Oleh:
JUMADIANTO SANDAURANG
G211 12 007
i
PERSEPSI PETANI PADI SAWAH DALAM
PENGGUNAAN SISTEM TANAM PINDAH (TAPIN)
DAN SISTEM TANAM BENIH LANGSUNG (TABELA)
(Studi Kasus di Kelurahan Jalanjang, Kecamatan Gantarang,
Kabupaten Bulukumba)
Oleh :
JUMADIANTO SANDAURANG
G211 12 007
Disetujui oleh,
Mengetahui :
Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian
Fakultas Pertanian
Universitas Hasanuddin
ii
PANITIA UJIAN SARJANA
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
iii
RINGKASAN
iv
ABSTRACT
v
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Songgo dan selesai pada tahun 2006. Setelah lulus dari SD pada tahun
Setelah lulus dari SMA, penulis dinyatakan lulus jalur undangan atau
vi
KATA PENGANTAR
dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai tugas akhir pada Jurusan Sosial
juga mengirimkan salam dan shalawat kepada junjungan kita Nabi besar
Muhammad SAW yang telah memberi tauladan bagi kita semua. Skripsi
Kabupaten Bulukumba)
vii
bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan dan tentunya tak luput dari
kesalahan. Jika ada kesalahan dalam skripsi ini, itu datangnya dari
penulis dan kebenaran datangnya dari Allah SWT. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca dan
Penulis
viii
UCAPAN TERIMA KASIH
semesta alam dan pencipta segala yang ada di bumi Allah SWT, yang
Makassar. Sholawat serta salam juga tak lupa diucapkan kepada nabi
pengikutnya, yang selalu menjadi suri tauladan bagi kita dan menuntun
umat manusia dari alam gelap gulita menuju alam yang terang benderang
dapat diselesaikan dengan baik tanpa ada bantuan dari pihak lain, baik
ix
berujung serta pengorbanan yang takternilai. Kepada saudara-saudaraku,
Saudara(i)/rekan:
selama ini dalam proses penyelesaian studi dan tugas akhir ini.
3. Ibu Dr. Ir. Nurbaya Busthanul, M.Si dan Bapak Ir. Darwis Ali, M.S.
serta Bapak Ir. Yopie Lumoindong, M.Si. selaku dosen penguji yang
x
telah memberikan banyak kritikan dan saran yang besifat membangun
sarjana dan Ibu Dr. Ir. Heliawaty, M.Si selaku panitia seminar
proposal serta Ibu Dr. Ir. Nurbaya Busthanul, M.Si. selaku panitia
5. Bapak Dr. Muh. Hatta Jamil, S.P., M.Si selaku ketua jurusan sosial
ekonomi pertanian, Bapak dan Ibu Dosen serta Seluruh Staf dan
memberikan motivasi, ilmu, serta kasi sayang yang amat besar sejak
xi
8. Kepada teman-teman Englis Lover Club (ELC) dan SP 2016, yang
10. Kepada Kepala Kelurahan Janjang bapak Ahmad Yusri S.Sos., M.Si,
xii
14. Dan kepada semua pihak yang telah memberi bantuan yang tak
tidak langsung telah membantu penulis selama masa kuliah dan dalam
penyusunan skripsi ini diberikan kebahagiaan dan rahmat oleh Allah SWT,
Penulis
xiii
DAFTAR ISI
RINGKASAN .......................................................................................... iv
ABSTRACT ............................................................................................ v
I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
xiv
III. METODOLOGI PENELITIAN ............................................................ 24
xv
5.3.1 Masalah yang Dihadapi Petani Pengguna Sistem Tapin ......... 82
5.3.2 Masalah yang Dihadapi Petani Pengguna Sistem Tabela ........ 86
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xvi
DAFTAR TABEL
xvii
11. Jumlah Kebutuhan Benih Sistem Tapin dan Per
Hektar di Kelurahan Jalanjang, Kecamatan
Gantarang, Kabupaten Bulukumba, 2016. ... ........................... 59
xviii
DAFTAR GAMBAR
xix
I. PENDAHULUAN
1
Pengaturan sistem tanam yang saat ini banyak digunakan oleh
petani Indonesia adalah teknik sistem tanam benih langsung (Tabela) dan
tanam yang sudah lama digunakan tetapi masih banyak petani yang tetap
langsung (Tabela).
fisik bibit yang akan ditanam masih berupa benih yang masih
kerja relatif kurang dan jangka waktu panen relatif singkat. Dari beberapa
hanya sesuai untuk lahan sawah yang rata, sawah beririgasi, dan benih
yang disebar relatif mudah diserang hama. Selain sistem Tabela, sistem
lahan yang tidak rata, sawah tada hujan dan dapat mengurangi resiko
2
sistem tanam pindah antara lain memerlukan tenaga kerja yang relatif
banyak serta memiliki jangka waktu panen yang relatif panjang karena
3
Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa Kabupaten Bulukumba
dari tahun ke tahun selalu menurun tetapi sektor pertanian masi tetap
dari total luas lahan pertanian sawah yang ada di Kabupaten Bulukumba.
Kabupaten Bulukumba. Adapun luas lahan sawah dan produksi padi yang
4
Tabel 2. Luas Lahan Sawah dan Produksi Padi di Rinci Per
Kecamatan di Kabupaten Bulukumba Tahun 2013
No. Kecamatan Luas
Luas lahan Produksi Padi
lahan
swah (Ha) (Ton)
sawah (%)
1. Gantarang 8.011 35,67 88.907,51
2. Ujungbulu 337 1,51 4.047,63
3. Ujung Loe 2.953 13,15 33.863,93
4. Bontobahari 63 0,28 942,72
5. Bontotiro 168 0,75 809,23
6. Herlang 338 1,51 2.928,20
7. Kajang 2.249 10,01 28.338,52
8. Bulukumpa 3.169 14,11 33.490,89
9. Rilau Ale 3.211 14,30 37.745,80
10. Kindang 1.958 8,72 19.223,31
Jumlah 22.458 100 250.297,73
Sumber : Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortikultura 2014.
musim tanam tidak tetap. Namun pada musim tanam tahun 2015
5
tanam benih langsung kurang lebih sebesar 20 persen dan yang
(Tabela)”.
(Tapin) dan sistem tanam benih langsung (Tabela) ditinjau dari sisi
Kabupaten Bulukumba?
Bulukumba?
6
1. Bagaimana persepsi petani dalam penggunaan sistem tanam pindah
(Tapin) dan sistem tanam benih langsung (Tabela) ditinjau dari sisi
Kabupaten Bulukumba.
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
objek penelitiaan yang sama, namun peneliti memiliki tujuan dan hasil
Sistem Tanam Pindah (Tapin) pada Usaha Tani Padi Sawah (Studi Kasus
pasca panen . 2) waktu yang digunakan oleh petani sistem tanam Tabela
8
jauh lebih efisien di banding dengan petani yang menerapkan sistem
tanam Tapin, dimana pada sistem Tabela jumlah tenaga kerja yang
digunakan adalah 35,57 HOK dan pada sistem Tapin jumlah tenaga kerja
Usahatani Padi Sistem Tanam Pindah (Tapin) dan Sistem Tanam Benih
dana tenaga kerja. Yang kedua yaitu, yang menjadi perbedaan proses
pengolaan usaha tani antara sistem Tapin dan Tabela mulai dari
benih banyak yang mati, banyak keong mas yang memakan tanaman.
