Anda di halaman 1dari 14

IV.

CIRI CIRI UMUM WIRAUSAHA YANG BERHASIL

4.1 Tujuan yang Berkelanjutan

Seorang wirausaha yang hebat selalu haus akan kemajuan. Sikap untuk tidak

cepat putus asa ini akan memotivasi pengusaha untuk terus maju. Vianus (2008)

mengatakan bahwa dalam hal mencapai suatu tujuan diperlukan suatu

perencanaan dan tindakan yang nyata untuk dapat mewujudkannya. Secara umum

bisa dikatakan bahwa tujuan yang berkelanjutkan adalah suatu konsep

perencanaan yang disertai dengan tindakan yang berkelanjutkan Arief (2009)

menambahkan bahwa tujuan adalah pemacu untuk menjadikan kita mempunyai

arah untuk kita ambil dan putuskan selama kita mampu melakasanakannya.

Menurut Baharuddin (2015) penetapan tujuan sangat penting bagi

keberhasilan bisnis mana pun, senantiasa membuat tujuan baru merupakan salah

satu ciri umum dari seorang wirausahaan. Analisis tujuan menggambarkan situasi,

mulai dari sumber daya alam, bahan baku produk, sumber daya manusia, usaha

yang telah ada sampai prospek pemasaran, hambatan dan juga keuntungannya.

Tujuan : meliputi tujuan atau target yang diharapkan (Kurniasih, 2009).

Dalam hal memanfaatkan peluang, seorang wiraswastawan dituntut untut

selalu memiliki sikap kreatif dan inovatif. Kreatif pada dasarnya adalah

bagaimana menghadirkan sesuatu benda atau hal yang sebelumnya belum ada

untuk dipergunakan (John Adair, 2008). Seorang wirausahawan tidak hanya puas

terhadap pencapaian tujuan, melainkan senantiasa membuat tujuan baru untuk


menantang diri mereka dalam menjalankan persaingan dengan orang lain

(Kasmir,2010).

4.2 Ketekunan dan Ketabahan dalam Mencapai Tujuan

Orang yang tekun akan berhasil dalam setiap pekerjaan yang

dilakukannya. Tangan orang tekun ibarat pesulap yang dapat mewujudkan apa

saja yang diinginkannya. Setiap keinginan yang dinyatakan dalam hati orang

tekun, akan mengalir secara teratur dalam perbuatan setahap demi setahap

berdasarkan perhitungan matang sampai keinginannya tersebut menjadi kenyataan

(Ibrahim dan Darsono, 2011).

Teguh, tekun, dan kerja keras, Kerja keras. Jam kerja pengusaha tidak

terbatas pada waktu, di mana ada peluang di situ ia datang. Kadang-kadang

seorang pengusaha sulit untuk mengatur waktu kerjanya. Benaknya selalu

memikirkan kemajuan usahanya. Ide-ide baru selalu mendorongnya untuk bekerja

keras merealisasikannya. ( Saiman, 2009). Kesabaran dan ketekunan merupakan

kunci yang akan membawa pembisnis menuju keberhasilan Ketekunan merupakan

kemampuan untuk bertahan di tengah tekanan dan kesulitan (Haryadi, 2011).

Kesuksesan dalam berwirausaha dipengaruhi oleh seberapa besar minat kita

terhadap kegiatan berwirausaha itu sendiri. Sikap, perilaku, dan pengetahuan

kewirausahaan yang dimiliki menstimulasi minat dan keinginan untuk memulai

suatu usaha pada masa yang akan datang. Siswadi (2013) mengatakan bahwa

minat mahasiswa dalam berwirausaha dapat dilihat dengan indikator ketekunan

dan keuletan dalam bekerja dan berusaha.


4.3 Mengatasi Kegagalan

Gagal bukan merupakan sebuah alasan seorang pengusaha untuk

menghentikan usahanya melainkan menjadi cambuk agar usaha bisa berkembang

(Satria, 2016).

Susanto (2009) berpendapat bahwa wajar jika dalam memulai berwirausaha

selalu saja terdapat rintangan, tantangan, hambatan, dan kendala yang

menghadang, karena disinilah seorang pengusaha akan diuji ketangguhannya.

