net/publication/319679371
CITATIONS READS
2 5,237
5 authors, including:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Muhammad Fauzi on 17 September 2017.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk: 1). Mengidentifikasi dan inventarisasi jenis ikan yang
tertangkap, 2). Mengetahui keanekaragaman jenis-jenis ikan, 3. Mengetahui jenis-jenis ikan
ekonomis dan ikan hias yang terdapat di Oxbow Pinang Dalam Desa Buluh Cina Kabupaten
Kampar Provinsi Riau. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-Februari 2014 di Oxbow
Pinang Dalam dan identifikasi sampel dilaksanakan di Laboratorium Biologi Perairan Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode survei, dimana Oxbow Pinang Dalam dijadikan lokasi survei dan ikan yang
terdapat di oxbow dijadikan sebagai objek penelitian. Dari penelitian diperoleh bahwa di
oxbow Pinang Dalam memiliki kekayaan jenis ikan yang terdiri dari 9 famili, 21 genus dan 28
spesies. Famili terbesar adalah Cyprinidae (12 spesies). Jenis ikan yang didapat sebagian besar
ikan ekonomis dan ikan yang paling mahal harga jualnya adalah ikan tapah (Wallago leeri),
baung (Mystus nemurus) dan toman (Channa micropeltes). Sedangkan ikan yang tergolong
ikan hias adalah ikan sumatra (Puntius tetrazona), ciling-ciing (Botia hymenophysa),
gurami(Osphronemus gouramy), sepat mutiara (Trichogaster leeri) dan sepat rawa (T.
trichopterus). Nilai indeks keanekaragaman jenis (H’) yaitu 3,5018 (sedang), nilai indeks
keseragaman (E) yaitu 0,73 (sedang) dan indeks dominasi jenis (C) yaitu 0,17 (rendah).
Kondisi kualitas perairan di oxbow Pinang Dalam menunjukkan kedalaman 130-450 cm,
kecerahan 31-76, suhu 28-290C, pH 5 dan oksigen terlarut 4,10-6,56 mg/L.
24 Deni Efizon et al.
PENDAHULUAN
Riau merupakan daerah yang terkenal dengan potensi perairan umumnya, diantara perairan
umum tersebut adalah danau oxbow yang terbentuk karena terputusnya aliran sungai akibat
adanya aliran sungai baru. Menurut Wetzel (1983) terputusnya aliran sungai pada tikungan-
tikungan besar menyebabkan terjadinya pendangkalan pada sungai utama sehingga arah aliran
air menjadi berubah dan membentuk suatu danau oxbow (oxbow lake). Salah satu danau oxbow
dari sekian banyak danau oxbow yang ada tersebut adalah oxbow Pinang. Dalam yang terdapat
di Desa Buluh Cina Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar Provinsi Riau.
Didaerah initerdapat oxbow sebanyak 12 (dua belas) oxbow dengan luas keseluruhan 30
ha, yaitu: 1). Rengas, 2). Tanjung Putus, 3). Baru, 4). Pinang, 5). Pinang Dalam, 6). Pinang
Luar, 7). Kutit, 8). Tuok Tongah, 9). Tanjung Balam, 10). Tangon, 1l). Buntar, dan 12).
Awang. Tujuh dari dua belas oxbow tersebut merupakan danau oxbow yang potensial sebagai
objek wisata, yang memiliki daya tarik besar bagi para wisatawan.
Oxbow Pinang Dalam merupakan oxbow yang terbentuk melalui pemutusan aliran sungai,
pada bagian sungai yang berkelok-kelok akibat proses alami berupa pengendapan dan erosi.
Pada waktu-waktu tertentu (pada saat banjir) akan bersatu dengan sungai induk (sungai
Kampar). Pada waktu inilah ikan-ikan yang terdapat disungai akan masuk kedalam perairan
oxbow tersebut.Oxbow ini memiliki luas lebih kurang 5 hektar dengan panjang 1.000 m, lebar
50 m dan kedalaman 5-10 m. Selain daya tarik sebagai objek wisata, danau ini memiliki
produktivitas perikanan yang cukup tinggi sehingga merupakan daerah fishing ground yang
dapat dijadikan tempat pengembangan usaha perikanan tangkap dan juga dijadikan wilayah
konservasi perikanan (reservat).Upaya penangkapan yang dilakukan oleh nelayan di oxbow
Pinang Dalam masih menggunakan alat tangkap tradisional. Disamping itu terdapat aktivitas
penebangan pohon oleh masyarakat disekitar oxbow yang apabila kegiatan ini terus-menerus
dilakukan akan memberikan pengaruh terhadap produktivitas oxbowterutama penurunan
kualitas air sebagai media hidup organisme perairan. Jika keadaan ini terus berlanjut maka akan
berpengaruh buruk terhadap komunitas organisme akuatik termasuk ikan.
Kondisi perairan danau oxbow sangat dipengaruhi oleh musim, yakni fluktuasi antara
musim hujan dan musim kemarau sepanjang tahun. Pada musim kemarau volume air sangat
kecil dan tidak ada pemasukan air kedalam oxbow dari sungai, sedangkan pada musim hujan
air sungai meluap dan memasuki oxbow sehingga ketinggian atau volume air oxbow
bertambah. Kondisi ini menimbulkan beragamnya habitat yang tersedia bagi organisme akuatik
(Welcomme, 1985).
Ikan merupakan salah satu organisme perairan yang peka terhadap perubahan lingkungan,
dimana pergerakan nekton ini bersifat aktif diperairan. Perubahan kondisi lingkungan perairan,
khususnya perairan oxbow dari ekosistem mengalir menjadi tergenang akan berpengaruh
terhadap biologi dan ekologi dari jenis-jenis ikan tersebut.Dengan kondisi lingkungan oxbow
yang demikian maka untuk mengetahui jenis-jenis ikan yang terdapat di Oxbow Pinang Dalam
maka perlu dilakukan identifikasi dan inventarisasi ikan-ikan sehingga diketahui
keanekaragaman jenis-jenis ikan yang terdapat di oxbow ini.
Belum adanya informasi tentang keanekaragaman jenis-jenis ikan dan kondisi perairan di
oxbowini, maka perlu dilakukan penelitian mengenai keanekaragaman jenis ikan yang terdapat
di oxbowPinang Dalam dengan menggunakan bermacam-macam alat tangkap dan daerah
penangkapan ikan yang dapat mewakili seluruh kondisi perairan oxbow.
Penelitian ini bertujuan untuk: 1). Mengidentifikasi dan inventarisasi jenis ikan yang
tertangkap, 2). Mengetahui keanekaragaman jenis-jenis ikan, 3. Mengetahui jenis-jenis ikan
ekonomis dan ikan hias. Sehingga penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar dalam
melakukan pengelolaan, pengembangan seta pembuat kebijakan dalam usaha mempertahankan
keanekaragaman ikan-ikan dan kelestarian lingkungan di Oxbow Pinang Dalam Desa Buluh
Cina Kabupaten Kampar Provinsi Riau.
Prosiding Seminar Antarabangsa Ke 8 Ekologi, Habitat Manusia dan Perubahan Persekitaran 2015
Deni Efizon et al. / 25
METODE PENELITIAN
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei, dimana Oxbow Pinang Dalam
dijadikan lokasi survei dan ikan yang terdapat di oxbow dijadikan sebagai objek penelitian.
