PRAKTIKUM IV
PERCOBAAN KULIT
OLEH :
NAMA : RISALDI
NIM : I011 19 1222
KEL/GEL : XVIII (DELAPAN BELAS) / II (DUA)
WAKTU : SABTU 10 OKTOBER 2020
ASISTEN : AGUS SETIAWAN S
Latar Belakang
dengan adanya kulit. Kulit merupakan organ yang melapisi seluruh permukaan
tubuh makhluk hidup dan mempunyai fungsi untuk melindungi dari pengaruh
penampilan sehingga kulit perlu dijaga dan dilindungi kesehatannya. Salah satu
yang dapat menyebabkan kerusakan kulit adalah radikal bebas yang berupa sinar
ultra violet. Dalam kondisi yang berlebih, sinar UV dapat menimbulkan beberapa
masalah terhadap kulit, mulai dari kulit kemerahan, pigmentasi, bahkan dalam
waktu lama menyebabkan resiko kanker. Oleh karena itulah diperlukan penangkal
ancaman bahaya radikal bebas yang dapat menimbulkan kerusakan pada kulit.
Kulit terdiri dari tiga lapisan utama yaitu epidermis (lapisan bagian luar
tipis), dermis (lapisan tengah) dan subkutan (lapisan paling dalam). Lapisan
epidermis terdiri dari lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai yang
terdalam). Lapisan epidermis tebalnya 75-150 μm, kecuali pada telapak tangan
dan kaki yang berukuran lebih tebal. Telapak tangan dan telapak kaki mempunyai
kulit yang lebih tebal daripada bagian tubuh yang lain disebabkan oleh adanya
lapisan corneum di tempat itu. Hal ini penting karena kulit di bagian tubuh ini
lebih sering mengalami gesekan dibanding tubuh bagian lain Dermis merupakan
jaringan metabolik aktif, mengandung kolagen, elastin, sel saraf, pembuluh darah
dan jaringan limfatik. Juga terdapat kelenjar ekrin, apokrin dan sebaseus di
Ayam. Menurut data pertanian statistik yang dilaporkan produksi daging ayam
sebanyak 973.000 ton dan dapat diperkirakan hasil samping ceker mencapai
Indonesia akan terus meningkat. Jumlah hasil samping ceker yang banyak oleh
memiliki kandungan kolagen, tulang rawan dan tinggi protein yang dapat
dimanfaatkan sebagai agen anti inflamasi. Tulang rawan pada hewan merupakan
A, B, dan C yang dapat dijadikan suplemen bagi anti inflamasi. Hal inilah yang
mengenai Percobaan Kulit adalah sebagai informasi ilmiah bagi mahasiswa dan
Indonesia.
TINJAUAN PUSTAKA
Tidak ada mantel ajaib yang dapat dibandingkan dengan kulit dalam
pendingin, sensitif terhadap rasa raba, suhu, dan nyeri, tahan dipakai dan dapat
kelenjar sebasea, kelenjar keringat, dan kelenjar mamma disebut juga integumen.
Fungsi spesifik kulit terutama tergantung sifat epidermis. Epitel pada epidermis
ini merupakan pembungkus utuh seluruh permukaan tubuh dan ada kekhususan
setempat bagi terbentuknya turunan kulit, yaitu rambut, kuku, dan kelenjar-
kelenjar. Kulit terdiri atas 2 lapisan utama yaitu epidermis dan dermis. Epidermis
merupa-kan jaringan epitel yang berasal dari ektoderm, sedangkan dermis berupa
jaringan ikat agak padat yang berasal dari mesoderm (Sonny, 2013).
Kulit merupakan organ tubuh pada manusia yang sangat penting karena
terletak pada bagian luar tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsangan
seperti sentuhan, rasa sakit dan pengaruh lainnya dari luar. Kulit yang tidak
menjaga kesehatan kulit sejak dini agar terhindar dari penyakit. Kulit tubuh
orang tersebut. Penyakit kulit sering dianggap remeh karena sifatnya yang
cenderung tidak berbahaya dan tidak menyebabkan kematian. Hal tersebut sangat
salah karena jika penyakit kulit terus menerus dibiarkan dapat menyebabkan
penyakit tersebut semakin menyebardan sulit untuk mengobatinya (Dyanmita,
dkk, 2018).
Kulit merupakan organ tubuh terluas, berat total berkisar 2,7 – 3,6 kg dan
menerima sepertiga dari volume darah tubuh, ketebalan kulit bervariasi antara 0,5
– 6,0 mm, terdiri dari sel – sel dan matriks ekstraselular. Struktur kulit terdiri dari
3 lapisan, epidermis merupakan lapisan terluar kulit dan tipis, dermis merupakan
lapisan tebal dan terletak di dalam, lapisan di bawah dermis terdapat jaringan
longgar yang melekat di bawah dermis. Kulit manusia mempunyai banyak fungsi
yang penting terutama sebagai pertahanan garis depan, melindungi tubuh dari
berbagai elemen yang berasal dari lingkungan luar tubuh. Jika terjadi luka pada
kulit, integritas pertahanan kulit menjadi terganggu dan menjadi tempat masuk
berbagai mikroorganisme seperti bakteri dan virus. Kulit juga dapat menjadi
faktor penting dalam kesehatan mental dan kondisi sosial manusia (Sayogo, dkk,
2017).
Ceker ayam (shank) adalah suatu bagian dari tubuh ayam yang kurang
diminati, yang terdiri atas komponen kulit, tulang, otot, dan kolagen sehingga
perlu diberikan sentuhan teknologi untuk diolah menjadi produk yang memiliki
nilai tambah. Berdasarkan data tentang tingginya kandungan protein dalam kulit
yang berkualitas untuk dapat memenuhi pasar yang ada. Pemanfaatan kulit kaki
atau ceker ayam (shank) sebagai bahan baku gelatin perlu dikaji potensinya,
mendukung yakni kadar protein total lebih dari 80% (Suryati, dkk, 2015).
Tulang ceker ayam merupakan salah satu hasil ikutan pada industri
pemotongan ayam broiler. Tulang ceker ayam dapat diolah menjadi tepung tulang
ceker ayam yang dapat dimanfaatkan lebih lanjut untuk pengolahan pangan lain
dengan harapan dapat meningkatkan nilai gizi dari suatu produk pangan. ceker
ayam diketahui bahwa Kadar abu, dan kadar lemak memenuhi standar mutu I dan
II, sedangkan Kalsium 52,41% tidak memenuhi standar mutu I maupun standar
mutu II, tingginya kadar kalsium diduga karena tingginya kandungan kalsium
pada bahan mentah dari tulang ceker ayam itu sendiri (Novidahliah, dkk, 2011).
Bagian kulit kaki pada ayam sebagian besar terdiri atas protein kolagen.
Secara histologis kulit terbagi atas 3 bagian, yakni epidermis, dermis/korium serta
dan hidrolisis ikatan serabut kolagen pada kulit. Ikatan serabut kolagen khususnya
pada bagian lapisan dermis/korium kulit yang mendapat pengaruh panas, maka
ikatan serabut tersebut akan mengalami proses denaturasi. Komposisi nilai gizi
kulit kaki ayam, terdiri dari air sebanyak 66%, protein 22%, lemak 5,5%, abu
3,5%, dan substansi lain (kalori, fosfor, kalsium, zat besi, vitamin A dan vitamin
B1) ± 3%.karena kaki ayam terdiri atas daging dan kulit (Said, dkk, 2014).
faktor diantaranya ketebalan kulit, struktur kulit dan juga penanganan setelah
pengulitan. Selain itu, bahan penyamak dan komposisi dari bahan penyamak
Semakin tebal kulit maka akan semakin besar pula kuat tariknya (dalam keadaan
kestabilan kulit ini dipengaruhi oleh ikatan silang yang terbentuk antara bahan
(kulit jadi yang baik), selain dipengaruhi proses penyamakan yang baik, juga
dipengaruhi oleh kulit mentah yang bermutu baik pula, atau dengan kata lain
berkualitas baik. Seperti halnya dengan kulit-kulit hewan lainnya, kulit dari suatu
ikan juga mengandung protein yang jumlahnya ±26,9%. Protein ini sangat mudah
sekali diserang oleh bakteri pembusuk. Oleh karena itu kulit mentah baik dalam
keadaan basah maupun dalam keadaan kering bila tanpa diawetkan maka akan
mudah membusuk bila disimpan lama. Oleh karena itu agar tahan disimpan lama,
maka perlu dilakukan usaha pengawetan terhadap kulit mentah segar, karena
tujuan dari pengawetan adalah melindungi kulit terhadap serangan bakteri, jamur
tinggi nilai mulur kulit maka kulit semakin mudah longgar. Kemuluran kulit
adalah indikator yang menentukan kualitas kulit. Semakin rendah kemuluran kulit
samak, semakin baik kualitasnya. kualitas baik yaitu kulit mempunyai kekuatan
komposisi kolagen dalam kulit akan berpengaruh terhadap kekuatan fisik kulit
yaitu kemuluran. Tinggi rendahnya kemuluran kulit dipengaruhi oleh tebal dan
tipisnya kulit, kepadatan protein kolagen, dan besarnya sudut jalinan berkas
kolagen. Makin melebar sudut jalinan berkas serabut kolagen akan menghasilkan
dihasilkan dari ekstraksi yang merujuk pada jumlah produk reaksi yang
dihasilkan, persentase berat gelatin yang didapat dari denaturasi kolagen. Semakin
besar rendemen yang didapat, maka semakin efisien perlakuan yang diterapkan.
kolagen. Semakin besar rendemen yang didapat, maka semakin efisien perlakuan
Rendemen adalah perbandingan berat kering produk yang dihasilkan dengan berat
(berat ekstrak yang dihasilkan) dengan berat awal (berat biomassa sel yang
yang dihasilkan dengan massa bahan baku (bunga melati segar) yang diekstraksi.
