Anda di halaman 1dari 21

ANALISIS PARAMETER FISIKA DAN KIMIA DI KOLAM

PEMBESARAN IKAN NILA MERAH (oreochromis niloticus) DI

BALAI BENIH IKAN KOTA PAMEKASAN

PROPOSAL PRAKTIK KERJA LAPANG

Oleh:

SITI JUHAIRIYAH

NIM : 19.03.511.000.20

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

BANGKALAN

2022
ANALISIS PARAMETER FISIKA DAN KIMIA DI KOLAM PEMBESARAN IKAN NILA
MERAH (oreochromis niloticus) DI BALAI BENIH IKAN KOTA PAMEKASAN

Oleh:
Siti Juhairiyah
NIM : 19.03.511.000.20

Menyetujui,
Pembimbing PKL

Abdus Salam Junaedi, S.Si., M,Si.


NIP. 199206262019031022

Mengetahui,

Koordinator Program Studi Dekan Fakultas Pertanian


Manajemen Sumberdaya Perairan Universitas Trunojoyo Madura

Dr. Firman Farid Muhsoni, S.Pi.,M.Sc. Dr. M. Fuad F. Mu’tamar,S.TP., M.Si


NIP. 197062620002121001 NIP 197402152006041001

i
DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan
Daftar Isi
Daftar Gambar
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Klasifikasi ikan nila
2.2 Morfologi ikan nila
2.3 Habitat dan penyebaran ikan nila
2.4 Pakan dan kebiasaan makan ikan nila
2.5 Parameter kualitas air
2.5.1 Warna
2.5.2 Kecerahan
2.5.3 Suhu
2.5.4 Derajat Keasaman (pH)
2.5.5 Oksigen Terlarut

III Metodologi
3.1 Waktu dan Tempat
3.2 Metode Pengumpulan Data
3.2.1 Partisipasi Aktif
3.2.2 Observasi
3.2.3 Wawancara
3.2.4 Dokumentasi
3.3. Jenis dan Sumber Data
3.3.1 Data Srimer

ii
3.3.2 Data Sekunder

DAFTAR PUSTAKA

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Morfologi Ikan Nila Merah (oreochromis niloticus)

iv
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Ikan nila merupakan komoditas perikanan air tawar yang berasal dari Afrika.

Menurut sejarahnya, Ikan Nila pertama kali didatangkan dari Taiwan ke Balai

Penelitian Perikanan Air Tawar Bogor pada tahun 1969. Pada penyelesaian masa

penelitian dan adaptasi, selanjutnya ikan nila didistribusikan ke semua petani

diIndonesia. Pakar perikanan memutuskan bahwa nama ilmiah yang tepat untuk

ikan nila adalah Oreochromis niloticus atau Oreochromis sp dan dalam bahasa

Inggris dikenal dengan “Nile Tilapia” (Fitria, 2012).

Jenis ikan yang sangat mudah dan banyak dibudidayakan untuk saat ini

adalah ikan nila (Oreochromis niloticus). Budidaya ikan nila lebih banyak digemari

karena ikan nila mudah dipelihara dan proses pemeliharaan nya pertumbuhan dan

reproduksinya cepat. Ikan nila ini dapat dikatan ikan yang tahan terhadap hama

dan penyakit. Pemeliharaan ikan nila bisa dilakukan di kolam, selain di kolam ikan

nila dapat dibudidayakan di media lain seperti kolam air deras, jaring apung, dan

sawah. Ikan nila termasuk salah satu komoditas yang mudah dibudidayakan,

namun ada beberapa faktor yang dapat menghambat sebuah keberhasilan dalam

suatu usaha budidaya ikan nila. Salah satu Masalah yang utama ditemui dalam

kegagalan suatu usaha budidaya ikan nila yaitu pada kualitas airnya selama dalam

masa pemeliharaannya (Akbar, 2001).

Pengelolaan kualitas air adalah upaya untuk suatu rangkaian kondisi

lingkungan agar berada dalam kisaran yang sesuai untuk kehidupan dan

pertumbuhan ikan dalam suatu budidaya perikanan, yang diperlukan untuk

mencegah terjadinya aktivitas manusia yang berdampak buruk pada kualitas air

dan produksi ikan. Padat penebaran yang tinggi dan pemberian pakan yang

1
melimpah dapat menurunkan kondisi kualitas air. Hal ini disebabkan adanya

akumulasi bahan organik (Yuniasari, 2009). Pada Pengelolaan kualitas air yang

baik selama proses pemeliharaan mutlak diperlukan untuk beberapa parameter

kualitas air yang sering diukur dan mempengaruhi pembesaran udang, yaitu

oksigen terlarut (DO), suhu, pH, dan salinitas (Wiranto dan Hermida, 2010). .

