Anda di halaman 1dari 13

Makalah Pendidikan Kewarganegaraan

“Penerapan Nilai-Nilai Pancasila”

Disusun Oleh:
Nama : Adinda Bella Fadillah
NPM : 19 3101 10105

PROGRAM STUDI MANAJEMENT


FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejarah mengungkapkan Pancasila sebagai jiwa seluruh rakyat Indonesia,


memberi kekuatan hidup serta membimbingdalam mengejar kehidupan lahir batin
yang makin baik di dalam masyarakat.Diterimanya Pancasila sebagai pandangan
hidup dan dasar negara membawa konsekuensi logis bahwa nilai-nilai Pancasila
harus selalu dijadikan landasan pokok, landasan fundamental bagi pengaturan serta
penyelenggaraan negara. Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia memiliki
nilai-nilai luhur. Nilai- nilai pancasila menjadi sumber segala aturan baik aturan
yang bersifat fomal maupun informal. Pendidikan nasional merupakan aspek pokok
harus berlandasakn pancasila.
Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional diperlukan strategi dan usaha
serta dukungan dari segala aspek baik secara materi maupun fisikal. Pelaksanaan
nilai-nilai pancasila semakin mengalami kemerosotan. Kemerosotan pelaksanaan
nilai-nilai Pancasila semakin terasa ketika tidak berlakunya lagi TAP MPR No.
II/MPR/1978 dengan dikeluarkannya TAP MPR No. XVIII/MPR/1998. TAP MPR
No. II/MPR/1978 berisikan pedoman tentang bagaimana mengamalkan nilai-nilai
pancasila yang lebih umum dikenal sebagai P4 (Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila).
Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam mengimplementasikan nilai-nilai
luhur yang terkandung dalam Pancasila adalah dengan menerapkan Pendidikan
Pancasila atau yang saat ini sering disebut dengan Pendidikan Kewarganegaraan
(PKn). Pendidikan Pancasila adalah salah satu materi pelajaran moral yang ada di
setiap bangku pendidikan. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan salah
satu mata pelajaran yang berfungsi sebagai pendidikan nilai, yaitu mata pelajaran
yang mensosialisasikan dan menginternalisasikan nilai- nilai Pancasila atau budaya

2
bangsa Indonesia seperti yang tertuang dalam kurikulum PKn. Nilai adalah sesuatu
yang berharga, baik, dan berguna bagi manusia. Definisi lain tentang nilai adalah
harga, makna, isi dan pesan, semangat, atau jiwa yang tersurat dan tersirat dalam
fakta, konsep, dan teori, sehingga bermakna secara fungsional. Disini, nilai
difungsikan untuk mengarahkan, mengendalikan, dan menentukan kelakuan
seseorang, karena nilai dijadikan standar perilaku. Nilai adalah suatu penetapan atau
suatu kualitas terhadap suatu kualitas yang menyangkut jenis dan minat.
Pancasila terutama dalam sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
menggaris bawahi dengan jelas bahwa Negara Indonesia merupakan Negara
kesatuan yang menjunjung tinggi keadilan sosial bagi seluruh warga negaranya
tanpa terkecuali. Namun dalam kenyataanya penerapan sila keadian sosial dalam
kehidupan masyarakat Indonesia masih sangat jauh dari cita-cita luhur pancasila.
Di saat negara membutuhkan soliditas dan persatuan hingga sikap gotong royong,
sebagian kecil masyarakat terutama yang ada di perkotaan justru lebih
mengutamakan kelompoknya, golongannya bahkan negara lain dibandingkan
kepentingan negaranya. Untuk itu sebaiknya setiap komponen masyarakat saling
berinterospeksi diri untuk dikemudian bersatu bahu membahu membawa bangsa ini
dari keterpurukan dan krisis multidimensi.Seperti yang telah kita ketahui bahwa di
Indonesia terdapat berbagaimacam suku bangsa, adat istiadat hingga berbagai
macam agama dan aliran kepercayaan

