DASAR-DASAR AGROTEKNOLOGI
NPM : 224110097
KELAS : AGROTEKNOLOGI 2 B
PRODI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
2023
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
atas rahmat-Nya maka saya dapat menyelesaikan penyusunan laporan yang
berjudul “ BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG ” Penulisan laporan ini
merupakan salah satu tugas mata pelajaran praktikum DASAR-DASAR
AGROTEKNOLOGI.
Terima kasih
SYAHRUL HIKMAH
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
I. PENDAHULUAN
a. Latar belakang
b. Tujuan praktikum
II. TINJAUAN PUSTAKA
III. BAHAN DAN METODE
a. Waktu dan tempat
b. Bahan dan alat
c. Pelaksanaan praktikum
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Tinggi tanaman
b. Umur bunga
c. Umur panen
d. Jumlah tongkol
e. Lilit tongkol
f. Berat tongkol
g. Panjang tongkol
h. Jumlah baris perbiji tongkol
V. KESIMPULAN DAN SARAN
a. Kesimpulan
b. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN 1 JADWAL KEGIATAN PRAKTIKUM
LAMPIRAN 2 DOKUMENTASI PRAKTIKUM
BIODATA
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1
Tabel 1.2
Tabel 2.1
Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 4.1
Tabel 5.1
Tabel 6.1
Tabel 7.1
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar belakang
Jagung (Zea mays) merupakan salah satu tanaman pangan penting di dunia,
terutama di Amerika Utara, Amerika Tengah, dan Afrika. Tanaman jagung
memiliki nilai ekonomi yang tinggi karena berbagai kegunaannya, baik sebagai
bahan pangan manusia, pakan ternak, maupun sebagai bahan baku industri.
Budidaya tanaman jagung telah dilakukan sejak ribuan tahun yang lalu.
Tanaman ini berasal dari Meksiko dan kemudian menyebar ke berbagai belahan
dunia. Pertumbuhan tanaman jagung sangat dipengaruhi oleh iklim, kelembaban,
dan kondisi tanah. Tanah dengan kandungan hara yang cukup dan drainase yang
baik merupakan faktor penting dalam budidaya jagung.
Jagung merupakan tanaman yang tumbuh dengan cepat dan membutuhkan
banyak sinar matahari. Tanaman ini termasuk dalam keluarga rumput-rumputan
(Poaceae) dan memiliki sistem akar yang kuat untuk menopang pertumbuhannya.
Biasanya, jagung ditanam dalam bentuk barisan atau lajur dengan jarak tanam
yang bervariasi tergantung pada varietas yang digunakan.
Proses budidaya jagung dimulai dengan persiapan lahan, yaitu pembersihan
dan pembenaman tanah. Setelah itu, biji jagung ditanam dengan cara ditebar atau
ditanam langsung dalam lubang tanam. Selanjutnya, tanaman perlu disiangi dan
diberikan pemupukan sesuai dengan kebutuhan nutrisi tanaman. Penyiraman juga
menjadi faktor penting dalam budidaya jagung, terutama pada periode
pembentukan tongkol.Setelah sekitar 3 hingga 4 bulan masa tanam, jagung akan
siap dipanen. Panen dilakukan dengan memotong tongkol jagung pada
pangkalnya. Tongkol kemudian dapat dipisahkan bijinya atau dipanen secara
keseluruhan, tergantung pada penggunaan yang diinginkan.
Budidaya jagung memberikan manfaat ekonomi yang signifikan bagi petani
dan juga memainkan peran penting dalam memenuhi kebutuhan pangan dunia.
Jagung adalah salah satu sumber karbohidrat utama yang digunakan dalam
industri makanan dan minuman, serta pakan ternak. Selain itu, jagung juga
digunakan sebagai bahan baku dalam industri biofuel dan industri lainnya.
Namun, budidaya jagung juga menghadapi tantangan seperti serangan hama
dan penyakit, kekurangan air, dan perubahan iklim. Oleh karena itu, penting bagi
para petani untuk mengimplementasikan praktik pertanian yang berkelanjutan dan
menggunakan varietas unggul yang tahan terhadap hama dan penyakit.
