PENDAHULUAN
5. Dedication (Dedikasi)
Dedikasi dalam proses wirausaha perlu dilakukan agar memberikan hal yang
unik dan memberi kesan baik bagi orang lain. Dedikasi (dedication), yakni
berdedikasi total, tidak kenal lelah (Yolanda, 2014). Pernyataan ini hampir sama
dengan pernyataan Karyanta, Dkk., (2010) Dedication (dedikasi), yakni dedikasi
total, tidak kenal lelah dalam menggapai usaha.
Hal lain juga disampaikan oleh Utami, (2016) mengatakan dedication
(pengapdian) yaitu seorang wirausaha dedikasi terhadap bisnisnya sangat tinggi,
kadang-kadang mengorbankan kepentingan keluarga untuk sementara, tidak
mengenal lelah dan semua perhatian dan kegiatannya dipusatkan semata-mata
untuk kegiatan bisnisnya. Pengertian dedikasi menurut Toto (2014) yaitu suatu
pengorbanan tenaga, pikiran dan waktu demi keberhasilan suatu usaha yang
mempunyai tujuan yang mulia. Seorang wirausaha yang cerdas itu mempunyai
dedikasi yang tinggi terhadap bisnisnya, karena dedikasi yang tinggi maka
kesuksesan akan selalu menghampirinya. Dedikasi seorang wirausaha terhadap
bisnisnya sangat tinggi,kadang-kadang dia mengorbankan hubungan
kekeluargaan, melupakan hubungan dengan keluarganya untuk sementara. Semua
perhatian dan kegiatannya dipusatkan semata-mata untuk kegiatan bisnisnya
(Timpe, 2011)
Wirausaha memiliki beberapa faktor dalam menuju keberhasilan usaha.
Sedangkan faktor keberhasilan adalah: a. Pengelola usaha mempunyai tipe ulet dan
pekerja keras. b. Pengelola usaha mempunyai tujuan dan dedikasi yang tinggi.c.
Pengelola usaha mempunyai komitmen (Jumaedi, H. 2012). Kemampuan perlu
dimiliki oleh seorang wirausaha agar mencapai tujuan. Kemampuan wirausahawan
adalah melaksanakan pekerjaan yang selalu lebih baik dari sebelumnya dengan
mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja baru, memanfaatkan teknologi baru
dengan penggunaan sumber daya dan waktu secara efisien untuk meraih kinerja
dan memberi manfaat bagi pribadi, masyarakat dan negara, dan tidak semata-mata
untuk memperoleh keuntungan pribadi (Sudaryana, 2011).
Seorang wirausaha harus memiliki kepribadian dalam keseharian. maka
wirausahawan harus berkepribadian kuat dan memiliki moral tinggi, sikap mental
wirausaha, kepekaan terhadap lingkungan, serta ketrampilan wirausaha (Suratmi,
& Ika, 2013). Seorang wirausaha harus tetap berdedikasi dalam setiap kegiatan
yang dilakukan. Pekerjaan harus dilakukan dengan kerja keras dan dedikasi tidak
hanya sekedar hobby karena jika sekedar hobby hasilnya tidak akan maksimal
(Anggoro. 2017).
6. Devotion (Kesetiaan)
Devotion (kesetian), yaitu mencintai pekerjaan bisnisnya dan produk yang
dihasilkan (Utami, 2016). Menurut penjelasan Yolanda, (2014) Devotion
(kesetiaan), yakni mencintai apa yang dikerjakan Kesetiaan (devotion), yakni
mencintai apa yang dikerjakan. Kesetiaan tersebut ditujukan pada kegiatan yang
berhubungan dengan wirausaha. Kesetiaan tidak terbatas pada melakukan hal yang
berhubungan terus dengan pekerjaan di tempat, tetapi kesetiaan juga merujuk
bagaimana caranya kita mencintai dan menyikapi setiap pekerjaan yang kita
lakukan
.
7. Devotion (Kesetiaan)
Pengertian mengenai kesetiaan juga disampaikan oleh Syafak, (2017)
Devotion (Kesetiaan), mencintai usaha mereka sehingga efektif dalam menjual
produk bagi kemajuan usahanya. Pengertian tersebut memberikan gambaran
mengenai kecintaan usaha yang dilakukan dengan penuh perhatian. Perhatian
tersebut sebagai input ditujuan untuk kemaksimalan autput atau untuk
mendapatkan hasil. Pernyataan tersebut juga memberikan hal bahwa dari hasil
output digunakan kembali untuk usaha sebagai bentuk rasa kecintaan.