Pancasila sebagai ideology dasar bagi negara Indonesia juga harus diketahui dan
diterapkan oleh seluruh warga negara Indonesia. Dengan demikian warga negara
Indonesia mengerti dan meyakini Pancasila sebagai pedoman hidup bangsa dan
mengamalkan Pancasila tersebut dalam setiap langkah mereka. Masih banyak
masyarakat yang belum memahami betul makna yang terkandung dari Sila
pertama sampai ke lima. Banyak masyarakat hanya memahami bacaan dari sila-
sila Pancasila namun belum memahami butir- butirnya sehingga banyak
penyelewengan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Penerapan nilai-nilai
Pancasila (nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan,
nilai keadilan) seharusnya timbul dan tumbuh di kalangan masyarakat tanpa
adanya rekayasa.Penerapan nilai-nilai Pancasila harus disertai dengan kesadaran

3
masyarakat itu sendiri dalam menjalani kehidupanya serta tidak dipaksakan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana peran serta Pancasila dalam mengatur kehidupan berbangsa


dan bernegara di Indonesia?
2. Bagaimana masyarakat memahami peran Pancasila tersebut?

3. Apakah dalam kenyataannya Pancasila dengan Masyarakat Indonesia


telah sejalan?

4. Bagaimana penerapan Pancasila di dalam kehidupan bermasyarakat?

5. Sudah terwujudkah keadilan di bangsa Indonesia ini?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui dan memahami peranan Pancasila dalam mengatur


kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia.
2. Mengetahui pemahaman masyarakat mengenai peran Pancasila.

3. Menganalisis perkembangan Pancasila dalam kehidupan masyarakat


Indonesia.

4. Mengetahui penerapan Pancasila dalam kehidupan masyarakat Indonesia.

5. Menganalisis apakah keadilan sudah terwujud di Indonesia.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Keadilan Sosial

Menurut Noor Ms Bakry Istilah keadilan berasal dari pokok kata adil, yang
berarti memperlakukan dan memberikan sebagai rasa wajib sesuatu hal yang
telah menjadi haknya, baik terhadap diri sendiri, sesama manusia maupun
terhadap Tuhan. Adil dalam sila Keadilan sosial ini adalah khusus dalam artian
adil terhadap sesama yang dijiwai oleh adil terhadap diri sendiri serta adil
terhadap Tuhan. Keadilan dalam sila kelima ini diartikan sifat-sifat dan keadaan
yang sesuai dengan hakikat adil untuk mengakui hak sesama (1997:124)

Menurut Noor Ms Bakry sosial berasal dari kata “socius” (bahasa latin) yang
berarti kawan atau teman. Dalam bahasa latin ada suatu istilah “homo homini
socius”, yang artinya manusia satu adalah teman manusia yang lain, manusia
memandang manusia lain sebagai teman (1997:126-127)

Keadilan sosial berarti keadilan yang berlaku dalam masyarakat di segala


bidang kehidupan baik materil maupun spiritual Hal ini berarti keadilan itu tidak
hanya berlaku bagi orang yang kaya saja, tetapi berlaku pula bagi orang miskin,
bukan hanya untuk para pejabat, tetapi untuk rakayta biasa pula Seluruh Rakyat
Indonesia ; Seluruh rakyat Indonesia berarti bahwa setiap orang yang menjadi
rakyat Indonesia baik yang berdiam di wilayah kekuasaan Republik Indonesia
maupun warga Negara Indonesia yang berada di Negara lain. Keadilan sosial
adalah sebuah konsep yang membuat para filsuf terkagum- kagum sejak Plato
membantah filsuf muda, Thrasymachus karena ia menyatakan bahwa keadilan
adalah apa pun yang ditentukan oleh si terkuat. Dalam Republik, Plato
meresmikan alasan bahwa sebuah negara ideal akan bersandar pada empat sifat
baik: kebijakan keberanian, pantangan (atau keprihatinan), dan keadilan
Penambahan kata sosial adalah untuk membedakan keadilan sosial dengan

5
konsep keadilan dalam hukum Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Keadilan sosial juga merupakan salah satu butir dalam Pancasila 45 butir
pengamalan Pancasila seperti yang tertuang dalam P4 (Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) pada Tap MPR No. II/MPR/1978.

