Anda di halaman 1dari 29

PEMBESARAN IKAN MAS (Chyprinus carpio)

DI KERAMBA JARING APUNG ( KJA) DO’A IBU JANGARI


CIANJUR JAWA BARAT

TUGAS AKHIR

OLEH

LIDIAWATI EFENDI
NPM :187424009

POLITEKNIK NEGERI lAMPUNG


PROGRAM DILUAR DOMISILI
KABUPATEN CIANJUR
2019

ii
PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio)
KERAMBA JARING APUNG (KJA) DO’A IBU JANGARI
CIANJUR JAWA BARAT

TUGAS AKHIR

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Pratama


Pada program studi Budidaya Perikanan

OLEH
LIDIAWATI EFENDI
NPM : 187424009

POLITEKNIK NEGERI lAMPUNG


PROGRAM DILUAR DOMISILI
KABUPATEN CIANJUR
2019

ii
ABSTRAK

LIDIAWATI EFENDI. Program Studi Budidaya Perikanan Program


Diploma 1, Politeknik Negeri Lampung, Pembesaran Ikan Mas di (Keramba
Jaring Apung Do’a Ibu) Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur,Prov Jawa Barat.
Ikan Mas merupakan jenis ikan mas yang cukup populer di masyarakat.
Ikan mas (Cyporinus carpio) merupakan spesies ikan air tawar yang sudah
lama dibudidayakan dan terdomestikasi dengan baik di dunia. Di Cina, para petani
telah membudidayakan sekitar 4000 tahun yang lalu sedangkan di Eropa beberapa
ratus tahun yang lalu. Sejumlah varietas dan subvarietas ikan mas telah banyak
dibudidayakan Asia Tenggara sebagai ikan konsumsi dan ikan hias.
Tugas akhir ( TA ) adalah bentuk apresiasi mahasiswa dalam menambah
wawasan serta keterampilan dalam pengembangan ikan budidaya khususnya ikan
mas (Cyporinus carpio). Dalam budidaya ikan mas.
Berdasarkan keanekaragaman genetik, ikan mas memiliki keistimewaan
karena banyak strain/ras.
Pemilaharaan/membudidayakan Ikan Mas, Induk dipelihara di kolam
khusus secara terpisah antara jantan dan betina. Pakan yang diberikan berupa
pellet dengan kandungan protein 25%. Dosis pemberian pakan sebanyak 3% per
bobot biomas per hari. Pakan tersebut diberikan 3 kali/hari.

i
HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul TA Mahasiswa : PEMBESARAN IKAN MAS


(Cyorinus carpio)
Di KJA Do’a Ibu Jangari – Cianjur Jawa Barat
2. Nama Mahasiswa : Lidiawati Efendi
3. Nomor Pokok Mahasiswa : 187424009
4. Program Studi : Budidaya Perikanan
5. Jurusan : Peternakan

Pembimbing I, Pembimbing II,

Suwar, S.Pi R. Selfi Nendris, S.Pi.,MM


NIP. - NIP. 198509252011011001

Ketua Program Studi


Budidaya Perikanan

Syamsul Mu’min, S.Pi., M.Si.


NIP. 198008132010011009

Tanggal Ujian :
RIWAYAT HIDUP

ii
Penulis dilahirkan di Kabupaten Cianjur pada tanggal 09
Februari 1995 atas Nama LIDIAWATI EFENDI merupakan
anak tunggal dari pasangan Bapak Entang Efendi (Alm.) dan
Ibu Elis Tati, Bertempat tinggal di Kp. Bakom Tengah, Desa
Murnisari, Kec. Mande, Kab. Cianjur.
Penulis mengawali pendidikan di Sekolah Dasar SD Negeri Murnisari pada
tahun 2001 diselesaikan pada tahun 2007, Melanjutkan ke Sekolah SMP Negeri 1
Mande Pada Tahun 2007 dan Lulus pada tahun 2010, kemudian Melanjutkan ke
Sekolah SMA Negeri 1 Mande pada tahun 2010 dan lulus tahun 2013.
Penulis tercatat sebagai mahasiswa PDD Polinela Kabupaten Cianjur
Program Studi Budidaya Perikanan dan lulus pada tahun 2019.

iii
KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah


melimpahkan kasih dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas
Akhir yang berjudul “Pembenihan secara semi buatan Ikan Tawes (Barbonymus
gonionotus) di Cabang Dinas Kelautan dan Perikanan Wilayah Selatan Provinsi
Jawa Barat”. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Budhi Rahayu Toyib S.Sos, M.M selaku Ketua Program Studi Diluar Domisili
Polinela Kabupaten Cianjur.
2. Ir. NR. Dewi Sopiah Azhuri, MT. selaku Wakil Ketua Bidang Administrasi
Akademik dan Kemahasiswaan.
3. Syamsul Mu’min, S.Pi., M.Si. selaku Ketua Program Studi Budidaya
Perikanan.
4. Suwar, S.Pi selaku pembimbing I TA
5. R. Selfi Nendris, S.Pi.,MM selaku pembimbing II TA
6. Bapak/Ibu selaku Dosen D1 Budidaya Perikanan
7. Seluruh pengurus Studi Diluar Domisili Politeknik Negeri Lamapung
Kabupaten Cianjur
8. Rekan-rekan Mahasiswa Program Studi Diluar Domisili Politeknik Negeri
Lampung Kabupaten Cianjur
9. Orang tua terkhusus Ibu yang selalu memberikan semangat, motivasi, doa
serta dukungan moral dan material demi keberhasilan penulis
10. Suami tercints yang tak berhenti terus memberikan dukungan dan motivasi
setiap waktu.
Saya menyadari dalam penyusunan laporan tugas akhir ini masih banyak
kekurangan. Saran dan kritik yang bersifat membangun sangat saya harapkan,
semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Cianjur, 1 April 2019