Pengambilan sampel ikan dilakukan secara sampling dan sensus, secara sampling digunakan
untuk ikan-ikan yang didapat dalam jumlah banyak dan diambil 5 ekor sebagai perwakilan.
sedangkan secara sensus digunakan untuk ikan-ikan yang tertangkap dalam jumlah sedikit atau
kurang dari 5 ekor.
Data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder.Sampel ikan yang diperoleh
diawetkan dan diidentifikasi di Laboratorium Biologi Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan dengan mengamati ciri morfometrik dan meristik yang dimiliki oleh masing-masing
jenis dengan panduan buku identifikasi karangan Saanin (1984) dan Kottelat et al. (1993).
Prosiding Seminar Antarabangsa Ke 8 Ekologi, Habitat Manusia dan Perubahan Persekitaran 2015
26 Deni Efizon et al.
Keterangan:
(A) Sirip punggung, (B) sirip ekor, (C) gurat sisi, (D) lubang hidung, (E) sungut, (F) sirip dada,
(G) sirip perut, (H) sirip dubur, (a) panjang total, (b) panjang standar, (c) panjang kepala, (d)
panjang batang ekor, (e) panjang moncong, (f) tinggi sirip punggung, (g) panjang pangkal sirip
punggung, (h) diameter mata, (i) tinggi batang ekor, (j) tinggi badan, (k) panjang sirip dada, (l)
panjang sirip perut.
Berbagai ukuran tubuh ikan yang diukur untuk mendapatkan data morfometrik sesuai
Gambar 1 adalah:
a. Panjang total (total length) merupakan jarak garis lurus yang diukur dari ujung hidung
sampai ke ujung sirip ekor yang disatukan.
b. Panjang baku atau panjang standar (standard length) Jarak garis lurus yang diukur dari
ujung hidung sampai ke dasar sirip ekor (permulaan tulang hypural).
c. Panjang kepala (head length) adalah Jarak antara ujung hidung sampai pada bagian
terbelakang keping tutup insang.
d. Panjang batang ekor (caudal peduncle length) adalah jarak miring antara ujung dasar sirip
dubur dan pangkal jari-jari tengah sirip ekor.
e. Panjang moncong (snout length) adalah jarak antara pinggiran terdepan dari hidung atau
bibir dan pinggiran rongga mata sebelah kedepan.
f. Tinggi sirip punggung (dorsal-fin depth) adalah diukur dari pangkal keping pertama sirip
punggung sampai ke bagian puncaknya.
g. Panjang pangkal sirip punggung (dorsal-fin base) adalah jarak antara pangkal jari-jari
pertama dan tempat selaput sirip punggung dibelakang jari-jari terakhir bertemu dengan
badan yang diukur melalui dasar sirip.
h. Diameter mata (eye diameter) adalah panjang garis tengah orbita (rongga mata).
i. Tinggi batang ekor (caudal peduncle depth) adalah diukur pada batang ekor ditempat yang
mempunyai tinggi paling kecil.
j. Tinggi badan (body depth) adalah diukur pada tempat yang paling tinggi antara bagian
dorsal dan ventral, dimana bagian dari dasar sirip yang melewati garis punggung tidak ikut
diukur.
k. Panjang sirip dada (pectoral-fin length) adalah panjang terbesar menurut arah jari-jari dan diukur
dari bagian dasar sirip dada yang paling depan atau paling jauh dari puncak sirip sampai puncak
sirip dada.
l. Panjang sirip perut (pelvic-fin length) panjang terbesar menurut arah jari-jari dan diukur dari
bagian dasar sirip perut yang paling depan atau paling jauh dari puncak sirip sampai puncak
sirip perut (Omar, 2012).
Prosiding Seminar Antarabangsa Ke 8 Ekologi, Habitat Manusia dan Perubahan Persekitaran 2015
Deni Efizon et al. / 27
Analisis Data
Data primer dan sekunder yang diperoleh selanjutnya dikumpulkan, dikelompokkan dan
ditabulasikan dalam bentuk tabel. Data tersebut dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui
keanekaragaman ikan.
Prosiding Seminar Antarabangsa Ke 8 Ekologi, Habitat Manusia dan Perubahan Persekitaran 2015
28 Deni Efizon et al.
Keterangan:
C = Indeks Dominansi Simpson,
N = Jumlah individu seluruh spesies,
ni = Jumlah individu dari spesies ke-i.
Nilai indeks dominasi antara 0-1. Kriteria indeks dominansi adalah sebagai berikut, jika
nilai C mendekati nol (0) berarti dominansi rendah, artinya tidak terdapat spesies yang
mendominasi spesies lainnya atau struktur komunitas dalam keadaan stabil. C mendekati nilai
satu (1) berarti dominansi tinggi, artinya terdapat spesies yang mendominasi jenis spesies yang
lainnya atau struktur komunitas labil, karena terjadi tekanan ekologis (stress).
Dari hasil wawancara dengan nelayan yang ada di oxbow Pinang Dalam diperoleh data bahwa
masih ada beberapa ikan yang belum tertangkap selama penelitian seperti ikan gabus, lele lokal dan
nila.
Prosiding Seminar Antarabangsa Ke 8 Ekologi, Habitat Manusia dan Perubahan Persekitaran 2015
30 Deni Efizon et al.
Tabel 1 menunjukkan dari 28 jenis ikan yang tertangkap 12 jenis diantarannya termasuk
kedalam famili Cyprinidae. Famili Cyprinidae merupakan famili dengan jenis yang terbanyak
di temukan. Banyaknya jumlah jenis dari famili Cyprinidae ini yang ditemukan, disebabkan
famili ini merupakan famili ikan air tawar yang terbesar di setiap tempat di dunia, kecuali
Australia, Madagaskar, Selandia Baru dan Amerika Selatan (Kottelat et al., 1993). Beberapa
hasil peneltian yang diperoleh di beberapa sungai dan rawa banjiran di kawasan pulau Sumatra
menunjukkan hal serupa, seperti di sungai Ukai sebagian besar spesies ikan yang di dapat dari
suku Cyprinidae 46,87 % (Pulungan, 2011).Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan
Fitrha dan Siregar (2010) diantara 23 famili yang ada di Sungai Kampar Kanan, ikan dari famili
Cyprinidae yang paling besar ditemukan diwakili oleh 25 spesies. Selanjutnya Simanjuntak,
Rahardjo dan Sutrisno, (2006) menemukan famili yang dominan ditemukan di rawa banjiran
Kampar Kiri adalah famili Cyprinidae. Simanjuntak (2012) mengatakan Famili Cyprinidae
merupakan famili yang lebih banyak ditemukan baik pada musim kemarau maupun musim
penghujandi hulu dan anak sungai Asahan. Afreni &Hamidah (2004) mengatakan 28 jenis ikan
yang tertangkap di Sungai Enim, Sumatra Selatan sebagian besar termasuk ke dalam famili
Cyprinidae dengan jumlah anggota sebanyak 14 jenis.