Seorang wirausahawan haruslah menikmati, mencintai dengan sepenuh hati
apapun jenis usaha yang dikerjakanya. Menurut Kamus Besar bahasa Indonesia
(2011) kesetiaan yaitu berpegang teguh, patuh, taat bagaimanapun berat tugas yang
dijalankanya. Kesetiaan tidak hanya kesetiaan dari pemilik usaha, tetapi juga
klesetiaan dari pihak lain. Menurut Ulfah, (2012) mengatakan model kesetiaan
dalam berbisnis adalah sebuah modal bisnis yang dipergunakan dalam menejemen
strategi agar meningkatkan kesetiaan pelanggan dan pihak lain agar tujuan
perusahaan terpenuhi. Devotion yang mempunyai arti kesetiaan atau ketaatan, jadi
seorang wirausaha dalam menjalankan usahanya harus setia dan taat sesuai dengan
peraturan yang telah dibuatnya sendiri (Margono, 2012). Hal-hal tersebut
digunakan atau dipatuhi sebagai bukti kesetiaan pada apa yang telah kita lakukan
dan kita buat. Happy (2012)
menambahkan bahwa apabila usaha anda ingin maju dan sukses maka sebagai
seorang wirausahawan kita harus loyal dan setia dalam melakukan pekerjaan,
selain itu kita harus dapat membuat konsumen setia mengkonsumsi prosuk kita
dengan berbagai strategi.
8. Details (Terperinci)
Details (detil), yaitu seorang wirausaha sangat memerhatikan faktor-faktor
kritis secara rinci (Utami, S. 2016). Terperinci (details), yakni menguasi rincian
bersifat kritis (Yolanda, 2014). Karyanta, Dkk., (2010) juga mengatakan hal yang
sama details (terperinci), yakni menguasai rincian kewirausahaan yang bersifat
kritis. Terperinci atau detail dalam kegiatan berwirausaha perlu dilakukan untuk
menjaga setiap kemungkinan yang tidak dinginkan.
Terperinci yaitu teliti, seksama, tepat dalam merencanakan suatu usahanya
(Ulfah, 2012). Miftakhul (2010) menambahkan bahwa untuk mencapai kesuksesan
seorang wirausahawan harus berpikir details (terperinci) karena ketika menjalankan
suatu usahanya, keuangan dan perencanaan harus dipikirkan secara details. Seorang
wirausahawan juga diharuskan memperhatikan faktor-faktor kritis secara rinci. Dia
harus memperhatikan faktor-faktor sekecil apapun yang dapat menghambat
kegiatan usahanya.
Wirausaha adalah seorang pembuat keputusan yang membentuk
terbentuknya sistem ekonomi perusahaan bebas. Sebagian besar pendorong
perubahan nyata, inovasi tinggi dan kemajuan pada perekonomian wirausaha
akan berasal dari para wirausaha yang merupakan orang-orang yang memiliki
kemampuan untuk mengambil resiko dan mempercepat pertumbuhan ekonomi
(Chandra, 2011). Seorang wirausaha sangat memperhatikan faktor-faktor kritis
secara rinci. Dia tidak mau mengabaikan faktor-faktor kecil yang dapat
menghambat kegiatan usahanya. Faktor kecil yang tak terkendalikan nantinya akan
menjadi penghambat dalam suatu tujuan.
9. Details (Terperinci)
Details (detil), yaitu seorang wirausaha sangat memerhatikan faktor-faktor
kritis secara rinci (Utami, S. 2016). Terperinci (details), yakni menguasi rincian
bersifat kritis (Yolanda, 2014). Karyanta, Dkk., (2010) juga mengatakan hal yang
sama details (terperinci), yakni menguasai rincian kewirausahaan yang bersifat
kritis. Terperinci atau detail dalam kegiatan berwirausaha perlu dilakukan untuk
menjaga setiap kemungkinan yang tidak dinginkan.
Terperinci yaitu teliti, seksama, tepat dalam merencanakan suatu usahanya
(Ulfah, 2012). Miftakhul (2010) menambahkan bahwa untuk mencapai kesuksesan
seorang wirausahawan harus berpikir details (terperinci) karena ketika menjalankan
suatu usahanya, keuangan dan perencanaan harus dipikirkan secara details. Seorang
wirausahawan juga diharuskan memperhatikan faktor-faktor kritis secara rinci. Dia
harus memperhatikan faktor-faktor sekecil apapun yang dapat menghambat
kegiatan usahanya.
