Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kewirausahaan adalah sebuah proses seseorang dalam menciptakan tujuan baik


dalam hobi atau menambah keuntungan dalam hidup individu tersebut.
Kewirausahaan merupakan cara seseorang menambah kekayaan atau suatu proses
untuk mengembangkan suatu usaha baru. kewirausahaan adalah suatu pengambilan
resiko dengan jalan membeli barang sekarang dan menjual dengan harga yang tidak
pasti.

Karakteristik kewirausahaan yang meliputi rasa percaya diri, berorientasi pada


tugas dan hasil, mandiri, berinisiatif, dan berpikir kedepan merupakan karakter yang
selalu melekat pada seorang wirausaha. Kepercayaan diri adalah sikap positif seorang
individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik
terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan/situasi yang dihadapinya.
Wirausaha adalah individu yang mendirikan mengelola atau mengembangkan dalam
melembagakan perusahaan yang dimiki sendiri dan individu yang dapat menciptakan
suatu pekerjaan bagi orang lain dapat disebut berswadaya.

Ciri-ciri umum wirausaha yang berhasil diantaranya mempunyai tujuan yang


berkelanjutan, tekun dan tabah dalam mencapai tujuan, mampu mengatasi kegagalan,
mengambil resiko hal yang biasa, kemampuan memecahkan masalah, serta memiliki
stamina dan kesehatan fisik. Orientasi wirausaha menggambarkan tujuan dari suatu
perusahaan untuk digabungkan dalam kesempatan membuka pasar baru dan
pembaruan dari operasi pasar yang sudah ada. Tekun berarti terus menerus berusaha
hingga tujuan yang telah ditentukan dan diyakini sebelumnya dapat tercapai dengan
hasil yang optimal.

Faktor pendukung lainnya yang mendukung kewirausahaan diantaranya adalah


faktor keluarga. Keluarga merupakan salah satu bagian yang tidak dapat terpisahkan
dalam kehidupan. Keluarga menjadi tempat pertama seseorang memulai
kehidupannya. Melalui lingkungan itulah anak mulai mengenal dunia sekitarnya dan
pola pergaulan hidup yang berlaku sehari-hari, melalui lingkungan hidup itulah anak-
anak mengalami proses sosialisasi awal, latar belakang keluarga dan pengaruh atau
dorongan sosial lingkungan berpengaruh signifikan terhadap minat berwirausaha
seorang individu. Dukungan dari keluarga untuk melakukan suatu usaha sangat
dibutuhkan dan hal itu akan lebih memperlancar dalam menjalankan usahanya.
Dukungan keluarga sanagt penting bagi seseorang dalam pencapaian menuju mimpi
baikpun menjadi seorang wirausaha. Sehingga seorang wirausaha yang sukses
tidaklah lepas dari dukungan keluarga yang mendukung dan memberi inovasi agar
selalu kreativ, inovatif dan berpikir kedepan dalam menghadapi tantangan yang ada.

Banyak cara untuk menjadikan seseorang menjadi seorang wirausaha yang


sukses, atau menjadikan seseorang memiliki jiwa kewirausahaan yang baik. Cara
yang paling biasa digunakan seseorang yaitu seperti melakukan pembelajaran. Cara
yang lebih penting bagi seorang wirausaha yaitu dengan pengalaman, pengalama
merupakan guru terbaik dalam segala hal. Pengalaman akan mengarahkan seseorang
untuk melakukan apa yang terbaik

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penyusun merumuskan masalah yang akan


dibahas dalam makalah ini sebagai berikut:

1. Mengetahui pola pikir Kewirausahaan ?

2. Mengetahui karakteristik Kewirausahaan ?

3. Mengkaji ciri-ciri umum Wirausaha yang berhasil ?

4. Mengetahui cara membangun moralitas kewirausahaan ?


1.3 Manfaat

1. Sebagai bahan pembelajaran bagi penulis


2. Sebagai bahan pengetahuan bagi para pembaca.
3. Sebagai materi bagi dosen dan mahasiswa dalam mata pelajaran Dinamika
Kelompok
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definis
Kewirausahaan ialah suatu usaha untuk nilai kreasi melalui kesempatan bisnis,
pengambilan risiko dari suatu peluang dan melalui kemampuan komunikasi dan
manajemen dalam menggerakkan manusia, keuangan dan sumberdaya materi untuk
menghasilkan proyek yang baik (Sumarsono, 2016). Wirausaha berasal dari kata wira
artinya berani, utama, mulia. Usaha berarti kegiatan bisnis komersil maupun non
komersil. Kewirausahaan adalah hal yang menyangkut keberanian seseorang
melakukan kegiatan bisnis atau non bisnis secara mandiri. kewirausahaan merupakan
sikap, jiwa, semangat mulia pada diri seseorang yang inovatif, kreatif, untuk kemajuan
pribadi dan masyarakat (Wibowo, 2012).
Secara sederhana kewirausahaan adalah orang yang berjiwa berani mengambil
resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan. Berjiwa berani mengambil
resiko artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha, tanpa diliputi rasa takut
atau cemas dalam kondisi tidak pasti. Ciri-ciri kewirausahaan yaitu percaya diri,
berorientasi pada tugas dan hasil, pengambilan resiko, kepemimpinan, keorisinilan dan
berorientasi ke masa depan (Utomo, H. 2012).
Pendidikan kewirausahaan merupakan proses penanaman tata nilai melalui
pembiasaan dan pemeliharaan perilaku dan sikap. kewirausahaan pada hakikatnya
adalah sifat, ciri, dan watak seseorang yang memiliki kemauan dalam mewujudkan
gagasan inovatif ke dalam dunia nyata secara kreatif (Kurniawan, R. 2014). Pelaku
kegiatan kewirausahaan disebut wirausahawan (Hardiayanti, 2011).
Wirausahawan diharuskan selalu dapat menghadapi suatu resiko yang akan
dihadapi dalam menjalankan usahanya, Seorang wirausahawan dituntut melakukan
beberapa perubahan dalam hal sumber daya, tenaga kerja, bahan faktor produksi lainya
menjadi hal baru dan lebih besar. Wirausahawan mempunyai cara berpikir yang
berbeda dengan manusia pada umumnya, karena wirausahawan mempunyai motivasi,
panggilan jiwa, persepsi dan emosi yang sangat terkait dengan nilai nilai, sikap dan
perilaku sebagai manusia unggul (Alma, 2011).
Kewirausahaan sosial adalah pemanfaatan perilaku usaha yang lebih
berorientasi untuk pencapaian tujuan sosial. Tidak mengutamakan perolehan laba, atau
yang diperoleh dimanfaatkan kepentingan soaial. Kewirausahaan sosial adalah hal
yang menjadi pegangan misi sosial (Utomo, 2015).
Kewirausahaan berasal dari kata dasar Wira dan Usaha. wirausaha yaitu
merujuk pada sifat, watak, ciri-ciri yang melekat pada seseorang yang mempunyai
kemauan keras untuk mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia nyata dan dapat
mengembangkan nya dengan tangguh (Firdaus, 2017).