Adapun deskripsi dan identifikasi dari masing-masing spesies ikan selama penelitian
adalah sebagai berikut:
Famili Cyprinidae
Cyprinidae merupakan kelompok ikan yang sangat beragam dan merupakan ikan-ikan air tawar
yang hidup pada perairanyang berarus sedang dan sebagian besar hidup pada lapisan pelagik
(Duya, 2008). Kottelat et al., (1993) menyatakan suku ini terdapat hampir di setiap tempat di
dunia kecuali Autralia, Madagaskar, Selandia Baru dan Amerika Selatan (walaupun di
Prosiding Seminar Antarabangsa Ke 8 Ekologi, Habitat Manusia dan Perubahan Persekitaran 2015
Deni Efizon et al. / 31
beberapa tempat tersebut pernah dilakukan introduksi). Suku ini memiliki ciri-ciri yang dilihat
dari gigi yang terdapat di bagian atas tenggorokan yang dikenal sebagai gigi tekak yang
berfungsi sebagai gigi penguyah karena tidak mempunyai gigi geraham. Ciri lain dari famili
cyprinidae dikemukakan oleh Saanin (1968) adalah memiliki mulut yang dapat disembulkan
atau protactile, mulut agak kebawah, pinggiran rongga mata bebas atau tertutup oleh kulit,
tidak pernah lebih dari 4 helai sungut dan tidak bersirip tambahan.
Genus Oxygaster
Memiliki sirip perut, sirip punggung terletak diantara sirip perut dan sirip dubur, sirip dada
terletak di atas pinggiran sirip perut yang seluruhnya cembung, dan tidak bersungut. Garis
rusuk mulai dari ujung tutup insang sampai ke pangkal sirip ekor dan sedikit bengkok. Terdapat
31-46 sisik pada gurat sisi dengan lebar badan 2,5-4,1 kali lebih kecil dari SL. Ikan yang
tertangkap selama penelitian berjumlah 2 ekor yaitu ikan sepimping dengan menggunakan alat
tangkap sempirai.
Oxygaster anomarula
Secara taksonomi ikan sepimping diklasifikasikan kedalam kelas Pisces, ordo Cypriniformes,
famili Cyprinidae, genus Oxygaster dan spesies Oxygaster anomarula(Kottelat et al., 1993).
Sedangkan menurut Saanin (1984) ikan sepimping termasuk kedalam kelas Pisces, ordo
Ostariophysi, subordo Cyprinoidea, genus Chela dan spesies Chela oxygaster(Lampiran 1).
Genus Cyclocheilichthys
Bibir bagian atas terpisah oleh kulit pada moncong oleh sebuah lekukan dan pangkal bibir atas
sedikit tertutup oleh lipatan kulit pada moncong. Cekungan dibelakang bibir tidak terputus dan
menerus mengelilingi sudut mulut. Mulut terletak dibawah, bagian samping rahang atas
menutupi bagian samping rahang bawah. Permulaan sirip punggung dimuka, di atas atau sedikit
di belakang permulaan sirip perut. Garis rusuk terbentang pada permulaaan sirip ekor (Saanin,
1984). Ikan yang tertangkap berjumlah 18 ekor yaitu ikan sipaku dengan menggunakan alat
tangkap sempirai.
Cyclocheilichthys apogon
Ikan sipaku diklasifikasikan kedalam kelas Pisces, ordo Cypriniformes, famili Cyprinidae,
genus Cyclocheilichthys dan spesies Cyclocheilichthys apogon (Kottelat et al., 1993)(Lampiran
1).
Genus Labiobarbus
Mulut dimuka atau sedikit kebawah, mulut terminal atau subterminal, bibir berumbai dan
mempunyai sungut. Bagian perut didepan sirip perut datar atau membulat, tidak memipih atau
membentuk geligir tajam. Garis rusuk tidak sempurna dan berakhir pada pertengahan batang
ekor, permulaan sirip punggung dimuka, diatas atau sedikit dibelakang permulaan sirip
punggung. Tidak berjari-jari keras yang rebah pada sirip punggung, sirip punggung dengan 21-
30 jari-jari lemah bercabang. Menurut Duya (2008) genus Labiobarbus merupakan spesies
Cyprinidae yang mempunai nilai ekonomis yang tinggi, jenis ikan ini merupakan Cyprinidae
yang hidup di hulu sungai dan daerah ekoton. Genus Labiobarbus ini mempunyai bentuk tubuh
yang langsing dan kuat serta sudah beradapatasi hidup didaerah aliran suangai yang berarus
deras diantara celah-celah batu pada bagian dasar perairan. Ikan ini termasuk jenis ikan yang
dikonservasi karena sudah mulai langka ditemukan diperairan dalam ukuran besar Selama
penelitian tertangkap 10 ekor yaitu ikan mali dengan menggunakan alat tangkap sempirai dan
jaring.
Labiobarbus ocellatus
Ikan mali diklasifikasikan kedalam kelas Pisces, ordo Cypriniformes, famili Cyprinidae, genus
Labiobarbus dan spesies Labiobarbus ocellatus (Kottelat et al., 1993). Sedangkan menurut
Prosiding Seminar Antarabangsa Ke 8 Ekologi, Habitat Manusia dan Perubahan Persekitaran 2015
32 Deni Efizon et al.
Saanin (1984) ikan mali diklasifikasikan kedalam kelas Pisces, ordo Cypriniformes, famili
Cyprinidae, genus Danglia dan spesies Danglia ocellata (Lampiran 1).
Genus Hampala
Mulut besar, diujung, miring, lebar dan celahnya memanjang melewati pinggiran muka dari
mata, bentuk mulut terminal atau subterminal. Pinggiran bibirlicin kecuali bibir atas bertekuk-
tekuk. Memiliki 2 sungut di rahang atas.Jari-jari terakhir sirip punggung mengeras dan bagian
belakangnya bergerigi, sirip punggung dengan 7-9 jari-jari lemah bercabang. Jari-jari keras
sirip dubur tidak bergigi sebelah kebelakang. Antara sirip punggung dan sirip perut terdapat
tanda yang melintang berwarna hitam. Gurat sisi lengkap tidak sempurna, dan berakhir di
pertengahan pangkal sirip ekor. Terdapat dua jenis yang diperoleh selama penelitian yaitu
Hampala bimaculata (1 ekor) dan H. macrolepidota (2 ekor). Kedua jenis ini yang
membedakannya adalah garis yang melintang ditubuhnya, H. bimaculata terdapat dua garis,
satu didepan sirip punggung dan satu lagi di depan batang ekor dan ikan ini tertangkap oleh alat
tangkap sempirai, sedangkan H. macrolepidota hanya memiliki satu garis melintang di depan
sirip punggung dan tertangkap dengan alat tangkap jaring.
Hampala bimaculata
Ikan dungan diklasifikasikan kedalam kelas Pisces, ordo Cypriniformes, famili Cyprinidae, genus
Hampala dan spesies Hampala bimaculataKottelat et al, (1993) (Lampiran 1).
Hampala macrolepidota
Dalam taksonomi ikan barau diklasifikasikan kedalam kelas Pisces, ordo Cypriniformes, famili
Cyprinidae, genus Hampala dan spesies Hampala macrolepidota Kottelat et al, (1993)
(Lampiran 1).
Genus Osteochilus
Mulut dimuka atau sedikit kebawah, mata tidak berkelopak seperti agar-agaryang lebar seperti
cincin, berlipatan hidung yang mendatar dan pada dasarnya membungkus tulang rahang atas
dan menutupi dasar bibir atas. Permulaan sirip punggung dimuka, di atas atau sedikit di
belakang permulaan sirip perut, sirip punggung dengan 10-18 jari-jari lemah bercabang. Tidak
berjari-jari keras yang rebah pada sirip punggung, sirip dubur dengan 5 jari-jari lemah
bercabang, sebagai kecuali 7, sisik garis rusuk kurang dari 56, garis rusuk terbentang pada
pertengahan ekor, jari-jari keras sirip dubur tidak bergerigi sebelah ke belakang (Saanin, 1984).
Selama penelitian diperoleh 2 ekor ikan paweh (Osteochilus hasselti) yang tertangkap dengan
menggunakan sempirai.
Osteochilus hasselti
Ikan Paweh diklasifikasikan kedalam kelas Pisces, ordo Cypriniformes, famili Cyprinidae,
genus Osteochilus dan spesies Osteochilus hasselti Kottelat et al, (1993) (Lampiran 1).
Genus Puntius
Genus Puntius termasuk sub famili Cyprininae dari famili Cyprinidae dengan ciri khas mempunyai
dua pasang sungut (Nelson, 1994). Menurut Kottelatet al., (1993) Puntiusmempunyai karakteristik
pada sisik yang mempunyai proyeksi dari pusat ke pinggir terlihat seperti jari-jari pada roda, jari-jari
yang ke arah samping tidak melengkung ke belakang dan tidak terdapat tonjolan keras. Bibir bawah
tidak terpisah dari rahang bawah yang tidak berkulit tebal, atau terpisah dari rahang bawah oleh
turisan permukaan saja. Cekungan dibelakang bibir terputus ditengah, tetapi menerus mengelilingi
sudut mulut. Mulut diujung atau agak dibawah dan tidak melewati pinggiran muka dari mata,
terdapat 2 pasang sungut.
Sirip punggung dengan 7-9 jari-jari lemah bercabang, tidak berjari-jari keras yang rebah
pada sirip punggung. Sirip dubur dengan 5 jari-jari lemah bercabang, jari-jari keras sirip dubur
Prosiding Seminar Antarabangsa Ke 8 Ekologi, Habitat Manusia dan Perubahan Persekitaran 2015
Deni Efizon et al. / 33
tidak bergerigi sebelah kebelakang. Permulaan sirip punggung dimuka, diatas atau sedikit
dibelakang permulaan sirip perut, garis rusuk terbentang pada pertengahan batang ekor.
Pulungan (1987) dalam Rinaldi (1996) mengatakan ikan genus Puntius tergolong ikan Cyprinid
yang senang hidup pada sungai yang berarus, berbatu-batu dan airnya jernih. Weber dan
Beaufort (1916); Kottelat et al. (1993) menyatakan bahwa Puntiusterdistribusi di paparan
Sunda, Bali, Lombok, Philipina dan Indochina. Selama penelitian diperoleh 4 jenis ikan dari
genus Puntius yaitu Puntius javanicus (1 ekor) menggunakan alat tangkap sempirai, P.
pentazona (2 ekor) menggunakan tangguk, P. schwanefeldi (2 ekor) menggunakan alat tangkap
jaring dan P. waandersi (1 ekor) menggunakan alat tangkap jaring.
Puntius javanicus
Ikan tawes diklasifikasikan kedalam kelas Pisces, ordo Cypriniformes, famili Cyprinidae,
genus Puntius dan spesies Puntius javanicusSaanin, (1984). Sedangkan menurut Kottelat et al,
(1993) ikan tawes diklasifikasikan kedalam kedalam kelas Pisces, ordo Cypriniformes, famili
Cyprinidae, genus Puntius dan spesies Barbodes gonionotus. Ikan tawes merupakan salah satu
ikan asli Indonesia terutama pulau Jawa. Hal ini juga yang menyebabkan tawes memiliki nama
ilmiah Puntius javanicus. Namun, berubah menjadi Puntius gonionotus, dan terakhir berubah
menjadi Barbonymus gonionotus. Ikan tawes memiliki nama lokal tawes (Indonesia), taweh
atau tawas, lampam Jawa (Melayu). Di Danau Sidendreng ikan tawes disebut bale kandea
(Amri dan Khairuman, 2008) (Lampiran 1).
Puntius tetrazona
Ikan sumatra diklasifikasikan kedalam kelas Pisces, ordo Cypriniformes, famili Cyprinidae,
genus Puntius dan spesies Puntius pentazona atau disebut juga P. sumatranus Kottelat et al,
(1993)(Lampiran 1).
Puntius schwanefeldi
Dalam taksonomi ikan kapiek diklasifikasikan kedalam kelas Pisces, ordo Cypriniformes,
famili Cyprinidae, genus Puntius dan spesies Puntius schwanefeldi Saanin (1984) sedangkan
Kottelat et al, (1993) berpendapat ikan kapiek termasuk kedalam kelas Pisces, ordo
Cypriniformes, famili Cyprinidae, genus Puntius dan spesies Barbodes schwanenfeldii
(Lampiran 1).
Puntius waandersi
Dalam taksonomi ikan Daro Putih diklasifikasikan kedalam kelas Pisces, ordo Cypriniformes,
famili Cyprinidae, genus Puntius dan spesies Puntius waandersi Kottelat et al. (1993)
(Lampiran 1).
Genus Rasbora
Jenis Rasbora merupakan kelompok ikan kecil yang biasanya hidup dipermukaan dan lebih
menyukai daerah yang berarus tenang dan banyak lubuknya. Tidak bersungut, mulut agak kecil
dengan bonggol sambungan tulang rahang bawah atau bisa disebut terdapat sebuah tonjolan
diujung rahang bawah pada lekukan di rahang atas. Pada bagian perut didepan sirip perut datar
atau membulat, tidak memipih membentuk geligir tajam, jika terdapat geligir hanya terbatas
dibagian belakang sirip perut. Selama penelitian diperoleh 1 ekor ikan pantau atau Rasbora
tawarensis yang tertangkap menggunakan alat tangkap sempirai.
Rasbora tawarensis
Ikan Pantau diklasifikasikan kedalam kelas Pisces, ordo Cypriniformes, famili Cyprinidae,
genus Rasbora dan spesies Rasbora tawarensis Kottelat et al, (1993) (Lampiran 1).
Genus Thynnichtys
Mata tidak berkelopak seperti agar-agar yang lebar dan seperti cincin. Tidak bersungut,
berlipatan hidung yang mendatar dan pada dasarnya membuungkus tulang rahang atas dan
Prosiding Seminar Antarabangsa Ke 8 Ekologi, Habitat Manusia dan Perubahan Persekitaran 2015
34 Deni Efizon et al.
menutupi dasar bibir atas, mulut dibuka atau sedikit kebawah. Tidak ada perbedaan bibir dan
digantikan oleh lapisan bertulang pada rahang. Permulaan sirip punggung dimuka, diatas atau
sedikit dibelakang permulaan sirip perut, sirip punggung dengan 8-10 jari-jari lemah
bercabang, jari-jari keras sirip dubur tidak bergerigi sebelah kebelakang. Garis rusuk terbentang
pada pertengahan ekor. Selama penellitian tertangkap 8 ekor ikan motan dengan menggunakan
alat tangkap sempirai dan jaring.
Thynnichtys polylepis
Ikan Motan diklasifikasikan kedalam kelas Pisces, ordo Cypriniformes, famili Cyprinidae,
genus Thynnichtys dan spesies Thynnichtys polylepis(Kottelat et al., 1993) (Lampiran 1).
Famili Cobitidae
Merupakan suku ikan-ikan kecil yang terdapat di Eropa, Asia dan Maroko (Afrika Utara),
tetapi paling banyak dijumpai di Asia Tenggara. Bentuk badan umumnya datar memanjang,
beberapa bentuk pipih datar atau memiliki perut tipis yang menunjukkan bahwa ikan ini hidup
di dasar sungai atau danau. Perbedaan morfologi ikan jantan dan betina agak jelas, pada jantan
memiliki jari-jari sirip dada dan sirip perut yang berkembang. Beberapa bersembunyi di dalam
pasir, detritus atau lumpur (Kottelat et al., 1993).
Genus Botia
Memiliki badan yang lonjong, mata tidak tertutup oleh kulit dengan pinggiran yang bebas. Pada
bagian muka atau bawah mata terdapat duri yang dapat digerakkan. Permulaan sirip punggung
dimuka permulaan sirip perut sirip ekor bercagak dalam. Selama penelitian diperoleh 2 ekor
ikan Ciling-ciling atau Botia hymenophysayang tertangkap menggunakan alat tangkap
sempirai.
Botia hymenophysa
Dalam taksonomi ikan Ciling-ciling diklasifikasikan kedalam kelas Pisces, ordo Cypriniformes,
famili Cobitidae, genus Botiadan spesies Botia hymenophysa(Kottelat et al., 1993) (Lampiran
2).
Famili Anabantidae
Suku kecil ini beberapa anggotanya terdapat di Afrika dan paling sedikit dua jenis terdapat di
Asia. Jenis yang terdapat di Indonesia Anabas testudineus dapat dijumpai di berbagai macam
perairan tawar, organ pernafasan tambahan yang dimiliki suku ini memungkinkan mereka
hidup di perairan dimana ikan ini tidak dapat hidup. Jika tidak memiliki organ pernafasan
tambahan ikan akan tenggelam karena tidak mendapat udara dari atmosfer. Keterampilannya
dalam berjalan jauh sudah dikenal sejak 200 tahun sebelum pertama-tama diuraikan, ikan-ikan
ini menggunakan ekornya untuk bergerak, sirip perut, sirip dada dan tutup insangnya yang
keras digunakan untuk mendukung badannya. Mampu bertahan hidup diluar air ketika di
transportasikan jika kulitnya tetap basah, ikan-ikan ini juga disebut sebagai Climbing Perches.
Sangat menarik sebagai ikan hias tetapi lebih baik di pelihara bersama ikan-ikan lainnya.
Merupakan salah satu bahan makanan yang umum (Kottelat et al., 1993).
Genus Anabas
Bergigi merujung pada tulang mata bajak, langit-langit dan rahang. Permulaan dasar sirip
punggung di atas dasar sirip dada, sirip punggung lebih panjang dari pada sirip dubur (Saanin,
1984). Selama penelitian tertangkap 5 ekor ikan Betok atau Anabas testudineus yang
tertangkap menggunakan alat tangkap sempirai.
Anabas testudineus
Ikan Betok diklasifikasikan kedalam kelas Pisces, ordo Labyrinthici, famili Anabantidae, genus
Anabas dan spesies Anabas testudineus (Kottelat et al., 1993) (Lampiran 2).
Prosiding Seminar Antarabangsa Ke 8 Ekologi, Habitat Manusia dan Perubahan Persekitaran 2015
Deni Efizon et al. / 35
Genus Helostoma
Anggota suku ini hanya satu jenis saja yaitu Helostoma temminckii yang terdapat di Asia
Tenggara, dimana dijumpai dalam air tenang dengan vegetasi lebat. Individu yang kecil
dipelihara di dalam akuarium dan menjadi populer karena kebiasaannya mencium ikan lainnya,
tumbuhan, batu atau kaca akuarium oleh karena itu disebut juga dengan nama Kissing
Gouramis. Memakan berbagai jenis tumbuhan dan binatang lainnya. Merupakan bahan
makanan yang umumKottelat et al, (1993). Selama penelitian H. temminckii atau ikan
tambakan merupakan jennis yang paling banyak didapat yaitu berjumlah 86 ekor dengan
menggunakan alat tangkap sempirai dan jaring.
Helostoma temminckii
Ikan Tambakan diklasifikasikan kedalam kelas Pisces, ordo Labyrinthici, famili Anabantidae,
genus Helostoma dan spesies Helostoma temminckii (Kottelat et al., 1993) (Lampiran 2).
Genus Osphronemus
Merupakan suku kecil beranggotakan Osphronemus gouramy, ikan konsumsi penting yang
semula hanya terdapat di Sumtra, Jawa dan Borneo tetapi sekarang sudah banyak diintroduksi
ke Asia dan Australia. Pada sirip perut memiliki duri pertama pendek dan yang kedua sangat
panjang membentuk filamen (bulu cambuk). Dalam keadaan alami ikan ini hidup di rawa-rawa,
parit atau sungai-sungai tetapi sekarang sudah banyak dibudidayakan dalam kolam-kolam.
Panjang totalnya dapat mencapai 60 cm tetapi ikan-ikan kecil yang berwarna merah cerah
kecoklatan dipelihara di dalam akuarium. Ikan yang lebih dewasa kepalanya membengkak
secara tidak teratur. Gurami membangun sarang dari tumbuh-tumbuhan dimana mereka
menyembunyikan telur atau anak-anaknya. Jenis kelamin dapat diketahui dari sirip punggung
dan sirip dubur yang runcing pada jantan sedangkan pada betina kedua sirip tersebut bulat.
Selama penelitian diperoleh 7 ekor O. gouramy (ikan gurami) dengan menggunakan alat
tangkap sempirai dan jaring.
Osphronemus gouramy
Dalam taksonomi ikan gurami diklasifikasikan kedalam kelas Pisces, ordo Labyrinthici, famili
Anabantidae, genus Osphronemus dan spesies Osphronemus gouramy (Kottelat et al.,
1993)(Lampiran 2).
Genus Polyacanthus
Ikan yang memiliki labirin. Warna pada waktu hidup sangat berguna untuk melakukan
identifikasi, warna dipengaruhi oleh keadaan kematangan kelamin, keadaan reproduksi, jenis
kelamin dan beberapa faktor geografi(Kottelat et al., 1993).Ujung sirip ekor bundar, sirip perut
berjari-jari keras I dan 5 yang lemah. Garis rusuk yang lengkap tetapi terputus. Selama
penelitian didapatkan 5 ekor Polyacanthus hasselti (ikan selinca) yang ditangkap menggunakan
alat tangkap jaring.
Polyacanthus hasselti
Ikan Selinca diklasifikasikan kedalam kelas Pisces, ordo Labyrinthici, famili Anabantidae,
genus Polyacanthus dan spesies Polyacanthus hasselti (Saanin, 1984). Sedangkan menurut
Kottelat et al., (1993) ikan Selinca diklasifikasikan kedalam kelas Pisces, ordo Labyrinthici,
famili Belontidae, genus Belontia dan spesies Belontia hasselti(Lampiran 2).
Genus Trichogaster
Awal sirip punggung di belakang pangkal sirip dada, sirip punggung lebih pendek daripada
sirip dubur. Sirip perut memiliki jari-jari seperti filamen yang panjangnya hampir sama dengan
panjang badan (bermodifikasi menjadi bulu cambuk), sirip perut memiliki 1 jari-jari keras yang
sangat pendek dan 3 jari-jari lemah dibelakang bulu cambuk. Sirip ekor berbentuk sabit sedikit
cekung. Selama penelitian ditemukan dua jenis dari genus Trichogaster yaitu Trichogaster leeri
Prosiding Seminar Antarabangsa Ke 8 Ekologi, Habitat Manusia dan Perubahan Persekitaran 2015
36 Deni Efizon et al.
(sepat mutiara) 3 ekor dan T. trichopterus (sepat rawa) 1 ekor yang ditangkap dengan
menggunakan alat tangkap sempirai.
Trichogaster leeri
Ikan Sepat Mutiara diklasifikasikan kedalam kelas Pisces, ordo Labyrinthici, famili
Anabantidae, genus Trichogaster dan spesies Trichogaster leeri(Saanin, 1984). Sedangkan
menurut Kottelat et al, (1993) ikan Sepat Mutiara diklasifikasikan kedalam kelas Pisces, ordo
Labyrinthici, famili Belontidae, genus Trichogaster dan spesies Trichogaster leeri(Lampiran 2).
Trichogaster trichopterus
Ikan Sepat Rawa diklasifikasikan kedalam kelas Pisces, ordo Labyrinthici, famili Anabantidae,
genus Trichogaster dan spesies Trichogaster trichopterus(Saanin, 1984). Sedangkan menurut
Kottelat et al, (1993) ikan Sepat Mutiara diklasifikasikan kedalam kelas Pisces, ordo
Labyrinthici, famili Belontidae, genus Trichogaster dan spesies Trichogaster
trichopterus(Lampiran 2).
Famili Channidae
Bentuk badan hampir bundar dibagian depan dan pipih tegak tegak dibagian belakang.
Disebbut juga sebagai ikan berkepala ular (snakeheads) karena kepalanya lebar dan bersisik
besar, mulutnya bersudut tajam, sirip punggung dan sirip dubur panjang dan tinggginya hampir
sama. Semua jenis anggota famili ini mampu bernapas langsung dari atmosfir karena memiliki
organ pernafasan tambahan pada bagian atas insanganya. Hal ini menyebabkan mereka mampu
bergerak dalam jarak jauh pada musim kemarau untuk mencari sumber air. Beberapa jenis
merupakan ikan konsumsi penting. Bersifat predator dan kebanyakan membangun sarang
berbusa di antara vegetasi rawa-rawa atau sungai berarus lambat. Merupakan suku ikan air
tawar yang hidup di kawasan tropis Afrika, Asia Selatan, Asia Tenggara dan Asia Timur.
Genus Channa
Bentuk kepala memanjang seperti ular, kepala bersisik, memiliki gigi taring yang tajam,
permulaan sirip punggung di atas atau sedikit di belakang sirip dada. Sirip punggung panjang
dan dasarnya hampir mencapai pangkal sirip ekor. Sirip ekor berbentuk budar (rounded).
Selama penelitian diperoleh 1 jenis yaitu Channa micropeltes (toman) yang berjumlah 1 ekor
tertangkap dengan menggunakan alat tangkap rawai.
Channa micropeltes
Ikan Toman diklasifikasikan kedalam kelas Pisces, ordo Labyrinthici, famili Channidae, genus
Channa dan spesies Channa micropeltes(Kottelat et al., 1993). Sedangkan menurut Saanin
(1984) Ikan Toman diklasifikasikan kedalam kelas Pisces, ordo Labyrinthici, famili
Ophiocephalidae, genus Ophiocephalus dan spesies Ophiocephalus micropeltes (Lampiran 3).
Famili Bagridae
Merupakan ikan bersungut air tawar, sungut-sungut rahang umumnya sangat panjang. Memiliki
badan yang tidak bersisik dan memiliki sirip dada dan sirip lemak yang besar, mulut
melengkung. Duri sirip dada sangat kuat dan bergerigi. Beberapa jenis memiliki kekhususan
pola warna berbentuk bercak maupun garis. Beberapa jenis bersifat nocturnal, tetapi yang hidup
di air keruh aktif sepanjang hari. Merupakan penghuni dasar air dan memakan segala macam
makanan.
Genus Mystus
Mata tidak tertutup oleh kulit, pinggiran ruang mata bebas, bibir tidak bergigi yang dapat
digerakkan, operculum terpisah. Mulut subterminal, sungut umumnya lebih panjang dari pada
kepala. 9-18 jari-jari sirip dubur, memiliki sirip tambahan yang berupa kulit. Memiliki jari-jari
keras pada sirip punggung dan sirip dada. Selama penelitian diperoleh 2 jenis yaitu Mystus
Prosiding Seminar Antarabangsa Ke 8 Ekologi, Habitat Manusia dan Perubahan Persekitaran 2015
Deni Efizon et al. / 37
nemurus (ikan Baung) sebanyak 5 ekor dan M. nigriceps (Ikan Ingir-ingir) sebanyak 3 ekor
yang ditangkap dengan menggunakan alat tangkap sempirai dan jaring.
Mystus nemurus
Ikan Baung diklasifikasikan kedalam kelas Pisces, ordo Siluriformes, famili Bagridae, genus
Mystus dan spesies Mystus nemurus (Kottelat et al., 1993). Sedangkan Saanin (1984)
berpendapat ikan Baung diklasifikasikan kedalam kelas Pisces, ordo Ostariophysi, genus
Macrones, spesies Macrones nemurus (Lampiran 3).
Mystus nigriceps
Ikan Ingir-ingir diklasifikasikan kedalam kelas Pisces, ordo Siluriformes, famili Bagridae,
genus Mystus dan spesies Mystus nigriceps (Kottelat et al., 1993). Sedangkan Saanin (1984)
berpendapat ikan Ingir-ingir diklasifikasikan kedalam kelas Pisces, ordo Ostariophysi, famili
Bagridae,genus Macrones, spesies Macrones nigriceps (Lampiran 3).
Famili Pangasidae
Memiliki ciri khusus kulit halus, dua pasang sungut yang relatif pendek. Jari-jari sirip
punggung dan sirip dada sempurna dengan tujuh jari-jari bercabang, sebuah sirip lemak
berpangkal sempit, sirip dubur panjang dan bersambung dengan sirip ekor, sirip ekor bercagak
dalam. Mulut agak mengarah ke depan. Hidup pada perairan yang berarus lambat dan aktif
pada malam hari. Memakan detritus dan invertebrata lainnya dari dasar sungai atau danau.
Genus Pangasius
Lubang hidung bagian belakang disamping ujung lubang hidung bagian depan dan diatas garis
imajiner yang melalui lubang hidung dan pertengahan mata. Mata sebagian terletak di bawah
sudut mulut. Selama penelitian diperoleh 1 jenis yaitu Pangasius polyuranodon (Ikan Juara)
yang berjumlah 1 ekor tertangkap dengan menggunakan alata tangkap jaring.
Pangasius polyuranodon
Ikan Juara diklasifikasikan kedalam kelas Pisces, ordo Siluriformes, famili Pangasidae, genus
Pangasius dan spesies Pangasius polyuranodon (Kottelat et al., 1993). Sedangkan Saanin
(1984) berpendapat ikan Ingir-ingir diklasifikasikan kedalam kelas Pisces, ordo Ostariophysi,
famili Pangasidae, genus Pangasius, spesies Pangasius polyuranodon(Lampiran 3).
