Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH KELOMPOK

ILMU NUTRISI SATWA HARAPAN

KELOMPOK I
KEBUTUHAN ZAT-ZAT MAKANAN DAN ENERGI BAGI
ITIK MANILA

OLEH :

NAMA : 1). JONI PRIANTO ( BP 1810611020 )


2). RISALDI ( BP I011 19 1222 )
KELOMPOK : I (SATU)
WAKTU : 1 NOVEMBER 2022
DOSEN : Dr. RIDHO KURNIAWAN RUSLI, S.Pt., M.Si

DEPARTEMEN NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2022

1
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL .............................................................................. 1

HALAMAN JUDUL ................................................................................. 1

DAFTAR ISI .............................................................................................. 2

DAFTAR TABEL .................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang ................................................................................... 4
Tujuan dan Kegunaan ........................................................................ 5

BAB II PEMBAHASAN
Tinjauan Umum Itik Manila .............................................................. 6
Ransum Itik Manila ........................................................................... 7
Kebutuhan Nutrisi Itik Manila ........................................................... 8
BAB III PENUTUP
Kesimpulan ........................................................................................ 10
Saran .................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 11

2
DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Kebutuhan Nutrisi Itik Manila ............................................................... 8


2. Tabel NRC Kebutuhan Nutrisi Itik Manila ............................................ 8
3. Kebutuhan Gisi Itik Manila dari umur 1-10 minggu .............................. 9

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ternak itik merupakan salah satu komoditi unggas yang mempunyai peran

cukup penting sebagai penghasil telur dan daging untuk mendukung ketersediaan

protein hewani murah dan mudah didapat. Di Indonesia, itik umumnya

diusahakan sebagai penghasil telur namun ada pula diusahakan sebagai penghasil

daging. Peternakan itik didominasi oleh peternak dengan sistem pemeliharaan

yang masih tradisional di mana itik digembalakan di sawah atau di tempat-tempat

yang banyak airnya, namun dengan cepat mengarah pada pemeliharaan secara

intensif yang sepenuhnya terkurung.

Di lndonesia, unggas air (water fowl) merupakan salah satu unggas Yang

mempunyai Peranan Penting dalam menyediakan bahan pangan. Diantara

berbagai bangsa unggas air dikenal itik manila. Keunggulan itik manila dibanding

unggas air lainnnya adalah ukuran badannya lebih besar sehingga potensial

sebagai penghasil daging dengan produksi telur cukup baik. Kandungan protein

daging itik manila hampir sama dengan daging ayam dan kandungan lemaknya

rendah dengan akumulasi lemak lebih banyak terjadi di bawah kulit. Disamping

sebagai penghasil daging, itik manila juga dimanfaatkan sebagai unggas pengeram

dan diambil bulunya untuk industri suttle cock.

Pengembangan itik manila sebagai unggas air unggulan Indonesia masih

memiliki beberapa kendala, diantaranya peningkatan populasi dan produksi telur

yang rendah, serta sistem pemeliharaan yang ekstensif. Untuk mengatasi kendala

tersebut maka perlu adanya perbaikan, salah satunya dari aspek manajemen

4
pemeliharaan. Manajemen pemeliharaan yang telah diterapkan dibeberapa unggas

pembibit betina adalah dengan melakukan pengaturan pemberian pakan diperiode

pertumbuhan. Pemberian yang tidak terbatas atau ad libitum dapat menigkatkan

laju pertumbuhan dan kelebihan asupan energi yang berasal dari pakan, sehingga

kelebihan energi ini akan disimpan dalam bentuk deposit lemak.

1.2 Tujuan dan Kegunaan

Dengan makalah ini, diharapkan penulis mampu memberikan informasi

kepada pembaca agar dapat lebih memahami tentang kebutuhan zat makanan dan

nutrisi pada unggas air itik manila dan dapat mengetahui lebih dalam lagi

mengenai jenis itik manila dengan segala karakteristik khas yang ada. Makalah ini

hadir sebagai sumber informasi bagi khalayak umum dalam penyusunan ransum

untuk pemeliharaan itik manila.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tinjauan Umum Itik Manila

Itik manila adalah unggas air yang termasuk dalam keluarga (genus)

Cairina (Cairina moschata) berasal dari Meksiko, Amerika Tengah dan Amerika

Selatan. Selain itu, unggas ini memiliki beberapa nama daerah seperti Indian

Duck, Muscovite duck, Guenia duck, Turkish duck, Pato dll. Sedangkan dalam

konteks kuliner, unggas ini disebut Bebek Barbary, dan di Pulau Jawa, Indonesia

bebek ini dikenal dengan mentok (entok) atau itik Manila. Menurut klasifikasi itik

manila termasuk Klas: Aves, Sub filum: Vertebrata, Ordo: Anseriformes, Super

ordo : Carinatae, Genus : Cairina, Spesies: Anas platryhynchos. Itik manila

bersifat pemakan segala (omnivorus) yaitu memakan bahan dari tumbuhan dan

hewan seperti biji-bijian, rumput-rumputan, ikan, bekicot (Scanes dkk, 2004).

Itik manila merupakan unggas yang mempunyai ciri-ciri kaki relatif lebih

pendek dibandingkan tubuhnya; jarinya mempunyai selaput renang; paruhnya

ditutupi oleh selaput halus yang sensitif; bulu berbentuk cekung, tebal dan

berminyak. Itik manila memiliki lapisan lemak di bawah kulit; dagingnya

tergolong gelap (dark meat) tulang dada itik manila datar seperti sampan. Itik

manila yang terdapat di Indonesia umumnya tipe pedaging, mengalami dewasa

kelamin pada umur 20-22 minggu (Suharno dan Setiawan, 1999).

Pertumbuhan itik manila sangat bervariasi diantara itik jantan dan betina,

pola pemeliharaan dan keragaman antar individu. Itik manila jantan mempunyai

pertumbuhan lebih cepat dibanding itik manila betina. Itik manila jantan dewasa

dapat mencapai berat 5,5 kg, sedang pada itik manila betina dewasa hanya

6
mencapai berat 3 kg. Perbedaan dalam cara pemeliharaan pada itik manila juga

menghasilkan perbedaan pertumbuhan. Itik manila yang dipelihara secara intensif

menggunakan ransum ayam pedaging pada umur 8 minggu dapat mencapai berat

badan 1,8 kg (Ermanto, 1986).

2.2 Ransum Itik Manila

Ransum adalah makanan yang terdiri dari satu atau lebih bahan makanan

yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan ternak selama 24 jam atau sehari

semalam dan ransum dikatakan sempurna bila cukup mengandung zat-zat

makanan tersebut seimbang dalam kebutuhan ternak (Lubis, 1963). Menurut

Wahju (1997) bahan makanan untuk ransum itik tidak berbeda dengan ransum

ayam. Bahan ransum yang dipergunakan dalam menyusun ransum pada itik belum

ada aturan bakunya, yang terpenting ransum yang diberikan kandungan

nutriennya dalam ransum sesuai dengan kebutuhan itik.

Rasyaf (1995) menyatakan bahwa ransum dasar dianggap telah memenuhi

standar kebutuhan ternak apabila cukup energi, protein, serta imbangan asam

amino yang tepat. Amrullah (2004) menambahkan bahwa komponen bahan

ransum yang dicerna, diserap, serta bermanfaat bagi tubuh disebut zat makanan.

Zat makanan itu ada enam jenis yaitu : air, karbohidrat, protein, lemak, mineral,

dan vitamin.

Penyusunan pakan yang baik mempunyai suatu tujuan untuk memperoleh

pertambahan bobot badan serta produksi telur yang optimum, dengan tetap

memperhatikan tingkat protein, energi, pertumbuhan dan harga, jumlah pakan

yang dikonsumsi sangat beragam tergantung pada beberapa faktor, antara lain:

kualitas pakan, keadaan lingkungan, jenis kelamin, strain, kondisi kesehatan,

7
besar, umur, aktivitas dan tingkat produksi telur khususnya pada tipe petelur

(Yunianto, 2004). Wahju (1997) menyatakan, bahwa kelebihan energi dalam

pakan terjadi apabila perbandingan energi dan protein serta vitamin dan mineral

melebihi dari yang dibutuhkan untuk pertumbuhan normal, produksi dan aktivitas

ternak. Kelebihan produksi dalam pakan menyebabkan konsumsi pakan rendah,

sehingga menurunkan konsumsi protein yang diperlukan untuk konsumsi protein

optimum atau produksi.

