Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR TEKNOLOGI HASIL TERNAK

PRAKTIKUM IV
PERCOBAAN KULIT

OLEH :

NAMA : RISALDI
NIM : I011 19 1222
KEL/GEL : XVIII (DELAPAN BELAS) / II (DUA)
WAKTU : SABTU 10 OKTOBER 2020
ASISTEN : AGUS SETIAWAN S

LABORATORIUM TEKNOLOGI HASIL TERNAK


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pertahanan pertama yang dimiliki oleh tubuh adalah barier mekanik,

dengan adanya kulit. Kulit merupakan organ yang melapisi seluruh permukaan

tubuh makhluk hidup dan mempunyai fungsi untuk melindungi dari pengaruh

luar. Kerusakan pada kulit akan mengganggu kesehatan manusia maupun

penampilan sehingga kulit perlu dijaga dan dilindungi kesehatannya. Salah satu

yang dapat menyebabkan kerusakan kulit adalah radikal bebas yang berupa sinar

ultra violet. Dalam kondisi yang berlebih, sinar UV dapat menimbulkan beberapa

masalah terhadap kulit, mulai dari kulit kemerahan, pigmentasi, bahkan dalam

waktu lama menyebabkan resiko kanker. Oleh karena itulah diperlukan penangkal

ancaman bahaya radikal bebas yang dapat menimbulkan kerusakan pada kulit.

Kulit terdiri dari tiga lapisan utama yaitu epidermis (lapisan bagian luar

tipis), dermis (lapisan tengah) dan subkutan (lapisan paling dalam). Lapisan

epidermis terdiri dari lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai yang

terdalam). Lapisan epidermis tebalnya 75-150 μm, kecuali pada telapak tangan

dan kaki yang berukuran lebih tebal. Telapak tangan dan telapak kaki mempunyai

kulit yang lebih tebal daripada bagian tubuh yang lain disebabkan oleh adanya

lapisan corneum di tempat itu. Hal ini penting karena kulit di bagian tubuh ini

lebih sering mengalami gesekan dibanding tubuh bagian lain Dermis merupakan

jaringan metabolik aktif, mengandung kolagen, elastin, sel saraf, pembuluh darah

dan jaringan limfatik. Juga terdapat kelenjar ekrin, apokrin dan sebaseus di

samping folikel rambut.


Ceker atau kaki ayam merupakan hasil samping dari Rumah Potong

Ayam. Menurut data pertanian statistik yang dilaporkan produksi daging ayam

sebanyak 973.000 ton dan dapat diperkirakan hasil samping ceker mencapai

1.297.333.333 potong. Berdasarkan laporan Jurnas produksi ayam potong di

Indonesia akan terus meningkat. Jumlah hasil samping ceker yang banyak oleh

masyarakat hanya dimanfaatkan sebagai olahan pangan. Sedangkan ceker

memiliki kandungan kolagen, tulang rawan dan tinggi protein yang dapat

dimanfaatkan sebagai agen anti inflamasi. Tulang rawan pada hewan merupakan

protein kompleks yang mengandung glukosamin, kolagen, dan kondroitin sulfat

A, B, dan C yang dapat dijadikan suplemen bagi anti inflamasi. Hal inilah yang

melatarbelakangi dilakukannya Praktikum Dasar Teknologi Hasil Ternak

Mengenai Percobaan Kulit.

Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dilakukannya Praktikum Dasar Teknologi Hasil Ternak mengenai

Percobaan Kulit adalah agar mahasiswa mengetahui faktor-faktor yang dapat

menyebabkan penurunan kualitas Kulit selama penyimpanan.

Kegunaan dilakukannya Praktikum Dasar Teknologi Hasil Ternak

mengenai Percobaan Kulit adalah sebagai informasi ilmiah bagi mahasiswa dan

masyarakat mengenai teknik-teknikdan aplikasi pengawetan kulit yang ada di

Indonesia.
TINJAUAN PUSTAKA

Tinjaun Umum Kulit

Tidak ada mantel ajaib yang dapat dibandingkan dengan kulit dalam

berbagai perannya berupa kedap air, penghangat, tabir surya, pelindung,

pendingin, sensitif terhadap rasa raba, suhu, dan nyeri, tahan dipakai dan dapat

memperbaiki diri sendiri. Kulit beserta turunannya, meliputi rambut, kuku,

kelenjar sebasea, kelenjar keringat, dan kelenjar mamma disebut juga integumen.