Orang mengalami kecemasan bila menghadapi situasi yang tampak berbeda diluar

kendali mereka. Perasaan tidak berdaya dan tidak mampu mengendalikan apa

yang terjadi merupakan pokok dari teori kecemasan (Sugiyono, 2010).

Berprinsiplah bahwa kegagalan itu merupakan peristiwa yang memalukan.

Hal ini bukanlah berarti bila gagal lantas malu kepada orang lain. Akan tetapi bila

mengalami kegagalan malulah pada diri sendiri. Kalau sudah demikian tentu

dalam hati kita akan muncul niat untuk mendorong diri kita sendiri menjadi lebih

baik. (Setyawati, 2013).

4.4 Mengambil Resiko Adalah Biasa

Asri (2016) menyatakan bahwa kewirausahaan dapat didefinisikan sebagai

pengambilan risiko untuk menjalankan usaha sendiri dengan memanfaatkan

peluang-peluang untuk menciptakanusaha baru atau dengan pendekatan yang

inovatifsehingga usaha yang dikelola berkembang menjadibesar dan mandiri

dalam menghadapi tantangantantangan persaingan. Berani mengambil resiko

untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan. Berjiwa berani mengambil


resiko artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha tanpa diliputi rasa

takut atau cemas yang sedang ia hadapi (Hatani, 2008).

Kasmir (2010), keberanian untuk menanggung resiko yang menjadi nilai

kewirausahaan adalah pengambilan resiko yang penuh perhitungan dan realistis.

Situasi resiko kecil dan resiko tinggi dihindari karena sumber kepuasan tidak

mungkin didapat pada masing-masing situasi tersebut.

Kemampuan mengambil keputusan dengan berani beresiko, kreatifitas,

inovasi, dan proaktif terhadap perubahan sangat menentukan keberhasilan seorang

wirausaha (Hatta, 2014). Oktarilis (2012) berpendapat bahwa beberapa motivasi

yang dapat mendorong seseorang untuk menjadi wirausaha yaitu keinginan

merasakan pekerjaan bebas, keberhasilan diri yang dicapai, dan toleransi akan

adanya resiko. Maksudnya disini adalah Kebebasan dalam bekerja merupakan

sebuah model kerja dimana seseorang melakukan pekerjaan sedikit tetapi

memperoleh hasil yang besar.

Wirausahawan hendaknya dapat menganalisis dengan mengumpulkan data-

data, mengolahnya, menganalisis, menginterpretasi dan menarik kesimpulan dari

penganalisaan tersebut (Hudojo. 2008).

4.5 Kemampuan Memecahkan Masalah

Pemecahan masalah itu merupakan kegiatan yang amat penting di dalam

usaha atau bisnis. Keterampilan yang diperoleh para wirausahawan, akan menjadi

bekal di dalam pemecahan masalah dalam kegiatan usaha atau bisnis. Meskipun

banyak persoalan tidak mempunyai pemecahan masalah yang benar, namun


keputusan terakhir untuk menentukan pemecahan masalah yang paling baik

terserah kepada para wirausahawan sendiri (Bakhrul. 2012).

Suryana (2009) berpendapat bahwa cara dalam memecahkan masalah ini

harus disesuaikan dengan masalah yang dihadapi, jika masalah yang dihadapinya

adalah soal pemasaran maka cara menghadapinya adalah dengan memperkaya

pengerahuan tentang pemasaran pula. Handoko (2010) menambahkan bahwa

prosedur dalam pemecahan masalah adalah sebagai berikut: Kenali persoalan

secara umum. Identifikasi problem utama yang terkait. Tentukan fakta dan data

yang berkaitan dengan masalah. Carilah sebab problem tersebut, Pilihlah jalan

keluar yang dapat dilaksanakan dengan baik, Periksalah, apakah cara penyelesaian

masalah tersebut sudah tepat.

Indikator kemampuan memecahkan masalah adalah prigel/ulet/rajin dalam

bekerja atau berusaha, banyak akal dan memecahkan masalah-masalah yang

dihadapi, memahami secara benar terhadap diri pribadi atas kemampuan yang

dimiliki, kreatif dalam mencari jalan keluar terhadap masalah yang akan datang

(Riyanti, 2009). Wirausahawan hendaknya dapat menganalisis dengan

mengumpulkan data-data, mengolahnya, menganalisis, menginterpretasi dan

menarik kesimpulan dari penganalisaan tersebut (Hudojo. 2008).

