Anda di halaman 1dari 60

PENDUGAAN STOK IKAN LAYANG (Decapterus Russelli) YANG

DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA


SIBOLGA SUMATERA UTARA

SKRIPSI

SRI MEGAWATI NABABAN


E1E018043

PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2022
Pendugaan Stok Ikan Layang (Decapterus russelli) Yang Didaratkan Di
Pelabuhan Perikanan Nusantara Sibolga Sumatera Utara

Sri Megawati Nababan , Dibawah bimbingan :


Akmal1 dan EkoWiyanto2

RINGKASAN

Ikan Layang (Decapterus russeli) merupakan sumberdaya ikan pelagis


kecil paling dominan yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Sibolga.
Permintaan pasar yang tinggi terhadap Ikan Layang ini menyebabkan kegiatan
penangkapan yang cenderung tidak terkendali. Produksi hasil tangkapan Ikan
Layang yang di daratkan di PPN Sibolga rata-rata mengalami fluktuasi setiap
tahunnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis hasil tangkapan Ikan Layang
untuk mengontrol tingkat eksploitasi dan menciptakan kegiatan operasi
penangkapan yang efektif agar pemanfaatan sumberdaya Ikan Layang dapat
berjalan secara optimal dan berkelanjutan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persentase tingkat pemanfaatan
Ikan Layang (Decpterrus russeli) yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan
Nusantara Sibolga Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret –
April 2022. Penelitian ini merupakan penelitian Survey. Jenis data yang
dikumpulkan data sekunder. Analisis data yang digunakan meliputi standarisasi
alat penangkapan Ikan Layang, potensi lestari dan effort optimum, total allowble
cath (TAC), tingkat pemanfaatan dan pengupayaan.
Dari hasil penelitian penelitian didapat produksi hasil tangkapan Ikan
Layang tertinggi pada tahun 2019 yaitu sebanyak 6.392,39 Ton. Alat tangkap Ikan
Layang standar yaitu alat tangkap pukat cincin (Purse seine). Purse seine atau
pukat cincin merupakan alat tangkap yang efektif untuk menangkap ikan pelagis
yang memiliki tingkah laku hidup berkelompok dalam ukuran besar. Berdasarkan
perhitungan MSY dan effort optimum pada tahun 2017-2021 sebesar 5.934,97
Ton/tahun, artinya tangkapan maksimum Ikan Layang yang dapat ditangkap yaitu
sebesar 5.934,97 Ton/tahun dan jumlah tangkapan yang diperbolehkan yaitu
sebesar 4.747,98 Ton/tahun atau 80% dari tangkapan maksimum dan tingkat
pemanfaatan Ikan Layang selama 5 tahun yaitu sebesar 81,41%.
Kesimpulan pada pendugaan stok Ikan Layang (Decapterus russelli) yang
didaratkan di PPN Sibolga dalam kurun waktu 5 tahun terakhir sebesar 4.832
ton/tahun dengan upaya tangkapan optimum (Fopt) sebanyak 388,92 unit/tahun.
Tingkat pemanfaatan rata-rata Ikan layang pada tahun 2017-2021 sebesar 81,41%
berada pada kategori padat tangkap dan tingkat pengupayaan 56,90%.

Kata kunci : Ikan Layang, Pendugaan Stok, Sumatera Utara


Keterangan : 1Pembimbing Utama
2
Pembimbing Pendamping

1
PENDUGAAN STOK IKAN LAYANG (Decapterus Russelli) YANG
DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA
SIBOLGA SUMATERA UTARA

Oleh

SRI MEGAWATI NABABAN


E1E018043

Telah Diuji Dihadapan Tim Penguji


Pada Hari Jumat, Tanggal 28 Oktober 2022, dan dinyatakan Lulus
Ketua : Dr.Ir.Akmal.,M.Si.
Sekretaris : Ir. Eko Wiyanto.,M.Si.
Anggota :1. Prof.Dr.Ir.Hj.Nurhayati,M.Sc.agr.
2. Dr.Bagus Pramusintho,S.Pt.,M.Sc.
3. Fauzan Ramadan, S.Pi., M.Si.

Menyetujui:
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dr.Ir.Akmal.,M.Si. Ir. Eko Wiyanto.,M.Si.


NIP.196510171995121001 NIP. 196401201989031005

Mengetahui:
Wakil Dekan BAKSI, Ketua Jurusan Perikanan

Dr. Ir. Syafwan, M.Sc. Dr. drh. Sri Wigati, M. Agr. Sc.
NIP. 196902071993031003 NIP. 196412241989032005
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Pendugaan
Stok Ikan Layang (Decapterus Russelli) Yang Didaratkan Di Pelabuhan Perikanan
Nusantara Sibolga Sumatera Utara” adalah karya sendiri dan belum diajukan
dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar
pustaka di bagian akhir skripsi ini sesuai dengan kaidah penulisan ilmiah yang
berlaku.

Jambi, Oktober 2022

Sri Megawati Nababan


RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sibolga pada tanggal 09 Oktober 1998,


sebagai anak kelima dari 6 bersaudara dari pasangan Bapak
Manoto Nababan dan Ibu Marluti Damo Lbn.Tobing. Penulis
menyelesaikan pendidikan dasar di SD N .084080 Sibolga dan
lulus pada Tahun 2011, kemudian penulis melanjutkan
pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 5 Sibolga dan
lulus pada Tahun 2014, selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan menengah
atas di SMA N.2 Sibolga dan lulus pada Tahun 2017.
Tahun 2018 penulis diterima sebagai mahasiswa di Universitas Jambi
melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) pada
program studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Peternakan
Universitas Jambi. Penulis juga mengikuti program KKMI-UNHAS Mahasiswa
Kewirausahaan pada tahun 2021. Selama perkuliahan penulis aktif dalam berbagai
organisasi, diantaranya Himpunana Mahasiswa Perikanan (HIMAPERI), GMKI.
PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
karunia-Nya penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul
“Pendugaan Stok Ikan Layang (Decapterus Russelli) Yang Didaratkan Di
Pelabuhan Perikanan Nusantara Sibolga Sumatera Utara” sebagai persyaratan
untuk menyelesaikan pendidikan strata satu (S1) pada Program Studi Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Peternakan, Universitas Jambi.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penyelesaian skripsi ini telah
banyak melibatkan berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada :

1. Kedua orang tua tercinta, Bapak Manoto Nababan dan Ibu Marluti Damo
Lbn.Tobing yang telah memberikan semangat, doa dan dukungan baik moral
maupun material, serta kepada kakak saya Manda Sari Nababan, Tiur Maida
Nababan, Elfrida Nababan, Arien Hotma Rotua Nababan, dan adek saya
Hotma Toga Parsaulian Nababan memberikan motivasi dan semangat.
2. Bapak Dr. Ir. Akmal., M.Si. Selaku pembimbing utama dan Bapak Ir.Eko
Wiyanto.,M.Si. Selaku pembimbing pendamping . terimakasih atas
bimbingan ilmu pengetahuan, nasihat, dan juga semangat yang telah
diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Dr. Ir. Agus Budiansyah, M.S selaku Dekan Fakultas Peternakan
Universitas Jambi, Dr. Ir. H. Syafwan, M.Sc. selaku Wakil Dekan I, Dr. Ir.
Suparjo, M.P. selaku Wakil Dekan II, Dr. Drh. Fahmida Manin, M.P. selaku
Wakil Dekan III dan segenap keluarga Fakultas Peternakan yang telah
memberikan ilmu,, pengalaman dan memotivasi penulis selama mengikuti
perkuliahan di Fakultas Peternakan.
4. Ibu Prof. Dr. Ir. Hj. Nurhayati, M.Sc. agr., Bapak Dr. Bagus Pramusintho,
S.Pt., M.Sc., dan Bapak Fauzan Ramadhan, S.Pi., M.si. Selaku tim evaluator
yang telah banyak memberikan saran dan arahan kepada penulis untuk
perbaikan penuisan maupun isi daam skripsi ini.
5. Terima kasih kepada Ibu Lisna, S.Pi., M.Si. Selaku Pembimbing Akademik

i
yang telah memberikan arahan serta bimbingan selama penulis menempuh
pendidikan di Fakultas Peternakan.
6. Ibu Dr. drh. Sri Wigati, M. Agr. Sc. Selaku Ketua Jurusan Perikanan
Fakultas Peternakan Universitas Jambi yang telah membantu, memberikan
arahan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan di Fakultas Peternakan.
7. Sahabat saya, Sunarti Ronauli Silaban, Yessy Meiranda Ompusunggu,
Besse, Syahril dan Getra Risliandi, nadia rahmawati yang telah mendukung,
membantu, dan memberi semangat selama perkuliahan sampai dengan
penyusunan skripsi.
8. Terimakasih kepada teman-teman PSP khususnya kelas A angkatan 2018
atas kerjasama dan dan dukungan disaat susah senang yang telah kita lalui
bersama- sama selama kuliah.
9. Terima kasih kepada teman seperjuangan , Ewilma Manalu, Melkia D
Purba, Cindy Siboro, Delfina Sibagariang, Juli Mariana Siburian, Hendro
Silaban, Jhoni,Yosua Suryadi Sianturi, Angelia krisya Tobing. Serta adik
tersayang Dian Siregar, Lewi, elisabet, penataria, Erfina Sianturi, sofia yang
telah memberikan semangat dan dukungan.
10. Terima kasih kepada Bapak Makkasau, A.Pi, M.Si., selaku kepala
Pelabuhuhan Perikanan Nusantara Sibolga beserta staf pegawai PPN dan
para nelayan PPN Siboga yang telah membantu dan menerima kehadiran
saya umtuk melakukan kegiatan penelitian, serta memberikan ilmu dan
motivasi.
11. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada diri sendiri yang telah
berjuang bertahan dan mampu melewati tahap ini dengan baik.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi
penulis dan pembaca pada umumnya dan dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Jambi, Oktober 2022

Sri Megawati Nababan

ii
DAFTAR ISI

Halaman
PRAKATA ................................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................. iii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. iv
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... v
BAB 1PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................... 2
1.2 Tujuan Penelitian ............................................................................... 3
1.3 Manfaat Penelitian ............................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 4
2.1 Ikan Layang ....................................................................................... 4
2.2 Pelabuhan Perikanan Nusantara Sibolga ........................................... 5
2.3 Alat Tangkap Ikan Layang di PPN Sibolga ...................................... 6
2.3.1 Pukat Cincin (Purse Seine) ......................................................... 6
2.3.2 Bagan Perahu .............................................................................. 7
2.3.3 Jaring Insang (Gill net) .............................................................. 9
2.3.4 Pancing (Rod) ............................................................................. 10
2.4 Standarisasi Alat Tangkap ................................................................. 11
2.5 Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Layang ............................... 12
2.6 Musim Penangkapan ......................................................................... 13
2.7 Surplus Produksi ................................................................................ 14
BAB III METODE PENELITIAN.............................................................. 16
3.1 Tempat dan Waktu ............................................................................ 16
3.2 Materi ................................................................................................ 16
3.3 Metode Pengambilan Data ................................................................ 16
3.4. Prosedur Penelitian ........................................................................... 16
3.5 Analisis Data ..................................................................................... 17
3.5.1 Standarisasi Alat Penangkapan Ikan Layang ............................. 17
3.5.2 Potensi Lestari (MSY) dan Effort Optimum (Fopt)................... 18
3.5.3 Total Allowable Cath (TAC) ...................................................... 19
3.5.4 Tingkat Pemanfaatan dan Pengupayaan ...................................... 19
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 21
4.1 Kondisi Umum .................................................................................... 21
4.2 Daerah Penangkapan ........................................................................... 22
4.3 Hasil Tangkapan Ikan Layang Tahun 2017-2021 (Ton) ..................... 23
4.4 Standarisasi Alat tangkap .................................................................... 26
4.5 Hasil Tangkapan per Satuan Upaya(Cath per Unit effort) ................. 28

iii
4.6 Pendugaan Potensi Lestari (MSY) dan Effort Optimum ...................... 31
4.7 Total Allowable Cath (TAC) ................................................................ 32
4.8 Pendugaan Tingkat Pemanfaatan dan Pengupayaan ............................ 33
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 36
5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 36
5.2 Saran ...................................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 37
LAMPIRAN ..................................................................................................... 41

iv
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Jumlah Unit Alat Tangkap Yang Menangkap Ikan Layang............... 25


