Anda di halaman 1dari 40

Laporan Lengkap

TEKNOLOGI BENIH DAN PERSEMAIAN

NAMA : Alvin Febrian Hidayat


NIM : M011191026
KELAS : A
KELOMPOK : 2 / Dua
ASISTEN : Aswar

LABORATURIUM SILVIKULTURDAN FISIOLOGI POHON


FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : Teknologi Benih dan Persemaian
Nama : Alvin Febrian Hidayat
NIM : M011191026
Kelas : Teknologi Benih & Persemaian – A
Kelompok : 2 / Dua

Laporan Ini Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Nilai
Praktikum Teknologi Benih dan Perkemahan
Pada
Laboratorium Silvikultur Dan Fisiologi Pohon
Fakultas Kehutanan
Universitas Hasanuddin
Makassar
2021

Menyetujui

Asisten Koordinator Asisten

NAMA: Aswar NAMA:


NIM: M011171048 NIM:

Tanggal Pengesahan : November 2021


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan inayah-nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan yang berjudul “Skarifikasi
Teknologi Benih dan Persemaian”.
Terimakasih saya ucapkan kepada bapak.ibu yang telah membantu kami baik
secara moral maupun non moral. Terimakasih juga saya ucapkan kepada teman kelompok
saya, seperjuangan karena telah mendukung kami sehingga kami bisa menyelesaikan
tugas ini tepat waktu.
Kami menyadari, bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna baik segi
penyusunan, Bahasa, maupun penulisanya. Oleh karenanya kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan agar penulis
bisa menjadi lebih baik di masa mendatang.
Semoga laporan ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat
untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pegetahuan

Makassar, 3 November 2021


DAFTAR ISI

SAMPUL.......................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................
KATA PENGANTAR..................................................................
Daftar Isi.......................................................................................
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................
1.2 Tujuan dan Kegunaan Praktikum................................
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1......................................................................................
III. METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat......................................................
3.2 Alat dan Bahan............................................................
3.3 Prosedur Kerja.............................................................
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil.............................................................................
4.2 Saran............................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I

Pendahuluan

1.1 Benih

Indonesia yang beriklim tropis merupakan negara dengan keanekaragaman hayati


terbesar ke-2 di dunia setelah Brazil. Di iindonesia terdapaat 25.000-30.000 spesies
tanaman yang merupakan 80% dari jenis tanaman di dunia dan 90% dari jenis tanaman di
Asia. Hasil inventariasi yang dilakukan PT Eisai pada 2014 mendapatkan sekitar tujuh
ribu spesies tanaman di Inndonesia digunakan masyarakat sebagai obat, dan kebutuhan
sehari-hari serta kebutuhan ekonomi khuususnya oleh industri kayu sebagai obat.
Benih merupakan biji yang digunakan sebagai sumber perbanyakan tanaman atau
berkaitan dengan perbanyakan tanaman. Batasan tentang pengertian benih dapat di
bedakan secara biologi, secara agronomi dan secara fisiologis. Secara agronomis benih
didefinisikan sebagai biji tanaman yang diperlukan untuk keperluan dan pengembangan
usaha tani, memiliki fungsi agronomis atau merupakan komponen agronomis.
Komponenagronomis ini lebih berorientasi pada penerapan norma-norma ilmiah, sehingga
lebih bersifat teknologis untuk mencapai produksi secara maksimal (Kartasapoetra, 2012).
Secara biologi benih merupakan biji tumbuhan yang digunakan untuk alat
perkembangbiakan tanaman (Sutopo, 2014).
Benih merupakan bahan tanaman yang sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil
panen yang tinggi. Bahan tanaman merupakan suatu awal keberhasilan suatu proses
produksi. Tidak ada gunanya kita memupuk, menyiangi dan menyiram apabila bahan
tanamanya tidak bermutu dan bisa diperkirakan tidak akan daapt diperoleh hasil panen
yang maksimum. Benih yang berkualitas mempunyai sifat-sifat antara lain, tingkat
kemurnian genetik dan fisik yang tinggi, sehat dan kadar air aman dalam penyimpanan,
usaha memperbanyak tanaman dengan benih atau biji sering mengalami banyak
hambatan, walaupun benih dikecambahkan pada kondisi lingkungan yang sesuai. Benih
tersebut sebenarnya hidup karena dapat dipacu untuk berkecambah dengan berbagai
perlakuan-perlakuan khusus. Benih tersebut dikatakan mengalami dormansi, yaitu
keadaan di mana benih tersebut hidup, tetapi gagal untuk berkecambah dalam keadaan
lingkngan (kelembapan, suhu, cahaya) yang sesuai untuk pertumbuhanya (Kartasapoetra,
2012).
Benih dikatakan dorman apabila benih tersebut sebenarnya hidup tetapi tidak
berkecambah walaupun diletakan pada keadaan yang secara umum dianggap telah
memnuhi persyaraatan bagai suatu perkecambahan, Dormansi ada benih dapat
berlangsung selama beberapa hari, semusim bahkan sampai beberapa tahun tergantung
pada jenis dan dormansinya. Pertumbuhan tidak akan terjadi selama beni belum melalui
masa dormansinya atau sebelum dikenakan suatu perakuan khusus terhadap benih tersebut
(Saputra dkk, 2012). Lalu menurut UUD Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2019
tentang Sistem Budi Daya pertanian berkelanjutan, Benih tanaman adalah tanaman atau
bagianya yang digunakan untuk memberbanyak dan atau mengembakbiakan tanaman.
Skarifikasi adalah perusakan kulit biji dengan tujuan utnuk melunakan kulit benih
yang kerasm sehingga menjadi permeabel terhadap air dan gsa (Sutopo, 2012).
Pemecahan dormansi dilakukan pada beberapa jenis tanaman antara lain untuk
mematahkan dormansi benih merbau (Intsia bijuga) dilakukan deengan cara kulit benih di
kikir pada bagian sisi dekat hipokotil (Yuniarti, 2018). Benih Kayu Raja (Cassia fistula)
dipatahkan dormansi dengan cara mencabik-cabik kulitnya. (Yuniarti, dkk. 2013).
Pada praktikum skarifikasi ini dilakukan beberapa teknik skarifikasi pad benih
kayu Raja untuk memecahkan dormansi sehingga dapat mempercepat perkecambahan.
Perkecambahan Benih Kayu Raja dilakukan melelaui kultur jaringan. Beberap
amanfaatnya memperbanyak tanaman melalui kultur jaringan seperti bibit yang dihasilkan
seragam, agar tidak tergantung musim dan ruangan yang digunakan kecil.

