OLEH
i
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : Teknologi Benih dan Persemaian
Nama : Megi Toto
NIM : M011191085
Kelas :B
Kelompok : 10
Laporan Ini Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Nilai
Praktikum Teknologi Benih dan Perkemahan
Pada
Laboratorium Silvikultur Dan Fisiologi Pohon
Fakultas Kehutanan
Universitas Hasanuddin
Makassar
2021
Menyetujui
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Tujuan dan Kegunaan Praktikum..............................................................1
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Benih........................................................................................................2
2.2 Persemaian................................................................................................6
2.3 Skarifikasi.................................................................................................15
2.4 Perkecambahan.........................................................................................17
2.5 Media Tanam............................................................................................21
III. METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat...................................................................................23
3.2 Alat dan Bahan.........................................................................................23
3.3 Prosedur Kerja..........................................................................................24
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil..........................................................................................................26
4.2 Pembahasan..............................................................................................31
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ..............................................................................................34
5.2 Saran ........................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
I. PENDAHULUAN
1
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Benih
nasional karena menjadi sumber bagi produksi benih kelas di bawahnya yang akan
digunakan petani. Oleh karena itu, ketersediaan dan upaya pengendalian mutu
petani maka program pengembangan perbenihan dari hulu sampai hilir harus lebih
Benih menurut petani adalah biji masak yang telah diseleksi dengan
ketentuan benihdengan ukuran beragam warna yang baik, tidak keriput, normal
Republik Indonesia No.12 Tahun 1992 Tentang Sistem Budidaya Tanaman Bab I
pertumbuhan embrio, dan pelindung yaitu kulit biji. Tempat penyimpan cadangan
makanan pada benih monokotol berbeda dengan dikotil. Pada benih monokotil
2
cadangan makanan lebih banyak tersimpan di endosperm, sedangkan pada
agronomi, benih dituntut untuk bermutu tinggi sebab benih harus mampu
4. mutu hasil akan terjamin baik melalui pasca panen yang baik;
Aggraenty,2012).
waktu dan teknik pemanenan, serta pengolahan dan penyimpanan. Tidak seperti
dalam ukuran, bentuk, dormansi, viabilitas, kadar air, dan karakter lainnya. Hal
prosedur yang dimulai dengan seleksi sumber benih dengan kualitas baik,
3
benih yang tinggi sehingga akan meningkatkan keberhasilan tumbuh tanaman
(Schmidt 2000).
Mutu benih terdiri atas empat komponen yaitu: mutu fisik, mutu fisiologis,
mutu genetik, dan mutu kesehatan benih. Benih yang bermutu fisik tinggi terlihat
dari penampilan fisiknya yang bersih, cerah, bernas, dan berukuran seragam.
Mutu fisiologis benih tercermin dari nilai viabilitas (seperti daya berkecambah)
dan nilai vigor (seperti kecepatan tumbuh, keserempakan tumbuh, dan daya
simpan). Mutu genetik ditunjukkan dengan keseragaman genetik yang tinggi dan
tidak tercampur varietas lain (Widajati dkk, 2012) dalam (Nyi Nyoman, Dkk, 2018).
Sumber benih adalah suatu pohon atau hutan, baik yang tumbuh secara
alami (hutan alam) ataupun yang ditanam (hutan tanaman), yang dikumpulkan
2. Jumlah bibit yang tumbuh menjadi pohon yang normal setalah ditanam,
dan
3. Jumlah pohon yang memiliki sifat yang diinginkan ketika akan dipanen.
Sifat yang diinginkan antara lain: batang yang lurus, diameter besar, bebas
cabang yang tinggi, percabangan ringan serta bebas dari serangan hama
dan penyakit.
4
Mutu benih tanaman hutan dikelompokan ke dalam 3 golongan sb:
1. Mutu fisik benih: yaitu mutu benih yang berkaitan dengan sifat
fisik seperti ukuran, keutuhan, kondisi kulit, dan kerusakan kulit benih
3. Mutu genetik benih: yaitu mutu benih yang berkaitan dengan sifat
disebut sumber benih. Berdasarkan mutu benih yang dihasilkan, sumber benih
dapat dibagi menjadi 4 kelas. Keempat sumber benih benih tersebut, secara
berurutan berdasarkan mutu benih yang dihasilkan (dari yang terbaik sampai yang
1. Kebun benih
membuang pohon-pohon yang kurang baik. Kebun benih perlu diberi jalur
luar kebun benih yang mutunya tidak baik. Kebun benih yang baik
5
menghasilkan benih, kebun benih juga dapat menghasilkan bahan
tidak baik dan yang terserang hama dan penyakit. Penjarangan dilakukan
benih. APB diberi jalur isolasi (semua pohon yang dapat kawin silang
pada jarak 200 m dari tepi areal ditebang) untuk mengurangi resiko
penyerbukan oleh serbuk sari yang berasal dari pohon jelek di luar APB.