2.2 Karakteristik Kewirausahaan


karakter wirausaha, yaitu hasrat akan tanggung jawab, lebih menyukai risiko
menengah, meyakini kemampuannya untuk sukses, hasrat untuk mendapatkan umpan
balik yang sifatnya segera, tingkat energi yang tinggi, orientasi masa depan, menilai
prestasi lebih tinggi daripada uang, komitmen yang tinggi, toleransi terhadap
ambiguitas, fleksibelitas, keuletan (Kusmintarti 2016). Seseorang yang memiliki
kepercayaan diri cenderung memiliki keyakinan akan kemampuannya untuk mencapai
keberhasilan (Kasali, 2010).
Seorang wirausahawan harus memiliki karakteristik berikut ini agar berhasil,
yaitu: (a) rasa percaya diri untuk bekerja secara independent, kerja keras, dan
memahami risiko sebagai bagian dari sukses; (b) kemampuan organisasi, tujuan,
berorientasi, dan memiliki tanggung jawab; (c) kreatif dan selalu mencari celah-celah
untuk kreatifitasnya; (d) menyukai tantangan dan mendapatkan kepuasan pribadi ketika
berhasil mencapai ide-idenya (Hendriani & Nulhaqim, 2009).
Ciri-ciri seorang wirausaha meliputi: memiliki rasa percaya diri berperilaku
pemimpin, memiliki inisiatif, berperilaku kreatif dan inovatif, mampu bekerja keras,
berpandangan luas dan memiliki visi ke depan, berani mengambil risiko yang
diperhitungkan, dan tanggap terhadap saran dan kritik (Wibowo, 2012). seorang
wirausaha yang berhasil harus mempunyai karakteristik kewirausahaan. Karakteristik
tersebut meliputi karakteristik demografi seperti umur dan jenis kelamin, serta latar
belakang individu seperti pendidikan dan pengalaman kerja sebelumnya memiliki
dampak terhadap niat dan upaya entrepreneur (Dewi, 2013).
1. Percaya Diri
Menjelaskan mengenai karakteristik wirausaha percaya diri sebagai
Kepercayaan diri merupakan suatau paduan sikap dan keyakinan seseorang dalam
menghadapi tugas dan pekerjaan. Kepercayaan diri merupakan landasan yang kuat
untuk meningkatkan karsa dan karya seseorang, dan setiap karya yang dihasilkan
akan menumbuhkan dan meningkatkan kepercayaan diri. Menurut Jumaedi,
(2012) kunci keberhasilan dalam bisnis adalah untuk memahami diri sendiri, oleh
sebab itu Wirausaha yang sukses adalah Wirausaha yang mandiri dan Percaya diri.
Menurut Salirawati, (2012) percaya diri diarti kan sebagai sikap yakin akan
kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan
harapannya semaksimal mungkin untuk menyelesaikan tugas-tugas secara mandiri.
Sedangkan menurut Suhardita, (2011) percaya diri adalah keyakinan pada diri
sendiri baik itu tingkah laku, emosi, dan kerohanian yang bersumber dari hati
nurani untuk mampu melakukan segala sesuatu sesuai dengan kemampuannya
untuk memenuhi kebutuhan hidup agar hidup lebih bermakna. Ditambahkan
Majdi, (2012) percaya diri adalah paduan sikap dan keyakinan seseorang dalam
melaksanakan dan menyelesaikan tugas.
Kepercayaan diri pada dasarnya adalah kemampuan dasar untuk dapat
menentukan arah dan tujuan hidupnya. Rasa percaya diri adalah dimensi evaluatif
yang menyeluruh dari diri sehingga rasa percaya diri juga disebut sebagai harga
diri atau gambaran diri. aspek-aspek kepercayaan diri yang positif menurut
Kushartanti, (2009) yaitu keyakinan akan kemampuan diri, optimisme, objektif ,
bertanggung jawab, rasional dan realistis.
Penanaman nilai-nilai potensi kepribadian harus ditingkatkan untuk
memberikan hasil positif. Jumaedi (2012) mengatakan peningkatan percaya diri
dengan cara mengintegrasikan nilai-nilai percaya diri, kreativitas, keberanian
mengambil resiko, berorientasi pada hasil, kepemimpinan, dan kerja keras.
Pernyataan berbeda dikatakan oleh Inggarwati & Kaudin, (2015) yang mengatakan
karakteristik kepribadian seperti percaya diri, extraversion, dan sebagainya tidak
memberikan hasil yang meyakinkan dan konsisten. Tapi pada dasarnya percaya
diri merupakan hal dasar dalam setiap kegiatan.
Percaya diri juga merupakan karakteristik dari seorang wirausaha.
Pernyataan tersebut dikatakan oleh Nurseto, (2004) bahwa wirausaha memiliki
ciri-ciri antara lain: (a) percaya diri; (b) berorientasi pada tugas dan hasil; (c)
pengambil resiko; (d) punya jiwa kepemimpinan; (e) keorisinilan ide- ide; (f)
berorientasi ke masa depan. Pernyataan tersebut didukung oleh Manurung, (2013)
bahwa kewirausahaan proses kreatif dan inovatif hanya dilakukan oleh orang-
orang yang memiliki jiwa dan sikap kewirausahan, yaitu orang-orang yang
percaya diri yakni, optimis dan penuh komitmen, berinisiatif, enerjik dan pecaya
diri.
Wibowo (2012) mengatakan bahwa ciri-ciri seorang wirausaha yaitu
memiliki rasa percaya diri dan mampu bersikap positif terhadap diri dan
lingkungannya. Berperilaku pemimpin, memiliki inisiatif, berperilaku kreatif dan
inovatif, mampu bekerja keras, berpandangan luas dan memiliki visi ke depan,
berani mengambil risiko yang diperhitungkan, dan tanggap terhadap saran dan
kritik. Seorang wirausahawan yang hebat harus memiliki ciri tersebut. Kesuksesan
bukan hanya yang terlihat diluar, tetapi diawali dari dirinya.
Seorang wirausahawan juga harus menilai dan dan memperhatikan hal yang
penting. Menurut Suci, (2009) ada 4 hal penting yang harus diperhatikan oleh
seorang pengusaha agar dapat menguasai kemampuan manajemen yang baik.
Yaitu mempunyai keinginan untuk mencapai tujuan yang kuat, memiliki rasa
percaya diri yang tinggi dalam setiap tindakan dan keputusan yang dilakukan, dan
memiliki sifat keterbukaan terutama yang berkaitan dengan lingkungan sekitarnya.

