Anda di halaman 1dari 110

PERALIHAN USAHATANI DARI MINA

PADI KE NON MINA PADI


(Kasus Petani di Desa Kalola, Kecamatan Maniangpajo,
Kabupaten Wajo )

OLEH :

SRI HARDIANTI ROSADI


G 211 11 289

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS
HASANUDDIN MAKASSAR
2015

i
PERALIHAN USAHATANI DARI MINA PADI
ii
PANITIA UJIAN SARJANA
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN

Judul : PERALIHAN USAHATANI DARI MINA PADI KE


NON MINA PADI
(Kasus Petani di Desa Kalola, Kecamatan
Maniangpajo, Kabupaten Wajo).

Nama : SRI HARDIANTI ROSADI

Stambuk : G 211 11 289

TIM PENGUJI

Ir. Yopie Lumoindong, DES.M.Si.


Ketua Sidang

Dr. Ir. Rahmadanih, M. Si.


Anggota

Dr. Ir. Nurbaya Busthanul, M.Si.


Anggota

Prof. Dr. Ir. Didi Rukmana, M.S.


Anggota

Rusli M. Rukka, SP., M.Si.


Anggota

Tanggal Ujian : 5 November 2015

iii
ABSTRAK

SRI HARDIANTI ROSADI, G 211 11 289. Peralihan Usahatani dari Mina


Padi ke Non Mina Padi (Kasus Petani di Desa Kalola, Kecamatan
Maniangpajo, Kabupaten Wajo) di bawah bimbingan Rahmadanih dan
Yopie Lumoindong.
Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Maret-Juni 2015 pada Petani di
Desa Kalola, Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo. Penentuan lokasi
dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa lokasi tersebut merupakan
lokasi yang mudah diakses oleh peneliti. Penelitian ini bertujuan untuk 1)
Mengetahui faktor-faktor apa yang menyebabkan petani beralih dari usahatani
mina padi ke non mina padi di Desa Kalola, Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten
Wajo, 2) Mengetahui berapa besar pendapatan usahatani pada saat petani
menerapkan sistem mina padi dibandingkan dengan saat menerapkan sistem non
mina padi di Desa Kalola, Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo.
Penentuan sampel responden dilakukan dengan cara Simple Random
Sampling, dan total sampel responden yang diambil adalah 38 orang. Teknik
pengumpulan data adalah melalui observasi dan wawancara langsung dengan
petani responden menggunakan bantuan kuesioner sebagai alat bantu
pengumpulan data, serta wawancara langsung dengan tokoh masyarakat
(informan) seperti Sekretaris Camat Maniangpajo, Sekretaris Desa Kalola, Ketua
Kelompok Tani, Ketua Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Maniangpajo.
Analisis pengolahan data dilakukan dengan menggunakan analisis persentase dan
analisis pendapatan usahatani.
Hasil analisis persentase menunjukkan bahwa ada empat faktor yang
menyebabkan petani beralih dari mina padi ke non mina padi antara lain adalah
faktor alam, faktor ekonomi, faktor lingkungan dan faktor teknis. Faktor alam
terdiri atas indikator pertama petani beralih dari mina padi ke non mina padi
karena tingginya serangan hama dan penyakit pada ikan, kedua petani beralih dari
mina padi ke non mina padi karena tingginya serangan hama dan penyakit pada
tanaman padi. Faktor ekonomi terdiri atas indikator petani beralih dari mina padi
ke non mina padi karena pendapatan yang cenderung menurun. Faktor lingkungan
terdiri atas indikator petani beralih dari mina padi ke non mina padi karena
penggunaan pupuk dan pestisida. Faktor teknis terdiri atas indikator petani beralih
dari mina padi ke non mina padi karena karena pematang sawah yang telah rubuh.
Hasil analisis pendapatan usahatani menunjukkan bahwa pendapatan
usahatani saat petani menerapkan sistem mina padi lebih besar dibandingkan saat
petani menerapkan sistem non mina padi.

Kata Kunci : Peralihan, Usahatani, Mina Padi, dan Non Mina Padi

i
ABSTRACT

Sri Hardianti Rosadi, G 211.11 289. The transition from Mina Padi farming
to non Mina Padi (Case of Farmers in the Kalola village, Maniangpajo District,
Wajo regency) under the guidance Rahmadanih and Yopie Lumoindong.

This research was conducted during March-June 2015 to the Peasant in


Kalola Village, Maniangpajo District, Wajo Regency. The determination of
location was purposely done with consideration that the location is a accessible
location for researcher. This study aims to 1) Knowing what factors are causing
farmers to switch from farming mina padi to non mina padi in the Kalola village,
Maniangpajo District, Wajo regency, 2) Knowing how much the farm income
when farmers apply the system mina padi compared with when the farmers apply
the system of non mina padi in Village Kalola, District Maniangpajo, Wajo
Regency.

The determination of the respondents as sample was done by simple


random sampling, and the number of respondent as sample which taken was 38.
Techniques of Data collection was through the observation and direct interviews
with farmer. Respondents using the help of a questionnaire as a tool in collecting
data, as well as interviews directly with public figures (informants) as Secretary
Head of Maniangpajo district, secretary head of Kalola village, head of Farmers
Group, head of the Center for Agricultural Extension in Maniangpajo District. The
Analysis of the data processing was done by using percentage analysis and the
analysis of farm income.

The percentage of analysis results show that there are four factors that
cause farmers to switch from mina rice to non mina rice. Among other natural
factors, economic factors, environmental factors and technical factors. Natural
factors consist of the first indicators of farmers to switch from mina padi to non
mina padi was because to high pest and disease in fish, the two farmers to switch
from mina padi to non mina padi was because to high pests and diseases in rice
plants. Economic factors consisted of indicators of farmers to switch from mina
padi to non mina padi because incomes tend to decline. Environmental factors
consist of indicators of farmers to switch from mina padi to non mina padi because
of the use of fertilizers and pesticides. Technical factors consist of indicators of
farmers to switch from mina padi to non mina padi because the embankment of rice
field was collapsed.

The Results in analysing the farm income showed that the farm income
when farmers apply the system of rice mina greater than when farmers apply the
system of non mina padi.
Keyword: The transition, Farming, Mina Padi, and Non Mina Padi

v
DAFTAR RIWAYAR HIDUP

Sri Hardianti Rosadi, lahir di kota Pare-pare, 10 Juli 1993. Merupakan

anak ketiga dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Adri dan Hj. Rosmiati.

Pendidikan formal dimulai di Sekolah Dasar Negeri 40 Anabanua pada

tahun 1999-2005. Kemudian melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah

Pertama Negeri 1 Maniangpajo tahun 2005-2008. Pada tahun yang sama

melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Maniangpajo

sampai tahun 2011. Kemudian melanjutkan pendidikan di Universitas Hasanuddin

sebagai mahasiswi Agribisnis, Fakultas Pertanian melalui jalur SNMPTN tertulis

yang pada tahun 2015 lebih dikenal dengan istilah SBMPTN.

Sebagai seorang mahasiswa, penulis aktif berorganisasi di Badan Pengurus

Harian Mahasiswa Peminat Sosial Ekonomi Pertanian (MISEKTA) periode

2012/2013 yang dipercayakan sebagai Sekretaris Bidang Sumber Daya Manusia.

Selain itu, penulis juga aktif dalam kepanitiaan yang diadakan oleh MISEKTA

serta aktif mengikuti seminar- seminar baik di tingkat Universitas, maupun

Nasional.

v
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahi Rabbi Alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT Yang

Maha Kuasa, atas Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini sebagai tugas akhir pada Jurusan Sosial Ekonomi

Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin. Tak lupa pula shalawat

dan salam kepada Junjungan Kita Nabi Muhammad SAW yang telah memberi

tauladan bagi kita semua.

Skripsi ini dengan judul : “Peralihan Usahatani dari Mina Padi ke

Non Mina Padi (Kasus di Desa Kalola, Kecamatan Maniangpajo,

Kabupaten Wajo) dibawah bimbingan Dr. Ir. Rahmadanih, M. Si. dan Ir.

Yopie Lumoindong, DES, M.Si. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar sarjana pada jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas

Pertanian Universitas Hasanuddin.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari

sempurna, hal ini disebabkan oleh keterbatasan kemampuan, pengetahuan dan

pengalaman yang penulis miliki. Oleh karena itu sumbang saran para pembaca

sangat penulis harapkan terutama guna menambah pengetahuan.

Makassar, 15 November 2015

Penulis

v
UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam penyusunan ini tidak terlepas dari adanya dorongan serta bantuan

dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan

rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada, Orang tuaku tercinta, Adri, S.Pd.

dan Ibu Hj. Rosmiati, S.Pd. yang telah sekuat tenaga memberikan segalanya

pengorbanan dan cinta kasihnya yang tak pernah lelah memberikan dorongan

semangat, doa serta kucuran materi yang memudahkan penulis dalam

menyelesaikan pendidikan serta kakanda dan adik penulis, Ika Prasiska Rosadi,

Ashari Hidayat Rosadi, Rachmat Saputra Rosadi dan Fahresa Anugrawan Rosadi

hanya terima kasih yang bisa saya ucapkan.

Pada kesempatan ini juga tak lupa penulis mengaturkan banyak terima

kasih kepada:

1. Dr. Ir. Rahmadanih, M.Si. dan Ir. Yopie Lumoindong, DES. M.Si., selaku

dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya nasehat,

pengarahan dan petunjuk untuk membimbing penulis dalam penyusunan

skripsi ini.

2. Prof. Dr. Ir. Didi Rukmana, M.S., dan Dr. Ir. Nurbaya Busthanul, M.Si,

selaku dosen penguji, serta Rusli M. Rukka SP.,M.Si. selaku panitia seminar

yang telah banyak memberikan masukan dan kritikan untuk penyempurnaan

skripsi ini.

3. Dr. Muh. Hatta Jamil, SP., M.Si., selaku ketua Jurusan Sosial

Ekonomi Pertanian.

v
4. Letty Fudjaja, SP., M.Si. selaku Penasehat Akademik atas segala nasehat

dan bimbingannya selama penulis menempuh pendidikan di Jurusan Sosial

Ekonomi Pertanian.

5. Staf Pengajar di Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian yang telah banyak

memberikan pengetahuan, bimbingan dan arahan selama penulis menempuh

pendidikan serta seluruh staf Pegawai dan Administrasi Fakultas Pertanian

Universitas Hasanuddin.

6. Sahabat penulis Sitti Aisyah, Hasnidar, A. Fitri Egawanti, Sunarti dan

Rahmatiah yang memberikan pengertian, dukungan, motivasi dan semangat

dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Sahabat-sahabat penulis selama kuliah yang telah mewarnai perjalanan

hidup penulis yakni Nani Mutmainna, Zulfianti Nasir Maidin,

Nurnanengsi, Rezki Febriani, Oktaviani, Novi Clara, St. Nurhasanah,

Daily Unitami, dan Irma Ramadhani.

8. Saudara “ACT11ON” yang senantiasa menemani dan memberikan kekuatan

yang telah memberi begitu banyak warna dalam perjalanan hidup penulis

selama kuliah : Risna, Ummi, Lebu, Lulu, Civu, Frety, Asih, Cia, Trian,

Madi, Radin, Tio, Hasma, Ilo, Metry, Sofia, Melda, Budi, Dj, Erny, Kevin,

Tia, Nita, Ulla, Wandi, Lemot, Tuti, Ica, Dipus, Hilman, Tini, Ninda,

Ummy, Fitrah, Eka, Arti, Anna, Revy, SP., Ai, Uchi, Ayu, Mega, Fidi,

Mimi, Achmad, Isak, Agung, Bicul, Ria, Cem, Astri, Tasya, Aif, Jean,

Aidah, Unna, Nailah, Yudis, Imam, Ical,

Iccang, Misbah, Ilham, Uppi, Ipe, Risda, Putri, Ammy, Vico, Meli,

Rani, Ulfa, BOS Alif, Esse, Dina, Abenk, KK Ramus, KK Ima, Aris,

i
Murni, Ani, Tri, Enal, Zul, Dipur, Aswar, Iis, Cika,Ila, Arif, Irwan dan

Rahma. Tiada kata yang pantas menggantikan hari-hari yang kita lalui

bersama. ACT11ON, ”Yes We Can”.

9. Kakanda Andi Azrarul Amri dan Adam Rahman yang senantiasa menjadi

pembimbing penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

10. Sepupu Nining 015 dan Andel 04 yang selalu memberi tempat ternyaman

untuk penulis dalam mecurahkan suka dan duka penulis.

11. Teman-teman Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian, terima kasih atas

kebersamaan penuh arti yang telah terbina selama ini.

12. Rekan-rekan mahasiswa KKN Gelombang 87 terkhusus teman- teman posko

8, Ricky, Fikram, Ogi, Amel, dan Kak Tuti yang telah memberi perjalanan

baru selama hampir 2 bulan selama KKN di Kelurahan Tanete Riattang

Barat, Kabupaten Bone.

13. Seluruh masyarakat Desa Kalola, Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten

Wajo yang banyak membantu penulis dalam pemberian informasi yang

dibutuhkan pada penelitian ini.

Penulis sadar akan kekurangan dalam skripsi ini baik materi maupun teknik

penulisannya. Oleh karena itu, penulis mengaharapkan saran dan kritik yang

bersifat membangun dalam perbaikan skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat

dalam pengembangan wawasan bidang Ilmu Pertanian dan bidang Ilmu Sosial

Ekonomi Pertanian.

Makassar, 15 November 2015

Penuli

x
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL........................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN........................................................................ii

TIM PENGUJI..........................................................................................iii

ABSTRAK................................................................................................iv

ABSTRACT.............................................................................................. v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP..................................................................... vi

KATA PENGANTAR............................................................................... vii

UCAPAN TERIMA KASIH..................................................................... viii

DAFTAR ISI............................................................................................. xi

DAFTAR TABEL.................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR................................................................................ xvi

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................ xvii

I. PENDAHULUAN..............................................................................1

1.1 Latar Belakang.....................................................................................1

1.2 Rumusan masalah................................................................................4

1.3 Tujuan..................................................................................................5

1.4 Kegunaan.............................................................................................5

II. TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................6

2.1 Petani...................................................................................................6

2.2 Padi......................................................................................................7

2.3 Usahatani Mina Padi..........................................................................12

x
2.4 Pengambilan Keputusan Petani..........................................................21

2.5 Pendapatan Usahatani........................................................................27

2.6 Kerangka Pemikiran...........................................................................28

2.7 Hipotesis............................................................................................32

III. METODE PENELITIAN..................................................................33

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian............................................................33

3.2 Populasi dan Sampel..........................................................................33

3.3 Jenis dan Sumber Data.......................................................................34

3.4 Teknik Pengumpulan Data.................................................................34

3.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data..............................................35

3.6 Konsep Operasional...........................................................................36

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN.....................................38

4.1 Letak Geografis dan Administratif....................................................38

4.2 Keadaan Penduduk.............................................................................38

4.2.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin.......................................38

4.2.2 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan......................39

4.2.3 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian........................40

4.3 Pola Pemanfaatan Lahan....................................................................41

4.4 Keadaan Umum Sarana dan Prasarana..............................................42

4.4.1 Sarana dan Prasarana Perhubungan.........................................42

4.4.2 Sarana Pendidikan, Kesehatan dan Keagamaan......................43

4.5 Gambaran Umum Mina Padi...............................................................44

2.3 Usahatani Mina Padi..........................................................................12

x
V. HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................................52

5.1 Identitas Responden...........................................................................52

5.1.1 Umur........................................................................................52

5.1.2 Tingkat Pendidikan..................................................................53

5.1.3 Jumlah Tanggungan Keluarga.................................................54

5.2 Profil Usahatani...................................................................................55

5.2.1 Pengalaman Berusahatani........................................................55

5.2.2 Luas Lahan..............................................................................58

5.3 Gambaran Usahatani Mina Padi........................................................59

5.4 Faktor-faktor yang Menyebabkan Petani Beralih dari Sistem Mina

Padi ke Non Mina Padi...................................................................61

5.4.1 Faktor Alam..........................................................................62

5.4.2 Faktor Ekonomi....................................................................64

5.4.3 Faktor Lingkungan...............................................................65

5.4.4 Faktor Teknis........................................................................67

5.5 Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani......................................69

5.5.1 Biaya Usahatani Petani Responden......................................69

5.5.2 Penerimaan dan Pendapatan Petani Responden...................70

VI. KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................72

6.1 Kesimpulan........................................................................................72

6.2 Saran..................................................................................................73

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

2.3 Usahatani Mina Padi..........................................................................12

x
DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman

1. Perbandingan Pendapatan Usahatani Mina Padi dan Usahatani 3


Non Mina Padi. ...................................................

2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Kalola, 39


Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo, 2014...............

3. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Kalola,


40
Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo,
2014……………………………………………………………...

4. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Kalola,


40
Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo, 2014.
………………………………...............................

5. Pola Pemanfaatan Lahan di Desa Kalola, Kecamatan


41
Maniangpajo, Kabupaten Wajo, 2014...................................

6. Jenis dan Jumlah/Panjang Sarana dan Prasarana Perhubungan di


42
Desa Kalola, Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo,
2014……..…….........................................

7. Jenis dan Jumlah Sarana Pendidikan, Kesehatan dan Keagamaan


43
di Desa Kalola, Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo,
2014…………..…………………………….

8. Nama-nama Kelompok Tani, Ketua Kelompok Tani, Jumlah


48
Anggota dan Luas Tanam di Desa Kalola, Kecamatan
Maniangpajo, Kabupaten Wajo, 2015.............
………………………………..............................
.
9. Klasifikasi Responden Menurut Kelompok Umur di Desa
52
Kalola, Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo, 2015....

10. Klasifikasi Responden Menurut Tingkat Pendidikan di Desa


53
Kalola, Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo, 2015....

11. Klasifikasi Responden Menurut Jumlah Tanggungan Keluarga di


55
Desa Kalola, Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo,
2015..........................................................

xi
12. Klasifikasi Responden Menurut Pengalaman Berusahatani di 56
Desa Kalola, Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo,
2015......................................................................................
57
13. Klasifikasi Responden Menurut Pengalaman Berusahatani Mina
Padi di Desa Kalola, Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo,
2015..........................................................
58
14. Karakteristik Tahun Beralihnya Responden di Desa Kalola,
Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo, 2015................
59
15. Karakteristik Luas Lahan Responden di Desa Kalola, Kecamatan
Maniangpajo, Kabupaten Wajo, 2015................
60
16. Klasifikasi Responden Menurut Jenis Mina Padi di Desa Kalola,
Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo, 2015....
62
17. Faktor mengapa petani beralih dari mina padi ke non mina padi
di Desa Kalola, Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo,
2015............................................................................
68
18. Kategori pemilihan petani berdasarkan 4 faktor yang
menyebabkan petani beralih dari mina padi ke non mina padi di
Desa Kalola, Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo,
2015............................................................................
70
19. Perbandingan Jenis Biaya dan Nilai Biaya Usahatani Petani
Responden di Desa Kalola, Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten
Wajo, 2015...................................
71
20. Perbandingan Nilai Penerimaan, Total Biaya dan Pendapatan
Usahatani Petani Responden di Desa Kalola, Kecamatan
Maniangpajo, Kabupaten Wajo, 2015...............

x
DAFTAR GAMBAR

No. Teks Hal

1. Skema kerangka pemikiran faktor-faktor yang menyebabkan petani


mengalihkan usahataninya dari mina padi ke non mina 31
padi…………………...............................................…………………..

x
DAFTAR LAMPIRAN

No. Teks

1. Identitas Petani Responden Desa Kalola, Kecamatan Maniangpajo,


Kabupaten Wajo, 2015.
2. Jumlah Produksi, Biaya dan Pendapatan Petani Responden Non
Mina Padi di Desa Kalola, Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten
Wajo, 2015.
3. Jumlah Produksi, Biaya dan Pendapatan Petani Responden Mina
Padi di Desa Kalola, Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo,
2015.
4. Biaya Saprodi Petani Responden Non Mina Padi di Desa Kalola,
Kecamatan Maniangpajo, Kab.Wajo, 2015.
5. Biaya Saprodi Petani Responden Mina Padi di Desa Kalola,
Kecamatan Maniangpajo, Kab.Wajo, 2015.
6. Pajak/Iuran Petani Responden Non Mina Padi di Desa Kalola,
Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo, 2015.
7. Pajak/Iuran Petani Responden Non Mina Padi di Desa Kalola,
Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo, 2015.
8. Tenaga Kerja Petani Responden Non Mina Padi di Desa
Kalola, Kecamatan Maniangpajo, Kab.Wajo, 2015.
9. Tenaga Kerja Petani Responden Mina Padi di Desa Kalola,
Kecamatan Maniangpajo, Kab.Wajo, 2015.
10. Faktor Penyebab Peralihan Petani Responden di Desa Kalola,
Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo, 2015.
11. Kuesioner

x
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertanian merupakan salah satu aspek yang memiliki peran utama dalam

kesejahteraan masyarakat, khususnya masyarakat Indonesia sendiri. Sektor

pertanian memberi sumbangan yang cukup besar untuk keberlangsungan

kehidupan masyarakat, khususnya dalam pemenuhan kebutuhan konsumsi sehari-

hari. Berkaitan dengan pertambahan penduduk Indonesia yang semakin pesat,

mendorong berbagai sektor pertanian untuk bisa meningkatkan produksi

pertaniannya. Jika Indonesia tidak mampu memproduksi tanaman, sesuai dengan

kebutuhan masyarakatnya, maka yang terjadi adalah impor pangan secara besar-

besaran (seperti saat ini) yang menyebabkan Indonesia semakin terpuruk. Untuk

itu perlu adanya berbagai upaya peningkatan produksi pertanian (khususnya

bagian tanaman) baik dari segi mutu maupun jumlah produk yang mampu

diproduksi.