Wirausaha adalah seorang pembuat keputusan yang membentuk
terbentuknya sistem ekonomi perusahaan bebas. Sebagian besar pendorong
perubahan nyata, inovasi tinggi dan kemajuan pada perekonomian wirausaha
akan berasal dari para wirausaha yang merupakan orang-orang yang memiliki
kemampuan untuk mengambil resiko dan mempercepat pertumbuhan ekonomi
(Chandra, 2011). Seorang wirausaha sangat memperhatikan faktor-faktor kritis
secara rinci. Dia tidak mau mengabaikan faktor-faktor kecil yang dapat
menghambat kegiatan usahanya. Faktor kecil yang tak terkendalikan nantinya akan
menjadi penghambat dalam suatu tujuan.
10. Details (Terperinci)
Details (detil), yaitu seorang wirausaha sangat memerhatikan faktor-faktor
kritis secara rinci (Utami, S. 2016). Terperinci (details), yakni menguasi rincian
bersifat kritis (Yolanda, 2014). Karyanta, Dkk., (2010) juga mengatakan hal yang
sama details (terperinci), yakni menguasai rincian kewirausahaan yang bersifat
kritis. Terperinci atau detail dalam kegiatan berwirausaha perlu dilakukan untuk
menjaga setiap kemungkinan yang tidak dinginkan.
Terperinci yaitu teliti, seksama, tepat dalam merencanakan suatu usahanya
(Ulfah, 2012). Miftakhul (2010) menambahkan bahwa untuk mencapai kesuksesan
seorang wirausahawan harus berpikir details (terperinci) karena ketika menjalankan
suatu usahanya, keuangan dan perencanaan harus dipikirkan secara details. Seorang
wirausahawan juga diharuskan memperhatikan faktor-faktor kritis secara rinci. Dia
harus memperhatikan faktor-faktor sekecil apapun yang dapat menghambat
kegiatan usahanya.
Wirausaha adalah seorang pembuat keputusan yang membentuk
terbentuknya sistem ekonomi perusahaan bebas. Sebagian besar pendorong
perubahan nyata, inovasi tinggi dan kemajuan pada perekonomian wirausaha
akan berasal dari para wirausaha yang merupakan orang-orang yang memiliki
kemampuan untuk mengambil resiko dan mempercepat pertumbuhan ekonomi
(Chandra, 2011). Seorang wirausaha sangat memperhatikan faktor-faktor kritis
secara rinci. Dia tidak mau mengabaikan faktor-faktor kecil yang dapat
menghambat kegiatan usahanya. Faktor kecil yang tak terkendalikan nantinya akan
menjadi penghambat dalam suatu tujuan.
Pernyataan lain dinyatakan oleh Hidayat, (2010) menyatakan bahwa
wirausaha adalah orang yang pandai dan berbakat mengenali produk baru
yang bermanfaat bagi masyarakat, menentukan cara produksi baru tersebut,
menyusun operasi (tindakan) untuk pengadaan produk baru, memasarkan, dan
mengatur permodalan operasinya suatu produk untuk dipasarkan. Selain itu,
seorang wirausaha tidak boleh kecolongan dan tidak boleh ceroboh. Selain detail
dalam masalah perincian keuangan dan memikirkan jalannya suatu usaha secara
terperinci juga seorang wirausahawan dituntut untuk dapat melihat dan memonitori
masalah serta dapat memecahkan dan menyelesaikan masalahnya tersebut secara
detail agar masalah tersebut dapat menjadi bahan pertimbangan atau evaluasi untuk
kedepannya (Ulfah, 2012).
11. Destiny (Nasib)
Destiny (takdir), yaitu bertanggung jawab terhadap nasib dan tujuan yang
hendak dicapainya, bebas dan tidak mau tergantung kepada orang lain (Utami, S.
(2016). Nasib (destiny), yakni bertanggungjawab atas nasib sendiri yang hendak
dicapainya (Yolanda, 2014). Nasib seseorangyakni bertanggung jawab atas sendiri
mengenai suatu pilihan yang hendak dicapainya (Karyanta, Dkk., 2010).
Nasib yang dimaksud disini yaitu seorang wirausahawan bertanggung jawab
atas nasib dan tujuan yang hendak dicapai dan dia mempunyai sifat tidak mau
bergantung pada orang lain (Dwi, 2012). Ditambahkan oleh Anita, (2014). Nasib
yang baik akan didapatkan apabila kinerja yang dia lakukan baik. Begitupun
sebaliknya, kinerja yang biasa saja akan mendatangkan nasib yang biasa saja juga.
