Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“Budidaya Ikan Patin”

Naufal Saputra / 3121600015

Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan


Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan
Universitas Pancasakti
Tegal
2022

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat,hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah budidaya ikan patin .
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu ka
mimenyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanyanya.
Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.Akhir kata kami berharap semoga
makalah budidaya ikan patin ini dapat memberikan manfaat Kepada Mahasiswa
Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan Dan Ilmu
Kelautan Universitas Pancasakti Tegal  maupun inpirasi terhadap pembaca.

Tegal, 14 Juni 2022

Naufal Saputra

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................................................3
BAB I.................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
A.Latar Belakang...........................................................................................................4
B. Tujuan Penulisan.......................................................................................................4
C. Manfaat Penulisan.....................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................5
PEMBAHASAN................................................................................................................5
A. Sistematika dan Morpologi Ikan Patin.....................................................................5
B. Sifat-sifat Biologis Ikan Patin...................................................................................5
C. Persyaratan Teknis Pembenihan...............................................................................6
D. Pembenihan Ikan Patin.............................................................................................7
E. Pembenihan...............................................................................................................8
F. Pembesaran................................................................................................................9
BAB III............................................................................................................................13
PENUTUP.......................................................................................................................13
A. Kesimpulan.............................................................................................................13
B. Saran.......................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................14

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ikan patin merupakan salah satu ikan air tawar yang memilikipeluang ekonomi
untuk dibudidayakan. Budidaya ikan Patin masih perlu diperluas lagi, karena
pemenuhan atas permintaan ikan patin masih sangat kurang. Rasa daging ikan patin
yang enak dan gurih konon memiliki rasa yang lebih dibandingkan Ikan Lele. Ikan patin
memiliki kandungan minyak dan lemak yang cukup banyak di dalam dagingnya.
Teknik budidaya ikan Patin sebenarnya relatif mudah, sehingga tidak perlu ragu
jika berminat menekuni budidaya ikan ini. Pada awalnya pemenuhan kebutuhan ikan
Patin hanya mengandalkan penangkapan dari sungai, rawa dan danau sebagai habitat
asli ikan patin. Seiring dengan meningkatnya permintaan dan minat masyarakat, ikan
Patin mulai dibudidayakan di kolam, keramba maupun bak dari semen. Permintaan ikan
Patin yang terus meningkat memberikan peluang usaha bagi setiap orang untuk
menekuni usaha di bidang budidaya ikan Patin ini. Dengan permintaan yang demikian
meningkat jelas tidak mungkin mengandalkan tangkapan alam, tetapi perlu budidaya
ikan Patin secara lebih intesnsif.

B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah yang berjudul budidaya ikan Patin
adalah untuk memperdalam pengetahuan tentang tekhnik budidaya ikan Patin itu sendiri
selain itu juga merupakan wujud tugas dan tanggung jawab sebagai seorang pelajar
untuk melaksanakan tugas dari pembimbing mata kuliah Dasar-Dasar Budidaya
Perairan.

C. Manfaat Penulisan
Banyak manfaat dari pembuatan makalah ini yang pastinya bisa menambah
pengetahuan yang mana sebelumnya belum mengetahuinya khususnya mengenai
Tekhnik Budidaya ikan Patin, selain itu juga tentunya dapat melatih diri dalam
pembuatan karya tulis ilmiah agar menjadi lebih baik.

BAB II
4
PEMBAHASAN

A. Sistematika dan Morpologi Ikan Patin


Sistematika ikan Patin adalah sebagai berikut (Heru dan Khairul, 1996)
Ordo : Ostariophysi
Sub-ordo : Siluroidea
Family : Pangasidae
Genus : Pangasius
Spesies : Pangasius pangasiusHam. Buch.
Nama Inggris : Catfish
Nama lokal : Ikan Patin
Ikan Patin memiliki badan memanjang berwarna putih seperti perak dengan
punggung berwarna kebiru-biruan. Panjang tubuhnya bisa mencapai 120 cm, suatu
ukuran yang cukup besar untuk ukuran ikan air tawar domestic. Kepala ikan Patin
relatif kecil dengan mulut terletak di ujung kepala agak di sebelah bawah. Hal ini
merupakan ciri khas golongan Catfish. Pada sudut mulutnya terdapat dua pasang kumis
pendek yang berfungsi sebagai peraba. (Heru dan Khairul, 1996)
Sirip punggung memiliki sebuah jari-jari keras yang berubah menjadi patil yang
bergerigi dan besar disebelah belakangnya. Sementara itu, jari-jari lunak sirip punggung
terdapat enam atau tujuh buah. Pada punggungnya terdapat sirip lemak yang berukuran
kecil sekali. Adapun sirip ekornya berbentuk cagak dan bentuknya simetris, ikan Patin
tidak memiliki sisik, sirip duburnya panjang, terdiri dari 30-33 jari-jari lunak,
sedangkan sirip perutnya memiliki enam jari-jari lunak. Sirip dada memiliki 12-13 jari-
jari lunak dan sebuah jari-jari keras yang berubah menjadi senjata yang dikenal sebagai
patil. (Heru dan Khairul, 1996)