1.2 Tujuan dan Kegunaan Praktikum

Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan praktikum beberapa skarifikasi pada


benih Kayu Raja melalui kultur jaringan. Penelitian in bertujuan untuk mendapatkan
teknik skrafisikasi pada benih yang tepat sehinggga diperoleh eksplan yang cepat
berkecambah dan steril. Serta kegunaan daripada skarifikasi menyebabkan terjadinya
peningkatan permeabilitas kulit benih sehingga laju imbibisi benih tinggi. Untuk
mempercepat perkecambahan benih dalam jumlah yang besar dan dalam waktu yang cepat
dapat diakukan perlakuan benih dengan cara skarifikassi fisik dan Kimia selain perlakuan
mekanik tersebut..
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Skarifikasi Benih

Skarifikasi merupakan salah satu upaya pretreatment atau perlakuan awal pada
benih yang ditujukan untuk mematahkan dormansi dan mempercepat terjadinya
perkecambahan benih yang seragam (Kartasapotra, 2018). Skarifikasi (pelukaan kulit benih)
adalah cara untuk memberikan kondisi benih yang impermeabel menjadi permeabel
melalui penusukan, pembakaran, pemecahan, pengikiran dan penggoresan dengan bantuan
benda tajam. Kulit benih permeabel memungkinkan air dan gas dapat masuk ke dalam
benih sehingga proses imbibisi dapat terjadi. Benih yang diskarifikasi akan menghasilkan
proses imbibisi yang semain baik. Air dan gas akan lebih cepat masuk ke dalam benih
karena kulit benih yang permeabel. Air yang masuk ke dalam benih menyebabkan proses
metabolisme dalamb benih yang menyebabkan proses metabolisme dalam benih berjalan
lebih cepat akibatnya perkecambahaan yang dihassilkan akan semakin baik. Benih Kayu
Raja (Cassia fistula) diskarifikasikan akan berkecambah lebih baik dibandingkan dengan
benih yang tidak diskarifikasi. Kecambah normal yang dihasilkan dair bebih yang
diskarifikassi akan dihitung dan dibandingkan dengan benih Kayu Raja yang tidak di
skarifikassi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pola imbibisi dan
perkecambahan benih Kayua raja berbeda antara yang di skarifikasi dan tidak di
skarifikasi (Kartasapoetra, 2012).
Skarifikasi adalah perusakan kulit biji dengan tujuan utnuk melunakan kulit benih
yang kerasm sehingga menjadi permeabel terhadap air dan gsa (Sutopo, 2012).
Pemecahan dormansi dilakukan pada beberapa jenis tanaman antara lain untuk
mematahkan dormansi benih merbau (Intsia bijuga) dilakukan deengan cara kulit benih di
kikir pada bagian sisi dekat hipokotil (Yuniarti, 2018). Benih Kayu Raja (Cassia fistula)
dipatahkan dormansi dengan cara mencabik-cabik kulitnya. (Yuniarti, dkk. 2013).

Pada praktikum skarifikasi ini dilakukan beberapa teknik skarifikasi pad benih
kayu Raja untuk memecahkan dormansi sehingga dapat mempercepat perkecambahan.
Perkecambahan Benih Kayu Raja dilakukan melelaui kultur jaringan. Beberap
amanfaatnya memperbanyak tanaman melalui kultur jaringan seperti bibit yang dihasilkan
seragam, agar tidak tergantung musim dan ruangan yang digunakan kecil. Benih di
katakan sebagai biji tanaman yang dipergunakan untuk tujuan penanaman atau budiddaya
tanaman. Benih merupakan biji yang telah mengalami perlakuan khusus sehingga dapat
dijadikan sarana dalam memperbanyak tanaman. Benih akan dapat segera berkecambah
jika ditempatkan pada wadah atau tempatyang sesuai dengan lingkungan tumbuhnya.
Namun aa saat di mana benih dapat berkecambah, namun dengan daya tumbuh yang
kurang baik karena tanaman induknya bersifat lemah. Biji pada tanaman yang lemah
biasanya emmilki embrio yang kecil dan jumlah persediaan makanan yang terbatas
sehingga walaupun benih diletakan pada kondisi yang tepat untuk berkecambah tetapi
akan megnhasilkan tanaman yang lemah. Selain itu pada benih juga akan terjadi dormansi
di mana benih seolah dalam masa istirahat untuk tumbuh sehingga akan memperlama
proses perkecambahan. Dormansi adalah berhentinya pertumbuhan dan metabolisme pada
benih yang disebabkan oleh kondisi lingkungan yang tidak baik atau oleh faktor dari
dalam tumbuhan itu sendiri. Penyebab dormasi antara lain adalah tidak adanya proses
imbibisi (masuknya air ke biji), respirasi terhambat,, pergerakan cadangna makanan yang
terhambat dan rendahnya laju metabolisme (Kartasapoetra, 2012).

Skarifikasi penuh dengan pengamplasan memberikan nilai daya berkecambahan


tinggi dan berbeda nyata dengan perlakuan tanpa skarifikasi yang hanya memberikan
berkecambah yang lebih kecil, hal ini disebabkan karena perlakuan skarifikasi penuh
dengan pengamplasan mengakibatkan hambatan mekanis kulit benih berkurang sehingga
air dan oksigen dapat dengan mudah berimbibisi ke dalam benih untuk proses
perkecambahan dan meningkatkan daya perkecambahan. Namun selain cepatnya proses
imbibisi, faktor ketebalan tempurung beni ada munculnya tunas embrio juga
mempengaruhi proses perkecambahan, karena ketebalan tempurung benih dapat
menghambat keluarnya tunas embrio, terbukti pada perlakuan skarifikasi dengan
peretakan yang seyogyanya proses imbibsi berlangsung lebbih cepat dibandingkan dengan
perlakuan skarifikasi penuh dengan kertas amplas lebih baik dibandingkan dengan
perlakuan skarifikasi penuh dengan peretakan faktor perendaman ZPT alami serta
interaksi antara faktor peramatah dormansi dan perendaman ZPT alami yang diperoleh
bahwa perlakuan perendaman air kelapa muda serta interaksi antara perlakuan skarifikasi
penuh dengan pengamplasan dan perendaman air kelapa memberikan hasil lebih baik
dibandingkan dengan perendaman menggunakan aquades dan pengaruh perlakuan
interaksi lainya, walaupun hasil yang di peroleh berbeda tidak nyata, hal ini diakibatkan
karena kandungan ZPT Alami yang terkandung di dalam air kelapa muda cenderung
perkecambahan benih pala secara signifikan. Skarifikasi merupakan salah satu proses
yang dapat mematahkan dormansi pada benih keras karena meningkatkan imbibisi benih.
Skarifikassi mekanik dilakukan dengan cara melukai benih sehingga terdapat celah tempat
keluar masuknya air dan oksigen (Widyawati dkk, 2009).
Skarifikasi merupakan salah satu proses yang dipercaya dapat mematahkan dormansi pada
biji keras karena dapat meningkatkan imbibisi benih. Skarifikasi dilakukan dengna cara
melkai benih sehingga terdapat celah tempat keluar msasuknya air 02. Penelitian terdahulu
menyebutkan bahwa, dengan skarifikasi kulit biji maka ketebalan dan kerasnya kulit biji
maka ketebalan dan kerasnya kulit biji dapat dikurangi. Peresapan larutan zat perangsang
pertumbuhan embrio pada benih diskarifikasi menjadi lebih mudah, sehingga daya
pertumbuhan biji meningkat. Teknik skarifikasi kulit biji yang keras telah dilaksanakan
unuk mempercepat perkecambahan biji dalam skala komersial (Soedjono dan Suskandari,
2006).

