqi
panjang kelas tengah ikan belum matang ikan matang Xi+1-Xi=X qi=1-pi
(mm) (mm) kelas (Xi) (ni) matang (ri) (pi) ni-1
36 - 40 38 1,5798 1 1 0 0,0000 0,0537 1,0000 0,0000
41 - 45 43 1,6335 1 1 0 0,0000 0,0478 1,0000 0,0000
46 - 50 48 1,6812 1 1 0 0,0000 0,0430 1,0000 0,0000
51 - 55 53 1,7243 7 7 0 0,0000 0,0392 1,0000 0,0000
56 - 60 58 1,7634 11 10 1 0,0909 0,0359 0,9091 0,0083
61 -65 63 1,7993 8 7 1 0,1250 0,0332 0,8750 0,0156
66 - 70 68 1,8325 9 5 4 0,4444 0,0308 0,5556 0,0309
71 - 75 73 1,8633 6 2 4 0,6667 0,0288 0,3333 0,0444
76 - 80 78 1,8921 5 1 4 0,8000 0,0270 0,2000 0,0400
81 - 85 83 1,9191 10 2 8 0.8000 0.0254 0.2000 0.0178
86 - 90 88 1,9445 5 0 5 1.0000 0.0000 0.0000
Total 64 37 27 3.9270 3.9270 0.1570
160
X pi
X
Log m xk
2
0,0254
Log m = 1,9445 + – (0,0254 x 3,9270)
2
Log m = 1,9445 + 0,0127 - (0,0998) = 1,8574
M= antilog 1,8574 = 72,01 mm
Lampiran 24. Distribusi frekuensi panjang total dan tingkat kematangan gonad serta perhitungan pendugaan rata-rata panjang
total pertama kali matang gonad ikan pirik (Lagusia micracanthus Bleeker, 1860) betina di Sungai Sanrego,
Kabupaten Bone
Kelas Tengah Logaritma Jumlah Jumlah ikan Jumlah ikan Proporsi pixqi
Xi+1-
panjang kelas tengah kelas sampel ikan belum matang ikan matang qi=1-pi
Xi=X ni-1
(mm) (mm) (Xi) (ni) matang (ri) (pi)
41 - 45 43 1,6335 1 1 0 0,0000 0,0478 1,0000 0,0000
46 - 50 48 1,6812 3 3 0 0,0000 0,0430 1,0000 0,0000
51 - 55 53 1,7243 3 3 0 0,0000 0,0392 1,0000 0,0000
56 - 60 58 1,7634 9 8 1 0,1111 0,0359 0,8889 0,0123
61 -65 63 1,7993 10 7 3 0,3000 0,0332 0,7000 0,0233
66 - 70 68 1,8325 8 2 6 0,7500 0,0308 0,2500 0,0268
71 - 75 73 1,8633 10 7 3 0,3000 0,0288 0,7000 0,0233
76 - 80 78 1,8921 12 4 8 0,6667 0,0270 0,3333 0,0202
81 - 85 83 1,9191 14 5 9 0.6429 0.0254 0.3571 0.0177
86 - 90 88 1,9445 8 0 8 1.0000 0.0000 0.0000
Total 78 40 38 3.7706 0.1237
162
X pi
X
Log m xk
2
0,0254
Log m = 1,9445 + – (0,0254 x 3,7706)
2
Log m = 1,9445 + 0,0127 - (0,0958) = 1,8614
M= antilog 1,8614 = 72,68 mm
CURRICULUM VITAE
A. Data Pribadi
Nama : Muhammad Nur
Palattae (Bone)
Tempat/tanggal lahir :
24 Desember 1990
Jl. Dg. Hayo, Lr.2 No.15,
Alamat :
Pannara, Antang, Makassar
Telepon : 085 242 650 150
E-Mail : northunhas@gmail.com
B. Pendidikan Formal
1998 - 2003 : SD Negeri 277 Palattae
2003 - 2006 : SMP Negeri 1 Kahu
2006 - 2009 : Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) Negeri
Bone (Konsentrasi : Teknologi Pengolahan Hasil
Perikanan)
2009 - 2013 : Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas
Hasanuddin, IPK 3,61 (Cum laude)
C. Pendidikan Non Formal
2009 : Basic Study Skills Universitas Hasanuddin
2009 : Latihan Kepemimpinan I BEM KEMAPI FIKP Unhas
2011 : Pelatihan Pengemasan dan pengolahan hasil perikanan
oleh Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) provinsi Sulawesi
Selatan
2011 : Worshop Politik Pelajar kerjasama Lembaga Pemerhati dan
Pemberdayaan Masyarakat Pesisir LPPMP dan PemProv.
Sul-Sel.
2012 : Pelatihan Kewirausahaan Universitas Hasanuddin
2012 : Pelatihan Program Kreativitas Mahasiswa PKM DIKTI
2012 : Diklat Selam Open Water SCUBA – School Scuba
International (SSI- Makassar Diver)
2012 : Pelatihan Olahan Hasil Laut dan Temu Pelaku Usaha
Perikanan oleh KEMENPERINDAG RI (Makassar)
2012 : Pelatihan MSC (Most Significant Change) Perubahan
Penting Masyarakat pada program Restoring Coastal
Livelihood, CIDA-Oxfam GB, Makassar
2013 : Pelatihan pengenalan lingkungan hidup MAP (Mangrove-
Action Project Indonesia) PPLH Puntondo Takalar
2013 : Pelatihan Persiapan Dini Memasuki Dunia Kerja – Job
Placement Center Universitas Hasanuddin