Anda di halaman 1dari 9

Tips Dan Trik

Rabu, 3 April 2019

Makalah Sejarah Perkerasan Jalan

BAB I

1.1. Latar Belakang

Jalan merupakan prasarana yang sangat menunjang bagi kebutuhan hidup


masyarakat, kerusakan jalan dapat berdampak pada kondisi sosial dan ekonomi terutama
padasarana transportasi darat. Dampak pada konstruksi jalan yaitu perubahan bentuk
permukaan jalan berupa lubang (potholes), bergelombang (rutting), retak-retak dan lapisan
permukaan (ravelling) serta gerusan tepi yang menyebabkan kinerja jalan
menurun. Komperensifitas perencanaan prasarana jalan di suatu wilayah mulai dari tahapan
prasurvey, perencanaan dan perancangan teknis, pelaksanaan pembangunan fisik hingga
pemeliharaan harus integral dan tidak terpisahkan sesuai kebutuhan saat ini dan prediksi
umur pelayanannya di masa mendatang agar tetap terjaga ketahanan fungsionalnya.
Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak di antara lapisan
tanah dasar dan roda kendaraan yang berfungsi memberikan pelayanan kepada sarana
transportasi dimanadiharapkan selama masa pelayanan tidak terjadi kerusakan yang
berarti. Maka dari itu sudahkewajiban kita untuk mengetahui mulai dari penyebab kerusakan
dan cara pemeliharaan jalan tersebut. Agar tercipta jalan yang aman,nyaman dan
memberikan manfaat yang signifikan bagi kesinambungan dan keberlangsungan hidup
masyarakat yang luas dan menjadi salah satu faktor peningkatan kehidupan masyarakat
beberapa aspek – aspek kehidupan.
Jika kita kaji secara teori dan realita yang sudah berjalan selama ini, dalam
pembangunan jalan ada banyak hal yang harus diperhatikan lebih detail dan teliti dari
perencanaan jalan itu sendiri maupun tentunya. Kita sebagai pengguna jalan menyukai jalan
yang kita pakai itu aman, nyaman, bersih dll. Maka dari itu kerusakan yang terjadi dijalan
tersebut harus ditanggulangi dan diperbaiki dengan sungguh-sungguh.

1.2. Rumusan masalah
Dalam penulisan kali ini kami rumuskan tiga permasalahan penting
1.       Apa itu Perkerasan jalan?
2.       Jelaskan Sejarah Perkerasan Jalan
3.       Apa saja jenis perkerasan jalan
1.3. Tujuan Dan Manfaat
1. Untuk menjelaskan apa itu Perkerasan jalan
2. Untuk menjelaskan sejarah perkerasan jalan   
3. Untuk menjelaskan jenis-jenis perkerasan jalan   
2. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis
3. Untuk menambah kreativitas dan pengembangan diri Mahasiswa
4. Untuk memperoleh nilai Tugas mata kuliah Perkerasan Jalan