Pada perlakuan 8 jam diperoleh rata-rata rendemen total sebesar 0,13% lalu pada
perlakuan 12 jam rata-rata rendemen total meningkat menjadi 0,15% dan pada
perlakuan 16 jam rata-rata rendemen total meningkat lagi menjadi 0,18%. Jadi,
rendemen total tertinggi pada penelitian ini adalah perlakuan lama ekstraksi 16
jam. ini menunjukkan bahwa semakin lama ekstraksi dengan waktu yang optimal,
dilaksanakan pada hari Sabtu, 10 Oktober 2020 pukul 14-00 WITA sampai
mengenai kulit yaitu pisau/cutter, talenan, timbangan analitik, tang, dan gelas
plastik.
mengenai kulit yaitu kulit ceker ayam, garam (NaCl), dan larutan cuka (CH 3
COOH).
Prosedur Kerja
tang, gunting dan pisau kemudian membersihkan lemak daging yang ada pada
kulit ceker ayam, lalu menimbang kulit dengan menggunakan neraca analitik,
kemudian melakukan perendaman pada larutan asam cuka (CH 3COOH) selama
15 menit. Setelah itu memisahkan kulit ayam dengan larutan cuka dan timbang
kembali, lalu mengamati warna, tekstur, konsistensi, bau yang muncul pada kulit
ayam, kemudian meletakkan kulit ayam pada talenan terakhir kita letakkan ceker
ayam di atas papan dan di letakkan di bawah matahari tanpa garam. Setelah 3 hari
Warna
mengalami pengawetan berwarna agak sedikit kecoklatan dan pada saat, Setelah
perubahan warna dari sedikit kecoklatan menjadi coklat tua, Hal ini bisa terjadi
menyebabkan warnanya menjadi gelap. Hal ini sesuai dengan pendapat dengan
pendapat Said, dkk (2014), yang menyatakan bahwa hasil larutan asam
Bau
mengalami pengawetan memiliki bau yang asam dan pada saat setelah mengalami
pengawetan baunya berubah menjadi agak tidak tengik. Hal ini berarti
Konsistensi
berubah menjadi agak lunak. Berarti proses pengeringan belum optimal yang
menyebabkan kulit agak lunak. Hal ini sesuai dengan pendapat Pertiwiningrum
kadar air yang terkandung dalam kulit, menempatkan kulit dalam situasi yang
sangat asam, meracun kulit, sehingga hal tersebut dapat menyebabkan konsistensi
Tekstur
Berdasarkan Tabe 11. dapat diketahui bahwa tekstur kulit sebelum mengalami
pengawetan agak kasar dan pada saat setelah mengalami pengawetan selama 3
hari teksturnya berubah menjadi kasar. Hal ini berarti terjadi terjadi perubahan
struktur pada kulit setelah dikeringkan. Ini sesuai dengan pendapat Nurwahdaniah
itu struktur setiap bagian kulit berbeda sehingga kemampuan setiap pH memiliki
kecepatan yang berbeda untuk melonggarkan jaringan ikat yang terdapat dalam
kulit.
Nilai Rendemen
penghitungan nilai rendemen kulit, maka dapat diperoleh hasil pada Tabel 12.
metode Matahari tanpa garam lebih besar rendah yaitu 1,961%. Berarti kulit hasil
pengawetan pada sampel tidak termasuk konsentrasi rendah. Hal ini sesuai dengan
indikator untuk mengetahui efektif tidaknya metode yang diterapkan dalam suatu
sehingga nilai rendemen pada ceker ayam memiliki kecenderungan naik dan
Kesimpulan
perlakuan Matahari tanpa garam adalah pada saat sebelum di diberikan perlakuan
atau pengawetan warnanya ceker yaitu sedikit kecoklatan dan pada saat selesai
diberikan perlakuan Matahari tanpa garam dihasilkan warna pada ceker ayam
coklat tua. Sedangan teksturnya sebelum diberikan perlakuan atau diawetkan ialah
agak kasar dan setelah pengawetan teksturnya berubah menjasi agak lunak.
kasar. Begitu pula dengan bau sebelum di awetkan berbau asam setelah
Saran
Saran saya untuk kakak asisten agar senantiasa menjaga kesehatan dan
imunitas tubuh selama pandemi corona ini, semogah keadaan cepat membaik dan
Selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Dewatisari W.F.,Leni R., d Ismi R., 2017. Rendemen dan Skrining Fitokimia pada
(3): 197-202.
Kristian J., Sudaryanto Z.,Sarifah N., Asri W., Selly H.P. 2016. Pengaruh Lama
Miwada, S.IN, Simpen. 2012. Optimalisasi potensi ceker ayam (Shank) hasil
Miwada, I. 2009. Peningkatan Potensi Ceker Broiler Hasil Samping Dari Tempat
Putri D.D., M.Tanzil F.,Rizal S.P. 2018. Klasifikasi Penyakit Kulit Pada Manusia
kaki ayam Yang diproduksi dari Jenis ras ayam dan larutan
Yogyakarta.
Unimal. 4 (2):66-79.
Nilai Randemen
= 19,616 × 100%
= 1,961%
Lampiran 7. Dokumentasi Praktikum Percobaan Kulit