3. Tegakan benih
pada hutan alam atau tanaman dengan fenotip unggul untuk sifat-sifat
4. Pohon benih
Melihat kondisi yang ada saat ini, dalam jangka pendek sulit untuk
mendapatkan benih pohon dari sumber benih yang baik. Pada beberapa
jenis komersil seperti jati, akasia, dan eukaliptus, sumber benih bermutu
sebab itu, pengumpulan benih pohon tidak dapat dilakukan dari sumber
benih yang baik. Jika tidak dapat mengumpulkan benih dari kebun benih,
6
APB, atau tegakan benih, maka benih dapat dikumpulkan dari pohon benih
2.2 Persemaian
benih (atau bahan lain dari tanaman) menjadi bibit/semai yang siap ditanam di
kegiatan penanaman hutan karena itu sangat penting dan merupakan kunci
untuk bertahan dan dapat tumbuh dengan baik di lapanganan dipengaruhi oleh
kesehatan dan kekuatan, ketika mereka ditanam. Bibit yang sehat, proporsi yang
yang tinggi dibanding bibit yang lemah dan stres (Ujang, Dkk. 2020).
Kemampuan hidup yang lebih baik dari bibit yang berasal dari pesemaian
3. Benih yang baru berkecambah dan bibit kecil seringkali tertekan oleh
7
Penanaman benih ke lapangan dapat dilakukan secara langsung dan secara
Meskipun ukuran benih besar tetapi kalau jumlahnya terbatas, maka benih
dapat dilakukan setelah semai-semai dari persemaian tersebut sudah kuat (siap
ditanam), misalnya untuk Pinus merkusii setelah tinggi semai antara 20-30 cm
dimulai sejak penaburan benih merupakan cara yang lebih menjamin keberhasilan
lebih dapat dihemat dan juga kualitas semai yang akan ditanam di lapangan lebih
terjamin bila dibandingkan dengan cara menanam benih langsung di lapangan (L.
Pelupessy. 2007).
tahun.
a) Keuntungan :
8
1. Keadaan ekologi selalu mendekati keadaan yang sebenarnya.
b) Keberatannya :
(L.Pelupessy, 2007).
9
a) Keuntungan :
b) Kerugiannya :
persemaian sementara.
10
baik kualitas dan lebih mahal harganya dibanding yang diperlukan
Pengumpulan Sementara (TPS) yang sesuai kriteria dan standar mutu. Pembuatan
persemaian dilakukan jika kebutuhan bibit diperoleh dengan cara membuat bibit
kebutuhan bibit diperoleh dengan cara mendatangkan bibit dari luar/membeli bibit
dua jenis, yaitu persemaian lahan kering dan mangrove. Masingmasing tipe
air, bebas banjir dan angin keras, memiliki areal terbuka dan areal
surut air laut, bebas banjir, angin keras dan ombak besar, memiliki areal
terbuka dan naungan, dekat dengan tenaga kerja (Ujang, Dkk. 2020).
1. Penyemaian benih ukuran besar (ukuran > 2 cm, seperti: nangka, durian,
11
2. Penyemaian benih ukuran sedang (1-2 cm, seperti: mahoni, khaya, kayu
afrika, mindi,) kecil (0,5 – 1 cm, seperti: sengon, surren, akasia, gaharu),
dan halus (< 0,5 cm, seperti: jabon, ekaliptus, duabanga) dengan cara
a) Bedeng tabur
menyemai satu persatu dalam pot. Bedeng tabur juga sesuai jika benih
tabur adalah kerikil atau bahan lain yang dapat mengalirkan secara baik
12
Dibuat dalam bentuk bedengan dengan ukuran 1 m x 4 m, bedeng
dibatasi oleh bambu atau papan kayu setebal 20 cm. Media semai
itu bedengan ini bisa juga disebut dengan istilah bedeng tabur. Atap
bedeng tabur dapat dibuat dari rumbia agar tidak terkena hujan
ditutup oleh kerangka dengan kasa kawat untuk mencegah hewan liar
(sengon, suren, meranti, mindi, jati, gaharu, dll.) dan benih halus
dalam rak.