Daya berkecambah benih merupakan peubah utama yang dapat memberikan


gambaran status kemampuan perkecambahan benih selama perkecambahan. Kemampuan
perkecambahan benih yang disimpan berangsur-angsur menurun karena proses
kemunduran benih. Benih yang mengalami kemunduran ditandai dengan terlambatnya
perkecambahan, diikuti penurunan laju perkecambahan, keserampakan perkecambahan
dan daya berkecambah (Sadjad dkk,. 2009).

Mugnisjah dan setiawan (2005) menyatakan bahwa salah satu proses penting yang
terjadi pada benda hidup adalah proses respirasi. Dalam proses respirasi dihasilkan energi
bebas dalam bentuk ATP dan NADH yang sangat berguna dalam proses sintesis.
Kemampuan benih untuk berkecambah tergantung dari tersedianya energi dan senyawa-
senyawa tersebut untuk sintesis sel-sel penyusun organ kecambah yang meliputi akar dan
pucuk. Semakin tinggi ketersediaan senyawa tersebut, maka semakin tinggi pula
kemmapuan benih untuk berkecambah, berarti beih tersebut memiliki kemampuan
perkecambah tinggi.
Skarifikasi merupakan salah satu proses yang dapat mematahkan dormansi pada benih
keras karena meningkatkan imbibisi benih. Skarifikasi mekanik dilakukan dengan cara
melukai benih sehingga terdapat celah tempat keluar massuknya air dan oksigen (Widyawati
dkk, 2009).

Skarifikasi merupakan salah satu proses yang dipercaya dapat mematahkan


dormansi pada biji keras karean dapat meningkatkan benih. Skarifikasi dilakukan dengan
cara melukai benih sehingga terdapat celah tempat keluar masuknya air dan 0 2. Penelitian
terdahulu menyebutkan bahwa, dengan skarifikasi kulit biji maka ketebalan dan kerasnya
kulit biji dapat dikurangi. Peresapan larutan zat perangsang pertumbuhan embrio pada
benih yang di skarifikasi menjadi lebih mudah, sehingga daya pertumbuhan biji
meningkat. Teknik skarifikasi kulit biji yang keras telah dilaksanakan untuk mempercepat
perkecambahan biji dalam skala komersial (Soedjono dan Suskandari, 2006).
Daya berkecambah benih merupakan peubah utama kemampuan perkecambahan benih
selama perkecambahan. Kemampuan perkecambahan benih yang mengalami kemunduran
ditandai degnan keterlembatnya perkecambahan, kesermpakan perkecambahan dan daya
berkecambah (Sadjad, dkk.,2009).

Mugnisjah dan Setiawan (2005) menyatakan bahwa salah satu proes penting yang
terjadi pada benda hidup adalah proses respirasi. Dalam proses respirasi dihasilkan energi
bebeas dalam bentuk ATP dan NADH yang sangat beguna dalam proses sintesis.
Kemampuan benih untuk berkecambah tergantung dari tersedianya energi dan senyawa-
senyawa tersebut untuk sintesis sel-sel penyusun organ kecambah yan gmeliputi akar dan
pucuk. Semakin tinggi ketersediaan senyawa tersebut, maka semakin tinggi pula
kemampuan benih untuk berkecambah, berarti benih tersebut memiliki kemampuan
perkecambahan tinggi. (Sadjad, dkk., 2009).

Hasil analisis keragaman menunjukan bahwa faktor pematahan dormansi


berpengaruh sangat nyata terhadap kecepatan berkecambah, sedangkan perendam zat
pengatur tumbuh berpengaruh tidak nyata terhadap kecepatan berkecambah dan interaksi
antara ke-2 nya berpengaruh tidak nyata terhadap kecepatan berkecambah. Menunjukan
bahwa perlakuan Skarifikasi penuh dengan pengamplasan memberikan nilai kecepatan
berkecambah tertinggi yaitu tinggi dan berbeda nyata dengan perlakuan tanpa skarifikassi
yang hanya dengan perlakuan tanpa skarifikasi yang hanya memberikan daya
berkecambah 80,00%, hal ini disebabkan karena perlakuan skatifikasi penuh dengan
pengamplasan mengakibatkan hambatan mekanis kulit benih berkurang sehingga air dan
oksigen kedalam benih untuk proses perkecambahan dan meningkatkan daya
perkecambahan. Namun selain cepatnya proses imbibisi, faktor ketebalan tempurung
benih pada munculnya tunas embrio juga mempengaruhi proses perkecambahan, karena
ketebalan tempurung benih dapat menghambat keluarnya tunas embrio, terbukti pada
perlakuan sekarifikasi dengan peretakan yang seyogyanya proses imbibisi berlangsung
lebih cepat dibandingkan dengan perlakuan sekarifikasi penuh dengan kertas amplas,
namun hasil yang didapatkan bahwa perlakuan sekarifikasi penuh dengan kertas amplas
lebih baik dibandingka dengan perlakuan sekarifikasi penuh dengan peretakan. Panjang
plumula kecambah juga berhubungan dengan kecepatan berkecambah seta waktu
berkecambah benih pala, sesuai dengan hasil yang didapatkan pada parameter kecepatan
berkecambah perlakuan skarifikasi penuh dengan pengamplasan memberikan persentase
kecepatan berkecambah tertinggi, sehingga benih pada perlakuan ini memiliki kesempatan
untuk berkecambah dan plumula tumbuh lebih awal dibandingkan dengan perlakuan
lainnya. Selain itu juga faktor pembatas lainnya, seperti unsur hara dan suhu juga
memperngaruhi pertumbuhan plumula kecambah. Dalam keadaan alamiah, fase
pertumbuhan awal ditunjukkan oleh laju pertumbuhan bersifat eksponensial kemudian
menurun karena adanya faktor - faktor pembatas (Tohari, 2002).
Hasil analisis keragaman menunjukan bahwa faktor pematahan dormansi
berpengaruh sangat nyata terhadap berat kering kecambah, sedangkan perendaman zat
pengatur tumbuh dan interaksi antara ke-2nya berpengaruh tidak nyata terhadap berat
kering kecambah. Dari hal yang didapatkan di atas terlihat bahwa perlakuan skarifikasi
penuh dengan pengamplasan memberikan hassil berat kering berkecambah tertinggi,
karena faktor kecepatan waktu benih untuk berkecambah membuat proses pertumbuhan
dan perkembangan kecambah lebih cepat dibandingkan pada benih perlakuan lainya,
sehingga jumlah sel yang terdapat pada benih tersebut jauh lebih banyak dibandingkan
dengan perlakuan lainya, akibatnya benih dngan perlakuan skarifikasi penuh dengan
kertas amplas memberikan nilai berat kering tertinggi. Faktor perendaman ZPT alami
serta interaksi antara faktor pematah dormansi dan perendaman ZPT alami yang diperoleh
bahwa perlakuan perendaman air kelapa muda serta interaksi antara perlakuan skarifikasi
penuh dengan pengamplasan dan perendaman air kelapa memberikan hasil lebih baik
dibandingkan dengan perendaman mengunakan aquades dan pengaruh perlakuan interaksi
lainnya, walaupun hasil yang diperoleh berbeda tidak nyata, hal ini diakibatkan karena
kandungan ZPT alami yang terkandung didalam air kelapa muda cenderung belum
mampu mempengaruhi berat kering kecambah benih pala secara signifikan. Bobot kering
kecambah yang tertinggi dapat menggambarkan pemanfaatan cadangan makanan dalam
benih yang efisien. (Sadjad, 2001).