Sedangkan yang menjadi masalah dalam sistem Tapin yaitu, curah hujan
tenaga kerja yang semakin mahal, padi sering dimakan burung saat akan
panen. Dan yang keempat adalah pendapatan bersih rata – rata yang
9
diperoleh petani padi Tabela sebesar Rp1.419.000/10are/satu kali panen,
Penelitian yang dilakukan oleh Siti Yuliaty, Rustam abdul Rauf, dan
usahatani padi sawah sistem Tabela. Usahatani sistem Tabela dan Tapin
diperoleh nilai t-hitung sebesar -3,223 < t-tabel pada α 5% (1,701) dan < α
10
responden-1 dan petani sistem tanam benih langsung rata-rata sebesar
parsial, variabel biaya pupuk, tenaga kerja dan sistem tanam berpengaruh
nyata. Dan yang ketiga, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
2.2 Persepsi
dimulai oleh suatu sensasi. Ada suatu reaksi motorik berupa persiapan
dari reaksi penyelidikan seperti itu pada akhirnya dapat membangun suatu
11
dilihat,sehingga akan tampak lebih mudah untuk memahami bagaimana
Damayanti, 2010).
stimulus oleh individu melalui alat penerima yaitu alat indera. Pada
Persepsi atau tanggapan adalah proses mental yang terjadi pada diri
usia, kebutuhan dan motivasi, serta persepsi gaya berpikir yang berbeda.
12
yang berarti. Persepsi penting untuk diteliti karena dengan adanya
terbagi menjadi dua, yaitu persepsi terhadap objek (lingkungan fisik) dan
haus, dan lainlain); faktor fisiologis (tinggi, pendek, sehat, sakit, dan
13
sebagainya); faktor sosial budaya (gender, agama, tingkat
kita.
14
2.3 Petani Padi Sawah
berikut :
15
2. Usahataninya tersebut telah menghasilkan penerimaan tambahan
ditanam terus menerus dalam suatu lahan. Pola tanam yang demikian
1. Padi sawah, yaitu padi yang ditanam di sawah, yaitu lahan yang
2. Padi kering yaitu jenis padi yang tidak membutuhkan banyak air
sawah jelas dapat menghasilkan lebih banyak dari pada padi kering
(Aak, 2003).
16
2.4 Sistem Tanam Benih Langsung (Tabela)
usahatani
dibedakan atas dua pilihan teknologi, yaitu tanam benih langsung secara
merata (broad cast) pada areal pertanaman dan tanam benih langsung
dalam larikan (on ows). Teknologi penyebaran benih secara merata pada
kebutuhan benih 2–3 kali lipat, serta masalah pemanenan karena tidak
17
Perkembangan penyakit tungro pada tanaman padi terjadi dua tahap.
wereng hijau migran pembawa virus. Tahap kedua, terjadi bersumber dari
sistem Tapin yang yang menjadi perbedaan mendasar adalah pada sistem
tahap persemaian.
1. Budidaya Tabela hanya sesuai untuk lahan sawah yang rata dan
telah diolah sempurna. Benih tidak akan tumbuh bila jatuh pada
penghujan. Saat curah hujan yang tinggi, apalagi pada saat baru
3. Benih yang baru disebar relatif lebih mudah diserang hama burung
atau tikus.
4. Gulma dapat tumbuh lebih pesat dibanding benih padi yang ditanam,
intensif.
18
5. Usaha kegiatan penyulaman juga lebih intensif, akibat kerusakan
rapi.
6. Cara panen padi Tabela juga menjadi salah satu masalah bagi
tenaga kerja, yaitu umur tanaman padi Tabela lebih cepat sekitar 10 hari
hara di dalam tanah. Hal ini karena sistem perakarannya tidak terbenam
19
lingkungan yang baru. Dan kebiasaan petani selama ini, bibit tanaman
(Sumarno, 2003).
Serangan hama dan penyakit pada sistem tanam benih langsung lebi
rentan daripada sistem tanam pindah sebab jarak tanam pada sistem
karena lebih efisien, namun disisi lain ternyata kurang cocok bila dilakukan
untuk tumbuh lebih awal sehingga mendorong gulma tumbuh cepat. Maka
20
2.5 Sistem Tanam Pindah (Tapin)
lahan yang terpisah yang biasa di sebut lahan persemaian selama 20-25
hari. Setelah bibit siap untuk di pindahkan bibit di tanam dengan cara di
moyang sejak rIbuan tahun yang lalu, khususnya sistem Tapin. Usahatani
menurut Petijo Setijo (1997) dalam Dewi (2009), antara lain, penggunaan
tenaga kerja dalam jumlah banyak, serta memerlukan waktu relatif lama
dan kurang efisien. Budi daya padi dari waktu ke waktu masalah yang
hambatan yang biasa dihadapi oleh para petani sistem tanam pindah
yaitu:
21
1) Cuaca yang tidak menentu berpengaruh pada pertumbuhan
tali, cara ini juga banyak dilakukan petani dan ternyata juga efektif.
jenis sitem tanam yaitu sistem tanam tanam benih langsung (Tabela) dan
22
petani dalam penggunaan sistem tanam benih langsung dan sistem
tanam pindah ditinjau dari sisi budidaya, kebutuhan benih dan jenis
Dalam berusaha tani padi, petani tidak akan pernah luput dari
berikut ini :
Petani Padi Sawah
sistem tanam benih langsung dan sistem tanam pindah pada usahatani
satu lokasi yang petaninya ada yang menggunakan sistem tanam benih
Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari penulis sehingga proses observasi telah
proposal penelitian serta surat ijin penelitian, yaitu bulan Desember 2015
24
3.2 Jenis Penelitian
subjek penelitian secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk
kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan
yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi atau tentang
responden yaitu petani yang menerapkan sistem Tabela dan petani yang
yang diperoleh dianggap cukup. Metode bola salju ini digunakan karena
dari jumlah sumber data yang sedikit itu belum mampu memberikan data
yang memuaskan, maka mencari orang lain lagi yang dapat digunakan
26
sebagai sumber data, dengan demikian jumlah informan atau responden
sumber data akan semakin besar seperti bola salju yang mengelinding,
semakin lama semakin menjadi besar dan akan berakhir setelah diperoleh
Dalam penelitian ini, jenis dan sumber data yang digunakan adalah
sebagai berikut:
1. Data Primer
Menurut Hasan (2002) data primer ialah data yang diperoleh atau
wawancara yang dilakukan oleh peneliti. Data primer ini antara lain adalah
2. Data Sekunder
yang terkait, data badan pusat statistik dari kelurahan atau kecamatan dan
lain sebagainya
27
3.5 Teknik Pengumpulan Data
berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah ditetapkan.
dapat melakukan kontak langsung dengan peserta yang akan dinilai, data
hatinya secara lebih luas, pertanyaan yang tidak jelas bisa diulang dan
benih langsung.
28
2. Observasi
atau tidak.
bersifat uraian dari hasil wawancara. Data yang telah diperoleh akan
29
urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan
menggunakan wawancara.
pengumpulan data sampai laporan tersusun. Tujuan reduksi data ini yaitu
30
dengan cara mengelolah catatan-catatan hasil wawancara dan rekaman
3. Penyajian Data
Penyajian data dalam penelitian kualitatif dewasa ini juga dapat dilakukan
Data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk teks naratif yang
untuk penarikan kesimpulan. Ketika ada data dari dua atau lebih informan
yang berbeda maka akan disajikan data-data tersebut pada tahap ini dan
tahap verivikasi.
menemukan makna data yang telah disajikan. Antara display data dan
31
kesimpulan/verifikasi menjadi gambaran keberhasilan secara berurutan
intisarinya saja.
pada tahap reduksi data. Kemudian lebih terarah dan spesifik pada tahap
petani dalam penggunaan sistem Tapin dan sistem Tabela. Jika pada
tahap penyajian data terdapat beberapa data yang diperoleh dari informan
maupun responden yang berbeda maka pada tahap ini di tarik kesimpulan
penelitian.
seluruh data yang ada dari berbagai sumber yang telah didapat dari
32
luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding
berikut:
Bulukumba.