4.6 Stamina dan Kesehatan Fisik

Aktivitas sehari-hari pengusaha baik dilingkungan keluarga, lingkungan

perusahaan, lingkungan sosial yang demikian padat dan kompleks menuntut

stamina fisik dan mental yang prima. Kesehatan fisik sangat penting untuk

mengimbangi tuntunan ( Dean, 2009).


kualitas dasar daya fisik/raga kewirausahaan memiliki karakteristik/ dimensi-

dimensi sebagai berikut: menjaga kesehatan secata teratur; memelihara

ketahan/stamina tubuh dengan baik; memiliki energi yang tinggi; dan

keterampilan tubuh dimanfaatkan demi kesehatan dan kebahagiaan hidup.

(Sukmadinata ,2013).

Stamina adalah physical fitnes artinya kondisi fisik dan kecocokan,

menjaga keseimbangan proses faali dan biokimiawi tubuh dalam keadaan stres

berat termasuk kerja fisik. Diperlukan stamina yang selalu prima agar tidak terjadi

kelelahan sehingga mengganggu konsentrasi saat bekerja (Rauch, 2009). Adrianto

(2010) menambahkan bahwa Kesehatan merupakan hal yang pertama harus

dimiliki seseorang untuk berkembang dan berinofasi karena setiap apa yang akan

dilakukan membutuhkan pikiran dan energi. Untuk menjaga kesehatan dan stamina

tubuh pengusaha dianjurkan untuk c ukup istirahat, rutin berolahraga dan

mengkontrol makanan berserat.

Kesehatan fisik sangat penting untuk mengimbangi tuntunan dan tekanan

yang ditimbulkan dari bisnisnya, terutama pada tahun-tahun awal. Kesehatan

mental dan emosi pada jam kerja yang panjang dan tekanan bisnis

(Hardian ,2011).

Pola hidup sehat mempunyai peranan yang penting untuk meningkatkan dan

mempertahankan kebugaran jasmani seseorang. Faktor-faktor yang

mempengaruhi kesehatan di dalam pola hidup sehat adalah makanan dan olahraga.

Di samping makanan dan olahraga yang dapat mempengaruhi kesehatan adalah


gaya hidup seseorang, misalnya suka merokok, minum minuman keras, suka tidur

larut malam (Suryanto, 2013)

4.7 Kesehatan Mental dan Emosi

Seorang pelaku bisnis harus dapat mengontrol emosi dalam menjalankan

bisnisnya apalagi emosi yang berkaitan dengan amarah. Karena apabila seorang

pelaku usaha tidak dapat mengontrol mental dan emosinya (amarah) kemungkinan

itu akan berdampak buruk pada usaha yang dijalankannya (Dimyati. 2009).

Tekanan bisnis dapat mengakibatkan usaha yang dijalankannya akan berjalan

labil sehingga dapat menurunkan kualitas maupun kuantitas produksi terhadap

perkembangan usahanya yang sedang iya jalankan (Arie, 2008).

Kesehatan mental merupakan kondisi kesejahteraan yang disadari individu,

yang terdiri dari kemampuan-kemampuan untuk mengelola stres kehidupan yang

wajar, untuk bekerja secara produktif dan menghasilkan, serta berperan serta di

komunitasnya (Sari, 2012)

Emosi merupakan kebiasaan mental yang sering kali dikembangkan sejak

anak-anak. Emosi ini tertanam sejak kecil hingga terbawa sampai dewasa, emosi

menyebabkan kita memberikan tanggapan otomatis terhadap orang lain atau

terhadap kejadian. Tanggapan-tanggapan tersebut bisa menjadi indikator yang

sangat bermanfaat atau merusak, tergantung dari emosi dan penempatan emosi

yang kita miliki (Robinson, 2008).


Kesehatan mental dan emosi sangatlah diperlukan dalam dunia bisnis karena

tekanan dalam bisnis dapat menuntut kesetabilan mental dan emosi pelaku bisnis

tersebut ( Johnson, 2008).

4.8 Obyektif

Aditya (2009) berpendapat bahwa objektif itu artinya bisa melihat sesuatu

dari sudut pandang yang netral dan tidak memihak. Smith, (2013) mengatakan

bahwa yang harus dilakukan wirausahawan dalam peluncuran usaha baru

adalah dengan memperhatikan sikap objektifitas dan selalu mencari gagasan-

gagasan bagi produk atau jasa baru.

mengambil nilai baik atau buruk dalam segala aspek kehidupan.