2. BERORIENTASI PADA TUGAS DAN HASIL


Orientasi kewirausahaan akan memberikan kontribusi yang positip terhadap
penciptaan keunggulan bersaing melalui peningkatan kinerja usaha. Wicaksono &
Nuvriasari, (2012) mengatakan orientasi kewirausahaan dapat ditunjukkan pula
melalui 4 komponen yakni kesiapan menghadapi situasi ketidakpastian,
kemampuan mengkalulasi resiko, tanggung jawab dan kemampuan
menyelesaikan permasalahan usaha. Ditambahkan Mustikowati & Tysari, (2014)
Orientasi kewirausahaan merupakan komponen yang sangat penting dalam
mengembangkan usaha hal terlihat dari pemilik dan pengelola dalam menjalankan
usahanya sudah menunjukkan perilaku inovatif, proaktif dan berani dalam
mengambil resiko.
Mulyani, (2011) mengatakan pola pikir yang selalu berorientasi menjadi
karyawan diputar balik menjadi berorientasi untuk mencari karyawan. Dengan
demikian kewirausahaan dapat diajarkan melalui penanaman nilai-nilai
kewirausahaan yang akan membentuk karakter dan perilaku untuk berwirausaha
agar para peserta didik kelak dapat mandiri dalam bekerja atau mandiri usaha.
Menurut Syaifudin & Sagoro, (2017) Mahasiswa seharusnya setelah lulus tidak
hanya berorientasi untuk mencari kerja, namun juga berusaha untuk menciptakan
lapekerjaan agar bisa membantu pemerintah dalam mengurangi angka
pengangguran.
Berorientasi pada tugas dan hasil mencirikan wirausahawan harus konsen
pada tugas dan hasil dari apa pun pekerjaannya serta harus jelas hasilnya. Menurut
Wiratno, (2012) mengatakan apa yang dilakukan seorang wirausahawan
merupakan usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditargetkan. Keberhasilan
tersebut akan sangat ditentukan oleh motivasi berprestasi, berorientasi pada
keuntungan, kekuatan dan ketabahan/keuletan berusaha, kerja keras, enerjik, dan
inisiatif.
3. Mandiri
Faktor yang mempengaruhi minat berwirausaha adalah sikap mandiri,
motivasi, pengetahuan kewirausahaan. Widayatun (2009) menjelaskan Sikap
adalah keadaan mental dan saraf dari kesiapan yang diatur melalui pengalaman
yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon individu pada
semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya. Slameto (2003)
mengemukakan bahwa sikap merupakan sesuatu yang dipelajari dan bagaimana
individu bereaksi terhadap situasi serta menentukan apa yang dicari individu
dalam kehidupan.
Menurut Hendrawan & Sirine, (2017) mandiri adalah kemampuan yang
ditunjukkan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Pernyataan ini
diperkuat oleh pernyataan Paulina, Dkk., (2012) Sikap mandiri adalah keinginan
dan perilaku seorang yang tidak mudah tergantung pada orang lain untuk
mengerjakan tugas dan tanggungjawabnya.
Berdasarkan definisi sikap dan definisi mandiri dapat disimpulkan sikap
mandiri adalah sebuah tindakan atau reaksi seseorang yang di lakukan terhadap
situasi tertentu dan bisa menentukan apa yang dicari dalam kehidupannya.
Indikator sikap mandiri menurut Paulina, Dkk., (2012) Pengambilan inisiatif,
Mengatasi rintangan lingkungan, Memperbaiki kepribadian, Kepuasan kerja,
Mandiri dalam mengerjakan tugas. Limbong (2010) berpendapat bahwa sikap
mandiri mempunyai pengaruh positif terhadap minat berwirausaha. tetapi
Rosmiati, Dkk., (2015) menyatakan bahwa sikap mandiri tidak berpengaruh
terhadap minat berwirausaha mahasiswa. maka dapat dikatakan sikap mandiri
berpengaruh terhadap minat berwirausaha seorang individu.
Untuk menjadi seorang wirausahawan yang mandiri, menurut Wibowo,
(2012) mengatakan ada 3 jenis modal utama yang menjadi syarat: (1) sumber daya
internal yang merupakan bagian dari pribadi ketrampilan, (2) sumber daya
eksternal, misalnya uang. (3) faktor X, misalnya kesempatan dan keberuntungan.
Kemandirian akan memberikan hasil yang signifikan terhadap usaha yang
dilalui. Akan selalu ada hal yang bisa dijadikan latihan jiwa mandiri bagi seorang
wirausahawan. Menurut Suprihanto & Armawi, (2016) mengatakan Indikator
strategi pengembangan dalam mewujudkan wirausahawan mandiri berupa
motivasi dan kreativitas telah mampu dilakukan baik oleh para pemuda, namun
dari segi persaingan usaha dan perubahan pasar masih menemui hambatan berupa
penetapan harga produk.
4. Berinisiatif
Sikap inisiatip dalam kewirausahaan adalah hal yang perlu dilakukan oleh
individu untuk mencapai hasil yang baik. Inisiatif akan memberikan hasil yang
lebih unggul ketimbang hanya diam memantau. Menurut Ghozali (2019)
kemampuan berinisiatif adalah mengerjakan sesuatu yang baik tanpa menunggu
perintah orang lain yang dilakukan secara berulang-ulang sehingga dalam jangka
panjang menumbuhkan kebiasaaan berinisiatif yang akan menghasilkan kreativitas
dan inovasi.
Mustikowati & Tysari, (2014) mengatakan Inovasi merupakan komponen
yang sangat penting dalam upaya pengembangan usaha. Tanpa adanya inovasi,
suatu usaha akan sulit untuk dapat bersaing dengan perusahaan lain. Pernyataan
tersebut didukung oleh Hadiyati, (2011) menyatakan bahwa Inti dari
kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan
berbeda melalui berpikir kreatif dan bertindak inovatif untuk menciptakan
peluang.
Seorang wirausahawan yang memiliki jiwa yang selalu berinisiatif akan
selalu menciptakan hal yang diperlukan orang lain. Menurut Suhermini & Safitri
(2010) mengatakan kewirausahaan sebagai suatu proses penerapan kreativitas dan
inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk
memperbaiki kehidupan. Intinya dengan pikiran-pikiran yang dikeluarkan akan
memberikan suatu hal yang berharga baik bagi individu maupun masyarakat luas.
Inti dari kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang
baru dan berbeda melalui pemikiran kreatif dan tindakan inovatif demi terciptanya
peluang (Saragih, 2017). Peluang tersebut bias menjadi langkah untum menjadi
wirausaha yang berjiwa luhur. Seorang wirausahawan akan selalu terus bekerja
keras untuk mencapai hasil yang baik. Hal tersebut juga dikatakan oleh Hasan, M.
(2018) bahwa wirausaha yang kreatif akan senantiasa bekerja keras dan terus
menerus untuk memperbaiki gagasan dan solusi, dengan melakukan perubahan
dan penyempurnaan bertahap terhadap karya mereka.
5. Berpikir Kedepan
Berpikir kedepan diperlukan untuk memandang atau memperkirakan hasil
atau hal yang akan terjadi di masa depan. Menurut Pailis, (2017) mengatakan
berorientasi ke masa depan adalah perspektif, selalu mencari peluang, tidak cepat
puas dengan keberhasilan, dan berpandangan jauh ke depan. Sedangkan Purwanti,
(2013) mengatakan bahwa orientasi ke masa depan wiraswastawan adalah
melakukan perencanaan dan berpikir kedepan, mencari dan mengantisipasi
kemungkin an yang terjadi jauh di masa depan.
Berpikir ke depan yaitu menyiapkan apa yang harus dilakukan oleh seorang
wirausaha. Seorang wirausaha yang selalu berpikir kedepan akan selalu berpikir
kritis terhadap segala sesuatu yang dikerjakan. Hal yangharus dilakukan menurut
Sahulata, (2012) yaitu selalu ingat bahwa yang kita hadapi adalah masa depan,
karena itu buat prediksi tentang kondisi masa depan yang terkait dengan tugas.
Seorang wirausahawan harus memiliki sikap yang mpasti. Menurut
Alimudin, A. (2015) sikap wirausaha yang harus dimiliki yakni keberanian
mengambil resiko, mampu melihat masa depan dan menciptakan peluang.
Wirausahawan mampu melakukan modifikasi produk dengan memberikan nilai