13
c) Bak kecambah papan kayu
dibuat dari papan kayu. Bak ini dibuat dari papan kayu ukuran : panjang
4 m, lebar 0,8 m, dan tinggi 0,6 m. Pada bagian dasar diisi batu
pasir halus atau campuran pasir halus dan arang sekam = 1 : 1. Bak
seluruh bagian dalam bak juga dilapisi plastik buram. Hal ini bertujuan
kondisi ruangan seperti itu, maka bak kecambah dari papan kayu selain
pembibitan stek pucuk, ruang adaptasi semai cabutan alami, dan ruang
d) Bedeng Sapih
agar ketika matahari terbit hingga terbenam dari arah Timur ke Barat
14
dapat memberikan cahaya secara merata kepada bibit-bibit yang ditata
melindungi bibit dari sinar matahari langsung. Terutama pada persemaian terbuka
tanpa naungan dari pohon, perlu untuk membangun penutup yang teduh.
Konstruksi naungan terdiri dari bahan atap yang ditopang oleh beberapa struktur
dasar. Pada area yang rentan angin, strukturnya harus lebih kuat. Naungan dapat
disediakan dengan jaring pelindung dari tikar rumput. Penetrasi cahaya yang
cukup harus disediakan, dan harus bisa memindahkan bahan naungan ketika
proses hardening bibit. Sebagai alternatif, bibit dapat dipindahkan keluar dari area
diperdagangkan biasanya berwarna hitam dan terbuat dari bahan sintetis dengan
penetrasi cahaya sekitar 50%. Pohon peneduh alami dapat juga menyediakan
falcataria) merupakan pohon peneduh yang sangat baik karena pertumbuhan yang
cepat, tajuk melebar dan relatif terbuka, pohon sengon menyediakan naungan
yang seragam dan tidak terlalu rapat. Pertumbuhan bibit saat masih kecil tidak
tahan terhadap penyinaran cahaya matahari secara langsung, oleh karenanya perlu
diberikan naungan. Untuk membuat naungan maka perlu tiang dan atap. Tiang
dapat dibuat dari bambu yang tahan lama (misalnya bambu betung), kemudian
bagian atapnya diberi naungan. Tinggi tiang disesuaikan agar tidak mengganggu
saat orang berdiri (± 2 – 3 m), karena tiang yang terlalu rendah menyebabkan
15
Sarana Perairan Air merupakan persyaratan penting dalam sebuah
persemaian/kebun bibit. Oleh sebab itu persemaian harus dibuat tidak jauh dari
sumber air, misalnya sungai dan sumber mata air. Jika sumber air berada di bagian
atas persemaian, maka untuk mengalirkan air menuju penampung air/tangki air di
jenset jika sumber air berada di bawah areal persemaian. Sistem penyiraman yang
baik merupakan hal yang penting untuk produksi tanaman di persemaian. Sumber
air biasanya berupa sungai dan kolam permanen. Pompa elektrik atau yang
berdasarkan bahan bakar mengambil air dari sumber menuju sistem pipa utama
dan melalui sistem sprinkle menyemprotkan air ke seluruh tanaman. Agar sistem
sprinkle dapat bekerja secara benar, pompa harus mempunyai kapasitas untuk
disiram bergantian dengan vent tertutup pada beberapa bagian ketika menyiram
2.3 Skarifikasi
awal pada benih yang ditujukan untuk mematahkan dormansi dan mempercepat
terjadinya perkecambahan benih (Dharma, dkk., 2015) dalam (Budirman Bachtiar, Dkk,
tergantung sifat dan jenis benih yang digolongkan ke dalam 3 (tiga) cara
skarifikasi, yaitu cara fisik, cara mekanis, dan cara kimiawi (Budirman Bachtiar, Dkk,
2017).
Dormansi benih terjadi karena kulitnya yang keras dan kedap sehingga
menjadi penghalang mekanis terhadap masuknya air dan gas ke dalam benih.
Dormansi merupakan sifat alami benih untuk dapat bertahan hidup, tetapi sifat
16
dormansi benih dapat menghambat produksi bibit dalam skala besar dan seragam.
bertujuan untuk melunakkan kulit benih yang keras, sehingga menjadi permeabel
terhadap air dan gas (Sutopo, 2002) dalam (Anita, Dkk, 2014).
berimbibisi berkurang sehingga peningkatan kadar air dapat terjadi lebih cepat
sehingga benih cepat berkecambah (Widyawati, et al., 2009) dalam (Tri Pamungkas
Yudihartono, 2018).