Sikap objektif adalah sikap yang harus dijunjung tinggi bagi seseorang

untuk berpandangan terhadap suatu masalah. Sifat objektif sangat diperlukan

dalam jiwa wirausaha (Shane, 2008). Objektif artinya pasti, bisa diyakini

keabsahnnya, tapi bisa juga melibatkan perkiraan dan asumsi dengan didukung

fakta/data.

Kurangnya objektifitas kesalahan yang sering tampak dari seorang

wirausahawan baru adalah kurangnya objektifitas. orang-orang yang berlatih

secara teknis sering hanya melihat pada gagasan mengenai produk atau jasa

baru mereka sendiri tanpa menyadari perlunya perencanaan atau proyeksi

dalam kerja professional mereka, misalnya riset kelayakan pemasaran dan

sudut pandang bisnis (Bakhrul. 2012).


4.9 Fleksibel

Fleksibel adalah suatu hal yang lentur mudah dibengkokkan dan luwes,

serta mudah dan cepat menyesuaikan diri:di ingkungan baru yg masih asing

baginya (Arauf, 2009). Adapun keuntungan sifat fleksibel bagi seorang wirausaha

salah satunya yaitu bisa mempertahankan ketertarikan konsumen terhadap produk

yang telah kita ciptakan agar para konsumen tidak berpaling dari produk kita

(Sucipto, 2010).

Salah satu seorang wirausaha adalah Fleksibel yaitu pandai

menyesuaikan diri dengan berbagai relasi/kalangan, pandai dan dapat

mengontrol emosi saat menghadapi situasi-situasi yang tidak menyenangkan

(Hatani 2008)

4.10 Komitmen

Komitmen adalah janji pada diri kita sendiri atau pada orang lain yang

tercermin dalam tindakan kita. Komitmen akan mendororong rasa percaya diri,

dan semangat kerja dalam diri wirausaha untuk menjalankan tugas menuju

perubahan ke arah yang lebih baik (Suharyat, 2009).

Berkomitmen merupakan hal wajib dalam berwirausaha karena tidak banyak

dari waktu ketika sesorang akan mengambil keputusan akan percaya, tidak banyak

yang menyesal akan keputusan yang salah namun berbeda dengan orang yang

berkomitmen dalam melakukan sesuatu yang sesungguhnya percaya terhadap diri

sendiri (Soekidjan, 2009).

Seorang wirausahawan yang teguh menjaga komitmennya terhadap

konsumen, akan memiliki nama baik di mata konsumen yang akhirnya


wirausahawan tersebut akan mendapatkan kepercayaan dari konsumen, dengan

dampak pembelian terus meningkat sehingga pada akhirnya tercapai target

perusahaan yaitu memperoleh laba yang diharapkan (Saiman, 2009).

4.11 Hubungan Antar Manusia

Menurut Keith Davis dalam Rukmana (2010), mengatakan hubungan antar

manusia (Human Relation) adalah interaksi antara seseorang dengan orang lain.

Interaksi ditimbulkan oleh lingkungan, kualitas dan kuantitas di pengharui

keadaan masyarakat serta kenyamanan dalam berwirausaha harus selaras

perkembangan komunikasi yang sedang berlangsung di masyarakat.

Sementara tujuan dari hubungan antar manusia menurut Ahmadi (2013),

adalah memanfaatkan pengetahuan tentang faktor sosial dan psikologis dalam

penyesuaian diri sehingga terjadi keselarasan dan keserasian, dengan konflik

seminimal mungkin.

Hubungan antar manusia memegang peranan penting dalam setiap aspek

kehidupan. Hubungan antar manusia adalah kemampuan mengenali sifat, tingkah

laku, pribadi seseorang. Ruang lingkup hubungan antar manusia dalam arti luas

adalah interaksi antara seseorang dengan orang lain dalam suatu kehidupan untuk

memperoleh kepuasan hati (Suharyat, 2009). Sutanto, (2016) berpendapat bahwa

seorang pelaku usaha perlu memerlukan hubungan antar manusia terutama dalam

pemasaran sehingga dapat mendatangkan dividen yang menguntungkan dalam

jangka panjang dalam bentuk peningkatan angka penjualan dan margin

keuntungan yang melonjak. Hubungan manusiawi itu merupakan suatu

komunikasi karena sifatnya yang orientasi pada perilaku (action oriented).


