OLEH :
i
PERALIHAN USAHATANI DARI MINA PADI
ii
PANITIA UJIAN SARJANA
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
TIM PENGUJI
iii
ABSTRAK
Kata Kunci : Peralihan, Usahatani, Mina Padi, dan Non Mina Padi
i
ABSTRACT
Sri Hardianti Rosadi, G 211.11 289. The transition from Mina Padi farming
to non Mina Padi (Case of Farmers in the Kalola village, Maniangpajo District,
Wajo regency) under the guidance Rahmadanih and Yopie Lumoindong.
The percentage of analysis results show that there are four factors that
cause farmers to switch from mina rice to non mina rice. Among other natural
factors, economic factors, environmental factors and technical factors. Natural
factors consist of the first indicators of farmers to switch from mina padi to non
mina padi was because to high pest and disease in fish, the two farmers to switch
from mina padi to non mina padi was because to high pests and diseases in rice
plants. Economic factors consisted of indicators of farmers to switch from mina
padi to non mina padi because incomes tend to decline. Environmental factors
consist of indicators of farmers to switch from mina padi to non mina padi because
of the use of fertilizers and pesticides. Technical factors consist of indicators of
farmers to switch from mina padi to non mina padi because the embankment of rice
field was collapsed.
The Results in analysing the farm income showed that the farm income
when farmers apply the system of rice mina greater than when farmers apply the
system of non mina padi.
Keyword: The transition, Farming, Mina Padi, and Non Mina Padi
v
DAFTAR RIWAYAR HIDUP
anak ketiga dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Adri dan Hj. Rosmiati.
Selain itu, penulis juga aktif dalam kepanitiaan yang diadakan oleh MISEKTA
Nasional.
v
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
menyelesaikan skripsi ini sebagai tugas akhir pada Jurusan Sosial Ekonomi
dan salam kepada Junjungan Kita Nabi Muhammad SAW yang telah memberi
Kabupaten Wajo) dibawah bimbingan Dr. Ir. Rahmadanih, M. Si. dan Ir.
Yopie Lumoindong, DES, M.Si. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana pada jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas
pengalaman yang penulis miliki. Oleh karena itu sumbang saran para pembaca
Penulis
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Dalam penyusunan ini tidak terlepas dari adanya dorongan serta bantuan
dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada, Orang tuaku tercinta, Adri, S.Pd.
dan Ibu Hj. Rosmiati, S.Pd. yang telah sekuat tenaga memberikan segalanya
pengorbanan dan cinta kasihnya yang tak pernah lelah memberikan dorongan
menyelesaikan pendidikan serta kakanda dan adik penulis, Ika Prasiska Rosadi,
Ashari Hidayat Rosadi, Rachmat Saputra Rosadi dan Fahresa Anugrawan Rosadi
Pada kesempatan ini juga tak lupa penulis mengaturkan banyak terima
kasih kepada:
1. Dr. Ir. Rahmadanih, M.Si. dan Ir. Yopie Lumoindong, DES. M.Si., selaku
skripsi ini.
2. Prof. Dr. Ir. Didi Rukmana, M.S., dan Dr. Ir. Nurbaya Busthanul, M.Si,
selaku dosen penguji, serta Rusli M. Rukka SP.,M.Si. selaku panitia seminar
skripsi ini.
3. Dr. Muh. Hatta Jamil, SP., M.Si., selaku ketua Jurusan Sosial
Ekonomi Pertanian.
v
4. Letty Fudjaja, SP., M.Si. selaku Penasehat Akademik atas segala nasehat
Ekonomi Pertanian.
Universitas Hasanuddin.
yang telah memberi begitu banyak warna dalam perjalanan hidup penulis
selama kuliah : Risna, Ummi, Lebu, Lulu, Civu, Frety, Asih, Cia, Trian,
Madi, Radin, Tio, Hasma, Ilo, Metry, Sofia, Melda, Budi, Dj, Erny, Kevin,
Tia, Nita, Ulla, Wandi, Lemot, Tuti, Ica, Dipus, Hilman, Tini, Ninda,
Ummy, Fitrah, Eka, Arti, Anna, Revy, SP., Ai, Uchi, Ayu, Mega, Fidi,
Mimi, Achmad, Isak, Agung, Bicul, Ria, Cem, Astri, Tasya, Aif, Jean,
Iccang, Misbah, Ilham, Uppi, Ipe, Risda, Putri, Ammy, Vico, Meli,
Rani, Ulfa, BOS Alif, Esse, Dina, Abenk, KK Ramus, KK Ima, Aris,
i
Murni, Ani, Tri, Enal, Zul, Dipur, Aswar, Iis, Cika,Ila, Arif, Irwan dan
Rahma. Tiada kata yang pantas menggantikan hari-hari yang kita lalui
9. Kakanda Andi Azrarul Amri dan Adam Rahman yang senantiasa menjadi
10. Sepupu Nining 015 dan Andel 04 yang selalu memberi tempat ternyaman
8, Ricky, Fikram, Ogi, Amel, dan Kak Tuti yang telah memberi perjalanan
Penulis sadar akan kekurangan dalam skripsi ini baik materi maupun teknik
penulisannya. Oleh karena itu, penulis mengaharapkan saran dan kritik yang
dalam pengembangan wawasan bidang Ilmu Pertanian dan bidang Ilmu Sosial
Ekonomi Pertanian.
Penuli
x
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL........................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN........................................................................ii
TIM PENGUJI..........................................................................................iii
ABSTRAK................................................................................................iv
ABSTRACT.............................................................................................. v
DAFTAR ISI............................................................................................. xi
I. PENDAHULUAN..............................................................................1
1.3 Tujuan..................................................................................................5
1.4 Kegunaan.............................................................................................5
2.1 Petani...................................................................................................6
2.2 Padi......................................................................................................7
x
2.4 Pengambilan Keputusan Petani..........................................................21
2.7 Hipotesis............................................................................................32
x
V. HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................................52
5.1.1 Umur........................................................................................52
6.1 Kesimpulan........................................................................................72
6.2 Saran..................................................................................................73
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
xi
12. Klasifikasi Responden Menurut Pengalaman Berusahatani di 56
Desa Kalola, Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo,
2015......................................................................................
57
13. Klasifikasi Responden Menurut Pengalaman Berusahatani Mina
Padi di Desa Kalola, Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo,
2015..........................................................
58
14. Karakteristik Tahun Beralihnya Responden di Desa Kalola,
Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo, 2015................
59
15. Karakteristik Luas Lahan Responden di Desa Kalola, Kecamatan
Maniangpajo, Kabupaten Wajo, 2015................
60
16. Klasifikasi Responden Menurut Jenis Mina Padi di Desa Kalola,
Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo, 2015....
62
17. Faktor mengapa petani beralih dari mina padi ke non mina padi
di Desa Kalola, Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo,
2015............................................................................
68
18. Kategori pemilihan petani berdasarkan 4 faktor yang
menyebabkan petani beralih dari mina padi ke non mina padi di
Desa Kalola, Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo,
2015............................................................................
70
19. Perbandingan Jenis Biaya dan Nilai Biaya Usahatani Petani
Responden di Desa Kalola, Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten
Wajo, 2015...................................
71
20. Perbandingan Nilai Penerimaan, Total Biaya dan Pendapatan
Usahatani Petani Responden di Desa Kalola, Kecamatan
Maniangpajo, Kabupaten Wajo, 2015...............
x
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR LAMPIRAN
No. Teks
x
I. PENDAHULUAN
Pertanian merupakan salah satu aspek yang memiliki peran utama dalam
kebutuhan masyarakatnya, maka yang terjadi adalah impor pangan secara besar-
besaran (seperti saat ini) yang menyebabkan Indonesia semakin terpuruk. Untuk
bagian tanaman) baik dari segi mutu maupun jumlah produk yang mampu
diproduksi.
tersedianya bahan pangan dan protein yang semakin besar pula. Untuk memenuhi
tangkapan dari laut atau perairan umum saja. Akan tetapi hendaknya
1
budidaya, baik secara monokultur maupun terpadu dengan produksi lainnya
seperti polikultur ikan berlainan jenis, ikan dengan ternak bahkan dengan tanaman
tanaman padi, efisiensi dan produktivitas lahan, tanaman lebih terkontrol dan
petani adalah merupakan salah satu cara untuk meningkatkan pendapatan mereka,
karena mereka tidak perlu lagi menambah sarana produksi lainnya untuk
dalam memelihara padi tanpa ikan tetap dapat diberikan tanpa mengganggu ikan
peliharaan.
Sistem mina padi merupakan sistem yang dianggap cukup bermanfaat dan
aman untuk digunakan bagi petani terutama bagi petani padi sawah yang
2
perbaikan ekologi sebab hama padi merupakan pakan alami bagi ikan sebagai
predator dan kotoran ikan merupakan pupuk alami bagi tanaman padi. Adanya
sebesar 4.966 ton/ha. Oleh karena itu usahatani padi masih sangat diunggulkan di
Kabupaten ini.
sangat cocok untuk diterapkannya sistem usahatani mina padi karena memenuhi
persyaratan teknis seperti tersedianya air irigasi yang berasal dari Bendungan
Kalola dan Bendungan Bila. Desa Kalola ini merupakan satu-satunya desa yang
Tabel 1. Perbandingan Pendapatan Usahatani Mina Padi dan Usahatani Non Mina
Padi, 2008.
No. Uraian Mina Padi Non Mina Padi
1 Pendapatan kotor (Ha) 7.917.265 5.393.098
2 Pendapatan bersih (Ha) 5.069.669 4.375.727
3
Pada Tabel 1, hasil penelitian terlihat bahwa usahatani mina padi lebih
usahatani mina padi ini tidak lagi diusahakan oleh para petani yang ada di Desa
tetapi pemanfaatan usahatani mina padi ini justru ditinggalkan oleh masyarakat.
1. Faktor-faktor apa yang menyebabkan petani beralih dari usahatani mina padi
2. Berapa besar pendapatan usahatani pada saat petani menerapkan sistem mina
4
1.3 Tujuan
Kabupaten Wajo.
menerapkan sistem mina padi dan non mina padi di Desa Kalola, Kecamatan
1.4 Kegunaan
1. Sebagai bahan informasi bagi petani yang menerapkan pola usahatani mina
pengetahuan
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Petani
sebagian atau seluruh kebutuhan hidupnya di bidang pertanian dalam arti luas
1. Petani pemilik adalah petani yang mengelola usahatani dengan tanah milik
2. Petani penyakap adalah petani yang mengelola usahatani dari tanah milik
orang lain dengan sistem bagi hasil. Sistem bagi hasil ditentukan oleh petani
peraturan daerah
3. Petani penyewa adalah petani yang mengelola usahatani dengan tanah milik
orang lain yang disewa atau dikontrak dengan jangka waktu tertentu.
dengan lahan milik sendiri ditambah dengan milik orang lain dengan sistem
bagi hasil.
