Anda di halaman 1dari 45

PEMIJAHAN IKAN MAS MARWANA (Cyprinus carpio)

SECARA MASSAL

(Laporan Tugas Akhir)

Oleh:

FAHRI ZAIN FAISAL


NPM 19742025

POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG


BANDAR LAMPUNG
2023
PEMIJAHAN IKAN MAS MARWANA (Cyprinus carpio)
SECARA MASSAL

Oleh:

FAHRI ZAIN FAISAL


NPM 19742025

Laporan Tugas Akhir Mahasiswa

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Sebutan


Ahli Madya Perikanan (A.Md.Pi.)
Pada
Program Studi Budidaya Perikanan

POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG


BANDAR LAMPUNG
2023
iii

HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul Laporan Tugas Akhir : Pemijahan Ikan Mas Marwana


(Cyprinus carpio) Secara Massal

2. Nama Mahasiswa : Fahri Zain Faisal

3. Nomor Induk Mahasiswa : 19742025

4. Program Studi : Budidaya Perikanan

5. Jurusan : Peternakan

Menyetujui
Pembimbing,

Pembimbing I Pembimbing II

Pindo Witoko, S.Pi., M.P Epro Barades, S.Pi., M.Si


NIP. 198410162009122005 NIP. 198612112015041002

Ketua Jurusan Peternakan,

Dr. Rakhmawati, S.Pi., M.Si.


NIP. 198004052008122001
iv

LEMBAR PERSETUJUAN

1. Tim Penguji

Penguji I : Dr. Rakhmawati, S.Pi., M.Si

Penguji II : Ir. Rietje JM Bokau, M. T. A


2. Ketua Jurusan
Peternakan

Dr. Rakhmawati, S.Pi., M.Si


NIP 198004052008122001

Tanggal Lulus Ujian Tugas Akhir : 25 November 2022


v

PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Fahri Zain Faisal
NPM : 19742025
Program Studi : Budidaya Perikanan
Jurusan : Peternakan
Dengan ini menyatakan bahwa judul Tugas Akhir Pemijahan Ikan Mas
Marwana (Cyprinus carpio) Secara Massal Benar bebas dari plagiat, dan apabila
pernyataan ini terbukti tidak benar maka saya bersedia menerima sanksi sesuai
ketentuan yang berlaku.
Demikian surat pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebagaimana
mestinya.

Bandar Lampung, 26 Januari 2023


Yang membuat pernyataan,

Fahri Zain Faisal


NPM 19742025
vi

PEMIJAHAN IKAN MAS MARWANA (Cyprinus carpio)


SECARA MASSAL

Oleh

Fahri Zain Faisal

RINGKASAN

Ikan mas (Cyprinus carpio) merupakan ikan konsumsi air tawar yang cukup
berkembang di Indonesia. Permintaan terhadap produk ikan mas cukup tinggi.
Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (2018), terjadi
peningkatan produksi sebesar 33.954 ton dari tahun 2010 sampai dengan tahun
2017. Oleh karena itu cara yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat perlu melakukan pemijahan pada ikan mas, kegiatan pemijahan ini
ditunjukan untuk mendapatkan benih secara berkelanjutan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat Tugas Akhir (TA) ini bertujuan untuk mengetahui hasil
pemijahan ikan mas Marwana secara massal untuk mengetahui fekunditas,
fertilization rate, hatching rate, dan tingkat kelangsungan hidup. Dari kegiatan
pemijahan ikan mas marwana secara alami didapatkan nilai fekunditas ikan mas
marwana sebesar 1.161.500 butir dan 89.346 butir per kilogram induk, nilai FR
sebesar 85%, nilai HR sebesar 82% dan nilai SR sebesar 86%.

Kata Kunci : Pemijahan, Ikan Mas Marwana, Secara Massal.


vii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tri Budi Syukur, 01 April 2001.


Penulis merupakan anak keempat dari ayahanda Agus Faisal
dan ibunda Rahma Yanti yang bertempat tinggal di Desa
Setia marga, kecamatan Terbanggi Besar, Lampung Tengah.
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD)
tahun 2013 di Sekolah Dasar Negeri 1 Poncowati, kemudian
menyelesaikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) 2016 di SMPN 1 Poncowati.
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) 2019 di
SMAN 1 Terbanggi Besar dengan jurusan IPS pada tahun yang sama penulis
tercatat sebagai mahasiswa Politeknik Negeri Lampung, di Jurusan Peternakan,
Program Studi Budidaya Perikanan.
viii

MOTTO

“Setiap hari yang kamu buang sekarang, itu sama saja kamu
meminjam dari satu hari dimasa depan kamu sendiri”
ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan karunia-nya sehingga, Penulis dapat menyelesaikan
laporan tugas akhir yang berjudul “Pemijahan Ikan Mas Marwana (Cyprinus
Carpio) Secara Massal” dengan tepat waktu. Penulisan laporan tugas akhir
mahasiswa ini ditujukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Ahli
Madia Perikanan (A.Md.Pi.) pada Program Studi Budidaya Perikanan, Jurusan
Peternakan.
Laporan ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak,
untuk itu penulis megucapkan terimakasih kepada :
1. Dr. Ir. Sarono., M.Si., selaku Direktur Politeknik Negeri Lampung.
2. Dr. Rakhmawati, S.Pi., M.Si., selaku Ketua Jurusan Peternakan Politeknik
Negeri Lampung.
3. Aldi Huda Verdian, S.Pi., M.Si, selaku Ketua Program Studi Budidaya
Perikanan.
4. Pindo Witoko, S.Pi., M.P selaku Dosen Pembimbing I dan Epro Barades,
S.Pi., M.Si. selaku Dosen Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan
waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan selama ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen dan Teknisi Program Studi Budidaya Perikanan yang
telah membantu dan memberikan ilmu serta masukan kepada Penulis.
6. Rekan-rekan Budidaya Perikanan angkatan tahun 2019 yang selalu
memberikan semangat kepada Penulis dalam penyusunan tugas akhir ini.
Penulis berharap semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas segala kebaikan
kepada semua yang telah membantu Penulis dalam menyelesaikan Laporan Tugas
Akhir ini.

Bandar Lampung, Oktober 2022

Penulis
x

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR................................................................................. vii

DAFTAR ISI................................................................................................ viii

DAFTAR TABEL........................................................................................ x

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ xi

I. PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................ 1
1.2 Tujuan......................................................................................... 2
1.3 Kerangka Pemikiran................................................................... 2
1.4 Kontribusi................................................................................... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 4


2.1 Klasifikasi Dan Morfologi Ikan Mas.......................................... 4
2.2 Habitat Ikan Mas........................................................................ 5
2.3 Kebiasaan Makan Ikan Mas....................................................... 5
2.4 Jenis-jenis Pemijahan Ikan Mas (Cyprinus carpio).................... 6
2.5 Pemijahan Ikan Mas Secara Massal........................................... 7
2.6 Fekunditas................................................................................... 8
2.7 Tingkat Pembuahan (FR)............................................................ 8
2.8 Tingkat Penetasan (HR).............................................................. 9
2.9 Pengelolaan Kualitas Air............................................................ 9

III. METODE PELAKSANAAN.............................................................. 11


3.1 Waktu Dan Tempat..................................................................... 11
3.2 Alat Dan Bahan.......................................................................... 11
3.3 Prosedur Kerja............................................................................ 12
3.3.1 Persiapan Kolam Pemijahan........................................... 12
3.3.2 Seleksi Induk................................................................... 12
3.3.3 Pemijahan........................................................................ 13
xi

3.3.4 Pengangkatan Induk........................................................ 14


3.3.5 Pemanenan Larva............................................................ 14
3.4 Parameter Pengamatan............................................................... 14
3.4.1 Fekunditas....................................................................... 14
3.4.2 Fertilization rate (%)...................................................... 14
3.4.3 Hatching rate (%)........................................................... 14
3.4.4 Survival rate (SR)........................................................... 14
3.4.5 Parameter kualitas air...................................................... 15

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................... 16


4.1 Fekunditas Pemijahan Secara Massal......................................... 16
4.2 Fertilization Rate Pemijahan Secara Massal.............................. 17
4.3 Hatching Rate Pemijahan Secara Massal................................... 18
4.4 Survival Rate Pemijahan Secara Massal..................................... 19
4.5 Parameter Kualitas Air............................................................... 20

V. KESIMPULAN DAN SARAN............................................................ 22


5.1 Kesimpulan................................................................................. 22
5.2 Saran........................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 23

LAMPIRAN................................................................................................. 28
xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Parameter Kualitas Air............................................................................... 10