Adanya pertambahan jumlah penduduk yang semakin meningkat menuntut

tersedianya bahan pangan dan protein yang semakin besar pula. Untuk memenuhi

kebutuhan pangan tersebut seharusnya diikuti pula oleh peningkatan produksi

dalam bidang pertanian termasuk sub sektor perikanan. Namun demikian,

peningkatan produksi perikanan hendaknya tidak hanya mengandalkan pada hasil

tangkapan dari laut atau perairan umum saja. Akan tetapi hendaknya

ditingkatkan pula melalui usaha

1
budidaya, baik secara monokultur maupun terpadu dengan produksi lainnya

seperti polikultur ikan berlainan jenis, ikan dengan ternak bahkan dengan tanaman

pangan, misalnya mina padi.

Mina padi yang merupakan suatu usaha pertanian dengan memadukan

budidaya ikan dan padi secara bersama di sawah diharapkan mampu

meningkatkan kesejahteraan para petani, sebab sistem ini mempunyai beberapa

keuntungan yaitu meningkatkan pendapatan para petani, meningkatkan produksi

tanaman padi, efisiensi dan produktivitas lahan, tanaman lebih terkontrol dan

terpenuhinya kebutuhan protein hewani.

Pemeliharaan ikan dipetakan persawahan yang banyak dilakukan oleh

petani adalah merupakan salah satu cara untuk meningkatkan pendapatan mereka,

karena mereka tidak perlu lagi menambah sarana produksi lainnya untuk

keperluan tersebut. Pemakaian pupuk untuk keperluan padi sebagaimana biasanya

dalam memelihara padi tanpa ikan tetap dapat diberikan tanpa mengganggu ikan

peliharaan.

Sistem mina padi merupakan sistem yang dianggap cukup bermanfaat dan

aman untuk digunakan bagi petani terutama bagi petani padi sawah yang

komoditinya merupakan pangan pokok bagi lebih dari 95 persen penduduk

Indonesia. Selain menguntungkan, sistem mina padi dapat mendukung ketahanan

pangan dalam menyumbangkan asupan gizi berupa karbohidrat dan protein

hewani sekaligus. Disamping itu dari

penelitian sebelumnya terbukti dapat meningkatkan keseimbangan dan

2
perbaikan ekologi sebab hama padi merupakan pakan alami bagi ikan sebagai

predator dan kotoran ikan merupakan pupuk alami bagi tanaman padi. Adanya

simbiosis mutualisme antara padi dan ikan dapat mendukung ketersediaan

pangan dan perbaikan lingkungan sekaligus.

Kabupaten Wajo merupakan salah satu penghasil beras terbesar di

Sulawesi Selatan yang memiliki luas tanam 132,073 Ha dengan produktivitas

sebesar 4.966 ton/ha. Oleh karena itu usahatani padi masih sangat diunggulkan di

Kabupaten ini.

Kecamatan Maniangpajo, utamanya Desa Kalola merupakan daerah yang

sangat cocok untuk diterapkannya sistem usahatani mina padi karena memenuhi

persyaratan teknis seperti tersedianya air irigasi yang berasal dari Bendungan

Kalola dan Bendungan Bila. Desa Kalola ini merupakan satu-satunya desa yang

dialiri oleh dua bendungan sekaligus, sehingga sangat menunjang untuk

melakukan sistem mina padi di Desa Kalola ini.

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa usahatani mina padi dapat

meningkatkan pendapatan dibandingkan dengan usahatani non mina padi,

diantaranya penelitian yang dilakukan Tiku (2008) pada Tabel 1:

Tabel 1. Perbandingan Pendapatan Usahatani Mina Padi dan Usahatani Non Mina
Padi, 2008.
No. Uraian Mina Padi Non Mina Padi
1 Pendapatan kotor (Ha) 7.917.265 5.393.098
2 Pendapatan bersih (Ha) 5.069.669 4.375.727

3
Pada Tabel 1, hasil penelitian terlihat bahwa usahatani mina padi lebih

menguntungkan dibanding dengan usahatani non mina padi. Akan tetapi,

Sekretaris Camat Kecamatan Maniangpajo (2014) menuturkan bahwa sistem

usahatani mina padi ini tidak lagi diusahakan oleh para petani yang ada di Desa

Kalola, Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo. Seharusnya hal tersebut

mampu dimanfaatkan masyarakat untuk meningkatkan pendapatan mereka, akan

tetapi pemanfaatan usahatani mina padi ini justru ditinggalkan oleh masyarakat.

Berdasarkan hal tersebut, maka penulis menganggap perlu melakukan penelitian

lapangan tentang “Peralihan Usahatani dari Mina Padi ke Non Mina

Padi” kasus petani di Desa Kalola, Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo,

Provinsi Sulawesi Selatan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka permasalahan dalam

penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Faktor-faktor apa yang menyebabkan petani beralih dari usahatani mina padi

ke non mina padi di Desa Kalola, Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo?

2. Berapa besar pendapatan usahatani pada saat petani menerapkan sistem mina

padi dibandingkan dengan saat menerapkan sistem non

mina padi di Desa Kalola, Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo?

4
1.3 Tujuan

Sesuai pokok permasalahan yang telah dikemukakan, maka penelitian ini

dilakukan dengan tujuan untuk:

1. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan petani beralih dari usahatani

mina padi ke non mina padi di Desa Kalola, Kecamatan Maniangpajo,

Kabupaten Wajo.

2. Mengetahui besarnya pendapatan usahatani yang dilakukan oleh petani saat

menerapkan sistem mina padi dan non mina padi di Desa Kalola, Kecamatan

Maniangpajo, Kabupaten Wajo.

1.4 Kegunaan

Kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai bahan informasi bagi petani yang menerapkan pola usahatani mina

padi dan usahatani non mina padi

2. Sebagai bahan informasi bagi mahasiswa terhadap pengembangan ilmu

pengetahuan

3. Sebagai salah satu syarat kelulusan untuk mendapatkan gelar sarjana

5
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Petani

Petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi

sebagian atau seluruh kebutuhan hidupnya di bidang pertanian dalam arti luas

yang meliputi usahatani pertanian, peternakan, perikanan (termasuk

penangkapan ikan) dan pemungutan hasil laut (Hernanto, 1996).

Menurut Hernanto (1996), berdasarkan status kepemilikan tanahnya, maka

petani dapat dibedakan sebagai berikut:

1. Petani pemilik adalah petani yang mengelola usahatani dengan tanah milik

sendiri, segala pertimbangan keputusan ada ditangan di tangan petani

2. Petani penyakap adalah petani yang mengelola usahatani dari tanah milik

orang lain dengan sistem bagi hasil. Sistem bagi hasil ditentukan oleh petani

bersama-sama dengan petani penyakap tergantung dengan peraturan-

peraturan daerah

3. Petani penyewa adalah petani yang mengelola usahatani dengan tanah milik

orang lain yang disewa atau dikontrak dengan jangka waktu tertentu.

4. Petani pemilik penyakap adalah petani yang mengelola usahatani

dengan lahan milik sendiri ditambah dengan milik orang lain dengan sistem

bagi hasil.

6
Menurut Mosher (Suratiyah, 2006) petani berperan sebagai manajer, juru

tani dan manusia biasa yang hidup dalam masyarakat. Petani sebagai manajer

akan berhadapan dengan alternatif yang harus diputuskan mana yang harus dipilih

atau diusahakan. Petani harus menentukan jenis tanaman atau ternak yang akan

diusahakan, menentukan cara-cara berproduksi, menentukan cara-cara pembelian

sarana produksi, menghadapi persoalan tentang biaya, mengusahakan permodalan,

dan sebagainya. Untuk itu diperlukan keterampilan, pendidikan dan pengalaman

yang akan berpengaruh dalam proses pengambilan keputusan.

2.2 Padi

Tanaman padi merupakan tanaman semusim yang termasuk dalam

golongan rumput-rumputan. Padi mempunyai umur yang pendek yaitu kurang

dari satu tahun, hanya satu kali produksi, setelah berproduksi maka akan mati

atau dimatikan. Tanaman padi dapat digolongkan menjadi beberapa kelompok

berdasarkan keadaan berasnya, cara dan tempat bertanam, dan menurut umurnya.

Tumbuhan padi sawah adalah tumbuhan yang tergolong tanaman air

(Water Plant). Sebagai tanaman air bukanlah berarti bahwa tanaman padi itu

hanya bisa tumbuh di atas tanah yang terus menerus digenangi

air, baik penggenangan itu terjadi secara ilmiah yang disebut rawa-rawa,

7
maupun penggenangan itu yang disengaja yang disebut tanah sawah. Padi juga

dapat tumbuh di tanah yang kering asalkan curah hujannya mencukupi kebutuhan

akar air (Utomo dan Nazarudin, 2003).

Menurut Ismayani (2012) budidaya tanaman padi sawah adalah:

 Penyiapan Lahan

Waktu pengolahan tanah yang baik tidak kurang dari 4 minggu sebelum

penanaman. Pengolahan tanah terdiri dari pembajakan garu dan perataan.

Sebelum digenangi, lahan digenangi air terlebih dahulu sekitar 7 hari. Pada

tanah ringan, pengolahan tanah cukup dengan 1 kali bajak dan 2 kali garu, lalu

dilakukan perataan. Untuk tanah berat pengolahan tanah terdiri dari 2 kali

bajak, 2 kali garu kemudian diratakan. Kedalaman lapisan olah berkisar 15-20

cm. tujuannya untuk memberikan media pertumbuhan padi yang optimal dan

gulma dapat dibenamkan dengan sempurna.

 Pemilihan benih

Benih yang digunakan disarankan bersertifikat/berlabel biru. Pada tiap msim

tanam perlu adanya pergiliran varietas benih yang digunakan dengan

memperlihatkan ketahanan terhadap serangan wereng dan tungro.

Kebutuhan benih berkisar 20-25 kg/ha. Sebelum disemai, benih direndam

terlebih dahulu dalam larutan air garam (200 gram/liter air). Benih yang

mengembang dibuang karena sudah tidak bagus lagi.

Benih yang bagus ditiriskan, lalu dicuci dan direndam dengan air bersih

8
selama 24 jam. Air rendaman diganti tiap 12 jam. Perendaman dimaksudkan

untuk memecahkan dormansi. Benih kemudian dihamparkan dan dibungkus

karung basah selama 24 jam. Bakal lembaga akan muncul berupa bintik putih

pada bagian ujuangnya. Hal tersebut menunjukkan benih siap untuk disemai.

 Penyemaian

Lahan penyemaian dibuat bersamaan dengan penyiapan lahan untuk

penanaman. Untuk luas tanam satu hektar, dibutuhkan lahan penyemaian

seluas 500 m2. Pada lahan persemaian tersebut dibuat bedengan dengan lebar

1-1,25 m dan panjangnya mengikuti panjang petakan untuk memudahkan

penebaran benih. Setelah bedengan diratakan, benih disebarkan merata di atas

bedengan. Selajutnya disebarkan sedikit sekam sisa penggilingan padi atau

jerami di atas benih. Tujuannya untuk melindungi benih dari hujan dan

burung. Air dipertahankan tergenang di sekitar bedengan hingga bibit siap

dipindahtanamkan. Bibit siap dipindahtanam saat bibit berumur 3-4 minggu

atau bibit memiliki minimal 4 daun.

 Cara tanam

Saat penanaman, kondisi lahan dalam keadaan tidak tergenang atau

macak-macak. Jarak tanam yang dianjurkan adalah 25 cm x 25

cm atau 30 cm x 15 cm atau jarak tanam jajar legowo

40 cm x 20 cm x 20 cm. Bibit yang ditanam berkisar 3 batang

perlubang. Setelah tiga hari penanaman, air dimasukkan ke dalam

9
tanah. Adapun penyulaman dapat dilakukan 7 hari setelah tanam (HST) jika

ada bibit yang mati.

 Pemupukan

Pupuk yang digunakan sebaiknya kombinasi antara pupuk organik dan buatan.

Pupuk organik yang diberikan dapat berupa pupuk kandang atau pupuk hijau

dengan dosis 2-5 ton/ha. Pupuk organik diberikan diberikan saat

pembajakan/cangkul pertama. Berdasarkan penelitian, penggunaan pupuk

organik dapat mengurangi dosis pupuk buatan hingga setengahnya.

Dosis pupuk yang dianjurkan adalah 200 kg urea/ha, 75-100 kg SP-36/ha dan

75-100 KCL/ha. Urea diberikan 2-3 kali yaitu 14 HST, 30 HST dan saat

menjelang primordia bunga. Pupuk SP-36 dan KCL diberikan saat tanam atau

pada hari 14 HST. Jika digunakan pupuk majemuk dengan perbandingan 15-

15-15, dosisnya 300 kg/ha. Penggunaan pupuk majemuk menguntungkan

karena mengandung beberapa macam unsur hara yang dibutuhkan tanaman.

Pupuk majemuk diberikan setengah dosis saat tanaman berumur 14 HST,

sisanya saat menjelang primordial bunga (50 HST). Dosis-dosis pupuk

tersebut masih perlu disesuaikan dengan ketersediaan potensi dan daya

dukung tanah setempat.

1
 Pemeliharaan Tanaman

Pemberian air disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dengan mengatur

ketinggian genangan. Ketinggian genangan dalam petakan cukup 2-5 cm.

Genangan air yang lebih tinggi akan mengurangi pembentukan anakan.

Prinsip pemberian air adalah memberikan air pada saat yang tepat, jumlah

yang cukup dan kualitas air yang baik. Pengairan pada tanah dengan drainase

baik, dan ketersediaan airnya dapat diukur sebaiknya diberikan sesuai dengan

fase pertumbuhan tanaman. Pada tanah dengan drainase buruk, sebaiknya air

dibiarkan tergenang dalam petakan. Jika ketersediaan air kurang mencukupi,

pemberian air dapat dilakukan secara berselang.

Pengendalian hama dan penyakit sebagai upaya pemeliharaan tanaman

sebaiknya dilaksanakan secara terpadu yang meliputi penggunaan strategi

pengendalian dari berbagai komponen yang saling menunjang dengan

petunjuk teknis yang ada. Misalnya pengendalian gulma dalam pengaturan

tinggi genangan. Untuk menekan terjadinya ledakan hama dan penyakit,

penggunaan pestisida sebaiknya direkomendasikan oleh pengamat hama.

Kegiatan pemeliharaan tanaman yaitu penyiangan. Waktu penyiangan

disesuakan dengan waktu pemupukan karena petakan sebaiknya

bersih dari gulma pada saat pemupukan.

1
 Panen

Penentuan saat panen tanaman pangan bijian merupakan syarat awal mutu

yang baik. Jika terlambat memanen padi, akan mengakibatkan banyak biji

yang tercecer atau busuk sehingga mengurangi produksi. Waktu panen yang

baik pada pagi hari. Selain itu, lahan sebaiknya juga dalam kondisi tidak

basah atau tergenang air. Oleh karena itu, 10 hari menjelang panen sebaiknya

sawah dikeringkan.

2.3 Usahatani Mina Padi

Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang

mengusahakan dan mengkordinir faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam

sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang sebaik-baiknya.

Sebagai ilmu pengetahuan, ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari

cara-cara petani menentukan, mengkordinasikan penggunaan faktor-faktor

produksi seefektif dan seefisien mungkin sehingga usaha tersebut memberikan

pendapatan semaksimal mungkin (Suratiyah, 2008).

Menurut Soetriono (2006), usahatani adalah suatu tempat dimana

seseorang atau sekumpulan orang berusaha mengelola unsur-unsur produksi

seperti alam, tenaga kerja, modal dan keterampilan dengan tujuan berproduksi

untuk menghasilkan sesuatu di lapangan pertanian.

Faktor produksi adalah segala sesuatu yang dibutuhkan oleh

produsen sebagai input untuk memproduksi barang siap pakai. Pasar faktor

produksi adalah tempat bertemunya permintaan dan penawaran

1
terhadap faktor produksi. Dalam pasar faktor produksi tersedia berbagai

macam faktor produksi yang dibutuhkan oleh produsen untuk menjalankan

usahanya.

Unsur-unsur pokok dalam usahatani atau faktor-faktor produksi pertanian

meliputi tanah (lahan), tenaga kerja, modal dan manajemen (pengelolaan).

Menurut Soekartawi (2003), secara garis besar input dapat dikelompokkan dalam

lahan (A), tenaga kerja (L) dan modal (C). Produksi juga dipengaruhi oleh

lingkungan usahatani (E), teknologi (T) dan karakteristik sosial petani (S).

Apabila ditulis dalam sebuah fungsi matematika, maka produksi (Q) merupakan

fungsi dipengaruhi oleh faktor lahan, tenaga kerja, modal, lingkungan, teknologi

dan karakteristik sosial petani, atau bisa dituliskan sebagai: Q = f (A, L, C, E, T,

S).

Sistem mina padi ialah sistem pemeliharaan ikan yang dilakukan bersama

padi di sawah (Afrianto dan Liviawaty, 1998). Usaha semacam ini lebih

popular dengan sebutan “Inmindi” atau Intensifikasi Mina Padi. Umumnya sistem

ini hanya digunakan untuk memelihara ikan yang berukuran kecil atau

menumbuhkan benih ikan yang akan dijual sebagai ikan konsumsi. Ikan mas dan

jenis karper lainnya merupakan jenis ikan yang paling baik dipelihara di sawah

karena ikan tersebut dapat tumbuh dengan baik meskipun di air yang dangkal,

serta lebih tahan terhadap

panas matahari (Suharti, 2003).

1
Menurut Hora dan Pillay (Sahabuddin, 1992) bahwa dalam mina padi,

budidaya ikan harus disesuaikan dengan kondisi dan persyaratan dari tanaman

utama dalam hal ini padi. Untuk berhasilnya perkembangan ikan, maka penting

mengatur permukaan air dan pengaliran. Demikian pula pemilihan jenis ikan

harus sesuai dengan kondisi sawah yakni kedalaman air, kadar oksigen yang larut

di dalam air dan tingginya arus air di sawah.

Menurut Tiku (2008) saat ini budi daya ikan di sawah semakin beragam,

yakni:

a. Penyelang

Penyelang adalah usaha pemeliharaan ikan di sawah sebelum penanaman padi.

Waktunya tidak terlalu lama, sekitar 3-4 minggu, menunggu padi di persemaian

sampai siap untuk ditanam di sawah. Umumnya kegiatan penyelang lebih cocok

dan banyak dilakukan pada saat musim hujan atau awal masuk musim hujan, saat

petani sudah menyemai benih padi di persemaian. Interval waktu menunggu padi

di persemaian sampai mencapai ukuran siap tanam inilah yang dimanfaatkan

untuk pemeliharaan ikan. Selanjutnya, setelah dipelihara beberapa minggu,

pemanenan ikan dilakukan dengan pengolahan tanah sawah menjelang

pertanaman padi baru.

1
b. “Palawija”

“Palawija” adalah usaha pemeliharaan ikan di sawah yang dilakukan setelah

padi dipanen dan sawah belum segera digunakan untuk pemanenan padi.

Umumnya, pemeliharaan sistem palawija dilakukan setelah selesai panen padi

pada musim kemarau. Sambil menunggu datangnya musim hujan sebagai awal

musim tanam berikutnya, sawah dimanfaatkan untuk pemeliharaan ikan. Dengan

begitu, pemeliharaan ikan sistem palawija ini dapat dilakukan lebih lama daripada

sistem penyelang, yaitu biasa berkisar 2-3 bulan, dari selesai panen padi pada

musim hujan berikutnya. Pemeliharaan sistem palawija lebih cocok dilakukan

pada lokasi yang suplai airnya tersedia sepanjang tahun.

c. Mina Padi (tumpang sari)

Mina padi biasa juga disebut tumpang sari. Istilah mina padi berasal dari

bahasa Sansekerta yaitu mina (yang berarti ikan). Mina padi dapat diartikan

sebagai sistem pemeliharaan ikan di sawah yang dilakukan bersamaan dengan

penanaman atau pemeliharaan padi. Batas masa pemeliharaan ikan ini pada sistem

mina padi berkisar 45-65 hari. Batas masa pemeliharaan ikan ini terkait erat

dengan umur padi. Dalam praktiknya, waktu pemanenan ikan disesuaikan dengan

tujuan penanaman ikan, untuk pendederan atau pembesaran.

1
d. Parlabek

Parlabek sebenarnya merupakan variasi pemeliharaan ikan di sawah dari

sistem mina padi. Parlabek merupakan singkatan dari bahasa sunda (Jawa Barat),

par dari kata pare atau padi, Ia dari kata lauk atau ikan, dan bek dari kata bebek

atau itik. Jadi, parlabek adalah pemeliharaan bebek atau itik dalam satu unit

persawahan. Itik dalam sistem parlabek di sawah mina padi dan dapat

dikandangkan disekitar sawah atau halaman rumah atau pekarangan.

Menurut Batara dkk, 1997 kendala dalam budidaya mina padi antara lain

harus memenuhi kriteria budidaya ikan, jenis ikan tertentu agar tidak mengganggu

pertumbuhan tanaman padi, pengendalian hama penyakit perlu hati-hati agar ikan

tidak mati.

