Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PENGETAHUAN BAHAN PANGAN

“SUSU KAMBING”

Disusun oleh:
Kelompok 1

1. Hanifah (2019350043)
2. Rhut Sevin (2019350055)
3. Wardatul Abadiyah (2019350041)

Dosen Mata Kuliah:


Ir. Mohammad Sabariman, M.Si

PROGRAM STUDI GIZI


FAKULTAS TEKNOLOGI PANGAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS SAHID
JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah Pengetahuan Bahan Pangan dengan baik dan berhasil menyusun
makalah ini tepat waktu dan tanpa adanya halangan yang berarti.
Selain untuk menuntas tugas mata kuliah Pengetahuan Bahan Pangan yang
kami tempuh, Makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kami baik
pembaca laporan ini dari segi akademik. Pada kesempatan ini, kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
terselesaikannya makalah ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini tidaklah sempurna karena
keterbatasan kami sebagai manusia. Untuk itu, kami memohon maaf atas segala
kekurangan dalam makalah ini.

Jakarta, November 2019

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................1
1.2 Pengertian Susu Kambing..................................................................2
BAB II KARAKTERISTIK FISIK....................................................................3
2.1 Sifat Fisik...........................................................................................3
2.1.1 Berat Jenis...............................................................................3
2.1.2 Nilai pH...................................................................................4
2.1.3 Aktivitas Air (aw).....................................................................4
BAB III KARAKTERISTIK KIMIA................................................................5
3.1 Sifat Kimia .........................................................................................5
3.1.1 Bahan Kering Susu............................................................6
3.1.2 Bahan Kering Tanpa Lemak (BKTL)...............................6
3.1.3 Lemak................................................................................6
3.1.3 Protein...............................................................................7
3.1.4 Laktosa..............................................................................8
BAB 1V KARAKTERISTIK MIKROBIOLOGI............................................9
4.1 Sifat Mikrobiologi...............................................................................9
4.1.1 Staphylococcus aureus.........................................................10
4.1.2 Escherichia coli dan Salmonella sp…………………………. 10
BAB V PRODUK OLAHAN..............................................................................12
5.1 Susu.....................................................................................................12
5.2 Kefir.....................................................................................................12
5.3 Yoghurt................................................................................................13
5.4 Sabun...................................................................................................14
BAB V PENUTUP...............................................................................................15
5.1 Kesimpulan..........................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Susu merupakan hasil sekresi kelenjar ambing (mamae) yang berasal
dari pemerahan pada mamalia dan mengandung lemak, protein, laktosa,
serta berbagai jenis vitamin (Susilorini, 2006). Susu pada umumnya dapat
dihasilkan oleh semua hewan menyusui, namun yang dikonsumsi manusia
di Indonesia khususnya adalah susu sapi dan kambing. Selain susu-susu
tersebut, susu dari hewan lain juga kadang-kadang dimanfaatkan untuk
dikonsumsi manusia, di antaranya susu kerbau, susu domba, dan susu unta.
Saat ini juga marak munculnya susu kuda atau susu kuda liar. Susu jenis
ini banyak dimanfaatkan oleh masyarakat untuk tujuan pengobatan.
Disamping susu yang berasal dari hewan, ada juga susu nabati seperti susu
kedelai dan susu kacang hijau (Dwiari, 2008).
Kambing ternak (Capra aegagrus hircus) adalah subspesies kambing
liar yang secara alami tersebar di Asia Barat Daya dan Eropa. Kambing
merupakan binatang memamah biak yang berukuran sedang. Kambing liar
jantan maupun betina memiliki tanduk sepasang, namun tanduk pada
kambing jantan lebih besar. Umumnya, kambing mempunyai jenggot, dahi
cembung, ekor agak ke atas, dan kebanyakan berbulu lurus dan kasar.
Kambing sudah dibudidayakan manusia kira- kira 8000 hingga 9000 tahun
yang lalu. Di alam aslinya, kambing hidup berkelompok 5 sampai 20 ekor.
Dalam pengembaraannnya mencari makanan, kelompok kambing ini
dipimpin oleh kambing betina yang paling tua, sementara kambing-
kambing jantan berperan menjaga keamanan kawanan. Waktu aktif
mencari makannya siang maupun malam hari. Makanan utamanya adalah
rumput- rumputan dan dedaunan.
Susu kambing adalah susu yang dihasilkan oleh kambing betina
setelah melahirkan, dalam jangka waktu 0-3 hari dihasilkan susu
kolostrum yang mengandung sangat banyak zat gizi jika dibandingkan
dengan susu sapi, susu kambing pun biasanya dikonsumsi sekadarnya saja,

1
atau lebih karena susu ini dianggap mampu menyembuhkan berbagai jenis
penyakit. Susu kambing rata-rata banyak dikonsumsi di Timur Tengah
sejak 7000 SM. Padahal, susu kambing memiliki protein terbaik setelah
telur dan hampir setara dengan ASI. Susu kambing terbaik adalah susu
yang segar (raw goat milk).
Kontaminasi susu oleh bakteri sering terjadi sehingga dapat
menurunkan kualitas dari susu. Pencemaran pada susu oleh bakteri
patogenik maupun non-patogenik dapat berasal dari kambing itu sendiri,
peralatan pemerahan, ruang penyimpanan yang kurang bersih, debu, udara,
lalat, dan penanganan yang salah oleh manusia. Secara ekonomi
pencemaran susu ini akan merugikan produsen susu.

1.2 Pengertian Susu Kambing

Susu kambing adalah susu yang dihasilkanb oleh kambing betina setelah
melahirkan dalam jangka waktu 0-3 hari dihasilkan susu kolostrum yang
mengandung sangat banyak zat gizi jika dibandingkan dengan susu sapi.

2
BAB II

KARAKTERISTIK FISIK

2.1 Karakterisitk Fisik


1. Warnanya lebih putih.
2. Globula lemaknya lebih kecil dan beremulsi dengan susu, sehingga lemak susu
kambing tidak bisa muncul ke permukaan, tanpa dipisahkan dengan mesin
pemisah (mechanical separator). globula lemak susu lebih kecil dengan diameter
0,73 –8,58 μm
3. Lemak susu kambing bentuknya lebih halus, sehingga lebih mudah dicerna, card
proteinnya lebih lunak, sehingga protein mudah dicerna dan memungkinkan
untuk dipakai membuat keju yang spesial.
4. Protein yang lebih mudah dicerna merupakan keuntungan praktis untuk makanan
bayi.
5. Sangat berguna atau cocok untuk menghilangkan gejala-gejala stress neurotic
indigestion dan air susu kambing mempunyai nutrient digestibility tinggi.
6. Mempunyai efek laxantif yang lembut, serta kandungan vitamin (A, B komplek
dan E), dan mineral (Ca dan P) lebih tinggi.
7. Air susu kambing dapat dipakai sebagai pengganti susu sapi, terutama pada orang
yang alergi dengan susu sapi dan untuk orang-orang yang mengalami berbagai
gangguan pencernaan.

2.1.1 Berat jenis

Susu mempunyai berat jenis yang lebih besar daripada air. BJ air susu 1,027-
1,035 dengan rata-rata 1,031 g/cm3. BJ air susu adalah minimal 1,028 g/cm3 pada
suhu 27,5°C.

Berat jenis susu kambing sesuai yaitu antara 1,029-1,039 g/cm3. Nilai berat jenis
yang rendah diduga disebabkan pengukuran berat jenis harus dilakukan 3 jam setelah
air susu diperah. Penetapan lebih awal akan menunjukkan hasil BJ yang lebih kecil.
Hal ini disebabkan perubahan kondisi lemak dan adanya gas yang timbul didalam air

3
susu. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan berat jenis susu adalah faktor dari
susu itu sendiri yang terdiri dari protein, lemak, laktosa, gas dan mineral dalam susu.

2.1.2 Nilai pH

Nilai pH susu kambing adalah 6,50-6,80. Nilai pH lebih besar dari 7 dapat
disebabkan oleh mastitis dari ambing hewan yang diperah, sedangkan bila pH di
bawah 6 dapat disebabkan colustrum atau bakteri pembusuk (Park et al, 2007).
Cemaran mikroba pada susu setelah dapat mempengaruhi adanya perubahan pH susu
(Swadayana et al, 2012).

Beberapa mineral air susu seperti: asetat, phosphat dan sitrat bersifat sebagai
buffer, karena mineral-mineral tersebut dapat mempertahankan pH air susu selalu
normal, bila keasaman air susu meningkat karena aktifitas mikroorganisme,
perubahan pH tidak tampak jelas, hal ini diduga disebabkan adanya sifat buffer
tersebut.

2.1.3 Aktivitas air (aw)

Aktivitas air (aw) atau air bebas mampu membantu aktivitas pertumbuhan
mikroba dan aktivitas bahan pangan, seperti susu. Nilai aw sangat berkaitan erat
dengan kualitas mikrobiologi susu segar. Nilai aw yang tinggi membuat susu lebih
rentan dengan cemaran mikroba.

4
BAB III
KARAKTERISITIK KIMIA

3.1 SIFAT KIMIA


Sifat kimia susu kambing meliputi kadar lemak, kadar protein, kadar
laktosa, kadar abu, bahan kering tanpa lemak serta total bahan kering . Menurut
Thai Agricultural Standar (2008) susu kimia susu kambing diklasifikasikan dalam
tiga kriteria, yaitu kualitas premium, baik dan standar dengan nilai kadar protein,
kemak dan berat kering berturut-turut >3,70%, >4,00%, >13,00%; >3,40-3,70%,
3,50-4,00%, >12,00-13,00% dan 3,10-3,40%, 3,25-3,50%, 11,70-12%.

Tabel perbandingan komposisi kimia susu sapi dan susu kambing

Komposisi kimia Susu kambing Susu sapi


Protein (g) 3,6 3,8
Lemak (g) 4,2 3,3
Karbohidrat (g) 4,5 4,7
Kalori (g) 69 61
Fosfor (g) 111 93
Kalsium (g) 134 19
Magnesium (g) 14 13
Besi (g) 0,05 0,05
Natrium (g) 50 49
Kalium (g) 204 152
Vitamin A (IU) 185 126
Thiamin (mg) 0,05 0,04
Riboflavin (mg) 0,14 0,16
Niacin (mg) 0,08 0,04
Vitamin B6 (mg) 0,05 0,08
Laktosa (%) 4,2 4,8

5
3.1.1 Bahan kering susu

Bahan kering merupakan total zat nutrien yang terkandung dalam


susu kecuali air. Bahan kering susu pada R1 sebesar 8,11%, R2 10,54%,
dan R3 11,54%. Standar Nasional Indonesia (2011) menyatakan total
bahan kering susu kambing berkisar antara 8-12%. Total bahan kering
berbanding lurus dengan kadar lemak yang terkandung dalam susu
kambing. Perbedaan kandungan bahan kering tiap perlakuan karena
dipengaruhi oleh tingginya kadar protein dan laktosa susu. Pemberian
pakan dengan persentase yang berbeda pada ternak menghasilkan
komposisi nutrien susu yang berbeda seperti bahan kering (Legowo et al,
2009).

3.1.2 Bahan Kering Tanpa Lemak (BKTL)

Bahan kering tanpa lemak (BKTL) dalam susu tersusun atas:


albumin (kasein dan protein), laktosa, vitamin, enzim, dan gas. Kadar
BKTL yang diperoleh dengan perlakuan UV pada susu sapi memenuhi
persyaratan SNI (1998) minimal 8 % adalah pada perlakuan kontrol dan
dua sirkulasi, sedangkan empat dan enam sirkulasi tidak memenuhi
persyaratan SNI (1998); sedangkan susu kambing masih lebih tinggi dari
persyaratan Fox 2001; Chandan et al. 2007; dan Thai Agricultural Standar
(2008) berturut-turut sebesar 9,10%; 8,70% dan >9,00%.

3.1.3 Lemak

Lemak tersusun oleh 98% - 99% trigliserida; 0,2% - 1%


phospholipida yang terdapat di dalam membran material dan sebagian
dalam serum. Sisanya adalah sterol dengan kadar 0,25% - 0,40%, asam
lemak bebas dan vitamin yang larut dalam lemak seperti vitamin A dan E.
Lemak dalam air susu terdapat sebagai emulsi minyak dalam air. Bagian
lemak dapat terpisah dengan mudah karena berat jenisnya yang kecil,
dengan luas permukaan yang besar, reaksi kimia mudah terjadi
dipermukaan antara lemak dan mediumnya. Luas permukaan yang besar

6
disebabkan lemak terdapat dalam bentuk glubola-glubola, dalam 1 ml air
susu terdapat kira-kira sebanyak tiga bilyun globula lemak. Lemak
terdapat di dalam glubola, pada membran material dan di dalam serum.
Besar kecilnya globula lemak ditentukan oleh kadar air yang ada
didalamnya. Makin tiinggi kadar air maka makin besar globula lemaknya
(Saleh 2004). Kadar air susu kambing rata-rata 83-84%, sedangkan susu
sapi 87-89%. Lemak di dalam susu terdapat dalam jutaan bola kecil yang
berdiameter antara 1-20 µm. Diameter globula lemak susu kambing
berkisar antara 0,92- 8,58 µm, sedangkan susu sapi berkisar antara 0,92-
15,75 µm.

3.1.4 Protein

Menurut Zurriyati et al. (2011), kualitas pakan yang baik pada


ternak cenderung akan meningkatkan kandungan solid non fat dalam susu.
Kualitas kombinasi dari pakan hijauan yang diimbangi dengan konsentrat,
ampas tahu, dll akan menghasilkan kandungan protein yang lebih baik
dibandingkan dengan pakan yang hanya diberikan pakan hijauan saja.
Protein adalah salah satu dari komponen solid non fat (bahan kering tanpa
lemak).

Persyaratan kadar protein susu kambing menurut Fox (2001);


Chandan et al. (2007) dan Thai Agricultural Standar (2008) berturut-turut
3,60%; 2,90% dan >3,70%. Kadar protein di dalam air susu rata-rata
3,20% yang terdiri atas : 2,70% kasein (bahan keju), dan 0,50% albumen
dan 26,50% dari bahan kering air susu adalah protein. Didalam air susu
juga terdapat globulin dalam jumlah sedikit. Protein didalam air susu juga
merupakan penentu kualitas air susu sebagai bahan konsumsi (Saleh
2004). Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan sirkulasi pada
susu sapi memberikan pengaruh yang nyata pada perlakuan empat
sirkulasi, sedang pada susu kambing perlakuan UV memberikan pengaruh
yang nyata terhadap perlakuan UV.Kadar protein susu susu sapi baik
kontrol maupun perlakuan masih sesuai dengan yang dipersyaratkan SNI
(1998) minimal 2,7sedangkan kadar protein susu kambing masih sesuai

7
dengan yang dipersyaratkan Fox (2001) 3,60%; Chandan et al. (2007)
2,90% dan Thai Agricultural Standar (2008) >3,70%.

3.1.5 Laktosa

Laktosa merupakan salah satu kandungan gizi penting yang


terdapat dalam susu. kadar laktosa lebih besar jika lebih banyaknya pakan
hijauan yang dikonsumsi ternak kambing. Laktosa adalah bentuk
karbohidrat yang terdapat didalam air susu. Bentuk ini tidak terdapat
dalam bahan makanan yang lain. Kadar laktosa di dalam air susu adalah
4,60% dan ditemukan dalam keadaan larut (Saleh 2004). Laktosa
terbentuk dari dua komponen gula yaitu glukosa dan galaktosa. Sifat air
susu yang sedikit manis ditentukan oleh laktosa. Kadar laktosa dalam air
susu dapat dirusak oleh beberapa jenis kuman pembentuk asam susu.
Untuk menunjang kebutuhan hidup pokok ternak kambing perah dipenuhi
dari pakan berupa hijauan dan konsentrat. Hijauan yang biasa diberikan
berupa rumput dan leguminosa, sedangkan untuk penguatnya diberi
konsentrat yang sebagian besar bahan bakunya berasal dari limbah-limbah
pertanian seperti jagung, kedelai, singkong, dan kelapa.

8
BAB IV
KARAKTERISTIK MIKROBIOLOGI

4.1 SIFAT MIKROBIOLOGI


Kualitas mikrobiologis susu kambing segar mengacu pada SNI No. 01–
3141–2011 susu segar sapi karena pemerintah belum menetapkan standar untuk
susu kambing segar. Perbedaan waktu pemerahan terhadap TPC menunjukkan
hasil yang tidak berbeda nyata antara susu pagi dan susu sore. Kandungan total
mikroba (total plate count) dari kedua waktu pemerahan tersebut masih memenuhi
persyaratan SNI, yaitu 1 x 106 CFU/ml, atau log 6 cfu/ml (BSN 2011). Standar
TPC susu kambing segar menurut EU Council Directive 92/46/EEC (EC 1992)
adalah 1,65x 103 atau 3,2 log10 cfu/ml. Meskipun tidak berbeda nyata,
kandungan TPC susu pagi secara deskriptif lebih tinggi dibandingkan dengan susu
sore. Perbedaan jumlah TPC kemungkinan disebabkan karena perbedaan dalam
sanitasi kandang, peralatan dan pemerahan (Cahyono et al. 2013). Kondisi
kandang saat pagi hari terdapat kotoran ternak yang lebih banyak daripada di
siang hari karena peternak hanya membersihkan kandang 1 kali sehari pada pagi
hari, sehingga banyak kotoran yang menumpuk di pagi hari. Peralatan dapat
menjadi sumber kontaminasi apabila tidak dibersihkan secara maksimal terutama
bagian yang kontak langsung dengan susu.

9
4.1.1Staphylococcus aureus

Staphylococcus aureus merupakan bakteri Grampositif yang dapat


dijumpai pada permukaan tangan,mukosa hidung, mulut, dan permukaan
ambing danputing. Kontaminasi S. aureus pada susu dapat membahayakan
konsumen karena menghasilkan toksinyang tahan panas. Toksin dari S.
aureus tahan pada suhu 110 C selama 30 menit (Alarcon et al.,
2006).Kemampuan membentuk toksin ditentukan oleh jumlahS. aureus,
oleh karena itu SNI No 01-6366 2000membatasi jumlah S. aureus dalam
susu = 1x102 cfu/ml. Penelitian Tamarapau et al. (2001)
menyatakanbahwa susu yang mempunyai jumlah S. aureus >106 cfu/ml,
maka toksin sudah terbentuk walaupun tidak disertai dengan perubahan
rasa dan sifat fisik. Kasus keracunan setelah minum susu sebagian besar
disebabkan oleh toksin S. aureus yang sudah terbentuk sebelum susu
dikonsumsi, sehingga kejadian keracunan setelah minum susu disebut
dengan intoksikasi. Intoksikasi setelah minum susu karena S. Aureus
kebanyakan disebabkan oleh toksin tipe C, dan dalam konsentrasi 1 µg
mampu menimbulkan gejala mual, muntah, dan kepala pusing (Tamarapau
et al. 2001; Alarcon et al., 2006).

4.1.2 Escherichia coli dan Salmonella sp

Escherichia coli dan Salmonella sp. Merupakan bakteri patogen


yang dapat mengontaminasi susu kambing. Gejala keracunan yang
disebabkan E. Coli dan Salmonella sp. akan muncul setelah 1-2 hari
setelah minum susu. Hal tersebut disebabkan oleh proses infeksi yang
dimulai saat bakteri masuk dalam usus dan berkoloni sampai terbentuk
toksin yang cukup untuk menimbulkan terjadinya diare, demam, dan
kadang-kadang disertai dengan muntah. Hasil isolasi cemaran E. coli dan
Salmonella sp. Keberadaan E. coli dan Salmonella sp. dalam susu

10
menyebabkan susu tidak aman untuk dikonsumsi.Hal tersebut sesuai
dengan peryataan Heuvelink et al. (1998) bahwa E. coli dalam susu dapat
membahayakan konsumen. Oleh karena itu minum susu dalam keadaan
mentah sangat berbahaya, sehingga pasteurisasi atau direbus sebelum
diminum merupakan alternatif untuk menghilangkan bakteri patogen.
Escherichia coli dan Salmonella sp. akan mati pada suhu pasteurisasi
tetapi efek kontaminasi silang lebih berbahaya, sehingga susu mentah yang
terkontaminasi E. coli dan Salmonella sp. tidak aman dikonsumsi.
Escherichia coli dan Salmonella sp. Merupakan cemaran dalam susu yang
berasal dari lingkungan sekitar kandang dan kotoran ternak. Kontaminasi
E. coli dan Salmonella sp. akan lebih besar terjadi apabila kambing tidak
dibersihkan saat diperah dan lingkungan kandang yang kotor. Selain
kambing tidak dibersihkan saat diperah dan lingkungan kandang yang
kotor, sumber air yang digunakan untuk mencuci ambing dapat sebagai
sumber kontaminan (Suwito dan Andriani, 2012).

11
BAB V
PRODUK OLAHAN SUSU KAMBING

5.1 Susu
Produk susu yang pertama tentu saja susu dari susu kambing yang dapat
dikonsumsi secara langsung. Tapi, kamu jangan beranggapan buruk terlebih
dahulu, karena sekarang sudah banyak susu kambing yang diberi rasa buah-
buahan yang segar. Selain itu aroma susu juga tidak bau lagi.Ini karena susu dari
kambing sudah diolah dengan mesin yang lebih modern. Susu dari kambing
tersedia dalam berbagai macam kemasan dan sekarang ada bubuk dengan
berbagai varian. Mulai dari ukuran kecil yang sekali minum hingga ukuran besar
yang bisa disimpan dalam waktu beberapa hari di dalam kulkas.

5. 2. Kefir
Ada yang belum kenal dengan produk kefir? kefir merupakan salah satu
olahan susu kambing yang diubah menjadi masker wajah setelah proses
fermentasi. Masker yang terbuat dari olahan susu ini ternyata memiliki berbagai
macam manfaat.
Diantaranya :
1. Untuk kamu yang memiliki kulit wajah berjerawat.
2. Kefir bisa menghilangkan dan mencegah datangnya jerawat di wajah.
3. Mencerahkan kulit secara alami tanpa efek samping

12
4. Menghilangkan flek hitam yang ada pada wajah.
5. Terutama flek hitam yang berasal dari bekas jerawat.
6. Mencegah penuaan dini pada kulit wajah.

5.3 Yoghurt
Selain diolah secara langsung, susu kambing sekarang ini juga bisa diolah
menjadi sebuah yoghurt. Rasa yoghurt ini ternyata tidak jauh berbeda dari yoghurt
susu sapi. Rasanya tetap enak dan tidak meninggalkan bau.

Ada satu kendala, untuk menemukan penjual yoghurt ini. Kendalanya adalah
betapa sulitnya menemukan penjual yoghurt, karena untuk membuatnya saja
dibutuhkan alat khusus. Namun meski begitu di media sosial ataupun toko online
sudah banyak penjual yang menawarkannya. Masalah harganya yoghurt yang satu
ini tenyata masih cukup terjangkau.

13
5.4 Sabun
Tidak hanya diolah menjadi kefir saja, susu dari kambing ternyata juga bisa
diolah menjadi sabun kecantikan. Sabun dari olahan susu ini juga memberikan
banyak manfaat. Misalnya saja bisa menghaluskan kulit pada tubuh, mencerahkan
dan melindungi sepanjang hari.
Sabun susu ini ternyata tidak beraroma khas kambing, lho. Jadi kamu tidak perlu
khawatir. Aroma sabun susu ini juga tidak masalah jika digunakan untuk wajah.
Bagaimana? mau mencoba menggunakan sabun dari olahan susu kambing? yuk
beli.Itulah berbagai produk olahan susu kambing yang modern. Aneka produk
tersebut dapat kamu dapatkan dengan membeli langsung ke toko ataupun biar
tidak ribet, kamu bisa membeli di toko online. Meskipun terkesan produk modern,
namun ternyata produk olahan ini tetap dibanderol dengan harga yang masih
terjangkau. Bahkan dianggap murah. Produk susu dari kambing tidak hanya
menyehatkan tubuh tapi juga bisa mempercantik tubuh.

14
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Susu kambing memiliki kandungan gizi yang terbaik di bandingkan dengan
susu sapi. Susu kambing biasanya dikonsumsi sekadarnya saja, atau lebih karena
susu ini dianggap mampu menyembuhkan berbagai jenis penyakit .Susu kambing
merupakan salah satu bahan pangan yang mempunyai kandungan nutrisi lengkap,
kadar air tinggi, dan ph mendekati netral, untuk mengkonsumsi susu kambing
agar terhindar dari bakteri harus di masak terlebih dahulu.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Rahayu, W.P., & C.C. Nurwitri. 2012.Mikrobiologi Pangan. Institut


Pertanian Bogor-(IPB) Press, Bogor
2. Mardalena. 2008. Pengaruh Waktu Pemerahan dan Tingkat Laktasi
terhadap Kualitas Susu Sapi Perah Peranakan Fries Holstein. Jurnal Ilmiah
Ilmu-Ilmu Peternakan. 2008. Vol. XI. No.3.
3. Cahyono, D., C.P. Masdiana & ES. Manik. 2013. Kajian kualitas
mikrobiologis (total plate count (tpc), Enterobacteriaceae dan
Staphylococcus aureus) susu sapi segar di kecamatan krucil kabupaten
probolinggo. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, April 2013, Hal 1-8
Vol. 8, No. 1 ISSN : 1978 – 0303
4. Edelsten. 2008
5. Christi, R.F., Rochana, A. 2018. Jurnal Ilmu Peternakan (JANHUS). Vol.
III. No.1. Hal 37-42

16

Anda mungkin juga menyukai