Pertumbuhan merupakan salah satu aspek perkembangan tanaman. Perkembangan


adalah perubahan tertinggi. Secara keseluruhan baik kuantitatif maupun kualitatif selama
siklus hidup tumbuha. Selanjutnya dijelaskan bahwa pertumbuhan tanaman dapat
dicirikan oleh penambahan jumlah sel yang idserttai pembesaran sel. (Tohari, 2002).

Salah satu teknik pematahan dormansi adalah dengan skarifikasi. Hal senada juga
dinyatakan Schmidt (2002) yaitu bahwa skarifikasi merupakan salah satu upaya perawatan
awal pada biji, yang ditujukan untuk mematahkan dormansi, serta mempercepat terjadinya
perkecambahan biji yang seragam Skarifikasi pada benih aren perlu dilakukan sebelum
diikecambahkan untuk mempercepat proses perkecambahan. Skarifikasi dapat dilakukan
secara mekanis, fisis maupun kimia. Teknik yang umum dilakukan pada perlakuan
skarifikasi mekanik yaitu pengamplasan, pengikiran, pemotongan, dan penusukan jarum
tepat pada bagian titik tumbuh sampai terlihat bagian embrio. Skarifikasi mekanik
memungkinkan air masuk ke dalam benih untuk memulai berlangsungnya
perkecambahan. Skarifikasi mekanik mengakibatkan hambatan mekanis kulit benih untuk
berimbibisi berkurang sehingga peningkatan kadar air dapat terjadi lebih cepat sehingga
benih cepat berkecambah. (Widyawati, et al., 2009).
Secara fisis yakni dengan cara di jemur di bawah sinar Matahari, direndam dalam air
dingin atau dalam air mengalir selama beberapa hari dan di bakar, sedangkan secara kimia
dengan menggunakan bahan kimia seperti asam. Pelaknsakakan teknik skarifikasi
mekanik harus hati-hati dan tepat pada posisi embrio berada. Embrio benih aren kadang-
kadang berbeda seperti terletak pada bagian punggung sebelah kanan atau kiri dan
terkadang terletak di bagian tengah benih. Selain skarifikasi aspek lain yang penting
dalam pembibitan adalah kedalaman tanaman benih di media semai / persemaian. (Rofik
dan Murniati, 2008)

2.2 Dormansi Benih

Dormansi benih menunjukan suatu keadaan di mana benih sehat gagal


berkecambah ketika berada dalam kondisi yang merata normal baikk untuk
perkecambaham, seperti kelembapan yang cukup dan cahaya yang sesuai. Dormansi
merupakan strategi untuk mencegah perkecambahan di bawha kondisi di mana
kemungkinan hidup atau berkecambah aataau anakan rendah. Dormani pada ebnih
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kedewasaan embryo, keadaan kulit benih dan
adanya zat penghambat yang menyelubungi kulit. Kondisi dormansi ini dapat di atasi
dengan skarifikasi benih. Skarifikasi merupakan perlakuan yang dilakukan untuk
mematahkan masa dormansi pada benih. Skarifikasi pada kulit benih yang keras dapat
dilakukan dengan cara pemusukan, pembakaran dan penggoresan dengan menggunakan
benda tajam. (Nurshanti, 2013)
2.3 Skarifikasi Benih

Skarifikasi merupakan salah satu upaya atau perlakuan awal pada benih yang
ditujukan untuk mematahkan dormansi mempercepat terjadinya perkecambahan benih
yang seragam. Skarifikasi adalah cara untuk memberikan kondisi benih yang
impermeabel melalui penusukan, pembakaran, pemecahan, pengikiran dan penggoresan
dengan bantuan pisau atau alat tajam lainya (Haryadi, 2001).

2.4 Cara Skarifikasi

Menurut Nurshanti 2013, Beberapa perlakuan unutk mematahkan dormansi dilakukan


dengan cara :
1) Skarikasi mekanis, yakni melalui penusukan, penggoresan, pemecahan, pengikiran
atau pembakaran dengan bantuan pisau atau benda tajam lainya.
2) Air panas, yakni dengan merendam pada air mendidih. Memetahkan dormansi
melalui tegangan yang menyebabkan pecahnya lapisan macroslereid atau meruska
tutup stropiolar.
3) Pemanasan atau pembakaran, yakni dengan cara membakar aatau merebus benih.
Suhu panas kering memiliki pengaruh yang sama dengan air mendidih terhadap
kulit biji buah kering.
4) Perlakuan dengan asam, yaitu dengan menambahkan larutan asam seperti H2S04
sehingga menyebabkan kerusakan pada kulit biji (Nurshanti, 2013).

2.5 Teknik Skarifikasi

Skarifikasi merupakan suatu perlakuan mekanis yang umum dipergunakan untuk


meemcahkankan dormansi benih yang disebabkan oleh impermeabilitas kulit biji baik
terhadap air atau gas, resistensi mekanis kulit perkecambahan yang terdapat pada kulit
biji. Skratifikai merupakan salah satu upaya pretreatment atau perawatan aawal pad benih,
yang ditujukan untuk memeatahkan dormansi serta mempercepat terjadinya
perkecambahan biji yang seragam. (Tampubolon, dkk., 2016).
Kulit benih yang permeabel memungkinkan air dan gas dapat masuk ke dalam
benih sehingga prosees imbibisi dapat terjadi. Benih yang diskarifikasi akan menghasilkan
proses imbibisi yang semakin baik. Air dan gas akan lebih cepat masuk ke dalam benih
karena kulit benih yang permeabel. Air yang masuk ke dalam benih menyebabkan proses
metabolisme dalam benih berjalan lebih cepat akibatnya perkecambahan yang dihasilkan
akan semakin baik. (Juanda, dkk., 2013).
Upaya mematahkan dormansi dapat di lakukan dengan caar mekanik dan
perendaman. Cara mekanik yaitu dengan cara menggosok-gosok biji hingga kulit biji
terkelupas, sedangkan perendaman dilakukan dengan merendam biji ke dalam air dengan
suhu yang berbeda-beda. (Aisah, dkk., 2016) dan juga dengan merendam biji pada bahan-
bahan kimia seperti asam kuat yaitu asam sulfat dan asam nitrat dengan konsentrasi pekat
membuat biji menjadi lunak sehingga dapat dilalui oleh air dengan mudah yang dapat
memberikan pengaruh pada kecepatan biji dalam berkecambah.
Cara mekanik yaaitu dengan cara menggosok-gosokan biji hngga kulit biji terkelupas,
termasuk teknik yang dapat digunakan sebagai saslah satu cara untuk memberikan
preatreatment pada biji yang memiliki kulit biji yang impermeabilitass kulit benih.
Impermeabilitas benih saga disebabkan oleh kulit benih yang keras dan dilapisi oleh
lapisan lilin sehingga kulit benih kedap terhadap air dan gas.
Menurut Juanda, (2013) perkecambahan benin Kayu Raja yang diskarifikasi lebih
tinggi dibandingkan dengan tanpa skarifikasi melalui peningkatan daya berkecambah,
kecpatan berkecambah, keserampakan berkecambah dan bobot kering kecambah normal.
Menurut Darma (2015), skarifikassi dengan pengamplasan merupaka perlakuan
terbaik dari perlakuan lainya yaitu tanpa skarifikasi pengamplasan dan perlakuan terbaik
dan perlakuan lainya tanpa skarifikasi epngamplasan dan peretakan kulit biji yang
ditunjukan oleh daya berkecambah sebanyak 96,66 % dan berkecambah 39,09% pada biji
Kayu Raja (Cassia Fistula).

2.5 Tengguli / Kayu Raja (Cassia fistula)

Tengguli memiliki nama binomial, Cassia fistula L. Namanya Tengguli, bunganya


juga Kuning dan ada jenis lain bunganya berwarna Merah. Begitu cantiknya jika sedang

berbunga, pohon ini disebut Hujan Emas, golden shower tree. Dalam keadaan musim

kering berkepanjangan akan mekar lebih baik, pohon-pohon akan merontokan daunya

meninggalkan bunga berkelompok berwarna Kuning keemasan dan menggantung. Dulu

beberapa kota di Jawa, masih bisa dijumpai tengguli sebagai pohon peneduh jalan, sama

seeprti pohon Bungur, juga flamboyan. Tangkai sarinya yang berbentuk hurus “S” Dari

bungayang berguguran dan sekat-sekaat bijinya yang lengket, biasa dimanfaatkan sebagai

mainan anak-anak pada zaman dahulu. Namun, kini juga Bungur semakin dijumpai sering

sebagai tanaman peneduh jalan. Beda halnya dengan di Thailand, tanaman ini mudah

dijumpai sebagai peneduh jalan. Bahkan bunganya yang cantik dinobatkan menjadi bunga

nasional Thailand. Tengguli tumbuh secara alami di Asia Selatan dan Asia Tenggara,

tetapi kini menyebar luas ke berbagai negeri tropis. Pohon Tengguli di tanam untuk

mempercantik taman di Qatar, Timur Tengah. (Juanda, 2013).

Tengguli merupakan tumbuhan yang masih tergolong ke dalam keluarga suku

polong-polongan atau Fabeceae. Tengguli memiliki nama latin Cassia Fistula dan

memiliki beberapa nama lain di tiap daerahnya. Salah satu nama yang paling familier dari

tumbuhan ini adalah kayu raja dan Trengguli. Tumbuhan yang satu ini berasal dari Asia

Tenggara dan Asia Selatan yang dapat tumbuh secara alami di hutan-hutan tropis. Namun,

karena adaptasi yang cukup baik dengan lingkungan yang baru, tumbuhan ini mudah

menyebar keseleruh belahan dunia dan banyak digunakan sebarai tanaman hias karena

warna bunganya yang indah. Selain digunakan sebagai tanaman hias, tengguli juga banyak

digunakan sebagai tanaman obat dalam pengobatan tradisional untuk menyembuhkan

beberap penyakit tertentu.(ILDIS, 2015).


2.6 Karakteristik Tengguli

Tumbuhan tengguli memiliki beberapa kaarakteristik yang dapat membedakanya


dengan tumbuhan lain dan memudahkanya unutk dikenali. Salah satu karakterisik yang
paling utama dari tumbuhan tengguli adalah pada bagian bunganya yang berwana Kuning
cerah dan indah. Tumbuhan ini dapat sekitar 10 sampai 20 meter tingginya dengan batang
yang cukup banyak brecabang. Selain itu, tengguli merupakan daun majemuk /
Compound leaf yang bersilang dengan bentuk yang menyirip Tengguli / Kayu Raja
(Cassia fistula) juga memiliki buah yang berbentuk polong dengan warna Hijau ketika
masih muda dan berwarna Cokelat ketika buahnya sudah matang. (ILDIS, 2015).

2.7 Kandungan Gizi pad Tengguli / Kayu Raja (cassia fistula)

Nama Jumlah unit


Amryin 2,29 %
Lupeol acetat 3,99 %
Betulinic acid 2,00 %
Stigmasterol 11,9 %
Sitosterol 16,5 %
Stigmasterol 5,0 %
Fucosterol 5,9 %
Lathosterol 1,4 %

Banyak sekali kandungan gizi yang terdaapat pada biji tumbuhan Tengguli, di mana salah

satu dari kandungan gizi tersebut berperan sebagai antioksidan di dalam tubuh.

2.8 Kandungan Senyawa pada Tengguli

Tengguli memiliki berbagai macam kandungan senyawa di dalamnya yang

pastinya memilki amnfaat yang baik untuk kesehatan tubuh. Salah ssatu dari kandungan

senyawa tersebut adalah sitosterol yang merupakan senyawa alami yang terdapat pada

tumbuhan dan tidak ditemukan pada mamalia. Sitosterol merupakans salah satu senyawa
dair turunan fitosterol dengan manfaat dan peranan yang berbeda – beda dalam menjaga

kesehatan tubuh. Sitosterol merupakan senyawa dari fitosterol yang memiliki banyak

peranan dalam menjaga kesehatan tubuh. (ILDIS, 2015).

2.9 Morfologi Kayu Raja (cassia fistula)

Kerajaan: Plantae

Divisi: Magnoliophyta

Kelas: Magnoliopsida

Subkelas: Rosidae

Ordo: Fabales

Famili: Fabaceae

Subfamili: Caesalpinioideae

Bangsa: Cassieae

Subbangsa: Cassiinae

Genus: Cassia

Spesies: C. Fistula

Pohon yang menggugurkan daun, tinggi 10 – 20 meter dengan batang bebeas

cabang sekitar 5 m. Tajuk melebar menyebar pepagan berwarna abu-abu pucat dan halus

ketika muda, menjadi cokelat gelap dan kasar ketika menua.(kartasapoetra, 2011).

2.10 Manfaat tengguli

Tengguli dengan kandungan manfaat dan senyawa banyak di dalamnya dapat


memberikan manfaaat yang baik untuk kesehatan tubuh dan memberikan perlindungan

pada tubuh dari berbagai macam penyakit. Berikut manfaat tenggli menurut

(Kartasapoetra, 2012).

1) Mengobati Luka dan Bisul

Bagian dari tumbuhan tengguli dapat digunakna sebagai obat untuk

menyembuhkan atau mengobati luka dan bisul pada tubuh. Bagian yang digunakan dalam

manfaaat ini yaitu bagian akar dari tumbuhan tengguli. Hal ini dikarenakan pada bagian

akar tumbuhan tengguli memiliki kandungan senyawa yang bersifat sebagai antiinflamasi

dan juga antibakteri, senyawa tersebut adalah senyawa amryin. Senyawa amryin dapat

mencegah timbulnya infeksi bakteri pada luka dikarenakan senyawa ini dapat membuhnuh

bakteri yang menepel pad aluka atau bisul. Selain itu, senyawa ini juga dapat merangsang

jaringan paa kulit untuk menutup pori-pori pada luka sehingga dapat mempercepat

penyembuhan.

2) Mengobati gatal-gatal kulit

Daun dari bagian tumbuhan tengguli dapat di gunakan dalam mengobati beberapa

macam penyakit pada tubuh, salah satunya adalah sebagai obat untuk menyembuhkan

gatal-gatal pada kulit yang disebabkan oleh jamur. Hal ini dikarenakan di dalam daun

tumbuhan tengguli memiliki kandungan senyawa amryin yang juga memiliki sifat anti

jamur. Senyawa amryin diketahui dapaat membunuh jamur yang menjadi penyebab

penyakit gaata-gatal pada kulit.

3) Anti – malaria

Tumbuhan tengguli juga dapat digunakan dan dimanfaatkan sebagai obat untuk

menyembuhkan penyakit malaria yang menyerang tubuh. Penyakit malaria merupakan


suatu penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk malaria yang membawa parasit

plasmodium.Parasit plasmodium yang masuk ke dalam tubuh akan menimbulkan

gangguan pada kesehatan. Namun dengan mengonsumsi, bagian biji tumbuhan tengguli

dapat mengatasi penyakit ini.Antiplasmodium merupakan sebutan bagi senyawa dapat

membunuh parasit plasmodium yang berada di dalam tubuh.

4) Anti – kanker
Bagain dari tumbuhan tengguli banyak mengandung senyawa yang berfungsi
sebagai antikanker. Beberapa bagian tumbuhan yang dapat digunakan sebagai antikanker
yaitu bagian daun dan biji tumbuhan tengguli.Hal ini dikarenakan pada bagian daun
terdapat senyawa seperti flavonoid dan kaempferol yang berfungsi dalam menghentikan
poliferasi yang terjadi pad sel kanker. Akibatnya sel kanker tidak dapat berkembang
keseluruh tumbuh. Selain itu, pada bagian biji tumbuhan tengguli dapat senyawa asam
lupeol yang memiliki sifat sitoksik. Sitoksik merupakan sebutann bagi senyawa yang
dapat merusak sel kanker di dalam tumbuh dan membuatnya mati.

5) Menyembuhkan radang sendi


Manfaat lain dari tumbuhan tengguli adalah dapat digunakan sebagai obat untuk
menyembuhkan peradangan pada sendi atau yang bisa disebut sebagai rematik. Khasiat ini
di dapatkan karena pada bagian biji tumbuhan tengguli terdapat senyawa, seperti asam
lupeol dan friedelin.Senyawa asam lupeol dan friedelin dilaporkan memiliki sifat anti
inflamasi dan dapat mengurangi rasa nyeri yang ditimbulkan dari radang sendi itu sendiri.
Hal ini dikarenakan asam lupeol dan friedelin dapat menghalangi dan memperlambat
pengiriman senyawa yang menimbulkan rasa sakit kepada otak, sehingga membuat rasa
sakit yang ditimbulkan dapat berkurang. Terdapat kandungan senyaawa yang ada di
daalam tumbuhan tengguli yang memberikan khasiat untuk Kesehatan tubuh.

2.11 Efek samping Daun Tengguli (cassia fistula)


1) Alergi
2) Diare

A. Tips menyimpan Tengguli (cassia fistula)

1) Menyimpan dalam kondisi segar


2) Kupas bagian polong
BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Waktu Pelaksanaan praktikum Skarifikasi Teknologi Benih & Persemaian dilaksanakan


pada tanggal 16 September 2021 di Makassar, Sulawesi Selatan dengan menerapkan
protokol kesehatan di tengah pandemi COVID-19.
3.2Alat dan bahan :

Adapun alat yang digunakan pada saat praktikum adalah :

1) Pisau, untuk mengikir benih kayu raja


2) Toples dan kertas mika, sebagai wadah sekaligus tempat untuk meyimpan benih
kayu raja saat skarifikasi
3) Handsprayer, menyiram tanaman
4) Laptop, untuk mencantumkan perkembangan benih setiap hari.
5) Gawai, sebaagai alat dokumentasi benih setiap minggunya

Serta bahan yang digunakan selama praktikum ialah :

1) Tanah
2) Pasir
3) Benih Tengguli (cassia fistula)
4) Air
3.3 Prosedur Kerja

1) Prosedur kerja tanpa perlakuan:

1. Mengupas kulit biji/benih


2. tidak melakukan perlakuan apapun ke biji/benih

2) Prosedur benih di kikir


1. mengupas kulit bijii/benihi
2. mengamplas radikula / bagian hitam pada biji

3) Prosedur benih di rendam air hangat:

1. mengupas kulit biji


2. Menyiapkan air hangat
3. Merendam biji/benih ke dalam air hangat selama 12-24jam
4. Jika sudah, keringkan menggunakan tisu/kain.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1) Tabel 1a. Jenis Skarifikasi (Kontrol/Tanpa Perlakuan)


Tanpa Potensi
Skarifikasi/ Tumbuh
No. Kontrol Maksimu
m

Ulanga Ulang Ula


n ke – 1 an ke nga
–2 n ke
–3
Pengamatan Kec. Kec. Kec. mati Kec. Kec. Kec. mati Kec. Kec. Kec.
ke- normal abnormal normal abnormal normal abnormal mati
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9 4 0 7 0 0 0 0 0 0 2 cm
10 4 0 7 3 0 0 0 0 0 2 cm
11 4 0 7 3 0 0 3 0 0 4 cm
12 6 0 7 4 0 0 3 0 0 6 cm
13 6 0 7 4 0 0 3 0 0 6,5 cm
14 6 0 7 5 0 0 3 0 0 8,5 cm

15 6 0 7 5 0 0 3 0 0 10 cm

16 6 2 7 5 0 0 3 0 0 11 cm

17 6 2 7 5 2 0 3 0 0 13 cm
Jumlah 6 2 7 5 2 0 3 0 0
% tumbuh
Pengulangan ke – 1

Jumlah kecambah yang tumbuh abnormal


%Tumbuh Benih Abnormal ¿ X 100%
benih yang di kecambahkan

2
% Tumbuh Benih Abnormal = X 100%
10

=0.2 %

Jumlah kecambah yang tumbuh


Potensi
normal Tumbuh
+ abnormal Maks = x 100%
Jumlah benih yang
dikecambahkan

Potensi Tumbuh Maks


6+2 x 100%
=
10

Potensi Tumbuh Maks =


0.8%

Pengulangan ke – 2

% Tumbuh Benih Jumlah kecambah yang tumbuh abnormal


Abnormal = X 100%
benih yang di kecambahkan

% Tumbuh benih x 100%


2
Abnormal =
10
% Tumbuh benih Abnormal = 5 %
Jumlah kecambah yang tumbuh normal + abnormal
Potensi Tumbuh Maks = Jumlah benih yang dikecambahkan x 100%
7+0
Potensi Tumbuh Maks =
10 x 100%
Potensi Tumbuh Maks = 70%

Pengulangan 3

Jumlah kecambah yang tumbuh abnormal


% Tumbuh benih Abnormal = Jumlah benih yang dikecambahkan x 100%
0
% Tumbuh benih Abnormal =
10 x 100%
% Tumbuh benih Abnormal = 0 %

Jumlah kecambah yang tumbuh normal + abnormal


Potensi Tumbuh Maks = Jumlah benih yang dikecambahkan x 100%
5+2
Potensi Tumbuh Maks =
10 x 100%
Potensi Tumbuh Maks = 70%

x 100%
Jumlah kecambah yang tumbuh normal I+II
% Muncul Tanah = Jumlah benih yang dikecambahkan

5+7+7
% Muncul Tanah =
30 x 100%
19
% Muncul Tanah =
30 x 100%
% Muncul Tanah = 63,33%
Tabel 1b. Jenis Skarifikasi Benih di Kupas

Benih di Kupas Potensi


Tumbuh
No. Maksimum
Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3

Pengamatan Kec. Kec. Kec. mati Kec. Kec. Kec. mati Kec. Kec. Kec. mati
ke- normal abnormal normal abnormal normal abnormal
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 cm
9 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 cm
10 1 0 0 0 0 4 0 0 0 2 cm
11 1 0 0 0 0 4 0 0 0 2 cm
12 1 0 2 0 0 4 0 0 0 2 cm
13 1 0 2 0 0 8 0 0 0 4 cm
14 1 0 2 0 0 8 2 0 8 4 cm
15 1 0 2 0 0 8 2 0 8 4 cm
16 1 0 2 0 0 8 2 0 8 6 cm
17 1 0 4 0 0 8 2 0 8 6,5 cm
Jumlah 1 0 4 0 0 8 2 0 8
% tumbuh
Pengulangan ke – 1
% Tumbuh Benih Abnormal
Jumlah kecambah yang tumbuh abnormal
= X100 %
jumlah yang dikecambahkan

0
% Tumbuh Benih Abnormal = X 100 %
10
% Tumbuh benih abnormal = 0%

Jumlah kecambah+abnormal
Potensi Tumbuh Maks= = X 100 %
jumlah beni dikecambahkan
1+ 0
Potensi tumbuh maks = = X 100 %
10
Potensi Tumbuh Maks = 10%
Pengulangan ke -2

Jumlah kecambah yang tumbuh abnormall


% Tumbuh benih Abnormal = X 100%
jumlah benih yang dikecambahkan

0
% Tumbuh benih abnormal = X 100%
0

% Tumbuh benih abnormal = 0%

Pengulangan ke -3
Jumlah kecambah yang tumbuh abnormal
% Tumbuh benih abnormal = X 100 %
Jumah benih yang dikecambahkan

0
% Tumbuh benih abnormal = X 100%
0

% Tumbuh Benih Abnormal = 0%

Persentase muncul tanah

Jumlah kecambah yang tumbuh abnorma I + II


% Muncul Tanah = X 100 %
Jumlah benih yang dikecambahkan

2+ 0+8
% Potensi Tumbuh Maks = X 100%
30

% Muncul Tanah = 3,33%


Tabel 1 B. Jenis Skarifikasi Benih di Rendam Air Hangat.

Benih di Rendam Air Hangat Potensi


Tumbuh
No. Maksimum
Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3

Pengamatan Kec. Kec. Kec. mati Kec. Kec. Kec. mati Kec. Kec. Kec. mati
ke- normal Abnormal normal abnormal normal abnormal
1 0 0 9 0 0 0 0 0 0 0
2 0 0 9 0 0 0 0 0 0 0
3 0 0 9 0 0 0 0 0 0 0
4 0 0 9 0 0 0 0 0 0 0
5 0 0 9 0 0 0 0 0 0 0
6 0 0 9 0 0 0 0 0 0 0
7 0 0 9 0 0 0 0 0 0 0
8 0 0 9 0 0 0 0 0 0 2 cm
9 0 0 9 0 0 0 0 0 0 4 cm
10 0 0 9 0 0 0 0 0 0 4 cm
11 0 0 9 1 0 0 0 0 0 8 cm
12 0 0 9 1 0 0 0 0 0 8 cm

13 1 0 9 1 0 0 0 0 8 8 cm
14 1 1 9 1 0 0 0 0 8 10 cm
15 1 1 9 1 0 0 1 0 8 10 cm
16 1 1 9 1 0 0 1 0 8 10 xm
17 1 1 9 1 0 9 2 0 8 12 xm
Jumlah 1 1 9 1 0 9 2 0 8 12 cm
% tumbuh

Pengulangan ke – 1

Jumlah kecambah yang tumbuh abnormal


% Tumbuh benih abnormal = X 100 %
jumlah benih yang dikecambahkan

1
% Tumbuh benih abnormal = x 100 %
10

% Tumbuh Benih abnormal= 0.1 %

Jumlah kecambah yang tumbuh abnormal+normal


Potensi Tumbuh Maks = X 100 %
jumlah benih yang dikecambahkan

2
Potensi Tumbuh Maks = X 100 %
10
= 20%

Pengulangan ke – 2

Jumlah kecambah yang tumbuh abnormal


% Tumbuh benih abnormal = X 100 %
jumlah benih yang dikecambahkan

0
% Tumbuh benih abnormal = x 100 %
10

% Tumbuh Benih abnormal= 0 %


Jumlah kecambah yang tumbuh abnormal+normal
Potensi Tumbuh Maks = X 100 %
jumlah benih yang dikecambahkan

1
Potensi Tumbuh Maks = X 100 %
10

= 10%

Pengulangan ke – 3

Jumlah kecambah yang tumbuh abnormal


% Tumbuh benih abnormal = X 100 %
jumlah benih yang dikecambahkan

1
% Tumbuh benih abnormal = x 100 %
10

% Tumbuh Benih abnormal= 0.1 %

Jumlah kecambah yang tumbuh abnormal+normal


Potensi Tumbuh Maks = X 100 %
jumlah benih yang dikecambahkan

2
Potensi Tumbuh Maks = X 100 %
10
= 20%
Pengulangan ke – 3

Jumlah kecambah yang x 100%


% Tumbuh
tumbuh benih Abnormal =
abnormal
Jumlah benih yang
dikecambahkan
% Tumbuh benih Abnormal =
0
x 100%
10
% Tumbuh benih Abnormal = 0 %

Jumlah kecambah yang tumbuh


Potensi
normal +Tumbuh Maks =
abnormal x 100%
Jumlah benih yang
dikecambahkan
Potensi Tumbuh Maks =
2+0
x 100%
10

Potensi Tumbuh Maks =


20%

Persentaase muncul Tanah

Jumlah Kecambah yang tumbuh Normal I + II


% Muncul Tanah = X100%
Jumlah Benih yang dikecambahkan

1++ 1+ 0
% Muncul Tanah = X100%
30

% Muncul Tanah = 6,67 %


Pembahasan

Biji asam yang telah diberi peerlakuan perendaman, tanpa perlakuan dan di kupas kemudian di tanam ke dalam kertas mika yang
teralh dipersiapkan. Penyiram diakukan 2 hari sekali dengan menggunakan air. Intensitas penyiraman dilakukan sampai berada dalam
kondisi jenuh. Saat penyiraman harus diupayakan agar tidak terjadi genangan air pada media semai, hal ini bertujuan untuk mencegah agar
benih tidak rusak.
Kecepatan berkecambah biji merupakan waktu yang diperukan diperlukan biji di taburkan sampai biji tersebut berkecambah.
Kecepatan berkecambah tiap jenis biji berbeda tergantung kondisi fisiologi biji itu sendiri, faktor genetik dan kondisi lingkungan, faktor
biasanya mempengaruhi adalah ketebalan kulit yang merupakan fakotr penting bagi proses perkecambahan. Dalam penelitian ini upaya
mempercepat perkecambahan biji asam dilakukan dengan merendam biji dengan air hangat selama 30 menit, tanpa perlakuan dan di kupas.
Perlakuan awal yang diberikan pada biji sebelum dikecambahkan meruakan upaya untuk mematahkan faktor penting sehingga biji dapat
lebih berkecambah di bandingkan kondisi perkecambahan alami
Menurut Sutopo (2015), proses perkecambahan benih merupakan suatu rangkaian yang komplek dari perubahan morfologi, fisiologi
dan biokkimia. Taap pertama suatu perkeecambahan benihh dimulai dengan proses penyerapan air leh benih, melunaknya kulit biji dan
hidrasi dari protoplasma. Tahap ke-2 dmulai dari kegiatan-kegiatan sel dan enim-enzi serta naiknya tingkat respirasi benih. Tahap ketiga
merupakan tahap di mana terjadi penguraian bahan-bahan karbhidrat, lemak dan menjadi bentuk yang terlarut dan ditranslokasikan ketika
tumbuh. Tahap keempat adalah asimilasi dari bahan yang telah diuraikan tadi nerismatik untuk megnhasilkan energi bagi kegiatan
pembentukan komponen dan pertumbuhan sel-sel baru. Tahap kelima adalah pertumbuhan kecambah melalui proses pembelaham
pembesaran dan embagian sel-sel pada titik-tiitik tumbuh. Sementara daun belum berfungsi sebagai organ untuk fotosintesis maka
pertumbuhan kecambah sangat tergantung pada persediaan makanan yang ada dalam biji
Jadi, fakotr-faktor yang terlibat dalam perkecambahan benih, baik itu faktor dalam maupun faktor luar masing-masing
mempengaruhi perkecambahan dan saling berhubungan satu sama lain. Salah satu alternatif media tanam yang dapat digunakan Kayu Raja
Cassia Fistula, sehingga proses pematahan dormansi melalui teknik skrafikiasi mekanik pada media tanam dengan berbagai konsentrasi dan
perlakuan memberi dampak yang berbeda terhadap perkecambahan biji.
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai