SKRIPSI
FEDRI JAMIL
07C10432069
SKRIPSI
FEDRI JAMIL
07C10432069
Judul Skripsi : Daya Tahan Vegetasi Yang Berbeda Sebagai Bahan Baku
Pembuatan Rumpon.
Nim : 07C10432069
Menyetujui,
Komisi Pembibing
Ketua Anggota
Mengetahui,
Oleh
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya tahan vegetasi dan tingkat
ekonomis harga sebagai bahan baku pembuatan rumpon.Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Maret sampai April 2013, di Gampong Kuala Bubon,
Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat.Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode Eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) 1 Faktor dan 5 perlakuan (masing-masing 3 kali ulangan).Tingkat
ketahanan bahan baku rumpon tertinggi terdapat pada daun kelapa memiliki
rentang waktu60 puluh hari lebih dan di ikuti dengan daun lain nya yang kurang
dari 60 hari seperti daun kelapa sawit rentang waktu nya 49 hari,daun pinang 42
hari,daun nipah 52 hari dan daun rumbia 56 hariapa bila dibandingkan dengan
jenis bahan baku rumpon lainnya yang digunakan selama penelitian
berlangsung.Dari hasil penelitian yang sudah di lakukan maka dapat kita ketahui
hasil yang mana bahan baku yang paling baik dan yang paling rendah hasil tingkat
ketahanan duannya sebagai bahan baku rumpon.setelah daun kelapa ketahanan
bahan baku rumpon terbaik kedua adalah daun rumbia kemudian disusul oleh
daun nipah,daun kelapa sawit dan daun pinang memiliki tingkat ketahanan
terendah di bandingkan dengan daun yang lain nya.
Fedri Jamil
NIM: 07C10432069
PERNYATAAN SIKAP MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Daya Tahan
Vegetasi yang Berbeda Sebagai Bahan Baku Pembuatan Rumpon” adalah
benar merupakan karya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun
kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telahdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka pada bagian
akhir skripsi ini. Meulaboh, September 2013Fedri JamilNim 07C10432069
Fedri Jamil
Nim: 07C10432069
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
pemburuan ikan dilaut. Pemburuan ikan bukan hanya dilakukan disekitar pantai,
tapi juga dilakukan di tengah laut yang memerlukan biaya penggerakan kapal.
penangkapan ikan adalah daerah penangkapan. Usaha yang dapat dilakukan untuk
sangat penting ditinjau dari segi biologi dan ekonomi. ( Subani 1989).
nelayan menangkap ikan tampa harus mencari daerah penangkapan. Hal ini
dimungkinkan karena sasaran daerah penangkapan ikan yang sudah jelas dan
yang berfungsi untuk memikat ikan agar berkumpul di wilayah penangkapan ikan
memikat ikan agar singgah dan berkumpul di sekitar rumpon sehingga dapat
selama 30 hari
2. Dari uraian di atas peneliti tertarik untuk menentukan jenis vegetasi yang
lain sebagai bahan baku rumpon yaitu daun sawit, daun pinang, daun
1. Untuk mengetahui daya tahan vegetasi yang berbeda sebagai bahan baku
pembuatan rumpon.
rumpon.
2.1. Rumpon
Penggunaan dan penelitian rumpon atau Fish Agregating Device untuk
diketahui telah digunakan lebih dari 30 tahun di banyak daerah sekitar Pulau
negara-negara lain seperti Filipina dan Negara - negara Pasifik Barat. Rumpon
biasanya dijadikan alat bantu penangkapan karena alat ini hanya dijadikan sebagai
alat tambahan yang digunakan sebagai pengumpul ikan pada suatu tempat atau
bantu penangkapan ikan yang dipasang dan ditempatkan pada perairan laut.
1. Rumpon perairan dasar adalah alat bantu penangkapan ikan yang dipasang dan
2. Rumpon perairan dangkal alat bantu penangkapan ikan yang dipasang dan
3. Rumpon perairan dalam alat bantu penangkapan ikan yang dipasang dan
(Bubani dan Barus). Rumpon dapat berfungsi pula sebagai sumber makanan dan
tempat berlindung ikan kecil (paragis) dari predator.jenis ikan di sekitar rumpon
secara tidak sengaja melewati keberadaan rumpon, lalu tertarik untuk ikan
ikan mudah ditangkap dengan alat tangkapan yang dikehendaki (Subani, 1986
Berbagai alasan dikemukakan oleh Samples dan Sproul (1985) dalam Imawati
(2003) untuk menjelaskan ketertarikan ikan terhadap rumpon, antara lain sebagai
berikut;
1. Rumpon sebagai tempat berlindung dari predator bagi ikan - ikan tertentu.
5. Rumpon sebagai tempat titik acuan navigasi bagi ikan - ikan tertentu.
Berbagai jenis ikan tertarik untuk berkumpul di sekitar rumpon, mulai dari
ikan pelagis kecil sampai ikan pelagis yang bisa didominasi oleh tuna dan
Nugini dan Australia. Beberapa alasan ikan sering ditemukan disekitar rumpon.
sekala besar / industri guna memikat / mengumpulkan jenis - jenis ikan pelagis
besar.
2). Tidak menggangu alur pelayaran atau didaerah yang dilarang memasang
rumpon.
6
Bahan yang digunakan bukan dari alam melainkan berasal dari buatan
seperti bahan sintetis, plat besi, ban bekas, tali baja, tali rafia serta semen.
Rumpon di Indonesia merupakan Fish Aggregating Divice (FAD) skala kecil dan
18 km) dari pantai dan umumnya tidak lebih dari 10 – 20 mil laut (35 km) dari
dengan ikatan berupa benda terapung merupakan salah satu bentuk dari FAD,
yaitu metode, benda atau bangunan yang dipakai sebagai sarana untuk
pembantu untuk menarik perhatian ikan agar berkumpul disuatu tempat yang
kawanan ikan mudah ditangkap sesuai dengan alat tangkap yang dikehendaki.
Selain itu dengan adanya rumpon, kapal penangkap dapat menghemat waktu dan
bahan bakar, karena tidak perlu lagi mencari dan mengejar gerombolan ikan dari
Desain rumpon, baik rumpon laut dalam maupun rumpon laut dangkal
disisipkan daun nyiur yang masih melekat pada pelepahnya setelah dibelah
menjadi dua. Panjang tali bervariasi , tetapi pada umumnya adalah 1,5 kali
kedalaman laut tempat rumpon tersebut ditanam (Subani, 1989). Tim pengkajian
(1) Pelampung
(2) Pemikat
8
b. Tahan lama
(4) Pemberat
Susunan daun tanaman kelapa sawit mirip dengan tanaman kelapa yaitu
pelapah daun yang panjangnya dapat mencapai kurang lebih 7,5 – 9 m. jumlah
anak daun pada tiap pelepah berkisar antara 250 – 400 helai. Daun muda yang
masih kuncup berwarna kuning pucat. Pada tanah yang subur daun cepat
berlangsung fotosintesa dan juga sebagai alat respirasi. Semakin lama proses
9
40 - 60 buah. Daun tua mulai terbentuk sekitar umur 6-7 tahun. Daun kelapa sawit
yang tumbuh sehat dan segar kelihatan berwarna hijau tua (Tim Penulis PS,
1998). Penggunaan daun kelapa sawit dalam pakan telah dicobakan pada sapi
padaging dan sapi perah. Pada sapi pedaging dan sapi perah, daun kelapa sawit
kelapa sawit yang berasal dari pemangkasan pelepah daun kelapa sawit. Dari satu
pelepah daun kelapa sawit dapat dihasilkan 3,333 kg daun kelapa sawit segar
dengan kandungan bahan kering mencapai 35% (Ishida dan Hassan, 1992), seperti
berkecambah setelah 1,5 bulan dan 4 bulan kemudian mempunyai jambul daun-
daun kecil yang belum terbuka. Pembentukan batang baru terjadi setelah 2 tahun
dan berbuah pada umur 5-8 tahun tergantung keadaan tanah. Tanaman ini
berbunga pada awal dan akhir musim hujan dan memiliki masa hidup 25-30
tahun. Biji buah berwarna kecoklatan sampai coklat kemerahan, agak berlekuk-
lekuk dengan warna yang lebih muda. Pada bidang irisan biji tampak perisperm
berwarna coklat tua dengan lipatan tidak beraturan menembus endosperm yang
berwarna agak keputihan (Depkes RI, 1989). seperti gambar dibawah ini:
Arecaceae (palem) yang umumnya tumbuh di di daerah rawa yang berair payau
atau daerah pasang surut di dekat pantai. Pohon nipah tumbuh di lingkungan
hutan bakau.
11
daonan, nipah, bhunjok, lipa, buyuk (Sunda, Jawa), buyuk (Bali), bhunyok
Ciri - ciri nipah. Batang nipah menjalar di tanah membentuk rimpang yang
terendam oleh lumpur. Hanya daunnya yang muncul di atas tanah, sehingga nipah
Dari rimpangnya tumbuh daun majemuk (seperti pada jenis palem lainnya)
hingga setinggi 9 meter dengan tangkai daun sekitar 1-1,5 m. Daun nipah yang
Bunga nipah majemuk muncul dari ketiak daun dengan bunga betina
terkumpul di ujung membentuk bola dan bunga jantan tersusun dalam malai
serupa untai, merah, jingga atau kuning pada cabang di bawahnya. Tandan bunga
Buah nipah bulat telur dan gepeng dengan 2-3 rusuk, berwarna coklat
membentuk bola berdiameter sekitar 30 cm. Dalam satu tandan, dapat terdiri
tersebar (Folia sparsa), susunan tulang daun : sejajar atau bertulang keras
daun : runcing (Acutus), Daun lengkap : memiliki upih daun (Vagina), tangkai
daun (Petiolus), dan helaian daun (Lamina) dan daun majemuk, seperti gambar
dibawah ini:
Kelapa (Cocos nucifera) adalah anggota tunggal dalam marga Cocos dari
terutama bagi masyarakat pesisir. Kelapa juga adalah sebutan untuk buah yang
Asia, namun kini telah menyebar luas di seluruh pantai tropika dunia.
Pohon dengan batang tunggal atau kadang-kadang bercabang. Akar serabut, tebal
dan berkayu, berkerumun membentuk bonggol, adaptif pada lahan berpasir pantai.
Batang beruas-ruas namun bila sudah tua tidak terlalu tampak, khas tipe
bertoreh sangat dalam sehingga nampak seperti daun majemuk. Bunga tersusun
majemuk pada rangkaian yang dilindungi oleh bractea; terdapat bunga jantan dan
betina, berumah satu, bunga betina terletak di pangkal karangan, sedangkan bunga
jantan di bagian yang jauh dari pangkal. Buah besar, diameter 10 cm sampai 20
cm atau bahkan lebih, berwarna kuning, hijau, atau coklat, seperti gambar
dibawah ini:
Vegetasi 2
Vegetasi buatan
Vegetasi alami
III. METODELOGI PENELITIAN
P0 = Daun Kelapa
P2 = Daun Pinang
P3 = Daun Nipah
P4 = Daun Rumbia
Daun Pinang, P3 Daun Nipah, P4 Daun Rumbia, P5 Daun Kelapa Penelitian ini
wadah dibersihkan terlebih dahulu dan diisi air dengan volume 40 cm/wadah,
sawit, daun pinang, daun nipah dan daun rumbia sesuai dengan ukuran wadah
Peletakannya disusun bertingkat dan dipotong sesuai ukuran wada. Dalam wadah
diberi air laut sekitar 20 cm sampai dengan 30 cm sehingga semua bahan rumpon
kerapuhan Daun Sawit, Daun Pinang, Daun Nipah, Daun Rumbia dan Daun
3.6.Analisis Data
Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
dapat di lihat dengan kasat mata, diraba dengan tangan dan diamati dibawah
microskop kemudian dicatat untuk mendapat data mengenai daya ketahan bahan
baku rumpo dari beberapa jenis daun-daunan seperti pada tabel di bawah ini:
Dari tabel 1 sangat terlihat jelas bahwa tingkat ketahanan bahan baku
rumpon tertinggi terdapat pada daun kelapa memiliki rentang waktu 60 puluh hari
lebih dan di ikuti dengan daun lain nya yang kurang dari 60 hari seperti daun
kelapa sawit rentang waktu nya 49 hari,daun pinang 42 hari,daun nipah 52 hari
dan daun rumbia 56 hari apa bila dibandingkan dengan jenis bahan baku rumpon
Dari hasil penelitian yang sudah di lakukan maka dapat kita ketahui hasil
