Anda di halaman 1dari 16

PENGETAHUAN BAHAN PANGAN

SUSU KUDA

Kelompok 2
1. Ajeng Sarah Ratna Kumala 2023349002
2. Hanif Yoga Pratama 2023349010
3. Luthfi Aliffia 2023349004

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PANGAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS SAHID
TAHUN PELAJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Makalah “ Pengetahuan Bahan Pangan Susu Kuda” dapat dilaksanakan dengan lancar,
sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Adapun tujuan
daripada pembuatan makalah ini adalah untuk menambah wawasan, ilmu pengetahuan
mahasiswa dan untuk mempelajari lebih dalam lagi tentang pengetahuan bahan
pangan khususnya pada susu kuda. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh untuk
dikatakan sempurna baik isi maupun penyajiannya. Oleh karena itu, penulis harap
adanya saran dan kritik yang bersifat membangun bagi perbaikan laporan di masa
yang akan datang. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
semua pihak yang berkepentingan.

Jakarta, 28 September 2023

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
BAB II KARAKTERISTIK FISIK SUSU KUDA
BAB III KARAKTERISTIK KIMIA SUSU KUDA
BAB IV KARAKTERISTIK MIKROBIOLOGI SUSU KUDA
BAB V STANDAR MUTU
BAB VI SIMPULAN
BAB VII DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

Kuda (Equus caballus atau Equus ferus caballus) telah dikenal banyak orang
sebagai hewan yang memiliki banyak fungsi, yaitu dapat digunakan sebagai hewan
piara, hewan olahraga ataupun sebagai sarana transportasi. Hal itu disebabkan karena
kuda adalah hewan yang mudah diatur, dikendalikan dan ramah terhadap makhluk
sekitarnya termasuk manusia (Gaina dan Foeh, 2018). Populasi ternak kuda di
Indonesia memiliki penyebaran yang bervariasi. Jumlah populasi ternak kuda tertinggi
pada tahun 2019 berada di tiga provinsi, yaitu: Sulawesi Selatan (166.086 ekor), Nusa
Tenggara Timur (109.549 ekor), dan Nusa Tenggara Barat (47.300 ekor). Produksi
ternak kuda di beberapa wilayah seperti Provinsi Sulawesi Selatan mengalami
peningkatan yang dilatarbelakangi permintaan terhadap ternak kuda sebagai konsumsi
pangan. Ternak kuda di Provinsi Sulawesi Selatan memberikan kontribusi sebesar
44,34% terhadap total populasi secara nasional. Kontribusi ternak kuda terbesar
tersebut berasal dari Kabupaten Jeneponto yaitu dengan total populasi kuda 70.200
ekor sehingga menjadi salah satu sentra penjualan ternak kuda terbesar di Provinsi
Sulawesi Selatan (Susanti et al, 2021).
Susu adalah salah satu diantara hasil produksi peternakan yang penting dan
mempunyai nilai gizi yang tinggi. Susu merupakan sumber protein hewani paling
baik, tetapi susu juga mempunyai kelemahan karena merupakan media yang baik
untuk pertumbuhan mikroba, sehingga mudah rusak dan bahkan dapat bertindak
sebagai sumber penularan penyakit pada manusia. Komponen bioaktif susu dapat
berasal dari berbagai sumber, termasuk protein, lemak, vitamin dan mineral. Salah
satu sumber yang paling dominan berasal dari protein. Kasein merupakan salah satu
sumber protein utama susu, yang berjumlah sekitar 80% total protein susu. Sedangkan
whey merupakan bentuk protein lainnya dengan kontribusi sekitar 20% total protein
susu. Sedangkan lemak tidak terbatas pada trigliserida saja, tetapi semua yang
termasuk dalam golongan lipid. Asam lemak rantai pendek yang terkandung dalam
susu membuat susu mudah diserap tubuh. Beberapa komponen bioaktif dalam susu
yang memiliki efek kesehatan, antara lain kaseinfosfopeptida (CPP), peptida susu
antihipertensi, laktoferin, glikomakropeptida, asam linoleat terkonjugasi (CLA), asam
miristat, sphingomyelin, asam butirat, dan asam laurat (Yuanita dan Sahara, 2012).
Kebutuhan susu nasional yang terus meningkat setiap tahun perlu dijadikan
titik bangkit bagi perbaikan pengembangan kuda untuk memenuhi kebutuhan susu
nasional. Selain susu kuda murni yang dapat dikonsumsi, susu kuda pun dapat
diproses menjadi berbagai macam produk dari susu kuda, seperti sabun cuci muka
yang bisa digunakan untuk muka dan badan, sunblock, night cream, lulur scrub, face
tonic, milk cleanser, dan liquid soap cair untuk traveling. Susu kuda segar sangat
jarang dipasarkan di pusat perbelanjaan di Indonesia. Hal tersebut mungkin
disebabkan persediaan yang terbatas dan kurangnya pengetahuan konsumen akan
keunggulan susu kuda. Dilihat dari populasi, potensi produksi, dan kualitas susu kuda,
sehingga Indonesia perlu mengupayakan pengembangan kuda secara komersial
sebagaimana sapi dan hewan ternak lainnya.
BAB II
KARAKTERISTIK FISIK SUSU KUDA