2.3 Kebutuhan Zat – Zat Makanan dan Energi Itik Manila

Mengingat belum adanya standar baku kebutuhan nutrien itik manila di

lndonesia, untuk menyusun ransum itik manila biasanya digunakan standard dari

itik pedaging secara umum. Pakan yang digunakan untuk itik pedaging terdiri dari

dua jenis yaitu starter dan grower/finisher. Kebutuhan gizi periode starter (0-3

minggu) dan grower (4-10 minggu) disajikan pada Tabel 1 :

Tabel 1. Kebutuhan Gizi Itik Pedaging

.Sumber : BPTP Banten, 2010

Ransum itik pedaging dapat dibuat dengan cara mencampur

beberapa bahan yang berasal dari limbah pertanian, perikanan, dan pakan pabrik

(konsentrat dan pur). Pakan untuk itik periode starter diberikan sebanyak 20-40

g/ekor/hari dengan frekuensi 3-4 kali, sedangkan periode grower sebanyak 40-60

g/ekor/hari dengan frekuensi 2-3 kali. Contoh komposisi ransum untuk itik

8
pedaging periode starter adalah pur komersial dan menir dengan perbandingan

2:1. Adapun komposisi ransum untuk periode grower dapat dilihat pada Tabel 2 :

Tabel 2. Komposisi Ransum Itik Pedaging Periode Grower

Sumber : BPTP Banten, 2010.

Adapun kebutuhan nutrisi itik manila, menurut NRC tahun 1994

kebutuhan nutrisi itik manila fase starter dan fase grower dapat dilihat pada tabel

3 berikut ini :

Tabel 3. Tabel NRC Kebutuhan Nutrisi Itik Manila

Sumber : NRC (1994).

Ransum merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha

peternakan selain faktor genetik dan manajemen peternakan itu sendiri. Pemberian

ransum yang tidak sesuai dengan kebutuhan ternak baik jumlah maupun mutunya

akan menyebabkan penampilan produksi yang tidak sesuai dengan potensi

genetiknya. Ransum dinyatakan berkualitas baik apabila mampu memberikan

seluruh nutrien secara tepat, baik jenis, jumlah, serta imbangan nutrien tersebut

bagi ternak (Tombuku et al, 2014).

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Itik Manila sangat potensial sebagai unggas pedaging, karena profil badan

yang besar dan kemampuan berkembangbiaknya cepat. Produksi telurnya berkisar

12 – 20 butir per masa produksi, lama mengeram 35 hari, dengan fertilitas dengan

kawin alam sebesar 88– 92%, daya tetas 80%, dan dengan protein pakan 12 –

15% itik Manila jantan mampu menghasilkan karkas sebesar 64,78 – 65,48%.

Kebutuhan protein dan energi metabolisme pakan untuk entok masih mengacu

kepada kebutuhan itik pedaging. Ransum adalah bahan makanan yang diberikan

kepada ternak untuk memenuhi kebutuhan ternak selama 24 jam atau sehari

semalam dengan mengandung zat-zat makanan yang dibutuhkan ternak.

Kebutuhan protein ransum entok umur 4 – 6 minggu sekitar 14,5 – 15 % bobot

badan 1085 gram, dan komposisi ransum 2850 gram. Kebutuhan protein untuk

pertumbuhan yang optimal dari entok untuk periode 0- 3 minggu sekitar 12- 18%.

Untuk daerah tropis ada juga yang menganjurkan 24% selama periode 0 – 8

minggu.

3.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian yang lebih lanjut untuk penetapan kebutuhan

nutrisi dan gizi pada itik manila. Karena saat ini belum ada standar pasti untuk

kebutuhan makanan pada itik manila.

10
DAFTAR PUSTAKA

Leaflet Penggemukan Itik. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (Bptp) Jawa


Barat 2011.
Petunjuk Teknis Budidaya Ternak Itik. 2010. Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (Bptp) Jawa Barat. Balai Besar Pengkajian Dan Pengembangan
Teknologi Pertanian Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian
Kementerian Pertanian.
Suwarta, F.X. 2013. Evaluasi Kinerja Itik Manila Jantan Dan Betina Pada
Pemberian Ransum Dengan Aras Protein Yang Berbeda. Jurnal Agrisains
Vol.4 (6).

11

Anda mungkin juga menyukai