tambah bagi konsumen,sehingga menciptakan perbedaan dengan pesaing.
Seorang wirausahawan hendaknya seorang yang mampu menatap masa
depan dengan lebih optimis. Melihat ke depan dengan berfikir dan berusaha.
Usaha memanfaatkan peluang dengan penuh perhitungan. Orang yang berorientasi
ke masa depan adalah orang yang memiliki persepktif dan pandangan kemasa
depan. Karena memiliki pandangan jauh ke masa depan maka ia akan selalu
berusaha untuk berkarsa dan berkarya (Ranto, 2016).
2.3 CARA MEMBANGUN MORALITAS KEWIRAUSAHAAN
1. Dream (Mimpi)
Wirausaha harus mempunyai mimpi terhadap keinginan masa depan
pribadi dan bisnis serta mampu mewujudkan mimpinya. Hal ini merupakan
motivasi yang kuat untuk mulainya suatu usaha. Impian adalah ambisi dari
dalam diri manusia yang menjadi penggerak untuk maju (Manullang, 2011).
Sujana (2009) menambahkan bahwa dalam hal pencapaian suatu tujuan diperlukan
suatu perencanaan dan tindakan yang nyata untuk dapat mewujudkannya. Secara
umum bisa dikatakan bahwa visi dan misi adalah suatu konsep perencanaan yang
disertai dengan tindakan. Sedangkan yang dimaksud dengan misi menurut Ali
(2011) adalah pernyataan tentang apa yang harus dikerjakan oleh suatu lembaga
atau perusahaan dalam usahanya untuk mewujudkan visi itu sendiri. Misi usaha
adalah cara mencapai tujuan dan alasan mengapa usaha itu ada. Misi juga akan
memberikan arah sekaligus batasan dalam proses pencapaian tujuan.
Impian akan mempengaruhi pikiran bawah sadar seseorang. Bahkan
impian dapat menjamin keberhasilan, karena senantiasa menjadi sumber motivasi
hingga mencapai tujuan atau menggapai tujuan selanjutnya. Dorongan
motivasi itulah yang akan menggerakkan tubuh dan mengatur strategi yang
harus ditempuh, misalnya bagaimana mencari informasi dan menjalin komunikasi
maupun bekerjasama dengan orang lain (Suad, 2011). Tingkat kemampuan
kewirausahaan dalam menghadapi rasa takut lebih kompleks: Mempunyai mimpi
dan orientasi bisnis berskala besar atau skala industry (Ardiansyah, 2018).
Menjadi seorang entrepreneur harus memiliki sebuah mimpi yang besar
untuk memulainya. Mimpi yang besar memotivasi diri kita untuk menggapai
sebuah hal (Gede. Dkk., 2019). tentang para gender. Mereka cenderung terlibat
dalam suatu aktifitas yang biasa disebut pekerja wanita yang terpaksa untuk
berbisnis karena kebutuhan ekonomi (unfaqiroh, 2016). Mengenai mimpi seringkali
seorang individu mau melakukan beberapa hal agar mendapatkan apa yang dia
inginkan.
2. Decisiveness (Ketegasan)
Karakter wirausaha harus memiliki jiwa tegas yang harus ditanamkan
didalam hatinya. Decisiveness (tegas), yaitu seorang wirausaha adalah orang yang
tidak bekerja lambat. Kecepatan dan ketepatan mengambil adalah faktor kunci
dalam kesuksesan bisnisnya (Karyanta, Dkk., 2010). Menuut Yolanda, (2014)
ketegasan (decisiveness), yakni tidak menangguhkan waktu dan membuat
keputusan dengan cepat. Ketegasan dilakukan sesuai dengan penalaran terlebih
dahulu bukan sesuai keinginan dan tanpa pertimbangan.
Ketegasan merupakan hal yang diperlukan dalam pengambilan ide dan
langkah usaha. Pengambilan ide tersebut tidak diubah dan dijalankan untuk
mendapatkan hasil yang sesuai keinginan. Menurut Arie (2012) mengatakan bahwa
ketegasan yang dimaksud tentu didukung oleh berbagai data dan kerangka berfikir
yang logis. Sehingga pada akhirnya para wirausahawan mulai memperhatkan
bisnisnya terus berjalan dan bersikap tegas yang menunjukan pengaruh mereka
dalam setiap bisnis yang dijalankan (Suryana, 2010). Kelogisan dalam menentukan
sikap itulah yang akan membawa kepada apa yang diinginkan.
Ketegasan di gunakan dalam berbagai hal dalam setiap aktivitas
kewirausahaan. Ketegasan juga digunakan dalam sistem kerja yang memiliki
tantangan. Salah satu tantangan dalam melakukan pengendalian adalah mengukur
kinerja aktual (Timpe, 2011). Selain hal itu juga ada beberapa hal yang sering
terjadi di lapangan atau pada kegiatan wirausaha. Hal tersebut biasanya mengenai
sikap seseorang wirausaha yang berkaitan dengan karakter. Karakter individu kerap
kali dikaitkan dengan bakat berbisnis. Jika terlalu baik hati atau cenderung tak tega
dengan orang lain dianggap tidak cocok menjalani usaha karena kurangnya
ketegasan bisa membuat usaha rugi (Diana, 2010).
Ketegasan perlu diimpletasikan dalam proses berwirausaha untuk mencapai
impian. Ketegasan dilakukan dalam setiap jalan yang ia lalui untuk mencapai
tujuan tersebut. Seorang wirausaha jika menemukan suatu peluang dia tidak akan
membuangnya dan mengabaikannya. Ia tidak menunda-nunda waktu untuk
mencapai impiannya. Ia mengambil keputusan secara cepat dan akhirnya dapat
menikmati hasil kerja kerasnya (Diana, 2010).
3. DOES (PELAKU)
Pelaku adalah seseorang yang melakukan suatu usaha untuk mencapai suatu
tujuan. Doers (pelaku usaha), yaitu seorang wirausaha dalam membuat keputusan
akan langsung menindaklanjuti. Mereka melaksanakan kegiatannya secepat
mungkin dan tidak menunda-nunda kesempatan yang baik dalam bisnisnya (Utami,
2016). Menurut Yolanda (2014) Pelaku (doers), yakni melaksanakan secepat
mungkin. Melakukan kegiatan tersebut tanpa adanya tundaan dan adanya rasa
enggan tetapi harus tetap semangat.
Menurut Surya (2010) pada dasarnya terdapat tiga pelaku bisnis, yaitu:
Pedagang : orang yang memelakukan usaha, pembisnis atau pengusaha : orang
yang melakukan bisnis, entrepreneur : orang yang melakukan wirausaha. Ketiga
pelaku bisnis tersebut memiliki peranan penting dalam melakukan wirausaha untuk
tercapainya tujuan. Tiga kemampuan yang harus dikuasai ole pelaku usaha menurut
Sujana (2009): Kemampuan Teknik, yaitu kemampuan memproduksi barang/jasa.
Kemampuan pemasaran, yaitu kemampuan menemukan pasar dan pelanggan serta
harga yang tepat. Kemampuan Finasial, yaitu kemampuan memperoleh sumber
dana serta mengembangkan relasi dan kemampuan komunikasi serta negosiasi.
Apapun itu, seorang pelaku usaha harus mempunyai hubungan kerjasama dengan
masyarakat dalam melakukan usahanya agar usaha peternakanya sukses (Dwi,
2012).
Karena itu, pelaku usaha berperan penting menentukan arah kemana dan
bagaimana perusahanya itu akan bergerak sehingga tujuan yang diimpikan akan
terwujud. Peranan tersebut juga harus diperhatiakan agar mempunyai arti yang
lebih baik dan lebih bermanfaat.
Wirausaha adalah perintis dan pengembang perusahaan yang berani
mengambil resiko dalam menghadapi ketidakpastian dengan cara mengelola
sumber daya manusia, material, dan keuangan untuk mencapai tingkat
keberhasilan tertentu yang diinginkan. (Suryana, 2013). Seorang wirausaha
dalam membuat keputusan akan langsung menindaklanjuti. Mereka melaksanakan
kegiatannya secepat mungkin. Seorang wirausaha tidak mau menunda-nunda
kesempatan yang baik dalam bisnisnya (Kasali, 2010).
Lebih lanjut dalam Patir (2010) dijelaskan bahwa wirausaha adalah
orang-orang yang mempunyai sifat-sifat kewiraswaswtaan / kewirausahaan :
keberanian mengambil risiko, keutamaan, kreatifitas dan keteladanan dalam
menangani usaha atau perusahaan dengan berpijak pada kemauan dan kemampuan
sendiri. Seorang wirausaha haruslah seorang yang mampu melihat ke depan,
artinya melihat/memandang, berpikir dengan penuh perhitungan, mencari
pilihan dari Berbagai alternative pilihan dan pemecahannya dengan harapan bisa
meminimalisasi setiap kesalahan yang kemungkinan akan muncul sehingga
terhindar dari kesalahan yang fatal.

4. Determination (Ketetapan Hati)


Ketetapan hati merupakan ketetapan pilihan yang diambil oleh seorang
wirausaha. Menurut Karyanta, Dkk., (2010) determination (ketetapan hati), yakni
komitmen total, pantang Menyerah. Sedangkan menurut Yolanda, (2014)
Ketetapan hati (determination), yakni komitmen total, pantang menyerah untuk
mencapai tujuan. Determination (ketetapan hati) yaitu seorang wirausaha
melaksanakan kegiatannya dengan penuh perhatian (Utami, 2016). Pernyataan di
atas memberikan pengertian bahwa ketetapan hati merupakan komitmen mengenai
keputusan dan pantang menyerah dalam melakukan kegiatan dengan penuh
perhatian.
Menurut Dwi (2012) seorang wirausaha harus melaksanakan semua proses
dalam kegiatannya dengan penuh perhatian, rasa tanggung jawab yang tinggi dan
tidak mudah menyerah. Penerapan jiwa tersebut akan menanamkan jiwa yang
lebih profesional dan membawa pada suatu hasil tujuan. karakteristik para
wirausahawan yang baik dan perlu dikembangkan agar bisa menemukansikap
keras pantang menyerah dan ulet yaitu sebagai berikut: a. Kera keras, ulet dan
disiplin. b. Mandiri dan realistis. c. Prestatif dan komitmen tinggi. d. Belaar dari
pengalaman. e. Berfikir positif dan bertanggung jawab. f. Memperhitungkan resiko
usaha (Resmi, 2013).
Selain wawasan dan doktrin berwirausaha yang dapat mempengaruhi minat
bewirausaha kaum santri, kehidupan santri yang mandiri juga dapat menjadi faktor
penentu untuk menjadi seorang entrepreneur; di mana ia harus memiliki tekad dan
ketetapan hati yang kuat untuk mandiri, meskipun orang-orang bertekad
menghalangi mengkhawatirkannya, ataupun menyepelekannya (Ulfa. 2015).
Semangat Kewirausahaan adalah suatu sikap unggul, pantang menyerah
yang timbul dari dalam diri. Minat adalah keinginan diri terhadap sesuatu yang
ingin dicapai (Yusuf, & Hamzah, 2016). Kemampuan memotivasi diri
Kemampuan memotivasi diri dalam menumbuhkan tekad, semangat dalam
melakukan kegiatan usaha. Kemampuan memotivasi diri sangat ditentukan oleh
locus of control dalam diri wirausaha (Yolanda, 2014). Kemampuan tersebut
harus dipergunakan dan di jalankan dengan penuh sikap yang profesional.

5. Dedication (Dedikasi)
Dedikasi dalam proses wirausaha perlu dilakukan agar memberikan hal yang
unik dan memberi kesan baik bagi orang lain. Dedikasi (dedication), yakni
berdedikasi total, tidak kenal lelah (Yolanda, 2014). Pernyataan ini hampir sama
dengan pernyataan Karyanta, Dkk., (2010) Dedication (dedikasi), yakni dedikasi
total, tidak kenal lelah dalam menggapai usaha.
Hal lain juga disampaikan oleh Utami, (2016) mengatakan dedication
(pengapdian) yaitu seorang wirausaha dedikasi terhadap bisnisnya sangat tinggi,
kadang-kadang mengorbankan kepentingan keluarga untuk sementara, tidak
mengenal lelah dan semua perhatian dan kegiatannya dipusatkan semata-mata
untuk kegiatan bisnisnya. Pengertian dedikasi menurut Toto (2014) yaitu suatu
pengorbanan tenaga, pikiran dan waktu demi keberhasilan suatu usaha yang
mempunyai tujuan yang mulia. Seorang wirausaha yang cerdas itu mempunyai
dedikasi yang tinggi terhadap bisnisnya, karena dedikasi yang tinggi maka
kesuksesan akan selalu menghampirinya. Dedikasi seorang wirausaha terhadap
bisnisnya sangat tinggi,kadang-kadang dia mengorbankan hubungan
kekeluargaan, melupakan hubungan dengan keluarganya untuk sementara. Semua
perhatian dan kegiatannya dipusatkan semata-mata untuk kegiatan bisnisnya
(Timpe, 2011)
Wirausaha memiliki beberapa faktor dalam menuju keberhasilan usaha.
Sedangkan faktor keberhasilan adalah: a. Pengelola usaha mempunyai tipe ulet dan
pekerja keras. b. Pengelola usaha mempunyai tujuan dan dedikasi yang tinggi.c.
Pengelola usaha mempunyai komitmen (Jumaedi, H. 2012). Kemampuan perlu
dimiliki oleh seorang wirausaha agar mencapai tujuan. Kemampuan wirausahawan
adalah melaksanakan pekerjaan yang selalu lebih baik dari sebelumnya dengan
mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja baru, memanfaatkan teknologi baru
dengan penggunaan sumber daya dan waktu secara efisien untuk meraih kinerja
dan memberi manfaat bagi pribadi, masyarakat dan negara, dan tidak semata-mata
untuk memperoleh keuntungan pribadi (Sudaryana, 2011).
Seorang wirausaha harus memiliki kepribadian dalam keseharian. maka
wirausahawan harus berkepribadian kuat dan memiliki moral tinggi, sikap mental
wirausaha, kepekaan terhadap lingkungan, serta ketrampilan wirausaha (Suratmi,
& Ika, 2013). Seorang wirausaha harus tetap berdedikasi dalam setiap kegiatan
yang dilakukan. Pekerjaan harus dilakukan dengan kerja keras dan dedikasi tidak
hanya sekedar hobby karena jika sekedar hobby hasilnya tidak akan maksimal
(Anggoro. 2017).
6. Devotion (Kesetiaan)
Devotion (kesetian), yaitu mencintai pekerjaan bisnisnya dan produk yang
dihasilkan (Utami, 2016). Menurut penjelasan Yolanda, (2014) Devotion
(kesetiaan), yakni mencintai apa yang dikerjakan Kesetiaan (devotion), yakni
mencintai apa yang dikerjakan. Kesetiaan tersebut ditujukan pada kegiatan yang
berhubungan dengan wirausaha. Kesetiaan tidak terbatas pada melakukan hal yang
berhubungan terus dengan pekerjaan di tempat, tetapi kesetiaan juga merujuk
bagaimana caranya kita mencintai dan menyikapi setiap pekerjaan yang kita
lakukan
.
7. Devotion (Kesetiaan)
Pengertian mengenai kesetiaan juga disampaikan oleh Syafak, (2017)
Devotion (Kesetiaan), mencintai usaha mereka sehingga efektif dalam menjual
produk bagi kemajuan usahanya. Pengertian tersebut memberikan gambaran
mengenai kecintaan usaha yang dilakukan dengan penuh perhatian. Perhatian
tersebut sebagai input ditujuan untuk kemaksimalan autput atau untuk
mendapatkan hasil. Pernyataan tersebut juga memberikan hal bahwa dari hasil
output digunakan kembali untuk usaha sebagai bentuk rasa kecintaan.
Seorang wirausahawan haruslah menikmati, mencintai dengan sepenuh hati
apapun jenis usaha yang dikerjakanya. Menurut Kamus Besar bahasa Indonesia
(2011) kesetiaan yaitu berpegang teguh, patuh, taat bagaimanapun berat tugas yang
dijalankanya. Kesetiaan tidak hanya kesetiaan dari pemilik usaha, tetapi juga
klesetiaan dari pihak lain. Menurut Ulfah, (2012) mengatakan model kesetiaan
dalam berbisnis adalah sebuah modal bisnis yang dipergunakan dalam menejemen
strategi agar meningkatkan kesetiaan pelanggan dan pihak lain agar tujuan
perusahaan terpenuhi. Devotion yang mempunyai arti kesetiaan atau ketaatan, jadi
seorang wirausaha dalam menjalankan usahanya harus setia dan taat sesuai dengan
peraturan yang telah dibuatnya sendiri (Margono, 2012). Hal-hal tersebut
digunakan atau dipatuhi sebagai bukti kesetiaan pada apa yang telah kita lakukan
dan kita buat. Happy (2012)
menambahkan bahwa apabila usaha anda ingin maju dan sukses maka sebagai
seorang wirausahawan kita harus loyal dan setia dalam melakukan pekerjaan,
selain itu kita harus dapat membuat konsumen setia mengkonsumsi prosuk kita
dengan berbagai strategi.