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Sejarah Perkerasan Jalan


Sejarah perkerasan jalan dimulai bersamaan dengan sejarah umat manusia itu sendiri
yang selalu berhasrat untuk mencari kebutuhan hidup dan berkomunikasi dengan
sesama. Pada awalnya jalan adalah jejak manusia yang mencari kebutuhan hidup atau
sumber udara. Setelah manusia hidup mulai jejak – jejak ituberubah menjadi jalan
setapak. Dengan mulai digunakannya hewan sebagai alat transportasi, jalan mulai dibuat
rata. Jalan yang diperkeras pertama kali ditemukan di Mesopotamia berkaitan dengan
penemuannya di sekitar Masehi.
Konstruksi perkerasan jalan berkembang pesat pada zaman zaman zaman
Romawi. Pada saat itu telah mulai dibangun jalan – jalan yang terdiri dari beberapa lapis
perkerasan. Perkembangan konstruksi seolah terhenti dengan mundurnya kekuasaan
Romawi sampai awal abad ke-18. Pada saat itu beberapa ahli dari Perancis dan Skotlandia
menemukan system – system konstruksi perkerasan jalan yang sebagian sampai saat ini
masih umum digunakan di berbagai negara di dunia.
John Louden Mac Adam (1756-1836), orang Skotlandia memperkenalkan konstruksi
perkerasan yang terdiri dari batu pecah atau batu kali, pori diatasnya ditutup dengan batu
yang lebih kecil/halus. Perkerasan ini dikenal dengan Lapis Makadam.Untuk membuat
lapisan yang kedap udara, maka di atas lapisan makadamdiberilapisan aus yang
menggunakan aspal sebagai bahan pengikat dan ditaburi pasir kasar.
Pierre Marie Jerome Tresaguet (1716-1796) dari Perancis mengembangkan sistem
lapisan batu yang dilengkapi dengan drainase, melintang, serta mulai menggunakan
pondasi dari batu.
Thomas Telford (1757-1834) dari Skotlandia membangun jalan seperti apa yang
dilaksanakan Tresaguet. Konstruksi perkerasannya terdiri dari batu pecah berukuran 15 / 20
sampai   25 / 30 yang disusun tegak. Batu – batu kecil diletakkan di atasnya untuk menutup
pori – pori   yang ada dan memberikan permukaan yang rata. Sistem ini terkenal dengan
nama Sistem Telford. Jalan – jalan di Indonesia yang dibuat pada zaman dahulu sebagian
besar merupakan sistem jalan Telford, walaupun di atasnya diberikan lapisan aus dengan
pengikat aspal.
Perkerasan jalan dengan menggunakan aspal sebagai bahan pengikat telah ditemukan
pertama kali di Babylon pada 625 tahun sebelum Masehi, tetapi perkerasan jenis ini tidak
berkembang sampai ditemukannya kendaraan bermotor bensin oleh Gottlieb Daimler dan
Karl Benz pada tahun 1880. Mulai tahun   1920 sampai sekarang teknologi konstruksi
perkerasan dengan menggunakan aspal sebagai bahan pengikat maju pesat.
Konstruksi perkerasan menggunakan semen sebagai bahanpengikat telah ditemukan
pada tahun 1828 di London,   tetapi sama halnya dengan perkerasan menggunakan aspal,
perkerasan ini mulai berkembang pesa tsejak awal tahun 1900 an.
Catatan tentang jalan di Indonesia tak dapat banyak ditemukan. Pembangunan jalan
yang tercatat dalam sejarah bangsa Indonesia adalah pembangunan jalan pos pada zaman
pemerintahan Daendels, yang dibangun dari Anyer di Banten sampai Banyuwangi di
JawaTimur, membentang sepanjang pulau Jawa. Pembangunan tersebut dilakukan dengan
kerja paksa pada akhir abad ke-18. Tujuan pembangunan pada saat itu terutama
untukkepentingan strategi. Pada masa “tanampaksa”   untuk memudahkan transportasi hasil
tanaman, dibangun juga jalan – jalan yang merupakan cabang dari jalan pos terdahulu.Di
luar pulau Jawa pembangunan jalan menghambat tidak berarti, kecuali di sekitar daerah
tanaman paksa di Sumatra Tengah dan Utara.
Awal tahun 1970 Indonesia mulai membangun jalan – jalan dengan klasifikasi yang
lebih baik, hal ini ditandai dengan diresmikannya jalan tol pertama pada tanggal 9 Maret
1978 sepanjang 53 km, yang menghubungkan kota Jakrta – Bogor – Ciawi dan terkenal
dengan nama Jalan Tol Jagorawi.