33
2. Tahapan Budidaya adalah tahapan-tahapan atau langkah-alngkah
sampai pemanenan.
lahan sawah.
bibit dan alat tanam, namun benih yang telah berkecambah langsung
petani padi sawah dari usah tani padi sawah selama satu musim
Kelurahan Jalanjang.
Kelurahan Jalanjang.
34
antara sistem tanam pindah dan sistem tabur benih langsung yang
9. Produktivitas padi adalah produksi padi per satuan luas lahan yang
dalam usaha tani padi dengan sistem Tapin dan sistem Tabela di
Kelurahan Jalanjang.
11. Jenis Varietas adalah jenis varietas padi yang digunakan petani
35
IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
11,46 km2 yang terbagi atas tiga lingkungan yaitu Lingkungan Sapiri,
meliputi lahan pertanian sawah, dan lahan kering. Pada lahan kering di
kebun, perindustrian dan lain-lain. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel 3.
36
Tabel 3. Pola Penggunaan Lahan di Kelurahan Jalanjang,
Kecamatan Gantarang, Kabupaten Bulukumba, 2014.
No. Pola Penggunaan Lahan Luas (ha) Persentase (%)
1. Lahan Sawah 522.08 45.56
2. Lahan Kering 623.92 54.44
Jumlah 1.146,00 100
Sumber: Badan Pusat Statistik Kecamatan Gantarang, 2014
Kelurahan Jalanjang seluas 522.08 hektar yang terdiri dari sawah tada
hujan maupun sawah irigasi. Tabel 3 diatas dapat pula dilihat bahwa
Lahan kering ini terdiri dari lahan pemukiman, perkebunan, dan industri-
dua yaitu lahan pengguna sistem tanam benih langsung dan lahan
pertanian diperoleh data luasan lahan pengguna sistem Tapin dan Tabela
37
Tabel 4 menggambarkan mengenai pembagian lahan sawah
tanam April-September 2015 lalu. Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa luasa
dengan persentase 20,07 persen dari total luas lahan sawah yang ada di
jenis sistem tanam yang digunakan bersifat tidak tetap dan dapat
dengan umur 10-14 tahun yakni sebesar 11,41 persen atau berjumlah 564
39
kelompok umur di Kelurahan Jalanjang yaitu penduduk dengan umur
jumlah 1.453 jiwa dengan persentasi 54,56 persen dari penduduk yang
40
4.4 Sarana dan Prasarana
juga sudah sangat memadai dimana terdapat 2 TK, 2 SD,1 SMP dan
2 SMA.
41
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
Yang menjadi informan pada penelitian ini yaitu Ibu Rosmini selaku
penelitian ini yaitu petani pengguna sistem Tapin, sistem Tabela, dan
gunakan.
jenis sistem tanam yang digunaan oleh responden. Untuk lebih jelasnya
42
Tabel 9. Identitas Informan dan Responden di Kelurahan Jalanjang,
Kecamatan Gantarang, Kabupaten Bulukumba, 2016
No Nama Umur Jenis Pendidikan Pekerjaan Sistem Tanam
Kelamin Terakhir yang Digunakan
1 Rosmini 40 P S1 PNS -
2 Muh. Bakri 45 L S1 Petani Tapin
3 Abdul Rahman 58 L SMP Petani Tapin
4 Muh. Sunar 47 L MAN Petani Tapin
5 H. Beddu Ali 65 L SD Petani Tapin
6 Andi Imran Azis 60 L SMA Petani Tapin
7 Syamsir 46 L SD Petani Tabela
8 Rasyid 42 L SMP Petani Tabela
9 Muh. Askar 42 L SMP Petani Tapin dan Tabela
10 Samsir 33 L SMA Petani Tapin dan Tabela
11 Muh. Sabir 40 L SMA Petani Tapin dan Tabela
12 Abrar 31 L SMA Petani Tapin dan Tabela
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2016
peneliti merasa bahwa data yang diperoleh telah jenuh dan telah
sampai pada responden ke-12. Dari tabel tersebut pula dapat dilihat
bahwa yang menjadi responden tidak hanya petani yang berumur masih
mudah, namun terdapat pula petani yang tergolong berumur tua dan
Petama (SMP) dan bahkan ada informan yang memiliki tingkat pendidikan
43
terakhir yaitu S1. Jadi yang menjadi responden pada penelitian ini tidak
tergolong rendah.
karena beberapa alasan akhirnya mereka berhenti dan tidak ingin lagi
merupakan sistem tanam padi yang telah lamah digunakan oleh petani di
tanam baru di kelurahan tersebut yaitu sistem tanam benih langsung atau
yang lazim disebut Hakika (hambur kiri kanan) di daerah tersebut. Awal
44
kemunculan sistem tanam Tabela di Kelurahan Jalanjang disebabkan ada
lahannya.
pindah jauh lebih baik dari tanam benih langsung. Namun tidak dapat
terhadap kedua jenis sistem tanam tersebut, baik dari pandangan sisi
5.2.1 Budidaya
Ada tiga hal yang akan dibahas pada pembahasan persepsi petani
dari sisi budidaya yaitu perbedaan tahapan budidaya Tabela dan Tapin,
45
a. Tahapan Budidaya
tersebut bahwa tahapan budidaya sistem Tapin dan Tabela tidak jauh
Selain itu, yang menjadi perbedaan lainnya antara sistem Tapin dan
sistem Tapin tidak perlu melalui proses penyulaman lagi. Sistem Tabela
benih yang telah di hambur tidak akan merata sehingga banyak celah-
celah yang kosong dan banya benih yang tumbuh bergerombol. Dari
46
memiliki jarak yang beraturan. Penyulaman hanya akan dilakukan pada
mengatakan bahwa:
secara singkat oleh salah seorang ketua kelompok tani bernama Bapak
47
Dari pendapat H. Beddu Ali terlihat jelas bahwa tahapan budidaya
berikut :
48
Tabel 10 dan berdasrkan pernyataan informan dan responden,
antara sistem tanam pindah dan sistem tanam benih langsung. Dimana,
namun dari segi cara dan bentuk benih berbeda. Cara penanaman pada
sistem Tapin yaitu mencabut bibit terlebih dahulu dari persemaian yang
benih langsung (Tabela) merupakan salah satu teknik tanam padi dengan
49
Tahapan budidaya pada sistem Tapin dan Tabela memang memiliki
tidaklah jauh berbeda. Persamaan pada sistem tanam trsebut dari sisi
b. Teknik Penanaman
pola tanam yang digunakan pada sistem tanam pindah dan jenis teknik
diantaranya teknik tanam biasa, Tanam SRI, tanam jajar legowo dan
tanam Tegel yang berbentuk bujursangkar dengan jarak tanam 20x20 cm.
pola tanam tegel, namun terdapat pula beberapa petani yang kini
dari penyuluh pertanian. Adapun jenis tanam legowo yang diterapan yaitu
legowo 6:1 dan legowo 4:1. Namun dari kesekian petani yang pernah
antara jajar legowo dengan sistem tegel itu sama. Seperti yang dikemukan
oleh salah satu ketua kelompok tani yang bernama Bapak Sunar
50
mengemukakan bahwa salah satu alasan petani tidak menggunakan
Cara penanam pada pola legowo yaitu harus lurus searah dengan
matahari yang membentang dari arah timur ke barat. Selain itu, legowo
juga memiliki jarak tanam yang sama sehingga harus di ukur dan
terbiasa dan bisa memperkirakan jarak tanam dan pola tanamnya hanya
lebih memilih sistem tanam pindah dengan pola tanam tegel karena
dengan pola legowo dengan baiaya tenaga kerja penanaman dengan pola
tegel. Biaya tanam untuk pola tegel sebesar Rp. 750.000/ha sedangkan
”Biaya sewa tenaga kerja penanam borongan antara tegel dengan legowo
itu berbeda, kalau legowo itu biaya tanamnya Rp. 900.000/ha sedangkan
kalau tanam tegel hanya Rp. 750.000/ha. Inilah yang membuat petani
sudah tidak mau dan jarang menggunakan tanam jajar legowo”
(Samsir, wawancara: 15 Januari 2016).
sistem tanam pindah lebih memilih untuk menggunakan pola tanam tegel.
51
Hal ini disebabkan karena faktor kerumitan dalam mengerjakan serta
biaya sewa tanam jajar legowo lebih tinggi sementara hasil produksi yang
Secra umum pada sistem tanam benih langsung terdapat dua teknik
penanaman benih yang dapat dilakukan yaitu teknik hambur benih secara
merata (broad cast) pada hamparan sawa dan teknik tanam benih
kedua teknik tersebut adalah teknik hambur secara merata (broad cast)
menggunakan alat larikang (on ows) itu memiliki jarak hampir sama
langsung secara hambur merata (broad cast) dan tidak ada petani di
(on ows).
merata seperti yang diungkapkan oleh salah satu ketua kelompok tani
“Saya dan beberapa petani lainya itu pake hambur secara merata atau
biasa disebut orang-orang disini dengan istila hakika (hambur kiri kanan)
dan bakan tidak ada yang pake alat. Yang menjadi alasan, karena kalau
pake alat lahan harus di kasi keluar airnya terlebidahulu atau di macak-
macak sedangkan kebanyakan lahan di sini itu susa mendapatkan air
karena jauh dari sungai. Jadi nanti malah kekeringan kalau di kasi keluar
airnya” (Rasyid, wawancara: 17 Januari 2016).
52
Ditambahkan lagi bahwa:
“Selain itu kalau pake alat, benih yang dihambur itu gampang dimakan
sama burung pipit karena sawah dalam keadaan kering dan kelihatan itu
benihnya. Berbeda dengan yang dihambur merata karena airnya tetap
tergenang di sawah sampai ketinggina 5-10 cm sehingga benih yang
dihambur tidak bisa termakan burung” (Rasyid, wawancara: 17 Januari
2016).
tidak menggunakan alat larikan karena air yang ada pada lahan harus
menggunakan larikan, mudah termakan oleh burung pipit jika lahan dalam
hama, terdapat pula alasan lain petani tidak menggunakan alat larikan,
seperti yang dikemukakan oleh Bapak Syamsir bahwa yang menjadi alsan
lahan mem butuhkan waktu selama kurang lebih dua hari sedangkan
menggunakan alat larikan (on ows), karen teknik hambur merata tidak
terhindar dari burung pipit serta waktu pengerjaanya relatif lebih cepat.
53
c. Umur Padi
Umur padi ternyata tidak hanya ditentukan oleh jenis atau varietas
padinya. Namun ternyata umur padi juga dapat dipengaruhi oleh jenis
yang sama, umur padi belum tentu sama jika sistem tanam yang
padi yang menggunakan sistem tanam pindah berbeda dengan padi yang
keterangan dari responden dan informan bahwa umur padi dengan sistem
Perbedaan umur dari padi dengan sistem tanam yang berbeda hanya
berkisar 10 hari.
Tabela dengan padi Tapin yaitu petani yang menggunakan Tapin akan
seperti ini maka proses panen antara petani Tabela dan Tapin akan
bersamaan.
Perbedaan umur pada padi dengan sistem Tabela dan sistem Tapin
juga dipengaruhi oleh karena bibit pada padi Tapin mengalami proses
54
Proses tersebut ditandai dengan pertumbuhan akar yang baru pada bibit
yang telah di pindahkan dan ditanam. Hal ini dikemukan juga oleh
bahwa:
“Secara normal padi dengan sistem tanam pidah itu disemaikan selama
20 hari kemudian di pindahkan ke lahan persawahan selama 90 hari jadi
umur padi tanam pindah itu normalnya 110 hari sedangkan kalau tanam
benih langsung itu biasanya hanya 100 hari.Letak perbedaanya mengapa
sistem tanam pinah cenderung lebih lambat karena sistem tanam pindah
mengalami masa penghambatan pertumbuhan pada saat bibit dicabut dari
persemaian dan di pindhkan ke lahan. Jadi pertumbuhannya terhambat
karena bibit terlebih dahulu menyesuaikan diri pada lahan baru dan
memperbaiki perakarannya di dalam tanah” (Rosmini, wawancara: 14
Januari 2016).
langsung cenderung memiliki umur lebih pendek 10 hari dan cepat panen
menghambur benihnya, maka masa panen dari kedua jenis sistem tanam
tersebut akan bersamaan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang
55
padi dengan sistem tanam pindah dan padi dengan sisitem tanam benih
langsung yaitu 10 hari, dimana padi dengan sistem Tabela lebih cepat
pada sistem tanam pindah dan sistem tanam benih langsung atau tidak.
Namun sebelum membahas lehih jauh mengenai hal terseut, ada istilah
itulah yang menjadi acuan mereka dalam meenakar benih dan bahkan
sebagai alat ukur sudah sangat lama digunakan oleh petani di kelurahan
belle’ gabah setara dengan 20 liter atau 10 kg gabah. Istilah belle’ tersebut
56
masih berlaku sampai sekarang sebagai patokan pemberian upah dan
a. Kebutuhan benih
sistem tanam dan jenis pola tanam yang digunakan. Dari hasil wawancara
perbedaan jumlah benih yang digunkan antara sistem tanam pindah dan
“Benih yang dipake kalau pake Tapin itu lebih banyak dari pada Tabela.
Kalau pake Tapin itu 6 belle’ (60kg)/ha sedangkan kalau pake tabur benih
langsung itu hanya 5 belle’ (50kg) sampai 5,5 belle’ (55 kg)/ha” (Muh.
Askar, wawancara: 14 Januari 2016).
5 sampai 5,5 belle’/ha. Hal ini sejalan dengan pendapat Bapak Syamsir
“Dulu waktu saya masi pake tanam pindah, benih yang saya pake dalam
satu hektar itu 6 belle’ sedangkan kalau yang sistem tanam benih
langsung yang saya pake saat ini itu cuma pake 5,5 belle’.” (Syamsir,
wawancara: 14 Januari 2016).
57
Ditambahkannya lagi bahwa:
“Alasan kenapa tanam Tabela itu lebih sedikit menggunakan benih karena
pada saat di hambur tidak di kasi Tebal atau di kasi dempet benihnya.
Karena kalau di kasi dempet-dempet tidak bagus pertumbuhannya nanti.
Jadi kalau di hambur itu di kasi jarang-jarang jaraknya. Sedangkan kalau
padi Tapin itu menggunakan banyak benih karena cara menanamnya
orang biasa mereka kasi tebal. Sedangkan anjurannya penyuluh
seharusnya 1 rumpun terdiri dari 3 batang. Tetapi kalau di petani itu biasa
5-6 batang bibit setiap rumpun” (Syamsir, wawancara: 14 Januari 2016).
tanam pindah itu lebih banyak dibandikan sistem tanam Tabela. Penyebab
penanaman bibit oleh petani sangat berlebihan, teabal dan rapat, yang
seharusnya pada setiap rumpun hanya terdiri dari 3 batang, namun yang
ini juga diungkap oleh Siti dkk, dalam penelitiannya di Desa Dolago
sistem Tabela. Hal ini terjadi karena petani di Desa Dolago sengaja
58
Kerusakan yang terjadi pada persemaian biasanya disebabkan karena
termakan oleh hama ataupun benih tidak tumbuh akibat kualitas benih
kebutuhan benih pada sistem tanam pindah dan sistem tanam benih
Tabel 11. Jumlah Kebutuhan Benih Sistem Tapin dan Tabela Per
Hektar di Kelurahan Jalanjang, Kecamatan Gantarang,
Kabupaten Bulukumba, 2016.