Susu kuda merupakan pangan bernutrisi yang penting yang banyak


dikonsumsi oleh penduduk di Asia Tengah (Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan, dan
Mongolia) untuk memproduksi minuman fermentasi yang disebut Koumiss. Minuman
ini bersifat asam dan mengandung alkohol karena proses fermentasinya
memanfaatkan bakteri asam laktat dan khamir (yeast). Koumiss digunakan di Rusia
dan Mongolia untuk perawatan terhadap penyakit kardiovaskular dan pencernaan
(Prastyowati, 2021). Komposisi nutrisi susu kuda mirip dengan susu manusia dan
diklaim memiliki fungsi terapeutik. Susu kuda memiliki cita rasa yang manis karena
mengandung banyak laktosa dan sedikit lebih cair jika dibandingkan dengan susu
sapi. Di samping itu, kandungan kasein susu kuda lebih sedikit dibandingkan susu
sapi sehingga lebih mudah dicerna.
Di Indonesia, jenis susu kuda yang sering dimanfaatkan susunya yaitu jenis
kuda liar Sumbawa. Kuda liar sumbawa dilepasliarkan di lar, yaitu suatu padang
rumput untuk melepas ternak, yang dimiliki oleh para peternak di Pulau Sumbawa,
Nusa Tenggara Barat. Selain digunakan sebagai kuda pacu dan diperjualbelikan ke
luar daerah, kuda ini juga berfungsi sebagai penghasil susu murni yang dianggap
berkhasiat terhadap kesehatan. Susu kuda liar diperah dari kuda liar yang sedang
dalam masa laktasi, yang berkembang biak secara alami di lar. Susu yang terkumpul
kemudian dijual langsung tanpa proses pengolahan (Yulianto dan Saputri, 2017).
Karakteristik susu kuda liar secara fisik adalah encer, berwarna putih,
beraroma khas, dengan rasa yang asam. Rasa asam pada susu tersebut merupakan
akibat dari adanya bakteri asam laktat. Kandungan lemak dalam susu kuda liar
tergolong rendah, tetapi kandungan protein whey/kasein cukup tinggi. Susu kuda
dapat digunakan sebagai pengganti air susu ibu (ASI) karena komposisi pada susu
kuda mendekati ASI jika dibandingkan dengan susu hasil perahan sapi. Apabila
dibandingkan dengan susu hasil ternak lainnya, susu kuda tidak mengalami kerusakan
dan penggumpalan walaupun tanpa diberi bahan pengawet ataupun dipasteurisasi
sehingga dapat disimpan sampai lima bulan dalam suhu ruang (Prastyowati, 2021).
Hal ini dapat terjadi karena susu kuda liar mengandung BAL yang mampu
memfermentasikan susu menjadi asam dan memproduksi senyawa-senyawa
antimikroba seperti asam laktat, bakteriosin, dan asam organik.
BAB III
KARAKTERISTIK KIMIA SUSU KUDA

Menurut SNI No. 01-3141-2011, susu segar adalah cairan yang berasal dari
ambing sapi yang sehat dan bersih, yang diperoleh dengan cara pemerahan yang
benar, yang kandungan alaminya tidak dikurangi atau ditambah sesuatu apapun dan
belum mendapat perlakuan apapun kecuali proses pendinginan. Susu merupakan
bahan pangan dengan nilai gizi tinggi yang mengandung protein, asam lemak
esensial, vitamin, dan mineral. Susu juga memiliki nilai biologis yang tinggi karena
mengandung asam amino esensial yang dibutuhkan oleh manusia dan tingkat
kecernaan yang tinggi. Susu merupakan suspensi koloidal yang mengandung lemak
protein, karbohidrat, mineral, vitamin, dan enzim. Komposisi susu kuda dapat dilihat
pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi Susu Berbagai Ternak

Kadar susu (100%)


Komposisi
kimia
Kuda Kedelai Unta Sapi Kambing

Total padatan 10,2 8,8 12,5 13,2 13,2

Laktosa 6,4 6,9 4,5 4,3 4,3

Protein 2,1 1,7 3,3 3,6 3,6

Kasein/whey 1,1 1,3 1,7 4,7 -


protein

Lemak 1,2 0,4 3,8 3,7 4,5

Sumber : Prastyowati (2021)


1. Laktosa

Susu kuda jika dibandingkan dengan susu sapi dan ASI memiliki kandungan 44
kalori per 100 gram, sedangkan sapi 64 kalori per gram dan manusia 70 kalori per
gram. Laktosa adalah komponen terbesar dalam susu yang merupakan disakarida
(glukosa dan galaktosa) dengan rumus kimia C12H22O11. Selain itu, di dalam susu
kuda, laktosa berada dalam bentuk larutan murni yang menyebabkan susu memiliki
rasa manis. Laktosa hanya dihasilkan oleh sel-sel kelenjar mammae ketika induk
betina sedang dalam masa menyusui. Persentase jumlah laktosa pada susu kuda yang
berumur tiga tahun cenderung lebih tinggi daripada susu kuda yang berumur lima dan
tujuh tahun. Selain itu, laktosa dalam susu kuda lebih besar daripada susu sapi.
Tingginya kadar laktosa menyebabkan susu kuda tidak cocok bila dikonsumsi oleh
penderita lactose intolerant karena tubuh penderita tidak memiliki enzim laktase
untuk mencerna laktosa dalam susu.

2. Protein

Susu kuda terdeteksi mengandung sebelas jenis asam amino esensial dan non
esensial. Asam amino esensial meliputi treonin, lisin, metionin, histidin, dan valin,
sedangkan asam amino non esensial meliputi aspartat, glutamat, glisin, sistein,
arginin, dan serin. Selain itu, zat bioaktif lisozim terdeteksi dalam susu ini. Komponen
lisozim berperan sebagai antiradang karena kemampuannya dalam membatasi migrasi
sel neutrofil ke jaringan tubuh yang rusak. Susu kuda memiliki kadar protein lebih
rendah daripada susu sapi dan unta. Protein pada susu kuda mengandung dua
komponen besar, yaitu whey dan kasein dengan perbandingan 1,1:1, komponen whey
lebih besar dibandingkan dengan komponen kasein. Selain itu, kandungan nutrisi
esensial dan kemudahan dicerna membuat susu kuda cocok untuk dijadikan makanan
bayi. Protein whey pada susu kuda terdiri dari lisozim, laktoferin, bovine serum
albumin, immunoglobulin, α-laktoalbumin, dan αlaktoglobulin yang berperan penting
dalam kekebalan tubuh, antimikroba, dan sebagai immunomodulator.

3. Lemak
Susu kuda kaya akan vitamin dan mineral, tetapi kandungan lemaknya lebih
rendah dari susu sapi sehingga mudah dicerna. Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa kadar
lemak susu kuda dan keledai lebih rendah daripada susu unta dan sapi. Rendahnya
kandungan lemak ini bermanfaat bagi konsumen yang lebih menyukai susu rendah
lemak. Komposisi asam lemak pada susu kuda yaitu linoleat, linolenat, oleat, palmitat,
miristat, laurat, dan kaprat. Dari ketujuh asam lemak yang dianalisis, tiga diantaranya
merupakan asam lemak tak jenuh jamak (polyunsaturated fatty acid), yaitu asam
lemak yang mengandung dua atau lebih ikatan rangkap dan merupakan asam lemak
esensial bagi tubuh. Keberadaan asam lemak rantai pendek mengakibatkan susu kuda
mudah dicerna oleh tubuh sehingga mampu menghasilkan energi dan memicu
aktifnya kelenjar endokrin, jaringan tubuh, dan organ-organ tanpa pembentukan baik
jaringan adiposa maupun kolesterol.

4. pH (tingkat keasaman) dan Viskositas


Susu kuda liar adalah salah satu susu unik, karena memiliki daya tahan
terhadap kontaminasi mikroorganisme pembusuk sehingga susu ini lebih tahan lama.
Susu ini memiliki sifat asam dengan pH berkisar sekitar 3,5. Selain keunggulan di
atas, susu kuda bila dibandingkan susu ternak lainnya tidak mengalami penggumpalan
dan kerusakan meskipun tidak dipanaskan. Susu kuda liar juga memiliki khasiat dapat
menyembuhkan berbagai macam penyakit seperti hipertensi, penyakit jantung,
bronchitis, tifus, paru-paru basah dan beberapa penyakit lainnya. Susu kuda
merupakan salah satu jenis fluida yang juga memiliki sifat kekentalan. Kekentalan
(viskositas) adalah ukuran yang menyatakan besar kecilnya gesekan dalam fluida.
Susu kuda dengan dengan koefisien viskositas tertinggi merupakan susu kuda murni
dengan kualitas baik. Nilai koefisien viskositas dengan variasi konsentrasi pada
larutan susu kuda liar yaitu berbanding lurus. Semakin tinggi konsentrasi susu kuda
liar, maka semakin tinggi pula nilai koefisien viskositas susu kuda liar (Bachtiar dan
Savira, 2022).
BAB IV
KARAKTERISTIK MIKROBIOLOGI SUSU KUDA

Di Indonesia pemanfaatan susu kuda juga telah lama dilakukan oleh


masyarakat Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Penelitian tentang khasiat susu kuda
khususnya susu kuda sumbawa telah dilakukan seperti kajian susu kuda sumbawa
sebagai antimikroba terhadap sembilan jenis bakteri patogen perusak pangan
(Hermawati et al., 2004), aktivitas antimikroba susu kuda sumbawa terhadap
Mycobacterium tuberculosis (Rijatmoko 2003; Pana 2004), dan kolostrum susu kuda
sumbawa terhadap Bacillus anthracis penyebab penyakit antraks (Makmun dan
Purwanta, 2008). Apabila dibandingkan dengan susu hasil ternak lainnya, susu kuda
tidak mengalami kerusakan dan penggumpalan walaupun tanpa diberi bahan
pengawet ataupun dipasteurisasi sehingga dapat disimpan sampai lima bulan dalam
suhu ruang (Hermawati 2004). Hal ini dapat terjadi karena susu kuda liar
mengandung BAL yang mampu memfermentasikan susu menjadi asam dan
memproduksi senyawa-senyawa antimikroba seperti asam laktat, bakteriosin, dan
asam organik (Kusdianawati et al. 2020)

Faktor lingkungan selama pemerahan dan nutrisi yang terkandung dalam susu
berperan penting dalam pembentukan komunitas mikroba (Wei et al. 2021), tetapi
studi tentang hal ini masih sangat terbatas. Susu kuda liar sumbawa merupakan
produk lokal dengan karakteristik rasa asam yang diduga kuat terjadi karena adanya
bakteri asam laktat (BAL) di dalamnya (Hermawati et al. 2004). Bakteri asam laktat
yang merupakan mikroba non patogen ini dapat memfermentasi susu menjadi
senyawa asam organik seperti asam laktat, bakteriosin, asam asetat dan hidrogen
peroksida, yang menyebabkan pH susu menjadi rendah. Susu kuda liar sumbawa
memiliki kandungan laktosa yang lebih tinggi dibandingkan dengan susu ternak yang
lain sehingga bahan yang difermentasi oleh BAL juga tinggi dan cenderung
menghasilkan asam organik yang berlebih pada kondisi tropis. Nutrisi yang baik
dalam susu dapat memperbanyak total BAL, berakibat pada dominasi BAL dalam
susu. Hal ini membuat pH susu menurun dengan cepat karena peningkatan produksi
asam laktat yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba lainnya (Sujaya et al.
2008). Studi yang dilakukan oleh Detha et al (2019) menyebutkan bahwa bakteri
asam laktat yang diisolasi dari susu kuda sumba memiliki karakteristik gram positif,
berbentuk basil atau batang, katalase negatif dan non motil, dan memiliki jumlah total
bakteri asam laktat sebesar 3,5 x 108 cfu/ml.

Penelitian-penelitian yang terkait dengan komunitas mikroba dalam susu kuda


liar sumbawa telah dilakukan. Beberapa metode identifikasi bakteri yang digunakan
adalah dengan Kit API (Analytical Profile Index) 50 CHL dan metode molekuler
berbasis sekuen gen 16S rRNA. Kit API 50 CHL adalah kit untuk mengidentifikasi
bakteri dengan melihat kemampuan bakteri dalam memfermentasi berbagai jenis
karbohidrat dan turunannya, sedangkan metode 16S rRNA menggunakan gen DNA
pengkode 16S rRNA sehingga lebih akurat (Matti et al. 2019). Aplikasi metode kit
API 50 CHL telah dilakukan oleh Sujaya et al (2008) dan berhasil mengidentifikasi
sebanyak 36 isolat yang sebagian besar adalah termasuk dalam Lactobacillus sp.,
Lactobacillus rhamnosus, dan Weisella/Leuconostoc sp. Widiada et al. (2006) telah
mengisolasi dan mengidentifikasi 6 spesies BAL dari susu kuda yaitu L. plantarum, L.
acidophilus, L. salivarius, L. brevis, L. delbrueckii subsp. Delbrueckii dan
Lactococcus lactis subsp. Lactis (Detha 2019). Studi lain oleh Mulyawati et al.
(2019), Kusdianawati et al. (2021), dan Fidien et al. (2021) dengan metode 16S rRNA
mengidentifikasi keberadaan bakteri dalam susu kuda liar yakni Lactobacillus,
Ochrobactrum, Staphylococcus, Enterococcus sp., Lactococcus garvieae, dan
Lactococcus petauri, E. faecium DSM 20477, E. faecium NBRC 100486, E. faecium
ATCC 19434, E. durans 98D, E. faecalis ATCC 19433, E. faecalis NRBC 100480, L.
lactis subsp. Hordniae NBRC 100931, dan L. garvieae JCM 10343.
BAB V
STANDAR MUTU

Standar Nasional Indonesia 01-6054-1999 (1999) mendefinisikan susu kuda


sebagai susu yang berasal dari ambing kuda yang sehat tanpa ditambah atau dikurangi
zat apapun kecuali pendinginan serta diperoleh dengan cara yang baik dan benar. Susu
kuda berwarna putih kebiruan, beraroma khas dan berasa manis. Syarat mutu susu
kuda yang beredar di pasaran disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Syarat Mutu Susu Kuda SNI 01-6054-1999

Persyaratan Keterangan Keterangan

Bau Asam menyengat

Rasa Asam

warna Putih

Penampakan Cair

Benda asing Tidak boleh ada

Bobot jenis pada suhu 27,5 Min. 1,02

Lemak (%) Min. 1,3

Protein (%) Min. 2,0

pH Min. 3,0

Uji pati Negatif

Bahan padatan tanpa Min. 5,5

Timbal (mg/kg) Maks. 0,3

Tembaga (mg/kg) Maks. 20

Seng (mg/kg) Maks. 40

Timah (mg/kg) Maks. 40


Raksa (mg/kg) Maks. 0,03

Arsen (mg/kg) Maks. 0,1

Bakteri koliform < 3 koloni/ml

Bahan pengawet Negatif

Sumber: Badan Standardisasi Nasional (1999)

Susu kuda memiliki manfaat kesehatan lebih tinggi dibandingkan susu sapi
karena memiliki kandungan vitamin, mineral dan tingkat kecernaan yang baik
Kandungan asam lemak rantai panjang yang tinggi, nitrogen dan kolesterol yang
rendah sangat baik dikonsumsi manusia (Sheng dan Fang, 2009). Susu kuda
mengandung vitamin C lebih besar dari susu sapi yaitu sebesar 135 mg/ (Dharmojono,
1998). Susu kuda memiliki rasio Ca dan P yang optimal untuk asimilasi Ca dalam
tubuh. Kandungan lemak dan kolesterol susu kuda relatif rendah, yaitu hanya
sepertiga dari susu sapi (Sudarwanto et al., 1998).
BAB VI
SIMPULAN

Susu kuda mudah dikenali karena memiliki ciri-ciri encer, berwarna putih,
beraroma khas, dengan rasa yang asam. Kandungan lemak dalam susu kuda liar
tergolong rendah, tetapi kandungan protein whey/kasein cukup tinggi. Susu kuda
dapat digunakan sebagai pengganti air susu ibu (ASI) karena komposisi pada susu
kuda mendekati ASI jika dibandingkan dengan susu hasil perahan sapi. Secara
karakteristik kimia, susu kuda memiliki pH asam yaitu 3,5, laktosa susu kuda berada
dalam bentuk larutan murni yang menyebabkan susu memiliki rasa manis. Laktosa
hanya dihasilkan oleh sel-sel kelenjar mammae ketika induk betina sedang dalam
masa menyusui, memiliki kandungan nutrisi esensial dan kemudahan dicerna
membuat susu kuda cocok untuk dijadikan makanan bayi, serta memiliki kadar lemak
yang rendah. Susu kuda memiliki rasa asam karena mengandung bakteri asam laktat
(BAL) yang dapat memfermentasi susu menjadi senyawa asam organik seperti asam
laktat, bakteriosin, asam asetat dan hidrogen peroksida, yang menyebabkan pH susu
menjadi rendah.
DAFTAR PUSTAKA

Abubakar, M. A., Lindawati, S. A., & Hartawan, M. Yulianto, K., Saputri, D. S. (2017).
Evaluasi kualitas kimia susu kuda liar sumbawa pada umur yang berbeda.
Jurnal Peternakan Tropika, 5(3)..
\https://garuda.kemdikbud.go.id/documents/detail/1758716.
Bachtiar., Savira, N. (2022). Studi Kualitas Susu Kuda Liar Sumbawa Berdasarkan
Koefisien Viskositas dan Dielektrisitas. Jurnal Orbita 8(1):91-96.
Badan Standardisasi Nasional., Standar Nasional Indonesia No. 01-3141-2011 tentang
Susu Segar. Jakarta.
Badan Standardisasi Nasional., Standar Nasional Indonesia 01-6054-199 tentang Susu
Kuda. Jakarta.
Detha, Annytha. Dkk. (2019). Karakteristik Bakteri Asam Laktat yang Diisolasi dari
Susu Kuda Sumbawa. Jurnal Kajian Veteriner. 7(1):85-92.
Gaina, C. D., Nancy, D. F. K. F. (2018). Studi Performa Umum Tubuh dan Status
Fisiologis Kuda Sumba. Jurnal Kajian Veteriner 6(2):38-44.
Milk, O. S. M. S. (2014). Komposisi kimiawi dan fraksinasi protein susu kuda sumba.
Jurnal Veteriner September, 15(4), 506-514.
Prastyowati, A. (2021). Susu Kuda Liar Sumbawa: Manfaat dan Potensinya sebagai
Probiotik. Jurnal Wartazoa 31(3):147-154.
Suajaya, Nengah, dkk. (2008), Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Asam Laktat dari Susu
Kuda Sumbawa. Jurnal Veteriner 9(2):52-59.
Susanti, H. I., Lestari, A., Qurniawan, A., Ananda, S., Asgaf, K., Hidayat, M. N.
(2021). Pola Pemasaran Ternak Kuda di Pasar Hewan Tolo Kabupaten
Jeneponto. Jurnal Ilmu dan Industri Peternakan 7(2):144-158.
Yahya, R. (2012). Karakteristik Mikrobiologis Dan Aktivitas Antimikroba Susu Kuda
Fermentasi Koumiss Terhadap Salmonella typhimurium Dan Mycobacterium
tuberculosis. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Yuanita, H., Sahara, E. (2012). Komponen Bioaktif Protein dan Lemak dalam Susu
Kuda Liar. Buletin Penelitian Kesehatan 40(2):66-74.
Yulianto, K., Saputri, D. S. (2017). Strategi Peningkatan Mutu Susu Kuda di Kabupaten
Sumbawa. Jurnal Tambora 2(3). https://doi.org/10.36761/jt.v2i3.169.

Anda mungkin juga menyukai