2.2. Definisi Perkerasan Jalan


Perkerasan jalan adalah campuran antara agregat dan bahan pengikat yang
digunakan untuk melayani beban lalu lintas. Agregat yang dipakai adalah batuan pecah atau
batu belah ataupun bahan lainnya. Bahan ikat ang dipakai adalah aspal, semen ataupun
tanah liat. Apapun jenis perkerasan lalu lintas, harus dapat ditemukan sejumlah pergerakan
lalu lintas, apakah berupa jasa angkutan manusia, atau berupa jasa angkutan berupa
seluruh barang yang digunakan untuk berlalu lalang disitu. Dengan beragam jenis
kendaraan dengan angkutan barangnya, akan memberikan variasi beban ringan, sedang
sampai berat. Jenis kendaraan penumpang akan memberikan jumlah variasi.Dan hal itu
harus didukung oleh perkerasan jalan, daya dukung perkerasan jalan raya ini akan
menentukan kelas jalan yang bersangkutan, misalnya jalan kelas 1 akan menerima beban
besar dibandingkan jalan kelas 2. Maka dilihat dari mutu perkerasan jalan sudah jelas
berbeda. Persyaratan umum dari suatu jalan adalah dapat menyediakan lapisan permukaan
yang selalu rata dan kuat, serta menjamin keamanan yang tinggi untuk masa hidup yang
cukup lama, dan yang memerlukan pemeliharaan yang minimal dalam berbagai
cuaca. Tingkatan sampai dimana kita akan memenuhi persyaratan tersebut tergantung dari
keseimbangan antara tingkat kebutuhan lalu lintas, keadaan tanah serta iklim yang
bersangkutan. Sebagaimana telah dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan perkerasan
adalah lapisan atas dari badan jalan yang dibuat dari bahan-bahan khusus yang bersifat
baik/konstruktif dari badan itu sendiri. Berdasarkan bahan pengikat yang menyusunnya,
a.        Konstruksi perkerasan lentur(Flexible pavement)
 yaitu perkerasan yang menggunakan aspal sebagi bahan pengikat di mana lapisan-lapisan
perkerasannya bersifat memikul dan menyebarkan beban lalu lintas ke tanah dasar.
b.       Konstruksi perkerasan kaku(Rigid pavement),
yaitu perkerasan yang menggunakan semen (Portland Cement) sebagai bahan pengikat
dimana pelat beton dengan atau tanpa tulangandiletakkan di atas tanah dasar dengan atau
tanpa lapis pondasi bawah sehingga beban lalulintas sebagian besar dipikul oleh pelat
beton.
c.        Konstruksi perkerasan komposit(Composite pavement)
yaitu perkerasan kaku yangdikombinasikan dengan perkerasan lentur dapat berupa
perkerasan lentur di atas perkerasan kaku, atau perkerasan kaku di atas perkerasan lentur.
2.3.Jenis-jenis  perkerasan jalan
Pada umumnya, perkerasan jalan terdiri dari beberapa jenis lapisan perkerasan yang
tersusundari bawah ke atas,sebagai berikut :
• Lapisan tanah dasar (sub grade)
• Lapisan pondasi bawah (subbase course)
• Lapisan pondasi atas (base course)
• Lapisan permukaan / penutup (surface course)
2.3.1        Konstruksi Perkerasan Jalan Lentur (Flexible pavement)
Jenis dan fungsi lapisan perkerasan
Lapisan perkerasan jalan berfungsi untuk menerima beban lalu-lintas dan
menyebarkannya kelapisan di bawahnya terus ke tanah dasar

·         Lapisan Tanah Dasar (Subgrade)


Lapisan tanah dasar adalah lapisan tanah yang berfungsi sebagai tempat perletakan
lapisperkerasan dan mendukung konstruksi perkerasan jalan diatasnya. Menurut
Spesifikasi, tanah dasar adalah lapisan paling atas dari timbunan badan jalan setebal 30 cm,
yang mempunyai persyaratan tertentu sesuai fungsinya, yaitu yang berkenaan dengan
kepadatan dan daya dukungnya (CBR)
Lapisan tanah dasar dapat berupa tanah asli yang dipadatkan jika tanah aslinya baik, atau
tanah urugan yang didatangkan dari tempat lain atau tanah yang distabilisasi dan lain lain.
Ditinjau dari muka tanah asli, maka lapisan tanah dasar dibedakan atas :
•         Lapisan tanah dasar, tanah galian.
•         Lapisan tanah dasar, tanah urugan.
•         Lapisan tanah dasar, tanah asli.
Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat tergantung dari sifat-sifat
dan dayadukung tanah dasar.Umumnya persoalan yang menyangkut tanah dasar adalah
sebagai berikut :
•         Perubahan bentuk tetap (deformasi permanen) akibat beban lalu lintas.
•         Sifat mengembang dan menyusutnya tanah akibat perubahan kadar air.
•         Daya dukung tanah yang tidak merata akibat adanya perbedaan sifat-sifat tanah pada lokasi
      yang berdekatan atau akibat kesalahan pelaksanaan misalnya kepadatan yang kurang  