2. Produktivitas Unit Alat Tangkap Ikan Layang................................... 26
3. Hasil Perhitungsn Total Effort Dari Alat Tangkap Standar................ 27
4. Perhitungan CPUE Ikan Layang........................................................ 29
5. Total Allowble Catch Ikan Layang..................................................... 32

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Ikan Layang...................................................................................... 4
2. Pukat Cincin...................................................................................... 7
3. Bagan Perahu.................................................................................... 8
4. Jaring Insang..................................................................................... 9
5. Pancing.............................................................................................. 11
6. Peta Lokasi Penelitian....................................................................... 21
7. Peta Daerah Penangkapan................................................................. 22

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1. Produksi Hasil Tangkapan Ikan Layang 2017-2021........................ 41
2. Total Effort (Upaya Penangkapan) standar...................................... 44
3. Jumlah Tangkapan Diperbolehkan (TAC), Tingkat Pemanfaatan
(TPC) dan Tingkat Pengupayaan (TPF).......................................... 44
4. Gambaran Umum Pelabuhan Perikanan Nusantara Sibolga............ 45

vii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Potensi sumberdaya laut di Indonesia selama ini telah dimanfaatkan dalam
berbagai kegiatan perekonomian, salah satu nya adalah usaha perikanan tangkap,
Perikanan tangkap merupakan aktivitas yang umum dilakukan dibandingkan
aktivitas perekonomian sumberdaya laut lainnya. Hal tersebut dikarenakan
konidisi Sumberdaya ikan yang bersifat renewable (yang dapat pulih) dan
common property (milik umum) memungkinkan setiap orang merasa berhak
dalam mengeksploitasi sumberdaya ikan tersebut karena beranggapan bahwa
penangkapan tidak menjadi faktor utama menurunnya populasi Ikan akibat
besarnya stok ikan yang tersedia di suau perairan (Desniarti,et al,2006).
Kota Sibolga merupakan salah satu kota yang terdapat di Provinsi Sumatera
Utara yang terletak di Pantai Barat Sumatera yang berhadapan langsung dengan
Samudera Hindia yang dikenal dengan potensi perikanannya, hal tersebut
dikarenakan di Sibolga terdapat Pelabuhan Perikanan Nusantara yang merupakan
salah satu pelabuhan perikanan yang memiliki wilayah perairan dengan potensi
sumberdaya ikan yang cukup besar. Berdasarkan laporan sensus (BPS Sumatera
utara, 2019) bahwasanya Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi
yang memiliki potensi perikanan yang cukup besar. Pada tahun 2019 produksi
hasil perikanan tangkap, berdasarkan hasil tangkapan nelayan Sumatera Utara
mencapai 1.203.191 ton. Potensi perikanan tangkap yang cukup besar ini,
membuktikan bahwasanya sumatera utara mampu mengelola hasil perikanan yang
tersedia dengan baik. Provinsi sumatera utara mempunyai 33 kabupaten kota,dan
empat diantaranya merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi perikanan
yang cukup besar dan salah satu diantaranya adalah kota Sibolga.
Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) merupakan pelabuhan perikanan
kelas II atau bertipe B yang terdapat di kawasan pantai barat Sumatera Utara.
Pelabuhan Perikanan Sibolga terletak di Kecamatan Sarudik Kota Sibolga
Provinsi Sumatera Utara. Secara geografis, PPN Sibolga berada pada koordinat

1
01º02’015" LS 100º23’034"BT.. Letak geografis PPN Sibolga sangat strategis
karena berada di pantai barat pulau Sumatera, berada dekat dengan daerah
penangkapan ikan. Kondisi perairan PPN Sibolga sangat tenang karena berada di
daerah teluk Tapian Nauli dan banyak terdapat gugusan pulau- pulau disekitar
teluk sebagai pelindung alami. PPN Sibolga adalah Unit Pelaksana Teknis
Kementrian Kelautan dan Perikanan yang bertanggung jawab langsung dengan
Direktur Jenderal Perikanan Tangkap. Pembangunan PPN Sibolga diresmikan
oleh Presiden Republik Indonesia pada tanggal 21 Juli 1993 ditetapkan dengan
SK. Menteri Pertanian Nomor : 684/Kpts/OT.210/10/1993 tanggal 18 oktober
1993 (Ranto et al., 2021)
Pendugaan stok ikan dimaksudkan untuk menghasilkan informasi tentang
kelimpahan stok ikan di suatu perairan, rekomendasi jumlah upaya penangkapan
optimum, dan jumlah tangkapan ikan yang diperbolehkan. Berdasarkan data
operasional PPN Sibolga Ikan Layang merupakan salah satu ikan pelagis kecil
yang dominan tertangkap dan mengalami peningkatan produksi setiap minggunya.
Berdasarkan data operasional harian PPN Sibolga pada tanggal 2 Maret 2022 total
produksi Ikan Layang yaitu sebesar 60.850 Ton.
Ikan Layang (Decapteru ruselli) merupakan ikan yang banyak dikonsumsi
oleh masyarakat Sumatera Utara. Hal ini mengakibatkan tingginya permintaan
konsumen dipasar terhadap Ikan layang. Sehingga nelayan melakukan penangkap
an Ikan Layang dalam skala besar yang nantinya dapat mengangkibatkan siklus
pertumbuhan Ikan Layang menjadi terganggu dan populasinya semakin berkuran.
Sumberdaya ikan perlu dikelola karena merupakan sumberdaya hayati yang dapat
diperbaharui, namun dapat mengalami kepunahan. Sumberdaya ikan memiliki
kelimpahan yang terbatas, sesuai dengan daya dukung habitatnya. Sumberdaya
ikan dikenal sebagai sumberdaya milik bersama yang rawan terhadap tangkap
lebih (over fishing) (Monintja, 2001).
Dalam kegiatan menangkap ikan, alat tangkap yang digunakan di PPN
sibolga untuk menangkap Ikan Layang adalah Pukat cincin ( Purse Seine), Bagan
Perahu (Lift Net), Jaring Insang (Gill Net), Pancing (Rod). Menurut Najamuddin
(2004) Ikan Layang berukuran kecil umumnya ditangkap dengan alat bagan,

2
sementara ukuran sedang sampai besar ditangkap dengan purse seine, payang, gill
net dan pancing.
Kecermatan dan ketepatan dalam menduga besarnya potensi lestari sumber
daya ikan dilaut merupakan salah satu kunci utama keberhasilan pengelolan
sumberdaya ikan. Kesalahan dalam menduga potensi lestari akan berakibat kurang
efektifitas kebijakan dalam menduga potensi sumberdaya yang ada. Kesalahan
pendugaan yang melebihi upaya potensi maksimum (Maximum Sustainable Yield)
akan mempercepat terkurasnya sumberdaya ikan. Bila hal ini terjadi maka
sumberdaya ikan yang tersedia akan mengalami tekanan yang lebih besar, ikan
yang belum terpijah akan banyak tertangkap, dan pada akhirnya mencapai
penangkapan yang melebihi kapasitas maksimumnya (over fishing)
(Widodo,2016).
Berdasarkan hal tersebut, sangat diperlukan pengelolaan yang baik
berkesinambungan yang sesuai dengan informasi mengenai Ikan Layang
(Decapterus Russeli) tersebut agar dalam pengelolaan dan perencanaannya
mudah. Hal tersebut dimaksudkan untuk dapat memanfaatkan stok yang ada di
alam secara optimal. Pemanfaatan sumberdaya Ikan Layang diharapkan
memenuhi kebutuhan pasar dan masa mendatang. Sehingga kesejahteraan nelayan
semakin meningkat dan terjaga keberlanjutannya.

1.2 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menduga stok ikan layang dan
mengetahui tingkat pemanfaatan dan tingkat pengupayaan ikan layang yang
didaratkan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Sibolga Sumatera Utara.

1.3 Manfaat Penelitian


Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai rekomendasi
pengelolahan penangkapan Ikan Layang yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan
Nusantara Sibolga serta memberikan informasi bagi yang membutuhkan.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ikan Layang


Ikan Layang (Decapterus russeli) adalah salah satu hasil tangkapan yang
tertangkap di PPN Sibolga. Ikan Layang merupakan Ikan pelagis yang tertangkap
dengan alat tangkap pukat cincin (Purse seine), dan termasuk hasil tangkapan
dominan diantara hasil tangkapan lainnya. Ikan layang memiliki nilai ekonomis
yang diminati oleh masyarakat dan harganya yang terjangkau. Permintaan pasar
terhadap Ikan Layang cukup besar dan semakin meningkat sehingga berperan
dalam meningkatkan sumber pendapatan bagi nelayan. Hal tersebut yang akan
membuat nelayan untuk meningkatkan upaya penangkapannya. Usaha
penangkapan yang tidak optimal dikhawatirkan akan mempengaruhi kelestarian
sumberdaya Ikan Layang. Sehingga perlu untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh tingkat pemanfaatan yang telah dilakukan sampai dengan saat ini
terhadap sumber daya ikan yang tertangkap (Liestiana et al, 2015). Ikan Layang
dapat dilihat pada Gambar 1

Gambar 1. Ikan Layang

Menurut Weber dan Beaufort (1931) diacu dalam Najamuddin (2004)


sistematika Ikan Layang (Decapterus russeli) adalah sebagai berikut:
Kelas : Pisces
Sub Kelas : Teleostei
Ordo : Percomorphi
Sub Ordo : Percoidae
Famili : Carangidae

4
Sub Famili : Caranginae
Genus : Decapterus
Spesies : Decapterus spp

Ikan Layang termasuk jenis ikan perenang cepat, bersifat pelagis, tidak
menetap dan suka bergerombol, hidup di perairan yang berkadar garam tinggi (32
– 34 ppm) dan menyenangi perairan jernih. Ikan Layang banyak tertangkap
diperairan yang berjarak 150-200 ml dari pantai. Sedikit informasi yang diketahui
tentang migrasi ikan, tetapi ada kecenderungan bahwa pada siang hari gerombolan
ikan bergerak ke lapisan air yang lebih dalam dan malam hari kelapisan atas
perairan(TARIGAN, 2019).

2.2 Pelabuhan Perikanan Nusantara Sibolga


Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) merupakan pelabuhan perikanan
kelas II atau bertipe B yang terdapat di kawasan pantai barat Sumatera Utara.
Pelabuhan Perikanan Sibolga terletak di Kecamatan Sarudik Kota Sibolga
Provinsi Sumatera Utara. Secara geografis, PPN Sibolga berada pada koordinat
010-02’ – 15” LS dan 1000 – 23’ – 34” BT. Letak geografis PPN Sibolga sangat
strategis karena berada di pantai barat pulau Sumatera, berada dekat dengan
daerah penangkapan ikan. Kondisi perairan PPN Sibolga sangat tenang karena
berada di daerah teluk Tapian Nauli dan banyak terdapat gugusan pulau- pulau
disekitar teluk sebagai pelindung alami. PPN Sibolga adalah Unit Pelaksana
Teknis Kementrian Kelautan dan Perikanan yang bertanggung jawab langsung
dengan Direktur Jenderal Perikanan Tangkap. Pembangunan PPN Sibolga
diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia pada tanggal 21 Juli 1993
ditetapkan dengan SK. Menteri Pertanian Nomor : 684/Kpts/OT.210/10/1993
tanggal 18 oktober 1993 (Ranto et al., 2021)
Pelabuhan perikanan (PP) memiliki fungsi dan peranan yang sangat
penting dalam menunjang pendapatan daerah dari sektor Perikanan. Pelabuhan
Perikanan Nusantara Sibolga (PPN Sibolga) memiliki tingat produksi ikan serta
kegitan ekpor ikan sehinggga dibutuhkan penangan (berupa pendaratan, bongkar
muat), pengolahan (untuk menjaga mutu kualitas ikan Sibolga), dan pemasaran
(pemasaran ikan di sekitar Sibolga dan diluar Sibolga)(Banjarnaor et al., 1969).

5
Menurut (Lubis dan Pane 2012) untuk mendukung seluruh kegiatan di
pelabuhan perikanan seperti aktivitas masyarakat perikanan yang di dalamnya
terdapat interaksi antar kelompok masyarakat perikanan seperti adanya nelayan,
pengusaha penangkapan ikan, stakeholder dan lainnya (Solihin 2003), pelabuhan
perikanan harus dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang mendukung operasi
awal. Fasilitas itu harus dapat memenuhi mulai kegiatan penangkapan ikan dari
kegiatan menangkap, penanganan ikan di pelabuhan perikanan, dan hingga
pemasaran. Fasilitas akan mendukung hasil kualitas yang baik untuk ikan yang
dapat diterima untuk pasar ekspor, dan memiliki lingkungan yang bersih dan
higienis.

2.3 Alat Tangkap Ikan Layang di PPN Sibolga


2.3.1 Pukat Cincin (Purse Seine)
Purse seine atau pukat cincin merupakan alat tangkap yang efektif untuk
menangkap ikan pelagis yang memiliki tingkah laku hidup berkelompok dalam
ukuran besar, baik di daerah perairan pantai maupun lepas pantai. Pukat cincin
adalah alat tangkap berbentuk empat persegi panjang, yang keseluruhan bagian
utamanya terbuat dari bahan jaring, di mana terbentuknya kantong terjadi pada
saat dioperasikan. Pengoperasian alat tangkap ini dengan cara melingkarkan
gerombolan ikan dengan jaring dan setelah ikan terkurung jaring kemudian
ditarik.Dalam operasinya posisi pelampung dan tali ris atas berada di permukaan,
sementara pemberat, cincin menggantung di bagian bawah jaring, dan berada di
dalam laut. Melalui cincin-cincin ini terpasang tali kolor (purse line) yang bila
ditarik menjadikan bagian bawah jaring menutup, sehingga bentuk jaring secara
keseluruhan menyerupai mangkuk besar. Rancang bangun dan konstruksi dari
pukat cincin secara teknis mempengaruhi kecepatan tenggelam badan jaring,
kecepatan melingkarkan jaring serta kecepatan penarikan tali kolor (Ismy et al.,
2014). Dapat dilihat pada Gambar 2.

6
Gambar 2 Pukat Cincin (Purse Seine)
Pukat cincin merupakan alat tangkap yang bersifat multi species, yaitu
menangkap lebih dari satu jenis ikan. Dalam banyak kasus sering ditemukan
ukuran mesh size alat tangkap Pukat cincin yang sangat kecil, hal ini dapat
berpengaruh terhadap hasil tangkapan yang didapatkan. Hal yang mungkin saja
akan dipengaruhi adalah ukuran ikan dan komposisi jenis hasil tangkapan antara
jumlah hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan sampingan (Rambun et al.,
2016).
Purse seine atau pukat cincin merupakan salah satu alat tangkap yang
banyak digunakan di dunia. Hal ini dikarenakan dalam satu kali pengangkatan
hasil tangkapan dapat mendapatkan jumlah yang banyak. Di Indonesia, jenis alat
tangkap yang memiliki konstruksi hampir sama antara lain : pukat langgar, pukat
senangin, gae dan giob (Winugroho, 2006).
Pukat cincin termasuk alat tangkap yang produktif khususnya untuk
menangkap ikan-ikan pelagis baik yang terdapat di perairan pantai maupun lepas
pantai. Penangkapan ikan dengan menggunakan pukat cincin merupakan salah
satu metode penangkapan yang paling agresif dan ditujukan untuk penangkapan
gerombolan ikan pelagis. Alat tangkap ini dapat menangkap ikan dari segala
ukuran mulai dari ikan-ikan kecil hingga ikan-ikan besar tergantung pada ukuran
mata jaring yang digunakan. Semakin kecil ukuran mata jaring semakin banyak
ikan-ikan kecil yang tertangkap karena tidak dapat meloloskan diri dari mata
jarring (Sainsbury, 1996).
2.3.2 Bagan Perahu
Bagan adalah salah satu alat tangkap ikan yang menggunakan lampu
perikanan bagan telahdi kenal sejak lama oleh nelayan di Indonesia. Yaitu

7
sejak tahun 1950 dan telah tersebar luas di seluruh Indonesia (Subani 1972). Pada
prinsipnya bagan ini terdiri dari waring, rumah bagan, lampu, dan
serok sebagai alat bantu pengambilan hasil tangkap dari dalam waring
(Subani,1972). Pada umumnya bahan jaring yang dipakai pada bagan tersebut dari
waring atau bahan sintetis lainnya, anyaman waring tersebut sangat halus dan
dibuat sedemikian rupa sehingga ikan-ikan kecilpun sulit untuk lolos dari mata
jaring.Ukuran waring yang biasa di pakai bervariasi terdiri-dari empat lembar
waring sampaing terbuat tradisional dan mengelilingi waring tengah yang
terbentuk segi empat, pada bagian pinggir waring di pasang tali ris yang
dimasukan untuk menguatkan tepi jaring ke empat lembar waring dihubungkan
dengan waring yang terbentu kcekungan (Sirajuddin,1980). Dapat dilihat pada
Gambar 3.

Gambar 3 Bagan Perahu


Bagan termasuk kedalam light fishing yang menggunakan lampu sebagian
alat untuk merangsang atau merangsang ikan berkumpul di bawah cahaya lampu,
kemudian dilakukan penangkapan dengan waring yang telah tersedia. Selanjutnya
dikatakan bahwa ikan tersebut memberikan respon terhadap rangsangan cahaya
dan dimanfaatkan dalam penangkapan atau dengan kata lain pemanfaatan salah
satu tingkah laku ikan untuk menangkap ikan itu sendiri (Ayodhyoa,1976).
Alat tangkap bagan perahu merupakan alat tangkap yang berbentuk
persegi empat yang memiliki panjang dan lebar yang sama. Konstruksi alat
tangkap bagan perahu ini terdiri dari jaring, bambu, pipa besi, tali temali, lampu
dan kapal bermesin. Bagian jaring dari bagan ini terbuat dari bahan waring yang
dibentuk menjadi kantong. Bagian kantong terdiri dari lembaran-lembaran waring

8
yang dirangkai atau dijahit sedemikian rupa sehingga dapat membentuk kantong
berbentung bujur sangkar yang dikarenakan adanya kerangka yang dibentuk oleh
bambu dan pipa besi (Sudirman dan Mallawa, 2004).

2.3.3 Jaring Insang (Gill net)


Gillnet ialah jaring berbentuk empat persegi panjang, mempunyai mata
jaring yang sama ukurannya pada seluruh jaring, lebar lebih pendek jika
dibandingkan dengan panjangnya (Nurwahidin dan Tri Setianto, 2018). Alat
tangkap ini berbentuk empat persegi panjang yang dilengkapi dengan pelampung,
pemberat ris atas, ris bawah (kadang tanpa ris bawah) (Juniyanti, 2019). Dapat
dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Jaring Insang (Gill Net)


Jumlah mata jaring kearah horizontal (Mesh Length ML) Jauh lebih
banyak daripada jumlah mata jaring kearah vertikal atau kearah dalam (Mesh
Depth MD) (Hutasuhut, 2018). Jaring insang merupakan alat tangkap pasif
dimana alat tangkap pasif akan menangkap ikan-ikan dengan sifat aktif atau ikan
yang sensitive terhadap rangsangan indra penciuman atau peraba (Pramesthy et
al., 2020) .
Alat tangkap jaring insang dioperasikan secara manual tanpa alat bantu,
dalam pengoperasin alat tangkap tersebut, nelayan tidak perlu turun dari kapal
atau berenang diperairan. Pengoperasian pada jaring insang cukup sederhana yaitu
penurunan alat tangkap dalam kolam perairan, selain itu menunggu ikan terjerat
kemudian jaring diangkat kembali ke atas kapal. Teknik pengoperasian dari alat
tangkap tersebut sederhana sehingga tidak membahayakan keselamatan nelayan
(Pramesthy et al., 2020).

9
Tertangkapnya ikan dengan menggunakan alat tangkap jaring insang
(Gill net) ialah dengan cara ikan tersebut terjerat pada mata jaring (Dermawati et
al., 2019). Gillnet digunakan untuk menangkap jenis-jenis komoditi besar antara
lain ikan salmon, cord, tenggiri, sarden, kepiting, hiu, tuna, udang dan sebagainya.
Jaring (Juniyanti, 2019).
Pengoperasian alat tangkap gillnet terdiri dari penebaran (setting),
perendaman (soaking), dan penarikan (haulling) (Safitri dan Adelita, 2018).
Pelampung pada jaring insang dasar berfungsi untuk mengangkat tali ris atas agar
jaring dapat berdiri tegak didalam badan perairan. Selain itu pelampung juga
berfungsi sebagai tanda dipermukaan perairan. Bahan pelampung biasanya dari
gabus, plastik atau busa karet (Martasuganda, 2002).
Jaring insang merupakan alat penangkap ikan yang konstruksinya sangat
sederhana. Bagian utamanya hanya berupa selembar jaring yang dilengkapi
dengan tali ris atas dan bawah. Ukuran mata jaring disesuaikan dengan ukuran
ikan yang menjadi target tangkapan utama. Pada tali ris atas ditambahkan tali
berpelampung dan pada tali ris bawah dilengkapi tali berpemberat. Ikan
tertangkap karena menabrak jaring dan sulit melepaskan diri, karena bagian
insangnya terbelit atau tersangkut pada mata jaring (Hutasuhut, 2018).

2.3.4 Pancing (Rod)


Pancing ulur merupakan alat tangkap sederhana dengan konstruksi ukuran dan
bentuk mata pancing serta berbagai jenis umpan buatan sebagai faktor utama
keberhasilan pengoperasian alat tangkap. Mata pancing (hook) merupakan bagian
yang sangat vital dalam proses penangkapan ikan pada alat tangkap pancing
(Nugroho 2002). Mata pancing mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda-
beda dan sangat berpengaruh terhadap ukuran ikan sasaran.Dilihat pada Gambar 5

Gambar 5 Pancing (Rod)

10
Pancing merupakan alat tangkap tradisional untuk menangkap ikan
pelagis. Selain konstruksinya sederhana, pengoperasiannya juga tidak
memerlukan modal yang besar (Sudirman dan Mallawa 2012). Perkembangan
perikanan pancing ulur tidak banyak mengalami kemajuan yang berarti jika
dibandingkan dengan alat tangkap lainnya. Disisi lain dalam rangka peningkatan
produksi hasil tangkapan, maka diperlukan pengembangan perikanan pancing
ulur. Salah satu usaha pengembangan itu dilakukan dengan memodifikasi alat
tangkap ikan yang sudah ada.
Kholis et al. (2017), pancing adalah salah satu alat tangkap ikan yang
terdiri dari dua komponen utama, yaitu : tali (line) dan mata pancing (hook).
Bagianbagian pancing terdiri atas joran (rod), gulungan (real), tali pancing (lines),
dan mata pancing (hooks).

2.4 Standarisasi Alat Tangkap


Sifat perikanan di daerah tropis khususnya di Indonesia yang multispesies
dan multigear, maka perlu dilakukan standarisasi alat tangkap. Keanekaragaman
jenis alat tangkap yang digunakan disuatu perairan menyebabkan suatu spesies
ikan tertangkap pada beberapa jenis alat tangkap. Standarisasi alat tangkap
bertujuan untuk menyeragamkan satuan-satuan upaya yang berbeda sehingga
dapat dianggap bahwa upaya penangkapan suatu jenis alat tangkap menghasilkan
tangkapan yang sama dengan alat tangkap standar. Penentuan alat tangkap standar
pada umumnya didasarkan pada dominan tidaknya alat tangkap tersebut
digunakan disuatu daerah dan besarnya upaya penangkapan yang dilakukan. Alat
tangkap yang mempunyai faktor daya tangkap atau fishing power indeks (FPI) = 1
ditetapkan sebagai alat tangkap standar. Nilai FPI ini yang kemudian digunakan
untuk mencari upaya standar yaitu dengan mengalikan nilai FPI dengan upaya
penangkapan alat tersebut (Syamsuddin, et al., 2007).
Standarisasi alat tangkap harus dilakukan sebelum menghitung nilai CPUE
untuk mencari nilai dugaan potensi (MSY) karena setiap jenis alat tangkap
memilki kemampuan yang berbeda dalam menangkap suatu jenis ikan. Alat
tangkap yang paling dominan digunakan untuk menangkap jenis ikan tertentu dan
memiliki kemampuan tangkap yang terbesar dijadikan alat tangkap standar
(Tiennansari, 2000).

11
Standarisasi alat tangkap ke dalam suatu unit standar dimaksudkan agar
mendapatkan satuan effort yaitu unit yang dianggap seragam sebelum dilakukan
pendugaan kondisi MSY (Maximum Sustainable Yield) (Satriya, 2009).
Standarisasi akan menghasilkan nilai catch gabungan, total effort standar dan
CPUE standar yang akan digunakan untuk menghitung parameter biologi. Nilai
catch gabungan merupakan total hasil tangkapan pada waktu yang sama oleh
semua alat tangkap yang menangkap ikan sejenis, nilai total effort standar
diperoleh dari total nilai masing-masing effort sebelum distandarisasi dikalikan
FPI-nya dan nilai CPUE standar didapatkan dari nilai catch gabungan dibagi
dengan total effort standar (Rosana dan Prasita, 2015).

2.5 Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Layang


Tingkat pemanfaatan Sumberdaya ikan dibagi kedalam empat bagian yaitu
rentang tahap rendah (0-33,3%), rentang berkembang (33,4-66,7%), Rentang
padat tangkap (66,8-100%), dan overfishing atau lebih tangkap (>100%)
(TARIGAN, 2019). Tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan digunakan untuk
mengetahui status pemanfaatan sumberdaya atau untuk mengetahui berapa persen
dari sumberdaya yang telah dimanfaatkan (Tiennansari, 2000).
Menurut Peraturan Menteri Perikanan Nomor PER.29/MEN/2012, tingkat
pemanfaatan sumberdaya ikan merupakan perbandingan antara jumlah produksi
yang dihasilkan dengan potensi lestari yang dikategorikan menjadi:
a. Overfishing atau lebih tangkap, apabila jumlah tangkapan kelompok
sumberdaya ikan per tahun melebihi estimasi potensi yang ditetapkan
b. Padat Tangkap, apabila jumlah tangkapan kelompok sumberdaya ikan per tahun
berada pada rentang 80% - 100% dari estimasi potensi yang ditetapkan
c. Berkembang, apabila jumlah tangkapan kelompok sumberdaya ikan per tahun
belum mencapai 80% dari estimasi potensi yang ditetapkan.
Tingkat pemanfaatan merupakan suatu metode perhitungan yang
digunakan untuk menduga atau mengetahui seberapa besar tingkat pemanfaatan
sumberdaya ikan dengan menggunakan perbandingan antara nilai hasil tangkapan
(catch) setiap tahunnya dengan nilai potensi maksimum lestari (MSY) yang
diperoleh. Nilai tingkat pemanfaatan juga dapat digunakan untuk menduga secara

12
umum apakah sumberdaya ikan di suatu wilayah perairan masih dapat
dioptimalkan atau telah melebihi batas upaya penangkapan (Novri, 2006).
Potensi sumberdaya perikanan laut Provinsi Sumatera Utara dengan
panjang garis pantai 1.300 Km secara umum belum tergarap secara maksimal.
Wilayah Pantai Barat Sumatera yang termasuk dalam wilayah pengelolaan
perikanan (WPP-RI 572) tercatat bahwa potensi sumberdaya perikanan tangkap
sangat berlimpah dengan potensi sumberdaya perikanan yang tersedia 1,353,000
ton pertahun (Bangun et al., 2015).

2.6 Musim Penangkapan


Ikan Layang adalah jenis ikan yang hidup dalam air laut yang jernih
dengan salinitas tinggi. Ikan ini berasal dari perairan bebas dan bersifat pelagis,
hidup di air bersalinitas tertentu yaitu antara 31-33%, sehingga dalam
kehidupannya di pengaruhi oleh musim dan ikan ini selalu berimigrasi harian dari
organisme lain yang terdapat di suatu perairan. Pada siang hari gerombolan-
gerombolan ikan bergerak kelapisan atas. Perpindahan tersebut disebabkan oleh
adanya perpindahan masal dari plankton hewani dan biota laut yang yang lebih
besar termasuk ikan (Agustin, 2017).
Puncak produksi ikan layang di Laut terjadi dua kali dalam setahun
masing-masing jatuh pada bulan Januari - Maret (akhir musim barat) dan
pada bulan Juli - September (musim Timur) . Puncak-puncak musim ini
dapat maju atau mundur waktunya sesuai dengan perubahan musim. Diluar
waktu itu Ikan Layang tidak tertangkap (Agustin, 2017).
Ketersediaan ikan di daerah penangkapan ikan dipengaruhi oleh kondisi
oseanografi perairan. Perubahan kondisi oseanografi secara spasial dan temporal
terhadap pola penyebaran sumberdaya ikan di perairan tropis dipengaruhi oleh
adanya pola angin musim, yaitu angin musim timur dan barat, serta peralihan
antara kedua musim yang berlangsung secara terus menerus sepanjang tahun
secara periodik. Pada daerah tropis variasi musim angin dan curah hujan lebih
berpengaruh terhadap ekosistem laut karena mempengaruhi jumlah dan jenis
makanan yang berdampak langsung terhadap keberadaan ikan di ekosistem laut
tropis (Rasyid, et al., 2014).

13
Pola angin yang sangat berperan di Indonesia adalah angin musim
(monsoon). Posisi Indonesia yang terletak antara Asia dan Australia membuat
kawasan ini paling ideal untuk berkembangnya angin musim. Dua kali dalam
setahun angin musim berganti arah. Para pelaut pada Musim Barat yaitu bulan-
bulan Desember, Januari dan Februari memanfaatkan musim ini untuk
meninggalkan pelabuhan-pelabuhan di Jawa menuju ke Sulawesi, Nusa Tenggara
dan Maluku dan sebaliknya para pelaut akan kembali lagi dengan memanfaatkan
angin Musim Timur yaitu pada bulan-bulan Juli hingga Agustus. Dalam bulan
Maret, angin berhembus dengan kecepatannya yang berkurang. Dalam bulan April
dan Mei arah angin tidak menentu sehingga periode ini dikenal dengan musim
peralihan atau pancaroba awal tahun sedangkan pada bulan Oktober dan
November dikenal dengan musim pancaroba akhir tahun (Agustin, 2017).
Musim penangkapan Ikan Layang tergantung dari pola migrasinya.Pola
migrasi Ikan Layang adalah musiman, karena kebiasaan hidupnya sangat peka
terhadap salinitas rendah, juga Ikan Layang melakukan migrasi setiap hari yaitu
migrasi harian.Migrasi Ikan Layang, dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
yaitu yang secara tidak langsung jenis pakannya itu dipengaruhi oleh intensitas
cahaya matahari.Ikan Layang tinggal di lautan luas atau juga tersebar di perairan
teluk. Puncak produksi Ikan Layang di perairan Jawa terjadi dua kali dalam
setahun yang kurang lebih jatuh pada bulan Januari-Maret dan Juli-
September(Prihatini, 2006).
2.7 Surplus Produksi
Catch PerUnit Effort (CPUE) adalah suatu metode yang digunakan untuk
menentukan hasil jumlah produksi perikanan laut yang dirata-ratakan dalam
tahunan. Produksi perikanan di suatu daerah mengalami kenaikan atau penurunan
dapat diketahui dari hasil CPUE.Untuk menetukan CPUE dari Ikan Layang
menggunakan rumus yaitu hasil tangkapan Ikan Layang (catch) dibagi dengan
upaya penangkapan Ikan Layang (effort). CPUE adalah total hasil tangkapan per
upaya penangkapan (Ton/unit). Metode ini digunakan untuk menduga besarnya
populasi pada kondisi yang situasinya tidak praktis untuk mendapatkan jumlah
yang pasti dari individu ikan dalam suatu arae (Hamka et al.2016).

14
Maximum Sustainable Yield (MSY) adalah hasil tangkapan terbesar yang
dapat dihasilkan suatu stok sumberdaya perikanan.Konsep MSY didasarkan atas
suatu model populasi ikan yang dianggap suatu unit tunggal. Pada prinsipnya,
sumberdaya ikan memiliki kemampuan untuk memproduksi yang melebihi
kapasitas produksi (surplus), sehingga apabila surplus tersebut di panen, maka
ikan akan mampu bertahan secara berkesinambungan. Apabila level produksi
surplus yang di panen, maka tidak akan menganggu kelestarian stok sumberdaya
ikan.
MSY bertujuan untuk melindungi stok pada tingkat yang aman agar tetap
berada pada level yang seimbang sehingga tidak terjadi penurunan produksi pada
berikutnya. MSY dapat berlangsung secara terus-menerus jika segala faktor
lingkungan lainnya berjalan dengan baik. Konsep MSY bertujuan untuk menjaga
stok pada level yang aman sebagai standar pemanfaatan sumberdaya. Konsep ini
diterima secara umum pada tahun 1950 untuk konservasi stok biota perairan agar
tetap berada pada level tinggi sehingga tidak terjadi penurunan poduksi walaupun
lingkungan berada dalam kondisi tidak menguntungkan (King,1995).

15
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu


Penelitian ini dilaksanakan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Sibolga
Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan, mulai dari 16
Maret sampai 16 April 2022.

3.2 Materi
Materi dalam penelitian ini adalah hasil tangkapan Ikan Layang yang telah
didaratkan di pelabuhan. Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah alat
tulis, kamera, laptop, printer dan beberapa unit alat tangkap yaitu alat tangkap
Pukat Cincin, Bagan Perahu, Pancing, Jaring Insang yang mendapatkan Ikan
Layang.

3.3 Metode Pengambilan Data


Metode Pengambilan Data menggunakan metode survey untuk
mendapatkan gambaran yang dapat mewakili potensi dan tingkat pemanfaatan
Ikan Layang di Pelabuhan Perikanan Nusantara Sibolga. Pendekatan dilakukan
dengan cara menganali
sis data hasil tangkapan (produksi) Ikan Layang dari berbagai unit alat tangkap
yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Sibolga.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu data sekunder. Data
sekunder didapatkan dari Kantor Pusat Pelabuhan Peikanan Nusantara Sibolga,
yang meliputi data time series dari tahun 2017-2021, data produksi jumlah dan
jenis kapal penangkapan, jenis alat tangkap, hasil tangkapan per unit alat tangkap
yang beroperasi di PPN Sibolga.

3.4. Prosedur Penelitian


Prosedur penelitian dimulai dengan menuju kantor Pelabuhan Perikanan
Nusantara Sibolga dengan memberikan Surat izin untuk melaksanakan penelitian
di pelabuhan tersebut. Selanjutnya menuju kantor PPN Sibolga untuk memperoleh
informasi tentang kondisi umum Pelabuhan dan memenuhi data sekunder yaitu

16
daerah penangkapan Ikan dan jumlah kapal yang menangkap Ikan Layang.
Kemudian data diolah dengan menggunakan Microsoft excel.

3.5 Analisis Data


Analisis data untuk memperoleh tingkat pemanfaatan Ikan Layang yaitu
dengan melakukan standarisasi alat tangkap Ikan Layang, Catch per Unit Effort,
pendugaan potensi lestari dan effort optimum, Total Allowble Cath (TAC),
pendugaan tingkat pemanfaatan dan pengupayaan. Untuk lebih jelas, dapat
diuraikan dibawah ini.

3.5.1 Standarisasi Alat Penangkapan Ikan Layang


Alat tangkap yang mempunyai nilai hasil tangkapan per upaya
penangkapan (CPUE) tertinggi dinyatakan sebagai alat tangkap standar
(Badrudin,et,2016). Untuk mencari nilai tersebut dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut :

CPUE

Keterangan :
CPUE = Hasil tangkapan per upaya penangkapan (ton/unit)
Catch = Hasil tangkapan (ton)
Effort = Upaya penangkapan (unit)
Dalam penelitian ini, konversi alat tangkap penting dilakukan karena alat
tangkap yang menangkap ikan layang di Pelabuhan Perikanan Sibolga lebih dari
satu jenis alat tangkap. Setiap jenis alat tangkap memiliki kemampuan yang
berbeda-beda untuk menangkap suatu jenis ikan, oleh karena itu standarisasi
upaya penangkapan perlu dilakukan sebelum melakukan perhitungan CPUE.
Konversi ini bertujuan untuk menyetarakan upaya penangkapan, satu alat tangkap
dominan dengan seluruh alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan
layang, oleh karena itu dilaksanakan konversi untuk menyetarakan jumlah upaya
penangkapan dalam satuan unit. Alat tangkap standar merupakan alat tangkap
yang memiliki produktivitas rata-rata paling tinggi. Proses standarisasi alat
tangkap dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

17
1. Menentukan CPUE
Laju penangkapan (CPUE) yang ditentukan adalah CPUE rata-rata dari masing-
masing alat tangkap. Alat tangkap dengan nilai CPUE tertinggi diasumsikan
sebagai alat tangkap standar.
2. Menghitung Fishing Power Index (FPI) Standarisasi dilakukan dengan mencari
nilai Fishing Power Index (FPI). Alat tangkap standar memiliki nilai FPI 1,0 dan
untuk jenis alat tangkap lainnya nilai FPI dihitung dengan cara membagi CPUE
alat tangkap tersebut dengan CPUE alat tangkap standar.
Menghitung nilai upaya alat tangkap yang telah distandarisasi (Effort
standar) pada masing-masing alat tangkap dengan menggunakan persamaan
(Tangke,2010):

