Anda di halaman 1dari 6

Tugas Kelompok

Keteknikan Pembukaan Wilayah Hutan

TEKNIK PERKERASAN JALAN DALAM PROSES PEMBUATAN JALAN HUTAN

OLEH KELOMPOK 4 :

Alvin Febrian Hidayat M011191026


Moh. Reza Zulkifli Kariming M011191006
Jaenar Adelia M011191022
Jeamshen Christian Simon M011191059
Muhammad Luthfi Alfitra M011191058
Ficky Haykal Hidayat M011191008

KETEKNIKAN PEMBUKAAN WILAYAH HUTAN


UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
I. Sejarah Perkembangan
Jalan.
Sejarah perkerasan jalan dimulai bersamaand engan sejarah umat manusia itu sendiri yang
selalu berhasrat untuk mencari kebutuhan hidup dan berkomunikasi dengan sesame. Oleh sebab
itu perkembangan jalan saling berkaitan dengan perkembangan umat manusia. Awalnya jalan
hanyalah berupa jejak manusia yang mencari kebutuhan hidup maupun sumber air. Setelah
manusia mulai hidup berkelompok jejak-jejak itu berubah menjadi jalan stapak. Adanya
pemanfaatan hewan-hewan sebagai alat transportasi, jalan mulai dibuat rata, kemudian
diperkeras pertama kali ditemupukan di Mesopotania berkaitan dengan ditemukanya roda sekitar
3500 tahun sm (UNHAS, 2009).

II. Jenis Konstruksi


Perkerasan.

Dari penjelasan sejarah di atas, jalan pun dibentuk degnan aspal atau memperkeras jalan itu
sendiri. Berdasarkan hal itu ada beberapa jenis kontruksi perkerasan (UNHAS, 2009) sebagai
berikut :

1. Konstruksi perkerasan lentur (flexible pavement) merupakan jenis kontruksi yang


menggunakan aspal sebagai bahan pengikat yang lapisanya bersifat memikul dan
menyebarkan beban lalu lintas ke tanah dasar.
2. Konstruksi perkerasan kaku )rigid pavement) merupakan jenis kontruksi menggunakan
semen (Portland cermen) sebagai bahan pengikat, dimana beban lalu lintas sebagai besar
dipikul oleh pelat beton.
3. Konstruksi perkerasan komposit (compoite pavement_ merupakan jenis konstruksi
menggunakan kombinas kontruksi lentur dengan kaku

III. Kriteria Konstruksi


Perkerasan Lentur.

Untuk mengetahui bahwa jalan hutan dibangun tidak berbahaya pada si pemakai jalan,
maka Adapun kriteria yang harus dipenuhi dalam membangun konstruksi perkerasan jalan
terdiri dari 2 kelompok 9UNHAS,2009) sebagai berikut :
1. Syarat-Syarat Berlalu Lintas
Adapun syarat-syaratnya (UNHAS, 2009) antara lain:

1. Permukaan yang rata, tidak bergelombang, tidak melendut dan tidak berlubang.

2. Permukaan cukup kaku, sehingga tidak mudah berubah bentuk akibat beban yang bekerja
di atasnya.

3. Permukaan cukup kesat, memberikan gesekan yang baik antara ban dan permukaan jalan
sehingga tak mudah selip.

4. Permukaan tidak mengkilap, tidak silau jika kena sinar matahari.

2. Syarat-Syarat Kekuatan Atau Struktural


Adapun syarat-syaratnya (UNHAS, 2009) antara lain:

1. Ketebalan cukup, hingga mampu menyebarkan beban atau muatan lalu lintas ke tanah
dasar.

2. Kedap terhadap air, hingga air tidak mudah meresap ke lapisan dibawahnya.

3. Permukaan mudah mengalirkan air, hingga air hujan dapat cepat dialirkan.

4. Kelakuan untuk memikul beban yang bekerja tanpa menimbulkan deformasi yang berarti.
Berdasarkan ke-2 kelompok kriteria diatas dapat dipenuhi melalui 3 perencanaan dan
pelaksanaan perkerasan lentur jalan (UNHAS, 2009) sebagai berikut.

1. Perencanaan Tebal Masing-Masing Lapisan Perkerasan


Perencanaan dan pelaksanaan ini memperhatikan daya dukung tanah dasar, beban lalu lintas
yang akan dipikulnya, keadaan lingkungan, jenis lapisan yang dipilih, dapat ditentukan tebal
masing-masing lapisan berdasarkan beberapa metode yang berlaku.

2. Analisa Campuran Bahan


Perencanaan dan pelaksaan ini memperhatikan mutu dan jumlah bahan setempat yang
tersedia, direncanakan suatu susunan campuran tertentu sehingga terpenuhi spesifikasi dari
jenis lapisan yang dipilih.
3. Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan
Perencanaan dan pelaksaan ini dilakukan dengan cermat dari tahap penyiapan lokasi dan
material sampai tahap pencampuran atau penghamparan dan akhirnya pada tahap penadatan
dan pemeliharaan akan menghasilkan hasil lapisan perkerasan yang baik.

 Perencanaan dan Pembuatan Jalan Hutan Jaringan jalan hutan.


Direncanakan pertama pada peta topografi dan kemudian kerjakan di lapangan
dengan menggunakan kompas, klinometer, cat atau kaset lesu (Parsakhoo et al., 2010) .
Tidak seperti halnya jalan yang dipergunakan untuk umum jalan hutan hanya melayani
sedikit keperluan. Intensitas lalu lintas yang jarang, kebanyakan lalu lintas satu arah,
kadang-kadang digunakan untuk menaikan kayu, jarang mempunyai daerah untuk
berpapasan kalau jalan itu digunakan dua arah, biasanya lalu lintas yang terjadi adalah
truk yang panjang dan berat. Pada pengusahaan hasil hutan, setiap jalan atau bagian jalan,
tidak mempunyai aturan seperti jalan umum. Sifat dari tiap bagian jalan tergantung
kepada fungsi dari jalan tersebut, yaitu melayani konsesi hutan khususnya dalam hal
eksploitasi. Objek dari pekerjaan eksploitasi adalah pemindahan kayu hasil tebangan ke
tempat-tempat khusus atau tempat pelegoan, terkadang juga melayani kegiatan lain di
bidang kehutanan. Log yang terdekat, dihela ke tempat landing atau semacam depot yang
dapat dilalui oleh truk. Setiap tempat landing dihubungkan oleh jalan tebang yang akan
mengangkut kayu kemudian ke jalan yang lebih besar, sampai ke tempat pelegoan berupa
jalan umum atau sungai atau jalan rel permanen.

Jalan untuk keperluan eksploitasi, secara umum dapat diklasifikasikan


sebagai berikut:
• Jalan Utama (main roads)
• Jalan cabang /anak jalan (secondary roads)
• Jalan ranting (feeder roads/brand roads)
Daftar Pustaka

https://www.academia.edu/6260386/Perencanaan_Pembuatan_Jalan_Hutan
https://strong-indonesia.com/artikel/teknik-pelaksanaan-pembangunan-jalan/

Anda mungkin juga menyukai