·         Lapisan Pondasi Bawah (Subbase Course)


Lapis pondasi bawah adalah lapisan perkerasan yang terletak di atas lapisan tanah
dasar dan dibawah lapis pondasi atas.Lapis pondasi bawah ini berfungsi sebagai :
•         Bagian dari konstruksi perkerasan untuk menyebarkan beban roda ke tanah dasar.
•         Lapis peresapan, agar air tanah tidak berkumpul di pondasi.
•         Lapisan untuk mencegah partikel-partikel halus dari tanah dasar naik ke lapis
pondasi
      atas.
•         Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari beban roda-roda alat berat (akibat
lemahnya
      dayadukung tanah dasar) pada awal-awal pelaksanaan pekerjaan.
•         Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari pengaruh cuaca terutama hujan Lapisan
      pondasi atas (base course)
Lapisan pondasi atas adalah lapisan perkerasan yang terletak di antara lapis pondasi
bawah danlapis permukaan.Lapisan pondasi atas ini berfungsi sebagai :
•         Bagian perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda dan menyebarkan
beban kelapisan di bawahnya.
•         Bantalan terhadap lapisan permukaan.
Bahan-bahan untuk lapis pondasi atas ini harus cukup kuat dan awet sehingga dapat
menahanbeban-beban roda.Dalam penentuan bahan lapis pondasi ini perlu dipertimbangkan
beberapa hal antara lain,kecukupan bahan setempat, harga, volume pekerjaan dan jarak
angkut bahan ke lapangan.
Lapisan Permukaan (Surface Course)
Lapisan permukaan adalah lapisan yang bersentuhan langsung dengan beban roda
kendaraan.Lapisan permukaan ini berfungsi sebagai :
•         Lapisan yang langsung menahan akibat beban roda kendaraan.
•         Lapisan yang langsung menahan gesekan akibat rem kendaraan (lapisaus).
•         Lapisan yang mencegah air hujan yang jatuh di atasnya tidak meresap ke
lapisan
       bawahnya dan melemahkan lapisan tersebut.
•         Lapisan yang menyebarkan beban ke lapisan bawah, sehingga dapat dipikul oleh
lapisan dibawahnya.Apabila dperlukan, dapat juga dipasang suatu lapis penutup / lapis aus
(wearing course) di ataslapis permukaan tersebut. Fungsi lapis aus ini adalah sebagai
lapisan pelindung bagi lapis permukaan untuk mencegah masuknya air dan untuk
memberikankekesatan (skid resistance) permukaan jalan. Apis aus tidak diperhitungkan ikut
memikul beban lalu linta