Fungsi spesifik kulit terutama tergantung sifat epidermis. Epitel pada epidermis

ini merupakan pembungkus utuh seluruh permukaan tubuh dan ada kekhususan

setempat bagi terbentuknya turunan kulit, yaitu rambut, kuku, dan kelenjar-

kelenjar. Kulit terdiri atas 2 lapisan utama yaitu epidermis dan dermis. Epidermis

merupa-kan jaringan epitel yang berasal dari ektoderm, sedangkan dermis berupa

jaringan ikat agak padat yang berasal dari mesoderm (Sonny, 2013).

Kulit merupakan organ tubuh pada manusia yang sangat penting karena

terletak pada bagian luar tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsangan

seperti sentuhan, rasa sakit dan pengaruh lainnya dari luar. Kulit yang tidak

terjaga kesehatannya dapat menimbulkan berbagai penyakit kulit sehingga perlu

menjaga kesehatan kulit sejak dini agar terhindar dari penyakit. Kulit tubuh

seseorang yang terkena penyakit sangat mengganggu penampilan dan aktifitas

orang tersebut. Penyakit kulit sering dianggap remeh karena sifatnya yang

cenderung tidak berbahaya dan tidak menyebabkan kematian. Hal tersebut sangat

salah karena jika penyakit kulit terus menerus dibiarkan dapat menyebabkan
penyakit tersebut semakin menyebardan sulit untuk mengobatinya (Dyanmita,

dkk, 2018).

Kulit merupakan organ tubuh terluas, berat total berkisar 2,7 – 3,6 kg dan

menerima sepertiga dari volume darah tubuh, ketebalan kulit bervariasi antara 0,5

– 6,0 mm, terdiri dari sel – sel dan matriks ekstraselular. Struktur kulit terdiri dari

3 lapisan, epidermis merupakan lapisan terluar kulit dan tipis, dermis merupakan

lapisan tebal dan terletak di dalam, lapisan di bawah dermis terdapat jaringan

lemak subkutan (hipodermis). Jaringan hipodermis merupakan jaringan ikat

longgar yang melekat di bawah dermis. Kulit manusia mempunyai banyak fungsi

yang penting terutama sebagai pertahanan garis depan, melindungi tubuh dari

berbagai elemen yang berasal dari lingkungan luar tubuh. Jika terjadi luka pada

kulit, integritas pertahanan kulit menjadi terganggu dan menjadi tempat masuk

berbagai mikroorganisme seperti bakteri dan virus. Kulit juga dapat menjadi

faktor penting dalam kesehatan mental dan kondisi sosial manusia (Sayogo, dkk,

2017).

Tinjauan Umum Ceker Ayam

Ceker ayam (shank) adalah suatu bagian dari tubuh ayam yang kurang

diminati, yang terdiri atas komponen kulit, tulang, otot, dan kolagen sehingga

perlu diberikan sentuhan teknologi untuk diolah menjadi produk yang memiliki

nilai tambah. Berdasarkan data tentang tingginya kandungan protein dalam kulit

ayam, maka perlu dilakukannya penelitian selanjutnya untuk mendapatkan gelatin

yang berkualitas untuk dapat memenuhi pasar yang ada. Pemanfaatan kulit kaki

atau ceker ayam (shank) sebagai bahan baku gelatin perlu dikaji potensinya,

mengingat komponen tersebut keberadaannya sangat melimpah yang selama ini


pemanfaatannya belum optimal, tetapi memiliki komposisi kimia yang

mendukung yakni kadar protein total lebih dari 80% (Suryati, dkk, 2015).

Tulang ceker ayam merupakan salah satu hasil ikutan pada industri

pemotongan ayam broiler. Tulang ceker ayam dapat diolah menjadi tepung tulang

ceker ayam yang dapat dimanfaatkan lebih lanjut untuk pengolahan pangan lain

dengan harapan dapat meningkatkan nilai gizi dari suatu produk pangan. ceker

ayam diketahui bahwa Kadar abu, dan kadar lemak memenuhi standar mutu I dan

II, sedangkan Kalsium 52,41% tidak memenuhi standar mutu I maupun standar

mutu II, tingginya kadar kalsium diduga karena tingginya kandungan kalsium

pada bahan mentah dari tulang ceker ayam itu sendiri (Novidahliah, dkk, 2011).

Bagian kulit kaki pada ayam sebagian besar terdiri atas protein kolagen.