8. Details (Terperinci)
Details (detil), yaitu seorang wirausaha sangat memerhatikan faktor-faktor
kritis secara rinci (Utami, S. 2016). Terperinci (details), yakni menguasi rincian
bersifat kritis (Yolanda, 2014). Karyanta, Dkk., (2010) juga mengatakan hal yang
sama details (terperinci), yakni menguasai rincian kewirausahaan yang bersifat
kritis. Terperinci atau detail dalam kegiatan berwirausaha perlu dilakukan untuk
menjaga setiap kemungkinan yang tidak dinginkan.
Terperinci yaitu teliti, seksama, tepat dalam merencanakan suatu usahanya
(Ulfah, 2012). Miftakhul (2010) menambahkan bahwa untuk mencapai kesuksesan
seorang wirausahawan harus berpikir details (terperinci) karena ketika menjalankan
suatu usahanya, keuangan dan perencanaan harus dipikirkan secara details. Seorang
wirausahawan juga diharuskan memperhatikan faktor-faktor kritis secara rinci. Dia
harus memperhatikan faktor-faktor sekecil apapun yang dapat menghambat
kegiatan usahanya.
Wirausaha adalah seorang pembuat keputusan yang membentuk
terbentuknya sistem ekonomi perusahaan bebas. Sebagian besar pendorong
perubahan nyata, inovasi tinggi dan kemajuan pada perekonomian wirausaha
akan berasal dari para wirausaha yang merupakan orang-orang yang memiliki
kemampuan untuk mengambil resiko dan mempercepat pertumbuhan ekonomi
(Chandra, 2011). Seorang wirausaha sangat memperhatikan faktor-faktor kritis
secara rinci. Dia tidak mau mengabaikan faktor-faktor kecil yang dapat
menghambat kegiatan usahanya. Faktor kecil yang tak terkendalikan nantinya akan
menjadi penghambat dalam suatu tujuan.
9. Details (Terperinci)
Details (detil), yaitu seorang wirausaha sangat memerhatikan faktor-faktor
kritis secara rinci (Utami, S. 2016). Terperinci (details), yakni menguasi rincian
bersifat kritis (Yolanda, 2014). Karyanta, Dkk., (2010) juga mengatakan hal yang
sama details (terperinci), yakni menguasai rincian kewirausahaan yang bersifat
kritis. Terperinci atau detail dalam kegiatan berwirausaha perlu dilakukan untuk
menjaga setiap kemungkinan yang tidak dinginkan.
Terperinci yaitu teliti, seksama, tepat dalam merencanakan suatu usahanya
(Ulfah, 2012). Miftakhul (2010) menambahkan bahwa untuk mencapai kesuksesan
seorang wirausahawan harus berpikir details (terperinci) karena ketika menjalankan
suatu usahanya, keuangan dan perencanaan harus dipikirkan secara details. Seorang
wirausahawan juga diharuskan memperhatikan faktor-faktor kritis secara rinci. Dia
harus memperhatikan faktor-faktor sekecil apapun yang dapat menghambat
kegiatan usahanya.
Wirausaha adalah seorang pembuat keputusan yang membentuk
terbentuknya sistem ekonomi perusahaan bebas. Sebagian besar pendorong
perubahan nyata, inovasi tinggi dan kemajuan pada perekonomian wirausaha
akan berasal dari para wirausaha yang merupakan orang-orang yang memiliki
kemampuan untuk mengambil resiko dan mempercepat pertumbuhan ekonomi
(Chandra, 2011). Seorang wirausaha sangat memperhatikan faktor-faktor kritis
secara rinci. Dia tidak mau mengabaikan faktor-faktor kecil yang dapat
menghambat kegiatan usahanya. Faktor kecil yang tak terkendalikan nantinya akan
menjadi penghambat dalam suatu tujuan.
10. Details (Terperinci)
Details (detil), yaitu seorang wirausaha sangat memerhatikan faktor-faktor
kritis secara rinci (Utami, S. 2016). Terperinci (details), yakni menguasi rincian
bersifat kritis (Yolanda, 2014). Karyanta, Dkk., (2010) juga mengatakan hal yang
sama details (terperinci), yakni menguasai rincian kewirausahaan yang bersifat
kritis. Terperinci atau detail dalam kegiatan berwirausaha perlu dilakukan untuk
menjaga setiap kemungkinan yang tidak dinginkan.
Terperinci yaitu teliti, seksama, tepat dalam merencanakan suatu usahanya
(Ulfah, 2012). Miftakhul (2010) menambahkan bahwa untuk mencapai kesuksesan
seorang wirausahawan harus berpikir details (terperinci) karena ketika menjalankan
suatu usahanya, keuangan dan perencanaan harus dipikirkan secara details. Seorang
wirausahawan juga diharuskan memperhatikan faktor-faktor kritis secara rinci. Dia
harus memperhatikan faktor-faktor sekecil apapun yang dapat menghambat
kegiatan usahanya.
Wirausaha adalah seorang pembuat keputusan yang membentuk
terbentuknya sistem ekonomi perusahaan bebas. Sebagian besar pendorong
perubahan nyata, inovasi tinggi dan kemajuan pada perekonomian wirausaha
akan berasal dari para wirausaha yang merupakan orang-orang yang memiliki
kemampuan untuk mengambil resiko dan mempercepat pertumbuhan ekonomi
(Chandra, 2011). Seorang wirausaha sangat memperhatikan faktor-faktor kritis
secara rinci. Dia tidak mau mengabaikan faktor-faktor kecil yang dapat
menghambat kegiatan usahanya. Faktor kecil yang tak terkendalikan nantinya akan
menjadi penghambat dalam suatu tujuan.
Pernyataan lain dinyatakan oleh Hidayat, (2010) menyatakan bahwa
wirausaha adalah orang yang pandai dan berbakat mengenali produk baru
yang bermanfaat bagi masyarakat, menentukan cara produksi baru tersebut,
menyusun operasi (tindakan) untuk pengadaan produk baru, memasarkan, dan
mengatur permodalan operasinya suatu produk untuk dipasarkan. Selain itu,
seorang wirausaha tidak boleh kecolongan dan tidak boleh ceroboh. Selain detail
dalam masalah perincian keuangan dan memikirkan jalannya suatu usaha secara
terperinci juga seorang wirausahawan dituntut untuk dapat melihat dan memonitori
masalah serta dapat memecahkan dan menyelesaikan masalahnya tersebut secara
detail agar masalah tersebut dapat menjadi bahan pertimbangan atau evaluasi untuk
kedepannya (Ulfah, 2012).
11. Destiny (Nasib)
Destiny (takdir), yaitu bertanggung jawab terhadap nasib dan tujuan yang
hendak dicapainya, bebas dan tidak mau tergantung kepada orang lain (Utami, S.
(2016). Nasib (destiny), yakni bertanggungjawab atas nasib sendiri yang hendak
dicapainya (Yolanda, 2014). Nasib seseorangyakni bertanggung jawab atas sendiri
mengenai suatu pilihan yang hendak dicapainya (Karyanta, Dkk., 2010).
Nasib yang dimaksud disini yaitu seorang wirausahawan bertanggung jawab
atas nasib dan tujuan yang hendak dicapai dan dia mempunyai sifat tidak mau
bergantung pada orang lain (Dwi, 2012). Ditambahkan oleh Anita, (2014). Nasib
yang baik akan didapatkan apabila kinerja yang dia lakukan baik. Begitupun
sebaliknya, kinerja yang biasa saja akan mendatangkan nasib yang biasa saja juga.
Maka dari itu, semua terganung kepada pelaku usahanya itu sendiri. Seorang
wirausahawan sukses tidak boleh bergantung pada orang lain. Ia harus mempunyai
keyakinan dan percya diri akan nasib usahanya. Biasanya orang yang tidak
mempunyai tujuan yang jelas akan bergantung kepada orang lain dan menjadi ekor
orang yang mempunyai tujuan yang jelas (Hanifah, 2014). Sikap tersebut akan
mengakibatkan pergerakan atau langkah yang akan terbatas dan tidak bisa
mengembangkan diri dengan luas
Wirausaha bukan hanya sekedar keberuntungan, tetapi juga mengenai
seberapa keras seseorang menjalankan suatu usaha yang ditekuninya. Menurut
Cahyono (2013), wirausahawan manusia teladan, yang mampu berdiri sendiri
di sektor swasta dengan mengandalkan kemampuan sendiri. Menjadi
wirausahawan bukan nasib buruk, tetapi tingkat kemampuan yang lebih melekat
pada nasib seseorang. Menurut Amir, (2010) seorang wirausaha bertanggung jawab
terhadap nasib dan tujuan yang hendak dicapainya. Dia merupakan orang yang
bebas dan tidak mau tergantung kepada orang lain.
12. Dollars (Uang)
Uang (dollars), yakni kaya bukan motivator utama, uang lebih berarti
sebagai ukuran sukses. (Yolanda, 2014). Dollars (uang), yakni kekayaan bukan
motivasi dan parameter utama, uang lebih berarti sebagai ukuran sukses seseorang
(Karyanta, Dkk., (2010). Menurut Utami, S. (2016). Dollars (dolar), yaitu seorang
wirausaha tidak menguatamakan mencapai kekayaan, motivasinya bukan karena
uang. Uang dianggap sebagai ukuran kesuksesan bisnisnya dan berasumsi jika
berhasil dalam bisnisnya maka ia pantas mendapat laba, bonus, atau hadiah.
Hakikatnya uang bukanlah hal primer tetapi bisa gigunakan sebagai parameter.
Menurut Dwi (2012), seorang wirausahawan menganggap bahwa uang
hanya sebagai ukuran kesuksesan bisninsnya saja. Dia berasumsi bahwa jika ia
berhasil dalam bisnisnya maka ia pantas mendapat laba, bonus, atau hadiah.
Seorang wirausahawan tidak mengutamakan mencapai kekayaan, banyak memiliki
uang, memiliki ketenaran dan kekuasaan. Semua itu dia anggap bukanlah sebagai
tujuan utama atau prestasi yang dianggap penting. Motivasinya bukan untuk
memperoleh semua itu. Semua itu hanya sebagai hasil kerja sekunder dari gairah
kerja dan panggilan pribadinya.
Marikyon (2014) menambahkan bahwa ada 4 modal penting dalam
membangun sebuah bisnis yaitu ide brilian, semangat dan kerja keras, percaya diri
yang tinggi, serta mimpi yang besar. Modal tersebut merupakan beberapa hal dasar
yang harus ditanamkan demi mencapai tujuan yang berhasil. Pendapat lain dating
dari hakim (2009) yang mengatakan bahwa uang dalah sumber daya tetap tapi tidak
pernah dijadikan sebagai tujuan akhir. 2011).