Maka dari itu, semua terganung kepada pelaku usahanya itu sendiri. Seorang
wirausahawan sukses tidak boleh bergantung pada orang lain. Ia harus mempunyai
keyakinan dan percya diri akan nasib usahanya. Biasanya orang yang tidak
mempunyai tujuan yang jelas akan bergantung kepada orang lain dan menjadi ekor
orang yang mempunyai tujuan yang jelas (Hanifah, 2014). Sikap tersebut akan
mengakibatkan pergerakan atau langkah yang akan terbatas dan tidak bisa
mengembangkan diri dengan luas
Wirausaha bukan hanya sekedar keberuntungan, tetapi juga mengenai
seberapa keras seseorang menjalankan suatu usaha yang ditekuninya. Menurut
Cahyono (2013), wirausahawan manusia teladan, yang mampu berdiri sendiri
di sektor swasta dengan mengandalkan kemampuan sendiri. Menjadi
wirausahawan bukan nasib buruk, tetapi tingkat kemampuan yang lebih melekat
pada nasib seseorang. Menurut Amir, (2010) seorang wirausaha bertanggung jawab
terhadap nasib dan tujuan yang hendak dicapainya. Dia merupakan orang yang
bebas dan tidak mau tergantung kepada orang lain.
12. Dollars (Uang)
Uang (dollars), yakni kaya bukan motivator utama, uang lebih berarti
sebagai ukuran sukses. (Yolanda, 2014). Dollars (uang), yakni kekayaan bukan
motivasi dan parameter utama, uang lebih berarti sebagai ukuran sukses seseorang
(Karyanta, Dkk., (2010). Menurut Utami, S. (2016). Dollars (dolar), yaitu seorang
wirausaha tidak menguatamakan mencapai kekayaan, motivasinya bukan karena
uang. Uang dianggap sebagai ukuran kesuksesan bisnisnya dan berasumsi jika
berhasil dalam bisnisnya maka ia pantas mendapat laba, bonus, atau hadiah.
Hakikatnya uang bukanlah hal primer tetapi bisa gigunakan sebagai parameter.
Menurut Dwi (2012), seorang wirausahawan menganggap bahwa uang
hanya sebagai ukuran kesuksesan bisninsnya saja. Dia berasumsi bahwa jika ia
berhasil dalam bisnisnya maka ia pantas mendapat laba, bonus, atau hadiah.
Seorang wirausahawan tidak mengutamakan mencapai kekayaan, banyak memiliki
uang, memiliki ketenaran dan kekuasaan. Semua itu dia anggap bukanlah sebagai
tujuan utama atau prestasi yang dianggap penting. Motivasinya bukan untuk
memperoleh semua itu. Semua itu hanya sebagai hasil kerja sekunder dari gairah
kerja dan panggilan pribadinya.
Marikyon (2014) menambahkan bahwa ada 4 modal penting dalam
membangun sebuah bisnis yaitu ide brilian, semangat dan kerja keras, percaya diri
yang tinggi, serta mimpi yang besar. Modal tersebut merupakan beberapa hal dasar
yang harus ditanamkan demi mencapai tujuan yang berhasil. Pendapat lain dating
dari hakim (2009) yang mengatakan bahwa uang dalah sumber daya tetap tapi tidak
pernah dijadikan sebagai tujuan akhir. 2011).
bahan bakunya, melalui kreatifitasnya, individunya, kerja keras dan berani beresiko.
Wirausaha sendiri adalah sesuatu yang dapat dijual dan dapat menghasilkan
pendapatan.
2. Karakteristik yang harus dimiliki seorang wirausaha yaitu percaya diri, berorientasi
3. Ciri-ciri umum seorang wirausaha yaitu memiliki tujuan yang berkelanjutan, ketekunan
dan ketabahan dalam mencapai mimpi, dapat mengatasi kegagalan, berani mengambil
pelaku wirausaha, ketetapan hati, dedikasi, terperinci, nasib yang baik, uang yang
memadai,distribusi barang.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, N. L. A., Suwena, K. R., Sujana, I. N., & Si, M. 2016. Pengaruh Sikap
Kewirausahaan terhadap Kemampuan Mengelola Usaha pada Peserta Program
Mahasiswa Wirausaha (PMW) UNDIKSHA Tahun 2015. Jurnal Pendidikan
Ekonomi Undiksha, 7(2).
Kusmintarti, A. 2016. Karakteristik wirausaha memediasi pengaruh pendidikan
kewirausahaan terhadap sikap kewirausahaan. In Prosiding Industrial Research
Workshop and National Seminar. 7(1)138-146.
Lestari, A., Hasiholan, L. B., & Minarsih, M. M. 2016. Pengaruh Sikap Mandiri,
Lingkungan Keluarga dan Motivasi terhadap Minat Berwirausaha para Remaja (Studi
Empiris di Desa Jamus Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak). Journal of
Management, 2(2).1-13