6
Menurut Mosher (Suratiyah, 2006) petani berperan sebagai manajer, juru
tani dan manusia biasa yang hidup dalam masyarakat. Petani sebagai manajer
akan berhadapan dengan alternatif yang harus diputuskan mana yang harus dipilih
atau diusahakan. Petani harus menentukan jenis tanaman atau ternak yang akan
2.2 Padi
dari satu tahun, hanya satu kali produksi, setelah berproduksi maka akan mati
berdasarkan keadaan berasnya, cara dan tempat bertanam, dan menurut umurnya.
(Water Plant). Sebagai tanaman air bukanlah berarti bahwa tanaman padi itu
air, baik penggenangan itu terjadi secara ilmiah yang disebut rawa-rawa,
7
maupun penggenangan itu yang disengaja yang disebut tanah sawah. Padi juga
dapat tumbuh di tanah yang kering asalkan curah hujannya mencukupi kebutuhan
Penyiapan Lahan
Waktu pengolahan tanah yang baik tidak kurang dari 4 minggu sebelum
Sebelum digenangi, lahan digenangi air terlebih dahulu sekitar 7 hari. Pada
tanah ringan, pengolahan tanah cukup dengan 1 kali bajak dan 2 kali garu, lalu
dilakukan perataan. Untuk tanah berat pengolahan tanah terdiri dari 2 kali
bajak, 2 kali garu kemudian diratakan. Kedalaman lapisan olah berkisar 15-20
cm. tujuannya untuk memberikan media pertumbuhan padi yang optimal dan
Pemilihan benih
terlebih dahulu dalam larutan air garam (200 gram/liter air). Benih yang
Benih yang bagus ditiriskan, lalu dicuci dan direndam dengan air bersih
8
selama 24 jam. Air rendaman diganti tiap 12 jam. Perendaman dimaksudkan
karung basah selama 24 jam. Bakal lembaga akan muncul berupa bintik putih
pada bagian ujuangnya. Hal tersebut menunjukkan benih siap untuk disemai.
Penyemaian
seluas 500 m2. Pada lahan persemaian tersebut dibuat bedengan dengan lebar
jerami di atas benih. Tujuannya untuk melindungi benih dari hujan dan
Cara tanam
9
tanah. Adapun penyulaman dapat dilakukan 7 hari setelah tanam (HST) jika
Pemupukan
Pupuk yang digunakan sebaiknya kombinasi antara pupuk organik dan buatan.
Pupuk organik yang diberikan dapat berupa pupuk kandang atau pupuk hijau
Dosis pupuk yang dianjurkan adalah 200 kg urea/ha, 75-100 kg SP-36/ha dan
75-100 KCL/ha. Urea diberikan 2-3 kali yaitu 14 HST, 30 HST dan saat
menjelang primordia bunga. Pupuk SP-36 dan KCL diberikan saat tanam atau
pada hari 14 HST. Jika digunakan pupuk majemuk dengan perbandingan 15-
1
Pemeliharaan Tanaman
Prinsip pemberian air adalah memberikan air pada saat yang tepat, jumlah
yang cukup dan kualitas air yang baik. Pengairan pada tanah dengan drainase
baik, dan ketersediaan airnya dapat diukur sebaiknya diberikan sesuai dengan
fase pertumbuhan tanaman. Pada tanah dengan drainase buruk, sebaiknya air
1
Panen
Penentuan saat panen tanaman pangan bijian merupakan syarat awal mutu
yang baik. Jika terlambat memanen padi, akan mengakibatkan banyak biji
yang tercecer atau busuk sehingga mengurangi produksi. Waktu panen yang
baik pada pagi hari. Selain itu, lahan sebaiknya juga dalam kondisi tidak
basah atau tergenang air. Oleh karena itu, 10 hari menjelang panen sebaiknya
sawah dikeringkan.
seperti alam, tenaga kerja, modal dan keterampilan dengan tujuan berproduksi
produsen sebagai input untuk memproduksi barang siap pakai. Pasar faktor
1
terhadap faktor produksi. Dalam pasar faktor produksi tersedia berbagai
usahanya.
Menurut Soekartawi (2003), secara garis besar input dapat dikelompokkan dalam
lahan (A), tenaga kerja (L) dan modal (C). Produksi juga dipengaruhi oleh
lingkungan usahatani (E), teknologi (T) dan karakteristik sosial petani (S).
Apabila ditulis dalam sebuah fungsi matematika, maka produksi (Q) merupakan
fungsi dipengaruhi oleh faktor lahan, tenaga kerja, modal, lingkungan, teknologi
S).
Sistem mina padi ialah sistem pemeliharaan ikan yang dilakukan bersama
padi di sawah (Afrianto dan Liviawaty, 1998). Usaha semacam ini lebih
popular dengan sebutan “Inmindi” atau Intensifikasi Mina Padi. Umumnya sistem
ini hanya digunakan untuk memelihara ikan yang berukuran kecil atau
menumbuhkan benih ikan yang akan dijual sebagai ikan konsumsi. Ikan mas dan
jenis karper lainnya merupakan jenis ikan yang paling baik dipelihara di sawah
karena ikan tersebut dapat tumbuh dengan baik meskipun di air yang dangkal,
1
Menurut Hora dan Pillay (Sahabuddin, 1992) bahwa dalam mina padi,
budidaya ikan harus disesuaikan dengan kondisi dan persyaratan dari tanaman
utama dalam hal ini padi. Untuk berhasilnya perkembangan ikan, maka penting
mengatur permukaan air dan pengaliran. Demikian pula pemilihan jenis ikan
harus sesuai dengan kondisi sawah yakni kedalaman air, kadar oksigen yang larut
Menurut Tiku (2008) saat ini budi daya ikan di sawah semakin beragam,
yakni:
a. Penyelang
Waktunya tidak terlalu lama, sekitar 3-4 minggu, menunggu padi di persemaian
sampai siap untuk ditanam di sawah. Umumnya kegiatan penyelang lebih cocok
dan banyak dilakukan pada saat musim hujan atau awal masuk musim hujan, saat
petani sudah menyemai benih padi di persemaian. Interval waktu menunggu padi
1
b. “Palawija”
padi dipanen dan sawah belum segera digunakan untuk pemanenan padi.
pada musim kemarau. Sambil menunggu datangnya musim hujan sebagai awal
begitu, pemeliharaan ikan sistem palawija ini dapat dilakukan lebih lama daripada
sistem penyelang, yaitu biasa berkisar 2-3 bulan, dari selesai panen padi pada
Mina padi biasa juga disebut tumpang sari. Istilah mina padi berasal dari
bahasa Sansekerta yaitu mina (yang berarti ikan). Mina padi dapat diartikan
penanaman atau pemeliharaan padi. Batas masa pemeliharaan ikan ini pada sistem
mina padi berkisar 45-65 hari. Batas masa pemeliharaan ikan ini terkait erat
dengan umur padi. Dalam praktiknya, waktu pemanenan ikan disesuaikan dengan
1
d. Parlabek
sistem mina padi. Parlabek merupakan singkatan dari bahasa sunda (Jawa Barat),
par dari kata pare atau padi, Ia dari kata lauk atau ikan, dan bek dari kata bebek
atau itik. Jadi, parlabek adalah pemeliharaan bebek atau itik dalam satu unit
persawahan. Itik dalam sistem parlabek di sawah mina padi dan dapat
Menurut Batara dkk, 1997 kendala dalam budidaya mina padi antara lain
harus memenuhi kriteria budidaya ikan, jenis ikan tertentu agar tidak mengganggu
pertumbuhan tanaman padi, pengendalian hama penyakit perlu hati-hati agar ikan
tidak mati.
pemilihan lokasi yang airnya memenuhi syarat, jenis ikan yang cocok untuk
tanaman padi. Selanjutnya yang tidak kalah penting untuk keberhasilan budidaya
ikan di sawah sangat dipengaruhi oleh tersediannya makanan ikan. Pakan ikan
dapat berupa pakan alami dan buatan. Pakan alami dengan bahan dapat berasal
1
dengan lingkungannya. Faktor lain yaitu faktor lingkungan sawah, yaitu meliputi
irigasi yang baik dan tingkat kesuburan yang berhubungan dengan keberadaan
Adapun budidaya mina padi di lahan sawah yang dilakukan petani adalah
sebagai berikut :
a. Persiapan Lahan
parit (kemalir)
b. Penaburan benih
Benih yang akan ditaburkan di lahan pertanaman padi sawah tersebut pada
c. Pemeliharaan
d. Pemanenan
1
Teknik pelaksanaan mina padi menurut Ardhianti (1998):
a) Penyemaian
penyemaian adalah 1/20 dari luas lahan yang akan ditanami dan banyaknya
b) Pengolahan tanah
lumpur mencapai 15-20 cm, penggaruan tanah dilakukan dengan tujuan untuk
meratakan tanah. Parit tengah atau parit palang dibut pada saat sebelum
meratakan tanah, sedangkan parit pinggir atau keliling dibuat pada saat
pembuatan atau perbaikan galengan. Setelah selesai setiap sisi petakan sawah
dibuat parit seluas 1 meter dan diisi dengan air setinggi 5 cm.
c) Penanaman padi
ruang gerak yang cukup kepada ikan. Setelah selesai, lahan tidak langsng
anakan dan
1
d) Jarak tanam padi
23 cm, karena pada jarak tersebut ikan dapat bergerak bebas dan tidak
Pada pemupukan dasar, pupuk ditabur secara merata pada keadaan sawah
masih berlumpur. Urea dan TSP tidak dianjurkan untuk dicampurkan pada
berupa pupuk kandang sebanyak 100 kg/ha. Pemupukan kedua pada umur 21
hari setelah tanam, ½ dosis urea 100 kg/ha dan semua dosis TSP 50 kg/ha dan
KCl 100 kg/ha. Pemupukan ketiga umur 60 hari setelah tanam yaitu dosis urea
100 kg/ha.
f) Penebaran ikan
Penebaran ikan kedalam petakan sawah untuk mina padi, adalah benih ikan
yang berukuran 3-5 cm dengan berat rata-rata 30gram, untuk luasan 1 hektar
ditebar maksimum 3000 ekor. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pagi hari atau sore hari pada saat temperature air rendah. Sebelum benih
1
menyesuaikan temperature air agar ikan tidak stress. Setelah ada penyesuaian
suhu, lepaskan benih ikan dengan hati-hati dengan cara membenamkan wadah
g) Masa pemeliharaan
Pengaturan air
Pada masa pemeliharaan ketinggian air dalam petakan 3-5 cm dan dinaikkan
Pemberian pakan
Pakan perlu diberikan apabila ingin mendapatkan hasil yang lebih baik. Pakan
yang diberikan mudah didapat, murah dan terjangkau harganya seperti dedak
halus. Pakan diberikan pada tempat benih ikan pertama kali ditebarkan,
biasanya disekitar tempat air masuk. Pemberian dilakukan 2 kali sehari pada
pagi dan sore hari. Cara pemberian pakan dilakukan dengan melembabkan
Penggunaan insektisida
dari serangga air dan hewan pemangsa, dengan dosis yang digunakan 0,05-
0,15 mg/liter. Penyemprotan dilaksanakan pada pagi atau sore hari, dan
2
h) Pemanenan
Pemanenan ikan sebaiknya dilakukan pagi atau sore hari pada saat suhu udara
agar ikan dapat mencapai parit. Air dikeluarkan pada bagian yang paling
rendah (kemalir) agar ikan berkumpul pada kamalir tersebut. Setelah air
memerlukan sebuah pemikiran. Menurut dia, ada beberapa cara berpikir orang
melihat jauh kedepan, berpikir mengenai hasil jangka pendek saja atau tidak mau
tradisional (pola berpikir yang umum dipakai disekitarnya atau juga yang asalnya
suara hati mendadak). Seorang pengambil keputusan dapat juga berpikir secara
intuisi yang berarti mengikuti feeling yang diperoleh dari menjalani praktek
2
waktu yang cukup lama. Selain cara-cara berpikir sebelumnya, seorang pengambil
Berpikir rasional dan sistematis berarti bisa membedakan berpikir unit denan unit,
bagaimana mereka bertahan hidup dari usaha tersebut. James C. Scoutt dan para
merupakan petani subsisten memiliki sikap yang tidak rasional. Hal ini
memperoleh laba yang lebih besar. Oleh karena sifat pertanian mereka yang
petani takut untuk menggunakan bibit baru karena takut gagal panen, lebih suka
pendapatan sedikit tetapi pasti dari pada hasil yang tinggi namun resikonya juga
2
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan petani adalah
faktor internal yang meliputi umur, pendidikan, luas usahatani, tingkat pendapatan
dan faktor eksternal yang meliputi lingkungan ekonomi, lingkungan sosial, sifat
usahatani yaitu faktor pada usahatani itu sendiri (intern) dan faktor di luar
usahatani (ekstern).
Petani pengelola
Tanah usahatani
Dengan lahan usaha yang sempit, akan membatasi petani berbuat pada
rencana yang lebih lapang. Keadaan yang demikian akan membuat petani
2
Tenaga kerja
konsumtif.
Modal
Tingkat teknologi
Jumlah keluarga
2
sosial lainnya, dengan demikian ada pada dirinya sebagai petani pengelola
ketidaktahuan.
diperhatikan. Seperti kita ketahui petani yang serba terbatas ini berada
pada posisi yang lemah dalam penawaran dan persaingan terutama yang
Fasilitas kredit
Dalam hal ini pemerintah perlu menyediakan fasilitas kredit kepada petani
Dengan kondisi petani saat ini, maka petani membutuhkan uluran bantuan
2
Menurut Kartasapoetra (Miswar, 2009) dalam berusahatani faktor- faktor
Keadaan alam akan meminta perjatian untuk dipikir secara matang oleh
para petani yang bergerak dalam bidang usahatani, seperti halnya iklim yaitu,
alam serta wabah tanaman yang berjangkit, kesemuanya itu dapat mempengaruhi
usaha bertani yang sedang dilakukan, apakah usaha tersebut akan mencapai
Berhasil atau tidaknya usahatani tidak hanya ditentukan oleh pengaruh alam
saja, melainkan juga oleh pengaruh ekonomi yang berlangsung pada waktu
pembeli)
produksi (usaha bertanam hingga panen) dalam sarana ini termasuk harga
2
Menurut Suratiyah (2011), faktor-faktor yang bekerja dalam usahatani
adalah faktor alam, tenaga, dan modal. Alam merupakan faktor yang sangat
mempengaruhi faktor alam. Namun demikian, pada batas selebihnya faktor alam
adalah penentu dan merupakan sesuatu yang harus diterima apa adanya. Yang
termasuk faktor alam dapat dibedakan menjadi dua, yakni faktor tanah dan
lingkungan alam sekitarnya. Faktor tanah misalnya jenis tanah dan kesuburan.
Faktor alam sekitarnya yakni iklim yang berkaitan dengan ketersediaan air, suhu
Pendapatan adalah keuntungan atau hasil bersih yang diperoleh petani dari
faktor-faktor produksi kerja pengelolaan, dan modal sendiri dan atau modal
2
pendapatan bersih usahatani adalah selisih antara pendaatan kotor usahatani
TR = Y.Py
= harga produksi
lebih besar lagi. Untuk itulah petani mulai berpikir untuk melakukan sistem mina
padi, selain untuk menambah produksi pangan dalam hal ini karbohidrat juga
menambah produksi pangan berupa protein yang terkandung dalam ikan. Mina
menguntungkan, namun sistem mina padi tetap saja beresiko bila tidak dibarengi
dengan informasi seputar budidaya mina padi. Untuk itulah seiring berjalannya
waktu, mina padi mulai ditinggalkan para petani dan beralih ke usahatani non
mina padi.
dapat disebabkan beberapa faktor antara lain faktor alam, faktor ekonomi, faktor
2
Faktor pertama adalah faktor alam yang dilihat dari variabel resiko
kegagalan berupa tingginya serangan hama yang melanda usahatani baik pada
tanaman padi maupun pada ikan. Tingginya serangan hama pada ikan seperti
Pararang, ular dan burung maka akan menyebabkan petani untuk beralih dari
usahatani mina padi ke non mina padi. Selain itu tingginya serangan hama dan
penyakit pada tanaman padi juga menjadi salah satu alasan mengapa petani
beralih, hal ini dapat disebabkan karena adanya penggunaan pestisida untuk
mencegah padi yang gagal panen akibat serangan hama, sehingga akan membawa
dampak pula pada pencemaran air dan tanah yang menyebabkan ikan ikut
tercemar dan mati. Selain itu bencana alam juga menjadi salah satu variabel
tingginya harga sarana produksi, tingginya harga sarana produksi ini akan
tingginya harga sarana produksi, ketersediaan sarana produksi juga menjadi salah
satu alasan mengapa petani beralih. Hal ini disebabkan jika ketersediaan sarana
produksi kurang mendukung, maka petani cenderung untuk beralih dari usahatani
mina padi ke non mina padi. Selanjutnya adalah karena kurangnya modal petani,
modal juga menentukan apakah usahatani akan terus diterapkan atau tidak. Jenis
petani karena tidak memiliki cukup modal. Selain itu variabel lainnya
2
adalah semakin menurunnya pendapatan usahatani. Hal ini disebabkan jika petani
tidak secara konsisten menerapkan satu jenis usahatani, maka akan menyebabkan
penggunaan pupuk dan pestisida oleh petani. Penggunaan pupuk dan pestisida ini
sangat erat kaitannya dengan faktor alam. Dampak dari penggunaan pupuk dan
pestisida ini akan menyebabkan air dan tanah ikut tercemar, sehingga
Faktor yang terakhir adalah faktor teknis yang berupa kondisi pematang
sawah yang telah rubuh. Kondisi pematang sawah ini akan menyebabkan air di
3
Secara skematis peralihan penerapan usahatani mina padi ke non mina
Gambar 1.
PETANI
PERALIHAN USAHATANI
Resiko Kegagalan
karena tingginya
serangan hama pada
ikan
Tingginya serangan
hama dan penyakit
pada padi
Adanya bencana alam
2. Faktor Ekonomi
Penggunaan pupuk
dan pestisida
FAKTOR BERALIH
3
2.7 Hipotesis
1. Faktor-faktor yang menyebabkan petani beralih dari mina padi ke non mina
padi adalah faktor alam, faktor ekonomi, faktor lingkungan dan faktor teknis.
2. Pendapatan usahatani saat petani menerapkan sistem mina padi lebih besar
padi.
3
III. METODE PENELITIAN
penetian mudah dijangkau oleh peneliti. Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret
Populasi penelitian ini adalah seluruh petani mina padi yang beralih dari
usahatani mina padi ke non mina padi di Desa Kalola. Sampel penelitian
sebanyak 102 orang dan jumlah sampel diambil sebesar 38 % atau sebanyak 38
responden, yang dipilih berdasarkan daftar lampiran nama petani. Sesuai dengan
teori Arikunto yaitu penentuan sampel apabila kurang dari 100 lebih baik diambil
subjeknya besar dapat diambil antara 10- 15 % atau 20-25 %. Akan tetapi peneliti
3
3.3 Jenis dan Sumber Data
Metode atau teknik yang digunakan untuk pengambilan data terdiri dari
a. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung kepada responden mina
b. Data sekunder diperoleh dari beberapa sumber yang berkaitan dengan objek
berikut:
peneliti seperti mengamati lahan sawah yang telah beralih dari mina padi ke
Wawancara, yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara tanya jawab
3
Kelompok Tani, Ketua Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan
Maniangpajo.
Analisis data yang akan digunakan pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
pendapatan usahatani.
a. Penerimaan Usahatani
TR = Y.Py
Py = Harga Produksi
TC = FC + VC
3
c. Pendapatan Usahatani
𝜋 = TR - TC
1. Petani merupakan orang yang bekerja dari usahatani padi yang telah
mengalihkan usahataninya dari mina padi ke non mina padi di Desa Kalola,
2. Usahatani mina padi adalah pengelolaan usahatani padi bersama ikan di Desa
3. Usahatani non mina padi adalah pengelolaan padi tanpa usahatani ikan di
mengusahakan mina padi dan beralih ke non mina padi di Desa Kalola,
padi.
3
6. “Palawija” merupakan jenis mina padi yang diterapkan di Desa Kalola dengan
pengelolaan ikan yang ditebar setelah padi diangkat atau setelah padi nen.
total yang dikeluarkan usahatani mina padi dan non mina padi di Desa Kalola,
tidak lagi mengusahatanikan mina padi, yaitu terdiri dari faktor alam, faktor
9. Faktor alam terdiri atas indikator petani beralih karena tingginya serangan
hama dan penyakit pada ikan dan padi dan indikator kedua adalah adanya
bencana alam.
10. Faktor ekonomi terdiri atas indikator petani beralih karena biaya sarana
11. Faktor lingkungan terdiri atas indikator petani beralih dari mina padi ke non
12. Faktor teknis terdiri atas indikator petani beralih dari mina padi ke non mina
3
IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Desa Kalola merupakan salah satu desa yang berada dalam wilayah
keseluruhan sebesar 15.000 km2. Adapun batas-batas wilayah desa Kalola adalah
sebagai berikut:
- Sebelah timur berbatasan dengan Desa Mattirowalie dan Desa Sogi Desa
laut dengan kondisi topografi berupa dataran rendah. Banyaknya curah hujan
setiap tahunnya adalah 900 – 1200 mm dan suhu udara rata-rata pada daerah ini
320 C.
1608 jiwa yang terdiri dari 773 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 835 jiwa
3
Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Kalola, Kecamatan
Maniangpajo, Kabupaten Wajo, 2014.
No. Jenis kelamin Jumlah (jiwa) Persentase
1. Laki-laki 773 48,07
2. Perempuan 835 51,93
Jumlah 1.608 100,00
Sumber: Kantor Desa Kalola, Desember 2014
Jumlah penduduk yang demikian itu dapat menjadi sebuah potensi bagi Desa
tersebut, utamanya dalam hal tersedianya tenaga kerja. Namun yang merupakan
tinggi di suatu wilayah maka semakin tinggi pulalah tingkat kemajuan wilayah
3
Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Kalola,
Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo, 2014.
No. Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase
1. Tidak tamat SD 183 22,37
2. Tamat SD 265 32,40
3. Tamat SMP 220 26,89
4. Tamat SMA 125 15,28
5. D2 3 0,37
6. D3 2 0,24
7. S1 20 2,44
Jumlah 818 100,00
Sumber: Kantor Desa Kalola, Desember 2014
yang dominan di Desa Kalola adalah tamat SD dan tingkat pendidikan dengan
jumlah penduduk yang paling kecil adalah D3. Dengan mengacu pada program
pemerintah mengenai wajib belajar 9 tahun maka dari data di atas menunjukkan
bahwa sebagian besar penduduk di Desa Kalola memiliki tingkat pendidikan yang
cukup tinggi.
maka data yang diperoleh menunjukkan keadaan yang cukup beragam yang dapat
4
Pada Tabel 4, terlihat bahwa mata pencaharian penduduk yang paling
dominan di Desa Kalola adalah petani kemudian pegawai negeri sipil. Mata
beranekaragam.
Luas wilayah Desa Kalola adalah 15.000 km2 digunakan untuk keperluan
mengetahui secara terperinci penggunaan tanah tersebut, dapat dilihat pada Tabel
5 berikut ini:
4
4.4 Keadaan Umum Sarana dan Prasarana
4
4.4.2 Sarana Pendidikan, Kesehatan dan Keagamaan
mengetahui secara terperinci jumlah dan jenis sarana pendidikan, kesehatan, dan
Tabel 7.
Jenis Sarana Pendidikan,
No. Jumlah (buah)
Kesehatan, dan Keagamaan
1. Taman kanak-kanak 1
2. Sekolah Dasar 1
3. Madrasah Ibtidayah 1
4. Puskesmas Pembantu 1
5. Posyandu 2
6. Mesjid 2
7. Mushallah 1
Jumlah 9
Sumber: Kantor Desa Kalola, Desember 2014
masyarakat dapat terlaksana dengan baik, demikian pula dalam bidang pendidikan
dan kesehatan.
4
4.5 Gambaran Umum Mina Padi
Mina padi mulai dikenal oleh beberapa petani di Desa Kalola sejak tahun
1998. Pada mulanya salah satu petani melakukan mina padi karena mengadopsi
mina padi yang dilakukan oleh petani di daerah Soppeng, Sulawesi Selatan. Akan
tetapi mina padi ini hanya dilakukan oleh segelintir petani, sehingga mina padi
tidak menyebar ke seluruh desa yang ada di Desa Kalola. Sejak didirikannya Balai
Perikanan dan Kelautan Pusat Perbenihan di Desa Kalola tahun 2005, mina padi
Balai Penyuluh Pertanian. Salah satu penyuluh yang menggagas adanya mina
padi adalah Bapak Nurung yang sampai saat ini bertugas menjadi penyuluh
akan tetapi hasil yang diharapkan untuk jangka panjang tidaklah memuaskan.
Mina padi ini hanya dilakukan oleh petani secara bergantian hanya dalam kurung
waktu 1-4 tahun, setelah itu petani berpindah tidak lagi mengusatanikan mina
padi, satu persatu petani mulai meninggalkan sistem mina padi ini, karena
Mina padi mulai diperkenalkan di Desa Kalola sejak tahun 2005 sampai
pada tahun 2010. Tahun 2010 tidak ada lagi petani yang membudidayakan mina
kendala yang dihadapi oleh petani mina padi. Salah satu kendala yang
4
memberi pengaruh besar pada petani adalah karena gagal panennya mina padi
tersebut yang disebabkan karena banyaknya hama yang menyerang pada tanaman
padi maupun ikan. Menurut salah satu responden Bapak A. Pallawarukkan yang
juga merupakan Kepala Desa terpilih sejak April 2015 ini menuturkan bahwa
hama yang paling banyak menyebabkan kegagalan adalah hama yang berupa
Biawak atau dalam bahasa Bugis disebut Pararang. Selain itu hama lainnya yang
juga menyebabkan kegagalan adalah Ular. Selain hama yang berasal dari ikan
sendiri, mina padi juga terkendala oleh hama yang ditimbulkan oleh padi itu
sendiri. Para petani yang menerapkan sistem mina padi dalam hal ini tumpang sari
akan terkendala oleh hama yang menyerang padi mereka, karena dengan otomatis
mereka akan melakukan pencegahan terhadap padi mereka yang terancam gagal.
penyemprotan pestisida pada tanaman padi. Hal ini akan memberi dampak pada
budidaya ikan yang berada di lokasi yang sama dengan tanaman padi tersebut.
Salah satu dampak yang sangat merugikan petani adalah matinya ikan-ikan dalam
sistem mina padi ini. Tentu saja hal tersebut memberi peluang kepada petani
untuk tidak lagi membudidayakan mina padi dengan sistem tumpang sari,
sehingga dalam penelitian ditemukan ada dua sistem yang pernah diterapkan oleh
4
Selain faktor hama yang menyerang petani, mina padi juga terkendala oleh
faktor ekonomi yakni hasil pendapatan yang cenderung menurun. Hal ini
padi.
bidang pengairan. Desa ini dialiri oleh dua irigasi sekaligus yakni irigasi yang
berasal dari Bendungan Bila, Kabupaten Sidrap dan dari Bendungan Kalola itu
sendiri. Untuk itulah desa ini mampu melakukan budidaya pada tanaman padi
sebanyak 2 kali dalam satu tahun. Selain itu, ketika melihat pada usahatani mina
padi yang membutuhkan sistem pengairan yang baik, maka desa ini memiiki
peluang yang sangat sempurna untuk adanya usahatani mina padi ini. Namun
mina padi yang telah diusahakan oleh petani setempat. Salah satu dampak
tersebut yang menjadi salah satu alasan pula petani tidak lagi mengusahatanikan
mina padi adalah karena penahan air atau pematang air tersebut telah rubuh
karena tidak mampu lagi menahan derasnya air yang terus mengalir di desa
tersebut.
menyebabkan petani tidak menerapkan sistem mina padi ini secara kontinue atau
terus menerus, sehingga penerapannya tidak berjalan dengan baik. Seperti artikel
yang ditulis oleh Muhamad Yamin dan Joni Haryadi menuliskan bahwa usaha
4
masyarakat bila benih ikan tersedia dengan jumlah yang cukup sepanjang waktu.
Paling tidak untuk satu lokasi saja membutuhkan dua kali penebaran benih dalam
satu siklus tanam (4 bulan) yaitu periode penyelang dan periode tumpang sari.
cukup memadai, akan tetapi untuk penebaran benih hanya dilakukan satu kali
dalam satu siklus tanam (4 bulan), bahkan biasanya petani hanya melakukan
penebaran benih satu kali dalam satu tahun. Desa Kalola hanya melakukan sistem
mina padi sebagai pengganti “palawija” atau tumpang sari, tidak dilakukan 2 kali
dalam satu kali siklus tanam. Sistem ini hanya dimanfaatkan oleh petani setempat
ketika tanaman padi sudah di panen dan menunggu pengolahan tanah selanjutnya
untuk ditanami padi atau dilakukan bersamaan dengan penanaman tanaman padi.
4
Desa Kalola memiliki 17 kelompok tani yang tersebar di seluruh dusun
yang ada di Desa Kalola. Adapun nama-nama kelompok tani tersebut dapat dilihat
Pada Tabel 8 terlihat bahwa terdapat 17 kelompok tani yang ada di Desa
Kalola. Menurut informasi yang didapat dari ketua kelompok tani menunjukkan
bahwa tidak semua kelompok tani pernah mengusahatanikan mina padi. Misalnya
kelompok tani Sang Hyang Seri II yang diketuai oleh Bapak Bakri menuturkan
bahwa beliau dan kelompok taninya belum pernah melakukan yang namanya
tersebut. Lain halnya dengan ke enam belas kelompok tani lainnya yang
4
ada pada Tabel 8, ketua kelompok tani menuturkan bahwa ada sebagian dari
anggota kelompok taninya yang pernah menerapkan sistem mina padi. Akan
tetapi usahatani mina padi yang dilakukan hanya berlangsung sebentar. Dari 643
jumlah petani yang terdaftar di dalam kelompok tani hanya terdapat 102 petani
pupuk yang digunakan oleh petani yang telah disebar ke beberapa lokasi
tempat penjualan pupuk dan pestisida yang disubsidi oleh pemerintah Kabupaten.
Sehingga harga pupuk yang ada di Desa Kalola telah disubsidi oleh pemerintah.
Hal ini seperti yang diungkapan oleh Bapak Hasanuddin sebagai Kepala Balai
Mina padi tidak dilakukan secara konsisten dan terus menerus dan
sebagian besar hasilnya tidak dipasarkan. Ikan dari hasil mina padi hanya menjadi
salah satu produk pertanian yang bersifat subsisten. Petani setempat masih
memproduksi ikan dalam jumlah yang sedikit, sehingga hasil dari mina padi
4
melainkan mengonsumsi sendiri. Selain itu biasanya petani juga membagikannya
kepada para tetangga terdekatnya. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak H. Alide
bahwa :
sama tetangganya. Itupun kalau lakukanki mina padi paling ta satu kaliji
dilakukan. Misalnya sudahpi panen petani baru dikasi masuk ikan e juga.
beliau hanya memasukkan bibit ikan rata-rata 300 – 500 ekor ikan pada lahannya.
Ini menunjukkan bahwa bibit ikan yang dibudidayakan masih sangat sedikit
dibanding dengan daya tampung lahan responden tersebut yang sebesar 2 Ha.
petani untuk dilakukan. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Bapak H.
Alide bahwa:
ji itu yang hidup. Paling banyakmi itu kalau 300 ekor yang kupanen.”
sehingga pendapatan dari mina padi tidak terlalu menguntungkan kepada para
Kalau pendapatanku dari hasil panen ikan nda terlalu banyakji. Paling ada 200
ribu, itupun kalau adaji yang hidup. Banyak yang mati ikan gara-gara banyak
hama ikan. Banyak pararang yang makan ikan e, apalagi ada juga ular, jadi
banyak yang mati ikan. Rugi ka ji karena 300 ribu kubelikan bibitku. Jadi 2 kali
kaji itu lakukan mina padi selama ini. Nda terlalu
5
menguntungkan bagi saya karena banyak yang mati. Seandainya nda matiji
ikannya mungkin ada 500 ribuji sa dapat untung dari ikan yang sa kasi masuk 300
ekor.
Selain itu, biaya dan pendapatan yang merugikan petani juga diutarakan
Kalau pendapatanku dengan padi samaji juga kalau tidak budidaya ikan
ka, misalnya kasi masukkan ikan di lahan sawah ku 500 ekor, nda sampai
600 ribu itu kudapat hasil kalau sa jual i ikanku. Belumpi lagi beli
bibitnya ta 300 ribu per ember sama harga pakannya. Kalau pakannya
bisaji dipake dedak, biar nda beliki pakan. Tapi ituji, banyak yang mati
ikan.
Melihat pendapat dan argumen dari para responden maka dapat dilihat
bahwa mina padi tidak terlalu menguntungkan bagi petani mina padi yang tidak
dilakukan secara continue. Petani lebih memilih tidak lagi membudidayakan ikan
bersama padi karena hanya akan mengalami kerugian dari sisi finansial.
5
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1.1 Umur
umur seseorang maka tenaga kerja yang dimiliki akan semakin produktif, dan
setelah umur tertentu produktivitas tersebut akan menurun. Umur petani juga
terkait dengan proses transfer dan adopsi inovasi teknologi, dimana petani-petani
muda cenderung bersifat lebih progresif dalam proses transfer inovasi-inovai baru,
jelas klasifikasi responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 9:
1 2 3 4
1 22 - 40 10 26,32
2 41- 59 20 52,63
60 - 77 8 21,05
Jumlah 38 100,00
Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2015.
berkisar antara 22 tahun sampai 77 tahun. Umur petani terbanyak terdapat pada
5
60 – 77 tahun yakni sebesar 21,05 %. Hal ini menunjukkan bahwa petani di
Desa Kalola tergolong masih produktif dengan rata-rata umur petani yakni 41-59
tahun. Hal ini sesuai dengan pendekatan teori ketergantungan yang digunakan
oleh Badan Pusat Statistik (BPS) 2002, dengan menggunakan The Labor Force
penduduk usia kerja (produktif) di Indonesia, usia non produktif adalah penduduk
yang > 64 tahun dan yang belum produktif adalah yang berada pada interval usia
1-14 tahun.
dan tanggap terhadap penerimaan hal-hal baru atau berupa anjuran dibanding
1 2 3 4
1 Tidak Tamat SD 7 18,42
2 Tamat SD 24 63,16
3 Tamat SLTP 1 2,63
4 Tamat SLTA 5 13,16
5 Tamat S1 1 2,63
Jumlah 38 100,00
Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2015.
5
Pada Tabel 10, terlihat bahwa rata-rata tingkat pendidikan di Desa Kalola
tergolong rendah. Ini ditunjukkan dengan tingkat pendidikan yang terbesar yakni
63,16 % terdapat pada responden yang hanya berpendidikan sampai pada tamat
untuk tingkat pendidikan responden terendah terdapat pada responden yang telah
keluarganya. Selain itu, tanggungan keluarga atau dengan kata lain anggota
keluarga memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kegiatan usaha yang
dilakukan oleh seseorang sebab selain merupakan sumber tenaga kerja, juga
5
Tabel 11. Klasifikasi Responden Menurut Jumlah Tanggungan Keluarga di Desa
Kalola, Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo, 2015
Jumlah Tanggungan
No Jumlah (Orang) Persentase (%)
Keluarga
1 2 3 4
1 0–1 7 18,42
2 2–3 24 63,16
3 4–5 7 18,42
Jumlah 38 100,00
Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2015.
yang memiliki jumlah tanggungan keluarga sebanyak 0 - 1 dan 4 - 5 orang. Hal ini
3 orang, sehingga jumlah anggota keluarga ini terbilang sedang jika dibandingkan
dengan jumlah tenaga kerja yang diperlukan dalam usahatani. Sehingga banyak
Semakin tinggi umur petani maka akan semakin banyak pengalaman yang telah
5
menuntun petani pada keberhasilan dalam melakukan usataninya. Untuk melihat
dalam berusahatani padi, sehingga petani memahami yang mana usahatani yang
mina padi. Semakin lama petani berusahatani, maka semakin banyak pengalaman
5
dihadapi petani. Sehingga tingkat keberhasilan dari mina padi yang diterapkan
oleh petani dapat meningkat. Untuk melihat pengalaman berusahatani mina padi
1 tahun sampai pada 4 tahun. Dengan tingkat persentase tertinggi terdapat pada
lama berusahatani mulai dari 2 tahun sampai pada 2,5 tahun. Lama berusahatani
ini masih sangat minim dibandingkan dengan lamanya petani berusahatani padi.
Selain itu, lama berusahatani mina padi juga menjadi alasan mengapa petani
beralih dari mina padi ke non mina padi karena petani belum memiliki
sampai pada tahun 2010. Karakteristik tahun beralihnya petani dari usahatani
mina padi ke non mina padi dapat dilihat pada Tabel 14:
5
Tabel 14. Karakteristik Tahun Beralihnya Responden di Desa Kalola, Kecamatan
Maniangpajo, Kabupaten Wajo, 2015
No Tahun Beralih Jumlah (Orang) Persentase (%)
1 2 3 4
1 2010 1 2,63
2 2009 3 7,89
3 2008 6 15,79
4 2007 12 31,58
5 2006 5 13,16
6 2005 4 10,53
7 2004 2 5,26
8 2003 4 10,53
9 2000 1 2,63
Jumlah 38 100,00
Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2015.
Pada Tabel 14 terlihat bahwa petani responden beralih mulai dari tahun
2000 sampai pada tahun 2010. Hal ini menunjukkan bahwa petani responden tidak
beralih secara serentak, yang menyebabkan bahwa peralihan ini tidak disebabkan
oleh satu faktor saja, melainkan beberapa faktor. Tingkat persentase peralihan
petani responden dari mina padi ke non mina padi terbesar terdapat pada tahun
Luas lahan sangat menentukan tingkat pendapatan dari petani itu sendiri.
Semakin luas lahan petani maka akan semakin besar pendapatan yang diperoleh
oleh petani tersebut. Akan tetapi, tidak selamanya luas lahan tersebut akan
memberi pendapatan yang tinggi pula, hal ini disebabkan karena tidak semua
5
tinggi bagi petani. Untuk melihat bagaimana karakteristik dari luas lahan yang
1 2 3 4
1 0,1 - 1,3 32 84,21
2 1,4 - 2,6 5 13,16
3 2,7 – 4 1 2,63
Jumlah 38 100,00
Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2015.
Pada Tabel 15 terlihat bahwa luas lahan yang dimiliki oleh responden
pada luas lahan yang berkisar antara 0,1 - 1,3 Ha yakni sebesar 84,21
% atau sekitar 32 responden yang memiliki lahan yang terbilang rendah. Luas
lahan yang rendah ini disebabkan karena banyaknya orang tua dari responden
yang telah menjual lahan pertanian mereka. Selain itu, hanya beberapa responden
yang memiliki lahan yang rendah karena tidak mampunya petani untuk membeli
Ada begitu banyak jenis mina padi yang saat ini berkembang. Mina padi
Melainkan mina padi saat ini telah berkembang misalnya mina padi
5
sebagai penyelang dimana ikan dibudidayakan pada saat lahan telah digarap dan
tanaman palawija, yang dibudidayakan setelah padi selesai panen dan menunggu
bersama padi dan bebek. Untuk melihat jenis mina padi apa saja yang digunakan
Tabel 16. Klasifikasi Responden Menurut Jenis Mina Padi di Desa Kalola,
Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo, 2015
No Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)
1 2 3 4
1 Tumpang Sari 10 26,32
2 ”Palawija” 28 73,68
Jumlah 38 100,00
Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2015.
Pada Tabel 16 terlihat bahwa hanya terdapat dua jenis mina padi yang
Sedangkan untuk jenis mina padi sebagai penyelang dan parlabek tidak
persentase terbesar terdapat pada jenis mina padi sebagai pengganti ”palawija”
6
melihat lahan yang hanya kosong dan tidak dibudidayakan, maka petani
mengambil inisiatif untuk melakukan mina padi tersebut. Meski saat ini hal
tersebut dilihat bahwa tingkat persentase yang memilih mina padi sebagai
karena tingginya tingkat kematian bagi ikan yang petani budidayakan. Responden
penyemprotan terhadap padi, yang otomatis akan memberi dampak pada ikan
sari. Salah satu dampak yang sangat merugikan petani adalah matinya ikan-ikan
yang dibudidayakan oleh petani yang ada di Desa Kalola atau gagal panennya
ikan tersebut.
Ada empat faktor utama yang menjadi alasan mengapa petani di Desa
Kalola meninggalkan sistem mina padi dan beralih untuk tidak lagi
membudidayakan mina padi. Keempat faktor tersebut adalah faktor alam, faktor
6
Tabel 17. Faktor mengapa petani beralih dari mina padi ke non mina padi di Desa
Kalola, Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo, 2015
Jumlah Persentase
No Faktor Petani Beralih
(Orang) (%)
1 2 3 4
1 Faktor Alam
a. beralih dari mina padi ke non mina padi 8 21,05
karena tingginya serangan hama dan
penyakit pada padi
28 73,68
b. beralih dari mina padi ke non mina padi
karena tingginya serangan hama pada ikan
Jumlah 36 94,73
2 Faktor Ekonomi
beralih dari mina padi ke non mina padi 12 31,57
karena pendapatan yang cenderung
turun
Jumlah 12 31,57
3 Faktor Lingkungan
beralih dari mina padi ke non mina padi 12 31,57
karena penggunaan pupuk dan pestisida
yang menyebabkan air dan tanah tercemar
Jumlah
12 31,57
4 Faktor Teknis
beralih dari mina padi ke non mina padi 4 10,52
karena kondisi pematang sawah yang
telah rubuh
Jumlah 4 10,52
Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2015.
padi. Faktor alam terdiri dari 3 indikator yakni pertama petani beralih dari mina
penyakit pada tanaman padi, kedua petani beralih dari mina padi ke non
6
mina padi karena banyaknya serangan hama pada ikan dan ketiga adalah petani
beralih dari mina padi ke non mina padi karena tingginya bencana alam yang
faktor alam yang menyebabkan petani beralih dari mina padi ke non mina padi.
Dengan tingkat persentase tertinggi yakni pada petani beralih dari mina padi ke
non mina padi karena tingginya serangan hama pada ikan yakni sebesar 73,68 %.
Hal ini disebabkan karena banyaknya hama yang berupa biawak, ular maupun
burung yang menyebabkan petani tidak lagi menerapkan sistem mina padi. Selain
itu faktor lainnya yang menjadi penyebab petani beralih adalah karena tingginya
serangan hama dan penyakit pada tanaman padi. Serangan hama dan penyakit ini
sangat memberi pengaruh pada hasil dari mina padi itu sendiri. Karena petani
akan melakukan pencegahan agar tanaman padi mereka tetap berhasil. Salah satu
Selain faktor hama dan penyakit, salah satu yang menjadi indikator
pada beralihnya petani dari mina padi ke non mina padi adalah karena bencana
6
hal ini disebabkan karena bencana alam seperti banjir tidak dapat petani cegah,
padi.
Faktor ekonomi juga menjadi salah satu alasan mengapa petani beralih
dari sistem mina padi ke non mina padi. Faktor ekonomi ini terdiri atas beberapa
indikator yakni pertama petani beralih karena mahalnya biaya sarana produksi
seperti bibit ikan, beralih karena tidak tersedianya sarana produksi (bibit ikan)
dilokasi terdekat dengan lokasi persawahan, karena kurangnya modal petani untuk
membeli biaya sarana produksi (bibit ikan), serta beralih karena hasil pendapatan
Pada Tabel 17, terlihat bahwa hanya sekitar 12 responden yang memilih
faktor ekonomi sebagai salah satu alasan mengapa petani beralih dari mina padi
ke non mina padi, ini menunjukkan bahwa faktor ekonomi tidak terlalu
berpengaruh terhadap beralihnya petani. Selain itu tiga alasan dari faktor ekonomi
ini tidak terlibat langsung memberi pengaruh pada petani yang beralih, seperti
pada harga bibit yang mahal, dan lokasi yang terjangkau serta modal petani. Ini
tidak menjadi alasan petani untuk beralih karena di Desa Kalola harga bibit
sangat terjangkau, selain itu lokasi pembelian bibit ikan juga dekat dengan lokasi
Desa Kalola
6
Harga bibit ikan tersebut dapat petani beli dengan harga Rp 700/ekor. Ini
membuktikan bahwa harga bibit ikan sangat terjangkau oleh petani. Bibit dapat
dibeli di toko maupun Kantor Pendederan dan Pembibitan Ikan yang berada di
pendapatan mereka yang cenderung menurun. Hal ini sesuai dengan yang
stabil, akan tetapi biaya variabel yang mereka gunakan selalu petani tambah
seperti penggunaan pupuk urea. Meski pada saat ini penggunaan pupuk bersubsidi
yang tepat dosis telah dikeluarkan aturan penggunaannya, dan petani telah
dilakukan oleh petani. Dengan melakukan mina padi sebagian besar akan
mengurangi penggunaan pupuk karena adanya proses timbal balik dari ikan
tersebut yang memakan hama berupa wereng sehingga penggunaan pupuk dan
Selain faktor alam dan faktor ekonomi yang menyebabkan petani beralih,
faktor lingkunganpun menjadi salah satu penyebab mengapa petani beralih dari
6
Pada Tabel 17 terlihat bahwa 12 responden memilih faktor lingkungan
sebagai salah satu alasan mengapa petani beralih, yakni sebanyak 12 responden
memilih karena penggunaan pupuk dan pestisida yang menyebabkan air tercemar.
Hal ini menjadi salah satu penyebab petani beralih, responden mengatakan bahwa
bukan hanya air yang ikut tercemar melainkan tanah pula. Hal ini akan
Faktor lingkungan ini sangat erat kaitannya dengan faktor alam dalam hal
ini adalah petani beralih dari mina padi ke non mina padi karena tingginya
menyerang tanaman padi ini tidak dapat diatasi petani selain melakukan
penyemprotan pada tanaman padi, untuk mencegah gagal panennya tanaman padi.
Faktor alam ini akan memberi dampak pada lingkungan yakni adanya penggunaan
pupuk dan pestisida. Dengan adanya penggunaan pupuk dan pestisida di waktu
petani melakukan mina padi maka akan menyebabkan gagal panennya ikan dalam
mina padi ini. Penggunaan pestisida akan menyebabkan air dan tanah ikut
tercemar, sehingga ikan yang berada dalam satu lokasi dengan padi yang
disemprot tadi akan menerima dampak dari penggunaan pupuk dan pestisida ini.
Misalnya adalah matinya ikan tersebut. Hal inilah yang melandasi petani
6
5.4.4 Faktor Teknis
Faktor lain yang menyebabkan petani beralih dari mina padi ke non mina
padi adalah faktor teknis yakni pematang sawah yang telah rubuh, akibat derasnya
dari mina padi ke non mina padi karena kondisi pematang sawah yang telah
rubuh. Sebagaimana salah satu langkah yang perlu dilakukan dalam pengelolaan
pematang yang dibuat untuk sistem mina padi tersebut kebanyakan telah rubuh.
Hal ini disebabkan karena air yang terus mengalir bergantian yang berasal dari
dua sistem irigasi. Desa Kalola merupakan salah satu Desa yang memiliki sistem
irigasi yang memadai. Desa ini didukung dan dialiri oleh dua sistem irigasi
sekaligus yakni irigasi dari Bendungan Kalola serta Bendungan Bila yang berada
di Kabupaten Sidrap.
Berdasarkan Tabel 17, terlihat bahwa bukan hanya ada satu faktor yang
menyebabkan petani beralih dari mina padi ke non mina padi, melainkan ada
mina padi ke non mina padi dapat dilihat pada Tabel 18:
6
Tabel 18. Kategori pemilihan petani berdasarkan 4 faktor yang menyebabkan
petani beralih dari mina padi ke non mina padi di Desa Kalola,
Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo,
2015
Jumlah
No Faktor Petani Beralih Persentase (%)
(Orang)
1 2 3 4
1 Faktor alam 14 36,84
2 Faktor ekonomi 2 5,26
3 Faktor alam dan faktor ekonomi 7 18,42
4 Faktor alam dan faktor 9 23,67
lingkungan
5 Faktor alam dan faktor teknis 4 10,53
6 Faktor alam, faktor ekonomi, 2 5,26
faktor lingkunan
Jumlah 38 100
Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2015.
Pada Tabel 18 terlihat bahwa ada 6 kategori yang menjadi alasan mengapa
petani beralih dari mina padi ke non mina padi. Keenam kategori tersebut terdiri
atas 4 faktor, yakni faktor alam, faktor ekonomi, faktor lingkungan dan faktor
36,84 % memilih faktor alam sebagai alasan mengapa petani beralih dari mina
padi ke non mina padi. Hal ini disebabkan karena faktor alam yang berupa resiko
kegagalan seperti serangan hama pada tanaman padi maupun ikan sangat memberi
pengaruh pada keputusan petani beralih. Faktor lainnya yang menyebabkan petani
beralih dengan indeks frekuensi terendah adalah petani yang memilih faktor
ekonomi atau petani yang memilih faktor alam, faktor ekonomi dan faktor
6
5.5 Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani
mendapatkan hasil yang maksimal dari usahatani tersebut. Misalanya biaya sarana
produksi (benih, pupuk, pestisida), biaya pengeluaran tenaga kerja serta biaya-
Biaya yang digunakan dalam proses produksi terbagi atas biaya tetap dan
biaya variabel. Biaya tetap merupakan biaya yang harus dikeluarkan petani yang
tidak mempengaruhi besar atau kecilnya produksi dari usahatani tersebut, seperti
NPA, pajak lahan, iuran air. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang
petani tersebut, yang termasuk kedalam biaya variabel antara lain adalah biaya
sarana produksi seperti pembelian benih, pupuk, maupun pestisida, serta sewa
traktor.
6
Untuk melihat besarnya biaya yang dikeluarkan petani responden yakni
Tabel 19. Perbandingan Jenis Biaya dan Nilai Biaya Usahatani Petani
Responden di Desa Kalola, Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten
Wajo, 2015.
Total Nilai (Rp) Rata-rata (Rp)
No Jenis Biaya Non
Non Mina Mina
Mina Padi Mina
Padi Padi
Padi
1 2 3 4 5 6
1 Biaya Variabel
-Sarana Produksi 59.505.000 44.506.500 1.565.921 1.171.224
-Sewa Traktor/Bensin 11.671.600 11.671.600 307.147 307.147
-Tenaga Kerja 104.060.500 102.657.500 2.738.434 2.701.513
Jumlah biaya 167.808.100 158.835.600 4.416.003 4.179.884
variabel
2 Biaya Tetap
-NPA 7.800.832 7.557.832 205.285 198.890
-Pajak lahan 1.660.000 1.660.000 43.684 43.684
Jumlah biaya tetap 9.217.832 9.217.832 242.574 242.574
3 Total Biaya 177.025.932 168.053.432 4.658.577 4.422.458
Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2015.
Pada Tabel 19 terlihat bahwa total biaya usahatani yang dikeluarkan oleh
petani responden mina padi lebih besar dibanding dengan total biaya yang
dikeluarkan oleh petani responden non mina padi yakni sebesar Rp 177.025.932,
dengan rata-rata Rp 4.658.577. Hal ini disebabkan karena adanya biaya tambahan
yang dikeluarkan petani responden mina padi, seperti biaya pakan dan biaya benih
ikan.
diperoleh dengan harga produk yang diterima oleh petani responden. Sedangkan
7
biaya usahatani yang dikeluar petani responden. Untuk melihat nilai penerimaan
Tabel 20. Perbandingan Nilai Penerimaan, Total Biaya dan Pendapatan Usahatani
Petani Responden di Desa Kalola, Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten
Wajo, 2015
Total Nilai (Rp) Rata-rata (Rp)
No Uraian
Non Mina Non Mina
Mina Padi Padi Mina Padi Padi
1 2 3 4 5 6
1 Penerimaan 773.325.000 763.680.000 20.350.658 20.096.842
2 Total Biaya 177.025.932 168.053.432 4.658.577 4.422.458
3 Pendapatan 596.299.068 595.626.568 15.692.081 15.674.383
Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2015.
Pada Tabel 20 terlihat bahwa pendapatan usahatani mina padi lebih besar
dibanding dengan usahatani non mina padi. Pendapatan usahatani mina padi
pendapatan usahatani non mina padi sebesar Rp 595.626.568 dengan tingkat rata-
rata Rp 15.674.383.
7
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Ada empat faktor yang menyebabkan petani beralih dari mina padi ke non
mina padi antara lain adalah faktor alam, faktor ekonomi, faktor lingkungan
dan faktor teknis. Faktor alam terdiri atas indikator pertama petani beralih dari
mina padi ke non mina padi karena tingginya serangan hama dan penyakit
pada ikan, kedua petani beralih dari mina padi ke non mina padi karena
tingginya serangan hama dan penyakit pada tanaman padi. Faktor ekonomi
terdiri atas indikator petani beralih dari mina padi ke non mina padi karena
petani beralih dari mina padi ke non mina padi karena penggunaan pupuk dan
pestisida. Faktor teknis terdiri atas indikator petani beralih dari mina padi ke
non mina padi karena karena pematang sawah yang telah rubuh.
Pendapatan usahatani saat petani menerapkan sistem mina padi lebih besar
7
6.2 Saran
Adapun saran dari penelitian ini adalah semoga sistem mina padi ini
mampu diterapkan kembali oleh masyarakat di Desa Kalola, melihat peluang yang
dimiliki dari segi teknis yakni irigasi. Akan tetapi perlu ditingkatkan dan
7
DAFTAR PUSTAKA
xv
Suratiyah, K. 2006. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.
Tiku, G.V. 2008. Analisis Pendapatan Usahatani Padi Sawah Menurut Sistem
Mina Padi dan Sistem Non Mina Padi pada Desa Tapos I dan Desa Tapos II,
Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Skripsi Program Studi
Agribisnis. Fakultas Pertanian, IPB.
xi
Lampiran 1. Identitas Petani Responden Desa Kalola, Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo, 2015.