Struktur benih yang keras dapat menyebabkan air dan oksigen sulit untuk
Perendaman benih dalam air panas dapat melunakkan dan membuka pori-pori
kulit benih yang kering dan keras, sehingga dapat meningkatkan proses imbibisi
pada benih. Proses imbibisi pada benih merupakan awal dari perkecambahan
Secara fisis yakni dengan cara dijemur di bawah sinar matahari, direndam
dalam air dingin atau dalam air mengalir selama beberapa hari dan dibakar,
sedangkan secara kimia dengan menggunakan bahan kimia seperti asam (Tri
Pamungkas Yudihartono, 2018).
2004; Arda, dkk., 2014) dalam (Budirman Bachtiar, Dkk, 2017). Hormon giberelin (GA)
17
merupakan salah satu zat pengatur tumbuh yang dapat menghilangkan dormansi
pada kulit biji dan tunas sejumlah tanaman serta mempercepat perkecambahan
2.4 Perkecambahan
dari benih/biji. Secara visual dan morfologis suatu benih yang berkecambah
ditandai dengan terlihatnya radikula dan plumula dari biji. Perkecambahan benih
seperti air, suhu, media, cahaya dan bebas dari hama penyakit. Cahaya, suhu dan
pertumbuhan benih dan anakan sangat rentan terhadap tekanan fisiologis, infeksi
dan kerusakan mekanis. Oleh sebab itu tujuan lain penyediaan kondisi lingkungan
melalui tahapan tersebut dengan cepat (Schmidt, 2000). Kondisi ini terkadang
dipertahankan sampai anakan tumbuh dengan baik. Setelah itu, stres dapat
18
diberikan secara perlahan untuk mempersiapkan tanaman beradaptasi dengan
struktur penting dari embryo yang ditandai dengan munculnya struktur tersebut
perkecambahan),
dan keduanya tumbuh normal dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan
ketentuan ISTA,
sertifikasi benih yang berlaku di suatu Negara dan sesuai dengan kelas
masuknya air ke dalam benih sehingga kadar air di dalam benih mencapai
19
persentase tertentu (50-60%). Proses perkecambahan dapat terjadi jika
kulit benih permeable terhadap air dan tersedia cukup air dengan tekanan
terdapat di dalam benih. Pada benih yang telah berimbibisi terjadi respirasi
sangat rendah. Jika terjadi hidrasi (penyerapan air) pada protein dari benih
pda benih kering terdapat dalam bentuk terikat dan tidak aktif, kemudian
akan menjadi aktif setelah benih mengimbibisi air. Hormone giberelin ini
yang akan menghasilkan energy ATP dan unsur hara. Cadangan makanan
utama yang disimpan pada biji berupa: pati, hemicellulose, lemak, dan
20
dikotyl (cotyledon), dan pada embryonic axis juga terdapat sedikit tetapi
pembangunan kembali. Pada proses ini protein yang dirombak oleh enzim
(bakal batang dan daun) dan radikula (bakal akar) yang terus bertambah
besar. Karena terjadi proses imbibisi, maka kulit biji akan menjadi lunak,
1. Air merupakan salah satu factor yang mutlak diperlukan dan tidak dapat
untuk memacu agar benih dapat berkecambah. Laju imbibisi pada awal
proses imbibisi cepat sampai pada titik tertentu laju ini akan menurun.
21
Benih akan berkecambah bila kadar air 50-60%. Untuk merangsang laju
sebelum diimbibsi.
pemapasan karena hasil akhir pemapasan adalah energy (panas) dan air.
perubahan suhu dalam benih dan berapa lama perubahan suhu tersebut
berlangsung
cahaya, terutama benih yang memiliki pigmen pada kulit benihnya, karena
matahari menjadi energy (bukan dalam bentuk ATP). Energy ini dapat
22
2.5 Media Tanam
(1986) bahwa media yang baik untuk pertumbuhan tanaman harus mempunyai
sifat fisik yang baik, gembur dan mempunyai kemampuan menahan air. Kondisi
hara rendah (Aurum, 2005). Pasir memiliki pori-pori berukuran besar (pori-pori
makro) maka pasir menjadi mudah terisi air dan cepat kering oleh proses
sangat kecil sehingga mudah terkikis oleh air atau angin. Dengan demikian, media
pasir lebih membutuhkan pengairan dan pemupu- kan yang lebih intensif. Hal
tersebut yang menyebabkan pasir jarang digunakan sebagai media ta- nam secara
Tanah lapisan atas, pasir, sekam bakar dan coco peat merupakan beberapa
media tumbuh yang biasa digunakan untuk media tumbuh tanaman dalam
Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl, dan sebagai habitat biota organisme yang
berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara (Madjid, 2008 dalam Sukarman dkk, 2012).