Jumlah Kebutuhan Benih
No Jenis Sistem Tanam
(kg/ha)
1. Sistem Tanam Pindah 60
sistem tanam benih langsung hanya 5,5 belle’/ha atau setara dengan 55
kg. Yang menjadi masalah mengapa sistem tanam pindah lebih banyak
diaman yang seharusnya dalam satu lobang atau satu rumpun hanya 2
59
penyuluh bahwa seharusnya dalam 1 ha hanya menggunakan 25-30 kg
seperti itu agar anakan pada padi dapat tumbuh lebi banyak.
sebagai sekelompok tanaman dari suatu jenis atau spesies tanaman yang
daun, bunga, dan biji yang dapat membedakan dari jenis atau spesies
penggunan jenis varietas padi antara sistem tanam pindah dan sistem
tabur benih langsung. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu Ketua
“Tidak ada perbedaan jenis varietas padi untuk Tabela dengan Tapin.
Semua jenis varietas padi bisa ji di pake untuk tanam pindah dan juga
tanam benih langsun. Namun, saya dan rata-rata petani di sini hanya
menggunakan salah satu diantara varietas cigeulis dan ciliwung. Jadi
terserah petaninya mau pake varietas apa untuk sistem Tabela dan Tapin”
(Andi Imran Azis, wawancara: 17 Januari 2016).
60
Dari responden diatas mengatakan bahwa tidak ada perbedaan
jenis varietas yang digunakan pada sistem tanam pindah dan sistem
padi yaitu Ciliwung dan Cigilis. Dalam pemilihan varietas padi yang akan
tahan terhadap hama dan juga dapat tumbuh dalam kondisi anaerob,
seperti yang dikatakan oleh Siti dkk (2013), dalam penelitiannya bahwa
adalah padi yang berasal dari varietas unggul yang memiliki karakteristik
perakaran dalam dan kuat, cepat tumbuh pada stadia awal dan dapat
mempunyai varietas padi yang khusus untuk Tabela. Apabila tipe benih ini
sistem tanam tersebut. Jumlah tenaga kerja yang dIbutuhkan pada sistem
61
tenaga kerja pada sistem Tapin lebih banyak dari pada sistem Tabela. Hal
tenaga kerja untuk pencabutan bibit. Lain halnya dengan sistem Tapin
sistem Tapin berbeda. Pada tenaga kerja pencabut bibit diberikan upah
berdasarkan banyaknya benih yang mereka tanam. Untuk 1 belle’ (10 kg)
benih, biaya tanamnya sebesar Rp.130.000 jadi untuk lahan seluas satu
hektar jika benih yang digunakan sebanyak 6 belle’ (60 kg) maka biaya
62
Proses penanaman pada sistem Tabela dilakukan dengan cara
dalam 1 hektar lahan dapat dikerjakan oleh satu orang saja, dan yang
penggunaan dan pengeluaran biaya tenaga kerja, karena tidak perlu untuk
pemberian upah kepada tukang dros yaitu sistem bagi hasil dimana ketika
ada 10 karung hasil panen maka akan diambil 1 karung untuk tukang
dros.
tenaga kerja yang kurang dan biaya yang dikeluarkan juga kurang.
63
“Saya lebih suka pake Tabela karena salah satu alasannya yaitu sudah
tidak menyewa tenaga kerja lagi seperti pembuat persemaian, penanam,
dan pencabut benih. Apalagi biaya sewa tanam sekarang itu sudah tamba
mahal dan tidak ada uang untuk membayar tenaga kerja itu, jadi bisa
mengurangi biaya lagi” (Syamsir, wawancara: 14 Januari 2016).
mengurangi pengeluaran biaya pada usaha taninya. Namun hal ini tidak
“Lebih baik saya korban uang dari pada korban tenaga kita sendiri.
Memang kalau sistem Tapin itu butuh tenaga penanam sama pencabut
benih tetapi kalau sudah menanam kita bisa santai-santai dirumah.
Sedangkan kalau Tabelah butuh tenaga untuk menyulami padi. Memang
tenaga yang digunakan adalah tenaga kita sendiri kalau menyulam namun
bisa dilakukan sampai 1 minggu baru selesai dan tidak ada waktu istrahat
dan itu bisa membuat badan bisa sakit. Dan hal inilah yang biasa tidak
diperhitungkan oleh orang karena yang mereka biasa perhitungkan hanya
yang mengeluarkan uang atau yang dibayar saja” (Muh. Sunar,
wawancara: 16 Januari 2016).
padi pada sistem tanam benih langsung dalam satu hektar bisa dilakukan
petani, sebab yang diperhitungkan oleh petani hanya tenaga kerja yang
pada sistem Tabela dengan sistem Tapin pada lahan seluas 1 hektar dan
pada satu musim tanam dapat dilihat pada tabel berikut ini:
64
Tabel 12. Jumlah Penggunaan Rata-rata Tenaga Kerja dalam Satu
Musim Tanam Per Hektar Sawah pada Sistem Tapin dan
Tabela di Kelurahan Jalanjang, Kecamatan Gantarang,
Kabupaten Bulukumba, 2016.
Tapin Tabela
No Tenaga kerja Jam Jam Hari
Hari
Jml TK HKO Jml TK HKO
kerja Kerja kerja kerja
1. Pengolahan tanah 5P 8 1 5 5P 8 1 5
2. Persemaian 1P 4 2 1 - - - -
3. Penaburan benih - - - - 1P 8 1 1
4. Pencabutan bibit 6W 8 1 4,8 - - - -
5. Penanaman 3 P, 8 W 8 1 9,4 - - - -
6. Pemupukan 2P 4 1 1 2P 4 1 1
7. Penyulaman - - - - 1P 4 7 3,5
8. Penyiangan 4P 8 1 4 4P 8 1 4
9. Pengendalian
hama dan 2P 4 2 2 2P 4 2 2
penyakit
10 Panen 6P, 5W 8 1 10 6P, 5W 8 1 10
Jumlah 23 P, 19W 37,2 21P ,5W 26.5
Keterangan :
Variabel : - Pria =1
- Wanita = 0,8
- Anak-anak = 0,5 (Prasetyo, 2003)
pindah lebih besar dari pada sistem tanam benih langsung, diaman pada
65
HOK/ha sedangkan pada sistem tanam benih langsung hanya
membutuhkan 26,5 HOK/ha curahan tenaga kerja. Hal ini sejalan dengan
digunakan oleh petani sistem tanam Tabela jauh lebih efisien di banding
dengan petani yang menerapkan sistem tanam Tapin. Efisiensi waktu ini
diukur dari banyaknhya tenaga kerja yang digunakan. Pada sistem Tabela
jumlah tenaga kerja yang digunakan adalah 35,57 HOK dan pada sistem
Tapin jumlah tenaga kerja yang digunakan adalah 39,42 HOK. Jadi terlihat
jelas bahwa kebutuhan tenaga kerja pada sistem Tapin lebih banyak
jenis varietas padi yang digunakan, namun ditentukan pulah oleh jenis
penyakit antara sistem tanam pindah dan sistem tabur benih langsung.
66
sedangkan pada sistem Tabela penanamannya sangat berdempetan
sehingga hama dan penyakit dengan mudah berpindah dari padi yang
satu ke padi yang lain. Selain itu, salah satu jenis hama yang biasa
menyerang padi dengan sistem tanam Tabela dari pada sistem Tapin.
Selain dari hama tikus, salah satu hama yang sering menyerang
keong mas adalah padi dengan sistem Tabela. Hal ini disebabkan karena
pada saat penghamburan benih, benih dalam keadaan tergenangi oleh air
yang telah tumbuh. Berbeda halnya dengan padi sistem tanam pindah
yang ketika bibit di tanam di hamparan sawah terlebih dahulu air dari
yang ada tdak dapat langsung memakan padi. Seperti yang diungkap oleh
“Beberapa hama yang sering menyerang padi saya dan petani lainnya
yaitu tikus, keong mas dan ulat penggerek batang. Biasanya kalau saya
perhatikan biasa cepat habis yang padi Tabela di makan oleh hama
karena gampang berpindah itu hama sebab berdekatan jaraknya. Selain
itu, hama juga dengan leluasa bersarang di dalam tengah padi karena
keadaanya lembab dan tidak terkena sinar matahari sehingga
perkembangannya cepat. Berbeda dengan tapi yang serangannya tidak
akan terlalu kelihatan dan penyebarannya tidak terlalu cepat sebab sistem
67
Tapin memiliki jarak antara rumpun satu dengan lainnya dan cahaya juga
leluasa masuk sampai ke batang padi ” (Muh. Bakri, wawancara: 15
Januari 2016).
sistem tanam pindah. Hal ini disebabkan karena pada sistem Tabela
memiliki populasi padi yang sangat rapat sedangkan pada sistem Tapin
padi hingga pada batang padi. Hal ini juga dikarenakan pada padi sistem
“Yang biasa saya lihat di sawah saya yang pake Tabela kalau ada
serangan hama wereng itu lebih cepat perpindahannya sedangkan yang
saya pakek sistem tapin agak lambat perpindahannya dan itupun kalau
ada serangan hama wereng hanya sedikit” (Abrar, wawancara: 17
Januari 2016).
“Kalau penyakit yang sering menyerang tanaman padi saya dan petani di
sini itu penyakit tungro. Jenis sistem tanam yang paling sering diserang
oleh penyakit ini yaitu Tabela” (Abrar, wawancara: 17 Januari 2016).
68
Dari pernyataan Bapak Abrar bahwa salah satu hama yang sering
Tabela. Hal ini disebabkan karena hama wereng lebih menyukai padi yang
memiliki populasi rapat dan sangat leluasa untuk berpindah karena jarak
petani adalah tungro seperti yang dijelaskan oleh Leidia (2014), bahwa
penyakit tungro itu adalah penyakit virus pada padi yang biasanya terjadi
Pelepah dan helaian daun memendek dan daun yang terkena virus
berwarna kuning. Yang paling rentan terkenah penyakit ini adalah padi
kelihatan mulai dari daun jadi layu sampai daun menguning dan tanaman
jadi kerdil. Berbeda dengan sistem tanam pindah yang jika terserang virus
kedalam tanah dan memiliki daya tahan yang kuat terhadap penyakit.
penyakit lebih lambat. Hal ini disebabkan karena pada sistem tanam
69
maupun penyakit relatif rendah. Sedangkan pada sistem tanam benih
dkk (1999) bahwa, hama ini lebih menyukai tanaman dalam kondisi
populasi yang rapat dan lembab dikarnakan cahaya matahari sulit masuk
Ada beberapa jenis hama yang sering menyerang tanam padi petani
batang dan keong mas. Sedangkan jenis penyakit yang sering menyerang
a. Produktivitas
Produktivitas dihitung dari setiap 1 hektar luasan lahan sawah. Dari hasil
pada sistem tanam tabur benih langsung dengan sistem tanam pindah
selaku petani yang hanya menggunakan satu jenis sistem tanam yaitu
70
“Hasil panen yang saya dapatkan pada musim tanam lalu itu 102 karung
dari seluruh sawah saya yang seluas 1,5 Ha. Sedangkan dulu ketika saya
masi pake sistem tanam pindah 10 tahun yang lalu itu biasa cuma 95
karung dan karung yang digunakan itu karung yang isinya 100 kilo”
(Syamsir, wawancara: 14 Januari 2016).
tinggi dari pada ketia ia masi menggunakan sistem tanam pindah. Dari
hasil panen yang diperolehnya pada musim tanam lalu itu sebanyak 102
karung atau setara dengan 10,2 ton/1,5 ha karena karung yang digunakan
adalah karung dengan isi 100 kg/karung. Jadi dapat dikatakan bahwa
pinda sebesar 6.8 ton/ha. Sedangkan menurut beliau, pada 10 tahun yang
diperolehnya hanya 95 karung atau setara dengan 9,5 ton/1,5 ha. Jadi
peneliti bahwa hasil produksi sekarang dengan hasil produksi yang telah
lama, apalagi sampai 10 tahun yang lalu sudah tidak relefan untuk di
tidak seperti pada 10 tahun yang lalu, sehingga waja-wajar saja jika
produksi yang diperoleh beliau saat ini lebih tinggi dari pada produksi yang
pindah.
71
Selanjutnya, Bapak Muh. Sunar selaku petani yang menggunakan
benih langsung hanya mencapai 6 ton/ha. Inilah yang menjadi salah satu
langsung kembali.
dan sistem Tabela, salah sarunya yaitu Bapak Bakri. Dari hasil
72
menggunakan sistem tanam benih langsung. Adapun jumlah produksi
Tapin yang seluas 1,5 ha sebesar 110 karung atau setara dengan 11 ton.
memperoleh 93 karung atau setara dengan 9,3 ton dalam lahan seluas 1,5
ha. Jadi dapat dikatakan bahwa produktifitas dari lahan Bapak Bakri
6,2 ton/ha
mengenai jumlah produksi yang mereka peroleh dari sistem tanam pindah
dan sistem tabur benih langsung yang mereka gunakan. Salah informan
lebih tinggi daripada sistem tanam benih langsung yang ia gunakan. Dari
hasil panen yang lalu, beliau dapat membandingkan bahwa dari lahan
yang seluas 0,5 hektar dengan menggunakan sistem tanam pindah dapat
memproduksi 32 karung.
73
Selain itu, ditambahkan lagi oleh salah seorang yang juga
mengatakan bahwa:
“Lebih tinggi hasilnya kalau pake Tapin dari pada Tabela. Dari lahan saya
yang seluas 1,5 ha, hanya 0,5 ha yang saya pakekan Tabela dan 1 ha
saya pake sistem Tapin. Kalau produksinya pada musim tanam lalu dari
sistem Tabela itu cuma 34 karung untuk 0,5 ha sedangkan yang saya
pakekan sistem Tapin itu produksinya 70 karung untuk 1 ha” (Abrar,
wawancara: 17 Januari 2016).
sistem tanam benih langsung lebih sedikit daripda sistem tanam pinda.
langsung seluas 0,5 hektar hanya dapat menghasilkan 34 karung atau 3,4
ton. Jadi dapat dilihat bahwa produktifitas pada lahan pak abrar yang
Selain itu, Bapak Abrar juga mengungkap bahwa beberapa petani yang
sistem Tabela tidak hanya dipengaruhi oleh hasil produksi saja. Meskipun
74
beberapa petani Telah mengetahui bahwa hasil produksi dari sistem
Tabelah lebih kecil dari pada Tapin, namun faktor lain yang
Selain faktor ketersedian modal yang terbatas, faktor seperti cuaca dan
tanam Tabela.
