Anda di halaman 1dari 6

Sinopsis Praktek Lapangan

KARAKTERISASI GENOTIP TANAMAN PADI (Oryza sativa) DARI


TURUNAN TINGGONG

Oleh :

ZAHID RASYA HIDAYAT


2005101050005

JURUSAN AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA

DARUSSALAM-BANDA ACEH

2023
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Padi merupakan tanaman pangan pokok yang sangat penting bagi masyarakat
Indonesia. Dalam meningkatkan produksi padi, salah satu upaya yang dapat dilakukan
adalah dengan mengembangkan varietas unggul yang memiliki sifat-sifat yang diinginkan
seperti produktivitas yang tinggi, ketahanan terhadap hama dan penyakit, serta kualitas
gabah yang baik. Salah satu varietas padi yang saat ini sedang dikembangkan dan diuji
coba adalah varietas padi tinggong Aceh.
Varietas padi tinggong merupakan varietas padi asal Aceh yang memiliki keunggulan
dalam hal pertumbuhan dan hasil. Di Provinsi Aceh, varietas padi ini sangat populer dan
banyak dibudidayakan oleh para petani. Varietas padi tinggong merupakan varietas padi
tahan hama dan penyakit. Selain itu, varietas padi ini dapat tumbuh dengan baik
meskipun pada tanah yang kurang subur dan memiliki daya adaptasi yang baik terhadap
kondisi lingkungan. Hal ini menjadikan padi tinggong salah satu pilihan yang tepat bagi
petani di Provinsi Aceh (Nurhayati et al, 2020)
Aceh merupakan provinsi dengan keanekaragaman beras lokal yang sangat kaya,
terutama di wilayah barat-selatan, yang harus dilestarikan dan dimanfaatkan untuk
pembangunan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat Aceh. Varietas lokal telah
dikembangkan di provinsi Aceh selama bertahun-tahun dan juga dikenal luas oleh
masyarakat setempat (Mirza et al. 2014). Namun, kegiatan indentifikasi karakter
agronomi plasma nutfah padi lokal Aceh masih belum banyak dilakukan. Oleh karena itu,
penelitian sangat penting dalam upaya mendapatkan data penciri plasma nutfah secara
maksimal melalui studi keragaman genetik dan identifikasi morfologi yang bermafaat
untuk sumber genetik tanaman.
Menurut sebuah jurnal yang diterbitkan di Frontiers in Plant Science pada tahun 2021
yang berjudul "Conserving rice genetic diversity: engaging rice farmers in conserving rice
landraces through seed banking", mengatakan bahwa Plasma nutfah tanaman padi
merupakan sumber penting untuk pengembangan varietas padi yang lebih tahan terhadap
perubahan iklim dan serangan hama dan penyakit, serta dapat membantu dalam
mempertahankan keanekaragaman genetik dan ketahanan pangan global.
Plasma nutfah tanaman padi memiliki peranan penting dalam menjaga
keanekaragaman genetik tanaman padi. Keberadaan plasma nutfah tersebut menjadi
penting karena dapat dijadikan sebagai sumber genetik untuk perbaikan genetik dan
pengembangan varietas tanaman padi yang lebih tahan terhadap berbagai tantangan
lingkungan dan penyakit. Padi tinggong Aceh adalah jenis padi yang tumbuh dan
dikembangkan di wilayah Aceh, Indonesia. Padi tinggong Aceh memiliki keunggulan-
keunggulan dibandingkan dengan jenis padi lainnya. Menurut Syakir dan Yusnita (2017),
padi ini memiliki beberapa kelebihan, antara lain: Kebiasaan tumbuh dengan baik pada
kondisi tanah dan cuaca di daerah Aceh, Tahan terhadap serangan hama dan penyakit,
Memiliki cita rasa dan kandungan gizi yang lebih baik dibandingkan dengan jenis padi
lainnya. Berpotensi sebagai bahan baku dalam industri makanan, khususnya industri
makanan tradisional di Aceh. Oleh karena itu, pengembangan padi ini merupakan salah
satu upaya yang harus dilakukan pemerintah daerah dan pihak-pihak terkait untuk
menjaga plasma nuthfah dan meningkatkan produksi padi, terutama padi local yang
berada di Aceh.

1.2 Tujuan Praktek Lapang


Adapun tujuan dari pelaksanaan praktek lapang ini adalah untuk meningkatkan teori
dan keterampilan di lapangan serta mempelajari karakterisasi pada tanaman padi turunan
tinggong serta karakter yang diwarisi dari tanaman padi tersebut.