2. Alat yang digunakan dalam pemijahan ikan mas


(Cyprinus carpio)......................................................................................... 11
3. Bahan yang digunakan dalam pemijahan ikan mas
(Cyprinus carpio)......................................................................................... 11
4. Sampling FR Telur Ikan Mas Marwana...................................................... 17
5. Sampling hatching rate (HR)...................................................................... 18
6. Kelangsungan hidup larva........................................................................... 19
7. Kualitas air yang baik untuk induk ikan mas marwana
(Cyprinus carpio.......................................................................................... 21
xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Perhitungan Fekunditas, Fertilization Rate, Hatching Rate,


Survival Rate................................................................................................ 29
2. Dokumentasi Kegiatan................................................................................. 30
1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ikan mas (Cyprinus carpio) merupakan ikan konsumsi air tawar yang cukup
berkembang di Indonesia, permintaan terhadap produk ikan mas cukup tinggi.
Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (2018), terjadi
peningkatan produksi sebesar 33.954 ton dari tahun 2010-2017. Peningkatan
produksi yang cukup signifikan disebabkan oleh kegiatan budidaya ikan mas
melalui Mina padi, penerapan running water system, serta paket bantuan
pengembangan Usaha Mina Pedesaan-Perikanan Budidaya (PUMP-PB).
Ikan mas marwana (mas ras wanayasa) merupakan salah satu strain ikan
mas hasil persilangan dari ikan mas, kemudian dilakukan seleksi kembali dengan
metode MAS (Marker Assisted Selection) bertujuan untuk mendapatkan populasi
ikan mas yang memiliki performa cepat tumbuh dan tahan terhadap penyakit yang
disebabkan oleh KHV atau Koi Herpes Virus ( Majalaya dkk., 2012). Ikan mas
marwana berhasil dirilis sebagai strain baru ikan mas berdasarkan keputusan
Menteri Kelautan dan Perikanan No.27/KEPMEN-KP/2016 tentang pelepasan
ikan mas marwana.
Pemijahan ikan merupakan kegiatan yang sangat penting untuk
menghasilkan benih atau larva ikan (Yustysi et al., 2016). Pemijahan berpengaruh
terhadap kualitas benih yang dihasilkan. Benih yang berkualitas berpengaruh
terhadap hasil produksi yang maksimal sedangkan benih yang kurang berkualitas
berpengaruh terhadap penurunan hasil produksi. Benih yang unggul dapat
diperoleh dari indukan yang galur murni (keturunan pertama) (Amin et al., 2020).
Maka dari itu sangat penting untuk menguasai kegiatan pemijahan ikan mas.
Usaha budidaya ikan mas membutuhkan kepastian tentang ketersediaan benih.
Hal ini dapat dicapai melalui kegiatan pemijahan yang terkontrol dan secara
massal. Pemijahan secara massal merupakan teknik pemijahan yang mudah
dilakukan dan sederhana. Disebut pemijahan secara massal karena dalam satu
kolam dipijahkan beberapa pasang induk sekaligus yang menghasilkan benih yang
2

ukurannya seragam (khairuman dan amri, 2013). Pemijahan dapat dilakukan


dalam bak beton secara terkontrol. Pemijahan secara massal dipilih karena lebih
efisien, di mana biaya yang dibutuhkan relatif kecil dalam memproduksi larva.
Berdasarkan hal tersebut maka tugas akhir ini mengambil judul “Pemijahan ikan
mas marwana secara massal” diharapkan bisa menjamin ketersediaan benih secara
berkelanjutan.

1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan Tugas Akhir (TA) ini adalah untuk mengetahui hasil
Fekunditas, Fertilization Rate, Hatching Rate dan Survival Rate pada pemijahan
alami ikan mas marwana secara massal.

1.3 Kerangka Pemikiran


Ikan mas (Cyprinus carpio) merupakan komoditas ikan air tawar yang terus
berkembang pesat dan memiliki minat yang cukup tinggi. Ikan mas disukai karena
rasa dagingnya yang enak, gurih, serta mengandung protein yang cukup tinggi.
Kegiatan pemeliharaan ikan mas terbagi atas segmentasi pemeliharaan yang
panjang, mulai dari proses pemijahan yang menghasilkan telur hingga proses
pendederan mencapai beberapa tahap pendederan. Permasalahan yag terjadi yaitu
kurangnya pasokan benih, hingga saat ini kebutuhan benih ikan mas belum
tercukupi.
Hal ini dikarenakan banyaknya jumlah permintaan pada ikan mas dan
tingkat kelangsungan hidup benih ikan mas yang dihasilkan dalam kegiatan
pembenihan sangat kecil karena kurangnya pemahaman tentang cara pembenihan
ikan mas yang tepat maka harus dilakukan kegiatan pemijahan, Salah satu cara
untuk memenuhi pasokan benih ikan mas adalah dengan pembenihan ikan mas
menggunakan proses pemijahan. Pemijahan ikan mas marwana secara massa
merupakan kegiatan untuk menghasilkan benih atau larva ikan, hasil benih yang
berkualitas berpengaruh dalam keberhasilan pemijahan salah satu sifat gen karena
induk yang digunakan benih yang unggul agar dapat diperoleh indukan yang
murni.
3

1.4 Kontribusi
Penulisan Tugas Akhir (TA) diharapkan memberikan kontribusi yang dapat
memberikan informasi kepada masyarakat yang luas, khususnya pembudidaya
ikan mas yaitu teknik pemijahan ikan mas Marwana. Selain itu juga dapat
memberikan tambahan pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswa dan
masyarakat umum teknik pemijahan ikan mas Marwana.
4
4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Mas (Cyprinus carpio)


Klasifikasi ikan mas menurut Saanin (1984) dikelompokkan ke dalam :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Actinopterygii
Ordo : Cypriniformes
Famili : Cyprinidae
Genus : Cyprinus
Species : Cyprinus Carpio L.

Gambar 1. Ikan Mas Marwana (Sumber : KEPMEN-KP, 2016)

Ikan mas memiliki bentuk tubuh yang agak memanjang dan sedikit memipih
ke samping (compressed). Sebagian besar tubuh ikan mas ditutupi oleh sisik.
Moncongnya terletak di ujung tengah (terminal) dan dapat disembulkan
(protaktil). Pada bibirnya yang lunak terdapat dua pasang sungut (berbel) dan
tidak bergerigi. Pada bagian dalam mulut terdapat gigi kerongkongan (pharynreal
teeth) sebanyak tiga baris berbentuk geraham. Sirip punggung ikan mas
memanjang dan bagian permukaannya terletak berseberangan dengan permukaan
sirip perut (ventral). Sirip punggungnya (dorsal) berjari-jari keras, sedangkan di
bagian akhir bergerigi. Seperti halnya sirip punggung, bagian belakang sirip dubur
(anal) ikan mas ini pun berjari-jari keras dan bergerigi pada ujungnya. Sirip
5

ekornya menyerupai cagak memanjang simetris hingga ke belakang tutup insang,


sisik ikan mas relatif besar dengan tipe sisik lingkaran (cycloid) yang terletak
beraturan. Garis rusuk atau gurat sisi (linea lateralis) yang lengkap terletak di
tengah tubuh dengan posisi melintang dari tutup insang sampai ke ujung belakang
pangkal ekor (Bachtiar dan Lentera, 2002).

2.2 Habitat Ikan Mas (Cyprinus carpio)


Habitat yang disukai ikan mas adalah perairan dengan kedalaman 1 meter
yang mengalir pelan, dan subur yang ditandai melimpahnya oakan alami,
misalnya rotifer, rotatoria, udang-udang renik dan lain-lain. Sebaliknya larva ikan
mas menyukai perairan dangkal, tenang dan terbuka. Sedangkan benih ikan mas
yang berukuran cukup besar lebih menyukai perairan yang agak dalam, mengalir
dan terbuka. Di negara tropis ikan mas berpijah pada musim hujan. Waktu
pemijahan biasanya bertepatan dengan turunnya hujan. Kesiapan proses
pemijahan induk dapat terganggu jika media hidupnya tercemar, kandungan
oksigen terlarut menurun dan kondisi kesehatan induk menurun (Djarijah, 2011).
Di alam bebas ikan mas hidup di pinggiran sungai, danau atau perairan
tawar lain dengan kedalaman air yang tidak terlalu dalam dan tidak terlalu deras
aliran airnya. Lingkungan perairan yang ideal untuk hidup ikan mas adalah daerah
dengan ketinggian 150-600 m di atas permukaan laut. Habitat utama ikan mas
adalah dalam air tawar. Namun dapat hidup juga di daerah muara sungai yang air
nya payau (Narantaka, 2012).