sistem tanam pindah, sistem tanam benih langsung maupun petani yang
menggunakan kedua sistem tanam tersebut. Dari tabel di atas pula dapat
75
dilihat bahwa jumlah rata-rata produksi padi yang diperoleh petani dengan
tinggi dari sistem tanam benih langsung. Hasil penelitian ini sejalan
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Siti dkk (2013) bahwa
produksi padi dengan sistem tanam pindah lebih banyak daripada sistem
Tapin di Desa Dolago sebesar 4,7 ton/ha, sedangkan hasil produksi rata-
Meskipun sistem tanam memiliki hasil produksi lebih tinggi, namun belum
karena masi banyak faktor dan biaya lainnya yang mempengaruhi besar
b. Pendapatan
berusaha tani padi yaitu besarnya biaya yang dikeluarkan, besarnya harga
produk serta besarnya produksi dari hasil usaha tani. Semakin kecil biaya
76
dilakukan dengan cara menekan biaya produksi yang dikeluarkan tetapi
menurun.
secara tidak langsung tidak mengurangi modal yang mereka miliki. Namun
biaya produksi adalah nilai dari semua faktor produksi yang digunakan,
berlangsung. Biaya produksi usahatani yang terdiri dari biaya variabel dan
biaya tetap. Biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya tergantung
habis dalam satu masa produksi. Yang termasuk dalambiaya ini adalah
penggunaan pupuk yaitu biaya benih, pupuk, pestisida, biaya sewa mesin,
serta tenaga kerja baik tenaga kerja sewa maupun tenaga kerja pemilik
yang berperan aktif didalamnya. sedangkan biaya tetap adalah biaya yang
penggunaannya tidak habis dalam satu kali proses produksi seperti biaya
77
penyusutan dan pajak. Hal ini juga diungkap oleh penyuluh pertanian Ibu
sendiri sebagai bentuk dari biaya. Makanya kebanyakan petani dari sistem
Tabela selalu mengaku bahwa pendapatan mereka jauh lebih tinggi sebab
kurang dan menghasilkan produksi yang tinggi namun faktor dari harga
hasil sistem tanam pindah dan gabah hasil sistem tanam benih langsung.
Padahal seharus harga antara gabah hasil Tapin dan Tabela harus
dibedakan sebab dari segi kualitas gabah keduanya berbeda. seperti yang
78
sistem tanam pindah memiliki biji yang keil, pendek dan ketika menjadi
beras gampang patah. Hal ini sesuai dengan hasil pengamatan peneliti di
terlihat jelas dari segi ukuran dan bentuknya. Jika padi Tabela memiliki
ukuran biji yang kecil dan pndek serta gampang patah sedangkan padi
Tapin bentuk gabanya panjang dan bijinya besar serta berasnya tidak
mudah patah.
sistem Tabela dan sistem Tapin dalam luasan lahan 1 hektar dapat dilihat
79
Tabel 14. Perbandingan Biaya dan Pendapatan Per Hektar Pengguna
Sistem Tapin dan Sistem Tabela di Kelurahan Jalanjang,
Kecamatan Gantarang. Kabupaten Bulukumba. 2016.
Tapin Tabela
No Uraian Jumlah Nilai/upah Total Jumlah Nilai/upah Total
fisik satuan nilai/upah fisik satuan nilai/upah
A Biaya variabel
1.Benih 60 Kg 8.000 480.000 55 Kg 8.000 440.000
2.Pupuk
-Urea 100 Kg 2.000 200.000 100 Kg 2.000 200.000
-TSP 50 Kg 2.500 125.000 50 Kg 2.500 125.000
-ZA 50 Kg 2.000 100.000 50 Kg 2.000 100.000
-NPK 100 Kg 2.500 250.000 100 Kg 2.500 250.000
3.Pestisida
- Ally 1 kg 115.000 115.000 1 kg 115.000 115.000
-Klensect 500 ml 53.000 53.000 500 ml 53.000 53.000
-Matador 500 ml 60.000 60.000 500 ml 60.000 60.000
-Besnoid 250.ml 30.000 30.000 250.ml 30.000 30.000
4.Tenaga Kerja
- Olahan tanah 5 HOK 80.000 400.000 5 HOK 80.000 400.000
- Persemaian 1 HOK 80.000 80.000 - - -
-Penaburan - - - 1 HOK 80.000 80.000
benih
-Pencabutan 4.8 HOK 80.000 384.000 - - -
bibit
-Penanaman 9,4 HOK Borongan 780.000 - - -
-Pemupukan 1 HOK 80.000 80.000 1 HOK 80.000 80.000
-Penyulaman - - - 3,5 HOK 80.000 280.000
-Penyiangan 4 HOK 80.000 320.000 4 HOK 80.000 320.000
-Pengendalian 2 HOK 80.000 160.000 2 HOK 80.000 160.000
hama dan
penyakit
-Panen 10 HOK Borongan 2.800.000 10 HOK Borongan 2.400.000
5.Biaya Mesin
-Pompa Air 150.000 150.000
-Taktor 1.020.000 1.020.000
Total biaya Variavel 7.587.000 6.263.000
B Biaya Tetap
1.NPA 294.000 294.000
2.Pajak Lahan 100.000 100.000
Total Biaya Tetap 394.000 394.000
C Total Biaya 7.981.000 6.657.000
(A+B)
D Total 7.200 Kg 4.000 28.800.000 6.700 Kg 4.000 26.800.000
Penerimaan
E Total Pendapatan (D-C) 20.819.000 20.143.000
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2016
80
Rp. 26.800.00/ha. Meskipun pada sistem Tabela pengeluaran biayanya
relatif rendah namun hasil produksi yang diperoleh juga lebih rendah dari
bersih rata-rata petani pengguna sistem Tapin lebih besar dari pada
lebih besar dari sistem tanam benih langsung. meskipun Tabela memiliki
pengeluaran biaya lebih kecil dari pada tanam pindah namun hasil
produksi dari sistem tanam pindah lebih besar daripada sistem tanam
benih langsung. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Yoshie Laorensia
Aruan dan Rita Mariati (2010) bahwa pendapatan yang diperoleh petani di
sebesar Rp 11.003.591/ha.
Dalam berusaha tani padi, petani tidak pernah luput dari masalah-
masalah yang sering kali muncul, baik itu petani Tabela maupun petani
81
Tapin. Menurut wawancara dengan para petani padi di daerah penelitian,
jenis hambatan yang sering dihadapi petani padi baik petani padi Tabela
mereka lakukan sangat rapat dan tebal. Dari anjuran pemerintah dinas
menaruh 2-3 batang bibit saja per lobang. Sedangkan yang terjadi di
pada sistem tanam pindah sangat banyak. Selain itu, hal tersebut juga
82
Yang menjadi solusi bagi petani untuk mengurangi penggunaan
banyak.