Pengalaman
Posisi Jumlah Pekerjaan berusahatani Luas Lahan (Ha) Lama
Nama Jenis Mina Jenis Umur
No dalam Alamat Pendidikan tanggungan Berpindah
Responden Padi Kelamin (tahun) Padi Mina
keluarga keluarga utama sampingan padi Milik Sakap Garap (thn)
x
27 H. Betta Tumpang sari L 67 Kepala RT Kalola Tamat SD 2 Petani 42 2 2.4 8
28 Jaelani Palawija L 61 Kepala RT Kalola Tamat SLTA 0 Petani 45 4 0.8 12
29 Udin Tumpang sari L 45 Kepala RT Kalola Tamat SD 2 Guru Petani 22 2 0.7 10
30 Ridwan Palawija L 31 Kepala RT Kalola Tamat SD 2 Petani 17 3 0.7 7
31 Maing Palawija L 29 Kepala RT Kalola Tamat SD 4 Petani 16 2 0.4 6
32 Sudirman Palawija L 40 Kepala RT Kalola Tamat SD 3 Petani 25 2 0.8 8
33 Saripuddin Palawija L 41 Kepala RT Awatanae Tamat SD 3 Petani 27 1 0.6 10
34 Yunus Palawija L 58 Kepala RT Kalosi Tamat SD 4 Petani 32 2 0.4 8
35 lasidah Palawija P 75 Kepala RT Kalola Tidak tamat SD 3 Petani Peternak 32 2.5 0.4 12
36 Abdul Hakim Palawija L 49 Kepala RT Kalola Tamat SD 3 Petani 22 1 0.3 10
37 Rusli Ramlah Palawija L 60 Kepala RT Kalola Tamat SLTP 3 Petani 21 1 0.6 9
38 Sugiyanto Palawija L 22 Kepala RT Kalola Tamat SD 1 Petani 10 2 0.5 6
Jumlah 1853 95 1006 32 331
Rata-rata 48.8 2.5 26.47 0.8 8.71
x
Lampiran 2. Jumlah Produksi, Biaya dan Pendapatan Petani Responden Non Mina Padi di Desa Kalola,
Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo, 2015.
Biaya
Jumlah Harga Penerimaan Biaya Pendapatan
Responden Variabel
Produksi (Kg) (Rp) (Rp) Tetap (Rp)
(Rp)
(Rp)
1 700 3.600 2.520.000 696.875 20.000 1.803.125
2 5.500 3.600 19.800.000 4.124.200 233.333 15.442.467
3 3.500 3.600 12.600.000 2.160.125 245.833 10.194.042
4 5.000 3.600 18.000.000 3.903.775 172.500 13.923.725
5 6.500 3.600 23.400.000 4.997.750 564.333 17.837.917
6 13.000 3.600 46.800.000 10.155.500 390.000 36.254.500
7 5.000 3.600 18.000.000 3.903.775 175.000 13.921.225
8 6.500 3.600 23.400.000 4.997.750 281.500 18.120.750
9 6.500 3.600 23.400.000 4.997.750 581.333 17.820.917
10 3.500 3.600 12.600.000 2.192.625 157.500 10.249.875
11 1.700 3.600 6.120.000 2.260.625 57.500 3.801.875
12 13.000 3.600 46.800.000 9.895.500 348.500 36.556.000
13 2.000 3.600 7.200.000 1.590.000 47.500 5.562.500
14 1.800 3.600 6.480.000 2.671.875 46.667 3.761.458
15 13.000 3.600 46.800.000 9.895.500 632.667 36.271.833
16 2.000 3.600 7.200.000 1.590.000 47.500 5.562.500
17 26.000 3.600 93.600.000 9.435.000 1.909.333 82.255.667
18 3.500 3.600 12.600.000 2.906.875 57.500 9.635.625
19 1.300 3.600 4.680.000 1.105.000 41.250 3.533.750
20 5.000 3.600 18.000.000 4.781.875 67.500 13.150.625
21 5.000 3.600 18.000.000 4.751.875 64.000 13.184.125
22 1.800 3.600 6.480.000 1.916.375 56.000 4.507.625
23 10.000 3.600 36.000.000 7.652.250 607.667 27.740.083
24 5.000 3.600 18.000.000 3.903.775 358.333 13.737.892
25 3.000 3.600 10.800.000 2.536.375 68.333 8.195.292
26 3.500 3.600 12.600.000 2.192.625 343.333 10.064.042
27 16.000 3.600 57.600.000 11.681.150 657.667 45.261.183
28 5.500 3.600 19.800.000 5.095.000 61.500 14.643.500
29 5.000 3.600 18.000.000 4.033.775 202.250 13.763.975
30 5.000 3.600 18.000.000 4.033.775 202.333 13.763.892
31 1.500 3.600 5.400.000 2.240.625 49.167 3.110.208
32 5.500 3.600 19.800.000 5.095.000 102.500 14.602.500
33 4.500 3.600 16.200.000 3.065.000 100.000 13.035.000
34 3.000 3.600 10.800.000 2.423.125 51.000 8.325.875
35 3.000 3.600 10.800.000 2.423.125 46.500 8.330.375
36 2.000 3.600 7.200.000 1.590.000 35.000 5.575.000
37 4.500 3.600 16.200.000 3.097.500 73.333 13.029.167
38 3.500 3.600 12.000.000 2.841.875 61.667 9.096.458
Jumlah 212.300 763.680.000 158.835.600 9.217.832 595.626.568
Rata-rata 5.587 20.096.842 4.179.884 242.575 15.674.383
xx
Lampiran 3. Jumlah Produksi, Biaya dan Pendapatan Petani Responden Mina Padi di Desa Kalola,
Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo, 2015.
Jumlah Jumlah
Harga Harga Penerimaan Biaya Biaya Tetap Pendapatan
Responden Produksi Produksi
(Rp) (Rp) (Rp) Variabel (Rp) (Rp) (Rp)
Padi (Kg) Ikan (Kg)
1 700 3.600 70 1,500 2,625,000 1,084,875 25,000 1,515,125
2 5.500 3.600 350 1,000 20,150,000 4,142,950 243,333 15,763,717
3 3.500 3.600 200 1,000 12,800,000 2,160,125 250,833 10,389,042
4 5.000 3.600 200 1,500 18,300,000 4,035,025 172,500 14,092,475
5 6.500 3.600 200 1,000 23,600,000 4,642,750 574,333 18,382,917
6 13.000 3.600 400 1,000 47,200,000 10,180,500 400,000 36,619,500
7 5.000 3.600 200 1,500 18,300,000 4,035,025 180,000 14,084,975
8 6.500 3.600 150 1,500 23,625,000 4,997,750 291,500 18,335,750
9 6.500 3.600 200 1,000 23,600,000 4,997,750 586,333 18,015,917
10 3.500 3.600 250 1,000 12,850,000 2,162,625 160,500 10,526,875
11 1.700 3.600 200 1,500 6,420,000 2,186,125 65,000 4,168,875
12 13.000 3.600 300 1,000 47,100,000 9,920,500 358,500 36,821,000
13 2.000 3.600 210 1,000 7,410,000 1,614,375 52,500 5,743,125
14 1.800 3.600 250 1,500 6,855,000 2,671,875 56,667 4,126,458
15 13.000 3.600 320 1,500 47,280,000 9,300,500 632,667 37,346,833
16 2.000 3.600 220 1,000 7,420,000 1,614,375 60,000 5,745,625
17 26.000 3.600 220 1,500 93,930,000 9,435,000 1,911,833 82,583,167
18 3.500 3.600 200 1,000 12,800,000 2,906,875 62,500 9,830,625
19 1.300 3.600 250 1,500 5,055,000 1,129,375 46,250 3,879,375
20 5.000 3.600 150 1,500 18,225,000 4,913,125 80,000 13,231,875
21 5.000 3.600 300 1,000 18,300,000 4,709,125 64,000 13,526,875
22 1.800 3.600 200 1,000 6,680,000 1,916,375 61,000 4,702,625
23 10.000 3.600 200 1,000 36,200,000 7,498,500 620,167 28,081,333
24 5.000 3.600 300 1,000 18,300,000 3,678,775 363,333 14,257,892
25 3.000 3.600 250 1,500 11,175,000 2,429,375 73,333 8,672,292
26 3.500 3.600 300 1,500 13,050,000 2,030,125 350,833 10,669,042
27 16.000 3.600 150 1,500 57,825,000 11,367,400 667,667 45,789,933
28 5.500 3.600 100 1,000 19,900,000 5,113,750 66,500 14,719,750
29 5.000 3.600 200 1,000 18,200,000 3,762,525 212,250 14,225,225
30 5.000 3.600 150 1,000 18,150,000 4,058,775 212,333 13,878,892
31 1.500 3.600 200 1,000 5,600,000 2,240,625 49,167 3,310,208
32 5.500 3.600 100 1,000 19,900,000 5,113,750 112,500 14,673,750
33 4.500 3.600 100 1,000 16,300,000 3,083,750 102,500 13,113,750
34 3.000 3.600 300 1,000 11,100,000 2,423,125 58,500 8,618,375
35 3.000 3.600 300 1,000 11,100,000 2,423,125 51,500 8,625,375
36 2.000 3.600 250 1,000 7,450,000 1,614,375 45,000 5,790,625
37 4.500 3.600 200 1,000 16,400,000 3,116,250 75,833 13,207,917
38 3.500 3.600 150 1,000 12,150,000 2,841,875 64,167 9,243,958
Jumlah 212.300 773,325,000 157,553,100 9,460,832 606,311,068
Rata-rata 5.587 20,350,658 4,146,134 248,969 15,955,554
xx
Lampiran 4. Biaya Saprodi Petani Responden Non Mina Padi di Desa Kalola, Kecamatan Maniangpajo, Kab.Wajo, 2015.
xx
27 125 7000 360 1900 720 2100 2.5 60000 - 2 30000 2 65000
28 40 7000 120 1900 240 2100 1 60000 - 1 30000 0.5 65000
29 35 7000 105 1900 210 2100 - 1 190000 0.5 30000 0.5 65000
30 35 7000 105 1900 210 2100 - 1 190000 0.5 30000 0.5 65000
31 20 7000 60 1900 120 2100 0.5 60000 - 0.5 30000 -
32 40 7000 120 1900 240 2100 1 60000 - 1 30000 0.5 65000
33 30 7000 90 1900 180 2100 0.5 60000 - 0.5 30000 -
34 20 7000 60 1900 120 2100 0.5 60000 - 0.5 30000 0.5 65000
35 20 7000 60 1900 120 2100 0.5 60000 - 0.5 30000 0.5 65000
36 15 7000 45 1900 90 2100 0.5 60000 - 0.5 30000 -
37 30 7000 90 1900 180 2100 0.5 60000 - 0.5 30000 0.5 65000
38 25 7000 75 1900 150 2100 0.5 60000 - 0.5 30000 -
xx
Lampiran 5. Biaya Saprodi Petani Responden Mina Padi di Desa Kalola, Kecamatan Maniangpajo, Kab.Wajo, 2015.