Secara histologis kulit terbagi atas 3 bagian, yakni epidermis, dermis/korium serta

hipodermis. Proses pembentukan kerupuk terkait dengan mekanisme penguraian

dan hidrolisis ikatan serabut kolagen pada kulit. Ikatan serabut kolagen khususnya

pada bagian lapisan dermis/korium kulit yang mendapat pengaruh panas, maka

ikatan serabut tersebut akan mengalami proses denaturasi. Komposisi nilai gizi

kulit kaki ayam, terdiri dari air sebanyak 66%, protein 22%, lemak 5,5%, abu

3,5%, dan substansi lain (kalori, fosfor, kalsium, zat besi, vitamin A dan vitamin

B1) ± 3%.karena kaki ayam terdiri atas daging dan kulit (Said, dkk, 2014).

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Kulit

Kekuatan tarik produk kulit tersamak dapat dipengaruhi oleh beberapa

faktor diantaranya ketebalan kulit, struktur kulit dan juga penanganan setelah

pengulitan. Selain itu, bahan penyamak dan komposisi dari bahan penyamak

tersebut juga sangat menentukan terhadap kualitas kulit termasuk kekuatan


tariknya. Faktor lain yang mempengaruhi kuat tarik kulit adalah ketebalan.

Semakin tebal kulit maka akan semakin besar pula kuat tariknya (dalam keadaan

perlakuan yang sama). Ketebalan akan mempengaruhi kestabilan kulit, dimana

kestabilan kulit ini dipengaruhi oleh ikatan silang yang terbentuk antara bahan

penyamak dengan protein kulit (Kasim, dkk, 2013).

Untuk mendapatkan produk industri penyamakan kulit yang bermutu baik

(kulit jadi yang baik), selain dipengaruhi proses penyamakan yang baik, juga

dipengaruhi oleh kulit mentah yang bermutu baik pula, atau dengan kata lain

berkualitas baik. Seperti halnya dengan kulit-kulit hewan lainnya, kulit dari suatu

ikan juga mengandung protein yang jumlahnya ±26,9%. Protein ini sangat mudah

sekali diserang oleh bakteri pembusuk. Oleh karena itu kulit mentah baik dalam

keadaan basah maupun dalam keadaan kering bila tanpa diawetkan maka akan

mudah membusuk bila disimpan lama. Oleh karena itu agar tahan disimpan lama,

maka perlu dilakukan usaha pengawetan terhadap kulit mentah segar, karena

tujuan dari pengawetan adalah melindungi kulit terhadap serangan bakteri, jamur

dan serangga yang menyebabkan terjadinya pembusukan dan kerusakan kulit

mentah (Wibowo dan Sya`bani, 2015).

Kemuluran kulit menunjukkan kemampuan kulit untuk mulur. Semakin

tinggi nilai mulur kulit maka kulit semakin mudah longgar. Kemuluran kulit

adalah indikator yang menentukan kualitas kulit. Semakin rendah kemuluran kulit

samak, semakin baik kualitasnya. kualitas baik yaitu kulit mempunyai kekuatan

tarik yang tinggi dengan presentasi kemuluran yang rendah.kekuatan mulur

cenderung meningkat dengan bertambahnya konsentrasi HCI. Rendahnya

komposisi kolagen dalam kulit akan berpengaruh terhadap kekuatan fisik kulit
yaitu kemuluran. Tinggi rendahnya kemuluran kulit dipengaruhi oleh tebal dan

tipisnya kulit, kepadatan protein kolagen, dan besarnya sudut jalinan berkas

kolagen. Makin melebar sudut jalinan berkas serabut kolagen akan menghasilkan

kemuluran yang makin tinggi (Pratiwi, dkk, 2015).

Nilai Rendemen Kulit Awetan

Nilai rendeman merupakan perbandingan jumlah (Kualitas) minyak yang

dihasilkan dari ekstraksi yang merujuk pada jumlah produk reaksi yang

dihasilkan, persentase berat gelatin yang didapat dari denaturasi kolagen. Semakin

besar rendemen yang didapat, maka semakin efisien perlakuan yang diterapkan.

Rendeman merupakan persentase berat gelatin yang didapat dari denaturasi

kolagen. Semakin besar rendemen yang didapat, maka semakin efisien perlakuan

yang diterapkan ( Suryati, dkk., 2015).

Rendemen merupakan suatu nilai penting dalam pembuatan produk.

Rendemen adalah perbandingan berat kering produk yang dihasilkan dengan berat

bahan baku. Rendemen ekstrak dihitung berdasarkan perbandingan berat akhir

(berat ekstrak yang dihasilkan) dengan berat awal (berat biomassa sel yang

digunakan) dikalikan 100% . Nilai rendemen juga berkaitan dengan banyaknya

kandungan bioaktif yang terkandung pada Sansevieria sp. Senyawa bioaktif

merupakan senyawa yang terkandung dalam tubuh hewan maupun tumbuhan.

Senyawa ini memiliki berbagai manfaat bagi kehidupan manusia, diantaranya

dapat dijadikan sebagai sumber antioksidan, antibakteri,antiinflamasi, dan

antikanker (Dewatisari, dkk, 2017).

Salah satu faktor yang mempengaruhi rendemen adalah lama ekstraksi,

akurasi lama waktu yang digunakan berpengaruh terhadap efisiensi proses.


Rendemen total merupakan perbandingan massa minyak bunga melati (absolute)

yang dihasilkan dengan massa bahan baku (bunga melati segar) yang diekstraksi.

Pada perlakuan 8 jam diperoleh rata-rata rendemen total sebesar 0,13% lalu pada

perlakuan 12 jam rata-rata rendemen total meningkat menjadi 0,15% dan pada

perlakuan 16 jam rata-rata rendemen total meningkat lagi menjadi 0,18%. Jadi,

rendemen total tertinggi pada penelitian ini adalah perlakuan lama ekstraksi 16

jam. ini menunjukkan bahwa semakin lama ekstraksi dengan waktu yang optimal,

maka semakin tinggi rendemen yang dihasilkan (Kristian, dkk, 2016).


METODE PRAKTIKUM

Waktu Dan Tempat

Praktikum Dasar Teknologi Hasil Ternak mengenai Percobaan Kulit

dilaksanakan pada hari Sabtu, 10 Oktober 2020 pukul 14-00 WITA sampai

selesai, Via virtual Laboratorium Teknologi Hasil Ternak, Fakultas Peternakan,

Universitas Hasanuddin, Makassar.

Alat Dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum Dasar Teknologi Hasil Ternak

mengenai kulit yaitu pisau/cutter, talenan, timbangan analitik, tang, dan gelas

plastik.

Bahan yang digunakan pada praktikum Dasar Teknologi Hasil Ternak

mengenai kulit yaitu kulit ceker ayam, garam (NaCl), dan larutan cuka (CH 3

COOH).

Prosedur Kerja

Menyiapkan alat dan bahan, menguliti 5 ceker ayam dengan menggunakan

tang, gunting dan pisau kemudian membersihkan lemak daging yang ada pada

kulit ceker ayam, lalu menimbang kulit dengan menggunakan neraca analitik,

kemudian melakukan perendaman pada larutan asam cuka (CH 3COOH) selama

15 menit. Setelah itu memisahkan kulit ayam dengan larutan cuka dan timbang

kembali, lalu mengamati warna, tekstur, konsistensi, bau yang muncul pada kulit

ayam, kemudian meletakkan kulit ayam pada talenan terakhir kita letakkan ceker

ayam di atas papan dan di letakkan di bawah matahari tanpa garam. Setelah 3 hari

hitung nilai randemen pada kulit.


HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada Praktikum Dasar

Teknologi Hasil Ternak mengenai Percobaan Kulit diperoleh hasil pengamatan

beberapa uji kualitas Kulit pada Tabel 11.

Tabel 12. Parameter Percobaan Pengawetan Kulit


Kondisi Kulit
Warna Bau Konsistensi Tekstur
Coklat Tua Agak tidak tengik Kasar Agak lunak
Sumber : Data Hasil Praktikum Dasar Teknologi Hasil Ternak 2020.

Warna

Berdasarkan Tabel 12. diperoleh hasil bahwa warna kulit sebelum

mengalami pengawetan berwarna agak sedikit kecoklatan dan pada saat, Setelah

mengalami pengawetan dengan perlakuan Matahari Tanpa Garam mengalami

perubahan warna dari sedikit kecoklatan menjadi coklat tua, Hal ini bisa terjadi

karena sebelum diawetkan diberikan cuka ¿COOH) sebelum pengawetan

penrendaman menggunakan larutan asam ¿COOH) pada ceker ayam dan

menyebabkan warnanya menjadi gelap. Hal ini sesuai dengan pendapat dengan

pendapat Said, dkk (2014), yang menyatakan bahwa hasil larutan asam

(CH3COOH) cenderung memberikan warna kecoklatan, reaksi ini terkait oleh

adanya peningkatan suhu, lama penyinaran, dan perubahan pH.