23
III. METODE PRAKTIKUM
3. 2. 1 Alat
3. 2. 2 Bahan
24
6. Sembilan buah plastik mika, digunakan sebagai wadah tumbuh untuk benih
Mahoni (Swietenia macrophylla)
7. Label, digunakan untuk menamai benih di wadah plastik mika
8. Alat tulis menulis (ATM), digunakan untuk mencatat hasil pengamatan
3.3 Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja dari praktikum struktur buah dan benih tanaman
hutan yaitu sebagai berikut:
1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam praktikum
2. Merendam benih mahoni (Swietenia macrophylla) di dalam wadah kecil
selama 6-24 jam agar benih tersebut lunak sehingga mudah di iris
3. Mengiris benih yang sudah di rendah secara membujur dan melintang
4. Mengiris buah mahoni secara membujur dan melintang
5. Mengamati dan menggambar bagian luar dan dalam dari buah dan benih
mahoni
6. Mengamati warna, tekstur kulit serta struktur lainnya pada buah dan benih
mahoni
3.3.2 Skarifikasi Benih
25
Adapun prosedur kerja dari praktikum soil emergence test yaitu sebagai
berikut:
1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam praktikum
2. Mengayak tanah dan pasir untuk menghilangkan kotoran
3. Menghomogenkan tanah dan pasir dengan perbandingan 1:2
4. Memasukkan tanah dan pasir yang telah dihomogenkan ke dalam 9 buah
mika plastik
5. Memberi label pada masing – masing mika plastik sesuai dengan kelompok
benih yang sudah di skarifikasi
6. Menaburkan benih di atas permukaan media tanam sesuai dengan kelompok
masing – masing
7. Benih yang ditanam pada lapisan permukaan media lembab yang di tutup
dengan tanah dan pasir setebal 10-20 mm dan tidak di padatkan
8. Menyemperot dengan hand sprayer setiap 1-2 kali sehari
9. Melakukan pengamatan setiap hari dari proses perkecambahan sampai
munculnya kecambah yang utuh
10. Mencatat jumlah kecambah yang tumbuh secara normal, abnormal, maupun
mati pada masing-masing kelompok perlakuan
11. Mendokumentasikan hasil pengamatan
26
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hasil dari struktur buah dan benih tanaman hutan adalah mengamati buah
yang telah di belah vertikal dan horizontal serta benih yang juga di belah secara
27
4.1.2 Skarifikasi Benih
tanpa perlakuan, merendam biji (6 - 24 jam), dan juga mengupas kulit biji.
28
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 1 0 0 0 0 0
3 0 0 3 1 0 1 0 0 3
4 0 0 3 1 1 2 0 0 5
5 0 1 3 0 1 2 0 0 2
Jumlah 0 1 9 3 2 5 0 0 10
%Tumbuh 20%
Perhitungan Praktikum 3
29
Jumlah kecambah yang tumbuh abnormal
% Tumbuh Benih Abnormal = x 100 %
Jumlah benih yang dikecambahkan
3
= x 100 %
10
= 30%
Ulangan 3:
% Tumbuh Benih Normal =0
Jumlah kecambah yang tumbuh abnormal
% Tumbuh Benih Abnormal = x 100 %
Jumlah benih yang dikecambahkan
1
= x 100 %
10
= 10%
Potensi Tumbuh Maks =
30
2
= x 100 %
10
= 20%
Ulangan 3:
% Tumbuh Benih Normal =0
% Tumbuh Benih Abnormal = 0
Potensi Tumbuh Maks =
Ulangan 3:
31
Jumlah kecambah yang tumbuh normal
% Tumbuh Benih Normal = x 100 %
Jumlah benih yang dikecambahkan
4
= x 100 %
10
= 40%
Jumlah kecambah yang tumbuh abnormal
% Tumbuh Benih Abnormal = x 100 %
Jumlah benih yang dikecambahkan
1
= x 100 %
10
= 10%
(atau bahan lain dari tanaman) menjadi bibit/semai yang siap ditanam di lapangan.
penanaman hutan karena itu sangat penting dan merupakan kunci pertama di
lapangan dapat dilakukan secara langsung dan secara tidak langsung yang berarti
Menurut Pramono dan Suhendi (2006) Penentuan mutu bibit pada umumnya
didasarkan kepada hasil penilaian atau evaluasi terhadap tiga kriteria yaitu mutu
genetik, fisik, dan fisiologis. Mutu genetik didasarkan pada kelas sumber benih.