B. Sifat-sifat Biologis Ikan Patin


Ikan Patin bersifat nocturnal (melakukan aktivitas pada malam hari) sebagai
mana umumnya ikan Catfish lain nya. Selain itu Patin suka bersembunyi di dalam liang-
liang di tepi sungai habitat nya hidup. Hal yang membedakan Patin dengan
denganCatfish pada umumnya yaitu sifat Patin yang termasuk omnivora atau golong
ikan pemakan segala. Di alam makanan ikan ini antara lain ikan-ikan kecil lainnya,

5
cacing, detritus, serangga, bijibijian, udang-udang kecil, dan molusca. (Heru dan
Khairul, 1996)

Ikan Patin termasuk ikan dasar. Hal ini bisa dilihat dari bentuk mulutnya yang
agak ke bawah. Habitatnya di sungai-sungai besar yang tersebar di Indonesia, India, dan
Myanmar. Daging ikan Patin sangat gurih dan lezat sehingga terkenal dan sangat
digemari oleh masyarakat. Di alam ikan ini dikumpulkan di tepi-tepi sugai besar pada
akhir musim penghujan atau sekitar bulan April sampai Mei. Alat yang dipergunakan
adalah seser yaitu semacam jala yang diperegang dengan sepasang bilah bamboo.
Pengoperasiannya dengan cara mendorong atau menyeserkan ke arah depan. Waktu
penangkapannya menjelang fajar karena pada saat itu anak-anak Patin umumnya
berenang bergerombol dan sesekali muncul ke permukaan air untuk menghirup oksigen
dari udara langsung. (Heru dan Khairul, 1996).

C. Persyaratan Teknis Pembenihan


Dalam usaha budidaya ikan patin persyaratan lokasi yang harus dipenuhi untuk
mencapai produksi yang menguntungkan meliputi sumber air, kualitas air dan tanah
serta kuantitas air. Kriteria persyaratan tersebut berbeda tergantung dari pada sistem
budidaya yang digunakan. Sebelum menetapkan lokasi usaha, selain harus memenuhi
persyaratan tersebut perlu pula dipastikan kelayakan lokasi budidaya ditinjau dari segi
gangguan alam, gangguan pencemaran, gangguan predator, gangguan keamanan dan
gangguan lalu lintas angkutan air. Uraian berikut adalah persyaratan lokasi yang perlu
diperhatikan menurut Khairuman, Amd dan Ir. Dodi Sudenda (Budidaya Patin Secara
Intensif, 2002)
1.Sumber Air
Air yang dapat digunakan untuk kegiatan pembenihan dapat berasal dari air
tanah ataupun air irigasi yang bebas dari pencemaran. Pada proses penetasan telur dan
pendederan air yang digunakan harus menggunakan air sumur hal ini untuk
menghindari adanya pencemaran dan timbulnya serangan penyakit dan jamur pada telur
dan larva, sedangkan untuk perawatan induk dan pendederan benih dapat menggunakan
air irigasi. Perlakuan mutlak dilakukan baik untuk air tanah maupun air irigasi dengan
melakukan metoda pengendapan, filtrasi, dan aerasi. Hal ini diperlukan untuk
mengurangi plastic tanah maupun pasir serta menambah kandungan oksigen kedalam
air sebelum digunakan untuk media pemeliharaan ikan. (Sisika, 2011).