Bau

Berdasarkan Tabel 11. dapat diketahui bahwa bau kulit sebelum

mengalami pengawetan memiliki bau yang asam dan pada saat setelah mengalami

pengawetan baunya berubah menjadi agak tidak tengik. Hal ini berarti

ketengikan/asam pada kulit ayam disebabkan oleh banyaknya kandungan minyak


didalam kulit. Hal ini sesuai dengan pendapat Miwada (2009) bahwa

ketengikan/asam disebabkan dari lemak dan minyak yang masih terkandung

dalam suatu bahan dan penambahan garam ditambah matahari akan

mempengaruhi bau sehingga terjadi ketengikan.

Konsistensi

Berdasarkan Tabel 11. dapat diketahui bahwa konsistensi kulit sebelum

mengalami pengawetan lemah dan setelah terjadi pengawetan konsistensinya

berubah menjadi agak lunak. Berarti proses pengeringan belum optimal yang

menyebabkan kulit agak lunak. Hal ini sesuai dengan pendapat Pertiwiningrum

(2001) yang menyatakan bahwa prinsip pengawetan kulit adalah mengurangi

kadar air yang terkandung dalam kulit, menempatkan kulit dalam situasi yang

sangat asam, meracun kulit, sehingga hal tersebut dapat menyebabkan konsistensi

kulit berubah menjadi lunak menjadi agak kasar.

Tekstur

Berdasarkan Tabe 11. dapat diketahui bahwa tekstur kulit sebelum mengalami

pengawetan agak kasar dan pada saat setelah mengalami pengawetan selama 3

hari teksturnya berubah menjadi kasar. Hal ini berarti terjadi terjadi perubahan

struktur pada kulit setelah dikeringkan. Ini sesuai dengan pendapat Nurwahdaniah

Muin (2014) yang menyatakan bahwa tingkat keasaman pH berbeda-beda, selain

itu struktur setiap bagian kulit berbeda sehingga kemampuan setiap pH memiliki

kecepatan yang berbeda untuk melonggarkan jaringan ikat yang terdapat dalam

kulit.
Nilai Rendemen

Berdasarkan hasil Praktikum Dasar Teknologi Hasil Ternak mengenai

penghitungan nilai rendemen kulit, maka dapat diperoleh hasil pada Tabel 12.

Tabel 13. Nilai Rendeman


Frekuensi Nilai Rendeman (%)
Matahari Tanpa Garam 1,961%
Sumber : Data Hasil Praktikum Dasar Teknologi Hasil Ternak 2020.

Berdasarkan Tabel 13. dapat diketahui bahwa nilai rendemen dengan

metode Matahari tanpa garam lebih besar rendah yaitu 1,961%. Berarti kulit hasil

pengawetan pada sampel tidak termasuk konsentrasi rendah. Hal ini sesuai dengan

pendapat Muhammad (2012) yang menyatakan bahwa nilai rendemen merupakan

indikator untuk mengetahui efektif tidaknya metode yang diterapkan dalam suatu

penelitian, khususnya tentang optimalitasnya dalam menghasilkan suatu produk

sehingga nilai rendemen pada ceker ayam memiliki kecenderungan naik dan

peningkatan konsentrasinya sangat tinggi.


PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum Teknologi Hasil Ternak mengenai Percobaan

Kulit dapat disimpulkan bahwa pengaruh perlakuan kulit yang diberikan

perlakuan Matahari tanpa garam adalah pada saat sebelum di diberikan perlakuan

atau pengawetan warnanya ceker yaitu sedikit kecoklatan dan pada saat selesai

diberikan perlakuan Matahari tanpa garam dihasilkan warna pada ceker ayam

coklat tua. Sedangan teksturnya sebelum diberikan perlakuan atau diawetkan ialah

agak kasar dan setelah pengawetan teksturnya berubah menjasi agak lunak.

Konsistensinya juga berubah sebelum diberikan perlakuan konsistensinya lemah

setelah diberikan perlakuan atau pengawetan konsistensinya berubah menjadi

kasar. Begitu pula dengan bau sebelum di awetkan berbau asam setelah

pengawetan terjadi perubahan menjadi agak tidak tengik.

Saran

Saran saya untuk kakak asisten agar senantiasa menjaga kesehatan dan

imunitas tubuh selama pandemi corona ini, semogah keadaan cepat membaik dan

kita bisa bertatap muka secara langsung untuk melaksanakan Praktiku-Praktikum

Selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Dewatisari W.F.,Leni R., d Ismi R., 2017. Rendemen dan Skrining Fitokimia pada

Ekstrak Daun Sanseviera sp. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Vol. 17

(3): 197-202.

Kasim A.,Deni N.,Sri M., Janwaris P.2013.Karakteristik Kulit Kambing Pada

Persiapan Penyamakan Dengan Gambir dan Sifat Kulit tersamak yang

dihasilkan. TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS.

Kristian J., Sudaryanto Z.,Sarifah N., Asri W., Selly H.P. 2016. Pengaruh Lama

Ekstraksi Terhadap Rendemen dan Mutu minyak bunga melati putih

menggunakan metode ekstraksi pelarut menguap (solvent extraction).

Jurnal Teknotan Vol. 10 No. 2.

Miwada, S.IN, Simpen. 2012. Optimalisasi potensi ceker ayam (Shank) hasil

limbah RPA melalui metode ekstraksi termodifikasi, untuk mengahasilkan

gelatin. Jurnal Udayana. 8(9): 12-43.

Miwada, I. 2009. Peningkatan Potensi Ceker Broiler Hasil Samping Dari Tempat

Pemotongan Ayam (TPA) Menjadi Gelatin Dengan Menggunakan Metode

Ekstraksi TerkombinasiJurnal Bumi Lestari. 9( 1): 78-89.

Novidahlia N., Mardiah, dan A. Sarifudin. 2011.PEMBUATAN MI KERING

DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG TULANG CEKER AYAM. Jurnal

Pertanian Volume 2(2).

Pertiwinigrum.Ambar. 2001.Pengaruh cara pengawetan dan perbedaan lama

penyimpanan terhadap kualitas kulit kaki ayam ras tipe pedaging.

Putri D.D., M.Tanzil F.,Rizal S.P. 2018. Klasifikasi Penyakit Kulit Pada Manusia

Menggunakan Metode Binary Decision Tree Support Vector Machine


(BDTSVM) (Studi Kasus: Puskesmas Dinoyo Kota Malang). Jurnal

Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer. 2(5):1912-1920.

Pratiwi N.D., Sumardianto.,Romadhon. 2015.Pengaruh Penggunaan Asam

Klorida (Hcl) Sebagai Bahan Pengasaman Terhadap Kualitas Kulit Ikan

Nila (Oreochromis niloticus) SAMAK. Jurnal Pengolahan dan

Bioteknologi Hasil Perikanan.4(2): 45-52.

Said.M.I, Abustam. E. dan Arifuddin. 2014. Kualitas organoleptik kerupuk kulit

kaki ayam Yang diproduksi dari Jenis ras ayam dan larutan

perendamberbeda. Jurnal Sain Peternakan Indonesia. 9 (2): 66-77.

Satrio Ari Wibowo S.A.RLM. dan M.W. Sya’bani. 2015. PENGARUH

PENGAWETAN KULIT IKAN BUNTAL (Arothon reticularis)

TERHADAP SUHU KERUT DITINJAU MELALUI ANALISIS

DIFFERENTIAL SCANNING CALORIMETER (DSC).Politeknik ATK

Yogyakarta.

Sayogo W., Agung D.W.W., Yoes.D. 2017. POTENSI+DALETHYNE

TERHADAP EPITELISASI LUKA PADA KULIT TIKUS YANG

DIINFEKSI BAKTERI MRSA. Jurnal Biosains Pascasarjana Vol. 19.

Suryati, Z. A., Nasru., M. Suryani. 2015. Pembuatan dan Karakterisasi Gelatin

dari Ceker Ayamdengan Proses Hidrolisis. Jurnal Teknologi Kimia

Unimal. 4 (2):66-79.

Sonny J. R. Kalangi. 2013. HISTOFISIOLOGI KULIT. Bagaian Anatomi-

Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado.


LAMPIRAN

Lampiran 6. Perhitungan Ceker Ayam

Nilai Randemen

Berat Awal−Berat Akhir


N ilai Rendemen= x 100 %
Berat Awal

= 20,19 – 11,58 × 100%


20,19

= 19,616 × 100%

= 1,961%
Lampiran 7. Dokumentasi Praktikum Percobaan Kulit

Anda mungkin juga menyukai