Oleh:
185080507111006
B02 / 29
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya
saya dapat menyelesaikan makalah ini dalam rangka melengkapi tugas yang
telah diberikan oleh dosen pengajar dalam mata kuliah Manajemen Produksi
Benih.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................................3
1.1 Latar Belakang...............................................................................................3
1.2 Tujuan..............................................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................4
2.1 BIologi Ikan Patin (Pangasius hypopthalmus)............................................4
2.1.1 Klasifikasi Ikan Patin (Pangasius hypopthalmus)...............................4
2.1.2 Morfologi.......................................................................................................4
2.1.3 Makan Dan Kebiasaan Makan...................................................................5
2.1.4 Reproduksi Dan Siklus HIdup..................................................................5
2.1.5 Habitat Dan Penyebaran............................................................................5
2.2 Pembenihan Ikan Patin (Pangasius hypopthalmus)..................................6
2.2.1 Seleksi Induk Matang Gonad....................................................................6
2.2.2 Pemijahan......................................................................................................6
2.2.3 Striping Dan Pembuahan...........................................................................6
2.2.4 Penetasan Telur...........................................................................................7
2.2.5 Pemeliharaan Larva dan Benih................................................................7
2.3 Alat, Bahan Dan Wadah Pada Pembenihan Ikan Patin..............................8
BAB 3 PENUTUP.........................................................................................................12
3.1 Kesimpulan........................................................................................................12
3.2 Saran....................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................xii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui sifat-sifat biologi ikan patin.
2. Untuk mengetahui pembenihan ikan patin.
3. Untuk mengetahui sarana dan prasarana dari pembenihan ikan patin.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Ordo : Ostraiophsy
Sub Ordo : Siluroidei
Famili : Schilbeidae
Genus : Pangasius
Spesies : Pangasius hypopthalmus
2.1.2 Morfologi
4
2.1.3 Makan Dan Kebiasaan Makan
Ikan patin mengalami kematangan gonad pertama kali ketika ikan sudah
berumur 3 tahun untuk ikan patin betina dan 1-2 tahun untuk ikan patin jantan.
Ikan patin memiliki sifat bergerombol. Sifat tersebut tampaknya berpengaruh
terhadap kematangan gonad. Proses perkawinan ikan atau pemijahan
merupakan proses menyatunya sperma dan sel telur yang terjadi diluar tubuh.
Ikan patin betina dewasa dapat menghasilkan telur sebanyak 4500-12500 butir
telur/kilogram berat badannya. Secara alami, ikan patin berkembangbiak mulai
dari telur, menetas menjadi burayak (ukuran dibawah 1 cm), lalu menjadi kebul
ukuran (1-3 cm) hingga menjadi putihan (3-5 cm). Ikan patin melewati 6 fase
kehidupan, yaitu telur (jangka waktu 28 jam), larva (1-2 hari), benih, konsumsi,
calon induk dan induk (Rukmana dan Yudirachman, 2016)
Ikan patin banyak dijumpai pada habitat atau lingkungan hidup berupa
perairan tawar, seperti waduk, sungai-sungai besar dan muara-muara sungai.
Ikan patin lebih banyak menetap di dasar perairan. Sebaran ikan patin di
Indonesia mmeliputi wilayah di pulau Sumatera, Kalimantan dan Jawa. Ikan patin
dan kerabatnya dapat dijumpai juga di wilayah seperti Thailand, Vietnam, Cina,
Kamboja, Myanmar, Laos, India, Taiwan, Malaysia dan Semenanjung Indocina.
Ikan patin mampu tumbuh normal dengan kondisi perairan seperti kondisi
lingkungan aslinya di alam. Ikan patin membutuhkan oksigen (O2) yang baik
berkisar 2-5 ppm. Kandungan karbondioksida (CO2) tidak lebih dari 12,0 ppm.
Derajat keasaman (pH) berkisar 7,2-7,5. Kandungan amonia (NH 3) pada
5
toleransi ikan patin yaitu 1 ppm. Keadaan optimal suhu air antara 28 o-29o C. Ikan
patin lebih menyukai suhu perairan yang memiliki fluktuasi rendah. Ikan ini akan
merasa terganggu ika suhu pada perairan menurun secara drastic dan akan
mengganggu aktivitas ikan (Djariah, 2001)
Sebelum dilakukannya seleksi induk, kita harus memilih induk betina dan
induk jantan yang sudah matang gonad atau siap dipijahkan. Penangkapan induk
dilakukan hati-hati menggunakan jaring untuk menghindari stress pada induk
yang akan diambil.