Kualitas air adalah keadaan suatu perairan yang akan diukur ataupun di uji

berdasarkan parameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku (Pasal 1 Keputusan Menteri Negara

Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003). Kualitas air dapat dinyatakan dengan

parameter kualitas air. Parameter tersebut meliputi parameter fisik, kimia, dan

mikrobiologi. Kualitas air diketahui dengan melakukan pengujian tertentu pada air

tersebut. Parameter yang dilakukan adalah fisika dan kimia (Masduqi, 2009).

1.2 Tujuan
Adapun Tujuan dari penelitian dari praktik kerja lapang (PKL) di Balai Benih

Ikan (BBI) Pamekasan adalah sebagai berikut :


1. Mengetahui analisis parameter fisika dan kimia di kolam pembenihan ikan nila

merah (Oreochromis niloticus) di Balai Benih Ikan (BBI) Pamekasan


2. Mengetahui hambatan yang ada pada pengelolaan kualitas air pada

pembenihan ikan nila merah (Oreochromis niloticus) di Balai Benih Ikan (BBI)

Pamekasan

1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari penelitian dari praktik kerja lapang (PKL) di Balai Benih

Ikan (BBI) Pamekasan adalah sebagai berikut :

2
1. Mahasiswa dapat Mengetahui analisis parameter fisika dan kimia di kolam

pembenihan ikan nila merah (Oreochromis niloticus) di Balai Benih Ikan (BBI)

Pamekasan
2. Mahasiswa dapat Mengetahui hambatan yang ada pada pengelolaan kualitas

air pada pembenihan ikan nila merah (Oreochromis niloticus) di Balai Benih

Ikan (BBI) Pamekasan

II. TINJAUAN PUSTAKA

3
2.1 Klasifikasi ikan nila merah
Menurut Saanin (1968), klasifikasi ikan nila merah (Oreochromis niloticus)
yaitu sebagai berikut:
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Osteichtyes
Subkelas : Acanthoptherigii
Ordo : Percomorphy
Subordo : Percoidea
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus

2.2 Morfologi ikan nila merah


Berikut adalah gambar morfologi ikan nila :

Gambar 2.1 Morfologi ikan nila (Oreochromis niloticus) Saanin (1968)


Menurut Saanin (1968) secara umum morfologi ikan nila berdasarkan bentuk

fisiologisnya, yaitu badannya berbentuk bulat dan pipih, punggung agak tinggi,

sirip ekor dan punggungnya terdapat garis lurus yang panjang. Ikan nila memiliki

bagian dorsal, caudal, anal, ventral, dan dada. Pergerakan ikan sangat dibantu

4
oleh beberapa siripnya. Pada sisik ikan nila mempunyai ukuran yang besar, kasar

agak licin dan susunannya rapi. Ukuran kepala ikan nila relative kecil dengan

mulut di ujung kepala dan memiliki mata yang besar (Saanin, 1968).
Ikan nila memiliki toleransi yang tinggi terhadap perubahan lingkungan.

ikan ini hidup di air tawar seperti tambak, sawah, sungai, waduk, dan telaga

genangan air lainnya. Ikan nila juga dapat bertahan hidup di perairan payau

salinitas 10-20 permil. Ikan nila bisa tumbuh dengan baik pada suhu 25-30oC dan

selama pemijahan membutuhkan suhu 22-27oC. Nilai pH optimal untuk reproduksi

dan pertumbuhan ikan nila adalah 7-8 (Titin dan Zenal, 2007).

2.3 Habitat dan penyebaran


Ikan nila berasal dari Afrika timur, dan hidup ikan nila di perairan yang

berhubungan dengan sungai. Ikan nila kemudian tersebar luas ke Timur Tengah,

Amerika, Eropa dan negara-negara Asia, setelah dibawa oleh orang Eropa. Pada

saat ini ikan nila dibudidayakan ke seluruh provinsi di Indonesia. Tumbuh dan

berkembangnya ikan nila sangat bervariasi. Ikan Nila memiliki adaptasi yang

sangat baik terhadap perubahan lingkungan sehingga Ikan nila dapat

dibudidayakan di berbagai tempat dengan kondisi air yang baik, baik di dataran

rendah maupun dataran tinggi (Anonim, 2008).