2.3 Kebiasaan Makan Ikan Mas (Cyprinus carpio)


Ikan Mas (Cyprinus carpio) merupakan ikan pemakan segala (omnivora).
Kebiasaan makan ikan mas (Cyprinus carpio) yaitu sering mangaduk-ngaduk
dasar kolam, termasuk dasar pematang untuk mencari jasad-jasad organik. Karena
kebiasaan makannya seperti ini, ikan mas (Cyprinus carpio) dijuluki sebagai
bottom feeder atau pemakan dasar. Di alam, ikan ini hidup menepi sambil
mengincar makanan berupa binatang-binatang kecil yang biasanya hidup dilapisan
lumpur tepi danau atau sungai (Susanto, 2014).
Hewan-hewan kecil tersebut disedot bersama lumpurnya, diambil yang
dapat dimanfaatkan dan sisanya dikeluarkan emalui mulut (Djarijah, 2011). Ikan
6

mas sering mencari sumber makanan (jasad-jasad renik) di sekeliling pematang,


oleh sebab itu pematang sering rusak dan longsor karenanya. Ikan mas juga suka
mengaduk-aduk dasar kolam untuk mencari makanan yang bisa dimnfaatkan
seperti larva insecta, cacing-cacingan dan sebagainya.

2.4 Jenis-jenis Pemijahan Ikan Mas (Cyprinus carpio)


Pemijahan alami adalah pemijahan yang dilakukan tanpa penambahan bahan
atau perlakuan tambahan dari luar tubuh induk koi (Lukmantoro, 2018). Pada saat
proses pemijahan yang dilakukan dengan cara menyeleksi indukan terlebih dahulu
yang sudah matang gonad dengan perbandingan jantan dan betina 1:1, kemudian
induk jantan dan induk betina diletakkan kedalam kolam 10 khusus pemijahan
dan didalam kolam tersebut sudah dimasukkan alat kakaban (ijuk yang diapit oleh
bambu) guna menempelnya telur setelah proses pemijahan, kemudian proses
pemijahan memerlukan waktu 1x24 jam (Susanto, 2011).
Pemijahan semi buatan adalah pemijahan yang dilakukan dengan
memeberikan rangsangan hormon pada induk, sedangkan ovulasi terjadi secara
alami (Yuatiati et al., 2015). Teknik pemijahan ini memiliki metode yang hampir
sama teknik pemijahan buatan, dimulai dengan cara merangsang indukan betina
dengan menggunakan tambahan suntikan kelenjar hipofisa atau suntikkan hormon
jenis ovaprim kemudian dipijahkan alami dalam satu kolam khusus pemijahan.
Perbedaan pemijahan semi alami dengan pemijahan buatan yaitu terdapat pada
proses setelah melakukan penyuntikkan hormon, kemudian indukan jantan dan
betina diletakkan kedalam kolam pemijahan hingga proses pembuahan selesai dan
telur menempel pada kakaban yang telah disediakan. Sedangkan pada proses
pemijahan buatan dilakukan dengan mengambil sel sperma indukan jantan dan sel
telur indukan betina kemudian proses dilakukan diluar kolam pemijahan atau
diwadah khusus sampai proses pembuahan selesai kemudian ditebar kedalam
kolam pemijahan hingga telur menetas (Susanto, 2011).
Pemijahan buatan adalah pemijahan yang dilakukan dengan memberikan
rangsangan hormon pada induk, kemudian dilakukan ovulasi melalui bantuan
manusia yaitu dengan stripping atau pengurutan perut induk (Meilala, 2018). Pada
pemijahan buatan, induk betina dan jantan yang digunakan adalah dengan
perbandingan 1:1 (sel telur dari 1 kg indukan betina dapat dibuahi dengan sperma
7

dari indukan jantan 1 kg) dan dilakukan diluar kolam pemijahan. Metode
pengambilan sperma indukan jantan yaitu dengan melakukan pembedahan
dimulai dari bagian anus hingga kebelakang insang dan dipotong secara vertikal
tepat dibelakang insang sehingga ikan terpisah antara badan dan kepala (Susanto,
2011). Kantung sperma berjumlah 2 buah kemudian dipotong dan diencerkan
dengan menggunalkan Nacl sebanyak 50 ml. Cairan sperma hanya dapat
digunakan dalam jangka waktu kurang lebih 2 menit. Hal ini sesuai dengan
pendapat menurut Gusrina (2008) bahwa sperma yang telah dihaluskan hanya
dapat bertahan kurang lebih 1 menit dan cairan berwarna keruh. Metode
pengambilan sel telur indukan betina yaitu dengan menggunakan teknik
Streeping/Pengurutan, dilakukan setelah 24 jam penyuntikkan hormon. Setelah itu
melakukan pembuahan dengan cara mencampurkan sel sperma dan sel telur pada
wadah yang telah disiapkan. Pembuahan berlangsung cepat karena sperma hanya
aktif bergerak dan bertahan hidup kurang lebih satu menit setelah terkena air.

2.5 Pemijahan Ikan Mas Secara Massal


Menurut Effendi (1993) dalam Tambunan (2006), pemijahan adalah
pertemuan sel telur dan sperma yang umumnya terjadi secara eksternal.
Keberhasilan pemijahan sangat tergantung pada kondisi lingkungan dan
sekitarnya. Pemijahan adalah proses pengeluaran sel telur oleh induk betina dan
sperma oleh induk jantan yang kemudian diikuti dengan perkawinan, pemijahan
sebagai salah satu proses dari reproduksi (Sinjal dkk., 2014).
Menurut khairuman dan Amri (2013) pemijahan secara massal merupakan
teknik pemijahan yang mudah dilakukan dan dianggap sederhana disebut
pemijahan secara massal karena dalam satu kolam dipijahkan beberapa pasang
induk sekaligus. Pemijahan massal dilakukan agar lebih efisien, karena pemijahan
massal biaya yang dibutuhkan relatif lebih kecil namun masih mampu
memproduksi Larva dalam jumlah yang hampir sama dengan pemijahan
berpasangan (Setiawan, 2017). Pemijahan ikan secara massal adalah teknik
pemijahan yang dilakukan agar lebih efisien, karena pada pemijahan massal biaya
yang dibutuhkan relatif kecil namun mampu memproduksi larva dalam jumlah
hampir sama dengan pemijahan berpasangan (Setiawan, 2012).
8

Kegiatan pemijahan secara massal, terdiri atas pemeliharaan induk, seleksi


induk, penebaran induk, pemijahan dan pemanenan larva.
Secara umum, pemijahan untuk Ikan Mas Marwana dengan Ikan Mas jenis
lainnya adalah sama. Dimana pemijahan dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu
secara alami adalah pemijahan secara alamiah dalam wadah pemijahan tanpa
pemberian rangsangan hormonal, pemijahan semi buatan adalah pemijahan
dengan proses rangsangan hormonal dimana proses ovulasinya terjadi secara
alamiah dalam wadah pemijahan dan pemijahan buatan yaitu pemijahan yang
terjadi karena pemberian rangsangan hormonal dan proses ovulasinya maupun
pembuahan dilakukan secara buatan.
Menurut Ismail dan Khumaidi (2016) ikan mas memijah pada pukul 22.00
sampai menjelang subuh ditandai dengan adanya percikan air pada permukaan
kolam, hal tersebut menunjukkan aktifitas induk jantan yang sedang mengejar
induk betina.

2.6. Fekunditas
Fekunditas adalah jumlah telur yang terdapat pada ovari ikan betina yang
telah matang gonad dan siap untuk di keluarkan pada waktu memijah.
Pengetahuan tentang fekunditas dibidang budidaya perikanan sangatlah penting
artinya untuk memprediksi berapa banyak jumlah larva atau benih yang akan di
hasilkan oleh individu ikan pada waktu mijah sedangkan di bidang biologi
perikanan untuk memprediksikan berapa stok suatu populasi ikan dalam
lingkungan perairan (Herianto 2011).
Induk ikan mas marwana akan meletakan telurnya pada kakaban, kakaban
yang berisi telur dicuci kemudian dipindahkan ke kolam penetasan. Kemudian
induk ikan mas betina ditimbang untuk mengetahui fekunditas atau jumlah telur
yang dikeluarkan induk. Dari jumlah telur sampling sebanyak 429 butir, berat
gonad 150 gram dan berat telur sampling 1 gram didapat jumlah fekunditas
sebanyak 643.500 butir (Akbarurrasyid dkk., 2019).