Perlakuan untuk meminimalkan kendala tersebut antara lain perlu

pemilihan lokasi yang airnya memenuhi syarat, jenis ikan yang cocok untuk

budidaya minapadi, penyelamatan ikan waktu pengendalian hama penyakit pada

tanaman padi. Selanjutnya yang tidak kalah penting untuk keberhasilan budidaya

ikan di sawah sangat dipengaruhi oleh tersediannya makanan ikan. Pakan ikan

dapat berupa pakan alami dan buatan. Pakan alami dengan bahan dapat berasal

dari biota yang hidup secara alami di sawah.

Penentuan jenis ikan yang akan dipelihara perlu diperhatikan

beberapa faktor yang menyangkut ikan maupun faktor lingkungan tempat

hidupnya. Faktor ikan terutama menyangkut kualitas ikan dan kesesuaian

1
dengan lingkungannya. Faktor lain yaitu faktor lingkungan sawah, yaitu meliputi

irigasi yang baik dan tingkat kesuburan yang berhubungan dengan keberadaan

pakan atau bagi ikan (Darini, 2011).

Adapun budidaya mina padi di lahan sawah yang dilakukan petani adalah

sebagai berikut :

a. Persiapan Lahan

Persiapan lahan adalah sebenarnya diperuntukkan untuk pertanaman padi

sawah. Persiapan lahan terdiri dari pengolahan tanah, perataan, pembuatan

parit (kemalir)

b. Penaburan benih

Benih yang akan ditaburkan di lahan pertanaman padi sawah tersebut pada

umumnya adalah untuk pendederan bibit ikan sehingga ukuran benih

bervariasi sesuai keinginan petani

c. Pemeliharaan

Pemeliharaan terdiri dari pemberian pakan yang diberikan, dapat berupa

makanan consentrate (pellet) sebanyak 16 % dari taksiran total berat badan

ikan yang ditaburkan dan pengaturan pemasukan air.

d. Pemanenan

Pemanenan ikan dapat dilakukan berdasarkan ukuran ikan yang ingin

dipasarkan, juga dapat berdasarkan perlakuan pemeliharaan padi sawah.

1
Teknik pelaksanaan mina padi menurut Ardhianti (1998):

a) Penyemaian

Penyemaian dilakukan untuk mengecambahkan benih padi dan harus

diperhatikan agar pertumbuhan bibit seragam. Luas petakan sawah

penyemaian adalah 1/20 dari luas lahan yang akan ditanami dan banyaknya

benih yang ditabur 25-40 kilogram.

b) Pengolahan tanah

Sebelum padi ditanam, sawah harus dipersiapkan sesuai dengan kebutuhan

penanaman padi dan pemeliharaan ikan. Tanah diolah sampai kedalaman

lumpur mencapai 15-20 cm, penggaruan tanah dilakukan dengan tujuan untuk

meratakan tanah. Parit tengah atau parit palang dibut pada saat sebelum

meratakan tanah, sedangkan parit pinggir atau keliling dibuat pada saat

pembuatan atau perbaikan galengan. Setelah selesai setiap sisi petakan sawah

dibuat parit seluas 1 meter dan diisi dengan air setinggi 5 cm.

c) Penanaman padi

Penanaman padi dilakukan setelah bibit di persemaian berumur 28 hari, yang

dilakukan secara teratur lurus agar memudahkan penyiangan dan memberikan

ruang gerak yang cukup kepada ikan. Setelah selesai, lahan tidak langsng

digenangi selama 10 hari. Ini dimaksudkan untuk merangsang pertumbuhan

anakan dan

memperkuat sistem perakaran.

1
d) Jarak tanam padi

Untuk budidaya mina padi jarak tanam yang tepat dianjurkan 23 cm x

23 cm, karena pada jarak tersebut ikan dapat bergerak bebas dan tidak

mengganggu tanaman padi. Demikian pula tanaman padi, pertumbuhannya

pun tidak terganggu dengan kehadiran dan pergerakan ikan-ikan tersebut.

e) Pemupukan tanaman padi

Pada pemupukan dasar, pupuk ditabur secara merata pada keadaan sawah

masih berlumpur. Urea dan TSP tidak dianjurkan untuk dicampurkan pada

saat penaburan. Pemupukan dilakukan sebanya 3 kali yaitu pupuk dasar

berupa pupuk kandang sebanyak 100 kg/ha. Pemupukan kedua pada umur 21

hari setelah tanam, ½ dosis urea 100 kg/ha dan semua dosis TSP 50 kg/ha dan

KCl 100 kg/ha. Pemupukan ketiga umur 60 hari setelah tanam yaitu dosis urea

100 kg/ha.

f) Penebaran ikan

Penebaran ikan kedalam petakan sawah untuk mina padi, adalah benih ikan

yang berukuran 3-5 cm dengan berat rata-rata 30gram, untuk luasan 1 hektar

ditebar maksimum 3000 ekor. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam

penebaran ikan adalah ketinggian air di petakan sawah mencapai 10 cm.

Penebaran dilakukan 7 hari setelah tanam padi, sebaliknya dilakukan pada

pagi hari atau sore hari pada saat temperature air rendah. Sebelum benih

ditebar, ditambahkan air

dari petakan sawah pada keramba/kantong plastik untuk

1
menyesuaikan temperature air agar ikan tidak stress. Setelah ada penyesuaian

suhu, lepaskan benih ikan dengan hati-hati dengan cara membenamkan wadah

benih secara miring sehingga benih bisa keluar dengan sendirinya.

g) Masa pemeliharaan

 Pengaturan air

Pada masa pemeliharaan ketinggian air dalam petakan 3-5 cm dan dinaikkan

secara bertahap sampai ketinggian 10 cm, pengairan dilakukan terus dengan

debit 2-5 liter/detik.

 Pemberian pakan

Pakan perlu diberikan apabila ingin mendapatkan hasil yang lebih baik. Pakan

yang diberikan mudah didapat, murah dan terjangkau harganya seperti dedak

halus. Pakan diberikan pada tempat benih ikan pertama kali ditebarkan,

biasanya disekitar tempat air masuk. Pemberian dilakukan 2 kali sehari pada

pagi dan sore hari. Cara pemberian pakan dilakukan dengan melembabkan

dahulu untuk mencegah pakan diterbangkan angin waktu ditebarkan. Jumlah

pakan yang diberikan adalah 8 % dari berat badan per hari.

 Penggunaan insektisida

Penyemprotan dengan insektisida jenis Organofosfat dapat melindungi benih

dari serangga air dan hewan pemangsa, dengan dosis yang digunakan 0,05-

0,15 mg/liter. Penyemprotan dilaksanakan pada pagi atau sore hari, dan

sebaiknya air ditinggikan.

2
h) Pemanenan

Pemanenan ikan sebaiknya dilakukan pagi atau sore hari pada saat suhu udara

rendah pengeringan petakan pada waktu panen harus dilakukan perlahan-lahan

agar ikan dapat mencapai parit. Air dikeluarkan pada bagian yang paling

rendah (kemalir) agar ikan berkumpul pada kamalir tersebut. Setelah air

mencapai ketinggian 3 – 5 cm, keluarkan air yang tertinggal di tengah

petakan. Ikan yang terkumpul ditangkap atau ditampung dalam happa/waring

yang ditempatkan pada air yang mengalir.

2.4 Pengambilan Keputusan Petani

Menurut Atmosudirjo (1982) pengambilan keputusan merupakan sebuah

akhir dari proses berpikir. Jadi proses pengambilan keputusan tersebut

memerlukan sebuah pemikiran. Menurut dia, ada beberapa cara berpikir orang

yang bertindak sebagai pengambil keputusan seperti: berpikir jangka panjang

melihat jauh kedepan, berpikir mengenai hasil jangka pendek saja atau tidak mau

berpikir mengenai terlalu jauh ke depan (bersikap pragmatis), berpikir secara

tradisional (pola berpikir yang umum dipakai disekitarnya atau juga yang asalnya

dari nenek moyang), berpikir secara emosional, sentimental implusif (mengikuti

suara hati mendadak). Seorang pengambil keputusan dapat juga berpikir secara

intuisi yang berarti mengikuti feeling yang diperoleh dari menjalani praktek

dengan skema sistematis selama bertahun-tahun. Cara ini hanya dapat

dikembangkan oleh orang yang bekerja secara intensif dalam jangka

2
waktu yang cukup lama. Selain cara-cara berpikir sebelumnya, seorang pengambil

keputusan dijaman modern berusaha berpikir secara rasional dan sistematis.

Berpikir rasional dan sistematis berarti bisa membedakan berpikir unit denan unit,

satuan demi satuan, berpikir secara utuh, kompleks dan runtut.

Ada beberapa pandangan para ahli mengenai sikap petani dalam

menentukan pilihan untuk memenuhi kebutuhan melalui usaha pertanian dan

bagaimana mereka bertahan hidup dari usaha tersebut. James C. Scoutt dan para

penganut aliran ekonomi moral berpendapat bahwa, umumnya petani yang

merupakan petani subsisten memiliki sikap yang tidak rasional. Hal ini

dikarenakan para petani tersebut lebih mementingkan usahanya untuk

memperoleh laba yang lebih besar. Oleh karena sifat pertanian mereka yang

subsiten, mereka enggan untuk terlibat di dalam perkembangan ekonomi

kapitalisme, yang lebih berdasarkan rasionalitas, kepentingan pribadi, inovasi,

berani mengambil resiko dan bermotif keuntungan maksimum. Sebagai contoh,

petani takut untuk menggunakan bibit baru karena takut gagal panen, lebih suka

pendapatan sedikit tetapi pasti dari pada hasil yang tinggi namun resikonya juga

tinggi, dan lebih suka mempertahankan yang subsisten dibanding dengan

komersial (Deliarnov, 2006).

2
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan petani adalah

faktor internal yang meliputi umur, pendidikan, luas usahatani, tingkat pendapatan

dan faktor eksternal yang meliputi lingkungan ekonomi, lingkungan sosial, sifat

inovasi (Susanti, 2008).

Menurut Hernanto (1996) ada dua faktor yang mempengaruhi keberhasilan

usahatani yaitu faktor pada usahatani itu sendiri (intern) dan faktor di luar

usahatani (ekstern).

1. Faktor pada usahatani itu sendiri (Intern)

 Petani pengelola

Petani pengelola umumnya tumbuh dan dewasa dalam menjalankan

usahataninya. Melalui proses belajar dari orang tuanya ia mulai

berusahatani.perilaku orang tuanya kadang-kadang merupakan hal yang ia

tahu untuk dilanggarnya. Sifat tradisi yang diwariskan mendarah daging

dalam gerak usahataninya. Kondisi yang demikian akan sangat

berpengaruh terhadap keputusan usahanya.

 Tanah usahatani

Dengan lahan usaha yang sempit, akan membatasi petani berbuat pada

rencana yang lebih lapang. Keadaan yang demikian akan membuat petani

serba salah, bahkan menjurus kepada keputusasaan. Tanah yang sempit

dengan kualitas tanah yang

kurang baik akan menjadi beban bagi petani pengelola usahatani.

2
 Tenaga kerja

Dikaitkan dengan tenaga, maka sempitnya tanah usahatani hanya akan

mengundang pengangguran tak kentara dan menumbuhkan anggota yang

konsumtif.

 Modal

Dengan keterbatasan modal, maka penyediaan fasilitas kerja berupa alat-

alat usahatani sulit dipenuhi. Akibatnya intesitas penggunaan kerja

menjadi semakin menurun.

 Tingkat teknologi

 Kemampuan petani mengalokasikan penerimaan keluarga

 Jumlah keluarga

Besarnya jumlah anggota keluarga yang akan menggunakan jumlah

pendapatan yang sedikit, akan berakibat rendahnya tingkat konsumsi. Dan

ini berpengaruh terhadap produktivitas kerja dan kecerdasan anak,

menurunnya kemampuan berinvestasi dan upaya pemupukan modal.

2. Faktor di luar usahatani (Ekstern)

 Tersedianya sarana transportasi dan komunikasi

Tersediannya sarana transportasi dan komunikasi akan memudahkan

persentuhan petani dengan dunia luar, seperti pasar, informasi yang

menyangkut kebijaksanaan pemerintah, yang dapat mereka gunakan,

dan sebagai bahan pertimbangan dalam

berusahatani. Perkembangan dunia, teknologi serta komunikasi

2
sosial lainnya, dengan demikian ada pada dirinya sebagai petani pengelola

usahatani. Tidak lagi ia hidup terasing dalam keterbatasan dan

ketidaktahuan.

 Aspek-aspek yang menyangkut pemasaran hasil dan bahan usahatani

(harga hasil, harga saprodi dan lain-lain)

Aspek-aspek pemasaran merupakan masalah di luar usahatani yang perlu

diperhatikan. Seperti kita ketahui petani yang serba terbatas ini berada

pada posisi yang lemah dalam penawaran dan persaingan terutama yang

menyangkut penjualan hasil dan pembelian bahan-bahan pertanian.

 Fasilitas kredit

Sebagai akibat dari langkanya modal usahatani, kredit menjadi penting.

Dalam hal ini pemerintah perlu menyediakan fasilitas kredit kepada petani

dengan syarat mudah dicapai (ada dilokasi usahatani). Keadaan yang

demikian belum sepenuhnya ada. Demikian pula dengan prosedur yang

mudah dan suku bunga yang relatif rendah.

 Sarana penyuluhan bagi petani

Dengan kondisi petani saat ini, maka petani membutuhkan uluran bantuan

berupa pelayanan punyuluhan. Penyuluhan tersebut dapat berupa

introduksi cara-cara produksi yang baru dilingkungan petani.

Pengungkapan adanyanya teknologi baru yang secara

ekonomi menguntungkan petani.

2
Menurut Kartasapoetra (Miswar, 2009) dalam berusahatani faktor- faktor

yang yang dapat mempengaruhi kelancaran usahatani adalah :

a. Pengaruh alam atau faktor alam

Keadaan alam akan meminta perjatian untuk dipikir secara matang oleh

para petani yang bergerak dalam bidang usahatani, seperti halnya iklim yaitu,

sinar matahari, temperatur, curah hujan, pergerakan angin, kemudian bencana

alam serta wabah tanaman yang berjangkit, kesemuanya itu dapat mempengaruhi

usaha bertani yang sedang dilakukan, apakah usaha tersebut akan mencapai

keberhasilan atau sebaliknya mengalami kegagalan. Pengaruh alam memang sulit

untuk dilawan, akan tetapi dengan dilakukan pendekatan-pendekatan

kemungkinan besar akibat-akibatnya dapat diperkecil sehingga kegagalan total

dari petani dapat dicegah atau ditekan sedemikian rupa.

b. Pengaruh ekonomi atau faktor ekonomi

Berhasil atau tidaknya usahatani tidak hanya ditentukan oleh pengaruh alam

saja, melainkan juga oleh pengaruh ekonomi yang berlangsung pada waktu

usahanya itu dilakukan, yaitu:

 Tingkatan harga yang berlaku dipasaran (para konsumen atau para

pembeli)

 Tingkatan harga dari sarana pertanian yang diperlukan untuk keperluan

produksi (usaha bertanam hingga panen) dalam sarana ini termasuk harga

benih, harga pupuk, harga insektisida serta

harga jasa atau upah tenaga kerja.

2
Menurut Suratiyah (2011), faktor-faktor yang bekerja dalam usahatani

adalah faktor alam, tenaga, dan modal. Alam merupakan faktor yang sangat

menentukan usahatani. Sampai dengan tingkat tertentu manusia telah berhasil

mempengaruhi faktor alam. Namun demikian, pada batas selebihnya faktor alam

adalah penentu dan merupakan sesuatu yang harus diterima apa adanya. Yang

termasuk faktor alam dapat dibedakan menjadi dua, yakni faktor tanah dan

lingkungan alam sekitarnya. Faktor tanah misalnya jenis tanah dan kesuburan.

Faktor alam sekitarnya yakni iklim yang berkaitan dengan ketersediaan air, suhu

dan lain sebagainya.

2.5 Pendapatan Usahatani

Pendapatan adalah keuntungan atau hasil bersih yang diperoleh petani dari

hasil produksinya. Pengertian pendapatan usahatani juga dijelaskan oleh

Soekartawi, 2003 yakni “selisih antara pendapatan kotor usahatani dan

pengeluaran total usahatani disebut pendapatan bersih. Pendapatan bersih

usahatani mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan

faktor-faktor produksi kerja pengelolaan, dan modal sendiri dan atau modal

pinjaman yang diinvestasikan ke dalam usahatani.

Pendapatan usahatani secara ekonomis mempunyai dua

pengertian yaitu pendapatan kotor dan pendapatan bersih. Pendapatan kotor

usahatani baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Sedangkan

2
pendapatan bersih usahatani adalah selisih antara pendaatan kotor usahatani

dengan total pengeluaran usahatani (Widiasanti, 2006).

Penerimaan usahatani adalah hasil perkalian antara produksi yang

diperoleh dengan harga jual yang dapat dituliskan sebagai berikut:

TR = Y.Py

Keterangan : TR = total penerimaan

Y = produksi yang diperoleh dalam usahatani Py

= harga produksi

2.6 Kerangka Pemikiran

Petani merupakan orang yang bekerja di bidang usahatani padi di

Desa Kalola. Dengan bertambahnya penduduk menuntut konsumsi pangan yang

lebih besar lagi. Untuk itulah petani mulai berpikir untuk melakukan sistem mina

padi, selain untuk menambah produksi pangan dalam hal ini karbohidrat juga

menambah produksi pangan berupa protein yang terkandung dalam ikan. Mina

padi merupakan pengelolaan usahatani padi bersama ikan dengan memanfatkan

beberapa faktor produksi secara bersama-sama. Karena selain dinilai

menguntungkan, namun sistem mina padi tetap saja beresiko bila tidak dibarengi

dengan informasi seputar budidaya mina padi. Untuk itulah seiring berjalannya

waktu, mina padi mulai ditinggalkan para petani dan beralih ke usahatani non

mina padi.

Keputusan petani untuk tidak lagi menerapkan sistem mina padi

dapat disebabkan beberapa faktor antara lain faktor alam, faktor ekonomi, faktor

lingkungan dan faktor teknis.

2
Faktor pertama adalah faktor alam yang dilihat dari variabel resiko

kegagalan berupa tingginya serangan hama yang melanda usahatani baik pada

tanaman padi maupun pada ikan. Tingginya serangan hama pada ikan seperti

Pararang, ular dan burung maka akan menyebabkan petani untuk beralih dari

usahatani mina padi ke non mina padi. Selain itu tingginya serangan hama dan

penyakit pada tanaman padi juga menjadi salah satu alasan mengapa petani

beralih, hal ini dapat disebabkan karena adanya penggunaan pestisida untuk

mencegah padi yang gagal panen akibat serangan hama, sehingga akan membawa

dampak pula pada pencemaran air dan tanah yang menyebabkan ikan ikut

tercemar dan mati. Selain itu bencana alam juga menjadi salah satu variabel

mengapa petani beralih, seperti banjir.

Selanjutnya adalah faktor ekonomi yang dilihat dengan variabel berupa

tingginya harga sarana produksi, tingginya harga sarana produksi ini akan

menyebabkan petani untuk meninggalkan ushaatani mina padi. Selain variabel

tingginya harga sarana produksi, ketersediaan sarana produksi juga menjadi salah

satu alasan mengapa petani beralih. Hal ini disebabkan jika ketersediaan sarana

produksi kurang mendukung, maka petani cenderung untuk beralih dari usahatani

mina padi ke non mina padi. Selanjutnya adalah karena kurangnya modal petani,

modal juga menentukan apakah usahatani akan terus diterapkan atau tidak. Jenis

usahatani yang membutuhkan modal yang besar, cenderung ditinggalkan

petani karena tidak memiliki cukup modal. Selain itu variabel lainnya

2
adalah semakin menurunnya pendapatan usahatani. Hal ini disebabkan jika petani

tidak secara konsisten menerapkan satu jenis usahatani, maka akan menyebabkan

pendapatan usahatani yang cenderung menurun.

Selanjutnya adalah faktor lingkungan yang dilihat dengan variabel

penggunaan pupuk dan pestisida oleh petani. Penggunaan pupuk dan pestisida ini

sangat erat kaitannya dengan faktor alam. Dampak dari penggunaan pupuk dan

pestisida ini akan menyebabkan air dan tanah ikut tercemar, sehingga

menyebabkan ikan mati.

Faktor yang terakhir adalah faktor teknis yang berupa kondisi pematang

sawah yang telah rubuh. Kondisi pematang sawah ini akan menyebabkan air di

lahan persawahan mengalir ke lahan lainnya. Sehingga menyebabkan ikan-ikan

juga akan ikut dan berpindah lokasi.

3
Secara skematis peralihan penerapan usahatani mina padi ke non mina

padi digambarkan melalui kerangka pemikiran penelitian, seperti tertera pada

Gambar 1.

PETANI

PERALIHAN USAHATANI

PENDAPATAN MINA PADI NON MINA PENDAPATAN


PADI
Gambar 1. Skema kerangka pemikiran faktor-faktor yang menyebabkan petani
mengalihkan usahataninya dari mina padi ke non mina
padi
1. Faktor Alam

 Resiko Kegagalan
karena tingginya
serangan hama pada
ikan
 Tingginya serangan
hama dan penyakit
pada padi
 Adanya bencana alam
2. Faktor Ekonomi

 Biaya Sarana produksi


 Ketersediaan
sarana produksi
 Ketersediaan modal petani
 Pendapatan
yang cenderung
turun
3. Faktor Lingkungan

 Penggunaan pupuk
dan pestisida

FAKTOR BERALIH

3
2.7 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah, tujuan yang diharapkan dan uraian

kerangka pikir maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

1. Faktor-faktor yang menyebabkan petani beralih dari mina padi ke non mina

padi adalah faktor alam, faktor ekonomi, faktor lingkungan dan faktor teknis.