2.3.2          Konstruksi Perkerasan Jalan Kaku (Rigid pavement)


Perkerasan jalan beton semen atau secara umum disebut perkerasan kaku, terdiri
atas plat(slab) beton semen sebagai lapis pondasi dan lapis pondasi bawah (bisa juga tidak
ada) di atastanah dasar. Dalam konstruksi perkerasan kaku, plat beton sering disebut
sebagai lapis pondasikarena dimungkinkan masih adanya lapisan aspal beton di atasnya
yang berfungsi sebagai lapispermukaan. Perkerasan beton yang kaku dan memiliki modulus
elastisitas yang tinggi, akanmendistribusikan beban ke bidang tanah dasra yang cukup luas
sehingga bagian terbesar darikapasitas struktur perkerasan diperoleh dari plat beton sendiri
Hal ini berbeda dengan perkerasan lentur dimana kekuatan perkerasan diperoleh
dari teballapis pondasi bawah, lapis pondasi dan lapis permukaan. Karena yang paling
penting adalahmengetahui kapasitas struktur yang menanggung beban, maka faktor yang
paling diperhatikan dalam perencanaan tebal perkerasan beton semen adalah kekuatan
beton itu sendiri. Adanyaberagam kekuatan dari tanah dasar dan atau pondasi hanya berpengaruh kecil
terhadapkapasitas struktural perkerasannya.Lapis pondasi bawah jika digunakan di bawah
plat beton karena beberapa pertimbangan, yaituantara lain untuk menghindari terjadinya
pumping, kendali terhadap sistem drainase, kendaliterhadap kembang-susut yang terjadi
pada tanah dasar dan untuk menyediakan lantai kerja(working platform) untuk pekerjaan
konstruksi. Secara lebih spesifik, fungsi dari lapis pondasibawah adalah :
·         Menyediakan lapisan yang seragam stabil dan permanen
·         Menaikan harga modulus reaksi tanah dasar menjadi modulus reaksi gabungan
·         Mengurangi kemungkinan terjadinya retak–retak pada plat beton
·         Menyediakan lantai kerja bagi alat –alat berat selama masa kostruksi
Menghindari terjadinya pumping, yaitu keluarnya butir-butiran halus tanah bersama
air padadaerah sambungan, retakan atau pada bagian pinggir perkerasan, akibat lendutan
atau gerakanvertikal plat beton karena beban lalu lintas, setelah adanya air bebas
terakumulasi di bawahpelat. Pemilihan penggunaan jenis perkerasan kaku dibandingkan
dengan perkerasan lenturyang sudah lama dikenal dan lebih sering digunakan, dilakukan
berdasarkan keuntungan dankerugiannya.
Pada awal mula rekayasa jalan raya, plat perkerasan kaku dibangun langsung di
atas tanahdasar tanpa memperhatikan sama sekali jenis tanah dasar dan kondisi
drainasenya. Pada umumnya dibangun plat beton setebal 6–7 inch. Dengan bertambahnya
beban lalu-lintas, khususnya setelah Perang Dunia ke II, mulai disadari bahwa jenis tanah
dasar berperan pentingterhadap unjuk kerja perkerasan, terutama sangat pengaruh
terhadap terjadinya pumping padaperkerasan.
Oleh karena itu, untuk selanjutnya usaha-usaha untuk mengatasi pumping
sangatpenting untuk diperhitungkan dalam perencanaan.Pada periode sebelumnya, tidak
biasa membuat pelat beton dengan penebalan di bagian ujung/ pinggir untuk mengatasi
kondisi tegangan struktural yang sangat tinggi akibat beban truk yangsering lewat di bagian
pinggir perkerasan. Kemudian setelah efek pumping sering terjadi pada kebanyakan jalan
raya dan jalan bebas hambatan, banyak dibangun konstruksi pekerasan kaku yang lebih
tebal yaitu antara 9 –10 inch. Guna mempelajari hubungan antara beban lalu-lintas dan
perkerasan kaku, pada tahun 1949 di Maryland USA telah dibangun Test Roads atau
JalanUji dengan arahan dari Highway Research Board, yaitu untuk mempelajari dan
mencarihubungan antara beragam beban sumbu kendaraan terhadap unjuk kerja
perkerasan kaku. Perkerasan beton pada jalan uji dibangun setebal potongan melintang 9 –
7 –9 inch, jarak antara siar susut 40 kaki, sedangkan jarak antara siar muai 120 kaki. Untuk