13. Distribute (Distribusi)


Distributif (distribusi), yakni mendistribusikan kepemilikan masa depan dan
kemampuan mencapai visi tersebut (Karyanta, Dkk., 2010). Distributi yaitu
bersedia mendistribusikan kepemilikan bisnisnya kepada orang kepercayaannya
yaitu orang-orang yang kritis dan mau diajak untuk mencapai sukses dalam bidang
bisnis (Utami 2016). Menurut Eko (2010) distribusi merupakan suatu proses yang
menunjukan penyaluran barang yang dibuat dari produsen agar sampai kepada para
konsumen yang tersebar luas.
Seorang wirausahawan harus bersedia mendistribusikan kepemilikan
bisnisnya kepada orang kepercayaannya, yaitu orang-orang yang kritis dan mau
diajak mencapai sukses dalam bidang bisnis (Dwi, 2012). Selain itu distribusi juga
merupakan kegiatan yang menjembatani suatu produksi dan konsumsi suatu barang
agar bisa ditawarkan (Marinkyon, 2014). Strategi dalam pendistibusian berkenaan
dengan penentuan dan manajemen penyaluran distribusi yang digunakan oleh
produsen untuk memasarkan barang dan jasanya, sehingga produk tersebut dapat
sampai ditangan konsumen sesuai dengan sasaran dan jumlah yang sesuai serta
terhadap jenis yang dibutuhkan oleh konsumen itu sendiri (Eko, 2010). Menurut
Marinkyon, (2014). Orang yang sukses adalah orang yang dapat membuat orang
yang berada disekelilingnya juga mencapai sukses. Seorang wirausahawan dituntut
agar dapat menyalurkan ilmu dan pengalamanya kepada orang lain. Karena ini
merupakan salah satu kunci untuk menentukan kesuksesan bisnisnya.
Distribusi menurut Indriantono (2009) adalah kegiatan penyampaian produk
dari produsen sampai kepada konsumen sebagai pemakai akhir. Seorang wirausaha
bersedia mendistribusikan kepemilikan bisnisnya kepada orang orang
kepercayaannya itu yaitu orang-orang yang kritis dan mau diajak mencapai sukses
dalam bidang bisnisnya. Saluran distribusi terdiri dari berbagai badan / lembaga
yang saling tergantung dan saling berhubungan yang berfungsi sebagai suatu
system/ jaringan (Kohli, 2010).
Sebagai instrument kebijakan perusahaan menurut Ferdinand (2009),
kebijakan distribusi dapat digunakan untuk memanajemeni persaingan dibawah
asumsi bahwa semakin tinggi intensitas distribusi diterapkan, akan semakin
kokoh kekuatan yang dimilki dan semakin besar kemungkinan bahwa barang
atau jasa yang ditawarkan dapat dijual pada pasar target tertentu.
Sebagai instrument kebijakan perusahaan menurut Ferdinand (2009),
kebijakan distribusi dapat digunakan untuk memanajemeni persaingan dibawah
asumsi bahwa semakin tinggi intensitas distribusi diterapkan, akan semakin
kokoh kekuatan yang dimilki dan semakin besar kemungkinan bahwa barang
atau jasa yang ditawarkan dapat dijual pada pasar target tertentu.
KESIMPULAN

1. Kewirausahaan adalah seseorang yang dapat mengendalikan alat produksi meliputi

bahan bakunya, melalui kreatifitasnya, individunya, kerja keras dan berani beresiko.

Wirausaha sendiri adalah sesuatu yang dapat dijual dan dapat menghasilkan

pendapatan.

2. Karakteristik yang harus dimiliki seorang wirausaha yaitu percaya diri, berorientasi

pada tugas dan hasil, mandiri, berinisiatif dan berpikiran kedepan.

3. Ciri-ciri umum seorang wirausaha yaitu memiliki tujuan yang berkelanjutan, ketekunan

dan ketabahan dalam mencapai mimpi, dapat mengatasi kegagalan, berani mengambil

resiko, memiliki kemampuan memecahkan masalah, memiliki stamina dan kesehatan

fisik yang bagus.

4. Cara membangun moralitas kewirausahaan yaitu harus memiliki mimpi, ketegasan,

pelaku wirausaha, ketetapan hati, dedikasi, terperinci, nasib yang baik, uang yang

memadai,distribusi barang.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmady, N. 2013. Pesantren dan Kewirausahaan: Peran Pesantren Sidogiri Pasuruan


Dalam Mencetak Wirausaha Muda Mandiri. Peneliian Individu. Fakultas Dakwah
Iain Sunan Ampel Surabaya.
Chrismardani, Y. 2016. Model Pembelajaran Kewirausahaan Yang Berkelanjutan. Eco-
Entrepreneur, 2(1), 106-119.

Daryanto. 2012. Pendidikan Kewirausahaan. Gava Media. Yogyakarta.

Dewi, N. L. A., Suwena, K. R., Sujana, I. N., & Si, M. 2016. Pengaruh Sikap
Kewirausahaan terhadap Kemampuan Mengelola Usaha pada Peserta Program
Mahasiswa Wirausaha (PMW) UNDIKSHA Tahun 2015. Jurnal Pendidikan
Ekonomi Undiksha, 7(2).
Kusmintarti, A. 2016. Karakteristik wirausaha memediasi pengaruh pendidikan
kewirausahaan terhadap sikap kewirausahaan. In Prosiding Industrial Research
Workshop and National Seminar.  7(1)138-146.
Lestari, A., Hasiholan, L. B., & Minarsih, M. M. 2016. Pengaruh Sikap Mandiri,
Lingkungan Keluarga dan Motivasi terhadap Minat Berwirausaha para Remaja (Studi
Empiris di Desa Jamus Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak). Journal of
Management, 2(2).1-13

Anda mungkin juga menyukai