2.7 Tingkat Pembuahan (%)


Pembuahan adalah persentasi jumlah telur yang dibuahi dari telur yang
diovulasi (Effendi 1979). Faktor yang mempengaruhi tingkat pembuahan adalah
9

kualitas induk dan kualitas telur dan ada beberapa faktor lain yang menentukan
tingkat pembuahan antara lain faktor genetik, morfologis dan fisiologi. Faktor
morfologis yaitu kesesuaian lubang mikrofil dan diameter kepala sperma
sedangkan faktor fisiologi yaitu kualitas sperma ikan jantan. Kesesuaian antara
kepala sperma dan lubang mikrofil telur sebagai faktor morfologis mendukung
tinggi rendahnya tingkat pembuahan (Chervas 1994).
Pemberian pakan pada induk ikan mas marwana dilakukan untuk proses
pematangan gonad. Pakan yang baik untuk indukan ikan mas marwana minimal
harus memiliki kandungan protein min 30% dengan ukuran 3 mm. Kandungan
pakan 30% dapat mempercepat proses pematangan gonad. Bachtiar (2003)
mengemukakan bahwa pakan untuk induk ikan mas harus memiliki minimal 20%
kandungan protein untuk mempercepat proses pematangan gonad serta pemberian
pakan induk ikan mas dilakukan pada pagi dan sore dengan feeding rate (FR) 3%
(Akbarurrasyid dkk., 2019).

2.8 Tingkat Penetasan (%)


Daya tetas telur adalah persentase jumlah telur yang menetas dari yang
dibuahi. Sampel telur yang digunakan untuk pengamatan daya tetas telur diambil
dari sampel yang dibuahi (Effendie 1979). Faktor yang mempengaruhi tingkat
penetasan antara lain kualitas telur dipengaruhi oleh kualitas pakan yang diberikan
pada induk dan tingkat kematangan telur, lingkungan yaitu kualitas air terdiri dari
suhu, oksigen, karbon-dioksida dan amoniak, gerakan air yang terlalu kuat yang
menyebabkan terjadinya benturan yang keras di antara telur atau benda lainnya
sehingga mengakibatkan telur pecah. Penetasan telur dapat disebabkan oleh
gerakan telur, peningkatan suhu, intensitas cahaya atau penguranagan tekanan
oksigen. Dalam penekanan mortalitas telur, yang banyak berperan adalah faktor
kualitas air dan kualitas telur selain penanganan secara intensif (Sumantadinata
1983).
Penetasan telur selama penelitian membutuhkan waktu 31 jam, hal ini lebih
cepat dibandingkan penetasan telur ikan mas pada umumnya yang membutuhkan
waktu sekitar 45 jam. Penetesan telur dipengaruhi oleh faktor kematangan gonad
dan kualitas air (Hermanto et al., 2015). Proses penetasan telur yang lebih cepat
disebabkan karena tidak semua telur terbuahi sehingga membutuhkan waktu yang
10

relatif singkat. Telur yang tidak terbuahi ditandai dengan warna telur yang pucat,
hal ini dikarenakan kurangnya sperma induk jantan untuk membuahi telur induk
betina. Jumlah telur yang berhasil menetas sebanyak 50.273 ekor larva (7,81%)
(Akbarurrasyid dkk., 2019).

2.9 Kualitas Air


Kualitas air merupakan factor penting yang perlu diperhatikan dalam usaha
budidaya. Perairan yang dipilih untuk menempatkan ikan mas marwana (Cyprinus
carpio) pada pemijahan secara massal di bak pemeliharaan semi intensif, kualitas
air nya harus jernih dan bebas dari bahan pencemaran. Selain itu, beberapa sifat
fisika dan kimia juga harus diperhatikan untuk mendukung pertumbuhan ikan mas
marwana seperti suhu, Salinitas, DO, kedalaman perairan dan pH air (Harianto
dan Effendi, 2017).
Menurut Effendi (2003), oksigen terlarut yang baik bagi pertumbuhan ikan
adalah >5 mg/L. Nilai ini masih berada dalam rentang nilai oksigen KEPMEN No
27 (2016) yaitu rentang nilai oksigen terlarut 3-5 mg/L. Oksigen dipengaruhi oleh
suhu, semakin tinggi suhu dalam air, maka semakin berkurang kandungan oksigen
di dalam air (Eva, 2018).
Menurut SNI (1991), kualitas air yang cocok bagi keberlangsungan bagi
keberlangsungan hidup ikan mas marwana meliputi beberapa parameter yang
dapat dilihat pada Tabel.
Tabel 1. Parameter Kualitas Air
Parameter Satuan Standar Baku
Suhu ºC 28
pH 6,5-8,5
Debit air Liter/detik 0,4-0,7
Oksigen terlarut Mg/l Minimal 5
Ketinggian air cm 50-70
Kecerahan cm 25
11

III. METODE PELAKSANAAN

3.1 Waktu dan Tempat


Pengambilan data Tugas Akhir dilaksanakan di Satuan Pelayanan
Konservasi Perairan Daerah (SPKPD) Wanayasa, Purwakarta, Jawa Barat.
Instansi tersebut beralamat di Jl. Cipulus, RT 06, RW 03, Desa Nagrog,
Kecamatan Wanayasa, Purwakarta, Jawa Barat 41174. Waktu pelaksanaan
dimulai pada 1 Maret sampai dengan 28 April 2022.

3.2 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam pemijahan ikan mas marwana
dapat dilihat pada tabel 2 dan tabel 3.

Tabel 2. Alat yang digunakan dalam pemijahan ikan mas marwana


Alat Spesifikasi Kegunaan
Kolam pemeliharaan induk jantan dan
Kolam beton 10,6×3,7×1,5 m 2
induk betina
Kolam beton 9,76 × 5,10 × 1,20 m 2 Kolam pemijahan

Kakaban 40×100 cm Untuk telur menempel

Jaring 70×80 cm Untuk menjaring induk

Kayu bambu 150 cm Sebagai penjepit kakaban

Pipa Paralon 150 cm Sebagai pelampung untuk kakaban

Hapa - Sebagai tempat penampung larva

Alat tulis Buku Digunakan untuk mencatat data

Tabel 3. Bahan yang digunakan dalam pemijahan ikan mas marwana


Bahan Spesifikasi Kegunaan
Bobot 1
26 ekor induk jantan ikan mas Digunakan untuk pemijahan
kg/individu
Bobot 2,5
5 ekor induk betina ikan mas Digunakan untuk pemijahan
kg/individu
Pakan Pakan pelet Digunakan untuk pakan indukan
Pakan bubuk Pakan bubuk Digunakan untuk pakan larva
12

3.3 Prosedur Kerja


Adapun prosedur kerja yang dilakukan pada proses pemijahan ikan mas
marwana (Cyprinus carpio), meliputi :

3.3.1 Persiapan Kolam Pemijahan


Pemijahan dilakukan di dalam kolam beton yang berukuran 10,6 m x 3,7 m
x 1,5 m. Kolam dikuras terlebih dahulu lalu dibersihkan bagian pinggir dan dasar
kolam menggunakan sapu lidi. Setelah itu kolam dikeringkan, tujuan pengeringan
untuk membunuh bibit penyakit yang kemungkinan ada di kolam. Setelah itu
dilakukan pengisian air dengan ketinggian 75 cm. Sesudah air terisi penuh maka
dilakukan pemasangan kakaban di permukaan kolam pemijahan dan dijepit
menggunakan kayu agar pada saat induk mengeluarkan telur, telur akan
menempel di kakaban yang telah disediakan. Volume air pada air kolam
pemijahan ikan mas marwana 2,9 x 104 dm3.

3.3.2 Seleksi Induk


Seleksi induk bertujuan untuk mendapatkan induk ikan mas yang sudah
matang gonad dan siap dipijahkan. Induk yang digunakan dalam proses pemijahan
secara massal berjumlah 5 ekor induk betina dengan bobot rata-rata 2,5 kg/ekor
dan 26 ekor induk jantan dengan bobot rata-rata 1 kg/ekor.
Ciri-ciri induk betina dan jantan ikan mas adalah sebagai berikut:
1) Induk betina
- Induk betina yang matang gonad untuk dipijahkan adalah induk yang
usianya minimum 1,5 tahun dengan bobot tubuh minimal 1,5 kg.
- Induk betina dikatakan matang kelamin (siap dipijahkan) bila perutnya
tampak membengkak ke arah belakang, dimulai dari bagian di atas lubang
urogenital (urogenital berhubungan dengan alat perkemihan dan kelamin)
dan terasa lunak bila diraba.
- Lubang urogenital pada umumnya berwarna kemerahan dan agak terbuka,
meskipun banyak pula yang tidak terbuka.
- Induk matang kelamin umumnya tidak banyak bergerak, atau gerakannya
lamban, dan pada malam hari suka melompat-lompat.
13

2) Induk jantan
- Induk jantan matang kelamin lebih awal, yaitu pada usia 8 bulan, bahkan
ada ras ikan mas yang matang pada usia 6 bulan.
- Bobot tubuh induk jantan minimal sudah mencapai 0,5 kg.
- Induk jantan yang telah matang kelamin ditandai dengan mudah keluarnya
sperma bila bagian perutnya ditekan sedikit saja.