masalah bagi petani sistem tanam pindah. Pada sistem tanam pindah
tenaga kerja yang lebih banyak, makin mahalnya biaya tenaga kerja
83
merupakan bantuan dari dines pertanian. Seperti yang diungkap oleh
Mesin ini muncul sebagai solusi bagi petani tanam pindah untuk
Mesin penanam ini hanya dioperasikan oleh dua orang dan dapat
kehadiran mesin ini juga dapat mengurangi biaya sebab baya sewa
(2010), bahwa biaya tenaga kerja saat ini semakin mahal. Sistem
tenaga kerja sehingga biaya untuk tenaga kerja semakin mahal. Untuk
84
c. Bibit sering rusak saat pencabutan
Bibit merupakan salah satu langkah awal dan dapat menjadi salah
salah satu masalah petai pengguna sistem Tapin sebab dalam proses
bahwa:
Salah satu faktor yang menyebabkan bibit sering terputus dan keras
saat dicabut adalah faktor tekstur tanah yang berliat dan pekat dan
pupuk NPN dan Urea. Hal ini sejalan dengan pendapat Aak (2003),
bahwa jenis tanah yang baik untuk persemaian benih padi yaitu
85
pertumbuhan akar pada bibit yang dapat menyebabkan bibit sukar
tanaman mulai dari umur 1 minggu hingga panen. Yang sangat rentan
mulai dari pucuk hingga batang. Hal inilah yang menjadi salah satu
harus digenangi oleh air, sehingga ketika benih telah tumbuh sangat
rentan dimakan oleh keong. Hal ini diungkap oleh Bapak Muh. Sabir
bahwa:
“Salah satu masalahnya kalau pake Tabela yaitu benihnya yang baru
tumbuh sering dimakan sama keong mas. Apalagi pada saat
dihambur harus digenangi air sehingga keong mas sangat mudah
untuk berpindah memakan padi. Kemudian keongnya susah untuk di
pungut apalagi kalau di tengah-tengah sawa karena akan terinjak padi
kalau kita masuk pungut. Tetapi salah satu caranya petani untuk
kendalikan biasa di kasi racun keong saja” (Muh. Sabir, wawancara:
15 Januari 2016).
86
lahan sawah. Pengendalian secara alami juga dapat dilakukan untuk
Sukisti (2010), bahwa ada dua cara pengendalian hama keong yaitu
“Salah satu masalahnya itu kalau Tabela, susah kik masuk kedalam
tengah sawah untuk menyemptor dan memupuk karena tidak ada
jarak tanam sehingga biasa ada padi yang terinjak, apalagi kalau padi
masih kecil. Berbeda dengan Tapin yang bisa dengan leluasa
87
bergerak di tenga sawah karena ada jarak tanamnya apalagi yang
pake pola tanam legowo” (Muh. Bakri, wawancara: 15 Januari
2016).
sehingga ada celah berbentuk lorong kecil untuk jalur pemupukan dan
penyemptotan maupun pemupukan. Hal ini diungkap pula oleh Siti dkk
atau celah untuk jalur pemupukan pada hamparan sawah yang luas.
Salah satu cara mengatasi hal seperti ini pada teknik hambur merata
88
diantaranya yaitu populasi padi yang rapat pada Tabela sehingga
dan berpindah pasa padi sistem Tabela. Beberapa jenis hama yang
dan penyakit. Hal ini sesuai dengan pendapat Hamdan (2003), yang
89
d. Pertumbuhan gulma sangat tinggi
produksi padi hingga 50%, karena padi akan tumbuh dengn kerdil.
“Yang saya lihat biasa itu banyak sekali tumbuh rumputnya kalau
Tabela, karena biasa bersamaan tumbuh itu rumput dengan padi
apalagi kalau lahannya tidak digenagi air dan susah dilakukan
penyiangan kalau besar-besarmi padinya” (H. Beddu Ali,
wawancara: 16 Januari 2016).
gulma rumput pada sistem Tabela sangat cepat dan lebih banyak.
Jika gulma pada padi Tabela telah tumbuh, maka akan sulit untuk
90
bahwa pengendalian gulma yang paling praktis pada padi Tabela
padi dengan sistem tabur benih langsung dengan hasil panen hampir
terus dengan air. Berbeda dengan padi Tapin yang akar dan
kekeringan, karena jika terjadi kekeringan satu atau dua hari maka
kekeringan selama satu minggu, maka padi Tabela dapat mati. Seperti
“Bedaanya padi Tabela dengan Tapin yaitu padi Tabela lebih cepat
layu kalau air di sawah suda habis dan bahkan cepat mati karena
akarnya diatas permukaaan tanah. Berbeda dengan padi Tapin yang
masi bisa tahan karena batangnya tertanam kedalam tanah” (Samsir,
wawancara: 15 Januari 2016).
perbedaan anatar padi sistem Tapin dengan padi sistem Tabela yaitu
padi dengan sistem tabela lebih cepat layu ketika lahan mengalami
91
kekeringan, sedangkan pada padi Tapin tidak cepat layu ketika lahan
kedalam tanah.
petani untuk tidak menggunakan sistem Tabela pada lahan tada hujan
gagal panen.
masalah yang yang dihadapi petani pengguna sistem Tabela lebih banyak
lebih banyak sehingga hasil produksi yang dieroleh masih lebih rendah.
Seperti yang diungkap oleh Siti dkk (2013) dalam penelitiannya bahwa
besar dari pada petani yang menerapkan sistem Tabela. Hal ini
VI. PENUTUP
92
6.1 Kesimpulan
tenaga kerja yang semakin mahal dan bibit sering rusak pada saat
6.2 Saran
93
1. Pada sistem Tapin, kebutuhan benih dan tenaga kerjanya masih
94
DAFTAR PUSTAKA
Sukisti. 2010. Usahatani Padi Dengan Sistem Tanam Pindah (TAPIN) dan
Sistem Tanam Benih Langsung (TABELA). UNY. Yokyakarta.
Pedoman Wawancara
Persepsi Petani Padi Sawah dalam Penggunaan Sistem Tanam
Pindah (Tapin) dengan Sistem Tanam Benih Langsung (Tabela)
(Studi Kasus di Kelurahan Jalanjang, Kecamatan Gantarang,
Kabupaten Bulukumba)
A. Identitas Informan
1. Nama : ....................................................
2. Umur : ....................................................
3. Jenis Kelamin : ....................................................
4. Alamat : ...................................................
5. Pendidikan Terakhir : ....................................................
6. Agama : ....................................................
7. Pekerjaan Utama : ....................................................
8. Pekerjaan Sampingan : ....................................................
9. Lama berusahatani : ....................................................
10. Luas Lahan : ...................................................
11. Status lahan : ....................................................
12. Sistem tanam yang digunakan : ....................................................
13. Sudah berapa lama anda menggunakan sistem tapin/tabela?
14. Apakah sebelumnya anda pernah menggunakan sistem
Tabela/Tapin?
15. Apa alasan anda beralih dari sistem tabela/tapin ke sistem
tapin/tabela? (jika beralih)
16. Kenapa anda tidak mencoba menggunakan sistem Tabela/tapin
(jika belum pernah menggunakan)
17. Siapa yang menyarankan anda menggunakan sitem Tapin/Tabela?
-TERIMA KASIH-
Lampiran 2. Penghitungan Nilai Penyusutan Alat (NPA)
Tapin Tabela
N Nama Alat Jumlah Nilai Baru Nilai Lama Umur Nilai Nma alat Jumlah Nilai Baru Nilai Lama Umur Nilai
o (unit) (Rp) (Rp) Alat Penyusutan (unit) (Rp) (Rp) Alat Penyusutan
(Rp) (Rp)
1 Cangkul 2 50.000 30.000 3 thn 13.000 Cangkul 2 50.000 30.000 3 thn 13.000
2 Sabit 4 20.000 10.000 2 thn 20.000 Sabit 4 20.000 10.000 2 thn 20.000
3 Karung 30 3. 000 1.500 1 tah 45.000 Karung 30 3. 000 1.500 1 tah 45.000
4 Parang 2 30.000 20.000 2 thn 10.000 Parang 2 30.000 20.000 2 thn 10.000
5 Pompa air 1 2.000.000 1.200.000 2 thn 400.000 Pompa air 1 2.000.000 1.200.000 2 thn 400.000
6 Sprayer 1 300.000 100.000 2 thn 100.000 Sprayer 1 300.000 100.000 2 thn 100.000
Total NPA 588.000 Total NPA 588.000
Total NPA Rp. 588.000 dibagi dua musim tanam, sehingga NPA untuk satu kali musim tanam yaitu Rp. 294.000