yang mana bahan baku yang paling baik dan yang paling rendah hasil tingkat
bahan baku rumpon terbaik kedua adalah daun rumbia kemudian disusul oleh
daun nipah,daun kelapa sawit dan daun pinang memiliki tingkat ketahanan
Dari penjelasan diatas maka untuk melihat daya tahan bahan baku rumpon
yang digunakan selama penelitian dapat dilihat pada grafik dibawah ini:
60
50
Waktu (hari)
40 daun kelapa
daun pinang
20
daun nipah
10
daun rumbia
0
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Dari gambar 7 diatas dapat diketahui bahwa jenis bahan baku rumpon
yang paling tahan adalah daun kelapa dan diikuti oleh daun rumbia serta daun
nipah, sedangkan daun pinang dan daun kelapa sawit adalah daun yang kurang
baku yang digunakan untuk pembuatan rumpon, adapun parameter kualitas air
antara lain:
1. Suhu
Suhu air media selama penelitian berlansung berada pada kisaran suhu
2. pH
pH air media selama peneltian berlanjut berkisar 6-7 maka nilai pH air
3. DO (Desolved Oxigen)
Dari hasil pengukuran selama penelitian berlanjut maka nilai oksigen yang
4. Salinitas
Dari hasil penelitian maka parameter kualitas air dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
penelitian berlanjut pada kisaran normal dengan nilai suhu perairan 29-30 0C, pH
6-7, DO 6,0-6,5 mg/l dan salinitas 17,5-20 ppt merupakan kualitas air yang
obtimum. Kualitas perairan juga berpengaruh terhadap tingkat daya tahan bahan
baku rumpon dari beberapa jenis bahan baku yang digunakan dalam penelitan ini
getah-getah yang terdapat pada daun dan pelepah sehingga warna air akan
berubah sesuai daun yang digunakan sebagai bahan baku rumpon, seperti yang
tercantum pada tabel diatas dapat dilihat perubahan warna peraiaran pada media
penelitian selama berlangsung, maka dari itu tampak sangat jelas bahwa daun-
4.2 Pembahasan
Rumpon atau fish Anggregating device (FAD) adalah salah satu jenis alat
bantu penangkapan ikan yang di pasang dilaut,baik laut dangkal maupun laut
pengumpulan ikan disekitar rumpon perlu adanya suatu atraktor yang memiliki
daya pemikat yang lebih tinggi Optimasi merupakan aktivitas untuk memperoleh
bantu penangkapan ikan yang dipasang dan ditempatkan pada perairan laut.
jenis rumpon,yaitu :
1. Rumpon perairan dasar adalah alat bantu penangkapan ikan yang dipasang dan
2. Rumpon perairan dangkal adalah alat bantu penangkapan ikan yang dipasang
dan ditempatkan pada perairan laut dengan kedalaman sampai dengan 200
meter.
3. Rumpon perairan dalam adalah alat bantu penangkapan ikan yang dipasang
dan ditempatkan pada perairan laut dengan kedalaman di atas 200 meter.
22
Secara garis besar rumpon menurut Preston (1982) adalah tersusun dan
tiga bagian utama yang terdiri dan attractor,mooring line dan pemberat.Konstruksi
didapat.
lama mempunyai bentuk seperti posisi potongan vertikal dengan arah ke bawah
melindungi ikancn -iakn kecil.terbuat dan bahan yang kuat,tahan lama dan
murah.
3. Tali temali,terbuat dan bahan yang kuat dan tidak mudah busuk harga nya
relatif murah mempunyai daya ampung yang cukup untuk mencegah gesekan
tertinggi terdapat pada daun kelapa dengan daya tahan 60 hari yaitu, kemudian
diikuti oleh daun Rumbia, Nipah, Kelapa sawit dan daun Pinang.
Maka Dari hasil penilitan ini menujukan bahwa daun kelapa sangat cocok
digunakan untuk bahan baku rumpon sebagai alat bantu pengumpulan ikan-ikan
lainnya sebab dari segi bentuk fisik daun kelapa dapat kita lihat baik dari bentuk
sruktur maupun di lihat dari jaringannya melalui Microskop daun kelapa lebih
padat dan mempunyai jaringan yang kuat dalam mengikat bentuk struktur daun
kelapa dibandingkan dengan daun lain hingga daun kelapa mempunyai rentang
Maka dari sisi itulah banyak masyarakat nelayan yang menggunakan daun
kelapa sebagai bahan baku rumpon untuk di jadikan sebagai alat bantu
penggunaan rumpon menurut Monintja 1990 diacu dalam Sianipar 2003 antara
lain :
3. Meningkatkan mutu hasil tangkapan yang ditinjau dari spesies dan komposisi
ukuran ikan.
alat untuk menarik perhatian agar ikan berkumpul pada suatu wilayah sebagai
yang secara tidak sengaja melewati keberadaan rumpon dan tertarik untuk diam
atau beruaya di sekitar rumpon untuk mencari makan, berlindung atau tujuan
Pohon palma yang merumpun, dengan akar rimpang yang panjang dan
anak daun lk. 1.5 m; bertangkai panjang dan berpelepah. Ketahanan daun rumbia
berkecambah dan pada tingkat pertama dibentuk 4 – 6 helai daun. Daun tersusun
saling membalut satu sama lain, merupakan selubung dan mudahkan susunan
lembaga serta akar menembus sabut pada waktu tumbuh. Ketahanan daun kelapa
Daun pokok Nipah yang panjang dan lembut banyak digunakan masyarakat
tempatan untuk membuat atap nipah. Selain itu, daunnya juga digunakan dalam
spp.), batang pohon nipah menjalar di tanah, membentuk rimpang yang terendam
oleh lumpur. Hanya roset daunnya yang muncul di atas tanah, sehingga nipah
m. Karena perakaran nipah ini hanya terletak dalam lumpur yang sifatnya labil
diukur mulai dari permukaan tanah sampai pada pangkal pelepah daun terbawah,
lingkar batang pada tinggi 1,5 m dari tanah (cm), jumlah bekas daun, jumlah daun
(helai), panjang daun (cm) diukur mulai dari ujung pangkal pelepah sampai
dengan ujung pinak daun paling atas, panjang tangkai daun (cm), jumlah pinak
daun (helai) dengan menghitung seluruh pinak daunyang terdapat pada sisi kiri
dan kanan dari helaian daun, panjang pinak daun (cm) diukur dari pangkal sampai
Susunan daun tanaman kelapa sawit mirip dengan tanaman kelapa yaitu
pelapah daun yang panjangnya dapat mencapai kurang lebih 7,5 - 9 m. jumlah
anak daun pada tiap pelepah berkisar antara 250 - 400 helai. Daun muda yang
26
masih kuncup berwarna kuning pucat. Pada tanah yang subur daun cepat
berlangsung fotosintesa dan juga sebagai alat respirasi. Semakin lama proses
sehingga produksi tanaman kelapa sawit meningkat. Ketahanan daun sawit dalam
4.2.5.1 Suhu
29 - 30°C, maka suhu rata-rata dalam media penelitian 29,5oC dan masuk dalam
kisaran optimum. Suhu dalam air sangat penting sehingga semua aktivitas akan
Suhu merupakan salah satu faktor dalam reaksi kimia dan aktifitas biologi
konsentrasi oksigen terlarut akan menurun dan peningkatan suhu ini juga akan
dapat menaikan daya racun polutan terhadap organisme perairan (Moriber, 1974.
4.2.5.2 pH
antara asam dan basa dalam air dan suatu kadar konsentrasi ion hidrogen dalam
larutan. Nilai pH menggambarkan kekuatan bahan pelarut dari air, karena itu
6,5 - 8,5.
adalah 6-7 maka nilai pH rata-rata adalah 6,5. Menurut (Effendi,2003) nilai pH
dalam media perairan relatif stabil pada tingkat 7,5 dan merupakan nilai yang
Nilai oksigen terlarut dalam media pemeliharaan dari awal hingga akhir
penelitian rata-rata 6,2 mg/l. Nilai oksigen terlarut merupakan salah satu faktor
pendukung untuk menetralisir air media dari bakteri. Dengan nilai oksigen terlarut
yang optimum, maka bakteri tidak mudah tumbuh. Menurut (Effendi, 2004).
Kadar oksigen yang dianjurkan untuk kepentingan perikanan adalah tidak kurang
dari 5 mg/liter dan batas nilai oksigen terlarut yang dapat ditolerir ikan untuk
Nilai salinitas yang terdapat dalam media penelitian dari awal hingga akhir
15ppt sampai 20ppt, maka nilai salinitas rata-rata 17,5ppt, salinitas merupakan
faktor penting pada perairan untuk melihat tingkat kerpuhan bahan baku rumpon.
Menurut Sucipto, Adi 2008. Salinitas merupakan salah satu parameter lingkungan
sangat penting bagi kehidupan biota air sekaligus menjadi faktor pembatas bagi
kehidupan biota. Daya larut oksigen dapat berkurang disebabkan naiknya suhu air
sementara atau musiman dan berfluktuasi. Biasanya organisme air seperti ikan
memerlukan oksigen terlarut antara 5,8 mg/l (Palmer, 2001 diacu dalam Krismono
Priambodho, 2005). Kandungan oksigen terlarut yang tinggi adalah pada sungai
yang relatif dangkal dan adanya turbulensi oleh gerakan air. Daya larut oksigen
akan menurun dengan kenaikan suhu, sebaliknya pada air yang dingin kadar
oksigen akan meningkat (Odum, 1971 diacu dalam Henni Wijayanti M 2007).
Dari hasil pengukuran selama penelitian berlanjut maka nilai oksigen yang
4.2.5.4 Salinitas
yang bersifat stenohaline dan euryhaline. Biota yang mampu hidup pada kisaran
yang sempit disebut sebagai biota bersifat stenohaline dan sebaliknya biota yang
mampu hidup pada kisaran luas disebut sebagai biota euryhaline (Supriharyono,
vertikal maupun horizontal. Menurut Barnes (1980) diacu dalam Henni Wijayanti
perubahan komposisi dalam suatu ekosistem. Menurut Gross (1972) diacu dalam
29
terlalu rendah, namun bivalvia yang bersifat sessile akan mengalami kematian jika
pengaruh air tawar berlangsung lama. Selain itu reproduksi dari jenis-jenis
rumpon yang teremdam dalam perairan, akibat proses pelapukan rumpon sehingga
berpengaruh pada air media yang wanrna dasar perairan putih, seperti pada tabel 3
diatas ada beberapa jenis bahan rumpon yang bisa menyebabkan berubahnya
warna air, antara lain: Daun kelapa. Kelapa sawit dan daun pinang.
akan mengeluarkan zat-zat kimia pada saat daun mulai melapuk sehingga perairan
akan berubah warna sesuai dengan zat pewarna yang terdapat dalam daun
tersebut.
DAFTAR PUSAKA
Agus, S.B. 2005 Analisis perencanaan dan pengembangan rumpon ( fish shelter)
sebagai upaya meningkatkan sumberdaya ikan. Laporan penelitian.
Lembaga penelitian dan pemberdayaan masyarakat, institut pertanian
bogor. Bogor. Hal 6.
Effendi, 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan
Lingkungan Perairan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Sianipar, M.H. 2003 Komposisi Hasil Tangkapan Payang Menurut Waktu dan
Periode Bulan Disekitar Rumpon di Pelairan Pasauran, Provinsi
Banten. Skripsi (tidak dipublikasikan). Program Studi Pemafaatan
Sumberdaya Perikanan, Pakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor. Bogor. Hal 7-10.
Subani. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia. Jurnal
Penelitian dan Perikanan Laut no. 50 tahun 1988. Balai Penelitian
Perikanan Laut. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Departemen Pertanian. Jakarta. Hal 8-14
Zulkarnain, 2002. Penggunaan Model Schaefer dan Model Fox untuk Pendugaan
Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Layang
(Decapterus spp) di Perairan Eretan, Indramayu. Buletin PSP Volume
VI No. 3 Desember 1997. Bogor: Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan, Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor. Hal 31 – 40.