Penulis
DAFTAR ISI

iv
Halaman
ABSTRAK ..................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ii
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ iii
KATA PENGANTAR...................................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1


I.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
I.2 Tujuan ............................................................................................... 3
I.3 Waktu dan Tempat............................................................................. 3
I.4 Metode Pelaksanaan ......................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 5


2.1 Marfologi........................................................................................... 5
2.2 Klasifikasi.......................................................................................... 5
2.3 Sistem Pembudidayaan Ikan Mas .................................................... 6
2.4 Prosfek Budidaya Ikan Mas ............................................................. 8
2.5 Kondisi Air ....................................................................................... 10

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 11


3.1 Kegiatan Pembesaran Ikan Mas ....................................................... 11
3.1.1 Pembuatan Jaring Apung ....................................................... 11
3.1.2 Pembenihan ........................................................................... 14
3.1.3 Pembesaran Ikan Mas ........................................................... 16
3.1.4 Pemberian Pakan ................................................................... 16
3.1.5 Pemeliharaan Indukan ........................................................... 17
3.1.6 Panen ..................................................................................... 18

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 19


3.2 Kesimpulan ....................................................................................... 19
3.3 Saran ................................................................................................. 19

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 20

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki paparan perairan yang
sangat luas. Lebih dari 80% dari luas negara Indonesia merupakan perairan,
baik perairan darat maupun perairan laut. Luas perairan Indonesia
merupakan terbesar kedua setelah Amerika Serikat. Besarnya luas
perairan ini membuat potensi perikanan Indonesia menjadi sangat besar.
Ikan mas merupakan ikan konsumsi air tawar yang cukup berkembang
di Indonesia. Permintaan terhadap produk ikan mas segar cukup besar
dan menjadikan ikan mas sebagai salahsatu ikan favorit masyarakat
Indonesia. Berdasarkan data dari Kementrian Perikanan dan Kelautan,
dinyatakan bahwa produksi ikan mas di Indonesia mencapai peningkatan
berturut-turut dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 adalah 267.100,
280.400, 300.000, 325.000 dan 350.000 ton (Subiyakto, 2014). Ikan mas
merupakan ikan konsumsi yang memiliki data pembudidayaan yang
paling lengkap, mulai dari tahap pembenihan, pendederan, pembesaran,
hingga panen.
Ikan mas (Cyprinus carpio) adalah merupakan salah satu spesies ikan
air tawar yang mempunyai peluang pengembangan budidaya besar untuk
meraih potensi pasar yang terus meningkat. Budidaya ikan mas dilakukan di
kolam biasa, di sawah, waduk, sungai air deras, maupun dalam keramba di
perairan umum. Disamping itu ikan merupakan sumber protein hewani untuk
memenuhi gizi masyarakat Indonesia (Sutanmuda, 2007). Ikan mas juga
termasuk dalam genus Cyprynidae Ikan ini memiliki beberapa nama daerah,
antara lain ikan tambra, raya, atau ameh. Secara fisiologi, ikan mas memiliki
badan memanjang dan sedikit pipih ke samping. Mulut ikan terletak
ditengah, dan ikan ini memiliki sungut sebagai ciri pokok yang membedakan
ikan mas dengan kerabat dekatnya, yaitu ikan mas koki.