4.12 Akses Terhadap Sumber Keuangan

Dalam hal peningkatan akses terhadap sumber pendanaan, harus ada upaya-

upaya konkret untuk menyederhanakan tata cara memperoleh atau mendapatkan

dana keuangan. Dalam hal kemudahan pendanaan, mencangkup berbagai upaya

pemberian keringanan persyaratan dalam pendanaan dalam berwirausaha

(Setyobudi, 2009).

Lembaga Keuangan Mikro (LKM) baik formal, semi formal, maupun

informal adalah lembaga keuangan yang melakukan kegiatan jasa keuangan untuk

pengusaha mikro dan masyarakat berpenghasilan rendah (Krisnamurthi, 2012).

Sumber pendanaan utama dalam kegiatan usaha yaitu uang. Proses dan prosedur

untuk melakukan akses permodalan harus melalui berbagai tahapan dan proses

seperti pengajuan permohonan, penilaian permohonan, keputusan terhadap

permohonan dan tahap pencairan dana. Serta apa yang dibutuhkan dalam usaha

tersebut (Sinta,2011).

4.13 Latar Belakang Keluarga

Lambing & Kuehl (2008) mengatakan bahwa kebanyakan dari keluarga yang

wirausaha akhirnya membawa anak-anak ke dalam bisnis,mulai dari usia yang

sangat dini, anak-anak membantu dalam kegiatan perusahaan.

Keluarga adalah merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama

dalam masyarakat karena dalam keluargalah anak dilahirkan dan berkembang

menjadi dewasa. Bentuk dan isi serta cara-cara pendidikan dalam keluarga akan

selalu mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya watak, budi pekerti dan

kepribadian tiap-tiap manusia. Jadi keluarga merupakan kelompok sosial dalam


kehidupan anak. Pendidikan dalam keluarga ini merupakan fondasi yang kokoh

untuk kehidupan anak di masa depannya (Oenstek, 2011).

Menurut Frinces (2011), menyatakan bahwa seorang calon wirausaha

dimana yang bersangkutan memang memiliki keturunan dari orang tuanya atau

orang tua mereka sebelumnya yang secara alamiah memiliki keturunan seorang

atau keluarga orang-orang pebisnis atau wirausaha.

DAFTAR PUSTAKA

Aditya, R. 2009. Bisnis Ala Nabi. Alpabeta. Bandung.

Adrianto, E., & Ningrum, D. 2010. Hubungan antara Tingkat Kesegaran Jasmani
dan Status Gizi Produktivitas Kerja. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 05 N0.
02, 145-150.

Arie, Muhammad. 2008. Mental Wirausaha. Rineka Cipta. Jakarta .

Arief, Z. 2009. Sikap dan Kepribadian Wirausahawan. Harvindo: Jakarta

Asri, Marwan, dkk. 2016. Manajemen Perusahaan, Pendekatan Operasional.


Yogyakarta. BPFE.

Baharuddin, Taufik. 2015. Konsep Kewirausahaan Dan Kemampuan Usaha.


Gramedia. Jakarta.

Bakhrul. 2012. Berwirausaha Ala Mahasiswa. UIN. Bandung.

Dean, J. 2009. Rahasia Sukses Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Martabak .PT
Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.

Dimyati. 2009. Manajemen Resiko. Rajawali Pers. Jakarta.

Frinces, Z. 2011. Be an enrepreneur (Jadilah Seorang Wirausaha). Graha Ilmu:


Yogyakarta.

Handoko, Hani. 2010. Manajemen Personalia & Sumberdaya Manusia, Edisi


Kedua, BPFE UGM: Yogyakarta.
Hardian, Widodo., 2011. Analisis Karakteristik Dan Perilaku Wirausaha
Pedagang .PT Buku Kita . Jakarta.

Haryadi. 2011. Manajemen Bagian 1, PT Pustaka Binamas Pressindo, Jakarta.

Hatani. 2008. Ilmu sosial dan budaya dasar. Jakarta. Bumi Aksara.