Kondisi air yang bisa digunakan sebagai tempat pemeliharaan ikan nila

adalah air tawar, air payau, bahkan ikan nila dapat bertahan hidup di air asin,

dengan nilai pH air berkisar antara 6–8.5. Kandungan garam yang ideal untuk

pertumbuhan adalah antara 0-35 per mil. Ikan nila air tawar dapat dipindahkan ke

air asin dengan adaptasi bertahap, dengan meningkatkan kadar garam sedikit

demi sedikit. Apabila hal tersebut dilakukan secara tiba-tiba, dari air tawar ke air

asin dengan kadar garam tinggi, ikan nila tersebut akan menjadi stres, bahkan

berpotensi menyebabkan kematian pada jumlah yang besar (Arifin 2016).


Pada kematian larva benih ikan nila merupakan masalah yang sering terjadi

5
dalam bisnis akuakultur. Faktor yang mempengaruhi kelangsungan hidup (survival)

adalah faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah ikan itu sendiri,

keturunan, fisiologi, sedangkan faktor eksternal adalah parameter kualitas air

seperti suhu, pH, DO, NH3, dan makanan (Sulastri, 2006).


2.4 Pakan dan kebiasaan makan ikan nila
Pada umumnya pakan alami ikan nila berupa plankton, perifiton dan alga

lunak. Larva ikan nila tidak dapat memakan makanan dari luar selama masih

tersedia makanan berupa kuning telur yang menempel di bawah perut larva yang

baru menetas. Hal ini berbeda dengan jenis ikan air tawar pada umumnya yang

sesaat setelah menetas lubang mulutnya sudah terbuka. Pada saat induk ikan

memiliki memiliki telur yang sudah menetas, induk ikan nila ini menyimpan

anaknya didalam mulutnya. Apabila ikan nila ini makan, benih ikan nila yang ada di

mulutnya dikeluarkan terlebih dahulu kemudian memakan makanannya, setelah itu

benih ikan nila yang dikeluarkan dari mulutnya di masukkan kembali kedalam

mulutnya (Djarijah, 1995).


Fitoplankton, detritus dan tumbuhan air merupakan makanan alami pada saat

ikan nila sudah mulai tumbuh besar. Zooplankton banyak disukai oleh larva ikan

nila. Kebiasaan hidup di habitat alami memberikan indikasi bahwa budidaya ikan

nila memerlukan ketersediaan pakan alami yang cukup, walaupun pada skala

usaha budidaya intensif diberikan pakan buatan (pelet), namun pakan alami tetap

diperlukan (Rukmana, 1997).


Kebiasaan makan ikan nila berhubungan dengan suhu air dan intensitas sinar

matahari. Pada saat siang hari intensitas matahari cukup tinggi sehingga suhu air

meningkat, dan akan terjadi ikan nila sangat agresif terhadap makanan. Pada saat

kondisi mendung atau hujan, ataupun pada saat malam hari suhu air akan menjadi

rendah, dan ikan nila menjadi kurang agresif terhadap makanan (Puspowardoyo

dan Djarijah 2002).

6
2.5 Parameter kualitas air
2.5.1 Warna
Bahan organic (adanya plankton atau humus) atau anorganik (seperti ion

logam besi dan mangan) merupakan penyebab perubahan warna air. Warna air

menjadi kemerahan atau coklat kehitaman hal tersebut terjadi karena adanya

bahan anorganik seperti oksida besi. Warna kehijauan disebabkan oleh kalsium

karbonat berasal dari daerah berkapur. Warna air menjadi kecoklat dapat

disebabkan karena bahan organik, seperti tanin, lignin, dan asam humat berasal

dari proses dekomposisi (pelapukan) (Effendi, 2003).


Partikel koloid yang bermuatan negatif juga dapat menyebabkan perubahan

pada warna air, sehingga harus dilakukan pemurnian warna pada air dengan cara

menambahkan bahan koagulan yang bermuatan positif seperti aluminium dan

besi. Ledakan (blooming) fitoplankton (alga) juga dapat menyebabkan perubahan

warna air. Warna air dapat menunjukkan adanya zat terlarut di dalam air yang

sangat mempengaruhi kualitas air. Warna air dapat diamati secara visual

(langsung) atau diukur dengan menggunakan skala kobalt platinum (dinyatakan

dalam satuan (PtCo)), dengan membandingkan warna air sampel dan warna

standar (Effendi, 2003).