1
Pembudidayaan ikan mas di Indonesia sudah berkembang pesat di
berbagai daerah. Kota-kota yang merupakan sentra ikan mas di Jawa Barat
adalah Ciamis, Sukabumi, Tasikmalaya, Bogor, Garut, Bandung, Cianjur,
dan Purwakarta. Jawa Barat merupakan daerah utama sentra produksi ikan
mas di Indonesia. Salah satu kegiatan perikanan budidaya ikan di daerah
Cianjur yaitu pada KJA (Keramba Jaring Apung) Do’a Ibu di Waduk Jangari.
Waduk Jangari memang merupakan tempat pembesaran ikan air tawar. Salah
satu primadona ikan air tawar yang dipelihara disini adalah ikan mas. Ikan
yang dipelihara di waduk ini memiliki kelebihan tersendiri, selain ikannya
cepat besar, dagingnya juga tidak berbau lumpur.
Di Waduk Jangari setiap Keramba Jaring Apung memiliki kedalaman
sekitar kurang lebih 30 meter. KJA (Keramba Jaring Apung) Do’a Ibu
terdapat sekitar 100 jaring, dengan ukuran masing-masing jaring 10 kali 10
meter. Jaring terapung disini dapat menampung 15 ribu hingga 30 ribu ekor
bibit ikan mas. Di KJA (Keramba Jaring Apung) Do’a Ibu hanya terdapat
proses pembesaran ikan mas. Bibitnya didatangkan dari tambak pembenihan
di darat. Anak ikan mas yang dibesarkan disini mulai dari usia satu minggu.
Pemeliharaan ikan mas di Keramba Jaring Apung semacam ini memerlukan
bibit sekitar 1 kwintal. Ikan diberi makan berupa pelet dua kali sehari, pada
pagi dan sore hari. Dari anakan ikan hingga berkembang siap panen,
menghabiskan pakan sekitar 2 ton. Setelah dipelihara sekitar 3 bulan, ikan
mas siap dipanen. Pemasarannya ke sekitar wilayah Jawa Barat, Jakarta dan
Banten.
Pasar yang menguntungkan menjadikan petani ikan di Waduk Jangari
berusaha untuk meningkatkan produksi dengan cara pemberian pakan yang
berlebihan. Menurut Kusdiarti (2011) Sebanyak 30% pakan akan terbuang
dan pakan yang dimanfaatkan oleh ikan sebanyak 25-30% akan terbuang
dalam bentuk feses. Dampak yang yang timbul adalah danau mengalami
penurunan kualitas air yang ditandai dengan sedimetasi yang tinggi serta
eutrofikasi. Penurunan kualitas air menjadikan petani ikan produksi ikan di
Waduk Jangari menurunkan padat penebaran ikan untuk menghindari

2
petumbuhan yang lambat. Disisi lain, kendala yang ditimbulkan dan perlu
diperhatikan adalah munculnya serangan penyakit. Umumnya penyakit yang
sering ditemukan menyerang ikan mas dapat disebabkan oleh parasit, bakteri,
virus maupun jamur (Anshery, 2008). Selain itu, faktor lain yang dapat
menghambat perkembangan Ikan Mas yaitu dari faktor alam yaitu cuaca.
Cuaca buruk dapat menyebabkan penurunan tingkat produksi Ikan Mas dan
ikan lain yang dibudidayakan merosot dengan cepat karena membuat populasi
ikan mengalami kejang-kejang / mabok. Berdasarkan uraian diatas, maka
diperlukan kombinasi padat tebar ikan mas yang mampu meningkatkan
produksi ikan mas dengan tetap memberikan pengaruh positif terhadap
lingkungan dan adanya perhitungan terhadap cuaca yang akan terjadi.

1.2 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui cara Pembesaran
Ikan Mas dan menambah pengetahuan tentang Pembesaran Ikan Mas, serta
memantapkan dan mengembangkan pengetahuan mahasiswa dalam bertani
yang berorientasi Peternakan dalam Budidya Perikanan dengan di landasi
sikap mental, disiplin kerja sama dan harus tanggung jawab yang tinggi

1.3 Waktu Dan Tempat


Pelaksanaan praktek kerja lapangan ini di mulai dari 16 Febuari-16
Maret 2019 Bertempat di KJA (Keramba jaring Apung) Do’a Ibu Jangari
Cianjur, Jawa Barat.

1.4 Metode Pelaksanaan


Metode praktek yang di gunakan adalah metode survey, melakukan
pengamatan dan melaksanakan kegiatan langsung selama praktek kerja
bertani ikan.
Kegiatan Praktek kerja bertani dalam Pembesaran Ikan Mas dengan
melalui tiga pendekatan yaitu:

3
a. Orientasi
Kegiatan orientasi merupakan salah satu tahap yang harus
dilakukan sebelum kegiatan praktek kerja bertani dilaksanakan. Pada
awalnya siswa mendatangi tempat yang dipilih. Ketika sampai di
lokasi tersebut, kita langsung menemui pegawai sekaligus orang yang
akan menjadi pembimbing di lapangan. Pembimbing langsung
mengarahkan kita bagaimana proses kegiatan dan menjelaskan pula
tentang apa-apa saja yang menjadi uang lingkup kegiatan yang
dilakukan di perusahaan tersebut. Dengan demikian, ditentukan
kegiatan apa saja yang akan kita laksanakan selama praktek kerja bertani
sesuai dengan bidang perminatan.
b. Observasi
Pertama kali pelaksanaan praktek kerja bertani, masih belum
mencari dan memperoleh data dan informasi mengenai lokasi, situasi dan
kondisi perusahaan/kolam. Kita hanya mengikuti saja apa yang
ditugaskan oleh pembimbing. Sambil berjalannya waktu, kita memulai
mencari data tentang informasi industri serta data tentang kegiatan
yang kita lakukan. Setelah kita mendapatkan data tersebut, langsung
kita masukkan kedalam laporan yang dibuat oleh siswa secara individual.
c. Adaptasi
Adaptasi merupakan suatu upaya penyesuaian diri terhadap
lingkungan yang baru. Masing-masing memiliki perbedaan
kemampuan dalam melakukan adaptasi terhadap lingkungan yang
baru. Ada yang mudah melakukannya, ada pula yang sulit untuk
melakukannya. Hal ini wajar saja, karena kita merupakan manusia yang
harus bersosialisasi dan saling interaksi dengan sesama untuk
berkerja sama dalam kehidupan, terutama dalam berkerja. Tentunya
dengan adanya komunikasi, akan terjalin ikatan antara anak praktek kerja
industri dengan pembingbing di industri. Selain dengan sesama manusia,
juga dengan tempat lingkungan yang baru.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Morfologi
Secara morfologi ikan mas memiliki tubuh memanjang dan sedikit
memipih ke samping. Hampir seluruh tubuhnya ditutupi oleh sisik. Moncong
ikan mas terletak di tengah dan pada ujung monjong terdapat sungut (berbel).
Ikan ini memiliki sirip punggung berjari-jari keras dengan bagian akhir
yang bergerigi. Pada bagian anal terdapat jari-jari keras dan bergergi pada
ujungnya.