6
2.Lokasi
Pemilihan lokasi untuk pembenian harus dilakukan. Hal ini terutama
berhubungan dengan ketersediaan dan kualitas air, baik air tanah maupun air irigasi
harus tersedia dalam jumlah yang cukup sepanjang tahun. Selain itu, lokasi unit
pembenihan harus memiliki akses jalan yang baik untuk menunjang operasional
pembenihan dan pembesaran benih. Untuk menghindari musibah, lokasi unit
pembenihan harus bebas dari banjir dan tanah longsor.
3.Peralatan Yang Diperlukan
Peralatan Yang Diperlukan pada kegiatan pembenihan antara lain:
1.Hapaplastic 8. System aerasi 15. Bak pendederan
2.Hapa penampungan 9. Termometer 16. Alat suntik
3.Bak penampungan induk 10. Akuarum + Rak 17. Kateter cateter
4.Seser halus 11. Bak atau kolam pendederan 18. Timbangan
5.Pompa air 12. Alat suntik 19. Baskom
6.Handuk/sarung tangan 13. Corong penetasan telur 20. Water heater
7.Bulu ayam 14. Corong Penetasan artemia

4.Bahan Yang Diperlukan


Bahan yang diperlukan dalam kegiatan pembenihan antara lain:
1. Pakan induk 4. Obat-obatan 7. Suspense tanah merah
2. Pakan benih 5. Artemia 8. Tissue
3. Hormoneovaprim 6. Sodium (NaCl 0,9 %) 9. Bahan lainnya

D. Pembenihan Ikan Patin


1.Pemilihan induk matang kelamin
Adapun ciri-ciri induk Patin yang sudah matang gonad dan siap dipijahkan
adalah sebagai berikut. (Heru dan Khairul, 1996).
a.Induk betina
1. Umur 3 tahun
2. Ukuran 1,5-2 kg
3. Perut membesar kearahanus

7
4. Perut terasa empuk dan halus bila diraba
5. Kloaka membengkan dan berwarna merah tua,
6. Kulit pada bagian perut lembek dan tipis
7. Kalau disekitar kloaka ditekan akan keluar beberapa butir telur yang
bentuknya bundar dan besarnya seragam.
b.Induk jantan
1. Umur 2 tahun
2. Ukuran 1,5-2 kg
3. Kulit perut lembek dan tipis
4. Bila diurut akan keluar cairan sperma berwarna putih
5. Kelamin membengkak dan berwarna merah tua.

E. Pembenihan
1. Penyuntikan
Siska, 2011 menyatakan Hormone yang digunakan adalah ovaprim, standar
dosis ovaprim yang diberikan untuk induk betina adalah 0,5 ml/kg sedangkan untuk
induk jantan adalah 0,2 ml/kg. penyuntikan dilakukan sebanyak dua kali pada bagian
intramuscular di punggung atas kanan/kiri sudut penyuntikan 450, dengan interval
waktu penyuntikan pertama dan kedua sekitar 6-12 jam. Penyuntikan pertama sebanyak
1/3 bagian dari dosis total dan sisanya 2/3 bagian diberikan pada penyuntikan kedua.
2. Setriping
Media tempat penyuntikan indukan yang telah disuntik haruslah ideal, dalam
arti bak harus tertutup dan bak berbentuk bulat dengan ketinggian 1 m, bertujuan induk
yang telah disuntik tidak setres yang berakibat pada kualitas telur. Biasanya setelah 6-
12 jam setelah penyuntikan ke 2,ikan siap di setriping telurnya untuk di aduk dengan
sperma yang telah dicampur NaCl 0,9 %.(Siska, 2011)
3. Inseminasi buatan
Setelah diaduk secara merata dan telur terbungkus oleh sperma, langkah
selanjutnya adalah pencampuran larutan tanah merah yang berguna untuk
menghilangkan daya rekat telur kemudian diaduk sempurna hingga telur tidak
menempel satu sama lain untuk menghilangkan larutan tanah merah dilakukan beberapa
kali pembilasan menggunakan air bersih kemudian siap untuk dimasukan dalam corong
penetasan. (Siska, 2011)

8
4. Penetasan telur
Larva mulai menetas setelah kurang lebih 20 jam setelah inseminasi. Larva
menetas tidak bersamaan tetapi secara bertahap. Pemanenan larva dilakukan 24-28 jam
setelah inseminasi. Larva yang menetas didalam corong penetasan akan bergerak
mengikuti aliran air kedalam bak penampungan larva kemudian larva di panen dengan
cara diambil dengan seser halus secara hati-hati dan berlahan. (Siska, 2011)
5. Pemeliharaan larva dan benih
Pemeliharaan larva dan benih ikan Patin sebaiknya dilakukan di dalam ruangan
tertutup agar dapat dijaga suhu airnya serta menghindari kontaminasi yang dapat masuk
kedalam media pemeliharaan larva. Wadah pemeliharaan larva dapat berupa akuarium,
bak fiber, bak semen maupun bak kayu, hal terpenting yang harus diperhatikan adalah
kebersihan dan ukuran wadah. Padat tebar larva sekitar 60-80 ekor/liter. (Siska, 2011)
Larva dipelihara selama 15 hari, hingga larva ikan akan mencapai ukuran 3/4
inchi. Larva ikandi berikan pakan neupliartemia dari umur 30 jam hingga 7 hari.
Adapun pada hari ke 8 hingga ke 15 larva diberi pakan cacing sutra. Suhu optimal untuk
pemeliharaan larva antara 29-30 C. (Siska, 2011)
Selama pemeliharaan larva dilakukan penyiponan sisa pakan dan faeses secara
rutin, penambahan dan pergantian air dapat dilakuakn setelah 4 hari pemeliharaan dan
dilakukan secara rutin minimal setiap 2 hari sekali atau sesuai dengan kebutuhan.
(Siska, 2011)