Dalam kehidupan kita sehari-hari peran Pancasila tersebut sudah berjalan


dengan baik dan selaras dengan tujuan dari Pancasila tersebut. Namun tidak
semua dapat berhasil, masih terdapat di beberapa daerah yang kehidupan
bermasyarakatnya masih belum satu tujuan dengan Pancasila. Banyak terdapat
didaerah kerusuhan yang mengatas namakan suatu golongan, ras, suku, dan
agama tertentu. Hal seperti ini tidak dibenarkan oleh Pancasila yang notabene
adalah sebagai dasar Negara. Masih banyak masyarakat yang belum memahami
betul apa itu Pancasila, ini disebabkan oleh banyak hal yang terjadi di Indonesia.
Hal itu adalah akibat tidak meratanya pembangunan di Bangsa ini, pembangunan
ini meliputi pembangunan Ekonomi, Pendidikan dll. Sehingga tidak heran jika
terdapat daerah yang kaya raya, pembangunannya maju, Sumber Daya
Manusianya juga maju. Namun ada pula daerah yang masih tertinggal. Ini
merupakaan PR bagi pemerintah pusat, pemerintah daerah dan masyarakat
Indonesia untuk menyelaraskan semua bidang pembangunan di setiap daerah.

Penerapan Pancasila pada umumnya kini masih timpang tindih, banyak yang
memahami secara mendalam, sekedar tahu atau bahkan acuh terhadap Pancasila
itu sendiri. Pancasila dipelajari hanya oleh kaum terpelajar dan negarawan saja.
Bagi penduduk bawah Pancasila hanya di mengerti sila 1 sampai dengan sila 5,
ini dia yang menjadikan penerapan Pancasila hanya berlaku untuk kaum
terpelajar dan negarawan saja. Jika dikritisi, semua rakyat jika memahami betul
apa itu pancasila maka rakyat akan mengerti bagaimana tatanan hidup bersosial
dan bernegara. Sehingga kesejahteraan, keadilan, keamanan mampu tumbuh di
tengah-tengah bangsa Indonesia. Sehingga apa yang diharapkan para pendiri
bangsa dapat diwujudkan di masa-masa kemerdekaan ini. Pancasila terutama sila
ke lima “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia” yang menjadi topik
utama dalam peaper ini menjelaskan masalah-masalah penghambat maupun

6
solusi yang terjadi di tengah-tengah pembangunan bangsa ini. Berbicara keadilan,
keadilan itu sendiri adalah menaruh sesuatu tepat pada tempatnya, jika tidak maka
belum dapat dikatakan sebagai adil/keadilan. Berbicara keadilan di Indonesia,
rasanya dengan melihat realita keadaan di masyarakat, masih jauh dari kata adil
perbedaan antara si kaya dan si miskin sangat Nampak, apalagi di kota-kota besar.
Pemerintah seakan tak pernah memperhatikan rakyatnya tidur di kolong-kolong
jembatan, di pinggiran rel kereta api, di pinggir-pinggir bantaran sungai dan
memakan makanan yang tak layak konsumsi sedangkan beberapa orang
mendirikan gedung pencakar langit, tidur di apartemen mewah dan ber AC.
Menurut devinisi dari adil di atas realita ini sebenarnya sudah terlihat secara kasat
mata, pemerintah daerah maupun pusat seharusnya menyelesaikan ini terlebih
dahulu, namun kenyatannya setelah berganti 6 pemimpin bangsa persoalan ini
belum juga disentuh, hanya saat kampanye saja para pemimpin memeperhatikan
rakyat kecil. Sebuah pemandangan yang ironis betul, mengingat bangsa
Indonesia adalah bangsa yang kaya akan sumber daya alamnya dari gunung
hingga dasar laut tak terbatas nikmat yang diberikan Tuhan. Sehingga boleh
dikatakan keadilan di negri ini masih jauh dari kata ada.

Keadilan yang tidak merata di Indonesia sebenarnya di picu oleh beberapa


hal dan permasalahan, salah satunya adalah belum adanya konseptor yang betul-
betul mampu mengkonsep Negara ini sesuai dengan kekayaan sumber daya alam
dan mausianya. Penyakit lainnya adalah budaya korupsi berjamaah, ini adalah
salah satu penyakit paling kronis di bumi nusantara ini. Penyakit yang
menggerogoti secara perlahan dan mematikan bangsa Indonesia. Tak heran jika
kekayaan alam Indonesia hanya dapat dirasakan orang-orang berjas dan berdasi
saja. Jika di nalar menggunakan logika, orang paling kaya di Indonesia adalah
petani, peternak, nelayan, karena bangsa Indonesia adalah bangsa maritim.
Pemerintah seolah tidak tahu akan hal seperti ini, di zaman reformasi orang yang
hidupnya makmur dan berkecukupan adalah orang yang mampu berkuasa, bukan
orang yang bekerja dengan tenaga dan pikirannya. Di negri ini tampaknya sudah
menjadi budaya, pemimpin baru, sistimnya baru, mentri baru, sistimnya jg baru,
ini membuat bangsa ini tidak konsisten dalam melaksanakan tata cara berbangsa

7
dan bernegara dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat. Jika para pemimpin kita
patuh pada Pancasila dan Undang-undang maka ketidak konsistenan ini dapat
dihindari. Pemimpin kita sekarang banyak yang takut dengan partai politik dan
koalisinya tidak takut akan rakyat yang jelas-jelas ada pada undang-undang
bahwa rakyat memiliki kekuasaan tertinggi di Indonesia. Jika berbicara mengenai
keadilan sosial, dimensi yang menonjol adalah dimensi struktural atau
“kesenjangan antara kelompok yang memperoleh banyak dan ada yang sedikit.”
Berkaitan dengan hal ini, upaya pencapaian keadilan sering kali dikaitkan dengan
pengurangan kesenjangan (Sujatmiko, 2006). Jika demikian, realitas di Indonesia
yang menunjukkan lebarnya jurang kesenjangan sosial yang mengantarai kaum
elite dan kaum yang termarjinalkan telah mengindikasikan adanya masalah
ketidakadilan sosial di Indonesia.

Salah satu contoh konkret adalah kasus ketidakadilan yang terjadi di bumi
Papua. Berdasarkan hasil studi dan penelitian yang dilakukan LIPI pada 2008,
wacana pembangunan dalam perspektif rakyat Papua dimaknai sebagai upaya
negara dalam melakukan marjinalisasi rakyat Papua dan mengenalkan sistem
kapitalisme yang bermuara pada eksploitasi sumber alam di Tanah Papua. Selain
itu, mereka yang relatif lebih diuntungkan dari pembangunan di Tanah Papua
adalah warga pendatang (Widjojo, dkk., 2009).

Ketidakadilan sosial yang dirasakan oleh para penduduk asli Papua ini secara
jelas dinyatakan oleh mantan Ketua DPRD Papua (1974-1977) dan Wakil
Gubernur (1977-1982) Ellyas Paprindey. Menurutnya, perasaan tidak puas,
ketidakadilan bagi rakyat Papua dalam pembangunan—khususnya untuk
meningkatkan kesejahteraan—mengakibatkan munculnya tuntutan kemerdekaan
oleh masyarakat Papua (Maniagasi, 2001). Hal ini juga didukung oleh hasil studi
dan penelitian yang dilakukan Yayasan Penguatan Partisipasi, Inisiatif, dan
Kemitraan Masyarakat Sipil Indonesia (YAPPIKA) yang menyatakan bahwa
para penduduk Papua merasa diperlakukan secara tidak adil oleh pemerintah dan
aparat keamanan yang dianggap lebih berpihak kepada kaum pemilik modal yang
merupakan masyarakat pendatang dibandingkan dengan penduduk asli Papua.

8
Alat-alat produksi juga dikuasai kaum pendatang, sehingga penduduk lokal
sangat tergantung kepada mereka. Selain itu, masyarakat lokal juga sulit
mencapai akses ke pasar, sehingga membatasi pengembangan produk pertanian
dan pengolahan hasil bumi lainnya (Raweyai, 2002). Daftar panjang
ketidakadilan yang diterima rakyat Papua itu ditambah lagi dengan penanganan
konflik di Papua yang cenderung diabaikan atau hanya diselesaikan secara
sepihak, sehingga tidak hanya menimbulkan kebingungan, kecurigaan serta
apatisme di kalangan masyarakat Papua (Widjojo, dkk., 2009).

Melalui kasus di Tanah Papua ini dapat dikatakan bahwa masalah ketidakadilan
sosial kini telah menjadi salah satu masalah utama bangsa Indonesia yang dapat
mengancam kebersamaan dan keintegrasian bangsa. Masalah yang berakar pada
adanya ketimpangan sosial akibat pengimplementasian keadilan sosial yang tidak
sempurna ini akan menimbulkan kecemburuan bagi kaum yang merasa tertindas
dan berdampak pada hilangnya perasaan senasib dan tekad bersama untuk
bersatu sebagai satu bangsa, yaitu bangsa Indonesia. Jika kelompok-kelompok
identitas yang menunjukkan adanya gerakan separatis mulai muncul, integrasi
bangsa, yang lebih merupakan suatu ikatan moril, akan terancam keberadaannya.

Masalah keadilan di negri ini yang tak kunjung selesai membuat rakyat
semakin sengsara dan pesimis akan program-program pemerintah yang tidak pro
rakyat kecil. Seharusnya pemerintah melakukan perubahan yang cepat dan dapat
dirasakan langsung oleh rakyat kecil,pemerintah juga seharusnya membuat
program-program yang pro rakyat agar rakyat hidup bahagia dan sejahtera.
Sebagai Negara yang kaya akan SDM dan SDA nya, para petinggi negri ini
seharusnya tidak pusing-pusing untuk pengelolaanya. Namun pemerintah malah
banyak melibatkan pihak asing dalam pengelolaannya, sedangkan masyarakat
pribumi hanya dijadikan budak dinegri sendiri. Ini mungkin yang menjadikan
fenomena di tanah Papua, SDM yang melimpah namun hasilnya di berikan pada
pihak asing, sedangkan rakyat papua hanya mendapatkan segelintir rupiah dari
penjualan emas ber juta-juta kilogram. Jika pemerintah pusat dan daerah benar-
benar berkomitmen mengabdi untuk rakyat berpedoman dan memegang teguh

9
Pancasila dan Undang-undang maka kesejahteraan rakyat adalah harga mati
untuk didapatkan.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia bahwa sesunguhnya


keadilan adalah hak semua masyarakat. Tetapi di balik hak itu masyarakat juga
harus tahu kewajiban masyarakat untuk negaranya sendiri khusunya Negara
Republik Indonesia. Keadilan tidak dapat terlaksana jika masyarakan, pemimpin
negeri, dan pemerintah tidak saling bersosialisasi dan bermusyawarah dengan
bijak serta saling menghargai pendapat yang tercipta di antara masyarakat,
pemimpin negeri serta pemerintah negeri. Seperti yang diketahui bahwa
ketimpang tindihan keadilan di negri ini masih banyak terjadi. Pemerintah seakan
mengabaikan peraturan yang telah diatrunya sendiri, kini perlahan UU dan
Pancasila mulai diabaikan dan lebih mementingkan kepentingan partai ataupun
koalisi partai. Melimpahnya sumber daya manusia dan alam tidak menjamin
negri ini untuk memakmurkan semua rakyatnya, yang mendapatkan hasilnya
hanya segelintir rakyat yang berkuasa saja. Untuk itu pemimpin dan pemerintah
negeri ini harus memberikan apa yang jadi hak masyarakatnya, memikirkan
masyarakatnya agar tercipta kesejahteraan dan berlaku adil untuk seluruh
rakyatnya di Indonesia tanpa menyampingkan budaya yang sudah terlahir lebih
lama dari pemerintahan Negara Republik Indonesia.

Sebaliknya untuk seluruh rakyat juga harus mematuhi semua aturan yang
dibuat oleh Negara ini. Jika rakyat tidak dapat menerima aturan-aturan yang
dibuat Negara ini, rakyat dapat bersosialisasikan dengan damai tanpa ada
pertumpahan darah antar manusia.

Pemerintah dan masyarakat harus sadar sedalam-dalamnya bahwa Pancasila


adalah pandangan hidup Bangsa dan Dasar Negara Republik Indonesia serta
merasakan bahwa Pancasila adalah sumber kejiwaaan masyarakat dan Negara

11
Republik Indonesia, maka manusia Indonesia menjadikan pengamalan Pancasila
sebagai perjuangan utama dalam kehidupan kemasyarakatan dan kenegaraan.
Oleh karena itu pengamalannya harus dimulai dari setiap warga negara Indonesia,
setiap penyelenggara Negara yang secara meluas akan berkembang menjadi
pengamalan Pancasila oleh setiap lembaga kenegaraan dan lembaga
kemasyarakatan, baik di pusat maupun di daerah.

Dengan demikian Pancasila sebagai pandangan hidup Bangsa dan Dasar


Negara Republik Indonesia akan mempunyai arti nyata bagi manusia Indonesia
dalam hubungannya dengan kehidupan kemasyarakatan dan kenegaraan. Untuk
itu perlu usaha yang sungguh-sungguh dan terus-menerus serta terpadu demi
terlaksananya penghayatan dan pengamalan Pancasila.

B. Saran

1. Pemerintah pusat, daerah dan pihak yang ikut dalam pembuatan


kebijakan seharusnya mengkaji semua kebujakan-kebijakannya,
sehingga semua rakyat menikmati hasil dari pembangunan di negri ini.
2. Profesionalisme seharusnya lebih dikedepankan, tidak malah
mementingkan kelompok/ golongannya untuk ramai-ramai korupsi
berjamaah.
3. Pelayanan layanan masyarakat harus lebih ditingkatkan dan diawasi
pelayanan terhadap warga miskin. Pemerintah harus lebih
memperhatikan pelayanan warga miskin karena selama ini terlihat ada
ketimpangan pelayanan antara warga miskin dan warga kaya.
4. Perbaikan terhadap kebijakan yang telah dibuat pemerintah dengan
peninjauan kembali terhadap kebijakan dan merubah atau menyesuaikan
kebijakan dengan fakta dilapangan untuk kemudian di perbaiki dan
diterapkan kembali setelah mengalami perbaikan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Ms Bakry,Noor(1997), Orientasi Filsafat Pancasila ,Liberty ,Yogyakarta.

Pangeran Alhaj S.T.S Drs., Surya Partia Usman Drs., 1995. Materi
Pokok Pendekatan Pancasila. Jakarta; Universitas Terbuka Depdikbud.

Sujatmiko, I. G. (2006). Keadilan Sosial dalam Masyarakat Indonesia. Dalam


Irfan Nasution dan Ronny Agustinus (Eds.), Restorasi Pancasila. Bogor:
Brighten Press.

Suryawasita, A. (1989). Asas Keadilan Sosial. Yogyakarta: Kanisius.

Siregar, Christian. 2014. Pancasila, Keadialan Sosial, dan Persatuan


Indonesia. BINUS University. Jakarta

Sudibyo,Tahajudin Drs. 2011. Pengamalan Sila Keadilan Sosial Bagi


Seluruh Rakyat Indonesia Timpang Tindihnya Keadilan Di Negeri
Kepulauan. Sekolah Tinggi Teknik Informatika dan Komputer Amikom.
Yogyakarta.

Melano, Mario Olyvius Ora. 2011. Penerapan Sila Keadilan bagi Seluruh
Rakyat Indonesia. Sekolah Tinggi Teknik Informatika dan Komputer Amikom.
Yogyakarta.

Anisa, Farida Nurul. 2011. Penerapan Sila Keadilan Sosial dalam Kehidupan
Masyarakat. STMIK. Yogyakarta.

13

Anda mungkin juga menyukai