sambungan memanjang digunakan dowel berdiameter 3/4 inch dan berjarak 15 inch di
bagian tengah. Perkerasan beton uji ini diperkuat dengan wire mesh. Tujuan dari program
jalan uji ini adalahuntuk mengetahui efek pembebanan relatif dan konfigurasi tegangan pada
perkerasan kaku.Beban yang digunakan adalah 18.000 lbs dan 22.400 pounds untuk sumbu
tunggal dan 32.000serta 44.000 pounds pada sumbu ganda.
Hasil yang paling penting dari program uji ini adalah bahwa perkembangan retak
pada pelatbeton adalah karena terjadinya gejala pumping. Tegangan dan lendutan yang
diukur pada jalan uji adalah akibat adanya pumping. Selain itu dikenal juga AASHO Road
Test yang dibangun di Ottawa, Illinois pada tahun 1950. Salah satu hasil yang paling penting
dari penelitian pada jalanuji AASHO ini adalah mengenai indeks pelayanan. Penemuan yang
paling signifikan adalah adanya hubungan antara perubahan repetisi beban terhadap
perubahan tingkat pelayanan jalan. Pada jalan uji AASHO, tingkat pelayanan akhir
diasumsikan dengan angka 1,5 (tergantung juga kinerja perkerasan yang diharapkan),
sedangkan tingkat pelayanan awal selalu kurang dan5,0.Berdasarkan adanya sambungan
dan tulangan plat beton perkerasan kaku, perkerasanbeton semen dapat diklasifikasikan
menjadi 3 jenis sebagai berikut :
·         Perkerasan beton semen biasa dengan sambungan tanpa tulangan untuk   kendali
retak.
·         Perkerasan beton semen biasa dengan sambungan dengan tulangan plat untuk Kendali
       retak. Untuk kendali retak digunakan wire mesh diantara siar dan penggunaannya
       independen terhadap adanya tulangan dowel.
·         Perkerasan beton bertulang menerus (tanpa sambungan). Tulangan beton terdiri dari
baja
       tulangan dengan prosentasi besi yang relatif cukup banyak (0,02 % dari luas penampang
        beton).Pada saat ini, jenis perkerasan beton semen yang populer dan banyak
digunakan di
      negara-negara maju adalah jenis perkerasan beton bertulang menerus.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dari uraian singkat diatas kita dapat menarik kesimpulan perkerasan jalan memiliki
sejarah panjang dari beribu-ribu abad yang lalu dengan perkembangan yang sangat baik
dan penerapan metode perkerasan yang semakin baik. Kuat lemahnya perkerasan jalan
tergantung pada kepadatan dan Daya dukung Tanah, Bahan-bahan untuk  lapis  pondasi harus
cukup  kuat  dan awet  sehingga dapat  menahan beban-beban roda
Oleh karena itu sangat penting untuk melakukan penyelidikan Tanah untuk
mengetahui daya dukung tanah dan juga menggunakan bahan bahan pondasi yang baik,
dan juga pengawasan selama proses perkerasan agar hasil yang di dapat baik.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.scribd.com/kadekku/d/59838593-Sejarah perkerasan Jalan Universitas


Gunadarma 
http://balai8.net/sipp/manual-a2/113-geoteknik-jalan-retak
 http://civilengineerunsri08.wordpress.com/2009/03/17/jenis-jenis-perkerasan-jalan/ 
http://sanggapramana.wordpress.com/category/jalan-raya/?
blogsub=confirming#blog_subscription-2
http://cibelebupbup.blogspot.com/2011/07/jenis-kerusakan-pada-perkerasan-lentur.html
http://www.scribd.com/ibokir/d/86234175-P-Perkerasan-Jalan 
http://keteknik-sipilan.blogspot.com/2011/05/perkerasan-jalan.html 
http://wiryanto.wordpress.com/2010/09/19/jalan-beton-dan-tulangannya/
 http://civilandstructure.wordpress.com/2009/06/10/perbaikan-retakan-struktur-di-slab-beton/
 http://ilustri.org/index.php?option=com_content&view=article&id=161:penyebab-keretakan-
beton&catid=36:dunia-teknik-sipil&Itemid=2 
M_Rayani di 8:46 PM
Share

No comments:

Post a Comment

Home

View web version

About Me
M_Rayani
View my complete profile
Powered by Blogger.

Anda mungkin juga menyukai