2. Pendapatan usahatani saat petani menerapkan sistem mina padi lebih besar

dibandingkan pendapatan usahatani saat petani menerapkan sistem non mina

padi.

3
III. METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini berlokasi di Desa Kalola, Kecamatan Maniangpajo,

Kabupaten Wajo, Provinsi Sulawesi Selatan. Penentuan lokasi penelitian ini

dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa dari lokasi

penetian mudah dijangkau oleh peneliti. Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret

hingga Juni 2015.

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah seluruh petani mina padi yang beralih dari

usahatani mina padi ke non mina padi di Desa Kalola. Sampel penelitian

ditentukan secara acak sederhana (simple random sampling).

Jumlah populasi petani berdasarkan informasi dari ketua kelompok tani

sebanyak 102 orang dan jumlah sampel diambil sebesar 38 % atau sebanyak 38

responden, yang dipilih berdasarkan daftar lampiran nama petani. Sesuai dengan

teori Arikunto yaitu penentuan sampel apabila kurang dari 100 lebih baik diambil

semua hingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Jika jumlah

subjeknya besar dapat diambil antara 10- 15 % atau 20-25 %. Akan tetapi peneliti

mengambil sampel 38 % dengan pertimbangan bahwa semakin besar sampel yang

diambil maka akan semakin mengurangi tingkat kesalahan.

3
3.3 Jenis dan Sumber Data

Metode atau teknik yang digunakan untuk pengambilan data terdiri dari

data primer dan data sekunder. Adapun sumber data yaitu :

a. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung kepada responden mina

padi yang telah beralih dengan menggunakan bantuan kuesioner.

b. Data sekunder diperoleh dari beberapa sumber yang berkaitan dengan objek

penelitian, yaitu Kantor Camat Maniangpajo, Balai Penyuluhan Pertanian dan

Kantor Desa Kalola.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai

berikut:

 Observasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan

langsung di lapangan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan objek

peneliti seperti mengamati lahan sawah yang telah beralih dari mina padi ke

non mina padi.

 Wawancara, yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara tanya jawab

langsung dengan para responden dengan menggunakan bantuan kuesioner

sebagai alat bantu pengumpulan data, serta wawancara langsung dengan

tokoh masyarakat (informan) seperti

Sekretaris Camat Maniangpajo, Sekretaris Desa Kalola, Ketua

3
Kelompok Tani, Ketua Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan

Maniangpajo.

3.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang akan digunakan pada penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Hipotesis pertama diuji dengan menggunakan analisis persentase dengan

menggunakan tabel frekuensi.

2. Hipotesis kedua diuji dengan menggunakan analisis pendapatan usahatani.

Soekartawi menerangkan bahwa analisis kuantitatif menggunakan fungsi

keuntungan untuk menghitung penerimaan usahatani, total biaya usahatani,

pendapatan usahatani.

a. Penerimaan Usahatani

TR = Y.Py

Dimana : TR = Total Penerimaan

Y = Produksi yang diperoleh dalam usahatani

Py = Harga Produksi

b. Total Biaya Usahatani

TC = FC + VC

Dimana : TC = Total Cost (Rp)

FC = Fixed Cost (Rp)

VC = Variabel Cost (Rp)

3
c. Pendapatan Usahatani

𝜋 = TR - TC

Dimana : 𝜋 = Pendapatan (Rp)

TC = Total Revenue (Rp)

TC = Total Cost (Rp)

3.6 Konsep Operasional

Untuk memudahkan dalam pengambilan data dan menyamakan persepsi

dalam penelitian ini, maka disusun konsep operasional sebagai berikut:

1. Petani merupakan orang yang bekerja dari usahatani padi yang telah

mengalihkan usahataninya dari mina padi ke non mina padi di Desa Kalola,

Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo.

2. Usahatani mina padi adalah pengelolaan usahatani padi bersama ikan di Desa

Kalola, Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo.

3. Usahatani non mina padi adalah pengelolaan padi tanpa usahatani ikan di

Desa Kalola, Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo.

4. Peralihan usahatani adalah suatu kondisi dimana petani tidak lagi

mengusahakan mina padi dan beralih ke non mina padi di Desa Kalola,

Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo.

5. Tumpang sari merupakan jenis mina padi yang diterapkan di Desa

Kalola dengan pengelolaan ikan yang ditebarkan bersamaan dengan tanaman

padi.

3
6. “Palawija” merupakan jenis mina padi yang diterapkan di Desa Kalola dengan

pengelolaan ikan yang ditebar setelah padi diangkat atau setelah padi nen.

7. Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan usahatani dengan biaya

total yang dikeluarkan usahatani mina padi dan non mina padi di Desa Kalola,

Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo selama satu kali produksi.

8. Faktor beralih merupakan faktor-faktor yang menyebabkan petani sehingga

tidak lagi mengusahatanikan mina padi, yaitu terdiri dari faktor alam, faktor

ekonomi, faktor lingkungan dan faktor teknis,

9. Faktor alam terdiri atas indikator petani beralih karena tingginya serangan

hama dan penyakit pada ikan dan padi dan indikator kedua adalah adanya

bencana alam.

10. Faktor ekonomi terdiri atas indikator petani beralih karena biaya sarana

produksi, ketersediaan sarana produksi, modal petani biaya dan pendapatan

yang cenderung menurun.

11. Faktor lingkungan terdiri atas indikator petani beralih dari mina padi ke non

mina padi karena penggunaan pupuk dan pestisida.

12. Faktor teknis terdiri atas indikator petani beralih dari mina padi ke non mina

padi karena kondisi pematang sawah yang telah rubuh.

3
IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Letak Geografis dan Administratif

Desa Kalola merupakan salah satu desa yang berada dalam wilayah

Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo. Luas wilayah desa Kalola secara

keseluruhan sebesar 15.000 km2. Adapun batas-batas wilayah desa Kalola adalah

sebagai berikut:

- Sebelah utara berbatasan dengan dusun Awotaroe

- Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Tangkoli

- Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Sidrap

- Sebelah timur berbatasan dengan Desa Mattirowalie dan Desa Sogi Desa

Kalola berada pada ketinggian 19 meter di atas permukaan

laut dengan kondisi topografi berupa dataran rendah. Banyaknya curah hujan

setiap tahunnya adalah 900 – 1200 mm dan suhu udara rata-rata pada daerah ini

320 C.

4.2 Keadaan Penduduk

4.2.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Penduduk merupakan salah satu potensi dasar melaksanakan

pembangunan suatu wilayah. Desa Kalola memiliki jumlah penduduk sebanyak

1608 jiwa yang terdiri dari 773 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 835 jiwa

berjenis kelamin perempuan. Untuk mengetahui secara jelas

jumlah penduduk menurut jenis kelamin, dapat dilihat pada Tabel 2.

3
Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Kalola, Kecamatan
Maniangpajo, Kabupaten Wajo, 2014.
No. Jenis kelamin Jumlah (jiwa) Persentase
1. Laki-laki 773 48,07
2. Perempuan 835 51,93
Jumlah 1.608 100,00
Sumber: Kantor Desa Kalola, Desember 2014

Pada Tabel 2, terlihat bahwa jumlah penduduk berjenis kelamin laki-laki

lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah penduduk berjenis kelamin perempuan.

Jumlah penduduk yang demikian itu dapat menjadi sebuah potensi bagi Desa

tersebut, utamanya dalam hal tersedianya tenaga kerja. Namun yang merupakan

keumuman di masyarakat bahwa tenaga kerja laki-laki adalah lebih besar

penilaiannya dibanding tenaga kerja perempuan.

4.2.2 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Penduduk merupakan salah satu variabel yang sangat menentukan

tingkat kemajuan suatu wilayah. Semakin banyak penduduk yang berpendidikan

tinggi di suatu wilayah maka semakin tinggi pulalah tingkat kemajuan wilayah

tersebut, begitu pula sebaliknya semakin banyak penduduk yang berpendidikan

rendah maka tingkat kemajuan wilayah tersebut semakin lambat. Untuk

mengetahui secara lebih jelas keadaan penduduk menurut tingkat pendudukan,

dapat dilihat pada Tabel 3 :

3
Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Kalola,
Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo, 2014.
No. Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase
1. Tidak tamat SD 183 22,37
2. Tamat SD 265 32,40
3. Tamat SMP 220 26,89
4. Tamat SMA 125 15,28
5. D2 3 0,37
6. D3 2 0,24
7. S1 20 2,44
Jumlah 818 100,00
Sumber: Kantor Desa Kalola, Desember 2014

Pada Tabel 3, terlihat bahwa tingkat pendidikan dengan jumlah penduduk

yang dominan di Desa Kalola adalah tamat SD dan tingkat pendidikan dengan

jumlah penduduk yang paling kecil adalah D3. Dengan mengacu pada program

pemerintah mengenai wajib belajar 9 tahun maka dari data di atas menunjukkan

bahwa sebagian besar penduduk di Desa Kalola memiliki tingkat pendidikan yang

cukup tinggi.

4.2.3 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Keadaan penduduk di Desa, ketika ditinjau dari segi mata pencaharian,

maka data yang diperoleh menunjukkan keadaan yang cukup beragam yang dapat

dilihat pada Tabel 4 berikut ini:

Tabel 4. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Kalola,


Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo, 2014.
No. Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase
1. Petani 643 56,95
2. Pegawai Negeri Sipil 220 19,49
3. Pengrajin 32 2,83
4. Pedagang 105 9,30
5. Peternak 117 10,36
6. Montir 12 1,07
Jumlah 1129 100,00
Sumber: Kantor Desa Kalola, Desember 2014

4
Pada Tabel 4, terlihat bahwa mata pencaharian penduduk yang paling

dominan di Desa Kalola adalah petani kemudian pegawai negeri sipil. Mata

pencaharian yang paling sedikit jumlahnya adalah montir. Data di atas

menunjukkan bahwa penduduk di Desa Kalola memiliki mata pencaharian yang

beranekaragam.

4.3 Pola Pemanfaatan Lahan

Luas wilayah Desa Kalola adalah 15.000 km2 digunakan untuk keperluan

pembangunan jalan, pemukiman penduduk, sawah dan lain- lain. Untuk

mengetahui secara terperinci penggunaan tanah tersebut, dapat dilihat pada Tabel

5 berikut ini:

Tabel 5. Pola Pemanfaatan Lahan di Desa Kalola, Kecamatan


Maniangpajo, Kabupaten Wajo, 2014.
No. Jenis Penggunaan Luas (Ha) Persentase
1. Sawah 1363 68,08
2. Ladang/Huma 8 0,40
3. Pekarangan 94 4,70
4. Perkebunan 537 26,82
Jumlah 2002 100,00
Sumber: Kantor Desa Kalola, Desember 2014

Pada Tabel 5, terlihat bahwa sebagian besar penggunaan lahan di Desa

Kalola digunakan untuk sawah kemudian tanah perkebunan. Luasnya lahan

pertanian yang digunakan memperlihatkan bahwa sebagian besar penduduk di

Desa Kalola bermatapencaharian sebagai petani.

4
4.4 Keadaan Umum Sarana dan Prasarana

4.4.1 Sarana dan Prasarana Perhubungan

Sarana dan prasarana perhubungan mempunyai peranan penting dalam

menunjang pembangunan khususnya kelancaran transportasi. Untuk mengetahui

secara terperinci keadaan sarana perhubungan yang terdapat di Desa Kalola,

Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo dapat dilihat pada Tabel 6:

Tabel 6. Jenis dan Jumlah/Panjang Sarana dan Prasarana


Perhubungan di Desa Kalola, Kecamatan Maniangpajo,
Kabupaten Wajo, 2014.
Jenis Sarana dan Prasarana
No. Panjang/Jumlah
Perhubungan
1. Jalan aspal 2 km
2. Jalan tanah 1 km
3. Bus umum 7 unit
4. Truk umum 23 unit
5. Angkutan umum 57 unit
Sumber: Kantor Desa Kalola, Desember 2014

Pada Tabel 6, terlihat bahwa keberadaan sarana dan prasarana

perhubungan ini cukup memadai sehingga kelancaran pembangunan dan arus

perekonomian penduduk sekitar tidak mengalami banyak hambatan. Jalan

merupakan sarana untuk memperlancar transportasi serta distribusi dan di Desa

Kalola sarana transportasi tergolong lancar.

4
4.4.2 Sarana Pendidikan, Kesehatan dan Keagamaan

Sarana pendidikan, kesehatan, dan keagamaan mempunyai peranan

penting dalam menunjang pembangunan daerah di segala bidang. Untuk

mengetahui secara terperinci jumlah dan jenis sarana pendidikan, kesehatan, dan

keagamaan di Desa Kalola, Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo dapat

dilihat pada Tabel 7:

Tabel 7.
Jenis Sarana Pendidikan,
No. Jumlah (buah)
Kesehatan, dan Keagamaan
1. Taman kanak-kanak 1
2. Sekolah Dasar 1
3. Madrasah Ibtidayah 1
4. Puskesmas Pembantu 1
5. Posyandu 2
6. Mesjid 2
7. Mushallah 1
Jumlah 9
Sumber: Kantor Desa Kalola, Desember 2014

Pada Tabel 7, terlihat bahwa jumlah sarana pendidikan, kesehatan dan

keagamaan di Desa Kalola, Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo cukup

memadai dimana sarana pendidikan sebanyak 3 buah, sarana kesehatan sebanyak

3 buah dan sarana keagamaan sebanyak 3 buah sehingga pembinaan spritual

masyarakat dapat terlaksana dengan baik, demikian pula dalam bidang pendidikan

dan kesehatan.

4
4.5 Gambaran Umum Mina Padi

Mina padi mulai dikenal oleh beberapa petani di Desa Kalola sejak tahun

1998. Pada mulanya salah satu petani melakukan mina padi karena mengadopsi

mina padi yang dilakukan oleh petani di daerah Soppeng, Sulawesi Selatan. Akan

tetapi mina padi ini hanya dilakukan oleh segelintir petani, sehingga mina padi

tidak menyebar ke seluruh desa yang ada di Desa Kalola. Sejak didirikannya Balai

Perikanan dan Kelautan Pusat Perbenihan di Desa Kalola tahun 2005, mina padi

mulai diperkenalkan kepada petani di Desa Kalola yang bekerjasama dengan

Balai Penyuluh Pertanian. Salah satu penyuluh yang menggagas adanya mina

padi adalah Bapak Nurung yang sampai saat ini bertugas menjadi penyuluh

pertanian di Desa Kalola.

Tahun 2005 dimulailah diperkenalkan mina padi ke masyarakat petani,

akan tetapi hasil yang diharapkan untuk jangka panjang tidaklah memuaskan.

Mina padi ini hanya dilakukan oleh petani secara bergantian hanya dalam kurung

waktu 1-4 tahun, setelah itu petani berpindah tidak lagi mengusatanikan mina

padi, satu persatu petani mulai meninggalkan sistem mina padi ini, karena

begitu banyak kendala yang dihadapi oleh petani.

Mina padi mulai diperkenalkan di Desa Kalola sejak tahun 2005 sampai

pada tahun 2010. Tahun 2010 tidak ada lagi petani yang membudidayakan mina

padi. Hal ini disebabkan karena begitu banyak

kendala yang dihadapi oleh petani mina padi. Salah satu kendala yang

4
memberi pengaruh besar pada petani adalah karena gagal panennya mina padi

tersebut yang disebabkan karena banyaknya hama yang menyerang pada tanaman

padi maupun ikan. Menurut salah satu responden Bapak A. Pallawarukkan yang

juga merupakan Kepala Desa terpilih sejak April 2015 ini menuturkan bahwa

hama yang paling banyak menyebabkan kegagalan adalah hama yang berupa

Biawak atau dalam bahasa Bugis disebut Pararang. Selain itu hama lainnya yang

juga menyebabkan kegagalan adalah Ular. Selain hama yang berasal dari ikan

sendiri, mina padi juga terkendala oleh hama yang ditimbulkan oleh padi itu

sendiri. Para petani yang menerapkan sistem mina padi dalam hal ini tumpang sari

akan terkendala oleh hama yang menyerang padi mereka, karena dengan otomatis

mereka akan melakukan pencegahan terhadap padi mereka yang terancam gagal.

Sehingga salah satu cara melakukan pencegahan adalah dengan melakukan

penyemprotan pestisida pada tanaman padi. Hal ini akan memberi dampak pada

budidaya ikan yang berada di lokasi yang sama dengan tanaman padi tersebut.

Salah satu dampak yang sangat merugikan petani adalah matinya ikan-ikan dalam

sistem mina padi ini. Tentu saja hal tersebut memberi peluang kepada petani

untuk tidak lagi membudidayakan mina padi dengan sistem tumpang sari,

sehingga dalam penelitian ditemukan ada dua sistem yang pernah diterapkan oleh

petani di Desa Kalola yakni sistem tumpang sari

dan mina padi sebagai pengganti ”palawija”.

4
Selain faktor hama yang menyerang petani, mina padi juga terkendala oleh

faktor ekonomi yakni hasil pendapatan yang cenderung menurun. Hal ini

disebabkan karena tidak konsistennya petani dalam menerapkan usahatani mina

padi.

Desa Kalola merupakan desa satu-satunya yang memiliki keunggulan di

bidang pengairan. Desa ini dialiri oleh dua irigasi sekaligus yakni irigasi yang

berasal dari Bendungan Bila, Kabupaten Sidrap dan dari Bendungan Kalola itu

sendiri. Untuk itulah desa ini mampu melakukan budidaya pada tanaman padi

sebanyak 2 kali dalam satu tahun. Selain itu, ketika melihat pada usahatani mina

padi yang membutuhkan sistem pengairan yang baik, maka desa ini memiiki

peluang yang sangat sempurna untuk adanya usahatani mina padi ini. Namun

karena keunggulan tersebutlah memberi dampak yang besar terhadap budidaya

mina padi yang telah diusahakan oleh petani setempat. Salah satu dampak

tersebut yang menjadi salah satu alasan pula petani tidak lagi mengusahatanikan

mina padi adalah karena penahan air atau pematang air tersebut telah rubuh

karena tidak mampu lagi menahan derasnya air yang terus mengalir di desa

tersebut.

Karena begitu banyaknya kendala yang dihadapi petani, maka

menyebabkan petani tidak menerapkan sistem mina padi ini secara kontinue atau

terus menerus, sehingga penerapannya tidak berjalan dengan baik. Seperti artikel

yang ditulis oleh Muhamad Yamin dan Joni Haryadi menuliskan bahwa usaha

minapadi dapat berjalan dengan baik di

4
masyarakat bila benih ikan tersedia dengan jumlah yang cukup sepanjang waktu.

Paling tidak untuk satu lokasi saja membutuhkan dua kali penebaran benih dalam

satu siklus tanam (4 bulan) yaitu periode penyelang dan periode tumpang sari.

Oleh karena itu keberadaan usaha pembenihan cukup menentukan bagi

keberhasilan mina padi. Meski di lokasi penelitian keberadaan usaha pembenihan

cukup memadai, akan tetapi untuk penebaran benih hanya dilakukan satu kali

dalam satu siklus tanam (4 bulan), bahkan biasanya petani hanya melakukan

penebaran benih satu kali dalam satu tahun. Desa Kalola hanya melakukan sistem

mina padi sebagai pengganti “palawija” atau tumpang sari, tidak dilakukan 2 kali

dalam satu kali siklus tanam. Sistem ini hanya dimanfaatkan oleh petani setempat

ketika tanaman padi sudah di panen dan menunggu pengolahan tanah selanjutnya

untuk ditanami padi atau dilakukan bersamaan dengan penanaman tanaman padi.

4
Desa Kalola memiliki 17 kelompok tani yang tersebar di seluruh dusun

yang ada di Desa Kalola. Adapun nama-nama kelompok tani tersebut dapat dilihat

pada Tabel 8 berikut:

Tabel 8. Nama-nama Kelompok Tani, Ketua Kelompok Tani, Jumlah


Anggota dan Luas Tanam di Desa Kalola, Kecamatan
Maniangpajo, Kabupaten Wajo, 2015
Jumlah Luas Tanam
No Nama Kelompok Tani Nama Ketua
Anggota
1 2 3 4
1 SANG HYANG SERI I KUSNADI 39 62,70
2 SANG HYANG SERI II BAKRI T 39 55,40
3 MAMMINASAE I H.MUH. SALENG 37 41,74
4 MAMMINASAE II H. ABIDIN 37 39,57
5 MAMMINASAE III ALI HANAFI 38 47,70
6 SIPAKALEBBI I H. ALIDE 39 53,71
7 SIPAKALEBBI II H. RUSTAN 39 32,02
8 PUKKUJU I TASSAKKA 39 58,51
9 PUKKUJU II AMBO WELLANG 39 72,62
10 SIPPURENNUE I YUNUS MUNPU 40 67,44
11 SIPPURENNUE II PANNASE 33 36,65
12 LAMARA M.THAMRIN 39 74,15
13 LAMARA II ASMIRONA 31 30,46
14 PALLAORUMAE SARIFUDDIN 39 70,31
15 HARAPAN JAYA ARIS 38 42,48
16 MATTIRODECENG H. PARENNAI 39 74,92
17 MACCOLULOLOE ZAINUDDIN 38 66,85
Jumlah 643 927,23
Sumber : Balai Penyuluhan Pertanian, 2015.

