Oleh:
SITI JUHAIRIYAH
NIM : 19.03.511.000.20
FAKULTAS PERTANIAN
BANGKALAN
2022
ANALISIS PARAMETER FISIKA DAN KIMIA DI KOLAM PEMBESARAN IKAN NILA
MERAH (oreochromis niloticus) DI BALAI BENIH IKAN KOTA PAMEKASAN
Oleh:
Siti Juhairiyah
NIM : 19.03.511.000.20
Menyetujui,
Pembimbing PKL
Mengetahui,
i
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan
Daftar Isi
Daftar Gambar
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
III Metodologi
3.1 Waktu dan Tempat
3.2 Metode Pengumpulan Data
3.2.1 Partisipasi Aktif
3.2.2 Observasi
3.2.3 Wawancara
3.2.4 Dokumentasi
3.3. Jenis dan Sumber Data
3.3.1 Data Srimer
ii
3.3.2 Data Sekunder
DAFTAR PUSTAKA
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
I. PENDAHULUAN
Menurut sejarahnya, Ikan Nila pertama kali didatangkan dari Taiwan ke Balai
Penelitian Perikanan Air Tawar Bogor pada tahun 1969. Pada penyelesaian masa
diIndonesia. Pakar perikanan memutuskan bahwa nama ilmiah yang tepat untuk
ikan nila adalah Oreochromis niloticus atau Oreochromis sp dan dalam bahasa
Jenis ikan yang sangat mudah dan banyak dibudidayakan untuk saat ini
adalah ikan nila (Oreochromis niloticus). Budidaya ikan nila lebih banyak digemari
karena ikan nila mudah dipelihara dan proses pemeliharaan nya pertumbuhan dan
reproduksinya cepat. Ikan nila ini dapat dikatan ikan yang tahan terhadap hama
dan penyakit. Pemeliharaan ikan nila bisa dilakukan di kolam, selain di kolam ikan
nila dapat dibudidayakan di media lain seperti kolam air deras, jaring apung, dan
sawah. Ikan nila termasuk salah satu komoditas yang mudah dibudidayakan,
namun ada beberapa faktor yang dapat menghambat sebuah keberhasilan dalam
suatu usaha budidaya ikan nila. Salah satu Masalah yang utama ditemui dalam
kegagalan suatu usaha budidaya ikan nila yaitu pada kualitas airnya selama dalam
lingkungan agar berada dalam kisaran yang sesuai untuk kehidupan dan
mencegah terjadinya aktivitas manusia yang berdampak buruk pada kualitas air
dan produksi ikan. Padat penebaran yang tinggi dan pemberian pakan yang
1
melimpah dapat menurunkan kondisi kualitas air. Hal ini disebabkan adanya
akumulasi bahan organik (Yuniasari, 2009). Pada Pengelolaan kualitas air yang
kualitas air yang sering diukur dan mempengaruhi pembesaran udang, yaitu
oksigen terlarut (DO), suhu, pH, dan salinitas (Wiranto dan Hermida, 2010). .
Kualitas air adalah keadaan suatu perairan yang akan diukur ataupun di uji
Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003). Kualitas air dapat dinyatakan dengan
parameter kualitas air. Parameter tersebut meliputi parameter fisik, kimia, dan
mikrobiologi. Kualitas air diketahui dengan melakukan pengujian tertentu pada air
tersebut. Parameter yang dilakukan adalah fisika dan kimia (Masduqi, 2009).
1.2 Tujuan
Adapun Tujuan dari penelitian dari praktik kerja lapang (PKL) di Balai Benih
pembenihan ikan nila merah (Oreochromis niloticus) di Balai Benih Ikan (BBI)
Pamekasan
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari penelitian dari praktik kerja lapang (PKL) di Balai Benih
2
1. Mahasiswa dapat Mengetahui analisis parameter fisika dan kimia di kolam
pembenihan ikan nila merah (Oreochromis niloticus) di Balai Benih Ikan (BBI)
Pamekasan
2. Mahasiswa dapat Mengetahui hambatan yang ada pada pengelolaan kualitas
air pada pembenihan ikan nila merah (Oreochromis niloticus) di Balai Benih
3
2.1 Klasifikasi ikan nila merah
Menurut Saanin (1968), klasifikasi ikan nila merah (Oreochromis niloticus)
yaitu sebagai berikut:
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Osteichtyes
Subkelas : Acanthoptherigii
Ordo : Percomorphy
Subordo : Percoidea
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus
fisiologisnya, yaitu badannya berbentuk bulat dan pipih, punggung agak tinggi,
sirip ekor dan punggungnya terdapat garis lurus yang panjang. Ikan nila memiliki
bagian dorsal, caudal, anal, ventral, dan dada. Pergerakan ikan sangat dibantu
4
oleh beberapa siripnya. Pada sisik ikan nila mempunyai ukuran yang besar, kasar
agak licin dan susunannya rapi. Ukuran kepala ikan nila relative kecil dengan
mulut di ujung kepala dan memiliki mata yang besar (Saanin, 1968).
Ikan nila memiliki toleransi yang tinggi terhadap perubahan lingkungan.
ikan ini hidup di air tawar seperti tambak, sawah, sungai, waduk, dan telaga
genangan air lainnya. Ikan nila juga dapat bertahan hidup di perairan payau
salinitas 10-20 permil. Ikan nila bisa tumbuh dengan baik pada suhu 25-30oC dan
dan pertumbuhan ikan nila adalah 7-8 (Titin dan Zenal, 2007).
berhubungan dengan sungai. Ikan nila kemudian tersebar luas ke Timur Tengah,
Amerika, Eropa dan negara-negara Asia, setelah dibawa oleh orang Eropa. Pada
saat ini ikan nila dibudidayakan ke seluruh provinsi di Indonesia. Tumbuh dan
berkembangnya ikan nila sangat bervariasi. Ikan Nila memiliki adaptasi yang
dibudidayakan di berbagai tempat dengan kondisi air yang baik, baik di dataran
adalah air tawar, air payau, bahkan ikan nila dapat bertahan hidup di air asin,
dengan nilai pH air berkisar antara 68.5. Kandungan garam yang ideal untuk
pertumbuhan adalah antara 0-35 per mil. Ikan nila air tawar dapat dipindahkan ke
air asin dengan adaptasi bertahap, dengan meningkatkan kadar garam sedikit
demi sedikit. Apabila hal tersebut dilakukan secara tiba-tiba, dari air tawar ke air
asin dengan kadar garam tinggi, ikan nila tersebut akan menjadi stres, bahkan
5
dalam bisnis akuakultur. Faktor yang mempengaruhi kelangsungan hidup (survival)
adalah faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah ikan itu sendiri,
lunak. Larva ikan nila tidak dapat memakan makanan dari luar selama masih
tersedia makanan berupa kuning telur yang menempel di bawah perut larva yang
baru menetas. Hal ini berbeda dengan jenis ikan air tawar pada umumnya yang
sesaat setelah menetas lubang mulutnya sudah terbuka. Pada saat induk ikan
memiliki memiliki telur yang sudah menetas, induk ikan nila ini menyimpan
anaknya didalam mulutnya. Apabila ikan nila ini makan, benih ikan nila yang ada di
benih ikan nila yang dikeluarkan dari mulutnya di masukkan kembali kedalam
ikan nila sudah mulai tumbuh besar. Zooplankton banyak disukai oleh larva ikan
nila. Kebiasaan hidup di habitat alami memberikan indikasi bahwa budidaya ikan
nila memerlukan ketersediaan pakan alami yang cukup, walaupun pada skala
usaha budidaya intensif diberikan pakan buatan (pelet), namun pakan alami tetap
matahari. Pada saat siang hari intensitas matahari cukup tinggi sehingga suhu air
meningkat, dan akan terjadi ikan nila sangat agresif terhadap makanan. Pada saat
kondisi mendung atau hujan, ataupun pada saat malam hari suhu air akan menjadi
rendah, dan ikan nila menjadi kurang agresif terhadap makanan (Puspowardoyo
6
2.5 Parameter kualitas air
2.5.1 Warna
Bahan organic (adanya plankton atau humus) atau anorganik (seperti ion
logam besi dan mangan) merupakan penyebab perubahan warna air. Warna air
menjadi kemerahan atau coklat kehitaman hal tersebut terjadi karena adanya
bahan anorganik seperti oksida besi. Warna kehijauan disebabkan oleh kalsium
karbonat berasal dari daerah berkapur. Warna air menjadi kecoklat dapat
disebabkan karena bahan organik, seperti tanin, lignin, dan asam humat berasal
pada warna air, sehingga harus dilakukan pemurnian warna pada air dengan cara
warna air. Warna air dapat menunjukkan adanya zat terlarut di dalam air yang
sangat mempengaruhi kualitas air. Warna air dapat diamati secara visual
dalam satuan (PtCo)), dengan membandingkan warna air sampel dan warna
Kecerahan adalah bagian cahaya yang ditransmisikan dalam air dan dinyatakan
sebagai persen (%). Nilai kecerahan air yang baik pada kelangsungan hidup dan
Pandangan ikan akan terganggu apa bila kecerahan kurang dari 45 cm.
7
Ketebalan lapisan produktif juga dapat menentukan pada kecerahan air.
kecerahan air , kecerahan air juga disebabkan oleh bahan-bahan perairan yang
2.5.3 Suhu
Suhu air sangat dibutuhkan pada saat pertumbuhan dan Kelangsungan hidup
ikan nila termasuk pada pembesaran yang baik pada karena sangat berpengaruh
terhadap nafsu makan dan metabolisme ikan nila. Suhu air sangat dipengaruhi
ketinggian geografis pertukaran panas dengan udara, sinar matahari, dan vegetasi
berkembang biak dengan baik. Suhu adalah faktor fisik yang sangat penting dalam
air, untuk menentukan massa jenis air dapat menggunakan tekanan . Selanjutnya,
hewan air lainnya mati. Kenaikan suhu air juga mengurangi kelarutan oksigen
dalam air, memiliki efek langsung pada aktivitas selain meningkatkan toksisitas
polutan untuk organisme di perairan, suhu air berkisar antara 35-40oC yang
kematian. Suhu yang baik untuk budidaya yaitu 2532 C (Pratiwi et al, 2011).
2.5.4 Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman merupakan gambaran jumlah atau aktivitas ion hidrogen
dalam air. keasaman atau kebasaan suatu air dapat dilihat menggunakan pH
8
meter. Perairan dengan nilai pH = 7 bersifat netral, pH < 7 dikatakan asam,
sedangkan pH > 7 dikatakan basa. Alkali nitas air dapat ditingkatkan dengan
bebas dan asam karbonat akan meningkatkan keasaman suatu perairan (Effendi,
2003).
Toleransi kehidupan akuatik terhadap pH tergantung pada banyak faktor
termasuk suhu, konsentrasi oksigen terlarut, variasi berbagai anion dan kation,
jenis dan siklus hidup biota. Perairan dengan pH (79) merupakan perairan yang
produktif dan berperan dalam mendorong proses perubahan bahan organik dalam
air menjadi mineral yang dapat diasimilasi oleh fitoplankton. Pertumbuhan dan
reproduksi ikan apabila nilai pH airnya tidak optimal dapat menyebabkan tidak
Perairan asam akan kurang produktif dan bahkan dapat membunuh hewan
nafsu makan menurun dan aktivitas meningkat karena konsumsi oksigen menurun,
dengan pH 6,5 9,0 dan kisaran optimal adalah pH 7,5 8,7. Nilai pH yang
ikan. Pada umumnya ikan nila dapat hidup di perairan dengan kandungan oksigen
produktivitas ikan, kandungan oksigen terlarut dalam air harus dijaga pada level di
9
dapat menyebabkan penurunan laju pertumbuhan ikan.
Oksigen terlarut (Dissolved oxsigen) merupakan parameter kimia yang sangat
penting dalam menentukan pertumbuhan dan Kelangsungan hidup ikan nila. Ikan
oksigen yang masuk ke kolam ikan nila, semakin baik untuk kehidupan ataupun
pertumbuhan ikan nila. Rendahnya kandungan oksigen sering terjadi pada periode
musim kemarau yang tidak berangin. Turunnya kandungan oksigen juga dapat
dipengaruhi pada saat malam hari di mana suhu menjadi rendah yang diikuti
sirkulasi air dapat meningkatkan angka DO. Oksigen terlarut yang baik berkisar 4
6 ppm sedangkan berdasarkan SNI 01-7246-2006 adalah > 3,5 ppm. Salinitas,
nutrien penting dalam air juga dipengaruhi oleh oksigen. Oksigen terlarut
ikan nila pada kolam pembesaran ikan nila (Haliman dan Adijaya, 2005).
10
III. METODE PELAKSANAAN
Pamekasan yang ditetapkan sebagai unit pelaksanaan teknis Dinas Perikanan dan
dari setiap metode pelaksanaan Praktik Kerja Lapang adalah sebagai berikut:
3.3 Partisipasi Aktif
Partisipasi aktif merupakan salah satu metode penelitian dimana peneliti
melakukan pengamatan guna mengumpulkan data dengan cara peneliti ikut terjun
bahwa dalam partisipasi aktif peneliti harus memahami secara secara langsung
aktivitas keseharian dari masyarakat yang sedang diteliti. Partisipasi aktif yang
dilakukan dalam Praktik Kerja Lapang di Balai Benih Ikan (BBI) Pamekasan yaitu
peneliti ikut terlibat dalam kegiatan sehari-hari yang dilakukan dalam proses
dengan cara mengambil data secara langsung di lapang tanpa adanya bantuan
alat lainnya dengan kata lain hasil pengamatan dicatat secara sistematik terhadap
gejala yang nampak pada objek penelitian. Pengamatan dan ingatan sangat di
Balai Benih Ikan (BBI) Pamekasan yaitu turut serta dalam kegiatan seperti
11
mengamati terkait proses persiapan budidaya dan pembesaran ikan nila merah.
3.5 Wawancara
Wawancara merupakan suatu proses untuk mendapatkan informasi dengan
tujuan tertentu. Wawancara dalam Praktik Kerja Lapang di Balai Benih Ikan (BBI)
pegawai di Balai Benih Ikan (BBI) Pamekasan sehingga informasi yang didapatkan
harian, gambar, kebijakan dan catatan penting dari suatu kegiatan. Prastowo
Kerja Lapang di Balai Benih Ikan (BBI) Pamekasn meliputi pengambilan foto
data primer. Data primer diperoleh dari hasil partisipasi aktif, observasi dan
wawancara. Data sekunder diperoleh dari informasi yang ada pada berbagai
literatur, jurnal ilmiah maupun buku yang diterbitkan yang berkaitan dengan tema
12
diperoleh secara langsung (tanpa perantara) dalam pengamatan pada subjek yang
sudah disediakan oleh peneliti. Data primer dalam Praktik Kerja Lapang di Balai
Benih Ikan (BBI) Pamekasan diperoleh dengan metode partisipasi aktif, observasi
diperoleh melalui media perantara berupa bukti, catatan atau laporan yang sudah
dapat diperoleh dari membaca literatur, jurnal ilmiah ataupun buku yang berkaitan
dengan permasalahan yang sedang diteliti oleh peneliti. Data sekunder dalam
Praktik Kerja Lapang di Balai Benih Ikan (BBI) Pamekasan diperoleh dari data
berhubungan dengan analisis parameter fisika dan kimia dikolam pembesaran ikan
nila merah
13
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, 2001. Pembenihan dan Pembesaran Nila Gift, Cetakan II, Penebar Swadaya,
Jakarta.
Anonimus. 2001. Budidaya Nila. AgroMedia Pustaka. Jakarta. 51 halaman
Arifin, yusuf. 2016. Pertumbuhan dan Survival Ikan Nila Strain Merah dan Strain Hitam
Lingkungan.
Oktafiansyah A. 2015. Analisa Kesesuaian Kualitas Air Di Sungai Landak Untuk
14
Penelitian. Andi. Yogyakarta. Hal. 171-174.
Pratiwi, Murti, N.T., Wijaya, H.K, Wilaga, E.M.A, & Pribadi, T.A. (2011). Komunitas
Bogor.
Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) Dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD) Sebagai
XXX(3) : 21 - 26
Sucipto dan Prihartono (2007), Pembesaran Nila Hitam Bangkok di Karamba Jaring
Apung, Kolam Air Deras, Kolam Air Tenang dan Karamba. Penerbit Penebar
Swadaya, Jakarta.
Sugiyono. 2006. Metodologi Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
UIR.Pekanbaru. 59 halaman
Titin Kurniasih dan Zenal Arifin. 2007. Karakteristik Morfologi Keturunan Pertama Ikan
Air Secara Real Time dan Aplikasinya Dalam Pengelolaan Tambak Udang.
15
Molase dengan C/N Rasio Berbeda Terhadap Profil Kualitas Air Kelangsungan
16