Famili Siluridae
Ciri khususnya tidak mempunyai sirip lemak, tidak mempunyai duri pada sirip punggung dan
sirip duburnya sangat panjang. Ukuran badan bervariasi dari yang kecil sampai besar. Hidup di
lapisan bawah sungai-sungai dan danau-danau serta memakan ikan-ikan yang lebih kecil.
Genus Kryptopterus
Sirip punggung mengecil atau tidak ada, ujung belakang lubang hidung di depan pinggiran
depan mata. Tertangkap 2 jenis selama penelitian yaitu Kryotopterus apogon berjumlah 5 ekor
yang tertangkap dengan sempirai dan K. limpok berjumlah 18 ekor yang tertangkap dengan
sempirai dan jaring.
Kryotopterus apogon
Ikan Lais Timah diklasifikasikan kedalam kelas Pisces, ordo Siluriformes, famili Siluridae,
genus Kryptopterus dan spesies Kryotopterus apogon(Kottelat et al., 1993) (Lampiran 4).
Kryptopterus limpok
Dalam taksonomi ikan Selais Janggut diklasifikasikan kedalam kelas Pisces, ordo Siluriformes,
famili Siluridae, genus Kryptopterus dan spesies Kryotopterus limpok (Kottelat et al., 1993)
(Lampiran 4).
Prosiding Seminar Antarabangsa Ke 8 Ekologi, Habitat Manusia dan Perubahan Persekitaran 2015
38 Deni Efizon et al.
Genus Ompok
Sirip punggung pendek, paling sedikit terdapat 4 jari-jari. Sirip ekor bercagak dalam, bebas
(atau hampir bebas) dari sirip dubur. Letak mata di belakang sudut mulut, mata dibawah kulit
atau tertutup kulit. Gigi pada tulang mata bajak satu tumpuk. Selama penelitian diperoleh satu
jenis yaitu Ompok hypophthalmus (Ikan Selais Danau) yang berjumlah 20 ekor dengan
menggunakan alat tangkap jarrng.
Ompok hypophthalmus
Ikan Selais Danau diklasifikasikan kedalam kelas Pisces, ordo Siluriformes, famili Siluridae,
genus Ompok dan spesies Ompok hypophthalmus (Kottelat et al., 1993). Sedangkan menurut
Saanin (1984) Ikan Selais Danau diklasifikasikan kedalam kelas Pisces, ordo Siluriformes,
famili Siluridae, genus Silurodes dan spesies Silurodeshypophthalmus (Lampiran 4).
Genus Wallago
Sirip punggung pendek, paling sedikit terdapat 4 jari-jari, sirip ekor bercagak dalam (atau
hampir bebas) dari sirip dubur. Sirip perut membulat kira-kira 2/3 panjang kepala. Letak mata
diatas garis sudut mulut, mata memiliki pinggiran bebas. Mulut terminal agak melengkung
keatas. Selama penelitian diperoleh 4 ekor Wallago leerii (Ikan Tapah) yang tertangkap
ddengan menggunakan alat tangkap sempirai.
Wallago leerii
Ikan Tapah diklasifikasikan kedalam kelas Pisces, ordo Siluriformes, famili Siluridae, genus
Wallago dan spesies Wallago leerii (Kottelat et al., 1993) (Lampiran 4).
Famili Pristolepididae
Famili ikan ini berkerabat dekat dengan Nandidae. Namun demikian dapat dibedakan oleh oleh
mulutnya yang lebih kecil, sungut rahang atas yang hanya mencapai pinggiran depan mata dan
gurat sisi yang terputus terdiridari 20 sisik. Famili yang terdapat di Indonesia diwakili oleh dua
jenis yaitu Pristolepis fasciata dan P. grootii.
Genus Pristolepis
Selama penelitian didapat 7 ekorP. grootii (ikan Katung) yang tertangkap dengan
menggunakan alat tangkap sempirai dan jaring.
Pristolepis grootii
Ikan Katung diklasifikasikan kedalam kelas Pisces, ordo Labyrinthici, famili Pristolepididae,
genus Pristolepis dan spesies Pristolepis grootii(Kottelat et al., 1993) (Lampiran 4).
Prosiding Seminar Antarabangsa Ke 8 Ekologi, Habitat Manusia dan Perubahan Persekitaran 2015
Deni Efizon et al. / 39
1. Kedalaman cm 130-450
2. Kecerahan cm 31-76
0C
3. Suhu 28-29
4. pH - 5
Dari Tabel 2 di atasdiperoleh kondisi kualitas perairan oxbow Pinang Dalam selama
penelitian mendukung kehidupan jenis-jenis ikan untuk tumbuh dan berkembang. Hal ini
terlihat dari kondisi kualitas perairan yang berada pada kisaran yang diperbolehkan.
Jenis ikan yang terdapat di oxbow Pinang Dalam terdiri dari 9 famili, 21 genus dan 28 spesies.
Famili terbesar adalah Cyprinidae (12 spesies). Jenis ikan yang tertangkap sebagian besar ikan
ekonomis dan ikan yang paling mahal harganya adalah ikan tapah (Wallago leeri), baung
(Mystus nemurus) dan toman (Channa micropeltes). Sedangkan ikan yang tergolong ikan hias
adalah ikan sumatra (Puntius tetrazona), ciling-ciing (Botia hymenophysa),
gurami(Osphronemus gouramy), sepat mutiara (Trichogaster leeri) dan sepat rawa (T.
trichopterus).
Nilai indeks keanekaragaman jenis (H’) yaitu 3,5018 (sedang), nilai indeks keseragaman
(E) yaitu 0,73 (sedang) dan indeks dominasi jenis (C) yaitu 0,17 (rendah). Kondisi kualitas
perairan di oxbow Pinang Dalam menunjukkan kedalaman 130-450 cm, kecerahan 31-76, suhu
28-290C, pH 5 dan oksigen terlarut 4,10-6,56 mg/L.
Untuk melengkapi data keberadaan jenis ikan di oxbow Pinang Dalam disarankan untuk
melakukan penelitian lanjutan dengan metode yang berbeda, waktu penelitian yang lebih lama
dan alat tangkap yang lebih bervariasi.
RUJUKAN
Alaert, G. dan S.S. Santika. 1984. Metode Penelitian Air. Usaha Nasional, Surabaya.309 hal.
Amri dan Khairuman. 2008. Buku Pintar Budidaya 15 Ikan Konsumsi. Agromedia. Jakarta.
Apridayanti, E. 2008. Evaluasi Pengelolaan Lingkungan Perairan Waduk Lahor Kabupaten
Malang Jawa Timur. Tesis Program Magister Ilmu Lingkungan Program Pasca Sarjana
Universitas Diponegoro. Semarang. 95 hal (tidak diterbitkan).
Ardianor, 2003. Karakteristik Perairan Umum Kalimantan Tengah.Jurusan Perikanan,
Universitas Palangka Raya, 34 halaman.
Djajadireja, R., S. Fatimah dan Z. Arifin. 1977. Jenis-jenis ikan ekonomis penting. Ditjen
Perikanan. Deptan. Jakarta.