Dengan pengetahuan dan teknik yang tepat, budidaya jagung dapat menjadi
sumber pendapatan yang menguntungkan bagi petani dan dapat membantu
memenuhi kebutuhan pangan dunia.
b. Tujuan praktikum
1. Memahami Proses Budidaya:
Melalui praktikum ini, mahasiswa dapat belajar tentang persiapan lahan,
penanaman biji jagung, pemeliharaan tanaman, pengendalian hama dan penyakit,
serta teknik panen dan pasca panen. Tujuan ini adalah untuk memberikan
pemahaman praktis tentang tahapan-tahapan budidaya tanaman jagung.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Persiapan Lahan dan Penanaman:
Menurut Tahir et al. (2017), persiapan lahan untuk budidaya jagung
meliputi pembenaman tanah, penggemburan, dan pembajakan untuk memastikan
struktur tanah yang baik.
Menurut Fageria et al. (2018), penanaman jagung sebaiknya dilakukan pada
musim yang tepat dengan suhu tanah minimal 10-12°C dan tanah yang cukup
lembap.
Menurut Sutaryo et al. (2019), penanaman jagung dapat dilakukan dengan
metode ditanam langsung (direct seeding) atau dengan bibit yang telah dipelihara
terlebih dahulu.
Pemeliharaan Tanaman:
Menurut Setiawati et al. (2018), pemeliharaan tanaman jagung meliputi
pemupukan yang mencakup pemberian pupuk nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium
(K) secara tepat sesuai dengan kebutuhan tanaman.
Menurut Subagyono et al. (2020), penyiraman tanaman jagung sebaiknya
dilakukan secara teratur, terutama pada periode pembentukan tongkol, dengan
mempertahankan kelembaban tanah yang optimal.
Menurut Hapsari et al. (2019), penting untuk melakukan pengendalian
gulma secara efektif agar tanaman jagung tidak terganggu persaingan nutrisi dan
sinar matahari.
4. Varietas Unggul:
Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2020), pemilihan
varietas jagung yang unggul dapat meningkatkan produktivitas dan ketahanan
tanaman terhadap hama, penyakit, dan kondisi lingkungan yang tidak
menguntungkan.
Menurut Kuswanto et al. (2021), pemilihan varietas jagung yang adaptif
terhadap kondisi agroekologi setempat dapat meningkatkan hasil dan kualitas
produksi.
.
BAB III
1.1 Bahan
1. Lahan:
Lahan pertanian yang telah dibersihkan dari gulma dan telah dilakukan
persiapan yang tepat.Tanah dengan kualitas yang baik dan struktur yang optimal
untuk mendukung pertumbuhan tanaman.
2. Biji Jagung:
Biji jagung berkualitas yang telah disiapkan untuk penanaman. Biji dapat
diperoleh dari pengepul atau stok benih yang terpercaya.
3. Pupuk:
Pupuk nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K) yang digunakan untuk
pemupukan tanaman jagung terutama dalam praktikum disini menggunakan
pupuk NPK organik.Pupuk organik, seperti pupuk kandang atau kompos, juga
digunakan untuk memperbaiki kesuburan tanah.
4. Pestisida
Pestisida untuk mengendalikan hama dan penyakit yang dapat merusak
tanaman jagung.
1.2 Alat
1. Alat-alat Pertanian:
Cangkul atau bajak sebagai alat untuk membenamkan tanah dan membajak
lahan. Sekop atau alat penggali untuk membantu dalam persiapan lahan. Garu atau
sabit untuk membersihkan gulma di sekitar tanaman. Sprayer atau alat semprot
untuk penyemprotan pestisida. Sekop atau ember untuk penyiraman tanaman.
2. Alat Pemanenan:
Golok atau pisau untuk memanen tongkol jagung. Angkong atau wadah
untuk mengumpulkan hasil panen.
3. Alat Penyimpanan:
Wadah atau kantong kertas yang kedap udara untuk menyimpan dan
mengeringkan biji jagung hasil panen.
c. Pelaksanaan Praktikum
Berikut adalah langkah-langkah pelaksanaan praktikum budidaya tanaman
jagung:
1. Persiapan Lahan:
c. membuat bendengan 1,5x1,5m setiap satu orang, dengan jarak paret 0,5m
b. Siapkan pupuk kandang atau pupuk yang diperlukan, seperti pupuk nitrogen
(N), fosfor (P), dan kalium (K).
c. Pastikan alat-alat pertanian yang diperlukan, seperti cangkul, garu, sprayer, dan
alat pemanenan, tersedia dan dalam kondisi baik.
3. Penanaman:
a. Tentukan jarak tanam dan kedalaman tanam yang sesuai untuk varietas jagung
yang akan ditanam.
1,5m 0,5m bendengan pxl= 1,5x1,5m
1,5m
0.5m 0.5m
b. rendam biji jagung dan buat lubang tanam dengan jarak yang tepat sesuai
rekomendasi. Yaitu 3-5cm
c. Tempatkan biji jagung yang sudah di rendam, ke dalam lubang tanam dengan
jumlah yang sesuai.
d. Tutup lubang dengan tanah dan padatkan perlahan untuk menutupi biji dengan
baik
4. Pemeliharaan Tanaman:
6. Pemanenan:
a. Lakukan pemanenan saat tongkol jagung telah matang dan bulu jagung sudah
mengering.
minggu Keterangan
Tabel 1.1
1 220cm
2 210cm
3 215cm
Tabel 1.2
2. pembahasan
Awal Penanaman:
Pada awal penanaman, tinggi tanaman jagung relatif rendah, yaitu sekitar 10
cm. Hal ini wajar karena tanaman masih berada dalam tahap bibit dan
memerlukan waktu untuk berakar dan tumbuh.
Pertumbuhan Vegetatif:
Pembentukan Tongkol:
Pada minggu ke-5 dan ke-6, tinggi tanaman jagung stabil di sekitar 100 cm.
Ini menunjukkan bahwa tanaman telah mencapai tahap pembentukan tongkol.
Pada tahap ini, energi tanaman lebih banyak dialihkan ke pembentukan tongkol
dan pengisian biji. Tinggi tanaman yang tetap menunjukkan bahwa pertumbuhan
tanaman telah mencapai puncaknya dan siap untuk panen.
Pengamatan dan pencatatan tinggi tanaman jagung dari awal hingga pasca
panen memberikan gambaran mengenai pertumbuhan dan perkembangan tanaman
selama siklus budidaya. Tinggi tanaman yang optimal menunjukkan bahwa
tanaman jagung telah tumbuh dengan baik dan mungkin menghasilkan panen
yang baik pula. Pembahasan lebih lanjut tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi tinggi tanaman jagung, seperti genetika varietas, pemupukan yang
tepat, pengendalian hama dan penyakit yang efektif, serta pengaturan air yang
baik, dapat dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas
tanaman jagung di masa depan.
b. Umur bunga
1. Hasil
Sampel jagung Umur bunga pada jagung
Tabel 2.1
2. Pembahasan
Pembentukan Bunga:
Umur bunga pada tanaman jagung sangat penting karena berkaitan erat
dengan proses polinasi. Bunga jantan (stamen) menghasilkan serbuk sari (pollen)
yang akan ditransfer ke putik bunga betina (pistil) untuk pembuahan dan
pembentukan biji jagung. Jika bunga jantan dan betina pada tanaman jagung
berada pada umur yang tepat dan sejalan, proses polinasi akan berjalan dengan
baik.
Umur bunga pada tanaman jagung dapat dipengaruhi oleh faktor genetik
dan lingkungan. Jenis varietas tanaman jagung memiliki karakteristik waktu
pembungaan yang berbeda-beda. Beberapa varietas dapat memperlihatkan
pembungaan lebih awal atau lebih lambat dari varietas lainnya. Selain itu, faktor
lingkungan seperti suhu, kelembaban, dan panjang hari juga dapat memengaruhi
waktu pembungaan tanaman jagung.
Umur bunga pada tanaman jagung memiliki peran penting dalam hasil
panen. Pembentukan bunga yang baik dan sinkronisasi antara bunga jantan dan
betina diperlukan untuk memastikan polinasi yang efektif. Polinasi yang berhasil
akan membantu dalam pembuahan biji jagung yang berkualitas dan meningkatkan
hasil panen.
Perencanaan Budidaya:
c. Umur panen
1. Hasil
Dalam praktikum ini, umur panen tanaman jagung ditetapkan pada 73 hari
setelah penanaman.
2. Pembahasan
Umur panen yang ditentukan pada 73 hari setelah penanaman merupakan
faktor penting dalam budidaya tanaman jagung. Berikut adalah pembahasan
mengenai hasil dan pertimbangan umur panen yang ditetapkan pada 73 hari:
Pertumbuhan Tanaman:
Tingkat Kematangan:
Kualitas Hasil:
Penentuan umur panen yang tepat mempengaruhi kualitas hasil panen
jagung. Umur panen yang terlalu dini dapat menghasilkan tongkol yang belum
matang secara sempurna dan biji jagung yang belum berkualitas. Sementara itu,
umur panen yang terlalu lama dapat menyebabkan kelebihan waktu pengeringan
pada tanaman dan mengurangi kualitas biji jagung.
Produktivitas:
Varietas Tanaman:
d. Jumlah tongkol
1. hasil
Dalam praktikum ini, jumlah tongkol pada 9 tanaman jagung yang diamati
adalah 13 tongkol.
Berikut tabel bagian tongkol yang hidup pada tanaman jagung :
• • ••
• • •
• • ••
1 2
2 1
3 2
Tabel 3.2
2. Pembahasan
Jumlah tongkol pada tanaman jagung dapat bervariasi tergantung pada
faktor genetik, perawatan tanaman, dan kondisi lingkungan. Berikut adalah
pembahasan mengenai hasil dan pertimbangan jumlah tongkol pada tanaman
jagung yang diamati:
Produktivitas Tanaman:
Jumlah tongkol pada tanaman jagung dipengaruhi oleh faktor genetik dari
varietas tanaman yang digunakan. Beberapa varietas jagung memiliki
kecenderungan untuk membentuk lebih banyak tongkol daripada yang lainnya.
Selain itu, perawatan tanaman yang baik, termasuk pemupukan, penyiraman, dan
pengendalian hama dan penyakit, juga dapat mempengaruhi jumlah tongkol yang
terbentuk.
Keragaman Individu:
Evaluasi Lanjutan:
e. Lilit tongkol
1. Hasil
Dalam praktikum ini, diamati bahwa lilit tongkol pada tanaman jagung
memiliki rata-rata panjang sebesar 20 cm.
Berikut tabel sampel lilit tongkol pada tanaman jagung :
2 17,5
3 18,5
Tabel 4.1
Pembahasan:
Lilit tongkol pada tanaman jagung merujuk pada panjang tangkai atau
batang yang menghubungkan tongkol dengan batang utama tanaman. Berikut
adalah pembahasan mengenai hasil dan pertimbangan lilit tongkol pada tanaman
jagung dengan rata-rata panjang 18,3 cm:
Lilit tongkol pada tanaman jagung berperan penting dalam menopang dan
menghubungkan tongkol dengan batang utama. Lilit yang kuat dan sehat
membantu menjaga stabilitas tongkol dan memungkinkan aliran nutrisi dan air
yang cukup ke dalam tongkol untuk mendukung pertumbuhan biji jagung yang
baik.
Lilit tongkol yang baik dan sehat dapat berdampak pada hasil panen. Ketika
lilit tongkol memiliki panjang yang sesuai, tongkol cenderung lebih stabil dan
lebih tahan terhadap kerusakan fisik. Hal ini dapat memastikan bahwa biji jagung
dalam tongkol tetap terlindungi dan berkualitas selama pertumbuhan dan proses
panen.
Pengamatan panjang lilit tongkol pada tanaman jagung dapat menjadi dasar
untuk evaluasi lebih lanjut mengenai pengaruh faktor-faktor seperti varietas,
perawatan tanaman, dan lingkungan terhadap lilit tongkol. Dengan mengevaluasi
hubungan antara panjang lilit tongkol dengan faktor-faktor tersebut, dapat diambil
langkah-langkah perbaikan yang relevan untuk meningkatkan kualitas dan
produktivitas tongkol jagung.
f. Berat tongkol
1. hasil
2 430gr
3 455gr
Tabel 5.1
Dalam praktikum ini, diamati bahwa berat tongkol pada tanaman jagung
memiliki rata-rata sekitar 448 gram.
2. Pembahasan
Berat tongkol pada tanaman jagung merupakan faktor penting dalam
menentukan hasil panen yang produktif. Berikut adalah pembahasan mengenai
hasil dan pertimbangan berat tongkol pada tanaman jagung dengan rata-rata
sekitar 448 gram:
Produktivitas Tanaman:
Faktor Genetik:
Berat tongkol pada tanaman jagung dapat dipengaruhi oleh faktor genetik
varietas yang digunakan. Beberapa varietas jagung memiliki kecenderungan untuk
menghasilkan tongkol dengan berat yang lebih tinggi daripada varietas lainnya.
Pemilihan varietas yang memiliki potensi menghasilkan tongkol yang berat dapat
memberikan keuntungan dalam meningkatkan produktivitas dan hasil panen.
Perawatan Tanaman:
Faktor Lingkungan:
Pengamatan berat tongkol pada tanaman jagung dapat menjadi dasar untuk
evaluasi lebih lanjut terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas.
Dengan mengevaluasi hubungan antara berat tongkol dengan faktor-faktor seperti
varietas, perawatan tanaman, dan lingkungan, dapat diambil langkah-langkah
perbaikan yang relevan untuk meningkatkan berat tongkol dan hasil panen.
Dalam praktikum ini, rata-rata berat tongkol sekitar 448 gram menunjukkan
hasil yang memadai. Namun, perlu diingat bahwa berat tongkol pada tanaman
jagung dapat bervariasi dalam budidaya yang sebenarnya. Oleh karena itu,
pengamatan yang lebih luas dan pengulangan percobaan yang lebih banyak
diperlukan untuk memperoleh pemahaman yang lebih komprehensif tentang
variabilitas berat tongkol pada tanaman jagung dan bagaimana memaksimalkan
hasil panen yang optimal.
g. Panjang tongkol
1. hasil
2 18cm
3 19,5cm
Tabel 6.1
Dalam praktikum ini, diamati bahwa panjang tongkol pada tanaman jagung
memiliki rata-rata sekitar 19 cm.
2. Pembahasan
Panjang tongkol pada tanaman jagung adalah salah satu faktor penting yang
mempengaruhi hasil panen dan kualitas biji jagung. Berikut adalah hasil dan
pembahasan mengenai panjang tongkol pada tanaman jagung dengan rata-rata
sekitar 19 cm:
Faktor Genetik:
Pertumbuhan Tanaman:
Kondisi Lingkungan:
Kondisi lingkungan seperti suhu, kelembaban, dan ketersediaan sinar
matahari juga dapat mempengaruhi panjang tongkol pada tanaman jagung.
Lingkungan yang cocok dengan suhu yang optimal, kelembaban yang tepat, dan
sinar matahari yang cukup akan mendukung pertumbuhan tongkol yang baik.
Faktor lingkungan yang tidak sesuai dapat memengaruhi pertumbuhan tongkol
dan membatasi panjangnya.
Panjang tongkol pada tanaman jagung memiliki kaitan dengan kualitas dan
produktivitas tanaman. Tongkol yang lebih panjang dapat memberikan lebih
banyak ruang bagi biji jagung untuk mengembangkan dan mengisi dengan baik.
Hal ini dapat meningkatkan jumlah biji dan hasil panen yang lebih tinggi. Oleh
karena itu, panjang tongkol yang optimal adalah salah satu parameter yang
diinginkan dalam budidaya tanaman jagung.
2 14 baris
3 12 baris
Tabel 7.1
Dalam praktikum ini, diamati bahwa jumlah baris perbiji tongkol pada
tanaman jagung memiliki rata-rata sekitar 13 baris.
2. Pembahasan
Jumlah baris perbiji tongkol pada tanaman jagung adalah salah satu
karakteristik penting yang mempengaruhi produktivitas dan kualitas biji jagung.
Berikut adalah hasil dan pembahasan mengenai jumlah baris perbiji tongkol pada
tanaman jagung dengan rata-rata sekitar 14 baris:
Faktor Genetik:
Jumlah baris perbiji tongkol pada tanaman jagung dipengaruhi oleh faktor
genetik varietas yang digunakan. Setiap varietas jagung memiliki karakteristik
yang berbeda dalam hal jumlah baris perbiji tongkolnya. Beberapa varietas
cenderung memiliki lebih sedikit baris, sementara yang lain memiliki lebih
banyak. Pemilihan varietas dengan jumlah baris perbiji tongkol yang diinginkan
dapat menjadi strategi untuk mencapai hasil panen yang optimal.
Pertumbuhan Tanaman:
Jumlah baris perbiji tongkol pada tanaman jagung dapat berdampak pada
kualitas dan produktivitas biji jagung yang dihasilkan. Tongkol dengan jumlah
baris perbiji yang lebih banyak cenderung memiliki lebih banyak biji jagung yang
terbentuk. Hal ini dapat meningkatkan hasil panen dan produktivitas tanaman
jagung secara keseluruhan. Oleh karena itu, jumlah baris perbiji tongkol yang
optimal adalah salah satu faktor yang diinginkan dalam budidaya tanaman jagung.
Dalam praktikum ini, rata-rata jumlah baris perbiji tongkol sekitar 13 baris
menunjukkan hasil yang memadai. Namun, perlu diingat bahwa jumlah baris
perbiji tongkol pada tanaman jagung dapat bervariasi tergantung pada faktor-
faktor seperti varietas, perawatan tanaman, dan kondisi lingkungan. Pengamatan
yang lebih luas dan percobaan yang lebih banyak diperlukan untuk memperoleh
pemahaman yang lebih komprehensif tentang variabilitas jumlah baris perbiji
tongkol pada tanaman jagung dan bagaimana memaksimalkan hasil panen yang
optimal.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
a. Kesimpulan
1. Tujuan Budidaya Tanaman Jagung:
Tujuan budidaya tanaman jagung adalah untuk menghasilkan hasil panen
yang optimal dalam hal tinggi tanaman, jumlah tongkol, berat tongkol, umur
panen, dan kualitas tongkol.
2. Waktu dan Tempat Budidaya Tanaman Jagung:
Budidaya tanaman jagung dilakukan dengan umur panen sekitar 73 hari.
Tempat yang digunakan dapat berupa lahan pertanian dengan kondisi lingkungan
yang mendukung pertumbuhan tanaman jagung.
3. Bahan dan Alat yang Digunakan:
Dalam budidaya tanaman jagung, bahan dan alat yang digunakan meliputi
benih jagung, pupuk, air, alat penggali tanah, alat penyiram, alat pemangkas, dan
alat pengukur tinggi tanaman.
4. Pelaksanaan Praktikum:
Pelaksanaan praktikum dilakukan dengan menanam benih jagung dalam
lahan pertanian yang telah disiapkan. Kemudian dilakukan pemupukan,
penyiraman, pemangkasan, dan pengukuran tinggi tanaman jagung.
5. Hasil dan Pembahasan:
Hasil yang diperoleh dari praktikum meliputi tinggi tanaman jagung, umur
bunga, jumlah tongkol, lilit tongkol, berat tongkol, panjang tongkol, dan jumlah
baris perbiji tongkol. Pembahasan dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor
yang mempengaruhi hasil tersebut, seperti genetik tanaman, perawatan, dan
kondisi lingkungan.
b. saran
1. Pemilihan Varietas yang Tepat:
Pilih varietas jagung yang sesuai dengan kondisi lingkungan, tujuan
budidaya, dan preferensi hasil panen yang diinginkan. Varietas jagung yang
memiliki sifat tahan terhadap penyakit, produktivitas tinggi, dan adaptabilitas
yang baik akan memberikan peluang keberhasilan yang lebih tinggi dalam
budidaya.
2. Perawatan Tanaman yang Optimal:
Lakukan perawatan tanaman jagung secara teratur, termasuk pemupukan
yang tepat, penyiraman yang cukup, pengendalian gulma, dan perlindungan
terhadap hama dan penyakit. Pastikan juga untuk melakukan pemangkasan dan
penyiangan yang tepat guna memaksimalkan pertumbuhan dan produktivitas
tanaman.
3. Pengaturan Waktu Tanam dan Umur Panen:
Pilih waktu tanam yang tepat sesuai dengan kondisi iklim dan musim yang
menguntungkan pertumbuhan tanaman jagung. Selain itu, sesuaikan umur panen
dengan varietas jagung yang digunakan dan tujuan budidaya. Perhatikan petunjuk
varietas terkait umur panen yang optimal untuk mendapatkan hasil yang baik.
4. Monitoring dan Evaluasi:
Lakukan pengamatan dan evaluasi secara teratur terhadap pertumbuhan
tanaman jagung, mulai dari tinggi tanaman, umur bunga, jumlah tongkol, hingga
kualitas tongkol. Hal ini akan membantu dalam mengetahui perkembangan
tanaman dan mengidentifikasi masalah potensial sehingga tindakan perbaikan
dapat diambil dengan cepat.
5. Pelatihan dan Konsultasi Ahli:
Catat semua data dan hasil yang diperoleh dari budidaya tanaman jagung,
termasuk data tinggi tanaman, jumlah tongkol, berat tongkol, dan lainnya.
Analisis data tersebut akan memberikan wawasan yang lebih baik tentang faktor-
faktor yang mempengaruhi hasil panen dan dapat digunakan sebagai dasar untuk
melakukan perbaikan dan peningkatan budidaya di masa depan.
7. Berbagi Pengalaman:
“pengukuran sampel jagung untuk “tanaman jagung yang sudah siap dipanen”