Mutu fisik mencerminkan kondisi fisik bibit seperti kekompakan media, keadaan
32
batang, dan kesehatan. Sedangkan mutu fisiologis menggambarkan mutu
pohon pelindung karena sifatnya yang tahan panas dan memiliki daya adaptasi
yang baik terhadap berbagai kondisi tanah sehingga tetap bertahan menghiasi tepi
Jawa sejak jaman penjajahan Belanda. Kayu mahoni mempunyai nilai ekonomis
yang cukup tinggi sehingga dibudidayakan untuk keperluan sumber bahan baku
industri. Kualitas kayunya keras dan memiliki warna kemerahan, sangat baik
terdiri atas mahoni berdaun kecil (Swietenia mahagoni) dan mahoni berdaun lebar
yaitu pengenalan struktur buah dan benih tanaman, yang mana pada pengamatan
yang telah saya lakukan bentuk dari buah mahoni yang berbentuk bulat seperti
telur dan mempunyai 5 lekuk. Warna dari buah yang masih muda adalah hijau
akan berubah menjadi coklat bila buahnya sudah matang. Didalam buah mahoni
terdapat biji yang berbentuk pipih dan ujungnya tebal serta berwarna cokelat
berpadu hitam.
33
Kegiatan yang kedua yaitu skarifikasi benih, yang terbagi menjadi 3
bagian yaitu tanpa perlakuan, di rendam dengan air hangat dan di kikir. Alasan
yang permeabel memungkinkan air dan gas dapat masuk ke dalam benih sehingga
proses imbibisi dapat terjadi. Benih yang diskarifikasi akan menghasilkan proses
imbibisi yang semakin baik. Air dan gas akan lebih cepat masuk ke dalam benih
karena kulit benih yang permeabel. Air yang masuk ke dalam benih menyebabkan
pemeliharaan benih. Penanama beni dilakukan setelah di skarifikasi dan ini saya
atau pemeliharaan benih bertotal 5 minggu yang masing-masing telah saya sajikan
Ada beberapa benih yang gagal untuk tumbuh, kebanyakan mati, ini
mengalami pembusukan akibat skarifikasi yang saya lakukan kurang tepat, seperti
perendaman benih yang terlalu lama, pengikiran yang tidak merata, serta benih
yang kurang baik yang kurang saya perhatikan, ada juga beberapa faktor lainnya
Dalam penanaman yang saya lakukan yang paling subur terdapat pada
benih yang di tanam dengan direndam air hangat sebesar 50% dan juga tanpa
34
perlakuan sebesar 46%, Sedangkan yang kurang subur terdapat pada benih yang
di kikir sebesar 20%. Di sebabkan pengikiran yang tidak merata serta benih yang
kurang baik.
35
bagus dengan tingkat kematangan yang baik dan juga penaburan benih di lakukan
pada kedalaman yang sama agar pertumbuhan benih dapat lebih efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Aggraeny Siska. 2012. Laporan Praktikum Teknologi Benih. Acara 1, Struktur
Irawan , U. S., Arbainsyah., Ramlan, A., Putranto, H., Afifudin, S. 2020. Manual
Indonesia
Ir. Ellen L. Panggabean, Mp. 2012. Diktat, Teknologi Benih. Fakultas Pertanian.
36
Irwan Ujang Susep, Dkk. 2020. Manual Pembuatan Persemaian dan Pembibitan
Bogor.
http://www.bpdassolo.net/index.php/tanaman-kayu-
Mulawarman, Dkk. 2002. Pedoman Lapang untuk Petugas Lapang dan Petani,
International. Bogor.
Pattimura. Ambon.
Pramono, Suhaendi H. 2006. Manfaat Sertifikasi Sumber Benih, Mutu Benih dan
37
Schmidt, L. 2000. Pedoman Penanganan Benih Tanaman di Persemaian
Shara, D., Izzati, M., Prihastanti, E. 2014. Perkecambahan Biji Dan Pertumbuhan
Bibit Batang Bawah Karet (Havea brasiliensis Muell Arg.) Dari Klon Dan
Di KPH Kendal
38
LAMPIRAN
39
40
41