3.3.3 Proses Pemijahan


Pemijahan secara massal adalah proses pemijahan beberapa pasang indukan
ikan mas marwana sekaligus dalam satu kolam. Menurut Saputra (2011)
Perbandingan berat indukan yang digunakan dalam pemijahan yaitu 2 kg jantan
banding 1 kg betina (2:1) dengan tujuan agar telur dari induk betina dapat dibuahi
secara maksimal oleh sperma pejantan. Sehingga dalam proses pemijahan ini
menggunakan 5 ekor induk betina dengan bobot rata-rata 2,5 kg/ekor dan 26 ekor
induk jantan dengan bobot rata-rata 1 kg/ekor. Pemijahan mulai terjadi pada
malam hari ditandai dengan adanya percikan air pada permukaan. Menurut Ismail
dan Khumaidi (2016) ikan mas memijah pada pukul 22.00 sampai menjelang
subuh ditandai dengan aktifitas induk jantan yang mengejar induk betina.

3.3.4 Pengangkatan Induk


Setelah pemijahan ikan selesai, induk ikan mas dipindahkan dari kolam
pemijahan ke kolam penampungan induk. Penangkapaan induk bertujuan untuk
mengindari telur di makan oleh induk ikan, karena setelah memijah induk ikan
betina akan merasa lapar. Pertama kali yang dilakukan saat proses pengangkatan
induk adalah penyurutan sebagian air dikolam lalu angkat kakaban kepinggir
kolam pemijah, kemudian angkat induk ikan mas untuk dikembalikan ke kolam
pemeliharaaan induk semula, setelah itu pemasangan hapa bertujuan untuk
mempermudah ketika ingin melakukan poroses pemanenan larva, lalu letakkan
kakaban kedalam hapa yang sudah terpasang agar telur yang menempel di
kakaban bisa menetas di kolam pemijahan. Telur ikan mas akan menetas selama
2-3 hari.
14

3.3.5 Pemanenan Larva


Setelah telur menetas selama 36-46 jam, hal pertama yang dilakukan yaitu
dengan menggiring hapa ke outlet agar mempermudah proses pengambilan larva
dengan menggunakan scoop net secara perlahan-lahan, setelah itu larva di
tempatkan di ember sebelum di tebar di kolam pendederan.

3.4 Parameter Pengamatan


3.4.1 Fekunditas
Fekunditas adalah jumlah telur matang dalam ovarium sebelum dikeluarkan
dalam pemijahan. Menurut Mujimin (2008) perhitungan fekunditas dapat dihitung
menggunakan rumus:
Bt−Bo
Fekunditas = x Jumlah Sampel Telur
Berat Sampel Telur

Keterangan :
Bt = Berat induk sebelum memijah
Bo = Berat induk setelah memijah

3.4.2 Fertilization rate (%)


Derajat penetasan telur merupakan presentase jumlah telur yang menetas
dari jumlah telur yang dibuahi. Untuk mengetahui jumlah persentase telur yang
dibuahi pada masing-masing perlakuan dihitung dengan menggunakan rumus
yang dikemukakan oleh (Rustidja, 1997 dalam Larasati 2017) sebagai berikut :

jumlah telur yang menetas


FR = x 100 %
jumlah telur yang ditebar

3.4.3 Hatching rate (%)


Menurut Jatilaksono (2007) rumus yang digunakan dalam perhitungan
hatching rate (HR) adalah sebagai berikut :
jumlah telur yang menetas
HR = x 100 %
jumlah telur yang ditebar

3.4.4 Survival Rate (%)


Menurut Effendi (1979) tingkat keberlangsungan hidup dapat dihitung
menggunakan rumus :
15

Jumlah larva saat dipanen(Nt )


SR = x 100 %
jumlah larva saat ditebar (No)

3.4.5 Parameter Kualitas Air


Kualitas air merupakan salah satu faktor penting dalam usaha pembenihan.
Sumber air yang baik dalam pembenihan ikan harus memenuhi kriteria kualitas
air yang bersifat kimia dan fisika, seperti suhu, pH dan DO.
1) Suhu Air
Menurut Susanto (2014) Suhu yang ideal untuk tempat hidup ikan mas
adalah terletak pada kisaran antara 20-25 °C, dan pertumbuhan akan
menurun apabila suhu rendah di bawah 13°C. Pertumbuhan akan menurun
dengan cepat dan akan berhenti makan pada suhu di bawah 5°C (Narantaka,
2012).
2) Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman merupakan gambaran jumlah atau aktivitas ion hidrogen
dalam perairan. Kisaran pH yang cocok untuk kehidupan ikan mas
(Cyprinus carpio L) adalah berkisaran antara pH 6-9. Kondisi pH yang
menyebabkan ikan mas pada titik kematian terjadi pada pH < 4 untuk asam
dan > 11 untuk basa (Husni, 2012).
3) Oksigen Terlarut (DO)
Oksigen terlarut di butuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan,
proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan
energi untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan. Oksigen terlarut- (DO)
yang optimal untuk kelangsungan hidup ikan mas berkisaran antara 3,40 -
5,19 Mg/ L, sedangkan DO yang kisaran antara 3 Mg/ L atau 4 mg dalam
jangka waktu yang lama, maka akan menghentikan makan dan
pertumbuhan, dan dapak mematikan ikan mas itu sendiri (Mas’ud, 2011).
16

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Fekunditas Pemijahan Secara Massal


Fekunditas adalah jumlah telur yang terdapat pada Ovarium ikan betina
yang telah matang gonad dan siap untuk dikeluarkan pada waktu memijah. Induk
betina yang digunakan untuk pemijahan ikan mas marwana adalah 5 ekor dengan
bobot rata-rata 2,5 kg/ekor sedangkan untuk induk jantan yang digunakan
sebanyak 26 ekor dengan bobor rata-rata 1 kg/ekor. Cara perhitungan telur
dilakukan secara manual dengan mengambil 1 gram telur kemudian dihitung
dalam 1 gram terdapat berapa butir telur. Pada perhitungan telur didapatkan 505
butir telur dalam 1 gram. Hasil berat telur yang didapatkan seberat 2300 gram
yang didapatkan dari pengurangan bobot pada pemijahan. Sehingga hasil telur
dalam pemijahan sebesar 2300 gram dikalikan dengan jumlah telur yang terdapat
dalam 1 gram telur yaitu 505 butir telur, sehingga jumlah total telur yang
didapatkan sebesar 1.161.500 butir telur dan 89.346 butir per kilogram induk.
Nilai fekunditas pada pemijahan ikan mas marwana diperoleh sebesar
89.346 butir per kilogram induk, jumlah yang didapat cukup baik. Dari jumlah
telur sampling sebanyak 429 butir, berat gonad 150 gram dan berat telur sampling
1 gram didapat jumlah fekunditas sebanyak 643.500 butir (Akbarurrasyid dkk.,
2019). Hal ini sesuai dengan pendapat (Khairuman dan Gunandi, 2008) yang
menyatakan bahwa nilai fekunditas atau jumlah telur yang dihasilkan ikan mas
yakni sekitar 84.000-110.000 butir per kilogram induk.
Nilai fekunditas yang baik ini juga dipengaruhi oleh penanganan induk yang
baik. Penanganan induk yang baik dapat dilakukan dengan cara memberi pakan
indukan dengan jenis pakan yang memiliki kandungan protein minimal 30%
dengan ukuran 5 mm. Kandungan pakan 30% dapat mempercepat proses
pematangan gonad. Bachtiar dan Lentera (2002) mengemukakan bahwa pakan
untuk induk ikan mas harus memiliki minimal 20% kandungan protein untuk
mempercepat proses pematangan gonad serta pemberian pakan induk ikan mas
dilakukan pada pagi dan sore hari dengan feeding rate (FR) 3%. Hal ini dijelaskan
17

oleh Khauf (2010) dalam wahyu (2016) kualitas dan kuantitas pakan untuk ikan
mas sangat penting karena akan berpengaruh terhadap kualitas telur yang
dihasilkan.