1.3 Manfaat Praktek Lapang


Adapun mamfaat dari praktek lapang ini adalah :
1. Menambah wawasan mahasiswa baik teori maupun teknis pada pendeskripsian padi
lokal yang merupakan plasma nutfah untuk pemuliaan tanaman padi lokal.
2. Mahasiswa dapat menerapkan ilmu dan teori yang telah didapatkan selama
perkuliahan secara langsung dilapangan.
BAB II. METODELOGI PELAKSANAAN

2.1 Tempat dan Waktu


Praktek lapang ini dilaksanakan di Rumah Kasa dekat Kebun Percobaan 1, Fakultas
Pertanian, Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Kota Banda Aceh. Pelaksanaan praktek
lapang dilaksanakan dari bulan Januari hingga bulan Juni 2023.

2.2 Metode Kerja


2.2.1 Penyusunan Program dan Jadwal Kegiatan
Penyusunan jadwal untuk kegiatan praktek lapang ini disusun oleh mahasiswa dan
ditinjau ulang secara bersamaan antara mahasiswa dengan pembimbing lapangan. Jadwal
kegiatan disesuaikan berdasarkan kondisi lapangan dan pekerjaan yang sedang dilakukan.
2.2.2 Metode Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data pada kegiatan praktek lapang ini digunakan beberapa
teknik yaitu:
1. Data Primer
data ini diperoleh dengan menggunakan observasi langsung, dokumentasi, dan
metode sampling
a) Metode Observasi: teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mengadakan peninjauan secara langsung, seperti pengamatan lokasi,
pengenalan personalia, serta pengenalan terkait gambaran umum lapangan.
b) Metode Dokumentasi: teknik pengumpulan yang dilakukan dengan cara
pengambilan gambar atau foto yang berkaitan langsung dengan keperluan
laporan.
c) Metode Eksperimen : teknik pengumpumlan mahasiswa terlibat langsung di
lapangan dalam proses pelaksanaan.
2. Data Sekunder
Data ini diperoleh dari studi pustaka yang dilakukan oleh mahasiswa sebagai referensi
yang mendukung sekaligus pembanding informasi dari data primer yang diperoleh dalam
pelaksanaan praktek lapang.
a) Metode Studi Pustaka: teknik pengumpulan data dan informasi melalui
berbagai sumber literatur secara tertulis yang berkaitan dengan objek kajian
dan dapat digunakan sebagai sumber data.
2.2.3 Pelaksanaan Praktek lapang
Persiapan alat dan bahan : Siapkan cawan petri, piring tanam, bibit padi, pot dan
nampan. Persiapan penanaman: Ambil media tanam seperti cocopeat atau campuran tanah
dan pupuk kandang dan letakkan di cawan Petri setebal 1 cm. Penaburan: Ambil beberapa
biji padi dan sebarkan pada media tanam dengan jarak tanam yang cukup. Pastikan bibit
tertutup media tanam namun tidak terlalu dalam. Curah hujan: Cuci benih padi dengan air
bersih, pastikan media tanam cukup lembab. Tempatkan cawan Petri di tempat yang terkena
sinar matahari. Pemeliharaan: Jaga agar media tanam tetap lembab dan terhindar dari sinar
matahari langsung. Tambahkan air secara teratur untuk menjaga kelembaban media tanam.
Pastikan juga lingkungan steril agar benih padi tidak terkontaminasi jamur atau bakteri. Ubah
Panen: Bila bibit padi sudah besar dan cukup kuat, pindahkan ke dalam pot dengan
menggunakan media tanam yang sudah disiapkan. Sebarkan benih padi dengan jarak yang
cukup, beri pupuk dan cuci dengan air jernih. Perawatan tanaman: Perawatan padi dalam pot
sama seperti di lahan pertanian, yaitu menyediakan air dan nutrisi yang cukup, serta
penyiangan dan pengendalian hama dan penyakit.
DAFTAR PUSTAKA

Mirza I, Darmadi, Ramlan. (2014). Pengelolaan Sumber Daya Genetik Tanaman Pangan di
Provinsi Aceh. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh.
Nuryanti, E., Hasanah, U., & Yurnalis, L. (2020). Karakteristik Agronomi dan Hasil Empat
Varietas Padi Sawah di Provinsi Aceh. Jurnal Agroekoteknologi Tropika, 9(3), 305-
311.
Sultana, S., Ali, A., & Ahmed, I. (2021). Conserving rice genetic diversity: engaging rice
farmers in conserving rice landraces through seed banking. Frontiers in Plant Science,
12, 735475.
Syakir, M., & Yusnita, Y. (2017). Padi Lokal Aceh: Keanekaragaman, Keunggulan, dan
Prospek Pengembangannya. Jurnal Teknik Pertanian Lampung, 6(2), 95-102.

Anda mungkin juga menyukai