Gambar 2.1 Ikan Mas Dewasa

2.2 Klasifikasi
Berdasarkan taksonomi, ikan mas diklasifikasikan sebagai berikut :
Phyllum : Chordata
Subphyllum : Vertebrata
Superclass : Piscess
Class : Osteichthyes
Subclass : Actinopterygii
Ordo : Cypriniformes
Subordo : Cyprinoidea
Famili : Cyprinidae

5
Subfamily : Cyprinus
Species : Cyprinus carpio

2.3 Sistem Pembudidayaan Ikan Mas


Dikenal beberapa sistem pembudidayaan ikan mas, baik secara
tradisional maupun modern. Perbedaan antara kedua sistem ini adalah
metode pemanfaatan air sebagai tempat hidup ikan mas. Pada sistem
tradisional, umumnya petani memanfaatkan air yang tenang, tanpa
menggunakan pemanfaatan teknologi. Sedangkan pada sistem modern,
umumnya petani memanfaatkan air yang bersifat mengalir dan dilengkapi
oleh penerapan teknologi. Bebereapa sistem pembudidayaan yang dikenal
adalah :

2.3.1 Mina padi


Sistem ini memadukan budi daya tanaman padi dan budi daya
ikan mas. Ikan mas di budidayakan di sawah. Umumnya bobot
ikan mas yang dihasilkan memiliki bobot yang cukup baik.
Kekurangan dari sistem ini adalah kapasitas produksi yang tidak
dapat terlalu besar, adanya ancaman dari predator alami yang hidup
di sawah, dan ikan mas yang dihasilkan sering berbau lumpur
sehingga kurang sedap dimakan konsumen.

2.3.2 Karamba
Karamba adalah wadah untuk memilihara ikan yang
ditempatkan dalam sungai yang dangkal. Umumnya karamba terbuat
dari kayu dan bambu. Ikan-ikan yang dapat dibudidayakan di karamba
ini adalah jenis ikan yang tidak bertubuh pipih. Umumnya karamba
dibangun di sungai yang airnya mengalir dan diberi pakan buatan.
Sistem ini dapat menghasilkan ikan dengan bobot yang baik, namun
sistem ini memiliki kerkurangan antara lain kurangnya kadar oksigen
yang terlarut, keterbatasan paka alami bagi ikan, dan kotoran sisa-sisa
metabolisme yang kadang tersangkut di dasar karamba.

6
2.3.3 Kolam Tadah Hujan
Sistem ini menggunakan kolam yang dibangun di atas hamparan
bujur sangkar dengan ukurang antara 5-10 meter persegi. Kolam ini
mengandalkan curah hujan dalam penyediaan air dan mengandalkan
tiupan angin untuk meningkatkan kadar oksigen terlarut dalam air.
Cara ini umum digunakan oleh peternak tradisional yang tidak
terlalu mengharapkan hasil yang banyak. Kekurangan dari sistem
ini adalah kurangnya kadar oksigen dan tingginya kadar pencemaran
amonia.

2.3.4 Jaring Terapung


Pada metode ini, petani pembudidaya memanfaatkan waduk
atau danau yang berombak kecil sebagai tempat budidaya. Petani
membangun petak-petak lahan budidaya. Tiap petak umumnya
berukuran segi empat dan diberi jaring untuk melokalisasi ikan agar
tidak lari. Pemberian pakan diberikan di petak dan sisa pakan
dibiarkan mengendap di dasar waduk. Kelebihan dari sistem ini adalah
praktis dan memberikan ikan mas habitat yang nyaman sesuai dengan
habitat aslinya. Kekurangannnya adalah minimnya kadar oksigen dan
resiko pencemaran waduk yang akan mempengaruhi ikan
mas.
2.3.5 Kolam air deras
Kolam air deras merupakan kolam tempat pembesaran ikan
yang airnya mengalir terus-menerus dalam jumlah tertentu.
Teknologi pembuatan kolam air deras pertama kali diperkenalkan di
Jepang pada tahun 70-an dan kemudian diperkenalkan ke Indonesia
pada tahun 80-an. Walaupun demikian, sebenarnya penggunaan
media air deras untuk tempat budidaya ikan mas sebenarnya telah
dikenal oleh masyarakat Indonesia sebelum metode kolam air
deras dari Jepang diperkenalkan, yaitu dengan membuat kolam
karamba yang memanfaatkan aliran air sungai. Pembudidayaan

7
dengan menggunakan kolam air deras ini termasuk metode yang
dianggap paling berhasil untuk membudidayakan ikan mas, karena
metode ini dapat menghasilkan jumlah dan mutu panen yang
paling baik. Kekurangannya adalah mahalnya biaya investasi untuk
membangun kolam air deras, sehingga tidak semua petani
pembudidaya dapat menggunakan metode ini.
Belum ada data yang spesifik menyebutkan berapa
kontribusi dari masing-masing metode budidaya diatas terhadap total
produksi ikan mas nasional, namun semakin lama semakin terjadi
kecenderungan bahwa penggunaan metode pembudidayaan yang
lebih modern seperti kolam air deras semakin diminati oleh petani
dibandingkanmetode pembudidayaan tradisional seperti mina padi,
dikarenakan metode yang lebih modern umumnya memberikan hasil
panen yang lebih baik secara kuantitas dan kualitas. Hal ini juga
didukung oleh fakta bahwa semakin banyak petani pembudidaya
yang memahami teknik budidaya dan perawatan ikan mas yang baik
dan benar.

2.4 Prospek Budidaya Ikan Mas


Sebagai negara kepulauan yang memiliki potensi perairan laut dan darat
yang sangat besar, Indonesia masih belum memaksimalkan potensinya.
Data dari Ditjen Perikanan menyebutkan bahwa potensi lestari perikanan
Indonesia mencapai 6,7 juta on ikan per tahun. Namun, hingga tahun 2005,
produksi perikanan secara nasional baru terealisasi rata-rata sebesar 50% saja,
atau sekitar 3,5 juta ton per tahun. Saat ini, nilai konsumsi ikan nasional
baru mencapai kisaran 30 kg/kapita/tahun. Angka tersebut jelas kalah jauh
jika dibandingkan dengan tingkat konsumsi ikan di beberapa negara Asia
lainnya, misalnya Jepang yang tingkat konsumsi ikannya mencapai 110
kg/kapita/tahun, Korea Selatan yang mencapai 85 kg/kapita/tahun,
Malaysia yang mencapai 45 kg/kapita/tahun dan Thailand yang
mencapai 35 kg/kapita/tahun. Upaya untuk meningkatkan permintaan

8
ikan dalam negeri terus dilakukan oleh pemerintah,salah satunya dengan
cara mempromosikan kepada masyarakat mengenai manfaat ikan terhadap
kesehatan keluarga. Diharapkan upaya ini dapat meningkatkan konsumsi
ikan per kapita masyarakat Indoenesia. Dalam kurun 5 tahun terakhir,
konsumsi ikan nasional telah melonjak hingga lebih dari 1,3 juta ton seiring
pertumbuhan penduduk Indonesia yang mencapai 1,34% per tahun.
Diperkirakan pola konsumsi ikan nasional akan merambat naik pada tahun-
tahun mendatang.Untuk meningkatkan produksi ikan secara nasional,
pemerintah melalui Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP-RI) telah
melakukan beberapa upaya untuk meningkatkan kegiatan budidaya
perikanan darat. Secara nasional, produksi perikanan budidaya darat telah
menunjukkan peningkatan. Pada tahun 2005 tercatat produksi perikanan
budidaya sebanyak 6.552.724 ton, dan angka ini naik pada tahun 2006
menjadi sebesar 6.788.870 ton. Diperkirakan angka ini akan terus naik,
seiring dengan semakin baiknya permintaan konsumsi ikan dalam negeri.
Teknik pembudidayaan ikan mas yang relatif mudah, kandungan
gizinya, serta cita rasanya yang enak, menjadikan ikan mas sebagai
salah satu ikan yang tingkat konsumsinya paling tinggi di Indonesia.
Diharapkan, seiring dengan semakin meningkatnya permintaan ikan
dalam negeri, permintaan terhadap ikan mas juga akan semakin naik di
tahun-tahun mendatang.
Selain pasar di dalam negeri, potensi pemasaran produk perikanan,
termasuk ikan mas, juga terbuka lebar melalui ekspor. Saat ini, kontribusi
sub-sektor perikanan pada perolehan devisa ekspor nasional masih relatif
rendah, yaitu sekitar 7,6% dari nilai total perolehan devisa. Target nilai
ekspor ikan nasional tahun 2008 adalah sebesar US$2,6 miliar dan angka
ini masih terus dapat dinaikkan. Permintaan terbesar terhadap produk
perikanan Indonesia umumnya datang dari negara-negara Asia.Berkaca pada
kondisi diatas, dapat disimpulkan bahwa peluang untuk meningkatkan
produksi produk perikanan, termasuk ikan mas, masih terbuka lebar, baik di
tingkat nasional maupun untuk kegiatan ekspor. Potensi perairan laut

9
dan perairan darat yang dimiliki Indonesia sangat mendukung
pengembangan budidaya produk perikanan.

2.5 Kondisi air


Ikan dapat mengalami stress akibat perubahan gerakan air yang terlalu
drastis. Perubahan riak dan ombak dapat disebabkan oleh hujan deras
dan angin kencang. Umumnya, apabila hujan ini telah berlangsung beberapa
hari, ikan akan dapat kembali menyesuaikan diri dan tidak stress. Selain
ombak, suhu air hujan yang lebih rendah dari suhu perairan juga dapat
menyebabkan terjadinya pergerakan massa air dari dasar perairan ke
permukaan (up-welling). Umumnya up-welling terjadi secara alamiah
dan tidak selalu merugikan. Namun, apabila massa air dari lapisan bawah
perairan memiliki kadar oksigen terlarut yang rendah dan kadar polutan
(seperti amonia) yang tinggi, maka hal ini dapat menyebabkan kematian ikan.
Oleh karena itu tingkat polusi perairan harus selalu dikontrol.

10
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Kegiatan Pembesaran Ikan Mas


Selama melaksanakan kegiatan KJA (Kerambang Jaring Apung)
Do’a Ibu Jangari-Cianjur, dipeoleh data-data mengenai kegiatan pembesaran
ikan mas dari tahap persiapan sampai pemanenan sebagai berikut :

3.1.1 Pembuatan Jaring Apung


1. Petak jaring apung
Umumnya 1 unit tempat pembudidayaan terdiri dari 4 petak.
Masing-masing petak berukuran 7 x 7 meter persegi. Walaupun
begitu, banyak juga ukuran unit yang terdiri lebih dari 4 petak,
yaitu 6 atau 8 petak. Gambar satu unit budidaya yang terdiri dari 4
petak jaring apung dapat dilihat dibawah:

Gambar 3.1 Ukuran unit jaring apung yang umum

Ukuran lebar kontruksi pembatas ini adalah sekitar 0,5 meter.


Satu unit budidaya minimal terdiri dari 4 petak jaring apung.
Kontruksi utama petak dapat dibuat dari bambu atau dari besi.
Penggunaan kontruksi besi lebih disarankan karena lebih kuat dan
menambah umur pemakaian aset. Gambar dari kontruksi besi dapat
dilihat dibawah :

11
Gambar 3.2 Kontruksi Besi Petak

Kontruksi besi petak terbuat dari besi tipis dan dibuat dengan
lebar sekitar 0,5 meter dan cukup dilewati oleh orang dewasa.
Diantara dua besi utama dipasang besi-besi pendek yang
kerapatannya tergantung pada selera petani pembudidaya. Sebagai
pengganti besi pendek dapat pula digunakan kayu. Selanjutnya
diatasnya, diberi lagi tambahan bambu-bambu kecil untuk
memudahkan orang berjalan diatasnnya. Kebutuhan petak jaring
apung dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 3.1 Kebutuhan bahan petak jaring apung

2. Tong pengambang
Petak diapungkan dengan menggunakan drum kosong yang
diisi oleh udara. Untuk satu petak digunakan drum 12 drum kosong
untuk membuat petak dapat tetap mengapung, yaitu 4 drum
diletakan di pojokan petak, dan 2 drum diletakkan di antara dua
pojokan. Sedangkan, untuk membuat satu unit budidaya
dibutuhkan 33 tong. Di bagian bawah tong pengambang dipasang

12
bambu gembong untuk menguatkan posisi tong pengambang.
Posisi tong pengambang untuk satu unit budidaya dapat dilihat
dibawah :

Gambar 4.3 Posisi drum jaring apung

3. Jaring

Di dalam petak dikaitkan jaring untuk melokalisasi ikan mas


dengan kedalaman 4 meter. Di tiap-tiap sudut jaring dipasangkan
pemberat untuk menjaga agar jaring tetap berukuran kotak. Ukuran
jaring ikan mas rata-rata adalah 7 x 7 x 8 meter kubik. Apabila
petani melakukan tumpang sari budidaya dengan memelihara ikan
nila juga, maka di bawah jaring ikan mas akan dipasang jaring ikan
nila. Ukuran jaring ikan nila umumnya adalah 7 x 7 x 16 meter
kubik dan diletakkan dibawah jaring ikan mas. Ketebalan jaring
ikan nila lebih tebal dari ketebalan jaring ikan mas. Di masing-
masing sudut jaring, juga di ikatkan pemberat untuk menjaga agar
jaring tetap berukuran kotak. Jaring ini biasanya tidak dijual dalam
bentuk bujur sangkar sehingga petani pembudidaya harus menjahit
dulu jaring baru ini sehingga sesuai dengan bentuk dan ukuran
yang dibutuhkan.

4. Pemberat/ jangkar

Di masing-masing sudut petak diberikan pemberat/ jangkar.


Untuk setiap sudut petak dipasang pemberat yang terdiri dari batu

13
kali seberat 200 kg yang dimasukkan ke dalam karung dan diikat
ke sudut petak. Diantara dua sudut, dipasang juga pemberat yang
lebih kecil yang dibuat dari adukan semen yang dimasukkan ke
dalam bola plastik.

3.1.2 Pembenihan
Benih ikan mas yang akan di tebar di kolam yang berukuran
15x15 m, data mengenai benih ikan mas adalah sebagai berikut :
Jumlah benih ikan : 300 kg
Sampling benih : 1 kg = 100 ekor
Jumlah total : = 200 ekor
Ukuran : = 10 gr/ekor

Tabel 3.2 Pembenihan

No No kolam Kg/m2 Ekor m2 kg Ekor

1 Kolam 1 1 100 1 100

2 Kolam 2 1 100 1 100

1. Pemeliharaan dan Seleksi Induk


Induk ikan yang sehat dan siap dipijah dipelihara di kolam
khusus secara terpisah antara jantan dan betina. Ikan betina yang
diseleksi sudah dapat dipijahkan setelah berumur 1,5 - 2 tahun
dengan bobot >2 kg. Sedangkan induk jantan berumur 8 bulan
dengan bobot > 0,5 kg.

2. Pemijahan
Pada proses pemijahan, ikan dirangsang dengan cara
membuat lingkungan perairan menyerupai keadaan lingkungan
perairan umum dimana ikan ini memijah secara alami atau dengan
rangsangan hormon. Tempat pemijahan dapat berupa
kolam tanah atau bak tembok. Ukuran/luas kolam pemijahan
tergantung jumlah induk yang dipijahkan dengan bentuk kolam

14
empat persegi panjang. Jumlah induk betina yang dipijahkan
tergantung pada kebutuhan benih. Selanjutnya betina yang telah
memijah diangkat dan dipindahkan ke kolam pemeliharaan induk.
Waktu pemijahan ikan mas akan dirangsang dengan cara
membentuk habitat yang terlihat seperti kondisi lingkungan
perairan umumnya sehingga ikan mas bisa melakukan pemijahan
dengan cara normal yakni rangsangan hormon. Caranya sebagai
berikut :
 Bersihkan dan keringkan lokasi pemijahan lalu isi dengan air
setinggi 75 hingga 100 cm air.
 Pasang hapa supaya nantinya panen larva lebih mudah
dilakukan dengan dimensi 4 x 3 x 1 meter dan diberi pemberat
agar tidak mengambang.
 Masukkan induk ikan mas jantan dan betina yang sudah siap
pijah dengan jumlah 1 betina yang dipasangkan dengan 2
hingga 3 ikan mas jantan.
 Angkat indukan yang memijah ke lokasi keramba
pemeliharaan induk.
 Sesudah telur berumur sekitar 4 hari maka akan menetas
menjadi larva.
 Sesudah larva menetas tidak perlu diberi pakan karena masih
memiliki cadangan makanan dari telur.
 Sesudah lebih dari 5 hari maka bisa diberi pakan tambahan
berupa kuning telur rebus atau kutu air. dan sesudah sekitar 5
hari maka sudah siap ditebar dalam keramba pembenihan.
3. Perawatan Larva
Kakaban diangkat 3 hari setelah telur menetas atau setelah
larva tidak menempel di kakaban. Larva diberi pakan suspensi
kuning telur dengan takaran satu telur untuk 100.000 ekor larva.
Waktu perawatan larva ini selama 5 hari hingga larva siap ditebar
di kolam.
4. Pendederan
Pendederan bisa ditambahkan 10 hingga 15 karung kotoran
ayam dan diisi dengan air kurang lebih 40 cm lalu rendam selama 5
hari tanpa dialiri dengan air seperti dalam cara budidaya ikan
komet. Hal ini dilakukan agar plankton yang merupakan sumber

15
pakan alami ikan mas bisa tetap tumbuh dalam keramba
pendederan.
Untuk luas keramba 100 meter persegi bisa ditebar larva
sebanyak 100 ribu pada pagi hari dan diberikan pakan tambahan
seperti tepung pelet atau pelet yang sudah direndam. Sesudah 3
minggu maka bibit ikan mas sudah siap panen dan bisa dijual atau
dilanjutkan pemeliharaannya dalam keramba berbeda.

3.1.3 Pembesaran Ikan Mas


Benih yang digunakan dalam budidaya ikan mas berukuran 10-
12 cm atau berbobot sekitar 80-100 gram per ekor. Ukuran benih
sebesar ini diharapkan sudah cukup kuat untuk dibesarkan. Sehingga
risiko kegagalan bisa ditekan. Lama pembesaran ikan mas berkisar 2-3
bulan.
Berikut ini hal-hal yang diperhatikan dalam pembudidayaan
ikan mas di KJA (Keramba Jaring Apung) Do’a Ibu Jangari :
 Jaring berukuran 1,5 cm. Kedalaman jaring apung 3 meter.
 Bberukuran 100 gram per ekor. Kapasitas padat tebar jaring apung
sekitar 30 ekor/m2.
 Pakan berupa pelet dengan kadar protein 25%.
 Jumlah pakan yang dibutuhkan setiap hari adalah 4% dari bobot
tubuh ikan. Timbang sebagian ikan setiap dua minggu untuk
menyesuaikan jumlah pakan.
 Frekuensi pemberian pakan 3 kali sehari.
 Ikan mas bisa dipanen setelah 3 bulan dengan ukuran 300-400
gram/ekor.

