(Penaeus monodon)
Kelas B01
Disusun oleh :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dalam rangka
melengkapi tugas yang telah diberikan oleh dosen pembimbing dalam
mata kuliah Fisika Kimia Perairan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Udang windu merupakan salah satu komoditas unggulan subsector
perikanan di Indonesia yang mempunyai harga yang relatif tinggi sehingga
dapat meningkatkan devisa negara. Permintaan pasar meningkat dengan
didukung sumberdaya alam yang cukup besar memberikan peluang
pengembangan budidaya udang windu. Berbagai upaya dilakukan dalam
meningkatkan produksi udang windu. Salah satunya penerapan sistem
budidaya udang windu secara intensif
Keberhasilan usaha budidaya sangat rentan terhadap kondisi
lingkungan seperti kualitas air. Pertumbuhan udang windu sangat
dipengaruhi beberapa factor fisika kimia air terutama salinitas. Salinitas
sebagai salah satu factor lingkungan penting bagi sintasan pertumbuhan
organisme ekosistem. Konsentrasi salinitas sangat berpengaruh terhadap
proses osmoregulasi yaitu upaya hewan untuk mengontrol keseimbangan
air dan ion antara tubuh dan lingkungannya. Jika kondisi salinitas
berfluktuasi maka semakin banyak energy yang dibutuhkan untuk
metabolisme.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa morfologi udang windu?
2. Apa habitat udang windu?
3. Apa faktor yang mempengaruhi budidaya udang windu?
4. Apa pengaruh salinitas dalam budidaya udang windu?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui klasifikasi dan morfologi udang windu
2. Untuk mengetahui habitat udang windu
3. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi budidaya udang
windu
4. Untuk mengetahui pengaruh salinitas dalam budidaya udang windu
1
1.4 Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang udang windu
baik dari segi klasifikasi morfologi, factor lingkungan dan dapat
meningkatkan penguasaan mahasiswa dalam bidang budidaya, selain
informasi yang didapat untuk perkuliahan juga praktikum.
2. Bagi Bidang Perikanan
Diharapkan mampu dalam mengidentifikasi, menganalisis serta
menilai masalah-masalah lingkungan perairan yang dapat merugikan
budidaya udang windu.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Warna udang windu alam sangat bervariasi, mulai dari merah
sampai hijau kecoklatan. Udang yang dipelihara dan dibesarkan dalam
tambak memiliki warna lebih cerah yaitu hijau kebiruan. Warna tersebut
berhubungan erat dengan kandungan pigmen dalam makanan yang
dikonsumsi. Semakin tinggi oigmen karotenoid atau axantin dalam
makanannya, warna kulit udang semakin gelap.
2.3.1 Suhu
Suhu merupakan salah satu factor abiotic penting yang
mempengaruhi aktivitas, konsumsi oksigen, laju metabolisme, sintasan
dan pertumbuhan organisme akuatik. Kisaran suhu 26 – 32 ℃
menunjukkan suhu air dengan kadar optimal yang dapat ditolerir oleh
udang windu. Suhu berpengaruh pada metabolisme udang, pada suhu
tinggi metabolisme udang akan dipacu, sedangkan pada suhu rendah
proses metabolisme diperlambat. Jika hal ini terus dibiarkan akan
menyebabkan terganggunya kesehatan udang. Suhu air yang tinggi
menyebabkan oksigen dalam air menguap, akibatnya udang akan
kekurangan oksigen. Suhu air dapat mempengaruhi sintasan,
pertumbuhan, reproduksi, tingkah laku, pergantian kulit dan metabolism.
Suhu di atas 32 ℃ akan menyebabkan stress pada udang dan suhu 35℃
merupakan suhu yang kritis.
5
2.3.2 Derajat Keasaman (pH)
Pertumbuhan udang optimal yaitu pada kisaran pH 6,5 hingga 9,0.
Kisaran p tersebut masih layak bagi pertumbuhan dan kelangsungan hidup
udang. Jika pH 6,4 dapat menyebabkan laju peertumbuhan udang akan
menurun sebesar 60% dan sebaiknya pH 9,0-9,5 akan menyebabkan
peningkatan kadar amoniak sehingga dapat membahayakan udang.
Derajat keasaman (pH) yang rendah akan menyebabkan keasaman
meningkat, jika itu terjadi maka kondisi perairan akan menyebabkan
kualits air sehingga dapat mengakibatkan menurunnya selera makan suatu
organisme.
2.3.4 Amoniak
Kadar optimal amoniak pada udang windu yautu dibawah 0,1 ppm,
karena amoniak yang terlalu banyak tidak baik untuk perairan dan udang
windu nya sendiri. Melakukan pergantian air setiap harinya dapat
diterapkan untuk mempertahanakan kualitas aair selama waktu
pemeliharaan. Pergantian air dapat membuang sisa pakan dan
6
meningkatkan oksigen terlarut. Pergantian air juga dapat mengurangi
amoniak yang timbul.
7
udang. Sedangkan kisaran salinitas tinggi dapat menyebabkan
terhambatnya proses molting sehingga pertumbuhan udang terhambat.
Berdasarkan uraian tersebut dilakukan penelitian tentang kisaran salinitas
untuk keberhasilan tingkat sintasan dan pertumbuhan larva udang windu,
sehingga dapat digunakan untuk proses pembenihan udang windu
khususnya stadia post larva.
Perlakuan salinitas 25 ppt dan 30 ppt cukup baik untuk proses
molting yang dapat memperlancar proses osmoregulasi (pertukaran
garamgaram air laut kedalam cairan tubuh udang). Keberadaan cairan ini
menyebabkan udang pada saat molting dapat dengan mudah merobek
cangkang yang lama. Faktor yang paling mempengaruhi tingkat kelulusan
hidup post larva udang windu yaitu kualitas air pada media pemeliharaan
dan kualitas pakan. Kualitas air yang baik pada media pemeliharaan
merupakan faktor yang mendukung proses metabolisme dalam proses
fisiologi dan mempercepat ganti kulit yang dapat memperlancar proses
osmoregulasi. Tingginya salinitas dapat menghambat proses moulting.
Salinitas yang tinggi (> 35) dapat menyebabkan pertumbuhan udang
terhambat karena proses molting itu sendiri sulit dilakukan sehingga
terjadinya proses kematian pada
larva udang windu. Kulit merupakan indicator dari pertumbuhan udang,
semakin cepat udang berganti kulit berarti pertumbuhan semakin cepat
pula.
Perlakuan 40 ppt menunjukkan pergerakan yang lambat dan
mengalami kematian ditandai dengan adanya bintik merah pada larva. Ini
disebabkan udang windu yang dapat tumbuh pada salinitas tinggi. Bakteri
yang menyerang yaitu jenis bakteri Vibrio sp. Lingkungan perairan yang
buruk cenderung berpengaruh positif terhadap pertumbuhan pathogen
dan berpengaruh negative bagi udang karena dapat menyebabkan
munculnya penyakit. Salinitas merupakan salah satu sifa kualiyas air yang
sangat penting karena mempengaruhi kecepatan pertumbuhan post larva
udang. Konsumsi makanan dan efisiensi konversi pakan yang merupakan
8
komponen utama pada laju pertumbuhan dan sintasan dari udang panaeid
dipengaruhi oleh salinitas yang dapat menyebabkan pergerakan lambat.
Menurut Susilowati et al (2017), kemampuan tambak untuk
menghasilkan produksi perikanan selain dari teknologi yang digunakan
juga tidak terlepas dari tingkat kesuburan tambak. Potensi produksi hayati
perairan tambak sangat ditentukan oleh kesuburan perairannya.
Kesuburan perairan tambak merupakan cerminan hasil interaksi antara
komponen-komponen ekosistem yang ada di perairan tambak dan
ditunjukkan oleh kelimpahan serta keanekaragaman organisme
penyusunnya. Fitoplankton selain berfungsi dalam keseimbangan
ekosistem perairan budidaya dan berfungsi sebagai pakan alami dalam
usaha budidaya termasuk budidaya udang windu (P. monodon Fabricius)
serta penyumbang oksigen terbesar di perairan.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Udang windu merupakan hewan akuatik yang bersifat euryhaline.
Habitat udang windu muda adalah wilayah pantai berair payau pada
daerah hutan bakau yang berlumpur dengan campuran pasir subur. Faktor
yang mempengaruhi budidaya udang windu yaitu suhu, pH, DO, amoniak
dan salinitas. Kadar optimal pertumbuhan udang windu yaitu pada suhu
26 - 32℃. Semakin tinggi suhu, metabolisme akan semakin cepat. Kadar
optimal pH yaitu 6,5 – 9,0, jika pH rendah menyebabkan menurunnya
selera makan pada udang. Kadar optimal DO berkisar 3 – 8 ppm. Oksigen
terlarut sangat berpengaruh untuk kegiatan respirasi. Sedangkan kadar
optimal amoniak dibawah 0,1 ppm.
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan
dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut
dengan berpedoman pada banyak sumber yang dapat
dipertanggungjawabkan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan
saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.
10
DAFTAR PUSTAKA
11
2