Pada Tabel 8 terlihat bahwa terdapat 17 kelompok tani yang ada di Desa

Kalola. Menurut informasi yang didapat dari ketua kelompok tani menunjukkan

bahwa tidak semua kelompok tani pernah mengusahatanikan mina padi. Misalnya

kelompok tani Sang Hyang Seri II yang diketuai oleh Bapak Bakri menuturkan

bahwa beliau dan kelompok taninya belum pernah melakukan yang namanya

mina padi di Desa Kalola

tersebut. Lain halnya dengan ke enam belas kelompok tani lainnya yang

4
ada pada Tabel 8, ketua kelompok tani menuturkan bahwa ada sebagian dari

anggota kelompok taninya yang pernah menerapkan sistem mina padi. Akan

tetapi usahatani mina padi yang dilakukan hanya berlangsung sebentar. Dari 643

jumlah petani yang terdaftar di dalam kelompok tani hanya terdapat 102 petani

yang pernah menerapkan sistem mina padi di Desa Kalola.

Dalam melakukan usahataninya, petani di Desa Kalola dibantu oleh Balai

Penyuluhan Pertanian Kecamatan Maniangpajo dalam penyedian bibit dan

pupuk yang digunakan oleh petani yang telah disebar ke beberapa lokasi

tempat penjualan pupuk dan pestisida yang disubsidi oleh pemerintah Kabupaten.

Sehingga harga pupuk yang ada di Desa Kalola telah disubsidi oleh pemerintah.

Hal ini seperti yang diungkapan oleh Bapak Hasanuddin sebagai Kepala Balai

Penyuluhan Pertanian yang menuturkan bahwa :

Penggunaan dosis pupuk petani di Desa Kalola telah mengacu pada


peraturan dari pemerintah daerah Kabupaten sehingga Desa Kalola tidak
kekurangan pupuk bersubsidi. Pupuk yang dipakai disini pupuk urea sama NPK,
150:300/ha. Untuk masalah bibit yang digunakan oleh petani di Desa Kalola,
Kami telah menyiapkan 3 macam varietas yang digunakan oleh petani di
Kecamatan Maniangpajo, termasuk Desa Kalola yaitu Impari 4, Impari 7 dan
Ciherang.

Mina padi tidak dilakukan secara konsisten dan terus menerus dan

sebagian besar hasilnya tidak dipasarkan. Ikan dari hasil mina padi hanya menjadi

salah satu produk pertanian yang bersifat subsisten. Petani setempat masih

memproduksi ikan dalam jumlah yang sedikit, sehingga hasil dari mina padi

yang berupa ikan ini, petani tidak menjualnya,

4
melainkan mengonsumsi sendiri. Selain itu biasanya petani juga membagikannya

kepada para tetangga terdekatnya. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak H. Alide

bahwa :

“Disini petani ndak jualji hasil ikannya, na makanji atau na bagi

sama tetangganya. Itupun kalau lakukanki mina padi paling ta satu kaliji

dilakukan. Misalnya sudahpi panen petani baru dikasi masuk ikan e juga.

Bapak H. Alide yang menjadi salah satu responden menuturkan bahwa

beliau hanya memasukkan bibit ikan rata-rata 300 – 500 ekor ikan pada lahannya.

Ini menunjukkan bahwa bibit ikan yang dibudidayakan masih sangat sedikit

dibanding dengan daya tampung lahan responden tersebut yang sebesar 2 Ha.

Tingkat keberhasilan mina padi masih sangat kurang menguntungkan bagi

petani untuk dilakukan. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Bapak H.

Alide bahwa:

“Biasanya kalau kasi masukka ikan mujair di sawah 500 ekor, 50 %

ji itu yang hidup. Paling banyakmi itu kalau 300 ekor yang kupanen.”

Banyak kendala yang dihadapi petani dalam melakukan mina padi,

sehingga pendapatan dari mina padi tidak terlalu menguntungkan kepada para

petani. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak A. Pallawarukka bahwa:

Kalau pendapatanku dari hasil panen ikan nda terlalu banyakji. Paling ada 200
ribu, itupun kalau adaji yang hidup. Banyak yang mati ikan gara-gara banyak
hama ikan. Banyak pararang yang makan ikan e, apalagi ada juga ular, jadi
banyak yang mati ikan. Rugi ka ji karena 300 ribu kubelikan bibitku. Jadi 2 kali
kaji itu lakukan mina padi selama ini. Nda terlalu

5
menguntungkan bagi saya karena banyak yang mati. Seandainya nda matiji
ikannya mungkin ada 500 ribuji sa dapat untung dari ikan yang sa kasi masuk 300
ekor.

Selain itu, biaya dan pendapatan yang merugikan petani juga diutarakan

oleh H. Alimin yang mengungkapkan bahwa:

Kalau pendapatanku dengan padi samaji juga kalau tidak budidaya ikan
ka, misalnya kasi masukkan ikan di lahan sawah ku 500 ekor, nda sampai
600 ribu itu kudapat hasil kalau sa jual i ikanku. Belumpi lagi beli
bibitnya ta 300 ribu per ember sama harga pakannya. Kalau pakannya
bisaji dipake dedak, biar nda beliki pakan. Tapi ituji, banyak yang mati
ikan.

Melihat pendapat dan argumen dari para responden maka dapat dilihat

bahwa mina padi tidak terlalu menguntungkan bagi petani mina padi yang tidak

dilakukan secara continue. Petani lebih memilih tidak lagi membudidayakan ikan

bersama padi karena hanya akan mengalami kerugian dari sisi finansial.

5
V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Identitas Responden

5.1.1 Umur

Umur merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi aktivitas

seseorang dalam bidang usahanya. Dalam batas-batas tertentu, semakin bertambah

umur seseorang maka tenaga kerja yang dimiliki akan semakin produktif, dan

setelah umur tertentu produktivitas tersebut akan menurun. Umur petani juga

terkait dengan proses transfer dan adopsi inovasi teknologi, dimana petani-petani

muda cenderung bersifat lebih progresif dalam proses transfer inovasi-inovai baru,

sehingga mampu mempercepat proses alih teknologi. Untuk mengetahui dengan

jelas klasifikasi responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 9:

Tabel 9. Klasifikasi Responden Menurut Kelompok Umur di Desa Kalola,


Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo, 2015
No Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 2 3 4
1 22 - 40 10 26,32
2 41- 59 20 52,63
60 - 77 8 21,05
Jumlah 38 100,00
Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2015.

Pada Tabel 9 terlihat bahwa umur petani responden di Desa Kalola

berkisar antara 22 tahun sampai 77 tahun. Umur petani terbanyak terdapat pada

responden dengan kisaran umur 41 – 59 tahun yakni sebesar 52,63 %. Sebaliknya

umur petani dengan persentase terendah terdapat pada responden dengan

kisaran umur mulai dari

5
60 – 77 tahun yakni sebesar 21,05 %. Hal ini menunjukkan bahwa petani di

Desa Kalola tergolong masih produktif dengan rata-rata umur petani yakni 41-59

tahun. Hal ini sesuai dengan pendekatan teori ketergantungan yang digunakan

oleh Badan Pusat Statistik (BPS) 2002, dengan menggunakan The Labor Force

Concept menempatkan jumlah penduduk yang berusia 15-64 tahun sebagai

penduduk usia kerja (produktif) di Indonesia, usia non produktif adalah penduduk

yang > 64 tahun dan yang belum produktif adalah yang berada pada interval usia

1-14 tahun.

5.1.2 Tingkat Pendidikan

Pendidikan mempunyai pengaruh bagi seseorang dalam mengadopsi

teknologi dan keterampilan manajemen dalam mengelola bidang usahanya.

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka cenderung semakin dinamis

dan tanggap terhadap penerimaan hal-hal baru atau berupa anjuran dibanding

seseorang yang berpendidikan relatif rendah. Untuk mengetahui klasifikasi

responden menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 10:

Tabel 10. Klasifikasi Responden Menurut Tingkat Pendidikan di Desa


Kalola, Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo, 2015
No Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 2 3 4
1 Tidak Tamat SD 7 18,42
2 Tamat SD 24 63,16
3 Tamat SLTP 1 2,63
4 Tamat SLTA 5 13,16
5 Tamat S1 1 2,63
Jumlah 38 100,00
Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2015.

5
Pada Tabel 10, terlihat bahwa rata-rata tingkat pendidikan di Desa Kalola

tergolong rendah. Ini ditunjukkan dengan tingkat pendidikan yang terbesar yakni

63,16 % terdapat pada responden yang hanya berpendidikan sampai pada tamat

SD. Kemudian disusul dengan responden yang tidak menamatkan pendidikannya

bahkan tidak pernah mengenyam pendidikan yakni sebesar 18,42 %. Sedangkan

untuk tingkat pendidikan responden terendah terdapat pada responden yang telah

tamat SLTP dan S1 yakni sebesar 2,63 %.

5.1.3 Jumlah Tanggungan Keluarga

Jumlah tanggungan keluarga sangat menentukan bagaimana petani

responden bekerja. Semakin banyak tanggungan keluarga, maka petani responden

juga akan semakin bertanggung jawab untuk mencukupi kebutuhan tanggungan

keluarganya. Selain itu, tanggungan keluarga atau dengan kata lain anggota

keluarga memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kegiatan usaha yang

dilakukan oleh seseorang sebab selain merupakan sumber tenaga kerja, juga

sering pula melibatkan anggota keluarga dalam melakukan pengambilan

keputusan sehingga keputusannya merupakan keputusan keluarga. Untuk

mengetahui klasifikasi responden menurut jumlah tanggungan keluarga dapat

dilihat pada Tabel 11:

5
Tabel 11. Klasifikasi Responden Menurut Jumlah Tanggungan Keluarga di Desa
Kalola, Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo, 2015
Jumlah Tanggungan
No Jumlah (Orang) Persentase (%)
Keluarga
1 2 3 4
1 0–1 7 18,42
2 2–3 24 63,16
3 4–5 7 18,42
Jumlah 38 100,00
Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2015.

Pada Tabel 11 terlihat bahwa jumlah tanggungan keluarga terbesar dengan

tingkat presentase 63,16 % terdapat pada responden yang memiliki jumlah

tanggungan keluarga sebanyak 2 - 3 orang. Sedangkan jumlah tanggungan

keluarga terendah dengan tingkat presentase 18,42 % terdapat pada responden

yang memiliki jumlah tanggungan keluarga sebanyak 0 - 1 dan 4 - 5 orang. Hal ini

menunjukkan bahwa rata-rata petani responden hanya memiliki jumlah

tanggungan keluarga sebesar 2 -

3 orang, sehingga jumlah anggota keluarga ini terbilang sedang jika dibandingkan

dengan jumlah tenaga kerja yang diperlukan dalam usahatani. Sehingga banyak

responden yang menggunakan tenaga kerja di luar hubungan keluarga.

5.2 Profil Usahatani

5.2.1 Pengalaman Berusahatani

a. Pengalaman Berusahatani Padi (Monokultur)

Pengalaman berusahatani sangat erat kaitannya dengan umur petani.

Semakin tinggi umur petani maka akan semakin banyak pengalaman yang telah

didapatkan oleh petani tersebut yang akan

5
menuntun petani pada keberhasilan dalam melakukan usataninya. Untuk melihat

pengalaman berusahatani responden dapat dilihat pada Tabel 12 berikut:

Tabel 12. Klasifikasi Responden Menurut Pengalaman Berusahatani di Desa


Kalola, Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo, 2015
Pengalaman
No Jumlah (Orang) Persentase (%)
Berusahatani (tahun)
1 2 3 4
1 10 - 26 19 50,00
2 27 - 43 16 42,11
3 44 - 59 3 7,89
Jumlah 38 100,00
Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2015.

Pada Tabel 12 terlihat bahwa pengalaman responden di Desa Kalola

terbanyak yakni sekitar 50 % terdapat pada responden yang telah berpengalaman

mulai dari 10 – 26 tahun. Sedangkan untuk pengalaman usahatani terendah yakni

sebesar 7,89 % terdapat pada responden dengan lama berusahatani 44 – 59 tahun.

Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata petani responden telah berpengalaman

dalam berusahatani padi, sehingga petani memahami yang mana usahatani yang

dapat diterapkan atau tidak.

b. Pengalaman Berusahatani Mina Padi

Pengalaman berusahatani mina padi sangat menentukan seberapa besar

tingkat keberhasilan yang didapatkan oleh petani dalam melakukan usahatani

mina padi. Semakin lama petani berusahatani, maka semakin banyak pengalaman

yang diterima petani yang akan menuntun petani

untuk lebih dan mampu dalam hal mengatasi kendala-kendala yang

5
dihadapi petani. Sehingga tingkat keberhasilan dari mina padi yang diterapkan

oleh petani dapat meningkat. Untuk melihat pengalaman berusahatani mina padi

oleh responden dapat dilihat pada Tabel 13:

Tabel 13. Klasifikasi Responden Menurut Pengalaman Berusahatani Mina Padi


di Desa Kalola, Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo, 2015
Pengalaman
No Jumlah (Orang) Persentase (%)
Berusahatani (tahun)
1 2 3 4
1 1 - 1,5 10 26,32
2 2 - 2,5 21 55,26
3 3 -4 7 18,42
Jumlah 38 100,00
Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2015.

Pada Tabel 13 terlihat bahwa pengalaman petani responden di Desa

Kalola berusahatani mina padi adalah mulai dari

1 tahun sampai pada 4 tahun. Dengan tingkat persentase tertinggi terdapat pada

lama berusahatani mulai dari 2 tahun sampai pada 2,5 tahun. Lama berusahatani

ini masih sangat minim dibandingkan dengan lamanya petani berusahatani padi.

Selain itu, lama berusahatani mina padi juga menjadi alasan mengapa petani

beralih dari mina padi ke non mina padi karena petani belum memiliki

pengalaman yang cukup sehingga mendorong peralihan usahatani.

Pengalaman berusahatani mina padi dimulai pada tahun 2000 dan

sampai pada tahun 2010. Karakteristik tahun beralihnya petani dari usahatani

mina padi ke non mina padi dapat dilihat pada Tabel 14:

5
Tabel 14. Karakteristik Tahun Beralihnya Responden di Desa Kalola, Kecamatan
Maniangpajo, Kabupaten Wajo, 2015
No Tahun Beralih Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 2 3 4
1 2010 1 2,63
2 2009 3 7,89
3 2008 6 15,79
4 2007 12 31,58
5 2006 5 13,16
6 2005 4 10,53
7 2004 2 5,26
8 2003 4 10,53
9 2000 1 2,63
Jumlah 38 100,00
Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2015.

Pada Tabel 14 terlihat bahwa petani responden beralih mulai dari tahun

2000 sampai pada tahun 2010. Hal ini menunjukkan bahwa petani responden tidak

beralih secara serentak, yang menyebabkan bahwa peralihan ini tidak disebabkan

oleh satu faktor saja, melainkan beberapa faktor. Tingkat persentase peralihan

petani responden dari mina padi ke non mina padi terbesar terdapat pada tahun

2007, karena sebanyak 12 atau sebesar 31, 58 % responden tidak lagi

membudidayakan mina padi.

5.2.2 Luas lahan

Luas lahan sangat menentukan tingkat pendapatan dari petani itu sendiri.

Semakin luas lahan petani maka akan semakin besar pendapatan yang diperoleh

oleh petani tersebut. Akan tetapi, tidak selamanya luas lahan tersebut akan

memberi pendapatan yang tinggi pula, hal ini disebabkan karena tidak semua

lahan pertanian tersebut produktif.

Sehingga lahan yang produktif yang akan memberikan pendapatan yang

5
tinggi bagi petani. Untuk melihat bagaimana karakteristik dari luas lahan yang

dimiliki oleh petani dapat dilihat pada Tabel 15:

Tabel 15. Karakteristik Luas Lahan Responden di Desa Kalola,


Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo, 2015
No Luas Lahan (Ha) Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 2 3 4
1 0,1 - 1,3 32 84,21
2 1,4 - 2,6 5 13,16
3 2,7 – 4 1 2,63
Jumlah 38 100,00
Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2015.

Pada Tabel 15 terlihat bahwa luas lahan yang dimiliki oleh responden

terbilang rendah. Ini disebabkan karena tingkat persentase terbesar terdapat

pada luas lahan yang berkisar antara 0,1 - 1,3 Ha yakni sebesar 84,21

% atau sekitar 32 responden yang memiliki lahan yang terbilang rendah. Luas

lahan yang rendah ini disebabkan karena banyaknya orang tua dari responden

yang telah menjual lahan pertanian mereka. Selain itu, hanya beberapa responden

yang memiliki lahan yang rendah karena tidak mampunya petani untuk membeli

lahan yang lebih luas.

5.3 Gambaran Usahatani Mina Padi

Jenis Mina Padi

Ada begitu banyak jenis mina padi yang saat ini berkembang. Mina padi

bukan hanya membudidayakan ikan bersamaan dengan penanaman padi di

sawah atau lebih sering dikenal dengan istilah tumpang sari.

Melainkan mina padi saat ini telah berkembang misalnya mina padi

5
sebagai penyelang dimana ikan dibudidayakan pada saat lahan telah digarap dan

menunggu benih disemaikan, tumpang sari dimana ikan dibudidayakan bersamaan

dengan penanaman padi di sawah, ”palawija” dimana ikan merupakan pengganti

tanaman palawija, yang dibudidayakan setelah padi selesai panen dan menunggu

pada masa tanam selanjutnya, maupun ”parlabek” dimana ikan dibudidayakan

bersama padi dan bebek. Untuk melihat jenis mina padi apa saja yang digunakan

oleh responden dapat dilihat pada Tabel 16:

Tabel 16. Klasifikasi Responden Menurut Jenis Mina Padi di Desa Kalola,
Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo, 2015
No Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 2 3 4
1 Tumpang Sari 10 26,32
2 ”Palawija” 28 73,68
Jumlah 38 100,00
Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2015.

Pada Tabel 16 terlihat bahwa hanya terdapat dua jenis mina padi yang

dibudidayakan oleh petani responden, yakni tumpang sari dan ”palawija”.

Sedangkan untuk jenis mina padi sebagai penyelang dan parlabek tidak

dibudidayakan oleh petani responden yang ada di Desa Kalola. Dengan

persentase terbesar terdapat pada jenis mina padi sebagai pengganti ”palawija”

yakni sebesar 73,68 % atau sekitar 28 responden. Petani responden yang

membudidayakan jenis mina padi sebagai pengganti ”palawija” mengatakan

bahwa petani di Desa Kalola ini

tidak membudidayakan tanaman palawija setelah satu masa panen,

6
melihat lahan yang hanya kosong dan tidak dibudidayakan, maka petani

mengambil inisiatif untuk melakukan mina padi tersebut. Meski saat ini hal

tersebut telah ditinggalkan oleh petani di Desa Kalola ini.

Selain itu terdapat 10 responden atau sekitar 26,32 % responden yang

memilih membudidayakan mina padi sebagai tumpang sari. Berdasarkan hal

tersebut dilihat bahwa tingkat persentase yang memilih mina padi sebagai

tumpang sari lebih rendah dibanding dengan responden yang memilih

membudidayakan mina padi sebagai pengganti ”palawija”. Hal ini disebabkan

karena tingginya tingkat kematian bagi ikan yang petani budidayakan. Responden

menuturkan bahwa ketika padi terserang hama maka akan melakukan

penyemprotan terhadap padi, yang otomatis akan memberi dampak pada ikan

yang masih berada di dalam persawahan ketika menggunakan sistem tumpang

sari. Salah satu dampak yang sangat merugikan petani adalah matinya ikan-ikan

yang dibudidayakan oleh petani yang ada di Desa Kalola atau gagal panennya

ikan tersebut.

5.4 Faktor-faktor yang Menyebabkan Petani Beralih dari Sistem

Mina Padi ke Non Mina Padi

Ada empat faktor utama yang menjadi alasan mengapa petani di Desa

Kalola meninggalkan sistem mina padi dan beralih untuk tidak lagi

membudidayakan mina padi. Keempat faktor tersebut adalah faktor alam, faktor

ekonomi, faktor lingkungan dan faktor teknis. Untuk melihat hasil

dari wawancara dan kuesioner dapat dilihat pada Tabel 17 berikut:

6
Tabel 17. Faktor mengapa petani beralih dari mina padi ke non mina padi di Desa
Kalola, Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo, 2015
Jumlah Persentase
No Faktor Petani Beralih
(Orang) (%)
1 2 3 4
1 Faktor Alam
a. beralih dari mina padi ke non mina padi 8 21,05
karena tingginya serangan hama dan
penyakit pada padi
28 73,68
b. beralih dari mina padi ke non mina padi
karena tingginya serangan hama pada ikan
Jumlah 36 94,73
2 Faktor Ekonomi
beralih dari mina padi ke non mina padi 12 31,57
karena pendapatan yang cenderung
turun
Jumlah 12 31,57
3 Faktor Lingkungan
beralih dari mina padi ke non mina padi 12 31,57
karena penggunaan pupuk dan pestisida
yang menyebabkan air dan tanah tercemar
Jumlah
12 31,57
4 Faktor Teknis
beralih dari mina padi ke non mina padi 4 10,52
karena kondisi pematang sawah yang
telah rubuh
Jumlah 4 10,52
Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2015.

5.4.1 Faktor Alam

Faktor alam menjadi alasan utama petani meninggalkan usahatani mina

padi. Faktor alam terdiri dari 3 indikator yakni pertama petani beralih dari mina

padi ke non mina padi karena banyaknya serangan hama dan

penyakit pada tanaman padi, kedua petani beralih dari mina padi ke non

6
mina padi karena banyaknya serangan hama pada ikan dan ketiga adalah petani

beralih dari mina padi ke non mina padi karena tingginya bencana alam yang

melanda usahatani responden.

Pada Tabel 17 terlihat bahwa dari 38 responden yang menjadi objek

penelitian, sebanyak 36 responden atau sebesar 94,73 % yang menyatakan bahwa

faktor alam yang menyebabkan petani beralih dari mina padi ke non mina padi.

Dengan tingkat persentase tertinggi yakni pada petani beralih dari mina padi ke

non mina padi karena tingginya serangan hama pada ikan yakni sebesar 73,68 %.

Hal ini disebabkan karena banyaknya hama yang berupa biawak, ular maupun

burung yang menyebabkan petani tidak lagi menerapkan sistem mina padi. Selain

itu faktor lainnya yang menjadi penyebab petani beralih adalah karena tingginya

serangan hama dan penyakit pada tanaman padi. Serangan hama dan penyakit ini

sangat memberi pengaruh pada hasil dari mina padi itu sendiri. Karena petani

akan melakukan pencegahan agar tanaman padi mereka tetap berhasil. Salah satu

langkah yang dilakukan petani adalah melakukan penyemprotan pestisida, yang

menyebabkan air ikut tercemar, sehingga ikan-ikan akan mati.

Selain faktor hama dan penyakit, salah satu yang menjadi indikator

pada beralihnya petani dari mina padi ke non mina padi adalah karena bencana

alam. Alasan ini tidak satupun responden yang memilih,

6
hal ini disebabkan karena bencana alam seperti banjir tidak dapat petani cegah,

meski petani membudidayakan mina padi maupun tidak membudidayakan mina

padi.

5.4.2 Faktor Ekonomi

Faktor ekonomi juga menjadi salah satu alasan mengapa petani beralih

dari sistem mina padi ke non mina padi. Faktor ekonomi ini terdiri atas beberapa

indikator yakni pertama petani beralih karena mahalnya biaya sarana produksi

seperti bibit ikan, beralih karena tidak tersedianya sarana produksi (bibit ikan)

dilokasi terdekat dengan lokasi persawahan, karena kurangnya modal petani untuk

membeli biaya sarana produksi (bibit ikan), serta beralih karena hasil pendapatan

usahatani yang cenderung menurun.

Pada Tabel 17, terlihat bahwa hanya sekitar 12 responden yang memilih

faktor ekonomi sebagai salah satu alasan mengapa petani beralih dari mina padi

ke non mina padi, ini menunjukkan bahwa faktor ekonomi tidak terlalu

berpengaruh terhadap beralihnya petani. Selain itu tiga alasan dari faktor ekonomi

ini tidak terlibat langsung memberi pengaruh pada petani yang beralih, seperti

pada harga bibit yang mahal, dan lokasi yang terjangkau serta modal petani. Ini

tidak menjadi alasan petani untuk beralih karena di Desa Kalola harga bibit

sangat terjangkau, selain itu lokasi pembelian bibit ikan juga dekat dengan lokasi

persawahan, lokasi persawahan dan lokasi pembelian bibit juga berada di

Desa Kalola

sehingga aksesnyapun juga dapat dijangkau dengan mudah.

6
Harga bibit ikan tersebut dapat petani beli dengan harga Rp 700/ekor. Ini

membuktikan bahwa harga bibit ikan sangat terjangkau oleh petani. Bibit dapat

dibeli di toko maupun Kantor Pendederan dan Pembibitan Ikan yang berada di

pinggir jalan poros di Desa Kalola.

Selain itu, ada 12 responden yang memilih alasan beralih karena

pendapatan mereka yang cenderung menurun. Hal ini sesuai dengan yang

diutarakan oleh Bapak Alimin bahwa sebenarnya pendapatan memang terlihat

stabil, akan tetapi biaya variabel yang mereka gunakan selalu petani tambah

seperti penggunaan pupuk urea. Meski pada saat ini penggunaan pupuk bersubsidi

yang tepat dosis telah dikeluarkan aturan penggunaannya, dan petani telah

menerapkannya. Akan tetapi penggunaannya dan penerapannya belum lama

dilakukan oleh petani. Dengan melakukan mina padi sebagian besar akan

mengurangi penggunaan pupuk karena adanya proses timbal balik dari ikan

tersebut yang memakan hama berupa wereng sehingga penggunaan pupuk dan

pestisida dikurangi, akan tetapi selanjutnya penggunaan pupuk dan pestisida

tersebut terus ditambah. Seiring dengan tidak konsistennya petani menerapkan

mina padi ini.

5.4.3 Faktor Lingkungan

Selain faktor alam dan faktor ekonomi yang menyebabkan petani beralih,

faktor lingkunganpun menjadi salah satu penyebab mengapa petani beralih dari

mina padi ke non mina padi.

6
Pada Tabel 17 terlihat bahwa 12 responden memilih faktor lingkungan

sebagai salah satu alasan mengapa petani beralih, yakni sebanyak 12 responden

memilih karena penggunaan pupuk dan pestisida yang menyebabkan air tercemar.

Hal ini menjadi salah satu penyebab petani beralih, responden mengatakan bahwa

bukan hanya air yang ikut tercemar melainkan tanah pula. Hal ini akan

mengakibatkan kerusakan lingkungan karena emisi yang dikeluarkan setelah

pemupukan akan mengacu pada pemanasan global.

Faktor lingkungan ini sangat erat kaitannya dengan faktor alam dalam hal

ini adalah petani beralih dari mina padi ke non mina padi karena tingginya

serangan hama yang menyerang tanaman. Tingginya serangan hama yang

menyerang tanaman padi ini tidak dapat diatasi petani selain melakukan

penyemprotan pada tanaman padi, untuk mencegah gagal panennya tanaman padi.

Faktor alam ini akan memberi dampak pada lingkungan yakni adanya penggunaan

pupuk dan pestisida. Dengan adanya penggunaan pupuk dan pestisida di waktu

petani melakukan mina padi maka akan menyebabkan gagal panennya ikan dalam

mina padi ini. Penggunaan pestisida akan menyebabkan air dan tanah ikut

tercemar, sehingga ikan yang berada dalam satu lokasi dengan padi yang

disemprot tadi akan menerima dampak dari penggunaan pupuk dan pestisida ini.

Misalnya adalah matinya ikan tersebut. Hal inilah yang melandasi petani

sehingga beralih ke sistem non mina padi.

6
5.4.4 Faktor Teknis

Faktor lain yang menyebabkan petani beralih dari mina padi ke non mina

padi adalah faktor teknis yakni pematang sawah yang telah rubuh, akibat derasnya

saluran irigasi yang ada di Desa Kalola.

Pada Tabel 17 terlihat bahwa sekitar 4 responden yang memilih beralih

dari mina padi ke non mina padi karena kondisi pematang sawah yang telah

rubuh. Sebagaimana salah satu langkah yang perlu dilakukan dalam pengelolaan

padi sawah yaitu pengelolaan tanah yang meliputi penggenangan, perbaikan

pematang, pembabatan jerami, pembajakan dan pencangkulan serta pemerataan

permukaan tanah. Akan tetapi di Desa Kalola, menurut beberapa responden

pematang yang dibuat untuk sistem mina padi tersebut kebanyakan telah rubuh.

Hal ini disebabkan karena air yang terus mengalir bergantian yang berasal dari

dua sistem irigasi. Desa Kalola merupakan salah satu Desa yang memiliki sistem

irigasi yang memadai. Desa ini didukung dan dialiri oleh dua sistem irigasi

sekaligus yakni irigasi dari Bendungan Kalola serta Bendungan Bila yang berada

di Kabupaten Sidrap.

Berdasarkan Tabel 17, terlihat bahwa bukan hanya ada satu faktor yang

menyebabkan petani beralih dari mina padi ke non mina padi, melainkan ada

beberapa faktor. Untuk melihat kategori pemilihan petani berdasarkan 4 faktor

yang menyebabkan petani beralih dari usahatani

mina padi ke non mina padi dapat dilihat pada Tabel 18:

6
Tabel 18. Kategori pemilihan petani berdasarkan 4 faktor yang menyebabkan
petani beralih dari mina padi ke non mina padi di Desa Kalola,
Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo,
2015
Jumlah
No Faktor Petani Beralih Persentase (%)
(Orang)
1 2 3 4
1 Faktor alam 14 36,84
2 Faktor ekonomi 2 5,26
3 Faktor alam dan faktor ekonomi 7 18,42
4 Faktor alam dan faktor 9 23,67
lingkungan
5 Faktor alam dan faktor teknis 4 10,53
6 Faktor alam, faktor ekonomi, 2 5,26
faktor lingkunan
Jumlah 38 100
Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2015.

Pada Tabel 18 terlihat bahwa ada 6 kategori yang menjadi alasan mengapa

petani beralih dari mina padi ke non mina padi. Keenam kategori tersebut terdiri

atas 4 faktor, yakni faktor alam, faktor ekonomi, faktor lingkungan dan faktor

teknis. Berdasarkan Tabel 18 terlihat bahwa sebanyak 14 responden atau sekitar

36,84 % memilih faktor alam sebagai alasan mengapa petani beralih dari mina

padi ke non mina padi. Hal ini disebabkan karena faktor alam yang berupa resiko

kegagalan seperti serangan hama pada tanaman padi maupun ikan sangat memberi

pengaruh pada keputusan petani beralih. Faktor lainnya yang menyebabkan petani

beralih dengan indeks frekuensi terendah adalah petani yang memilih faktor

ekonomi atau petani yang memilih faktor alam, faktor ekonomi dan faktor

lingkungan yang menyebabkan

petani beralih yakni sebanyak 2 responden atau sekitar 5,26 %.

6
5.5 Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani

5.5.1 Biaya Usahatani Petani Responden

Biaya merupakan semua bentuk pengeluaran dalam usahatani untuk

mendapatkan hasil yang maksimal dari usahatani tersebut. Misalanya biaya sarana

produksi (benih, pupuk, pestisida), biaya pengeluaran tenaga kerja serta biaya-

biaya lainnya yang dikeluarkan dalam usahatani tersebut.

Biaya yang digunakan dalam proses produksi terbagi atas biaya tetap dan

biaya variabel. Biaya tetap merupakan biaya yang harus dikeluarkan petani yang

tidak mempengaruhi besar atau kecilnya produksi dari usahatani tersebut, seperti

NPA, pajak lahan, iuran air. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang

dikeluarkan berdasarkan besar kecilnya dari produksi usahatani yang dilakukan

petani tersebut, yang termasuk kedalam biaya variabel antara lain adalah biaya

sarana produksi seperti pembelian benih, pupuk, maupun pestisida, serta sewa

traktor.

6
Untuk melihat besarnya biaya yang dikeluarkan petani responden yakni

biaya tetap dan biaya variabel dapat dilihat pada Tabel 19 :

Tabel 19. Perbandingan Jenis Biaya dan Nilai Biaya Usahatani Petani
Responden di Desa Kalola, Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten
Wajo, 2015.
Total Nilai (Rp) Rata-rata (Rp)
No Jenis Biaya Non
Non Mina Mina
Mina Padi Mina
Padi Padi
Padi
1 2 3 4 5 6
1 Biaya Variabel
-Sarana Produksi 59.505.000 44.506.500 1.565.921 1.171.224
-Sewa Traktor/Bensin 11.671.600 11.671.600 307.147 307.147
-Tenaga Kerja 104.060.500 102.657.500 2.738.434 2.701.513
Jumlah biaya 167.808.100 158.835.600 4.416.003 4.179.884
variabel
2 Biaya Tetap
-NPA 7.800.832 7.557.832 205.285 198.890
-Pajak lahan 1.660.000 1.660.000 43.684 43.684
Jumlah biaya tetap 9.217.832 9.217.832 242.574 242.574
3 Total Biaya 177.025.932 168.053.432 4.658.577 4.422.458
Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2015.

Pada Tabel 19 terlihat bahwa total biaya usahatani yang dikeluarkan oleh

petani responden mina padi lebih besar dibanding dengan total biaya yang

dikeluarkan oleh petani responden non mina padi yakni sebesar Rp 177.025.932,

dengan rata-rata Rp 4.658.577. Hal ini disebabkan karena adanya biaya tambahan

yang dikeluarkan petani responden mina padi, seperti biaya pakan dan biaya benih

ikan.

5.5.2 Penerimaan dan Pendapatan Petani Responden

Penerimaan usahatani diperoleh dari hasil kali jumlah produk yang

diperoleh dengan harga produk yang diterima oleh petani responden. Sedangkan

pendapatan diperoleh dari selisih antara penerimaan dengan

7
biaya usahatani yang dikeluar petani responden. Untuk melihat nilai penerimaan

dan pendapatan petani responden dapat dilihat pada Tabel 20 berikut:

Tabel 20. Perbandingan Nilai Penerimaan, Total Biaya dan Pendapatan Usahatani
Petani Responden di Desa Kalola, Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten
Wajo, 2015
Total Nilai (Rp) Rata-rata (Rp)
No Uraian
Non Mina Non Mina
Mina Padi Padi Mina Padi Padi
1 2 3 4 5 6
1 Penerimaan 773.325.000 763.680.000 20.350.658 20.096.842
2 Total Biaya 177.025.932 168.053.432 4.658.577 4.422.458
3 Pendapatan 596.299.068 595.626.568 15.692.081 15.674.383
Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2015.

Pada Tabel 20 terlihat bahwa pendapatan usahatani mina padi lebih besar

dibanding dengan usahatani non mina padi. Pendapatan usahatani mina padi

sebesar Rp 596.299.068 dengan rata-rata Rp 15.692.081 sedangkan

pendapatan usahatani non mina padi sebesar Rp 595.626.568 dengan tingkat rata-

rata Rp 15.674.383.

7
VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah

 Ada empat faktor yang menyebabkan petani beralih dari mina padi ke non

mina padi antara lain adalah faktor alam, faktor ekonomi, faktor lingkungan

dan faktor teknis. Faktor alam terdiri atas indikator pertama petani beralih dari

mina padi ke non mina padi karena tingginya serangan hama dan penyakit

pada ikan, kedua petani beralih dari mina padi ke non mina padi karena

tingginya serangan hama dan penyakit pada tanaman padi. Faktor ekonomi

terdiri atas indikator petani beralih dari mina padi ke non mina padi karena

pendapatan yang cenderung menurun. Faktor lingkungan terdiri atas indikator

petani beralih dari mina padi ke non mina padi karena penggunaan pupuk dan

pestisida. Faktor teknis terdiri atas indikator petani beralih dari mina padi ke

non mina padi karena karena pematang sawah yang telah rubuh.

 Pendapatan usahatani saat petani menerapkan sistem mina padi lebih besar

dibandingkan saat petani menerapkan sistem non mina padi.

7
6.2 Saran

Adapun saran dari penelitian ini adalah semoga sistem mina padi ini

mampu diterapkan kembali oleh masyarakat di Desa Kalola, melihat peluang yang

dimiliki dari segi teknis yakni irigasi. Akan tetapi perlu ditingkatkan dan

diberdayakan bagaimana cara mengatasi kendala- kendala yang dihadapi guna

mengurangi resiko kegagalan.

7
DAFTAR PUSTAKA

Afrianto dan Liviawaty. 1998. Beberapa Metode Budidaya ikan Kanisius

Arikunto. 2002. Prosedur Suatu Penenlitian : Pendekatan Praktek. Edisi


Revisi. Rineka Cipta. Jakarta.

Ardhianti, T. W. 1998. Analisis Perbandingan Pendapatan Petani Intensifikasi


Mina Padi dengan Petani Padi di Desa Maccile, Kecamatan Lalabata,
Kabupaten Soppeng. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian
dan Kehutanan. UNHAS.

Atmosudirjo S. P. 1982. Beberapa Pandangan Umum tentang Pengambilan


Keputusan. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Deliarnov. 2006. Ekonomi Politik. Erlangga. Jakarta.

Hernanto, F. 1996. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.

Ismayani, A. R. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi dan P endapatan

Petani Padi Sawah. Studi Kasus di Kelurahan Maccini Baji,


Kecamatan Lau, Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan. Jurusan
Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. UNHAS. 2012.

Miswar. 2009. Faktor-faktor yang mempengaruhi beralihnya petani dari usahatani


kopi ke usahatani bawang merah. Studi kasus petani di Desa Pandung Batu,
Kecamatan Baraka, Kabupaten Enrekang, Provinsi Sulawesi Selatan.
Skripsi Sosial Ekonomi Pertanian. UNHAS.

Sahabuddin. 1992. Pengaruh Tinggi Penggenangan dan Frekuensi Pemberian Air


terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi dan Ikan. Skripsi Jurusan
Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian. UNHAS.

Soetriono. 2006. Daya Saing Pertanian Dalam Tinjauan Analisis.


Bayumedia Publishing. Malang

Suharti, D. 2003. Kebiasaan Makanan, Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup


Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio) pada Budi Daya Sistem Mina Padi
di Cisaat, Sukabumi. Skripsi Program Studi Manajemen Sumberdaya
Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB.

xv
Suratiyah, K. 2006. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.

Suratiyah. 2008. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.

Susanti, L.W. 2008. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan


Petani Dalam Penerapan Pertanian Padi Organik di Desa Sukorejo
Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen. Fakultas Pertanian. Universitas
Sebelas Maret.

Soekartawi. 2003. Analisis Usahatani. Penerbgggit Universitas Indonesia.


Jakarta.

Tiku, G.V. 2008. Analisis Pendapatan Usahatani Padi Sawah Menurut Sistem
Mina Padi dan Sistem Non Mina Padi pada Desa Tapos I dan Desa Tapos II,
Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Skripsi Program Studi
Agribisnis. Fakultas Pertanian, IPB.

Widiasanti, K. 2006. Evaluasi Produksi dan Faktor-faktor yang Mempengruhi


Pendapatan Petani Nira Nipah (Nipah fructicans Wormb). Skripsi Jurusan
Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian. UNHAS.

Yamin, M. dan J. Haryadi. 2013. www.aquaculture-mai.org. Mina Padi sebagai


Ketahanan Pangan dan Wisata Lingkungan.

xi
Lampiran 1. Identitas Petani Responden Desa Kalola, Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo, 2015.
Pengalaman
Posisi Jumlah Pekerjaan berusahatani Luas Lahan (Ha) Lama
Nama Jenis Mina Jenis Umur
No dalam Alamat Pendidikan tanggungan Berpindah
Responden Padi Kelamin (tahun) Padi Mina
keluarga keluarga utama sampingan padi Milik Sakap Garap (thn)

1 Agus Salim Palawija L 47 Kepala RT Awatanae Tamat SD 2 Petani 25 2 0.1 8


2 Burhan Palawija L 28 Kepala RT Awatanae Tamat SD 3 Petani 15 2 0.8 8
3 Gemmi Palawija P 59 Kepala RT Awatanae Tidak tamat SD 2 Petani 27 2 0.5 15
4 Tanra Palawija L 46 Kepala RT Kalola Tamat SD 4 Petani 16 3 0.7 7
5 Bahri Tumpang sari L 48 Kepala RT Kalola Tamat SD 3 Petani 30 1 1 9
6 H. Alide Palawija L 49 Kepala RT Kalola Tamat SLTA 4 Petani 27 2.5 2 11
7 Ambo Ecce Palawija L 41 Kepala RT Kalola Tamat SLTA 2 Petani 22 2.5 0.7 12
8 Masa Intang Palawija P 47 Kepala RT Kalola Tamat SD 1 Petani 18 3.5 1 5
9 Dongki Palawija L 58 Kepala RT Kalola Tamat SD 3 Petani 30 2 1 11
10 Senna Palawija P 77 Kepala RT Kalola Tidak tamat SD 1 Petani 59 1.5 0.5 12
11 Laoja Tumpang sari L 49 Kepala RT Kalola Tamat SD 3 Petani 17 3 0.4 7
12 Habe Palawija L 60 Kepala RT Kalola Tamat SD 3 Petani 32 1 2 9
13 Nurung Palawija L 59 Kepala RT Awatanae Tidak tamat SD 2 Petani 22 1 0.3 9
14 Firman Palawija L 32 Kepala RT Awatanae Tamat SLTA 0 Petani 12 2 0.5 7
15 H. Sake Tumpang sari L 69 Kepala RT Kalola Tidak tamat SD 2 Petani 33 2 2 8
16 Mulyadi Palawija L 61 Kepala RT Awatanae Tamat SD 4 Petani 37 1 0.3 8
17 H. Alimin Palawija L 56 Kepala RT Kalola Tamat SD 3 Petani Peternak 37 3 4 7
18 Laho Palawija L 54 Kepala RT Kalola Tidak tamat SD 2 Petani 47 2 0.5 6
Anggota
19 Sukri Palawija L 25 RT Kalola Tamat SD 0 Guru Petani 12 2 0.3 8

20 Nono Palawija L 39 Kepala RT Kalola Tamat SD 2 Petani 13 2 0.7 8


21 H. Sulaeman Tumpang sari L 54 Kepala RT Kalola Tamat SD 1 Petani 41 1 0.7 9
22 Mire Palawija L 50 Kepala RT Awatanae Tamat SD 3 Petani 32 2 0.45 8
23 A.Pallawarukka Tumpang sari L 51 Kepala RT Kalola Tamat S1 5 Guru Petani 32 2 1.5 8
24 H. Herman Tumpang sari L 48 Kepala RT Awatanae Tidak tamat SD 4 Petani 27 1 0.7 10
25 Musriadi Tumpang sari L 35 Kepala RT Kalola Tamat SLTA 3 Petani 17 3 0.45 7
Anggota
26 H. Gustan Tumpang sari L 33 Kalola Tamat SD 3 Petani 15 2 0.5 8
RT

x
27 H. Betta Tumpang sari L 67 Kepala RT Kalola Tamat SD 2 Petani 42 2 2.4 8
28 Jaelani Palawija L 61 Kepala RT Kalola Tamat SLTA 0 Petani 45 4 0.8 12
29 Udin Tumpang sari L 45 Kepala RT Kalola Tamat SD 2 Guru Petani 22 2 0.7 10
30 Ridwan Palawija L 31 Kepala RT Kalola Tamat SD 2 Petani 17 3 0.7 7
31 Maing Palawija L 29 Kepala RT Kalola Tamat SD 4 Petani 16 2 0.4 6
32 Sudirman Palawija L 40 Kepala RT Kalola Tamat SD 3 Petani 25 2 0.8 8
33 Saripuddin Palawija L 41 Kepala RT Awatanae Tamat SD 3 Petani 27 1 0.6 10
34 Yunus Palawija L 58 Kepala RT Kalosi Tamat SD 4 Petani 32 2 0.4 8
35 lasidah Palawija P 75 Kepala RT Kalola Tidak tamat SD 3 Petani Peternak 32 2.5 0.4 12
36 Abdul Hakim Palawija L 49 Kepala RT Kalola Tamat SD 3 Petani 22 1 0.3 10
37 Rusli Ramlah Palawija L 60 Kepala RT Kalola Tamat SLTP 3 Petani 21 1 0.6 9
38 Sugiyanto Palawija L 22 Kepala RT Kalola Tamat SD 1 Petani 10 2 0.5 6
Jumlah 1853 95 1006 32 331
Rata-rata 48.8 2.5 26.47 0.8 8.71

x
Lampiran 2. Jumlah Produksi, Biaya dan Pendapatan Petani Responden Non Mina Padi di Desa Kalola,
Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo, 2015.

Biaya
Jumlah Harga Penerimaan Biaya Pendapatan
Responden Variabel
Produksi (Kg) (Rp) (Rp) Tetap (Rp)
(Rp)
(Rp)
1 700 3.600 2.520.000 696.875 20.000 1.803.125
2 5.500 3.600 19.800.000 4.124.200 233.333 15.442.467
3 3.500 3.600 12.600.000 2.160.125 245.833 10.194.042
4 5.000 3.600 18.000.000 3.903.775 172.500 13.923.725
5 6.500 3.600 23.400.000 4.997.750 564.333 17.837.917
6 13.000 3.600 46.800.000 10.155.500 390.000 36.254.500
7 5.000 3.600 18.000.000 3.903.775 175.000 13.921.225
8 6.500 3.600 23.400.000 4.997.750 281.500 18.120.750
9 6.500 3.600 23.400.000 4.997.750 581.333 17.820.917
10 3.500 3.600 12.600.000 2.192.625 157.500 10.249.875
11 1.700 3.600 6.120.000 2.260.625 57.500 3.801.875
12 13.000 3.600 46.800.000 9.895.500 348.500 36.556.000
13 2.000 3.600 7.200.000 1.590.000 47.500 5.562.500
14 1.800 3.600 6.480.000 2.671.875 46.667 3.761.458
15 13.000 3.600 46.800.000 9.895.500 632.667 36.271.833
16 2.000 3.600 7.200.000 1.590.000 47.500 5.562.500
17 26.000 3.600 93.600.000 9.435.000 1.909.333 82.255.667
18 3.500 3.600 12.600.000 2.906.875 57.500 9.635.625
19 1.300 3.600 4.680.000 1.105.000 41.250 3.533.750
20 5.000 3.600 18.000.000 4.781.875 67.500 13.150.625
21 5.000 3.600 18.000.000 4.751.875 64.000 13.184.125
22 1.800 3.600 6.480.000 1.916.375 56.000 4.507.625
23 10.000 3.600 36.000.000 7.652.250 607.667 27.740.083
24 5.000 3.600 18.000.000 3.903.775 358.333 13.737.892
25 3.000 3.600 10.800.000 2.536.375 68.333 8.195.292
26 3.500 3.600 12.600.000 2.192.625 343.333 10.064.042
27 16.000 3.600 57.600.000 11.681.150 657.667 45.261.183
28 5.500 3.600 19.800.000 5.095.000 61.500 14.643.500
29 5.000 3.600 18.000.000 4.033.775 202.250 13.763.975
30 5.000 3.600 18.000.000 4.033.775 202.333 13.763.892
31 1.500 3.600 5.400.000 2.240.625 49.167 3.110.208
32 5.500 3.600 19.800.000 5.095.000 102.500 14.602.500
33 4.500 3.600 16.200.000 3.065.000 100.000 13.035.000
34 3.000 3.600 10.800.000 2.423.125 51.000 8.325.875
35 3.000 3.600 10.800.000 2.423.125 46.500 8.330.375
36 2.000 3.600 7.200.000 1.590.000 35.000 5.575.000
37 4.500 3.600 16.200.000 3.097.500 73.333 13.029.167
38 3.500 3.600 12.000.000 2.841.875 61.667 9.096.458
Jumlah 212.300 763.680.000 158.835.600 9.217.832 595.626.568
Rata-rata 5.587 20.096.842 4.179.884 242.575 15.674.383

xx
Lampiran 3. Jumlah Produksi, Biaya dan Pendapatan Petani Responden Mina Padi di Desa Kalola,
Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo, 2015.

Jumlah Jumlah
Harga Harga Penerimaan Biaya Biaya Tetap Pendapatan
Responden Produksi Produksi
(Rp) (Rp) (Rp) Variabel (Rp) (Rp) (Rp)
Padi (Kg) Ikan (Kg)
1 700 3.600 70 1,500 2,625,000 1,084,875 25,000 1,515,125
2 5.500 3.600 350 1,000 20,150,000 4,142,950 243,333 15,763,717
3 3.500 3.600 200 1,000 12,800,000 2,160,125 250,833 10,389,042
4 5.000 3.600 200 1,500 18,300,000 4,035,025 172,500 14,092,475
5 6.500 3.600 200 1,000 23,600,000 4,642,750 574,333 18,382,917
6 13.000 3.600 400 1,000 47,200,000 10,180,500 400,000 36,619,500
7 5.000 3.600 200 1,500 18,300,000 4,035,025 180,000 14,084,975
8 6.500 3.600 150 1,500 23,625,000 4,997,750 291,500 18,335,750
9 6.500 3.600 200 1,000 23,600,000 4,997,750 586,333 18,015,917
10 3.500 3.600 250 1,000 12,850,000 2,162,625 160,500 10,526,875
11 1.700 3.600 200 1,500 6,420,000 2,186,125 65,000 4,168,875
12 13.000 3.600 300 1,000 47,100,000 9,920,500 358,500 36,821,000
13 2.000 3.600 210 1,000 7,410,000 1,614,375 52,500 5,743,125
14 1.800 3.600 250 1,500 6,855,000 2,671,875 56,667 4,126,458
15 13.000 3.600 320 1,500 47,280,000 9,300,500 632,667 37,346,833
16 2.000 3.600 220 1,000 7,420,000 1,614,375 60,000 5,745,625
17 26.000 3.600 220 1,500 93,930,000 9,435,000 1,911,833 82,583,167
18 3.500 3.600 200 1,000 12,800,000 2,906,875 62,500 9,830,625
19 1.300 3.600 250 1,500 5,055,000 1,129,375 46,250 3,879,375
20 5.000 3.600 150 1,500 18,225,000 4,913,125 80,000 13,231,875
21 5.000 3.600 300 1,000 18,300,000 4,709,125 64,000 13,526,875
22 1.800 3.600 200 1,000 6,680,000 1,916,375 61,000 4,702,625
23 10.000 3.600 200 1,000 36,200,000 7,498,500 620,167 28,081,333
24 5.000 3.600 300 1,000 18,300,000 3,678,775 363,333 14,257,892
25 3.000 3.600 250 1,500 11,175,000 2,429,375 73,333 8,672,292
26 3.500 3.600 300 1,500 13,050,000 2,030,125 350,833 10,669,042
27 16.000 3.600 150 1,500 57,825,000 11,367,400 667,667 45,789,933
28 5.500 3.600 100 1,000 19,900,000 5,113,750 66,500 14,719,750
29 5.000 3.600 200 1,000 18,200,000 3,762,525 212,250 14,225,225
30 5.000 3.600 150 1,000 18,150,000 4,058,775 212,333 13,878,892
31 1.500 3.600 200 1,000 5,600,000 2,240,625 49,167 3,310,208
32 5.500 3.600 100 1,000 19,900,000 5,113,750 112,500 14,673,750
33 4.500 3.600 100 1,000 16,300,000 3,083,750 102,500 13,113,750
34 3.000 3.600 300 1,000 11,100,000 2,423,125 58,500 8,618,375
35 3.000 3.600 300 1,000 11,100,000 2,423,125 51,500 8,625,375
36 2.000 3.600 250 1,000 7,450,000 1,614,375 45,000 5,790,625
37 4.500 3.600 200 1,000 16,400,000 3,116,250 75,833 13,207,917
38 3.500 3.600 150 1,000 12,150,000 2,841,875 64,167 9,243,958
Jumlah 212.300 773,325,000 157,553,100 9,460,832 606,311,068
Rata-rata 5.587 20,350,658 4,146,134 248,969 15,955,554

xx
Lampiran 4. Biaya Saprodi Petani Responden Non Mina Padi di Desa Kalola, Kecamatan Maniangpajo, Kab.Wajo, 2015.

Benih Urea NPK Spontan Virtako Monster Boster


Responden Jumlah Biaya Jumlah Biaya Jumlah Biaya Jumlah Biaya Jumlah Biaya Jumlah Biaya Jumlah Biaya
(Kg) (Rp) (Kg) (Rp) (Kg) (Rp) (l) (Rp) (l) (Rp) (l) (Rp) (l) (Rp)
1 5 7000 15 1900 30 2100 0.25 60000 - 0.25 30000 -
2 40 7000 120 1900 240 2100 1 60000 - 1 30000 0.5 65000
3 25 7000 75 1900 150 2100 0.5 60000 - 0.5 30000 -
4 35 7000 105 1900 210 2100 1 60000 - 0.5 30000 0.5 65000
5 50 7000 150 1900 300 2100 1 60000 - 1 30000 1 65000
6 100 7000 300 1900 600 2100 - 2 190000 2 30000 2 65000
7 35 7000 105 1900 210 2100 1 60000 - 0.5 30000 0.5 65000
8 50 7000 150 1900 300 2100 1 60000 - 1 30000 1 65000
9 50 7000 150 1900 300 2100 1 60000 - 1 30000 1 65000
10 25 7000 75 1900 150 2100 0.5 60000 - 0.5 30000 0.5 65000
11 20 7000 60 1900 120 2100 0.5 60000 - 0.5 30000 -
12 100 7000 300 1900 600 2100 2 60000 - 2 30000 2 65000
13 15 7000 45 1900 90 2100 0.5 60000 - 0.5 30000 -
14 25 7000 75 1900 150 2100 0.5 60000 - 0.5 30000 -
15 100 7000 300 1900 600 2100 2 60000 - 2 30000 2 65000
16 15 7000 45 1900 90 2100 0.5 60000 - 0.5 30000 -
17 200 7000 60 1900 120 2100 4 60000 - 4 30000 4 65000
18 25 7000 75 1900 150 2100 - 0.5 190000 0.5 30000 -
19 15 7000 45 1900 90 2100 0.5 60000 - - -
20 35 7000 105 1900 210 2100 1 60000 - 0.5 30000 0.5 65000
21 35 7000 105 1900 210 2100 0.5 60000 - 0.5 30000 0.5 65000
22 25 7000 70 1900 130 2100 0.5 60000 - 0.5 30000 -
23 75 7000 225 1900 450 2100 - 1 190000 1 30000 1 65000
24 35 7000 105 1900 210 2100 1 60000 - 0.5 30000 0.5 65000
25 25 7000 70 1900 130 2100 0.5 60000 - 0.5 30000 -
26 25 7000 75 1900 150 2100 0.5 60000 - 0.5 30000 0.5 65000

xx
27 125 7000 360 1900 720 2100 2.5 60000 - 2 30000 2 65000
28 40 7000 120 1900 240 2100 1 60000 - 1 30000 0.5 65000
29 35 7000 105 1900 210 2100 - 1 190000 0.5 30000 0.5 65000
30 35 7000 105 1900 210 2100 - 1 190000 0.5 30000 0.5 65000
31 20 7000 60 1900 120 2100 0.5 60000 - 0.5 30000 -
32 40 7000 120 1900 240 2100 1 60000 - 1 30000 0.5 65000
33 30 7000 90 1900 180 2100 0.5 60000 - 0.5 30000 -
34 20 7000 60 1900 120 2100 0.5 60000 - 0.5 30000 0.5 65000
35 20 7000 60 1900 120 2100 0.5 60000 - 0.5 30000 0.5 65000
36 15 7000 45 1900 90 2100 0.5 60000 - 0.5 30000 -
37 30 7000 90 1900 180 2100 0.5 60000 - 0.5 30000 0.5 65000
38 25 7000 75 1900 150 2100 0.5 60000 - 0.5 30000 -

xx
Lampiran 5. Biaya Saprodi Petani Responden Mina Padi di Desa Kalola, Kecamatan Maniangpajo, Kab.Wajo, 2015.

Benih Padi Benih ikan Pakan Urea NPK Spontan Virtako Monster Boster
Responden Jumlah Biaya Jumlah Biaya Jumlah Biaya Jumlah Biaya Jumlah Biaya Jumlah Biaya Jumlah Biaya Jumlah Biaya Jumlah Biaya
(Kg) (Rp) (ekor) (Rp) (Kg) (Rp) (Kg) (Rp) (Kg) (Rp) (l) (Rp) (l) (Rp) (l) (Rp) (l) (Rp)
1 5 7000 100 700 10000 15 1900 30 2300 0.25 60000 - 0.25 30000 -
2 40 7000 500 700 1 10000 120 1900 240 2300 1 60000 - 1 30000 0.5 65000
3 25 7000 300 700 10000 75 1900 150 2300 0.5 60000 - 0.5 30000 -
4 35 7000 300 700 10000 105 1900 210 2300 1 60000 - 0.5 30000 0.5 65000
5 50 7000 500 700 1 10000 100 1900 200 2300 0.5 60000 - 1 30000 1 65000
6 100 7000 500 700 1 10000 300 1900 600 2300 - 2 190000 2 30000 2 65000
7 35 7000 300 700 10000 105 1900 210 2300 1 60000 - 0.5 30000 0.5 65000
8 50 7000 250 700 10000 150 1900 300 2300 1 60000 - 1 30000 1 65000
9 50 7000 300 700 10000 150 1900 300 2300 1 60000 - 1 30000 1 65000
10 25 7000 400 700 10000 75 1900 150 2300 60000 - 0.5 30000 0.5 65000
11 20 7000 300 700 10000 45 1900 100 2300 0.5 60000 - 0.5 30000 -
12 100 7000 700 700 2 10000 300 1900 600 2300 2 60000 - 2 30000 2 65000
13 15 7000 450 700 1 10000 45 1900 90 2300 0.5 60000 - 0.5 30000 -
14 25 7000 450 700 1 10000 75 1900 150 2300 0.5 60000 - 0.5 30000 -
15 100 7000 500 700 1 10000 200 1900 450 2300 1 60000 - 2 30000 2 65000
16 15 7000 300 700 10000 45 1900 90 2300 0.5 60000 - 0.5 30000 -
17 200 7000 300 700 10000 60 1900 120 2300 4 60000 - 4 30000 4 65000
18 25 7000 400 700 1 10000 75 1900 150 2300 - 0.5 190000 0.5 30000 -
19 15 7000 450 700 1 10000 45 1900 90 2300 0.5 60000 - - -
20 35 7000 300 700 10000 105 1900 210 2300 1 60000 - 0.5 30000 0.5 65000
21 35 7000 500 700 1 10000 75 1900 170 2300 0.5 60000 - 0.5 30000 0.5 65000
22 25 7000 300 700 1 10000 70 1900 130 2300 0.5 60000 - 0.5 30000 -
23 75 7000 300 700 10000 200 1900 350 2300 - 1 190000 1 30000 1 65000
24 35 7000 450 700 1 10000 75 1900 150 2300 0.5 60000 - 0.5 30000 0.5 65000
25 25 7000 500 700 1 10000 50 1900 100 2300 0.5 60000 - 0.5 30000 -
26 25 7000 500 700 1 10000 50 1900 100 2300 0.5 60000 - 0.5 30000 0.5 65000

xx
27 125 7000 300 700 1 10000 300 1900 600 2300 2 60000 - 2 30000 2 65000
28 40 7000 300 700 10000 120 1900 240 2300 1 60000 - 1 30000 0.5 65000
29 35 7000 450 700 1 10000 75 1900 150 2300 - 0.5 190000 0.5 30000 0.5 65000
30 35 7000 300 700 1 10000 105 1900 210 2300 - 1 190000 0.5 30000 0.5 65000
31 20 7000 300 700 10000 60 1900 120 2300 0.5 60000 - 0.5 30000 -
32 40 7000 250 700 10000 120 1900 240 2300 1 60000 - 1 30000 0.5 65000
33 30 7000 300 700 10000 90 1900 180 2300 0.5 60000 - 0.5 30000 -
34 20 7000 500 700 1 10000 60 1900 120 2300 0.5 60000 - 0.5 30000 0.5 65000
35 20 7000 400 700 1 10000 60 1900 120 2300 0.5 60000 - 0.5 30000 0.5 65000
36 15 7000 500 700 1 10000 45 1900 90 2300 0.5 60000 - 0.5 30000 -
37 30 7000 300 700 10000 90 1900 180 2300 0.5 60000 - 0.5 30000 0.5 65000
38 25 7000 300 700 10000 75 1900 150 2300 0.5 60000 - 0.5 30000 -

xx
Lampiran 6. Pajak/Iuran Petani Responden Non Mina Padi di Desa Kalola, Kecamatan Maniangpajo,
Kabupaten Wajo, 2015.

Pajak/Iuran
Responden NPA (Rp)
Sewa
Mesin Bensin Pajak
Traktor Cangkul Sprayer Sabit Parang Traktor
Panen
1 - - 5.000 - - 5.000 - 10.000
2 160.000 - 13.333 15.000 - 5.000 - 29.200 40.000
3 200.000 - 2.500 5.000 10.000 3.333 - 18.250 25.000
4 100.000 - 2.500 15.000 10.000 5.000 - 21.900 40.000
5 500.000 - 5.000 6.000 3.333 - - 36.500 50.000
6 200.000 - 25.000 40.000 15.000 10.000 - 73.000 100.000
7 100.000 - 5.000 20.000 10.000 - - 21.900 40.000
8 200.000 - 10.000 14.000 7.500 - - 36.500 50.000
9 500.000 - - 25.000 3.333 3.000 - 36.500 50.000
10 100.000 - 2.500 15.000 10.000 5.000 - 18.250 25.000
11 - - 5.000 20.000 5.000 7.500 500.000 - 20.000
12 200.000 - 15.000 15.000 12.500 6.000 - 73.000 100.000
13 - - 2.500 17.500 2.500 10.000 400.000 - 15.000
14 - - 4.167 7.500 5.000 5.000 700.000 - 25.000
15 500.000 - 6.667 15.000 5.000 6.000 - 73.000 100.000
16 - - 2.500 17.500 2.500 10.000 400.000 - 15.000
17 133.333 1.500.000 16.000 40.000 - 20.000 - - 200.000
18 - - 2.500 15.000 10.000 5.000 700.000 - 25.000
19 - - 2.500 17.500 2.500 3.750 - - 15.000
20 - - 5.000 17.500 5.000 - 900.000 - 40.000
21 - - 1.500 17.500 5.000 - 900.000 - 40.000
22 - - 5.000 17.500 3.500 5.000 - - 25.000
23 500.000 - 6.667 15.000 5.000 6.000 - 54.750 75.000
24 280.000 - 5.000 30.000 3.333 - - 21.900 40.000
25 - - 7.500 13.333 10.000 12.500 500.000 - 25.000
26 280.000 - 5.000 30.000 3.333 - - 18.250 25.000
27 500.000 - 6.667 15.000 5.000 6.000 - 94.900 125.000
28 - - 4.000 7.500 - 10.000 1.000.000 - 40.000
29 133.333 - 3.750 16.000 2.500 6.667 - 21.900 40.000
30 133.333 - 1.500 17.500 5.000 5.000 - 21.900 40.000
31 - - 6.667 15.000 2.500 5.000 500.000 - 20.000
32 - - 5.000 47.000 2.500 8.000 1.000.000 - 40.000
33 - - 20.000 30.000 - 20.000 700.000 30.000
34 - - 5.000 17.500 3.500 5.000 500.000 - 20.000
35 - - 4.000 15.000 2.500 5.000 500.000 - 20.000
36 - - 5.000 7.500 - 7.500 400.000 - 15.000
37 - - 8.333 20.000 - 15.000 700.000 - 30.000
38 - - 10.000 4.167 10.000 12.500 700.000 - 25.000

xx
Lampiran 7. Pajak/Iuran Petani Responden Mina Padi di Desa Kalola, Kecamatan Maniangpajo,
Kabupaten Wajo, 2015.