2.5.2 kecerahan
Kecerahan air merupakan ukuran kejernihan suatu perairan, semakin tinggi

suatu kecerahan perairan semakin dalam cahaya menembus kedalam air.

Kecerahan adalah bagian cahaya yang ditransmisikan dalam air dan dinyatakan

sebagai persen (%). Nilai kecerahan air yang baik pada kelangsungan hidup dan

pertumbuhan organisme yang hidup di dalamnya lebih besar dari 45 cm.

Pandangan ikan akan terganggu apa bila kecerahan kurang dari 45 cm.

Kecerahan perairan berdasarkan baku mutu perikanan lebih besar dari 45 cm .

Suatu partikel yang tersuspensi didalam air sangat berpengaruh terhadap

kecerahan air. (Oktafiansyah, 2015).

7
Ketebalan lapisan produktif juga dapat menentukan pada kecerahan air.

Kemampuan fotosintesis tumbuhan air akan menyebabkan berkurangnya

kecerahan air , kecerahan air juga disebabkan oleh bahan-bahan perairan yang

tersuspensi . Keadaan cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan, padatan tersuspensi

juga dapat mempengaruhi kecerahan. terjadi blooming dapat menyebabkan

menurunnya kecerahan suatu perairan (Kordi and Responsibility, 2009).

2.5.3 Suhu
Suhu air sangat dibutuhkan pada saat pertumbuhan dan Kelangsungan hidup

ikan nila termasuk pada pembesaran yang baik pada karena sangat berpengaruh

terhadap nafsu makan dan metabolisme ikan nila. Suhu air sangat dipengaruhi

oleh cuaca. Faktor yang mempengaruhi suhu ekosistem perairan adalah

ketinggian geografis pertukaran panas dengan udara, sinar matahari, dan vegetasi

pohon (Efendi, 2003).


Hardjojo dan Djokosetiyanto (2005) menyatakan untuk suhu air normal berarti

suhu yang airnya memungkinkan makhluk hidup untuk bermetabolisme dan

berkembang biak dengan baik. Suhu adalah faktor fisik yang sangat penting dalam

air, untuk menentukan massa jenis air dapat menggunakan tekanan . Selanjutnya,

densitas air dapat digunakan untuk menentukan saturasi air.


Jika batas suhu mematikan terlampaui, maka akan menyebabkan ikan dan

hewan air lainnya mati. Kenaikan suhu air juga mengurangi kelarutan oksigen

dalam air, memiliki efek langsung pada aktivitas selain meningkatkan toksisitas

polutan untuk organisme di perairan, suhu air berkisar antara 35-40oC yang

merupakan suhu kritis bagi kehidupan organisme yang dapat menyebabkan

kematian. Suhu yang baik untuk budidaya yaitu 25–32 C (Pratiwi et al, 2011).
2.5.4 Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman merupakan gambaran jumlah atau aktivitas ion hidrogen

dalam air. keasaman atau kebasaan suatu air dapat dilihat menggunakan pH

8
meter. Perairan dengan nilai pH = 7 bersifat netral, pH < 7 dikatakan asam,

sedangkan pH > 7 dikatakan basa. Alkali nitas air dapat ditingkatkan dengan

adanya karbonat, bikarbonat dan hidroksida. Keberadaan asam dalam mineral

bebas dan asam karbonat akan meningkatkan keasaman suatu perairan (Effendi,

2003).
Toleransi kehidupan akuatik terhadap pH tergantung pada banyak faktor

termasuk suhu, konsentrasi oksigen terlarut, variasi berbagai anion dan kation,

jenis dan siklus hidup biota. Perairan dengan pH (7–9) merupakan perairan yang

produktif dan berperan dalam mendorong proses perubahan bahan organik dalam

air menjadi mineral yang dapat diasimilasi oleh fitoplankton. Pertumbuhan dan

reproduksi ikan apabila nilai pH airnya tidak optimal dapat menyebabkan tidak

efektifnya pemupukan diperairan dan meningkatkan toksisitas (Salmin, 2005).