4.2 Fertilization Rate Pemijahan Secara Massal (%)


Perhitungan fertilization rate (FR) atau derajat pembuahan bertujuan untuk
menghitung atau mengetahui jumlah telur yang terbuahi dan tidak terbuahi dari
jumlah telur keseluruhan yang dihasilkan. Perhitungan telur yang terbuahi di
SPKPD Wanayasa dilakukan secara manual. Telur terbuahi ditandai dengan telur
berwarna putih bening, sedangkan untuk telur yang tidak terbuahi ditandai dengan
telur berwarna putih susu. Pengambilan sampling telur pada ikan mas setelah
terjadi pemijahan dengan cara memotong kakaban menjadi beberapa bagian.
Setelah itu di lakukan penghitungan dalam gelas ukur dan wadah secara manual.
Lalu hasil sampling dikalikan dengan jumlah seluruh kakaban yang digunakan.
Penghitungan yang dilakukan dapat diperoleh dengan hasil.

Tabel 4. Sampling FR telur ikan mas marwana


No Sampling Jumlah kakaban Terbuahi Tidak terbuahi

1 Sampling 1 65 852 butir 162 butir

2 Sampling 2 65 854 butir 140 butir

3 Sampling 3 65 825 butir 145 butir

Rata-rata 844 butir 149 butir

Jumlah 2.531 butir 447 butir

Total telur (65 kakaban) 987.275 butir 174.225 butir

Jumlah keseluruhan telur yang terbuahi dan tidak terbuahi di peroleh pada
saat sampling adalah 987.275 butir telur terbuahi dan 174.225 butir telur tidak
terbuahi. Jumlah telur terbuahi sebesar 987.275 butir dibagi dengan jumlah total
telur sebesar 1.161.500 butir. Nilai FR yang dihasilkan dari pemijahan ikan mas
marwana secara massal tergolong tinggi yaitu sebesar 85% hasil yang didapatkan
cukup baik bila mengacu pada (Wahyu, 2016) yang menyatakan bahwa °
pembuahan ikan mas secara alami berkisar 50-80%. Perhitungan dari fertilization
rate (FR) dapat dilihat pada (Lampiran 1).
18

Hasil derajat pembuahan (FR) cukup baik dikarenakan saat terjadi


pemijahan massal induk yang digunakan sehat dan sudah matang gonad, sehingga
dari pemijahan yang terjadi secara massal menghasilkan juga telur yang banyak
jumlahnya, maka dari itu perlu dilakukan dikolam air mengalir dan pemasangan
kakaban yang baik dan jumlahnya cukup banyak sehingga tidak menyebabkan
penumpukan telur satu sama lain yang akan menyebakan telur menggumpal dan
kekurangan oksigen. Menurut Saputra (2011 dalam Ramadhan dan Sari, 2019)
faktor yang mempengaruhi keberhasilan penetasan telur ikan mas adalah
kematangan gonad dalam induk ikan mas dan kualitas air.

4.3 Hatching Rate Pemijahan Secara Massal (%)


Perhitungan hatching rate (HR) atau derajat penetasan telur bertujuan untuk
mengetahui persentase jumlah telur yang menetas dari jumlah keseluruhan telur
yang terbuahi. Perhitungan nilai HR dilakukan dengan menghitung secara manual
menggunakan sendok makan (takar). sampling ini dilakukan untuk mengetahui
jumlah total larva yang di hasilkan. Pada saat melakukan sampling, larva
diletakkan di dalam wadah dan kemudian dihitung jumlahnya dengan
menggunakan sendok makan, pada 1 sendok makan kemudian larva dihitung satu-
satu dan dimasukkan ke dalam kolam larva kembali.

Tabel 5. Sampling hatching rate (%)


No Sampling Jumlah larva
1 Sampling 1 4.154 ekor

2 Sampling 2 4.138 ekor

3 Sampling 3 4.249 ekor

Rata-rata 4.180 ekor

Sampling dilakukan sebanyak 3 kali dengan hasil rata-rata jumlah larva


yang di dapat sebanyak 4180 ekor, dan pengambilan sampling terus dilakukan
sampai larva yang didalam wadah habis dan menghasilkan 953.040 ekor lalu
dibagi dengan jumlah telur yang ditebar sebesar 1.161.500 telur. Hasil
perhitungan HR yang didapatkan yaitu 82%. Nilai hatching rate yang didapat
cukup baik bila mengacu pada pernyataan Richter dan Rustidja (1985 dalam
Ramadhan dan Sari 2019), yang menyatakan Persentase penetasan ikan secara
19

normal berkisar antara 50–80%. Perhitungan dari hatching rate (HR) dapat dilihat
pada (Lampiran 1).
Faktor pembuahan sangat ditentukan oleh seberapa banyak telur yang
dibuahi oleh sperma, semakin banyak telur yang dibuahi oleh sperma maka
semakin tinggi daya tetas telur, karena semakin matang telur yang dipijahkan
maka semakin baik hasil penetasan telur, karena kemungkinan sperma mencapai
inti telur secara maksimal akan mudah. Menurut Pujihastuti et al., (2009) telur-
telur hasil pemijahan yang dibuahi selanjutnya berkembang menjadi embrio dan
akhirnya menetas menjadi larva, sedangkan telur yang tidak dibuahi akan mati
dan membusuk. Lama waktu perkembangan hingga telur menetas menjadi larva
tergantung pada spesies ikan. Air yang kurang oksigen dan asam juga akan
mempengaruhi daya tetas telur, air yang kurang baik akan menghambat
pertumbuhan embrio dan akan memudahkan pathogen penyerang telur hal ini
didukung oleh Simbolon (2015) bahwa daya tetas telur ikan selalu ditentukan oleh
pembuahan sperma, kecuali jika ada faktor lingkungan yang mempengaruhinya.

4.4 Survival Rate Larva (%)


Survival rate adalah tingkat kelangsungan hidup dari perbandingan jumlah
organisme yang hidup pada akhir peiode dengan jumlah organisme yang hidup
pada awal periode.

Tabel 6. Kelangsungan hidup larva


No Jumlah awal tebar Hasil panen Survival rate Literatur

> 60% / SNI: 01-


1 953.040 ekor 821.482 ekor 86%
6133-1999

Survival rate yang didapatkan pada pemijahan ikan mas marwana adalah
sebesar 86% dari tebar awal 953.040 ekor, dan pada pemanenan larva didapatkan
jumlah ikan 821.482 ekor. Hasil yang didapatkan sama baiknya jika mengacu
pada SNI 1999 yang menyatakan survival rate larva ikan mas marwana > 60%.
Mokodongan (2009) juga menyatakan, kelangsungan hidup larva ikan mas pada
pemijahan secara alami adalah 35-75%.
Hal ini didukung oleh Gusman dan Firdaus (2014) yang menyatakan bahwa
hasil penelitian tingkat kelangsungan hidup pada ikan mas mencapai 83,33% −¿
20

96,67%. Tingkat kelangsungan hidup pada ikan banyak dipengaruhi oleh faktor
suhu, suhu yang tidak sesuai akan menyebabkan larva atau benih ikan menjadi
stres dan mati. Suhu yang rendah juga mengakibatkan pertumbuhan larva ikan
menjadi lambat. Hal ini disebabkan suhu sangat berpengaruh terhadap proses
metabolisme dan proses metabolisme akan berpengaruh terhadap pertumbuhan
ikan. Perhitungan dari Survival rate dapat dilihat pada (Lampiran 1).
Tingkat keberlangsungan hidup larva ikan hasil dari pemijahan secara
massal mendapatkan hasil yang baik walaupun tingkat kepadatan tinggi tapi tidak
lupa untuk memperhatikan keadaan kolam larva seperti, selalu melihat sistem
pengairan agar air dikolam larva selalu mengalir dan memberi oksigen yang
cukup, tidak lupa memberi pakan larva yang cukup dan teratur agar larva tidak
mengalami kematian. Menurut Putri (2014), tingkat keberlangsungan hidup cukup
baik diarenakan penanganan pada awal tebar yang baik pada saat pagi hari, selain
itu juga air dalam pemeliharaan cukup baik dikarenakan air pada media
pemeliharaan terus mengalir sehingga sisa pakan dan feses dapat terbawa oleh air.