FPI = Effortstandar = FPI x Effort

Keterangan :
FPI = indeks kuasa penangkapan alat tangkap
CPUEi = hasil tangkapan per upaya penangkapan alat tangkap lain (ton/unit)
CPUEs = hasil tangkapan per upaya alat tangkap standar (ton/unit)
Effortstandar= upaya penangkapan alat tangkap setelah di standarisasi (unit)

3.5.2 Potensi Lestari (MSY) dan Effort Optimum (Fopt)


Kemudian pengelolaan potensi maksimum lestari (MSY) yang merupakan
hasil regresi dengan menggunakan model Schaefer terhadap data CPUE dan
effort, menunjukkan nilai estimasi effort optimum yang diperbolehkan dalam
usaha penangkapan ikan (Piscandika et al 2013).
Hubungan antara C (hasil tangkapan) dengan f (upaya penangkapan) adalah :

C = af +

Hubungan CPUE dengan f ( upaya penangkapan) adalah :

CPUE = a + b(f)

18
Nilai Upaya Optimum (f optimum ) adalah :

f opt =

Nilai Potensi Maksimum Lestari (MSY) adalah :

MSY =

C = Jumlah hasil tangkapan per satuan upaya penangkapan (ton/unit)


A = Intercept
B = Slope
f = Upaya penangkapan (unit) pada periode ke-i.
fop t = Upaya penangkapan optimum (unit)
MSY = Nilai potensi maksimum lestari (Ton/tahun)

3.5.3 Total Allowable Cath (TAC)


Total Allowble Cath (TAC) digunakan sebagai landasan dalam
menentukan seberapa besar tangkapan yang diperbolehkan. Rumus jumlah
tangkapan yang diperbolehkan (Imron,2008) adalah :
TAC = 80% × MSY

Keterangan :
TAC = Jumlah tangkapan yang diperbolehkan (Ton/periode)
MSY = Maximum Sustainable Yield (Ton)

3.5.4 Tingkat Pemanfaatan dan Pengupayaan


Pendugaan tingkat pemanfaatan dilakukan untuk mengetahui seberapa besar
tingkat pemanfaatan sumberdaya Ikan Layang di yang didaratkan di Pelabuhan
Perikanan Nusantara (PPN) Sibolga. Rumus dari tingkat pemanfaatan adalah
(Pauly, 1983 dalam Astuti, 2005) :

TPc =

19
Keterangan :
TPc = Tingkat pemanfaatan pada tahun ke-i (%)
Ci = Hasil tangkapan ikan pada tahun ke-i (Ton)
MSY = Maximum Sustainable Yield (Ton)

Pendugaan tingkat pengupayaan dilakukan untuk mengetahui tingkat


upaya tangkap sumberdaya Ikan Layang yang didaratkan di PPN Sibolga.
Pendugaan dilakukan dengan mempresentasekan effort standar pada tahun
tertentu dengan nilai effort optimum (fopt). Menurut Wahyudi (2010), rumus dari
tingkat pengupayaan adalah :

TPf =

Keterangan :
TPf = Tingkat Pengupayaan pada tahun ke-i (%)
fs = Upaya Penangkapan (Effort Standar) pada tahun ke-i (Unit)
fopt = Upaya Penangkapan Optimum (Unit)

20
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Umum


Penelitian ini dilaksanakan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Sibolga.
Sibolga terletak di pantai Barat Sumatera Utara, sejauh 344 km dari Kota Medan,
ke arah Selatan. Kota Sibolga ini berada pada sisi pantai Teluk Tapian Nauli
menghadap ke arah lautan Hindia . Adapun lokasi penelitian dapat dilihat pada
gambar 6.

Gambar 6. Peta Lokasi Penelitian Pelabuhan Perikanan Nusantara Sibolga


Kabupaten Tapanuli Tengah

PPN Sibolga terletak di Kecamatan Sarudik Kota Sibolga Provinsi


Sumatera Utara. Secara geografis, PPN Sibola berada pada koordinat 01º02’015"
LS 100º23’034"BT. Letak geografis PPN Sibolga sangat strategis karena berada
di pantai barat pulau Sumatera dekat dengan daerah penangkapan ikan. Kondisi
perairan PPN Sibolga sangat tenang karena berada di daerah teluk Tapian Nauli
dan banyak terdapat gugusan pulau pulau disekitar teluk sebagai pelindung alami.
PPN Sibolga adalah Unit Pelaksana Teknis Kementrian Kelautan dan Perikanan
yang bertanggung jawab langsung dengan Direktur Jenderal Perikanan Tangkap
(Ranto dan Arief, 2021)

21
4.2 Daerah Penangkapan
WPP-572 yaitu perairan Samudera Hindia di wilayah barat Sumatera yang
memiliki potensi perikanan yang cukup besar. Berdasarkan data Potensi dan
Tingkat Pemanfaatan Sumber daya Ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan
Republik Indonesia (WPP RI) Tahun 2014. Pemanfaatan sumberdaya ikan di
WPP-572 rata-rata telah mengalami tingkat yang cukup tinggi.
Daerah penangkapan (fishing ground) adalah Suatu daerah perairan
dimana ikan yang menjadi sasaran penangkapan tertangkap dalam jumlah yang
maksimal dan alat tangkap dapat dioperasikan serta ekonomis. Suatu wilayah
perairan laut dapat dikatakan sebagai “daerah penangkapan ikan” apabila terjadi
interaksi antara sumberdaya ikan yang menjadi target penangkapan dengan
teknologi penangkapan ikan yang digunakan untuk menangkap ikan. Pukat cincin
dioperasikan di dekat permukaan perairan, sehingga diperlukan kedalaman air
yang cukup untuk dapat mengoperasikannya. Daerah penangkapan pada daerah
WPP-NRI 572 (Sumatera Bagian Barat), tepatnya di bagian daerah Nias Selatan-
Teluk Dalam. Daerah penangkapan PPN Sibolga dapat dilihat pada dilihat pada
Gambar 7

Gambar 7. Daerah Penangkapan Ikan Layang

22
Dalam melestarikan sumber daya ikan untuk dimanfaatkan sebesar-
besarnya serta meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia,
perlu adanya pengawasan dan pengaturan terhadap alat tangkap yang digunakan
agar menunjang perikanan yang bertanggung jawab dan lestari. Peraturan
Perundang-Undangan Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perubahan Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan Pasal 9 Setiap orang dilarang memiliki,
menguasai, membawa, dan/atau menggunakan alat penangkapan dan/atau alat
bantu penangkapan ikan yang mengganggu dan merusak keberlanjutan sumber
daya ikan di kapal penangkapan ikan di wilayah pengelolaan perikanan Negara
Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik
Indonesia Nomor 71/Permen-KP/2016 Tentang Jalur Penangkapan Ikan dan
Penempatan Alat Penangkapan Ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara
Republik Indonesia (Ranto et al., 2021)

4.3 Hasil Tangkapan Ikan Layang Tahun 2017-2021 (Ton)


Data hasil tangkapan Ikan Layang Yang didaratkan di PPN Sibolga pada
tahun 2017-2021 dapat dilihat pada gambar 8,9,10 dan 11.

6,000.00 5,690.23
5,364.85
5,000.00
4,397.81 4,467.90

4,000.00

3,000.00 2,586.15
Pukat Cincin

2,000.00

1,000.00

-
2017 2018 2019 2020 2021

Sumber : PPN Sibolga, 2022.


Gambar 8. Hasil Tangkapan Ikan Layang Pukat Cincin pada tahun 2017-2021.

23
600.00
513.23
500.00
400.00
300.00 247.91 252.27
Bagan Perahu
200.00
96.69
100.00 43.42
-
2017 2018 2019 2020 2021

Sumber : PPN Sibolga, 2022.


Gambar 9. Hasil Tangkapan Ikan Layang Bagan Perahu pada tahun 2017-2021.

200.00 186.58

155.25
150.00

100.00
69.42 75.78 Pancing

50.00

1.87
-
2017 2018 2019 2020 2021

Sumber : PPN Sibolga, 2022.


Gambar 10. Hasil Tangkapan Ikan Layang Pancing pada tahun 2017-2021.

2.50 2.37 2.35


2.05
2.00
1.51
1.50 Jaring Insang

1.00

0.50
0.10
-
2017 2018 2019 2020 2021
Sumber : PPN Sibolga, 2022.
Gambar 11. Hasil Tangkapan Ikan Layang Jaring Insang pada tahun 2017-2021.

24
Berdasarkan data hasil tangkapan Ikan Layang, hasil tangkapan Ikan
Layang berdasarkan unit alat tangkap yang paling mendominasi dalam kurun
waktu 5 tahun adalah alat tangkap Pukat Cincin. Alat tangkap Pukat Cincin
merupakan jenis alat tangkap yang digunakan untuk menangkap berbagai jenis
ikan pelagis kecil, salah satunya Ikan Layang. Hal ini disebabkan karena
banyaknya jumlah unit penangkapan Pukat Cincin dibandingkan dengan alat
tangkap lainnya di PPN Sibolga. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2016 Pasal 23 adalah peraturan tentang
penggunaan alat tangkap Purse Seine pada jalur penangkapan ikan di wilayah
pengelolaan perikanan Republik Indonesia. Peraturan Menteri ini dimaksudkan
sebagai acuan terhadap pengaturan jalur penangkapan ikan dan penempatan API
dan ABPI di WPPNRI. Tujuan ditetapkannya Permen-KP ini adalah untuk
mewujudkan pemanfaatan sumberdaya ikan yang bertanggung jawab, optimal dan
berkelanjutan serta mengurangi konflik pemanfaatan sumber daya ikan
berdasarkan prinsip pengelolaan sumber daya ikan (Ranto et al., 2021).
Pada gambar diagram hasil tangkapan dapat dilihat bahwa Ikan Layang
pada Pelabuhan Perikanan Nusantara Sibolga ditangkap dengan 4 alat tangkap
yaitu alat tangkap purse seine, bagan perahu, Pancing dan Jaring Insang.
Berdasarkan jumlah produksi ikan Layang pada tiap alat tangkap, dalam kurun
waktu lima tahun diketahui bahwa hasil produksi ikan layang tertinggi yaitu pada
alat tangkap Pukat Cincin, dan hasil produksi terendah yaitu alat tangkap Jaring
Insang setiap tahunnya. Jumlah alat tangkap yang menangkap ikan layang dapat
dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1.Jumlah Unit Alat Tangkap Yang Menangkap Ikan Layang Tahun 2017-
2021 Di PPN Sibolga.
No Alat Tangkap 2017 2018 2019 2020 2021
1 Pukat Cincin 210 209 204 213 199
2 Bagan Perahu 73 79 68 66 62
3 Pancing 9 63 86 79 55
4 Jaring Insang 4 7 2 1 9
Total 296 358 360 359 325
Sumber : PPN Sibolga, 2022.

Berdasarkan data jumlah alat tangkap yang menangkap Ikan Layang pada
Tabel 1, dapat dilihat bahwa kapal yang menangkap Ikan Layang pada tahun 2017

25
296 unit, pada tahun 2018 mengalami peningkatan sebanyak 358 unit, pada tahun
2019 mengalami peningkatan sebanyak 360 unit, pada tahun 2020 mengalami
penurunan sebanyak 359, pada tahun 2021 mengalami penurunan sebanyak 325.
Hal ini disebabkan karena angin yang sangat kencang dan cuaca yang tidak bagus
untuk melakukan operasi penangkapan ikan. Angin kencang dapat menyebabkan
gelombang laut yang tinggi, sehingga dapat membahayakan para nelayan yang
sedang mencari ikan. Cuaca sangat menentukan baik dan tidaknya hasil
tangkapan, karena pengaruh angin yang terlalu besar biasanya membuat takut para
nelayan saat melakukan penangkapan ikan,sehingga kerja nelayan tidak maksimal
(Tjasyono,2006).

4.4 Standarisasi Alat tangkap


Ikan Layang di Pelabuhan Perikanan Nusantara Sibolga ditangkap dengan
4 alat tangkap yaitu pukat cincin, bagan perahu, pancing dan jaring insang.
Kemampun setiap alat tangkap berbeda dalam mengasilkan hasil tangkapan,
sehingga diperlukan penyeragaman upaya sebelum melakukan analisis
selanjutnya. Alat tangkap dianggap standar apabila memiliki rata-rata
produktivitas penangkapan paling tinggi. Nilai Fishing Power Index (FPI) sangat
dibutuhkan pada saat mencari konversi alat tangkap untuk mencari nilai FPI
dibutuhkan nilai rata-rata produktivitas per alat tangkap. Produktivitas per alat
tangkapan didapatkan dari perhitungan produksi per alat tangkap dengan satuan
ton dibagi dengan upaya penangkapan (unit). Produktivitas per alat tangkap dapat
dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2. Produktivitas Unit Alat Tangkap Sumberdaya Ikan Layang tahun 2017-
2021 di Pelabuhan Perikanan Nusantara Sibolga (ton/unit)

No Alat Tangkap 2017 2018 2019 2020 2021 Rerata FPI


1 Pukat Cincin 12,32 25,67 27,89 20,65 22,45 21,80 1,00
2 Bagan Perahu 1,32 3,14 7,55 3,82 0,70 3,31 0,152
3 Pancing 0,21 1,10 2,17 1,97 1,38 1,36 0,063
4 Jaring Insang 0,59 0,22 1,18 0,10 0,23 0,46 0,021
Total 14,44 30,12 38,79 26,53 24,76 26,93
Sumber : Data diolah (2022)

Berdasarkan tabel produktivitas unit alat tangkap, Alat tangkap pukat


cincin merupakan alat tangkap yang paling berperan dalam sumberdaya ikan

26
layang dan mengalami peningkatan dan penurunan jumlah effort setiap tahunnya.
Produktivitas unit alat tangkap yang tertinggi pada tahun 2019. Kenaikan
produktivitas penangkapan tersebut diduga disebabkan karena kelimpahan stok
Ikan Layang di daerah penangkapan yang luas masih cukup besar untuk dilakukan
operasi penangkapan.
Luasnya daerah penangkapan Ikan Layang tersebut menyebabkan semakin
bertambahnya produktivitas unit alat tangkap, dimana jika salah satu kapal
kembali ke fishing base dan telah berhasil melakukan operasi penangkapan
dengan hasil tangkapan melimpah, menyebabkan meningkatnya operasi
penangkapan dengan hasil tangkapan melimpah, menyebabkan meningkatnya
operasi penangkapan didaerah penangkapan yang ada. Namun hal tersebut bukan
satu-satunya faktor penentu jumlah hasil tangkapan, tetapi ada beberapa faktor
seperti perubahan lingkungan yang dapat berpengaruh terhadap kelimpahan Ikan
(Ali,2005).
Alat tangkap yang dijadikan standar adalah alat tangkap yang memiliki
produktivitas tinggi (dominan) dan menghasilkan nilai FPI 1. Pukat cincin
merupakan alat tangkap dengan produktivitas tertinggi dan menghasilkan nilai
FPI 1, dapat disimpulkan bahwa Pukat cincin merupakan alat tangkap standar
dengan rasio penangkapan yang berarti dalam satu unit alat tangkap Pukat cincin
mampu menghasilkan produksi ikan lebih banyak dibandingkan dengan alat
tangkap lainnya berdasarkan pada besarnya nilai produktivitas tiap alat tangkap.
Nilai FPI ini yang kemudian digunakan untuk mencari upaya standar yaitu dengan
mengalikan nilai FPI dengan jumlah alat tangkap tersebut Syamsuddin, et al.,
(2007). Hasil perhitungan upaya standar dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Hasil perhitungan total Effort dari alat tangkap standar

No. Tahun Total Effort standar

1 2017 221,723
2 2018 225,077
3 2019 219,742
4 2020 227,980
5 2021 212,040
Sumber : Data diolah (2022)

27
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa effort dari alat tangkap yang sudah di
standarisasi yang paling tinggi yaitu terdapat pada tahun 2020 dengan jumlah
227,980 unit, pada tahun 2017 yaitu 221,723 unit, pada tahun 2018 yaitu 225,077
unit, dan pada tahun 2019 yaitu 219,742 unit dan paling rendah pada tahun 2021
yaitu 212,040 unit. Kegiatan perikanan tangkap di Indonesia cenderung
berorientasi pada hasil tangkapan yang harapannya hasil tangkapan meningkat
dari waktu ke waktu. Kondisi tersebut menyebabkan nelayan akan terus
meningkatkan effort saat hasil tangkapan rendah untuk mendapatkan keuntungan,
begitu pula saat hasil tangkapan yang diperoleh tinggi maka nelayan pun akan
terus meningkatkan effort karena kondisi tersebut menguntungkan. Padahal effort
yang meningkat tidak selalu meningkatkan hasil tangkapan Penurunan effort yang
terjadi dapat disebabkan oleh faktor cuaca seperti gelombang tinggi dan hujan.
Nelayan mayoritas tidak akan melaut pada musim tersebut karena membahayakan
keselamatan (Zulbainarni, 2012).

4.5 Hasil Tangkapan per Satuan Upaya(Cath per Unit effort)

Hasil tangkapan per upaya penangkapan bertujuan untuk mengetahui


kelimpahan dan tingkat pemanfaatan sumberdaya Ikan Layang yang didaratkan di
PPN Sibolga serta menunjukkan produktivitas alat tangkap yang digunakan oleh
nelayan untuk menangkap Ikan Layang. Menurut Badrudin (2016), menyatakan
bahwa CPUE yang cenderung menurun merupakan indikasi bahwa tingkat
eksploitasi sumberdaya ikan mengarah pada keadaan tangkap lebih (over fishing)
Hasil tangkapan per satuan upaya (Cath Per Unit effort CPUE) adalah
salah satu indikator bagi status sumberdaya ikan yang merupakan ukuran dari
kelimpahan relatif. Dalam memperoleh CPUE terlebih dahulu harus diketahui
upaya penangkapan yang telah distandarisasi berdasarkan hasil tangkapan (ton)
dan unit alat tangkap (unit) (Listiani et al., 2017). CPUE dapat dianggap sebagai
indeks kelimpahan ikan dan sebagai indikator apakah kelimpahan ikan masih
baik, atau seberapa jauh telah menipis. Dapat dilihat dari hasil perhitungan CPUE
Ikan Layang 2017-2021 pada Tabel 4.

28
Tabel 4. Perhitungan CPUE Ikan Layang Tahun 2017-2021

Total Effort
No. Tahun produksi (Ton) CPUE(Standar)
(UNIT)

1 2017 2.687 221,723 12,12


2 2018 5.684 225,077 25,25
3 2019 6.392 219,742 29,09
4 2020 4.805 227,980 21,08
5 2021 4.589 212,040 21,64
Jumlah 24.158 1106,562 109,18
Sumber data diolah (2022)

Data pada Tabel 4 menunjukkan bahwa nilai CPUE mengalami


peningkatan dan penurunan yang berfluktasi. Pada tahun 2017 nilai CPUE sebesar
12,12 ton/unit pada tahun 2018 nilai CPUE mengalami peningkatan menjadi
25,25 ton/unit Pada tahun 2019 nilai CPUE meningkat menjadi 29,09 dan pada
tahun 2020 mengalami penurunan menjadi 21,08 ton/unit dan pada tahun 2021
nilai CPUE 21,64 ton/unit.
Menurunnya nilai CPUE menunjukkan hungan timbal balik dengan Upaya
penangkapan di tahun tersebut. Hal ini sesuai dengan hasil regresi linier yang
didapatkan antara effort dengan CPUE Ikan Layang Model Schafer yaitu setiap
penambahan effort 1% maka nilai CPUE akan berkurang sebesar 0,039 ton.
Berdasarkan hasil perhitungan analisis regresi linier antara upaya (effort)
dan hasil tangkapan per upaya penangkapan (CPUE), maka diperoleh nilai dugaan
parameter intercept (a) dan slope (b) menggunakan metode Schaefer.Pendugaan
potensi lestari dengan metode surplus produksi yang terdiri dari model Schafer.
Diperoleh konstanta (a) sebesar 30,52 dan koefisien regresi (b) sebesar -0,039.

29
Kurva CPUE
35
30
25
CPUE(Ton/Unit)

20 Y=30,52 -0,039X
15
10
5
0
0 200 400 600 800 1000
-5
Effort (Unit)

Gambar 12. Hubungan CPUE dan Effort Ikan Layang


Kecendrungan (ternd) nilai CPUE Ikan Layang dapat mengalami
penurunan akibat upaya penangkapan yang meningkat, sehingga diduga
kelimpahan sumber daya ikan disuatu perairan tersebut menurun. Kondisi tersebut
dapat menyebabkan hasil tangkapan yang diperoleh oleh nelayan menjadi sedikit.
kondisi dimana upaya penangkapan meningkat setiap tahunnya, tetapi nilai CPUE
menurun setiap tahunnya karena sumber daya yang ada terus menurun, hal ini
menunjukkan indikasi telah terjadi penangkapan berlebih terhadap sumber daya
yang ada atau lebih dikenal dengan istilah overfishing (Sobari et al., 2009).
Hubungan antara hasil tangkapan (C) dengan upaya tangkapan (f)
sumberdaya Ikan Layang ditunjukkan dengan menggunakan model Schafer dalam
persamaan C= 30,52 -0,39 f². Hubungan CPUE dengan effort dari persamaan
regresi linier model schafer adalah y = 30,52 (-0,39)x. Pada model Schaefer
hanya berlaku jika nilai parameter (b) bernilai negatif, artinya dalam setiap
penambahan upaya penangkapan akan menyebabkan terjadinya penurunan nilai
CPUE. Jika dalam perhitungan diperoleh nilai koefisien (b) positif, maka
perhitungan potensi dan upaya penangkapan optimum tidak perlu dilanjutkan,
karena hal ini mengindikasikan bahwa penambahan upaya penangkapan masih
memungkinkan untuk meningkatkan hasil tangkapan (Wahyudi,2010).

30
4.6 Pendugaan Potensi Lestari (MSY) dan Effort Optimum
MSY adalah sebuah acuan dalam pengelolaan sumberdaya perikanan yang
masih memungkinkan untuk di eksploitasi tanpa mengurangi populasi, hal ini
bertujuan agar stok sumberdaya perikanan masih dalam tingkat yang aman. Hal
ini sesuai dengan Telussa (2016), yang menyatakan bahwa hasil tangkapan
maksimum lestari adalah besarnya jumlah ikan (ton) yang dapat ditangkap secara
berkelanjutan dari suatu sumberdaya tanpa mempengaruhi kelestarian dari stok
ikan tersebut. Sedangkan upaya penangkapan optimum(fopt) adalah besarnya
upaya penangkapan yang dilakukan oleh unit penangkapan untuk mendapatkan
hasil yang maksimal tanpa merusak kelestarian sumberdaya yang ada.
Grafik Maximum Sustinable Yield dan Effort optimum Ikan Layang dapat
dilihat pada Gambar 13.

7000
6000 2019
2018
5000
2020
Produksi (Ton)

4000 2021
3000
2000
1000
F.Optimum = 388,92
0
-1000 0 200 400 600 800 1000
Effort (unit)

Gambar 13. Maximum Sustainable Yield dan Effort Optimum Ikan Layang

Potensi lestari (MSY) sumberdaya Ikan Layang di perairan Sibolga dalam


kurun waktu 5 tahun terakhir sebesar 5.934,97 dengan effort optimum sebesar
388,92 yang artinya jika effort dilakukan melebihi effort optimum maka akan
menurunkan nilai produksi. Jika dilihat berdasarkan nilai tangkapan maksimum
lestari, jumlah tangkapan yang dihasilkan dari tahun 2017, 2018, 2020, 2021
belum mencapai nilai maksimum hasil tangkapan, tetapi pada tahun 2019 telah
mengalami maksimum hasil tangkapan (MSY)
MSY adalah hasil tangkapan terbesar yang dapat dihasilkan dari tahun ke
tahun oleh suatu perikanan. Konsep MSY didasarkan atas suatu model yang

31
sangat sederhana dari suatu populasi ikan yang dianggap sebagai unit tunggal
(Widodo dan Suadi,2006). Berdasarkan pontesi lestari Ikan Layang maka
diperoleh jumlah tangkapan Ikan Layang yang diperbolehkan yaitu sebesar
5.78,43 ton. Nilai tersebut didapat dari 80% dari potensi lestari maksimum .

4.7 Total Allowable Cath (TAC)


Hasil dari TAC diperoleh melalui perkalian antara nilai 80% dengan nilai
MSY yang dapat dilihat pada tabel 6

Tabel 6. Total Allowable Catch Ikan Layang (Decapterus ruselli.)


No. Tahun Produksi (ton) MSY Tac
1 2017 2.687 5.934,97 4.747,98
2 2018 5.684
3 2019 6.392
4 2020 4.805
5 2021 4.589
Sumber : Data diolah (2022)
Perhitungan hasil dari Total Allowble Cath yaitu sebesar 5.787,43 ton
Potensi ikan yang diperbolehkan untuk ditangakap (Total Allowble Cath/TAC)
sebesar 80% dari potensi lestari (MSY). Apabila pemanfaatan potensi sumberdaya
Ikan lebih dri 80% maka menunjukkan indikasi terjadinya overfishing. Kegiatan
produksi perikanan tangkap laut berdasarkan data PPN Sibolga pada tahun
2017,2018,2020,2021 belum melebihi hasil tangkapan yang diperbolehkan
sedangkan pada tahun 2019 telah melebihi hasil tangkapan yang diperbolehkan.
Selektifitas alat tangkap perlu diterapkan oleh nelayan agar ikan yang
belum layak konsumsi dapat berkembang agar penangkapan dapat dilakukan
secara terus menerus. Selain untuk melindungi ikan yang masih muda di Perairan
Sibolga, selektitifitas alat tangkap juga bermanfaat untuk melindungi nelayan
kecil yang alat tangkapnya masih sederhana. Menurut Surpardan (2006),
kebijakan selektifitas alat tangkap pada dasarnya ditujukan untuk melindungi
sumberdaya Ikan dari penggunaan alat tangkap yang bersifat merusak atau
destruktif. Disamping itu, kebijakan ini juga dapat dilakukan dengan alasan sosial
politik untuk melindungi nelayan yang menggunakan alat tangkap yang kurang
atau tidak efisien.

32
Penggunaan alat tangkap yang ramah lingkungan juga perlu dilakukan
para nelayan agar tidak merusak sumberdaya di perairan Sibolga. Menurut
Saputro et al. (2014), penggunan alat tangkap yang ramah lingkungn secara
langsung berdampak positif terhadap perikanan yang berkelanjutan dengan tetap
memperhatikan potensi lestari dari sumberdaya ikan yang ada. CCRF (Code of
Conduct for Responsible Fisheries) mengatur pula tentang pemanfaatan
sumberdaya ikan dimana hanya 80% dari potensi lestarinya saja yang bisa
dioptimalkan pemanfaatannya untuk pengupayaan terwujudnya perikanan yang
berkelanjutan.
Perlu adanya penutupan musim penangkapan Ikan Layang diperairan
Sibolga yang dikontrol secara terus menerus dan pengalihan atau perluasan daerah
penangkapan yaitu dengan cara mencari daerah perikanan baru ditempat lain yang
tidak mengalami overfishing yaitu meliputi pembatasan upaya penangkapan,
pengalihan atau perluasan daerah penangkapan, dan penutupan musim.
Penetapan kuota penangkapan adalah pembatasan untuk melakukan
penangkapan ikan sampai batas maksimum serta jumlah penangkapan yang
diperbolehkan (TAC). Kuota penangkapan termasuk salah satu cara untuk
melakukan pengelolaan sumberdaya perikanan agar sumberdaya yang tersedia
tidak habis dan dapat diperbaharui. Dilihat dari keadaan sumberdaya Ikan Layang
meningkat, sehingga perlu dibuat kuota penngkapan agar produksi sumberdaya
Ikan Layang di perairan Sibolga tetap lestari dan berkelanjutan.

4.8 Pendugaan Tingkat Pemanfaatan dan Pengupayaan


Perhitungan tingkat pemanfaatan bertujuan untuk mengetahui persentase
sumberdaya ikan di suatu perairan yang dimanfaatkan. Tingkat pemanfaatan yang
melebihi potensi lestari (MSY) dapat mengancam kelestarian sumberdaya ikan,
ketersediaan dan keberlangsungan siklus hidupnya akan terganggu dan berdampak
pada stok ikan yang akan semakin berkurang. Tingkat pemanfaatan dapat
disebabkan oleh berbagai faktor, penurunan hasil tangkapan mungkin disebabkan
karena menurunnya ukuran populasi akibat tingginya upaya penangkapan
sebelumnya (Aminah, 2011). Tingkat pemanfaatan dan pengupayaan Ikan Layang
dapat dilihat pada grafik berikut:

33
120.00
107.71

100.00 95.77

80.97
77.32
80.00
persentase (%)

57.01 57.87 56.50 58.62


60.00 54.52 tpc
45.28 tpf
40.00

20.00

0.00
2017 2018 2019 2020 2021

Gambar 14. Tingkat Pemanfaatan dan Pengupayaan Ikan Layang tahun 2017-2021.

Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa hasil dari tingkat pemanfaatan
Ikan Layang pada tahun 2017 yaitu sebesar 45,28% dengan tingkat pengupayaan
sebesar 57,01%, pada tahun 2018 yaitu tingkat pemanfaatan sebesar 95,77%
dengan tingkat pengupayaan sebesar 57,87%, pada tahun 2019 yaitu tingkat
pemanfaatan sebesar 107,71 % dengan tingkat pengupayaan sebesar 56,50%, Pada
tahun 2020 yaitu tingkat pemanfaatan sebesar 80,97% dengan tingkat
pengupayaan sebesar 58,62%, pada tahun 2021 tingkat pemanfaatan sebesar
77,32% dengan tingkat pengupayaan 54,52%.
Tingkat Pemanfaatan Ikan Layang pada tahun 2017 berada pada kisaran
tahap berkembang, tingkat pemanfaatan Ikan Layang tahun 2018, 2020-2021
tahap padat tangkap, tingkat pemanfaatan 2019 mengalami tahap lebih tangkap
atau overfishing Hal ini sesuai dengan pengklasifikasian Tingkat pemanfaatan
sumber daya perikanan yang digunakan oleh komisi pendugaan Stok Tingkat
pemanfaatan Sumberdaya ikan dibagi kedalam empat bagian yaitu rentang tahap rendah
(0-33,3%), rentang berkembang (33,4-66,7%), Rentang padat tangkap (66,8-100%), dan
overfishing atau lebih tangkap (>100%) (TARIGAN, 2019).
Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata persentase tingkat pemanfaatan
Ikan Layang pada tahun 2017-2021 di Pelabuhan Perikanan Nusantara Sibolga
mempunyai nilai rata-rata sebesar 81,41% dengan nilai rata-rata tingkat
pengupayaan sebesar 56,90%. Hal ini menunjukkan tingkat pemanfaatan Ikan

34
Layang selama 5 tahun (2017,2018,2019,2020,2021) berada kisaran optimum dan
tidak overfishing.

35
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Pendugaan stok Ikan Layang (Decapterus russelli) yang didaratkan di
PPN Sibolga dalam kurun waktu 5 tahun terakhir sebesar 4.832 ton/tahun dengan
upaya tangkapan optimum (Fopt) sebanyak 388,92 unit/tahun. Tingkat
pemanfaatan rata-rata Ikan layang pada tahun 2017-2021 sebesar 81,41% berada
pada kategori padat tangkap dan tingkat pengupayaan 56,90%.

5.2 Saran
Perlu evaluasi tingkat pemanfaatan sumberdaya Ikan Layang secara
berkala sebagai basis data dan sumber informasi dalam upaya pengelolaannya di
perairan PPN Sibolga. Pada 5 tahun terakhir tingkat pemanfaatan Ikan Layang
telah mencapai kategori padat tangkap. Hal ini juga memerlukan perhatian dari
pemerintah agar lebih tegas dalam melaksanakn aturan dalam pemanfaatan
sumberdaya Ikan Layang sehubung dengan upaya penangkapan, sehingga Potensi
Lestari Ikan Layang tetap terjaga kelestariannya.

36
DAFTAR PUSTAKA

Agustin, A. Y. U. 2017. Analisis Hasil Tangkapan Dan Pola Musim Penangkapan


Ikan Layang (Decapterus Spp.) Yang Didaratkan Di Pelabuhan Perikanan
Nusantara (Ppn) Pekalongan. Universitas Brawijaya.

Ali,S.A. 2005. Kondisi Sediaan dan Keragaman Populasi Ikan Layang


(Hirundichtys oxychepalus Bleeker,1852) di Lut Flores dan Selat Makassar.
Disertasi. Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin. Makasar

Aminah, S.2011. Analisis Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Kembung (Rastrelliger


spp.) di Perairan Kabupaten Tanah Laut Provinsi Kalimantan Selatan.
Jurnal Fish Scientiae, 1(2), 179-189.
Ayodhyoa.1976.Teknik Penangkapan Ikan. Bagian Teknik Penangkapan Ikan.
[skripsi] Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Badan Pusat Statistika Provinsi Sumatera Utara, 2019. Produksi Ikan Menurut
Asal Tangkapan dan Kabupaten/Kota (Ton).Diakses darihttps://sumut.bps.g
o.id/statictable/2019/11/16/739/produksi ikan-menurut-asal-tangkapan-dan-
kabupaten-kota-ton-2019.html
Badrudin,2016. Analisis Data Cath dan Effort untuk pendugaan MSY. Indonesia
Marine an Climate Support Project.

Bangun, Y. S., Rosyid, A., dan Boesono, H. 2015. Tingkat Pemanfaatan Dan
Kebutuhan Fasilitas Dasar dan Fungsional Di Pelabuhan Perikanan
Nusantara Sibolga Tapanuli Tengah Dalam Menunjang Pengembangan
Perikanan Tangkap. Journal of Fsheries Resources Utilization Management
and Technology, 4(1), 12–21.
Banjarnaor, Y. A., Yulinda, E., dan Amrifo, V. 1969. The Role Of Pelabuhan
Perikanan Nusantara Sibolga Toward The Rural Labor Absorption In Pondok
Batu Village, Sarudik District, Center Tapanuli Regency, North Sumatera
Province. Journal Of The Japanese Society Of Pediatric Surgeons, 5(2), 381.
Https://Doi.Org/10.11164/Jjsps.5.2_381_2

Dermawati, D., Palo, M., dan Najamuddin, N. 2019. Analisis Konstruksi Dan
Hasil Tangkapan Jaring Insang Permukaan Di Perairan Kabupaten Maros
Provinsi Sulawesi Selatan. Jurnal IPTEKS Pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan, 6(11), 44–69. https://doi.org/10.20956/jipsp.v6i11.6275

Desniarti., Fauzi, Akhmad., Monintja, Daniel., dan Boer, Mennofatria. 2006.


Analisis Kapasitas Perikanan Pelagis di Perairan Pesisir Propinsi Sumatera
Barat (Analiysis of Capacity for Pelagic Fisheries in Coastal Area of West
Sumatera). Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanaan Indonesia. (2): 117 –
124.

37
Hamka, E dan Mohammad R. 2016. Pola Musim Penangkapan Ikan Layang
(Decapterus sp.) di Perairan Timur Sulawesi Tenggara. Jurnal IPTEKS PSP
3 (6): 510-517.

Hutasuhut, H. A. 2018. Pengaruh Alat Tangkap Jaring Insang (Gill Net) Terhadap
Kelimpahan Ikan Yang Tertangkap Di Perairan Selat Malaka Provinsi
Sumatera Utara. Skripsi.

Imron, M. 2008. Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Demersal yang


Berkelanjutan di Perairan Tegal Jawa Tengah. Disertasi. Bogor:
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Ismy, F., B. Utomo dan Z. A. Harahap. 2014. Kajian Unit Penangkapan Purse
Seine Di Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan. Program Studi
Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera
Utara. Medan.

Juniyanti, D. 2019. Analisis Potensi Hasil Tangkapan Ikan Tongkol Krai (Auxis
Thazard) Di Perairan Samudera Hindia Sibolga, Sumatera Utara. Skripsi, 7 1
06. Http://Repositori.Usu.Ac.Id/Bitstream/Handle/123456789/30187/160302
030.Pdf?Sequence=1danIsallowed=Y

Listiani, A., Wijayanto, D., dan Jayanto, B. B. 2017. Analisis CPUE (Catch Per
Unit Effort) dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Lemuru
(Sardinella lemuru) di Perairan Selat Bali. Jurnal Perikanan Tangkap:
Indonesia Journal of Capture Fisheries, 1(01), 19. https://ejournal2.undip.ac.i
d/index.php/juperta/article/view/1844/1195

Lubis E dan Pane AB. 2012. An model optimum of fish auction in Indonesia
fishing ports in according with the characteristics of fisherman. Original
Paper Journal of Coastal Development. 15(3): 282-296.
Martasuganda, S. 2005. Jaring Insang. Serial Teknologi Penangkapan Ikan
Berwawasan Lingkungan : Edisi Baru. Bogor : Jurusan Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut
Pertanian Bogor.

Monintja DZR dan Mawardi W. 1994. Studi Tentang Kelimpahan Ikan Ikan
layang (Sardinella fimbriata) di Perairan Pelabuhan Ratu (Tahap I:
recruitment and fishing mortality). Laporan Penelitian. Fakultas Perikanan,
Institut Pertanian Bogor. Bogor. 104 hlm.
Najamuddin,2004. Kajian Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Layang (Decapterus
spp) Berkelanjutan di Perairan Selat Makassar. Disertasi. Program Studi
Ilmu Pertanian Program Pascasarjana Universitas Dipenogoro. Semarang.
Piscandika D, Efrizal T, Zen LW. 2013. Potensi dan tingkat pemanfaatan ikan
tongkol (Euthynnus affinis dan Auxis thazard) yang didaratkan pada tempat
pendaratan ikan Desa Malang Rapat Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten

38
Bintan. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitias Maritim Raja
Ali Haji. Tanjungpinang.

Pramesthy, T. D., Mardiah, R. S., Shalichaty, S. F., Arkham, M. N., Haris, R. B.


K., dan Kelana, P. P. 2020. Analisis Alat Tangkap Jaring Insang (Gill Net)
Berdasarkan Kode Etik Tatalaksana Perikanan Bertanggung Jawab Di
Perairan Kota Dumai. Aurelia Journal, 1(2), 103–112. http://ejournal-
balitbang.kkp.go.id/index.php/aureliajournal/article/download/8951/6702
Ranto, R. M., Hendrik, dan Arief, H. 2021. Implementasi Kebijakan Menteri
Kelautan dan Perikanan Nomor 71/Permen-Kp/2016 Tentang Alat Tangkap
Purse Seine di PPN Sibolga Provinsi Sumatera Utara. Jurnal Sosial
Ekonomi Pesisir, 2, 27 34. https://sep.ejournal.unri.ac.id/index.php/jsep/artic
le/view/77%0Ahttps://sep.ejournal.unri.ac.id/index.php/jsep/article/downloa
d/77/55
Rambun P. A., Sunarto dan I. Nurruhwat. 2016. Selektivitas Alat Tangkap Purse
Seine Di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Muara Angke Jakarta. Jurnal
Perikanan Kelautan Vol. VII (2) Hal.97-102.

Rosana, Nurul., dan Prasita, Viv Djanat. 2015. Potensi dan Tingkat Pemanfaatan
Ikan Sebagai Dasar Pengembangan Sektor Perikanan di Selatan Jawa Timur.
Jurnal Kelautan. 8 (2).

Safitri, I., dan Adelita, K. 2018. Perikanan Tangkap Gillnet di Pelabuhan


Perikanan Nusantara ( PPN ) Pemangkat Kalimantan Barat. Jurnal Laut
Khatulistiwa, 1(1), 19–24. www.jurnal-untan.ac.id/lk

Sainsbury, J. C. 1996. Commercial Fishing Methods, an Introduction to Vessels


and Gears. Third Edition. Fishing News Books. London

Saputro, P, B, A. Wibowo, dan A. Rosyid.2014. Tingkat Pemanfaatan Perikanan


Demersal di Perairan Kabupaten Rembang, Jurnal of Fisheries Resources
Utilization Management and Technology, 3 (2): 9-18.

Satriya, I Nyoman Budi. 2009. Stok Assessment and Dynamics of The Sardinella
lemuru (Clupeidae) Resources in The Bali Straits. Seminar Nasional Teori
dan Aplikasi Teknologi Kelautan. ITS. Surabaya.

Solihin, I. 2003. Pola dan Karakteristik Distribusi Hasil Tangkapan di PPN


Pelabuhan Ratu. Bogor (ID): IPB (Pr).
Subani, 1972. Alat dan Cara Penangkapan Ikan Di Indonesia. Jilid I Lembaga
Penelitian Perikanan Laut. Jakarta.
Sudirman.,Mallawa.2004. Teknik Penangkapan Ikan. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Supardan, A. 2006. Maximum Sustainable Yield (MSY) dan Aplkasinya pada


Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di Teluk Langsono Kabupaten
Buton. Tesis. Insititut Pertanian Bogor.Bogor.

39
Sobari, M. P., Diniah., dan Isnaini. 2009. Kajian bioekonomi dan investasi
optimal pemanfaatan sumber daya ikan ekor kuning di Perairan Keplauan
Seribu. Jurnal Mangrove dan Pesisir. 9(2):56-66

Syamsuddin., Mallawa, Achmar., Najamudddin., dan Sudirman. 2007. Analisis


Pengembangan Perikanan Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis Linneus)
Berkelanjutan di Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Tangke,U.2010. Analisis Potensi dan Tingkt Pemanfaatan Sumberdaya Ikan


Kuwe (Crangidae SP) di Perairan Laut. Flores Provinsi Sulawesi Selatan.
Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU- Ternate) 3
(2):1-9

TARIGAN, Y. A. 2019. Analisis Tingkat Pemanfaatan Ikan Layang (Decaptems


spp) dengan Alat Tangkap Purse Seine di Pelabuhan Perikanan Samudera
Belawan [Universitas Sumatra Utara].http://repositori.usu.ac.id/handle/123
456789/13914

Tiennansar, Anki. 2000. Studi Tentang Sumberdaya Ikan Pelagis Kecil Utama
yang Didaratkan di Propinsi Bengkulu. Skripsi pada FPIK IPB. Bogor

Telussa, R.F. 2016. Kajian Stok Ikan Pelagis Kecil dengan Alat Tangkap Mini
Purse Seine di Perairan Lempasing, Lampung. Jurnal Ilmiah Satya Mina
Bahari, 1(1), 32-42.

Wahyudi, Hendro. 2010. Tingkat Pemanfaatan dan pola musim penangkapan Ikan
Lemuru (Sardinella lemuru) di peairan Selat Bali. Skripsi. Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan.IPB.Bogor

Widodo, J. dan Suadi. 2006. Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Laut. Gadjah


Mada University Press. Yogyakarta.

Wijopriono,.Mahiswara.1995. Desain Karakteristik Jaring Pukat Cincin


Ukuran Sedang di Pantai Utara Jawa.Jurnal Penelitian Perikanan
Indonesia.Jakarta.

Winugroho, 2006. Purse seine. http://www.kapal purse seine.com/. Diakses tahun


2022.
Zulbainarni,N.,2012.Pemodelan Bioekonomi dalam Pengelolaan Perikanan
Tangkap. IPB Press. Bogor

40
LAMPIRAN

Lampiran 1 Produksi Hasil Tangkapan Ikan Layang 2017-2021


produksi
tahun bulan
Pukat Cincin Bagan Perahu Pancing Jaring Insang

januari 147.720,00 9.850,00 - 120,00

februari 130.400,00 3.600,00 - -

maret 493.060,00 6.700,00 400,00 -

april 339.610,00 13.430,00 - 200,00

mei 219.680,00 17.200,00 - -

juni 148.420,00 13.450,00 300,00 -


2017

juli 114.980,00 5.080,00 - -

agustus 112.670,00 7.950,00 450,00 -

september 129.070,00 2.800,00 - -

oktober 171.420,00 2.040,00 150,00 2.050,00

november 197.430,00 5.970,00 - -

desember 381.690,00 8.620,00 570,00 -

2.586.150,00 96.690,00 1.870,00 2.370,00

januari 306.740,00 14.640,00 - 130,00

februari 397.680,00 34.840,00 2.500,00 -

maret 865.840,00 63.510,00 8.150,00 100,00

april 765.800,00 61.610,00 7.250,00 -


2018

mei 580.420,00 13.690,00 2.730,00 -

juni 218.430,00 2.710,00 2.360,00 40,00

juli 154.410,00 5.480,00 1.650,00

agustus 233.570,00 9.070,00 5.570,00 40,00

41
september 471.770,00 21.930,00 5.720,00 80,00

oktober 590.140,00 10.920,00 15.760,00 1.010,00

november 408.440,00 4.600,00 10.110,00 -

desember 371.610,00 4.910,00 7.620,00 110,00

5.364.850,00 247.910,00 69.420,00 1.510,00

januari 483.750,00 8.000,00 16.650,00 -

februari 769.280,00 139.020,00 30.990,00 -

maret 726.640,00 103.830,00 26.270,00 -

april 623.310,00 32.950,00 8.470,00 -

mei 745.430,00 32.780,00 13.550,00 -

juni 106.340,00 1.810,00 18.200,00 -


2019

juli 380.890,00 5.100,00 10.170,00 -

agustus 199.190,00 880,00 14.060,00 -

september 435.660,00 1.850,00 6.900,00 150,00

oktober 336.520,00 3.690,00 9.600,00 -

november 485.010,00 81.450,00 16.020,00 -

desember 398.210,00 101.870,00 15.700,00 2.200,00

5.690.230,00 513.230,00 186.580,00 2.350,00

januari 443.080,00 55.700,00 19.300,00 -

februari 266.580,00 29.640,00 7.600,00 -

maret 245.050,00 12.690,00 11.080,00 -


2020

april 380.190,00 74.810,00 14.420,00 -

mei 491.430,00 35.250,00 17.100,00 100,00

juni 244.930,00 25.300,00 12.600,00 -

42
juli 226.060,00 4.070,00 5.200,00 -

agustus 240.330,00 2.850,00 12.000,00 -

september 285.020,00 3.850,00 11.450,00 -

oktober 459.540,00 2.200,00 14.200,00 -

november 709.260,00 5.460,00 16.470,00 -

desember 406.340,00 450,00 13.830,00 -

4.397.810,00 252.270,00 155.250,00 100,00

januari 278.360,00 385,00 19.710,00 1.300,00

februari 393.420,00 2.650,00 10.520,00 -

maret 525.000,00 900,00 21.680,00 200,00

april 571.880,00 4.480,00 11.700,00 350,00

mei 583.762,00 1.000,00 700,00 100,00

juni 175.116,00 1.700,00 355,00 -


2021

juli 288.656,00 3.000,00 1.980,00 -

agustus 353.306,00 400,00 1.925,00 100,00

september 259.420,00 3.050,00 1.150,00 -

oktober 331.853,00 2.600,00 930,00 -

november 399.972,00 9.900,00 1.470,00 -

desember 307.157,00 13.350,00 3.660,00 -

4.467.902,00 43.415,00 75.780,00 2.050,00

43
Lampiran 2 Total Effort (Upaya Penangkapan) standar 2017-2021

Alat 2017 2018 2019 2020 2021


No. FPI ∑ Alat ∑ Alat ∑ Alat ∑ Alat ∑ Alat
Tangkap
Tangkap Upaya Tangkap Upaya Tangkap Upaya Tangkap Upaya Tangkap Upaya
Pukat
1 Cincing 1,000 210 210,000 209 209,000 204 204,000 213 213,000 199 199,000
Bagan
2 Perahu 0,152 73 11,075 79 11,985 68 10,316 66 10,013 62 9,406
Gill Net
3 0,063 9 0,563 63 3,944 86 5,384 79 4,946 55 3,443
Pancing
4 0,021 4 0,085 7 0,148 2 0,042 1 0,021 9 0,191
TOTAL 296 221,723 358 225,077 360 219,742 359 227,980 325 212,040

44
Lampiran 3 Jumlah Tangkapan Diperbolehkan (TAC), Tingkat
Pemanfaatan (TPC) dan Tingkat Pengupayaan (TPF)
Produksi
No. Tahun (ton) MSY tac Tpc keterangan Fopt fs tpf

1 2017 2.687 5.934,97 4.747,98 45,28 Berkembang 388,920884 221,722987 57,01


2 2018 5.684 95,77 Padat tangkap 225,077415 57,87
3 2019 6.392 107,71 over fishing 219,742454 56,50
4 2020 4.805 80,97 Padat tangkap 227,97961 58,62
5 2021 4.589 77,32 padat tangkap 212,039957 54,52
4.832 81,41 56,90

45
Lampiran 5 Gambaran Umum Pelabuhan Perikanan Nusantara Sibolga

Gambar Ikan Layang Tempat Penyortiran

Kapal Purse Seine Kapal Bagan Perahu

46
Kapal Jaring Insang Kapal Pancimg

Jaring Ikan Wawancara Nelayan

47
Mengukur dan Menimbang Ikan Layang

berdiskusi mengenai data statistik bersama kepala syahbandar PPN Sibolga

48

Anda mungkin juga menyukai