Larva akan berangsur menjadi benih pada umur sekitar 15 hari dan pada umur
tersebut benih kemudian dipanen dan didederkan pada wadah yang lebih besar agar
pertumbuhannya lebih optimal. Wadah pendederan dapat berupa bak semen ataupun
bak fiber hingga benih berukuran 2-3 inchi, seluruh kegiatan pemeliharaan larva hingga
benih harus dicatat dan terdokumentasi dengan baik, hal ini untuk menghitung biaya
produksi yang dikeluaran untuk memproduksi benih patin. Selain itu bertujuan untuk
memudahkan dalam evaluasi apabila terjadi kendala dan masalah dalam proses
pemeliharaan benih. (Siska, 2011)

F. Pembesaran
1. Persiapan kolam
Persiapan kolam pembesaran ikan patin di mulai dengan melakukan
pengeringan kolam. Kolam dikeringkan dan dibiarkan selama 3-7 hari sampai dasar

9
kolam menjadi retak supaya bibit penyakit dan parasit mati terbunuh. Untuk keamanan
selama pembesaran, kondisi pematang kolam harus diperhatikan dengan cermat. Setiap
ada kebocoran dan bagianbagian tanggul yang kurang kuat segera di perbaiki. Keadaan
kamalir diusahakan tidak ad mengalami pendangkalan. Pastikan juga pintu pengeluaran
dan pemasukan sudah diberi saringan yang kokoh, (Heru dan Khairul, 1996)
2. Pengapuran dan pemupukan
Pengapuran di perlukan untuk memperbaiki pH tanah dan mematikan bibit
penyakit maupun hama ikan. Pada umumnya, pH yang cocok berkisar antara 6,7-8,6.
Pupuk yang diberikan tidak langsung digunakan oleh ikan. Penggunaan pupuk ini untuk
merangsang pakan alami patin seperti Rotifera dan organism air lainnya dapat tumbuh
dikolam. Pupuk yang bias digunakan adalah pupuk organic, pupuk anorganik maupun
pupuk hijau. (Heru dan Khairul, 1996)
3. Pengisian air
Setelah pemupukan selesai, kolam diairi setinggi 20 cmdaqn biarkan selama
beberapa hari, tujuannya adalah untuk member kesempatan kepada pitoplankton dan
organism air lainnya agar tumbuh dengan baik. Di alam ikan pati menyukai perairan
yang agak dalam sehingga sebelum penebaran kedalaman air kolam sebaiknya sudah
mencapai 1,5 m. Pengisian air sampai mencapai ukuran ini harus dilakukan secara
bertahap agar beban pematang tidak bertambah secara mendadak. (Heru dan Khairul,
1996)
4. Penebaran ikan
Penebaran ikan ke kolam baru dapat dilakukan bila kondisi air kolam
diperkirakan sudah stabil. Artinya, pengaruh pupuk sudah hilang dan makanan alami
sudah cukup tersedia.

Kepadatan penebaran untuk ikan patin yang di besarkan di dalam kolam secara
monokultur adalah 1 ekor/m2 untuk benih berukuran 100 g/ekor. Kepadatan penebaran
ini tergantung pada ukuran benih, semakin besar benih yang ditebarkan maka semakin
jarang kepadatan penebarannya, demikian pula sebaliknya. (Heru dan Khairul, 1996)
Penebaran ikan diusahakan ketika suhu air rendah yaitu sekitar 25 C. suhu
inibiasanya terjadi pada pagi hari dan sore hari. Agar, lebih aman dilakukan proses
aklimatisasi sebelum ikan di tebarkan sehingga ikan tidak kaget dan langsung bias
menyesuaikan diri dengan lingkungann yang baru. Cara mudah proses aklimatisasi ini

10
dengan membiarkan ikan patin keluar dengan sendirinya dari wadah pengangkutan
benih ke air kolam. Proses ini bias dipercepat dengan mencampur secraberlahan-lahan
air kolam dengan air di wadah pengangkutan. (Heru dan Khairul, 1996)
5. Pemberian pakan tambahan
Pemberian pakan tambahan pada proses pembesaran petin di kolam sangat
mutlak untuk memacu pertumbuhan. Pakan tambahan itu berupa pellet atau sisa
kegiatan dapur. Jumlah pakan tambahan biasanya 3-4 % dari bobot total ikan/hari.
Pellet ini ada yang dibuat sendiri (pellet lokal) dan ada pula pellet buatan pabrik (pellet
komersial). Pakan tambahan lainnya yang juga bias diberikan adalah limbah ikan,
udang-udangan, molusca dan bekicot. Pemberian pakan jenis ini sesuai dengan pakan
ikan patin di alam. (Heru dan Khairul, 1996)
Pemberian pakan buatan dilakukan 3 sampai 4 kali sehari (pagi, siang, soredan
malam). Dalam pelaksanaan nya, pemberian pakan buatan ini baru dihentikan setelah
hamper 25% dari ikan yang ada telah meninggalkan tempat pemberian pakan. Hal ini
menandakan bahwa sebagian besar ikan patin sudah mulai kenyang. Jarak waktu antara
pemberian pakan yang satu dengan pemberian pakan yang berikutnya adalah 4 jam
karena biasanya ikan kembali lapar setiap 3-4 jam setelah makan. (Heru dan Khairul,
1996)

6. Panen
Pemanenan ikan patin yang dipelihara secara monokultur di kolam lebih mudah
dilakukan karena ikan tidak bercampur dengan ikan jenis lainnya. Pemanenan dilakukan
bila ikan sudah di pelihara di kolam selama enam bulan. Pada umur ini, ikan patin
biasanya sudah mencapai ukuran konsumsi. Semakin besar ukuran benih yang
ditebarkan semakin singkat masa pemeliharaannya. (Heru dan Khairul, 1996)
Pemanenan ikan dilakukan dengan cara mengeringkan kolam secara perlahan-
lahan. Saluran pemasukan air ditutup, sedangkan saluran pengeluaran yang terletak di
dasar kolam dibuka. Dengan demikian permukaan air dalam kolam akan menurun
secara berlahan dan ikan secara naluriah akan berenang menuju kebagian kolam yang
masih mengandung air. Agar ikan tidak ada lolos maka pada pintu pengeluaran diberi
kreibamboo atau saringan.
(Heru dan Khairul, 1996)

11
Untuk menjaga agar ikan tidak setres, penurunan air hendaknya tidak dilakukan
secara tergesa-gesa.khusus pada kolam yang berukura besar, penutupan saluran
pemasukan air dan membukaan saluran pengeluaran air sebaiknya dilakukan pada sore
hari, yaitu sehari sebelum panen dilakukan. Pada keesokan harinya, pagi-pagi sekali
ikan sudah berkumpul di sepanjang kemalir. Ikan ini kemudian digiring untuk di
kumpulkan di bak pengumpulan. Ikan-ikan yang sudah terkumpul di dalam bak
penampungan dapat segera ditangkap dengan alat-alat penangkap ikan separti serok,
waring, danscoop net . demi keamanan ikan patin sebaiknya tidak dilakukan secara
langsung dengan tangan. Selanjutnya, ikan hasil panen ditampung di tempat khusus
yang ada aliran air nya agar kodisinya tetap segar. (Heru dan Khairul, 1996)

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ikan Patin merupakan komoditas air tawar yang yang memiliki nilai ekonomis
yang tinggi selain itu tekhnikpembudidayaannya juga relative muda untuk dilakukan
baik itu secara tradisional, semi intensif maupun secara intensif.

B. Saran
Sebaiknya, kegiatan pembudidayaan ikan Patin ini dapat lebih di tingkatkan baik
itu di bidang pembenihan maupun pembesarannya agar produksi ikan patin ini terus
meningkat dan dapat memenuhi permintaan pasar local maupun internasional.

13
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, siska. 2011. Jurus tepat Budidaya Ikan Patin keuntungan besar dari
simulutbesar.Yokyakarta: Pustaka baru press.
Khairuman dan Dodi Sudenda. 2002. Budidaya Patin Secara Intensif.
Susanto, heru dan Khairul amri. 1996. Budidaya Ikan Patin. Jakarta: Penebar swadaya.

14

Anda mungkin juga menyukai