4.5 Kualitas Air


Kualitas air merupakan salah satu faktor penting dalam usaha pembenihan.
Sumber air yang baik dalam pembenihan ikan harus memenuhi kriteria kualitas
air yang bersifat kimia dan fisika, seperti suhu, pH dan DO. Pemeliharaan benih
ikan mas di kolam air mengalir karena sifatnya yang selalu membutuhkan
oksigen tinggi. Budidaya di kolam air mengalir dapat mempercepat
pertumbuhnnya dikarenakan aliran air yang telur mengalir memberikan beberapa
keuntungan seperti, aliran air yang mengalir mampu menyediakan kandungan
oksigen pada air, dengan demikian oksigen terlarut dalam air selalu tersedia.
Aliran air yang terus mengalir mampu membuang sisa makanan dan kotoran hasil
metabolisme dari dalam kolam (Eti et al., 2019). Standar kualitas air untuk ikan
mas di SPKPD Wanayasa dapat pada tabel di bawah ini.
21

Tabel 7. kualitas air yang baik untuk bak induk ikan mas marwana (Cyprinus carpio).
No Parameter Hasil pengukuran Literatur

1 Suhu 19 - 30 ºC 25 - 30℃ (BSN, 1999)

2 Potential of Hidrogen (pH) 6 - 7,33 6,5 – 8,5 (BSN, 1999)

3 Disolve Oxygen (DO) 4 - 7 mg/l 5 mg/l (BSN, 1999)

Suhu yang didapat pada proses pemeliharaan yaitu berkisar 19-30℃


tergolong normal sama seperti yang dikemukakan oleh Narantaka (2012)
menyatakan bahwa suhu air ideal untuk hidup ikan mas adalah berkisaran antara
25 - 32°C, dan pertumbuhan akan menurun apabila suhu berada pada suhu 13°C.
Menurut Handajani dan Wahyu (2010), suhu sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan kehidupan ikan secara umum, yakni laju pertumbuhan
meningkat sejalan dengan kenaikan suhu sampai batas tertentu (optimal) dan jika
melewati batas akan menyebabkan kematian.
Nilai pH yang diperoleh selama pemeliharaan berkisar antara 6 – 7,33. Pada
proses pemeliharaan ikan tidak mengalami kendala yang cukup besar, pH yang
didapatkan juga cukup baik dan perubahan pH tidak terlalu besar. Seperti
dijelaskan oleh Boyd (1982 dalam Dharma, 2014) yang menjelaskan bawa air
lebih asam dari pada pH 6,5 atau lebih basa dari 9 dalam waktu tertentu
perkembangan dan pertumbuhan ikan akan terganggu.
Nilai DO yang diperoleh selama pemeliharaan sebesar 4-7 mg/l. DO yang
didapatkan cukup tinggi dikarenakan setiap pagi dilakukan pembersihan saluran
irigasi air yang mengalir menuju kolam pemeliharaan dengan menggambil
sampah-sampah yang berada pada saringan besi agar aliran air lancar, jika tidak
dibersihkan mengakibatkan terhambatnya aliran air mengalir ke kolam
pemeliharaan dan nilai DO akan rendah. Hal ini mengacu pada BSN, (1999) yang
menjelaskan bahwa DO yang optimal disuatu perairan 5 mg/l.
22

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil Pengamatan yang dilakukan selama


pemeliharaan,dapat disimpulkan bahwa Kegiatan pemijahan ikan mas marwana
(Cyprinus carpio) secara massal dimulai dari persiapan kolam pemijahan,
seleksi induk, pemijahan hingga panen larva dan menghasilkan benih ikan yang
berkualitas.
Dari kegiatan pemijahan ikan mas marwana secara massal didapatkan nilai
fekunditas ikan mas marwana sebesar 1.161.500 butir dan 89.346 butir per
kilogram induk, nilai FR sebesar 85%, nilai HR sebesar 82% dan nilai SR sebesar
86%. Hasil yang diperoleh dari pemijahan ikan mas Marwana menunjukan hasil
yang baik.

5.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan dalam proses pemijahan ikan mas marwana
yaitu harus memperhatikan padat tebar agar mendapatkan hasil pertumbuhan yang
baik, selain itu juga kegiatan pemijahan harus diperhatikan setiap tahapan agar
tidak terjadi kesalahan pada pemijahan.
23

DAFTAR PUSTAKA

Amin, M., Taqwa, F. H., Yulisman, Y., Mukti, R. C., Rarassari, M. A., & Antika,
R. M. 2020. The Effectiveness of Utilization of Local Raw Materials as Feed
to Increase Productivity of Catfish (Clarias sp.) in Sakatiga Village,
Indralaya District, Ogan Ilir Regency, South Sumatra. Journal of
Aquaculture and Fish Health, 9(3), 222-231.

Bachtiar, I. Y., dan Lentera, T. 2002. Pembesaran ikan mas di kolam pekarangan.
AgroMedia.

BSN: Produksi Benih Ikan Mas (cyprinus Carpio L) Strain Majalaya Benih Sebar.
Badan Standarisasi Nasional. Jakarta. 01-6133-1999.

Chervas, N. B. 1994. Tingkat Pembuahan pada ikan. Jakarta.

Dharma, T. S. 2014. Produksi massal benih ikan kue (gnathanodon speciosus


forsskal) dengan pemberian jenis pakan berbeda. Jurnal Ilmu dan Teknologi
Kelautan Tropis, 6(2), 383-390.

Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. 2018. Budidaya wanamina, budidaya


berdasarkan prinsip keseimbangan. Jakarta.

Djarijah, 2011. Pembenihan Ikan Mas. Kanisius. Yogyakarta.

Effendi, M. I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri Bogor. Bogor.

Eti, M. S. A., Zakir, H. M., Quadir, Q. F., & Rahman, M. S. 2019. Protein and
mineral contents in some fish species available in the Brahmaputra river of
Bangladesh. European Journal of Nutrition & Food Safety, 11(1), 14-27.

Gusman, E., dan Firdaus, M. 2014. Pemanfaatan buah mangrove sebagai


campuran pakan untuk meningkatkan pertumbuhan ikan mas. Jurnal
Harpodon Borneo, 7(1).

Gustiano, R., Arifin, O. Z., dan Nugroho, E. 2008. Perbaikan pertumbuhan ikan
Nila (Oreochromis niloticus) dengan seleksi famili. Media Akuakultur, 3(2),
98-106.

Gusrina. 2008. Budidaya Ikan Jilid 2. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah


Kejuruan. Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Handajani, H dan Wahyu, W.. 2010. Nutrisi Ikan. UMM Press: Malang.

Hermanto, M.B., Indra Setiawan, B. dan Rudiyanto, R. 2015. Efektifitas


24

Kombinasi Penghangat Air Terkendali Pada Sistem Resirkulasi Air Untuk


Pembenihan Ikan. Jurnal Keteknikan Pertanian, 21(1).

Herianto, T. 2011. Fekunditas dan Diameter Telur. Diakses pada 1 Mei 2012

Husni, H., dan Esmiralda, M. T. 2012. Uji Toksisitas Akut Limbah Cair Industri
Tahu Terhadap Ikan Mas (Cyprinus Carpio Lin). Jurnal Jurusan Teknik
Lingkungan. Universitas Andalas: Padang.

Ismail, A., dan Khumaidi. 2016. Teknik Pembenihan Ikan Mas (Cyprinus carpio
L.) di Balai Benih Ikan Tenggarang Bondowoso. Jurnal Ilmu Perikanan,
7(1) : 32.

Jatilaksono, M. 2007. Ikan Air Tawar Di Indonesia. Pustaka Mina, Jakarta.

Khairuman, S. P., dan Amri, K. 2013. Budi Daya Ikan Nila. Agromedia.

Khairuman, D. S., dan B. Gunandi. 2008. Budidaya Ikan Mas secara Intensif. PT
Agromedia Pustaka. Jakarta. 96 hal.

Larasati, S., Basuki, F., & Yuniarti, T. 2017. Pengaruh jus nanas dengan
konsentrasi berbeda terhadap derajat pembuahan dan penetasan telur ikan
patin (Pangasius pangasius). Journal of Aquaculture Management and
Technology, 6(4), 218-225.

Lukmantoro, T. A. 2018. Teknik Pembenihan Ikan Koi (Cyprinus carpio) di


Pokdakan Karya Mina Kediri.[Praktik Kerja Lapang]. Surabaya: Fakultas
Perikanan dan Kelautan. Universitas Airlangga. Surabaya, 55.

Narantaka, A.M.M. 2012. Pembenihan Ikan Mas. Javalitera. Jogjakarta.