Benih Padi Benih ikan Pakan Urea NPK Spontan Virtako Monster Boster
Responden Jumlah Biaya Jumlah Biaya Jumlah Biaya Jumlah Biaya Jumlah Biaya Jumlah Biaya Jumlah Biaya Jumlah Biaya Jumlah Biaya
(Kg) (Rp) (ekor) (Rp) (Kg) (Rp) (Kg) (Rp) (Kg) (Rp) (l) (Rp) (l) (Rp) (l) (Rp) (l) (Rp)
1 5 7000 100 700 10000 15 1900 30 2300 0.25 60000 - 0.25 30000 -
2 40 7000 500 700 1 10000 120 1900 240 2300 1 60000 - 1 30000 0.5 65000
3 25 7000 300 700 10000 75 1900 150 2300 0.5 60000 - 0.5 30000 -
4 35 7000 300 700 10000 105 1900 210 2300 1 60000 - 0.5 30000 0.5 65000
5 50 7000 500 700 1 10000 100 1900 200 2300 0.5 60000 - 1 30000 1 65000
6 100 7000 500 700 1 10000 300 1900 600 2300 - 2 190000 2 30000 2 65000
7 35 7000 300 700 10000 105 1900 210 2300 1 60000 - 0.5 30000 0.5 65000
8 50 7000 250 700 10000 150 1900 300 2300 1 60000 - 1 30000 1 65000
9 50 7000 300 700 10000 150 1900 300 2300 1 60000 - 1 30000 1 65000
10 25 7000 400 700 10000 75 1900 150 2300 60000 - 0.5 30000 0.5 65000
11 20 7000 300 700 10000 45 1900 100 2300 0.5 60000 - 0.5 30000 -
12 100 7000 700 700 2 10000 300 1900 600 2300 2 60000 - 2 30000 2 65000
13 15 7000 450 700 1 10000 45 1900 90 2300 0.5 60000 - 0.5 30000 -
14 25 7000 450 700 1 10000 75 1900 150 2300 0.5 60000 - 0.5 30000 -
15 100 7000 500 700 1 10000 200 1900 450 2300 1 60000 - 2 30000 2 65000
16 15 7000 300 700 10000 45 1900 90 2300 0.5 60000 - 0.5 30000 -
17 200 7000 300 700 10000 60 1900 120 2300 4 60000 - 4 30000 4 65000
18 25 7000 400 700 1 10000 75 1900 150 2300 - 0.5 190000 0.5 30000 -
19 15 7000 450 700 1 10000 45 1900 90 2300 0.5 60000 - - -
20 35 7000 300 700 10000 105 1900 210 2300 1 60000 - 0.5 30000 0.5 65000
21 35 7000 500 700 1 10000 75 1900 170 2300 0.5 60000 - 0.5 30000 0.5 65000
22 25 7000 300 700 1 10000 70 1900 130 2300 0.5 60000 - 0.5 30000 -
23 75 7000 300 700 10000 200 1900 350 2300 - 1 190000 1 30000 1 65000
24 35 7000 450 700 1 10000 75 1900 150 2300 0.5 60000 - 0.5 30000 0.5 65000
25 25 7000 500 700 1 10000 50 1900 100 2300 0.5 60000 - 0.5 30000 -
26 25 7000 500 700 1 10000 50 1900 100 2300 0.5 60000 - 0.5 30000 0.5 65000
xx
27 125 7000 300 700 1 10000 300 1900 600 2300 2 60000 - 2 30000 2 65000
28 40 7000 300 700 10000 120 1900 240 2300 1 60000 - 1 30000 0.5 65000
29 35 7000 450 700 1 10000 75 1900 150 2300 - 0.5 190000 0.5 30000 0.5 65000
30 35 7000 300 700 1 10000 105 1900 210 2300 - 1 190000 0.5 30000 0.5 65000
31 20 7000 300 700 10000 60 1900 120 2300 0.5 60000 - 0.5 30000 -
32 40 7000 250 700 10000 120 1900 240 2300 1 60000 - 1 30000 0.5 65000
33 30 7000 300 700 10000 90 1900 180 2300 0.5 60000 - 0.5 30000 -
34 20 7000 500 700 1 10000 60 1900 120 2300 0.5 60000 - 0.5 30000 0.5 65000
35 20 7000 400 700 1 10000 60 1900 120 2300 0.5 60000 - 0.5 30000 0.5 65000
36 15 7000 500 700 1 10000 45 1900 90 2300 0.5 60000 - 0.5 30000 -
37 30 7000 300 700 10000 90 1900 180 2300 0.5 60000 - 0.5 30000 0.5 65000
38 25 7000 300 700 10000 75 1900 150 2300 0.5 60000 - 0.5 30000 -
xx
Lampiran 6. Pajak/Iuran Petani Responden Non Mina Padi di Desa Kalola, Kecamatan Maniangpajo,
Kabupaten Wajo, 2015.
Pajak/Iuran
Responden NPA (Rp)
Sewa
Mesin Bensin Pajak
Traktor Cangkul Sprayer Sabit Parang Traktor
Panen
1 - - 5.000 - - 5.000 - 10.000
2 160.000 - 13.333 15.000 - 5.000 - 29.200 40.000
3 200.000 - 2.500 5.000 10.000 3.333 - 18.250 25.000
4 100.000 - 2.500 15.000 10.000 5.000 - 21.900 40.000
5 500.000 - 5.000 6.000 3.333 - - 36.500 50.000
6 200.000 - 25.000 40.000 15.000 10.000 - 73.000 100.000
7 100.000 - 5.000 20.000 10.000 - - 21.900 40.000
8 200.000 - 10.000 14.000 7.500 - - 36.500 50.000
9 500.000 - - 25.000 3.333 3.000 - 36.500 50.000
10 100.000 - 2.500 15.000 10.000 5.000 - 18.250 25.000
11 - - 5.000 20.000 5.000 7.500 500.000 - 20.000
12 200.000 - 15.000 15.000 12.500 6.000 - 73.000 100.000
13 - - 2.500 17.500 2.500 10.000 400.000 - 15.000
14 - - 4.167 7.500 5.000 5.000 700.000 - 25.000
15 500.000 - 6.667 15.000 5.000 6.000 - 73.000 100.000
16 - - 2.500 17.500 2.500 10.000 400.000 - 15.000
17 133.333 1.500.000 16.000 40.000 - 20.000 - - 200.000
18 - - 2.500 15.000 10.000 5.000 700.000 - 25.000
19 - - 2.500 17.500 2.500 3.750 - - 15.000
20 - - 5.000 17.500 5.000 - 900.000 - 40.000
21 - - 1.500 17.500 5.000 - 900.000 - 40.000
22 - - 5.000 17.500 3.500 5.000 - - 25.000
23 500.000 - 6.667 15.000 5.000 6.000 - 54.750 75.000
24 280.000 - 5.000 30.000 3.333 - - 21.900 40.000
25 - - 7.500 13.333 10.000 12.500 500.000 - 25.000
26 280.000 - 5.000 30.000 3.333 - - 18.250 25.000
27 500.000 - 6.667 15.000 5.000 6.000 - 94.900 125.000
28 - - 4.000 7.500 - 10.000 1.000.000 - 40.000
29 133.333 - 3.750 16.000 2.500 6.667 - 21.900 40.000
30 133.333 - 1.500 17.500 5.000 5.000 - 21.900 40.000
31 - - 6.667 15.000 2.500 5.000 500.000 - 20.000
32 - - 5.000 47.000 2.500 8.000 1.000.000 - 40.000
33 - - 20.000 30.000 - 20.000 700.000 30.000
34 - - 5.000 17.500 3.500 5.000 500.000 - 20.000
35 - - 4.000 15.000 2.500 5.000 500.000 - 20.000
36 - - 5.000 7.500 - 7.500 400.000 - 15.000
37 - - 8.333 20.000 - 15.000 700.000 - 30.000
38 - - 10.000 4.167 10.000 12.500 700.000 - 25.000
xx
Lampiran 7. Pajak/Iuran Petani Responden Mina Padi di Desa Kalola, Kecamatan Maniangpajo,
Kabupaten Wajo, 2015.
Pajak/Iuran
xx
Lampiran 8. Tenaga Kerja Petani Responden Non Mina Padi di Desa Kalola, Kecamatan Maniangpajo,
Kab.Wajo, 2015.
Tenaga Kerja
xx
Lampiran 9. Tenaga Kerja Petani Responden Mina Padi di Desa Kalola, Kecamatan Maniangpajo,
Kab.Wajo, 2015.
Tenaga Kerja
xx
Lampiran 10. Faktor Penyebab Peralihan Petani Responden di Desa Kalola, Kecamatan Maniangpajo,
Kabupaten Wajo, 2015.
xx
KUESIONER PENELITIAN
ALASAN PETANI MENGALIHKAN USAHATANINYA
DARI MINA PADI (Budidaya Ikan Bersama Padi) KE NON MINA PADI
No. Responden
Jenis Mina Padi :
: Penyelang/Tumpang sari/Palawija/Parlabek
A. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama Responden :
5. Alamat Domisili :
6. Pendidikan :
Tamat SD/SLTP/SLTA/Dipl/S1*)
Tidak Tamat SD/SLTP/SLTA/Dipl/S1*), sampai Kls/Thn:
7. Jumlah Tanggungan Keluarga : Orang
8. Pekerjaan : Utama :
Sampingan :
9. Pengalaman berusahatani padi : tahun
10. Dalam setahun intensitas pertanaman padi sebanyak:
Total
12. Sudah berapa lama petani beralih dari mina padi ke non mina padi
B. BIAYA DAN PENDAPATAN USAHATANI NON MINA PADI
3. Apakah pendapatan yang didapatkan dari budidaya ikan bersama padi cukup untuk digunakan petani
sampai pada musim panen berikutnya?
a. Ya
b. Tidak
c. Alasannya.............
4. Apakah pendapatan yang didapatkan dari budidaya ikan bersama padi terus menurun dari tahun ke tahun?
a. Ya
b. Tidak
c. Sama
5. Menurut petani biaya yang digunakan saat membudidayakan ikan bersama padi di sawah, apakah lebih
tinggi dibanding setelah petani tidak lagi membudidayakan ikan di sawah?
a. Ya
b. Tidak
c. Sama
6. Menurut petani yang mana lebih menguntungkan saat membudidayakan ikan bersama padi di sawah,
dibanding setelah petani tidak lagi membudidayakan ikan di sawah?
a. Membudidayakan ikan bersama padi di sawah, sekitar Rp.........
b. Tidak lagi membudidayakan ikan di sawah, sekitar Rp...............
c. Alasannya,..........
7. Apakah pendapatan dari budidaya ikan bersama padi (mina padi) cenderung lebih besar dan memerlukan
biaya yang besar dibanding setelah petani tidak lagi membudidayakan ikan di sawah?
a. Ya
b. Tidak
c. Alasannya,...............
8. Apakah pendapatan dari budidaya ikan bersama padi di sawah cenderung lebih besar, akan tetapi
tingkat keberhasilannya rendah?
a. Ya
b. Tidak
c. Alasannya,...............
9. Apakah pendapatan dari usahatani saat ini, yakni setelah petani tidak lagi membudidayakan ikan di sawah
cenderung lebih kecil, tetapi tingkat keberhasilannya besar?
a. Ya
b. Tidak
c. Sama
10. Apakah jumlah bibit ikan yang petani budidayakan dalam sistem mina padi selalu sama saat petani
melakukan panen ikan?
a. Ya
b. Tidak
c. Alasannya,...............
13. Apakah letak petani membeli bibit ikan mudah dijangkau oleh petani ?
a. Ya
b. Tidak
c. Alasannya,...............