Effendi, H.,2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelola Sumberdaya dan Ligkungan Perairan.
Kanisius. Yogyakarta.258 hal.
Emilia, F. 2009. Alternatif Pemanfaatan Danau Bagi Pengembangan Wisata Melalui Konsep
Keberlanjutan Sumberdaya Perairan Dan Perikanan Di Danau Singkarak, Sumatera Barat.
Prosiding Seminar Antarabangsa Ke 8 Ekologi, Habitat Manusia dan Perubahan Persekitaran 2015
40 Deni Efizon et al.
Skripsi Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Bogor. 150 hal
(tidak diterbitkan).
Fithra, R.Y dan Y.I. Siregar. 2010. Keanekaragaman Ikan Sungai Kampar Inventarisasi dari
Sungai Kampar Kanan. Journal of Environmental Scince. Program Studi Ilmu Lingkungan
PPS Universitas Riau, Pekanbaru.
Fitriana, Y.R. 2006. Keanekaragaman dan Kemelimpahan Makrozoobentos di Hutan Mangrove
Hasil Rehabilitasi Taman Hutan Raya Ngurah Rai Bali. Biodiversitas Volume 7 (1): 67-72
Gilbert, C.R and J.D. Williams. 2002. Field guide to fishes (Revised edition). Alfred A Knopf
Inc. New York.
Hamidah, A. 2004. Keanekaragaman Jenis Ikan Di Sungai EnimKabupaten Muara Enim
Provinsi Sumatera Selatan. Jurrnal lktiologi Indonesia, Volume 4 (2): 35-42.
Hubbs, C.L. and K.F. Lagler. 1958. Fishes of the Great Lakes Region. University of Michigan
Press, Ann Arbor, Michigan.
Jukri, M., Emiyarti dan Syamsul K. 2008. Keanekaragaman Jenis Ikan di Sungai Lamunde
Kecamatan Watubangga Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara. Jurnal Mina
Laut Indonesia Vol. 01 No. 01 hal 23-37
Kasry, A., I. P. Sedana; Feliatra, B; Amin, F. Nugroho; Syaiful dan I. Sofyani 2002. Pengantar
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Faperika Press. Pekanbaru. 66 hal.
Kordi, M. G dan B. T, Andi. 2005. Pengelolaan Kulitas Air Dalam Budidaya Perairan. Rineka
Cipta. Jakarta. 208 hal.
Kotellat. M., A. Whitten, S.N Kartikasari, & S. Wirjoatmojo. 1993. Freshwater Fish cf Western
Indonesia and Sulawesi. Periplus edition limited.
Kreb, C.J. 1985. Ecology experimental analysis of distribution and abundance. Harper and Row
Publisher. Philidelpia.
Latuconsina, H., M.Natsir N. dan R. A. Rappe. 2012. Komposisi Spesies dan Struktur
Komunitas Ikan Padang Lamun Di Perairan Tanjung Tiram – Teluk Ambon Dalam.
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 4 (1): 35-46.
Mulyadi, A. 2005. Hidup Bersama Sungai, Kasus Propinsi Riau. Unri Press, Pekanbaru, 136
hal.
Novia, D. 2008. Ichtiofauna Perairan Di Sungai Musi Kejalo Curup Bengkulu. Jurnal Gradien
Vol.4 (2): 394-396.
Parin, N.V. 1999. Exocoetidae, pp. 2162-2179. In Carpenter, K.E. and V.H. 1999. FAO Species
Identification Guide for Fishery Purposes. The Living Marine Resources of the Western
Central Pacific. Volume 4. Bony Fishes Part 2 (Mugilidae to Carangidae). Food and
Agriculture Organization of the United Nations, Rome.
Pulungan, C.P. 2011. Ikan-Ikan Air Tawar dari Sungai Ukai, Anak Sungai Siak, Riau. Berkala
Perikanan Terubuk, hal 24-32.
Odum, E.P. 1971. Fundamental of ecology, Third edition. W.B. Sauder Company. Phili-delpia.
---------------. 1996. Dasar-Dasar Ekologi (terjemahan) Gadja mada University Press.
Yogyakarta. 967 hal.
Omar, S.B.A. 2012. Iktiologi. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin,
Makassar.
Rinaldi. 1996. Komposisi Spesies dari Ikan Genus Puntius yang Terdapat di Sekitar Perairan
Sungai Kampar Kanan Kabupaten Kampar. Skripsi, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Universitas Riau, Pekanbaru (tidak diterbitkan).
Saanin. H, 1968. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan I dan II, Bina Cipta. Bogor. 509 hal.
-------------. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid 1 dan 2. Bina Cipta, Jakarta.
Prosiding Seminar Antarabangsa Ke 8 Ekologi, Habitat Manusia dan Perubahan Persekitaran 2015
Deni Efizon et al. / 41
Simanjuntak, C.P.H, M.F. Rahardjo dan S. Sukimin, 2006. Iktiofauna Rawa Banjiran Sungai
Kampar Kiri. Jurnal Iktiologi Indonesia volume 6 no.2.
Simanjuntak, C.P.H. 2012. Keragaman dan Distribusi Spasio-Temporal Iktiofauna Sungai
Asahan Bagian Hulu dan Anak Sungainya. Prosiding Seminar Nasional Ikan VII, 43-60
Welcomme, R,L. 1985. River Fisheries. FAO Fisheries Technical Papper 262, Rome.
Wetzel, R.G., 1983. Limnology. Second Edition. Michigan State University. CBS College
Publishing USA. 767 hal.
Prosiding Seminar Antarabangsa Ke 8 Ekologi, Habitat Manusia dan Perubahan Persekitaran 2015
42 Deni Efizon et al.
Lampiran 1. Jenis ikan family Cyprinidae yang terdapat di oxbow Pinang Dalam.
Prosiding Seminar Antarabangsa Ke 8 Ekologi, Habitat Manusia dan Perubahan Persekitaran 2015
Deni Efizon et al. / 43
Prosiding Seminar Antarabangsa Ke 8 Ekologi, Habitat Manusia dan Perubahan Persekitaran 2015
44 Deni Efizon et al.
Lampiran 2. Jenis ikan dari family Cobitidae dan Anabantidae yang terdapat di oxbow Pinang
Dalam.
Family Cobitidae
Family Anabantidae
Ikan Sepat Mutiara (T. leeri) Ikan Sepat Rawa (T. trichopterus)
Prosiding Seminar Antarabangsa Ke 8 Ekologi, Habitat Manusia dan Perubahan Persekitaran 2015
Deni Efizon et al. / 45
Lampiran 3. Jenis ikan dari family Channidae,Bagridae, dan Pangasidae yang terdapat di oxbow
Pinang Dalam.
Family Channidae
Family Bagridae
Family Pangasidae
Prosiding Seminar Antarabangsa Ke 8 Ekologi, Habitat Manusia dan Perubahan Persekitaran 2015
46 Deni Efizon et al.
Lampiran 4. Jenis ikan dari family Siluridae,dan Pristolepididae yang terdapat di oxbow Pinang
Dalam.
Family Siluridae
Ikan Lais Timah (K. apogon) Ikan Selais Janggut (K. limpok)
Family Pristolepididae
Prosiding Seminar Antarabangsa Ke 8 Ekologi, Habitat Manusia dan Perubahan Persekitaran 2015