2.2.2 Pemijahan
Ikan patin termasuk salah satu jenis ikan yang sulit memijah secara alami
jika tidak berada di habitat aslinya. Maka perlu dilakukan pemijahan dengan
sistem induced breeding (kawin suntik). Kematangan gonad pada ikan patin
sangat berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan pemijahan dengan sistem
induced breeding. Faktor lain yang mempengaruhi proses pemijahan yaitu
kualitas air, penyediaan makanan yang berkualitas dan kuantitas yang
mencukupi, serta kecermatan dalam penanganan atau pelaksanaan penyuntikan
6
genital. Jika yang keluar hanya cairan ovarium saja maka induk tersebut
dilepaskan kembali ke tempat penyimpanan. Telur dan sperma dikeluarkan
dengan cara pengurutan kemudian di tamping pada mangkuk. Pembuahan
buatan dimulai dengan cara mencampurkan telur dengan sperma yang telah
diencerkan dengan larutan sodium chloirda 0,9%, ditambahkan air bersih
kemudian diaduk dengan bulu ayam selama 3 menit secara perlahan-lahan
sampai tercampur merata, selanjutnya telur ditetaskan dalam akuarium atau
corong penetasan (Slembrouck et al, 2005)
Larva ikan patin memiliki sifat kanibal yang cukup tinggi, sehingga perlu
memperhatikan waktu pemberian pakan agar tidak terjadi kanibalisme. Pakan
pertama dapat diberikan sekitar 24 jam setelah menetas dengan kisaran suhu
29o-30oC. Pakan yang digunakan yaitu berupa naupili Artemia. Pemberian pakan
Artemia dilakukan dalam waktu 4-5 jam sekali. Pakan diberikan secara adlibitum
atau secukupnya dengan memperhatikan nafsu makan ikan. Pakan nantinya
diganti menggunakan cacing sutra pada hari ketujuh dengan memperhatikan
bukaan mulut larva. Pemeliharaan larva di akuarium dapat dilakukan sampai
umur minimal 10-14 hari sebelum dipindahkan ke bak pendederan. Sedangkan
7
pemindahan benih dari bak ke kolam biasanya dilakukan setelah pemeliharaan
3-4 minggu. Pertimbangan pemindahan pemeliharaan dapat disesuaikan dengan
kebutuhan.
Kebutuhan Alat
3. Pompa 1 unit
4. Pipa 1 unit
7. Baskom 5 buah
8
8. Timbangan 1 buah
10 Termometer 3 buah
.
11 pH meter 1 unit
.
12 DO meter 1 unit
.
13 Mikroskop 1 unit
.
Kebutuhan Bahan
3. Ovaprim 20 botol
9
4. Artemia 25 kaleng
5. Obat-obatan 1 paket
11 Garam 100 kg
.
10
Kebutuhan Wadah
11
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
a. Ikan patin (Pangasius hypopthalmus) merupakan ikan introduksi dari
Thailand.
b. Ikan patin (Pangasius hypopthalmus) termasuk ikan omnivore namun
cenderung ke karnivora dan termasuk ke dalam keluarga catfish.
c. Usia indukan ikan patin untuk betina sekitar 3 tahun dan untuk jantan
sekitar 1-2 tahun.
d. Indukan ikan patin betina dewasa dapat menghasilkan 4500-12500 butir
telur/kilogram berat tubuhnya.
e. Ikan patin membutuhkan oksigen (O2) yang baik berkisar 2-5 ppm.
f. Kandungan karbondioksida (CO2) tidak lebih dari 12,0 ppm.
g. Derajat keasaman (pH) berkisar 7,2-7,5.
h. Kandungan amonia (NH3) pada toleransi ikan patin yaitu 1 ppm.
i. Suhu air yang optimal antara 28o-29o C.
j. Penyuntikan HGC dan ovaprim secara intra muscular pada ikan patin
bertujuan untuk mempercepat kematangan gonad dan merangsang
pengeluaran sperma dan telur.
3.2 Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
Djariah, A.S. 2001. Budi Daya Ikan Patin . Kanisius. Yogyakarta. 87 hal.
Fariedah, F., Inalya, I., Rani, Y., A’yunin, Q., & Evi, T. (2018). Penggunaan Tanah Liat
untuk Keberhasilan Pemijahan Ikan Patin Siam (Pangasianodon
hypophthalmus). Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan, 10(2), 91-94.
Rukmana RH dan Yudirachman HH. 2016. Sukses Budidaya Ikan Patin Secara Intensif.
Yogyakarta. Lily Publisher
Susanto, H. Dan Khairul Amri. 2002. Budidaya Ikan Patin . Penebar Swadaya. Jakarta.
90 hal
xii