3.1.4 Pemberian Pakan


Jenis pakan yang digunakan adalah pakan tenggelam dengan
merk “Mabar” dan ukuran diameter butiran pelet 2 mm.
Pemberian pakan awal dilakukan 5 hari setelah penebaran.
Kandungan nutrisi dari pakan berdasarkan rekomendasi dari
perusahaan adalah sebagai berikut :
Protein kasar : min. 30%
Lemak : min. 5%

16
Serat Kasar : maks. 6%
Abu : maks. 10%
Kadar Air : maks. 12%
Pemberian pakan dilakukan sebanyak 5% dari biomassa
ikan perhari. Untuk menentukan jumlah pemberian pakan harian,
maka dapat dilihat pada contoh dibawah ini :

Tabel 3.3 Contoh Pemberian Pakan Harian


No No. Kolam Biomassa Ikan FR Jumlah
1 Kolam 1 100 kg 5% 5 % x 100 kg = 5 kg
2 Kolam 2 103 kg 5% 5 % x 103 kg = 5,15 kg

Pakan yang akan diberikan sebelumnya harus dicampur


dengan air garam, perbandingan antara dengan garam yaitu 1 : 10.
Untuk mempermudah proses pemberian pakan, maka pakan yang
telah ditimbang kemudian dimasukkan dalam ember dan dicampur
dengan air garam sedikit demi sedikit sampai terlihat pakan
mengembang.
Pakan siap diberikan ke ikan dengan jadwal pemberian
pakan setiap 1 jam sekali dari pukul 06.00 –16.00 wib. Takaran
pemberian pakan disesuaikan dengan tingkat kekenyangan ikan.
Pemberian pakan dengan cara dicampur garam, hanya dilakukan
untuk 25 kg pakan pertama dan selanjutnya pakan diberikan secara
langsung.Data jumlah pakan yang habis selama masa
pemeliharaan pada masing-masing.

3.1.5 Pemeliharaan Indukan


Induk jantan dan betina dipelihara secara terpisah dalam kolam
dengan kedalaman air 80-150cm.suhu ideal untuk kolam indukan
sekitar 25-30 derajat dengan derajat keasaman Ph 6,5 - 8,5. Sementara
itu, pakan diberikan sebanyak 2 kali yakni setelah pukul 8 pagi
dan 4 sore hari sebanyak 2,5% bobot tubuh.misalnya dalam kolam

17
terdapat 12 indukan dengan berat rata-rata 2 kg (24kg/kolam) maka
pakan yang diberikan sekitar 480-1200 gram tiap hari.

3.1.6 Panen
Panen ikan mas biasanya dapat dilakukan selama beberapa kali
dalam setahun. Umumnya dapat dilakukan 3 sampai 4 kali panen
dalam setahun, tergantung dari besar ikan hasil panen yang
diinginkan. Proses panen harus dilakukan secara hati-hati. Ikan
konsumsi akan lebih8 mahal harganya bila dijual dalam keadaan hidup
dan segar. Penangkapan harus dilakukan hati-hati agar ikan-ikan tidak
luka. Panen biasaya dilakukan di pagi hari antara pukul 07.00 s.d
10.00 wib. Dikarenakan ikan hasil panen ini akan diangkut ke
konsumen, harus dipastikan bahwa air yang dipakai media
pengangkutan harus bersih, sehat, bebas hama dan penyakit serta
bahan organik lainya.

18
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Ikan mas merupakan komoditas budidaya yang menguntungkan,
karena ikan ini merupakan ikan yang dikonsumsi oleh sebagian besar
masyarakat Indonesia secara rutin. Data permintaan ikan mas nasional
menunjukkan bahwa potensi pemasaran dari produk ini masih terbuka
lebar.
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
pembesaran ikan mas tidaklah mudah karena banyak tahapan – tahapan
mulai dari proses pembenihan, pendederan, pembesaran hingga panen.
Semua proses tersebut memiliki rentang waktu yang berbeda-beda untuk
kualitas ikan yang baik.

4.2 Saran
Usaha budidaya ikan mas di waduk Jangari merupakan bentuk usaha
rakyat yang dapat dikembangkan di wilayah lain, terutama di daerah yang
memiliki waduk atau danau. Usaha ini terbukti dapat menjadi motor
penggerak perekonomian masyarakat tani, dan memiliki efek domino
menggerakan roda perekonomian rakyat. Bentuk usaha yang sudah
berjalan di waduk Jangari ini dapat dijadikan percontohan bagi daerah
lain. Pembinaan dari pemerintah daerah dan instansi terkait serta dukungan
dari lembaga keuangan bagi petani akan sangat membantu
pengembangan usaha ini di lokasi lain.

19
DAFTAR PUSTAKA

Afriantono, E dan Evi Liviawaty.1992. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan.


Kanisius, Yogyakarta.

Dailami.D, A.S. 2002.Agar Ikan Sehat.Swadaya . Jakarta.

Khairuman, Sudenda. D dan Gunadi. B., 2008. Budidaya Ikan Mas Secara
Intensif Revisi. Agromedia Putaka, Jakarta.

Khairuman, Sudenda.D dan Gunadi.B., 2005. Budidaya Ikan Mas Secara Intensif
Agromedia Putaka, Jakarta

Lesmana, Darti. S, 2003.Mencegah dan Menanggulangi Penyakit Ikan Hias.


Penebar Swadaya.

Pribadi, T.S., Muharnanto, Endah. J., Listyarini.T dan Herlina.R., 2002.


Pembesaran Ikan Mas di Kolam Air Deras. Agromedia Putaka, Jakarta.

Rukmana, R.H., 2006. Ikan Mas (Pembenihan dan Pembesaran). Aneka Ilmu,
Semarang

Saanin.,1986. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Bina Cipta, Bandung.

20

Anda mungkin juga menyukai