Mas’ud, F. 2011. Prevalensi dan Derajat Infeksi Dactylogyrus sp. pada Insang
Benih Bandeng (Chanos chanos) di Tambak Tradisional, Kecamatan
Glagah, Kabupaten Lamongan [Prevalence and Infection Level of
Dactylogyrus sp. on Gill of Milkfish Juvenile (Chanos chanos) in
Traditional Pond, Glagah Subdistrict, Lamongan Residence]. Jurnal Ilmiah
Perikanan dan Kelautan, 3(1), 27-40.

Meilala, A. 2018. Teknik Pembenihan Ikan Koi (Cyprinus carpio) di Balai Benih
Ikan Jepun, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur (Doctoral dissertation,
Fakultas Perikanan dan Kelautan).

Mujimin, M. 2008. Menghitung Fekunditas Telur Ikan. Buletin Teknik Litkayasa


Akuakultur, 7(1), 27-29.

Muhammad A, Siti N, Furqon S. 2019. Manajemen Pembenihan Ikan Mas


Marwana (Cyprinus carpio) di Satuan Pelayanan Konservasi Perairan
Daerah Wanayasa, Purwakarta, Jawa Barat. Jurnal of Aquaqulture and Fish
Health Vol. 9(1).
25

Mokodongan, A. D. 2009. Pembenihan Ikan Mas (Cyprinus carpio L.) pada


Budidaya Air Tawar. 30 Hal.

Pujihastuti, Y., Nirmala, K., dan Effendi, I. 2009. Pengaruh Sedimen Waduk
Cirata terhadap Perkembangan Awal Embrio Ikan Mas (Cyprinus carpio)
The Effect of Cirata Reservoir Sediment on Early Developmental Stage of
Common Carp (Cyprinus carpio) Embryo. Jurnal Akuakultur Indonesia,
8(2), 185-192.

Putri, B. 2014. Penerapan teknik imotilisasi benih ikan nila (Oreochromis


niloticus) menggunakan ekstrak daun bandotan (Ageratum conyzoides) pada
transportasi basah. E-Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan,
2(2), 217-226.

Ramadhan, R, dan Sari, L. A. 2019. Teknik Pembenihan Ikan Mas (Cyprinus


carpio) secara Alami di Unit Pelaksana Teknis Pengembangan Budidaya
Air Tawar (UPT PBAT) Umbulan, Pasuruan. Journal of Aquaculture and
Fish Health, 7(3), 124 - 132.

Richter, C.J.J. dan Rustidja. 1985. Pengantar Ilmu Reproduksi Ikan.


Nuffic/Unibraw/Luw/Fish. Malang. 83 hal.

Rustidja, R. Penggunaan Sludge Sebagai Pakan Calon Induk Ikan Nila Merah
(Oreochromis sp.). Jurnal Perikanan Universitas Gadjah Mada, 5(2), 11-
18.

Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan, Jakarta : Bina Cipta.

Sahetapy J.M.F., dan Borut R.R. 2018. Pengaruh perbedaan konsentrasi deterjen
bubuk terhadap frekuensi bukaan operculum dan kelangsungan hidup ikan
mas (Cyprinus carpio). Jurnal Triton. 14(1): 35 – 40.

Santoso, B. 1993. Petunjuk Praktis Budidaya: Ikan Mas. Kanisius, Yogyakarta.

Saputra, S. F. D. (2011). Aplikasi Sistem Resirkulasi Air Terkendali (SRAT) Pada


Budidaya Ikan Mas (Cyprinus carpio). Skripsi. Institut Pertanian Bogor
(IPB). Bogor.

SNI 6133. 1999. Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) Strain
Majalaya Kelas Benih Sebar. Badan Standarisasi Nasional, hal : 1-8.

Simbolon, M.J.F. 2015. Perbandingan Induk Jantan dan Betina Terhadap


Keberhasilan Derajat Penetasan dan Kelulusan Hidup Larva Ikan Mas Koki
(Carrasius auratus). Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Septihandoko, K., dan Lamid, M. 2020. Hibridisasi Ikan Karper (Cyprinus carpio)
Rajadanu Dengan Ikan Karper Merah Muntilan di Laboratorium Pengujian
Kesehatan Ikan dan Lingkungan (LPKIL) Muntilan, Magelang, Jawa
Tengah. Samakia: Jurnal Ilmu Perikanan, 11(2), 71-78.
26

Setiawan, Y. 2017. TA: Rancang Bangun Pemantauan dan Penjadwalan Alat


Pemberi Pakan Ikan Otomatis Secara Jarak Jauh (Doctoral dissertation,
Institut Bisnis dan Informatika Stikom Surabaya).

Sumantadinata, K. 1983. Pengembangbiakan Ikan-ikan Pemeliharaan di


Indonesia. P.T. Sastra Hudaya.

Sumawidjaja, K., Effendi, I., & Sudrajat, A. O. 1993. Pakan bagi Larva Ikan
Betutu, Oxyeleotris marmorata (Blkr.), Dua Minggu di Awal Hidupnya.
Lembaga Penelitian, IPB, Bogor, 29.

Susanto, H. 2014. Budi Daya 25 Ikan di Pekarangan. Penebar Swadaya Grup.

Susanto, H., dan Rochdianto, A. 2002. Kiat Budaya Ikan Mas di Lahan Kritis.
Penebar Swadaya. Jakarta.

Susanto, H. 2011. Teknik Kawin Suntik Ikan Ekonomis. Penerbit Penebar


Swadaya. Jakarta.

Tambunan, P. 2006. Ikan-Ikan Laut Pelagis dan Demersal. Departemen Kelautan


dan Perikanan. Jakarta.

Taufik. 2007. Brain Management for Self Improvement. Bandung: PT Mizan.

Trilaksani, W., Riyanto, B., dan Susanto, H. 2004. Pemanfaatan protein ikan
mujair (Oreochromis mossambicus Peters.) sebagai bahan baku pembuatan
fish cake goreng. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia, 7(1).

Wahyu, M. 2016. Implementasi Algoritma Backpropagation Dalam Evaluasi


Produksi Ikan Gurame Di Jawa Barat (Doctoral dissertation, Universitas
Pendidikan Indonesia).

Yuatiati, A., & Nurhayati, A. 2015. Diseminasi Penggunaan Ovaprim untuk


Mempercepat Pemijahan Ikan Mas di Desa Sukamahi dan Sukagalih
Kecamatan Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat.
Dharmakarya, 4(1).

Yustysi, D. P., Basuki, F., & Susilowati, T. 2016. Analisis Karakter Reproduksi
Dan Performa Benih Pendederan I Ikan Nila Pandu F6 Dengan Ikan Nila
Nilasa (Oreochromis Niloticus) Secara Resiprokal. Journal of Aquaculture
Management and Technology, 5(1), 116-123.
27

LAMPIRAN
28

Lampiran 1. Perhitungan Fekunditas, Fertilization Rate, Hatching Rate,


Survival Rate.
1. Perhitungan fekunditas.
Bt−Bo
Fekunditas = ×Jumlah Sampel Telur
Berat Sampel Telur
2300
Fekunditas ¿ ×505
1
Fekunditas ¿ 1.161 .500 butir

2. Perhitungan FR ikan mas.

jumla htelur yang terbua h i


FR = ×100 %
jumla h total telur

987.275
FR = ×100 %
1.161.500

FR = 85 %

4. Perhitungan hatching rate atau telur yang menetas.

jumla h telur yang menetas


HR = ×100 %
jumla htelur yang ditetaskan

953.040
HR = ×100 %
1.161.500

HR = 82%

5. Perhitungan kelangsungan hidup larva ikan mas marwana.


Jumla h beni h yang dipanen
SR = ×100 %
jumla h beni h yang ditebar

821.482
SR = × 100 %
953.040

SR = 86%
29

Lampiran 2. Dokumentasi Kegiatan


30

Gambar 2. Persiapan kolam Gambar 3. Pengisian air Gambar 4. Persiapan


pemijahan kolam kakaban

Gambar 5. Pemasangan Gambar 6. Seleksi induk Gambar 7. Seleksi induk


kakaban betina jantan

Gambar 8. Penimbangan Gambar 9. Penebaran induk Gambar 10. Proses pemijahan


bobot induk ikan mas ikan mas ke kolam pemijahan ikan mas

Gambar 11. Pengangkatan Gambar 12. Telur menempel Gambar 13. Pemasangan
kakaban di kakaban hapa
31

Gambar 14. Proses Gambar 15. Penyaringan Gambar 16. Sampling larva
Memasukan kakaban larva
kedalam hapa

Gambar 17. Persiapan kolam Gambar 18. Penebaran larva


larva

Anda mungkin juga menyukai