Kehidupan mikroorganisme sangat dipengaruhi oleh kesuburan perairan.

Perairan asam akan kurang produktif dan bahkan dapat membunuh hewan

budidaya. kondisi keasaman tinggi dan pH rendah dapat mengakibatkan terjadinya

nafsu makan menurun dan aktivitas meningkat karena konsumsi oksigen menurun,

berarti kandungan oksigen terlarut berkurang. Budidaya dapat berhasil di air

dengan pH 6,5 – 9,0 dan kisaran optimal adalah pH 7,5 – 8,7. Nilai pH yang

rendah menunjukkan penurunan kualitas air yang pada gilirannya berdampak

pada kehidupan biota di dalamnya (Kordi dan Andi, 2009).


2.5.5 Oksigen terlarut (DO)
Oksigen terlarut merupakan salah satu parameter yang dapat dijadikan

sebagai pilihan utama untuk menentukan kesesuaian perairan untuk budidaya

ikan. Pada umumnya ikan nila dapat hidup di perairan dengan kandungan oksigen

3 – 5 mg/liter. Menurut Sucipto dan Prihartono (2007), untuk meningkatkan

produktivitas ikan, kandungan oksigen terlarut dalam air harus dijaga pada level di

atas 5 mg/liter, sedangkan jika kandungan oksigen terlarut di bawah 3 mg/liter

9
dapat menyebabkan penurunan laju pertumbuhan ikan.
Oksigen terlarut (Dissolved oxsigen) merupakan parameter kimia yang sangat

penting dalam menentukan pertumbuhan dan Kelangsungan hidup ikan nila. Ikan

nila merupakan ikan yang sangat membutuhkan oksigen, Semakin banyaknya

oksigen yang masuk ke kolam ikan nila, semakin baik untuk kehidupan ataupun

pertumbuhan ikan nila. Rendahnya kandungan oksigen sering terjadi pada periode

musim kemarau yang tidak berangin. Turunnya kandungan oksigen juga dapat

dipengaruhi pada saat malam hari di mana suhu menjadi rendah yang diikuti

dengan meningkatnya aktivitas fitoplankton (Salmin,2005).


Pada siang hari akan terjadi proses fotosintesis plankton yang menghasilkan

oksigen, sehingga akan memiliki angka DO yang cenderung tinggi. Pemakaian

sirkulasi air dapat meningkatkan angka DO. Oksigen terlarut yang baik berkisar 4 –

6 ppm sedangkan berdasarkan SNI 01-7246-2006 adalah > 3,5 ppm. Salinitas,

suhu dan tekanan atmosfir sangat berpengaruh terhadap oksigen. ketersediaan

nutrien penting dalam air juga dipengaruhi oleh oksigen. Oksigen terlarut

merupakan salah satu penyebab utama kematian dan keterlambatan pertumbuhan

ikan nila pada kolam pembesaran ikan nila (Haliman dan Adijaya, 2005).

10
III. METODE PELAKSANAAN

3.1 Waktu dan Tempat


Kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL) dilaksanakan di Balai Benih Ikan

Pamekasan yang ditetapkan sebagai unit pelaksanaan teknis Dinas Perikanan dan

Kelautan Pamekasan. Balai Benih Ikan Pamekasan (BBI) terletak di Srabunan,

Teja Timur, Kecamatan Pamekasan, Kabupaten Pamekasan, Provinsi Jawa Timur.

Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 2 Januari 2022-30 Januari 2022.


3.2 Metode Pengumpulan Data
Metode pelaksanaan Praktik Kerja Lapang dilakukan dengan menggunakan

metode partisipasi aktif, observasi, wawancara dan dokumentasi. Adapun rincian

dari setiap metode pelaksanaan Praktik Kerja Lapang adalah sebagai berikut:
3.3 Partisipasi Aktif
Partisipasi aktif merupakan salah satu metode penelitian dimana peneliti

melakukan pengamatan guna mengumpulkan data dengan cara peneliti ikut terjun

secara langsung dalam semua kegiatan. Menurut Sugiyono (2006) menyatakan

bahwa dalam partisipasi aktif peneliti harus memahami secara secara langsung

aktivitas keseharian dari masyarakat yang sedang diteliti. Partisipasi aktif yang

dilakukan dalam Praktik Kerja Lapang di Balai Benih Ikan (BBI) Pamekasan yaitu

peneliti ikut terlibat dalam kegiatan sehari-hari yang dilakukan dalam proses

pembenihan ikan lele mutiara.


3.4 Observasi
Menurut Sugiyono (2006) pengumpulan data dengan observasi dilakukan

dengan cara mengambil data secara langsung di lapang tanpa adanya bantuan

alat lainnya dengan kata lain hasil pengamatan dicatat secara sistematik terhadap

gejala yang nampak pada objek penelitian. Pengamatan dan ingatan sangat di

perlukan dalam observasi. Observasi dalam Praktik Kerja Lapang dilakukan di

Balai Benih Ikan (BBI) Pamekasan yaitu turut serta dalam kegiatan seperti

11
mengamati terkait proses persiapan budidaya dan pembesaran ikan nila merah.

3.5 Wawancara
Wawancara merupakan suatu proses untuk mendapatkan informasi dengan

seorang penanya mengajukan pertanyaan kepada seorang narasumer dengan

tujuan tertentu. Wawancara dalam Praktik Kerja Lapang di Balai Benih Ikan (BBI)

Pamekasan bertujuan untuk mendapatkan informasi berkaitan dengan proses

budidaya khususnya dalam analisis parameter fisika dan kimia dikolam

pembesaran ikan nila merah. Persiapan yang dilakukan sebelum melakukan

wawancara yaitu menyediakan pertanyaan yang nantinya akan diajukan kepada

pegawai di Balai Benih Ikan (BBI) Pamekasan sehingga informasi yang didapatkan

dapat di rangkum untuk penyelesaian laoran Praktik Kerja Lapang.


3.6 Dokumentasi
Metode dokumentasi merupakan proses pengumpulan data berupa catatan

harian, gambar, kebijakan dan catatan penting dari suatu kegiatan. Prastowo

(2010) menyatakan bahwa dokumentasi adalah setiap catatan harian yang

berhubungan dengan kegiatan yang telah dilakukan baik yang dipersiapkan

maupun tidak dipersiapakan dalam suatu penelitian. Dokumentasi dalam Praktik

Kerja Lapang di Balai Benih Ikan (BBI) Pamekasn meliputi pengambilan foto

kegiatan proses budidaya pada pembesaran ikan nila merah.


3.7 Jenis dan Sumber Data
Suatu penelitian membutukan dua macam jenis data yaitu data primer dan

data primer. Data primer diperoleh dari hasil partisipasi aktif, observasi dan

wawancara. Data sekunder diperoleh dari informasi yang ada pada berbagai

literatur, jurnal ilmiah maupun buku yang diterbitkan yang berkaitan dengan tema

penelitian (Nazir, 2011).


3.8 Data Primer
Menurut Sangadji dan Sopiah (2010) data primer merupakan data yang

12
diperoleh secara langsung (tanpa perantara) dalam pengamatan pada subjek yang

dicari informasinya. Data primer dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan yang

sudah disediakan oleh peneliti. Data primer dalam Praktik Kerja Lapang di Balai

Benih Ikan (BBI) Pamekasan diperoleh dengan metode partisipasi aktif, observasi

daan wawancara secara langsung terhadap karyawan di BBI.


3.9 Data Sekunder
Menurut Sangadji dan Sopiah (2010) data sekunder merupakan data yang

diperoleh melalui media perantara berupa bukti, catatan atau laporan yang sudah

disusun dan di publikasikan maupun tidak dipublikasikan. Data sekunder juga

dapat diperoleh dari membaca literatur, jurnal ilmiah ataupun buku yang berkaitan

dengan permasalahan yang sedang diteliti oleh peneliti. Data sekunder dalam

Praktik Kerja Lapang di Balai Benih Ikan (BBI) Pamekasan diperoleh dari data

laporan-laporan instansi, dinas perikanan, masyarakat dan pihak yang

berhubungan dengan analisis parameter fisika dan kimia dikolam pembesaran ikan

nila merah

13
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, 2001. Pembenihan dan Pembesaran Nila Gift, Cetakan II, Penebar Swadaya,

Jakarta.
Anonimus. 2001. Budidaya Nila. AgroMedia Pustaka. Jakarta. 51 halaman
Arifin, yusuf. 2016. Pertumbuhan dan Survival Ikan Nila Strain Merah dan Strain Hitam

yang Dipelihara Pada Media Bersalinitas


Djarijah, A.S. 1995. Pembenihan dan Pembesaran Nila Merah secara Intensif.

Kanisius. Yogyakarta. 87 hlm.


Djokosetiyanto dan B Hardjojo. 2005. Pengukuran dan Analisis Kualitas Air. Universitas
Terbuka. Jakarta.
Effendi, H. (2003). Telaah Kualitas Air : Bagi Pengelolahan Sumber Daya di

Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius.


Fitria, A. S. 2012. Analisis Kelulushidupan dan Pertumbuhan Benih Ikan Nila Larasati

(Oreochromis niloticus) F5 D30-D70 pada Berbagai Salinitas. Jurnal of

Aquaculture Management and Technology, 1 (1): 18-34.


Haliman, R.W. dan Adijaya, D. 2005. “Udang Vannamei”. Penebar Swadaya : Jakarta
Kordi, K Ghufron dan Andi Baso Tancung. (2009). Pengelolaan Kualitas Air dalam

Budidaya Perairan. Jakarta:Rineka Cipta.


Masduqi, dkk. (2009). Teknologi Penyediaan Air Bersih. Surabaya: Institut Teknik Sipil

Lingkungan.
Oktafiansyah A. 2015. Analisa Kesesuaian Kualitas Air Di Sungai Landak Untuk

Mengetahui Lokasi Yang Optimal Untuk Budidaya Perikanan. Skripsi. Fakultas

Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Muhammadiyah Pontianak.


Prastowo, A. 2010. Menguasai Teknik-Teknik Koleksi Data Penelitian Kualitatif. DIVA

Press. Yogyakarta. Hal. 191.


Sangadji, E. M. dan Sopiah, 2010. Meodologi Penelitian Pendekatan Praktis dalam

14
Penelitian. Andi. Yogyakarta. Hal. 171-174.
Pratiwi, Murti, N.T., Wijaya, H.K, Wilaga, E.M.A, & Pribadi, T.A. (2011). Komunitas

Perifiton serta parameter fisika-kimia di perairan sebagai penentu kualitas air

di hulu sungai Cisadane. J. Lingkungan Tropis. Vol 5 (1): 21-32. Jakarta


Puspowardoyo, H. dan Djarijah, A.S. (2002). Pembenihan dan Pembesaran Lele

Dumbo Hemat Air. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.


Rukmana HR. 1997. Ikan Nila Budidaya dan Prospek Agribisnis. Yogyakarta:Kanisius.
Saanin, H. 1968. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan (Jilid 1 dan 2). Binacipta:

Bogor.
Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) Dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD) Sebagai

Salah Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan. Jurnal Oseana,

XXX(3) : 21 - 26
Sucipto dan Prihartono (2007), Pembesaran Nila Hitam Bangkok di Karamba Jaring

Apung, Kolam Air Deras, Kolam Air Tenang dan Karamba. Penerbit Penebar

Swadaya, Jakarta.
Sugiyono. 2006. Metodologi Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif

dan R&D. Alfabeta. Bandung. Hal. 329.


Sulastri, T. 2006. Pengaruh Pemberian Pakan Pasta dengan Penambahan Lemak

yang Berbeda terhadap Pertumbuhan dan Pembesaran Benih Ikan Selais

(Kryptopteruslais). Skripsi. Fakultas Pertanian Jurusan Perikanan

UIR.Pekanbaru. 59 halaman
Titin Kurniasih dan Zenal Arifin. 2007. Karakteristik Morfologi Keturunan Pertama Ikan

Nila (Oreochromis niloticus) Get dan Gif Berdasarkan

MetodeTrussMorphometrics. Jurnal Ris Akuakultur II (3) : 373--383


Wiranto, Goib., dan Hermida, Putu. I. D. (2010). Pembuatan Sistem Monitoring Kualitas

Air Secara Real Time dan Aplikasinya Dalam Pengelolaan Tambak Udang.

Jurnal Teknologi Indonesia. 33 (2): 107-113.


Yuniasari, D. 2009. Pengaruh Pemberian Bakteri Nitrifikasidan Denitrifikasi Serta

15
Molase dengan C/N Rasio Berbeda Terhadap Profil Kualitas Air Kelangsungan

Hidup dan Pertumbuhan Udang Vaname (Litipenaeus vannamei). Skripsi.

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Imstitut Pertanian Bogor.

16

Anda mungkin juga menyukai