Pajak/Iuran

Responden NPA (Rp)


Sewa
Mesin Bensin Pajak
Traktor Cangkul Sprayer Sabit Parang Waring Traktor
Panen
1 - - 5.000 - - 5.000 5,000 - - 10.000
2 160.000 - 13.333 15.000 - 5.000 10,000 - 29.200 40.000
3 200.000 - 2.500 5.000 10.000 3.333 5,000 - 18.250 25.000
4 100.000 - 2.500 15.000 10.000 5.000 - - 21.900 40.000
5 500.000 - 5.000 6.000 3.333 - 10,000 - 36.500 50.000
6 200.000 - 25.000 40.000 15.000 10.000 10,000 - 73.000 100.000
7 100.000 - 5.000 20.000 10.000 - 5,000 - 21.900 40.000
8 200.000 - 10.000 14.000 7.500 - 10,000 - 36.500 50.000
9 500.000 - - 25.000 3.333 3.000 5,000 - 36.500 50.000
10 100.000 - 2.500 15.000 10.000 5.000 3,000 - 18.250 25.000
11 - - 5.000 20.000 5.000 7.500 7,500 500.000 - 20.000
12 200.000 - 15.000 15.000 12.500 6.000 10,000 - 73.000 100.000
13 - - 2.500 17.500 2.500 10.000 5,000 400.000 - 15.000
14 - - 4.167 7.500 5.000 5.000 10,000 700.000 - 25.000
15 500.000 - 6.667 15.000 5.000 6.000 - - 73.000 100.000
16 - - 2.500 17.500 2.500 10.000 12,500 400.000 - 15.000
1.500.00
17 133.333 0 16.000 40.000 - 20.000 2,500 - - 200.000
18 - - 2.500 15.000 10.000 5.000 5,000 700.000 - 25.000
19 - - 2.500 17.500 2.500 3.750 5,000 - - 15.000
20 - - 5.000 17.500 5.000 - 12,500 900.000 - 40.000
21 - - 1.500 17.500 5.000 - - 900.000 - 40.000
22 - - 5.000 17.500 3.500 5.000 5,000 - - 25.000
23 500.000 - 6.667 15.000 5.000 6.000 12,500 - 54.750 75.000
24 280.000 - 5.000 30.000 3.333 - 5,000 - 21.900 40.000
25 - - 7.500 13.333 10.000 12.500 5,000 500.000 - 25.000
26 280.000 - 5.000 30.000 3.333 - 7,500 - 18.250 25.000
27 500.000 - 6.667 15.000 5.000 6.000 10,000 - 94.900 125.000
1.000.0
28 - - 4.000 7.500 - 10.000 5,000 00 - 40.000
29 133.333 - 3.750 16.000 2.500 6.667 10,000 - 21.900 40.000
30 133.333 - 1.500 17.500 5.000 5.000 10,000 - 21.900 40.000
31 - - 6.667 15.000 2.500 5.000 - 500.000 - 20.000
1.000.0
32 - - 5.000 47.000 2.500 8.000 10,000 00 - 40.000
33 - - 20.000 30.000 - 20.000 2,500 700.000 30.000
34 - - 5.000 17.500 3.500 5.000 7,500 500.000 - 20.000
35 - - 4.000 15.000 2.500 5.000 5,000 500.000 - 20.000
36 - - 5.000 7.500 - 7.500 10,000 400.000 - 15.000
37 - - 8.333 20.000 - 15.000 2,500 700.000 - 30.000
38 - - 10.000 4.167 10.000 12.500 2,500 700.000 - 25.000

xx
Lampiran 8. Tenaga Kerja Petani Responden Non Mina Padi di Desa Kalola, Kecamatan Maniangpajo,
Kab.Wajo, 2015.

Tenaga Kerja

Responden Pengolahan Lahan Penanaman Pemeliharaan Panen Pasca Panen


Jumlah Biaya Jumlah Biaya Jumlah Biaya Jumlah Biaya Jumlah Biaya
(orang) (HKSP) (orang) (HKSP) (orang) (HKSP) (orang) (HKSP) (orang) (HKSP)
1 1 25.000 1 46.875 1 375.000 1 25.000 7 70.000
2 1 56.250 5 156.250 1 750.000 7 1.440.000 51 510.000
3 1 37.500 3 140.625 1 750.000 5 156.250 5 350.000
4 1 56.250 3 140.625 1 750.000 7 1.440.000 46 460.000
5 1 75.000 5 206.250 1 750.000 7 1.800.000 65 650.000
6 2 150.000 10 412.500 2 1.500.000 14 3.600.000 120 1.200.000
7 1 56.250 3 140.625 1 750.000 5 1.440.000 46 460.000
8 1 75.000 5 206.250 1 750.000 7 1.800.000 65 650.000
9 1 75.000 5 206.250 1 750.000 7 1.800.000 65 650.000
10 1 37.500 3 140.625 1 750.000 5 156.250 35 350.000
11 1 28.125 3 112.500 1 750.000 5 125.000 17 170.000
12 2 150.000 10 412.500 2 1.500.000 14 3.600.000 120 1.200.000
13 1 18.750 2 60.000 1 375.000 3 93.750 20 200.000
14 1 37.500 3 140.625 1 750.000 5 156.250 18 180.000
15 2 150.000 10 412.500 2 1.500.000 14 3.600.000 120 1.200.000
16 1 18.750 2 60.000 1 375.000 3 93.750 20 200.000
17 4 300.000 20 825.000 4 3.000.000 4 300.000 260 2.600.000
18 1 37.500 3 140.625 1 750.000 5 156.250 35 350.000
19 1 18.750 2 60.000 1 375.000 3 93.750 13 130.000
20 1 56.250 3 140.625 1 750.000 7 1.440.000 46 460.000
21 1 56.250 3 140.625 1 750.000 7 1.440.000 46 460.000
22 1 37.500 3 140.625 1 750.000 5 156.250 18 180.000
23 2 112.500 7 262.500 2 1.500.000 7 2.520.000 93 930.000
24 1 56.250 3 140.625 1 750.000 5 1.440.000 46 460.000
25 1 37.500 3 140.625 1 750.000 5 156.250 30 300.000
26 1 37.500 3 140.625 1 750.000 5 156.250 35 350.000
27 2 225.000 12 506.250 2 1.500.000 7 4.320.000 148 1.480.000
28 1 56.250 5 156.250 1 750.000 7 1.440.000 51 510.000
29 1 56.250 3 140.625 1 750.000 7 1.440.000 46 460.000
30 1 56.250 3 140.625 1 750.000 7 1.440.000 46 460.000
31 1 28.125 3 112.500 1 750.000 5 125.000 15 150.000
32 1 56.250 5 156.250 1 750.000 7 1.440.000 51 510.000
33 1 56.250 3 112.500 1 750.000 5 156.250 45 450.000
34 1 28.125 3 112.500 1 750.000 5 125.000 30 300.000
35 1 28.125 3 112.500 1 750.000 5 125.000 30 300.000
36 1 18.750 2 60.000 1 375.000 3 93.750 20 200.000
37 1 56.250 3 112.500 1 750.000 5 156.250 45 450.000
38 1 37.500 3 140.625 1 750.000 5 156.250 35 350.000

xx
Lampiran 9. Tenaga Kerja Petani Responden Mina Padi di Desa Kalola, Kecamatan Maniangpajo,
Kab.Wajo, 2015.

Tenaga Kerja

Responden Pengolahan Lahan Penanaman Pemeliharaan Panen Pasca Panen


Jumlah Biaya Jumlah Biaya Jumlah Biaya Jumlah Biaya Jumlah Biaya
(orang) (HKSP) (orang) (HKSP) (orang) (HKSP) (orang) (HKSP) (orang) (HKSP)
1 1 31,500 1 46,875 1 750,000 1 31,500 7 70,000
2 1 75,000 5 156,250 1 750,000 7 1,440,000 51 510,000
3 1 37,500 3 140,625 1 750,000 5 156,250 5 350,000
4 1 75,000 4 146,875 2 843,750 8 1,452,500 46 460,000
5 1 75,000 5 206,250 1 750,000 7 1,800,000 65 650,000
6 3 168,750 11 418,750 2 1,500,000 14 3,600,000 120 1,200,000
7 1 75,000 4 146,875 2 843,750 6 1,452,500 46 460,000
8 1 75,000 5 206,250 1 750,000 7 1,800,000 65 650,000
9 1 75,000 5 206,250 1 750,000 7 1,800,000 65 650,000
10 1 37,500 3 140,625 1 750,000 5 156,250 35 350,000
11 1 28,125 3 112,500 1 750,000 5 125,000 17 170,000
12 3 168,750 11 418,750 2 1,500,000 14 3,600,000 120 1,200,000
13 1 28,125 2 75,000 1 375,000 3 93,750 20 200,000
14 1 37,500 3 140,625 1 750,000 5 156,250 18 180,000
15 2 150,000 10 412,500 2 1,500,000 14 3,600,000 120 1,200,000
16 1 28,125 2 75,000 1 375,000 3 93,750 20 200,000
17 4 300,000 20 825,000 4 3,000,000 4 300,000 260 2,600,000
18 1 37,500 3 140,625 1 750,000 5 156,250 35 350,000
19 1 28,125 2 75,000 1 375,000 3 93,750 13 130,000
20 1 75,000 4 146,875 2 843,750 8 1,452,500 46 460,000
21 1 56,250 3 140,625 2 843,750 8 1,452,500 46 460,000
22 1 37,500 3 140,625 1 750,000 5 156,250 18 180,000
23 3 125,000 8 267,500 3 1,593,750 8 2,532,500 93 930,000
24 1 56,250 3 140,625 1 750,000 5 1,440,000 46 460,000
25 1 37,500 3 140,625 1 750,000 5 156,250 30 300,000
26 1 37,500 3 140,625 1 750,000 5 156,250 35 350,000
27 3 237,500 12 506,250 3 1,593,750 7 4,320,000 148 1,480,000
28 1 75,000 5 156,250 1 750,000 7 1,440,000 51 510,000
29 1 75,000 3 140,625 1 750,000 7 1,440,000 46 460,000
30 1 75,000 4 146,875 1 750,000 7 1,440,000 46 460,000
31 1 28,125 3 112,500 1 750,000 5 125,000 15 150,000
32 1 75,000 5 156,250 1 750,000 7 1,440,000 51 510,000
33 1 75,000 3 112,500 1 750,000 5 156,250 45 450,000
34 1 28,125 3 112,500 1 750,000 5 125,000 30 300,000
35 1 28,125 3 112,500 1 750,000 5 125,000 30 300,000
36 1 28,125 2 75,000 1 375,000 3 93,750 20 200,000
37 1 75,000 3 112,500 1 750,000 5 156,250 45 450,000
38 1 37,500 3 140,625 1 750,000 5 156,250 35 350,000

xx
Lampiran 10. Faktor Penyebab Peralihan Petani Responden di Desa Kalola, Kecamatan Maniangpajo,
Kabupaten Wajo, 2015.

Faktor Penyebab Peralihan


Nama Faktor Faktor
No Faktor Alam Faktor Ekonomi Lingkungan Teknis
Responden
1 2 3 1 2 3 4 1 1
1 Agus Salim YA √ TDK TDK TDK
2 Burhan YA √ TDK TDK TDK
3 Gemmi YA √ YA √ YA √ TDK
4 Tanra YA √ TDK TDK TDK
5 Bahri YA √ YA √ TDK TDK
6 H. Alide YA √ TDK YA √ TDK
7 Ambo Ecce YA √ YA √ YA √ TDK
8 Masa Intang YA √ TDK YA √ TDK
9 Dongki YA √ TDK YA √ TDK
10 Senna YA √ TDK YA √ TDK
11 Laoja YA √ YA √ TDK TDK
12 Habe YA √ TDK TDK TDK
13 Nurung YA √ TDK TDK TDK
14 Firman YA √ YA √ TDK TDK
15 H. Sake YA √ YA √ TDK TDK
16 Mulyadi YA √ TDK TDK TDK
17 H. Alimin YA √ TDK YA √ TDK
18 Laho YA √ TDK YA √ TDK
19 Sukri YA √ TDK TDK TDK
20 Nono TDK YA √ TDK TDK
21 H. Sulaeman YA √ TDK TDK YA √
22 Mire TDK YA √ TDK TDK
23 A.Pallawarukka YA √ TDK YA √ TDK
24 H. Herman YA √ TDK TDK YA √
25 Musriadi YA √ TDK TDK TDK
26 H. Gustan YA √ YA √ YA √ TDK
27 H. Betta YA √ TDK TDK YA √
28 Jaelani YA √ TDK TDK TDK
29 Udin YA √ TDK YA √ TDK
30 Ridwan YA √ TDK TDK TDK
31 Maing YA √ YA √ TDK TDK
32 Sudirman YA √ TDK TDK TDK
33 Saripuddin YA √ YA √ TDK TDK
34 Yunus YA √ TDK TDK YA √
35 Lasidah YA √ YA √ TDK TDK
36 Abdul Hakim YA √ TDK TDK TDK
37 Rusli Ramlah YA √ TDK YA √ TDK
38 Sugiyanto YA √ TDK TDK TDK
Jumlah 36 8 28 0 12 0 0 0 12 12 12 4 4

xx
KUESIONER PENELITIAN
ALASAN PETANI MENGALIHKAN USAHATANINYA
DARI MINA PADI (Budidaya Ikan Bersama Padi) KE NON MINA PADI

No. Responden
Jenis Mina Padi :
: Penyelang/Tumpang sari/Palawija/Parlabek
A. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama Responden :

2. Jenis Kelamin : L / P *) 3. Umur : Tahun

4. Posisi dalam Rumah tangga : Kepala RT/Ibu RT/Anggota RT*)

5. Alamat Domisili :

6. Pendidikan :
Tamat SD/SLTP/SLTA/Dipl/S1*)
Tidak Tamat SD/SLTP/SLTA/Dipl/S1*), sampai Kls/Thn:
7. Jumlah Tanggungan Keluarga : Orang

8. Pekerjaan : Utama :

Sampingan :
9. Pengalaman berusahatani padi : tahun
10. Dalam setahun intensitas pertanaman padi sebanyak:

1 kali Musim Tanam (MT), yakni periode -

2 kali Musim Tanam (MT), yakni periode -


dan -
11. Selain mengusahakan padi sebagai komoditas (utama/sampingan) usahatani, komoditas lain yang
diusahakan serta nilai produksinya per tahun adalah:
Jumlah Harga
Nilai Produksi
Jenis Komoditas Produksi Produksi Keterangan
(Rp/tahun)
(satuan/thn) (Rp/satua)

Total

12. Sudah berapa lama petani beralih dari mina padi ke non mina padi
B. BIAYA DAN PENDAPATAN USAHATANI NON MINA PADI

Jumlah Harga/Satuan Total Nilai


No. Uraian Satuan Fisik (Rp) (Rp)
1. Produksi Padi Kg
Biaya Variabel
2. Saprodi
a. Bibit kg …………. ……………. ………….
b. Pupuk
 Pupuk Kandang kg …………. ……………. ………….
 Urea kg …………. ……………. ………….
 TSP kg …………. ……………. ………….
 KCL kg …………. ……………. ………….
 …………. ……………. ………….
c. Pestisida …………. ……………. ………….
- Spontan …………. ……………. ………….
-
-
3. Sewa traktor
4. Tenaga Kerja
a. Pengolahan Lahan HKSP …………. ……………. ………….
b. Penanaman HKSP …………. ……………. ………….
c. Pemeliharaan HKSP …………. ……………. ………….
b. Panen HKSP …………. ……………. ………….
c. Pasca Panen HKSP …………. ……………. ………….
Biaya Tetap
5. Pajak/iuran
 NPA
 Pajak
 Iuran air
6. Total biaya variabel (2+3+4) =
7. Total biaya tetap (5) =
8. Pendapatan bersih cabang usahatani =(1) – (6+7)

HKSP = Tenaga Kerja x  Hari Kerja x  Jam Kerja x Variabel x


UMP
8
 Peralatan Usahatani yang Dimiliki
Harga Harga Lama
Jumlah NPA
No. Jenis Alat Awal Akhir Pemakaian
(Buah) (Rp)
(Rp) (Rp) (Tahun)

NPA = H arga Awal  H arg a Akhir x alat



Lama Pemakaian
C. BIAYA DAN PENDAPATAN USAHATANI MINA PADI

Jumlah Harga/Satuan Total Nilai


No. Uraian Satuan Fisik (Rp) (Rp)
1. Produksi Padi Kg
Produksi Ikan ekor
Biaya Variabel
2. Saprodi
a. Bibit kg …………. ……………. ………….
b. Pupuk
 Pupuk Kandang kg …………. ……………. ………….
 Urea kg …………. ……………. ………….
 TSP kg …………. ……………. ………….
 KCL kg …………. ……………. ………….
 …………. ……………. ………….
c. Pestisida …………. ……………. ………….
- Spontan …………. ……………. ………….
-
-
d. Benih ikan
e. Pakan
3. Sewa traktor
4. Tenaga Kerja
a. Pengolahan Lahan HKSP …………. ……………. ………….
b. Penanaman HKSP …………. ……………. ………….
c. Pemeliharaan HKSP …………. ……………. ………….
b. Panen HKSP …………. ……………. ………….
c. Pasca Panen HKSP …………. ……………. ………….
Biaya Tetap
5. Pajak/iuran
 NPA
 Pajak
 Iuran air
6. Total biaya variabel (2+3+4) =
7. Total biaya tetap (5) =
8. Pendapatan bersih cabang usahatani =(1) – (6+7)

HKSP = Tenaga Kerja x  Hari Kerja x  Jam Kerja x Variabel x


UMP
8
 Peralatan Usahatani yang Dimiliki
Harga Harga Lama
Jumlah NPA
No. Jenis Alat Awal Akhir Pemakaian
(Buah) (Rp)
(Rp) (Rp) (Tahun)

NPA = H arga Awal  H arg a Akhir x alat



Lama Pemakaian
D. PERSEPSI/PENDAPAT PETANI TENTANG BIAYA DAN PENDAPATAN USAHATANI
1. Sudah berapa lama petani tidak lagi membudidayakan ikan bersama padi di sawah (mina padi)?

2. Bisa memilih lebih dari satu jawaban


Apa alasan petani tidak lagi membudidayakan ikan bersama padi di sawah(mina padi)?
a. Faktor resiko, yakni tingginya serangan hama
b. Faktor resiko, yakni adanya bencana alam
c. Faktor ekonomi, yakni tingginya biaya sarana produksi (bibit ikan, pakan, pupuk, pestisida)
d. Faktor ekonomi, yakni tingginya biaya permulaan (modal awal petani)
e. Faktor ekonomi, yakni pendapatan yang terus menurun
f. Faktor lingkungan, yakni tercemarnya air akibat penggunaan pestisida yang berlebihan yang
menyebabkan ikan mati
g. Faktor lingkungan, yakni kurangnya produktivitas tanah
h. Faktor lingkungan, yakni angin yang berhembus yang membawa hama dan penyakit i.
Alasan lain......................

3. Apakah pendapatan yang didapatkan dari budidaya ikan bersama padi cukup untuk digunakan petani
sampai pada musim panen berikutnya?
a. Ya
b. Tidak
c. Alasannya.............

4. Apakah pendapatan yang didapatkan dari budidaya ikan bersama padi terus menurun dari tahun ke tahun?
a. Ya
b. Tidak
c. Sama

5. Menurut petani biaya yang digunakan saat membudidayakan ikan bersama padi di sawah, apakah lebih
tinggi dibanding setelah petani tidak lagi membudidayakan ikan di sawah?
a. Ya
b. Tidak
c. Sama

6. Menurut petani yang mana lebih menguntungkan saat membudidayakan ikan bersama padi di sawah,
dibanding setelah petani tidak lagi membudidayakan ikan di sawah?
a. Membudidayakan ikan bersama padi di sawah, sekitar Rp.........
b. Tidak lagi membudidayakan ikan di sawah, sekitar Rp...............
c. Alasannya,..........
7. Apakah pendapatan dari budidaya ikan bersama padi (mina padi) cenderung lebih besar dan memerlukan
biaya yang besar dibanding setelah petani tidak lagi membudidayakan ikan di sawah?
a. Ya
b. Tidak
c. Alasannya,...............

8. Apakah pendapatan dari budidaya ikan bersama padi di sawah cenderung lebih besar, akan tetapi
tingkat keberhasilannya rendah?
a. Ya
b. Tidak
c. Alasannya,...............

9. Apakah pendapatan dari usahatani saat ini, yakni setelah petani tidak lagi membudidayakan ikan di sawah
cenderung lebih kecil, tetapi tingkat keberhasilannya besar?
a. Ya
b. Tidak
c. Sama

10. Apakah jumlah bibit ikan yang petani budidayakan dalam sistem mina padi selalu sama saat petani
melakukan panen ikan?
a. Ya
b. Tidak
c. Alasannya,...............

11. Apakah harga bibit ikan di pasaran terjangkau oleh petani ?


a. Ya
b. Tidak
c. Alasannya,...............

12. Apakah bibit ikan tersedia sepanjang petani membutuhkan bibit?


a. Ya
b. Tidak
c. Alasannya,...............

13. Apakah letak petani membeli bibit ikan mudah dijangkau oleh petani ?
a. Ya
b. Tidak
c. Alasannya,...............

14. Gambarkan mengenai tiap pilihan atas pertanyaan no. 2.......

TERIMA KASIH ATAS INFORMASI YANG DIBERIKAN

Anda mungkin juga menyukai