Hatta, Iha Haryani. 2014. Analisis Pengaruh Inovasi, Pengambilan Resiko,


Otonomi dan Reaksi Proaktif terhadap Kapatabilitas Pemasaran UKM
Kuliner Daerah di Jabodetabek. Jurnal Manajemen Pemasaran.
Universitas Pancasila Jakarta Selatan.

Hudojo. 2008. Wawasan Kewirausahaan. Lembaga Penerbit FEUI.


Jakarta.Ibrahim dan Darsono. 2011. Pointers Metodologi Penelitian.
Semarang: CV. Dikalia.

John, Adair. 2008. Organisasi, Struktur dan Manajemen. ( Terjemahan: Djoerban)

Johnson. 2008. Konsep DasarKesehatan dan Keperawatan Jiwa. Gramedia


Utama.Wahid, S.H ). Jakarta: Erlangga.

Kurniasih, Apriyani. 2009. “Siapa yang diuntungkan Liberalisasi di Asia


Tenggara”.Iinfobank, No 319 ,Oktober 2005 hal 38-40.

Kasmir. 2010. “Bank dan Lembaga Keuangan Lain”. Edisi enam, Jakarta; PT
Raja Grafindo Persada.

Krisnamurthi. 2012. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.


Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.

Lambing. P., & Kuehl, C.R. 2008. Entrepreneurship. Upper Saddle River:Prentice
Hall.

Oenstek. 2011. Peran serta Bank Indonesia dalam Pengembangan Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah (UMKM), Buletin Hukum Perbankan dan
Kebanksentralan, Volume 5, nomor 2, Agustus 2007. Jakarta: Bank
Indonesia

Oktarilis, Nur Shabrina. 2012. Pengaruh Faktor-Faktor yang Dapat Memotivasi


Mahasiswa Berkeinginan Wirausaha. Jurnal Manajemen. Universitas
Gunadarma : Depok.

Rauch, A. 2010. Psychological approaches to entrepreneurial success. A general


model and an overview of findings. International Review of Industrial and
Organizational Psychology, 101-142.
Riyanti, 2009. Determinan Penyaluran Kredit pada Usaha Mikro, Kecil .
Rosdakarya. Bandung.

Robinson, P. 2008. Manajemen Strategis. Salemba Empat: Jakarta.

Saiman, Leonardo., 2009. Kewirausahaan, Teori, Praktik Dan Kasus-Kasus.


Salemba : Jakarta.

Sari Dewi, Kartika. 2012. Kesehatan Mental. Buku ajar. Lembaga Pengembangan
dan Penjaminan Mutu Pendidikan. Universitas Diponegoro. Semarang.

Satria, 2016 . Pengantar Hidup Sukses. Gramedia Utama. Jakarta

Setyawati, Edwin C. N., Hari Susanta Dan Ilham Ainuddin., 2013. Teori Praktis
Keirausahaan.Alfabeta. Bandung.
Shane, S. 2008. Entrepreneurial Motivation. Human Resource Management
Review, 13 257 – 279.

Siswadi, Yudi. 2013. Analisis Faktor Internal, Faktor Eksternal dan Pembelajaran
Kewirausahaan yang Mempengaruhi Minat Mahasiswa dalam
Berwirausaha. Jurnal Manajemen dan Bisnis Vol.13 No 01. Univ
Muhammadiyah : Sumatera Utara

Smith. 2013. Pengaruh Faktor Eksternal Dan Internal Terhadap Karakteristik


Wirausaha. Skripsi. Fakultas Ilmu Ekonomi dan Bisnis. UNDIP.
Semarang.

Suharyat, Y. 2009. Hubungan Antara Sikap, Minat Dan Perilaku Manusia.


Region, I, 5-7.

Sugiyono. 2010. Cara Menghadapi Kecemasan. CV. Alfabeta. Bandung.

Sukmadinata. 2013. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. PT. Remaja.

Susanto, A.B. 2009. Leadpreneurship. Esensi: Jakarta

Suryana. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan Kedelapan. Bandung : Penerbit


Alfabeta.

Vianus, Agus. 2008. 7 Karakter Sukses untuk Membentuk Pribadi Fantastis demi

Mendulang Sukses Tak Terbatas Dalam Karir dan Bisnis. Pretasi Pustaka

Publisher: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai