OLEH :
Latar Belakang
pendapatan per kapita penduduk Indonesia. Produksi daging sapi juga meningkat
tetapi kalah cepat dibandingkan dengan produksi daging unggas terutama ayam,
sehingga pada tahun 1983 produksi ayam sudah lebih tinggi dibandingkan produksi
Perubahan iklim (climate change) yang saat ini terjadi, langsung maupun
pada skala usaha kecil dan menengah yang sebagian besar menggunakan kandang
terbuka (open house system). Dalam kondisi cuaca cukup ekstrim, panas yang terik
dan tiba-tiba hujan atau sebaliknya, membuat temperatur dan kelembaban kendang
menjadi berubah secara drastis. Hal tersebut apabila tidak ditangani dengan baik
dkk, 2011).
Aspek lingkungan yang terjadi pada kandang ini adalah adanya lalat dan
bau. Munculnya saat adanya turun sekan (kegiatan mengeluarkan sekam dari
kandang) dan saat masa panen. Selain pada saat masa tersebut, lalat juga mulai
bermunculan pada saat ayam umur 2 minggu. Hal ini menyebabkan lingkungan
kandang adalah dengan pemberian kapur untuk mengusir lalat dengan secara gratis
Naritha, 2014).
Tujuan dan Kegunaan
ayam pedaging pada kandang terbuka beralaskan litter dilaksanakan pada setiap
hari Minggu berturut-turut selama tujuh minggu, pagi pukul 06.00 WITA dan sore
pukul 16.00 WITA selama bula Oktober sampai Desember bertempat di Kandang
Materi praktikum
adalah brooder, gasolek, tabung gas, baby chick feeder, chick feeder try, hanging
tube drinker, haging tube feeder, bell drinker, bag pack spayer, timbangan, sapu
adalah ayam broiler, pakan konsentrat, pakan jagung, air, vitamin, vaksin,
desinfektan.
manajemen brooding, aspek pakan dan air minum, kesehatan ternak, evaluasi
adalah cobb dengan kepadatan kendang sebanyak 8 ekor/m3. Lama brooding adalah
10 hari. Pakan pada masa starter yaitu Bp1 Crumble dengan protein kasar sebanyak
Pakan pada masa Finisher yaitu SBC 12+ Jagung dengan bentuk tepung, protein
kasar sebesar 17-18%, energi metabolism 2800-2900 kkal/kg selama 22-35 hari
sebanyak 2,5 kg/ekor. Vaksin yang digunakan yaiut New Castle Desise (ND) pada
umur 4 hari, Antibiotik untuk pencernaan diberikan pada minggu pertama, Vitamin
dna Elektrolit diberikan pada minggu pertama dan kedua. Target berat badan akhir
3 Pakan Finisher
Jagung Kg 4.400
Konsentrat Finisher (BP 11) kg 8.400
4 Gas Kg 12.000
4000,-/ekor, harga pakan starter yaitu Rp 7.600,-/kg, pakan finisher dengan harga
harga gas yang digunakan yaitu Rp 12.0000,-/kg, harga desinfektan yaitu Rp 350,-
/ekor, harga litter yaitu Rp 200,-/ekor, harga antibiotik dan harga jual ayam hidup
WITA sampai selesai, sedangkan pada sore hari dilaksanakan pada pukul 16.00
try dan baby chick feeder untuk pakan unggas, tube drinker dan bell drinker untuk
tempat minum unggas, dan brooder (terdiri dari gasolek, lingkaran seng, tabung
terbuka dan kandang tertutup, tempat procecing untuk pengolahan unggas, bak air
ditaati, diantara lain yaitu mengenakan baju lab atau baju kandang (catle pack),
tidak bersuara bising saat berada di dalam kandang, menjaga kebersihan dan tidak
mengusik unggas.
hindarkan ternak ayam menderita lepuh dada atau pembengkakan tulang dada
(breast blister) serta memudahkan didalam pengelolaan yakni seperti pembersihan
dan pembuangan kotoran, serta dapat menghemat tenaga kerja. Hal ini sesuai
dengan pendapat Solikin (2011) yang menyatakan bahwa kandang litter memiliki
kelebihan yaitu: pertama dapat memberikan hasil yang memuaskan, baik kuantitas
(bobot badan) maupun kualitas daging, kedua dapat menghindarkan ternak ayam
2. Peralatan Perkandangan
yang banyak.
pada dada.
7. Timbangan Duduk Timbangan duduk berfungsi untuk
ayam finisher.
dinaikkan
12. Eyes / Nose Drop Eyes / Nose Drop berfungsi Berfungsi
vaksin tersebut.
bertujuan untuk menjaga suhu lingkungan agar DOC tetap hangat, suhu lingkungan
yang dibutuhkan yaitu 30-32°C. Alat-alat yang digunakan yaitu menutup kandang
dengan tirai, alas kandang di berikan litter dan gassoleg sebagai sumber panas. Hal
ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (2008) yang menyatakan bahwa dalam
pelaksanaan fase starter (brooding) pelebaran tempat dilakukan setiap 2 hari sekali
dengan rata - rata pelebaran sebesar 1-2 meter sampai pada usia 14 hari. 3 hari
ditaburkan pada lantai kandang secara menyeluruh (full lantai) dengan ketebalan 3-
liharaan yaitu dilakukan selama 14 hari dengan suhu antara 30-32°C atau biasanya
brooding adalah untuk menyediakan lingkungan yang nyaman dan sehat secara
efisien dan ekonomis bagi anak ayam dan untuk menunjang pertumbuhan secara
optimal. Hal ini sesuai dengan pendapat Fatmaningsih (2016) yang menyatakan
nyaman dan sehat secara efisien dan ekonomis bagi anak ayam dan untuk
menunjang pertumbuhan secara optimal. Pada saat anak ayam berumur 0 sampai
14 hari, akan terjadi perbanyakan sel atau “hyperplasia”. Perbanyakan sel ini
dipengaruhi oleh suhu, kelembapan, dan kualitas udara dalam kandang. Suhu dan
kelembapan kandang yang seragam pada saat masa brooding akan menghasilkan
performa broiler yang baik. Pemeliharaan periode brooding adalah 14 hari, dengan
Berikut ini kebutuhan nutrisi ayam ras pedaging strain Cobb 500 dapat
Adapun komposisi pakan dan kandungan nutrisi pakan Starter dan Finisher
Tabel 5. Komposisi Pakan dan Kandungan Nutrisi Pakan Starter dan Finisher
Fase Pemeliharaan
Nutrisi Pre-Starter Starter Finisher
(0-7 hari) (8-21 hari) (22-panen)
Protein Kasar (%)** 21-22 19-20 18-19
Energi Metabolisme (kkal/kg)** 3035 3108 3180
Serat Kasar (%)* <5 <5,5 <5,5
Lemak Kasar (%)* 2,5-7 2-7 2-7
Abu (%)* 5-8 5-8 5-8
Kalsium (%)** 0,9 0,84 0,76
Phospor (%)** 0,45 0,42 0,38
Sumber : * Standar Nasional Indonesia (1995)
** Broiler Performance and Nutrition Supplement (Cobb500, 2013)
3 yaitu pakan pre-starter, starter dan finisher. Pakan pre-starter yaitu pakan
berbentuk butiran (crumble) yang diberikan kepada ayam pedaging pada umur 1-
14 hari. Pakan pre-starter diberikan pada pola kemitraan, tetapi tidak diberikan pada
pola pemeliharaan mandiri, jumlah komsumsi pakan pre-starter 500 g/ ekor dan
energi metabolisme antara 3000 – 3100 kkal/kg, jumlah komsumsinya 500 g/ekor.
Hal ini sesuai dengan pendapat Sugiarto (2008) bahwa untuk menghasilkan
konversi ransum yang baik untuk unggas adalah ransum bentuk crumble dan pellet
mengurangi jumlah ransum yang hilang didalam litter dibandingkan dengan ransum
bentuk mash. Ransum bentuk pellet memiliki konvesi yang lebih baik dibandingkan
kkal/kg, protein kasar 21-23 sedangkan pada pola kemitraan diberikan pada umur
15-21 hari bentuk pakannya sama dengan pola Mandiri yaitu bentuk crumble
protein kasar 21-23 energi metabolisme 3000 kkal /kg. Hal ini sesuai dengan
pendapat Faradis (2009) komposisi pakan pada fase starter terdiri atas protein 22-
24%, lemak 2,5%, serat kasar 4%, kalsium (Ca) 1%, phosphor (P) 0,7-0,9%.
Kebutuhan protein ayam pedaging (ayam broiler) berbeda pada fase starter dan fase
yang tinggi pada fase starter untuk pertumbuhan yang cepat agar manusia dapat
menikmati dagingnya.
Pakan finisher ternak ini diberikan kepada ayam pedaging berumur 22 hari
hingga ayam pedaging tersebut dipanen atau sekitar 30-45 hari. Untuk ayam yang
umurnya 3 minggu sampai dipanen. Jenis pakannya : 512B (crumble) dan 512 BG
(pellet). Hal ini sejalan dengan pendapat Sugiarto (2008) yang menyatakan bahwa
untuk menghasilkan konversi ransum yang baik untuk unggas adalah ransum
bentuk crumble dan pellet dibandingkan dengan mash. Ransum bentuk crumble dan
konversi yang lebih baik dibandingkan dengan ransum bentuk mash yaitu 1,8
berbanding 1,9.
dengan tujuan agar ayam tidak mengalami dehidrasi. Air minum ditambahkan
vitamin dan antibiotik untuk menjaga kondisi tubuh ayam. Hal ini sesuai degan
pendapat Williamson dan Payne (1993) bahwa air harus selalu tersedia dan sangat
baik disediakan dari keran otomatis. Dijelaskan lebih lanjut oleh Rizal (2006)
bahwa konsumsi air pada ayam biasanya dua kali lebih banyak dibanding dengan
konsumsi makanannya
badannya naik secara signifikan, namun pada minggu keempat dan keenam
kuantitas pakan yang tidak terlalu diperhatikan. Hal ini sesuai dengan pendapat
Yamin (2002), untuk mendapatkan pertambahan bobot badan yang maksimal maka
mengandung zat nutrisi dalam keadaan cukup dan seimbang sehingga dapat
yang diberikan setiap harinya sehingga berpengaruh pada pertambahan bobot badan
broiler. Hal ini sesuai dengan pendapat Zulkarnain (2013), konsumsi ransum sangat
berharap pemberian ransum yang rendah, tetapi ayam memiliki berat yang tinggi.
Hal itu tentu saja tidak bisa dilakukan karena jumlah ransum dan berat ayam sangat
terkait. Konsumsi ransum untuk ayam pun harus tepat. Ditambahkan oleh Nastiti
biaya ransum, karena semakin tinggi konversi ransum maka biaya ransum akan
dengan cara melakukan menjaga fasilitas yang dapat memperkecil lalu lintas
organisme biologis (virus, bakteri, hewan dll) melintasi batasnya. Hal ini sejalan
dengan pendapat Payne (2000) bahwa biosekuriti adalah suatu konsep yang
unggas, khususnya ayam pedaging dalam mengurangi risiko dan konsekuensi dari
Zainuddin dan Wibawan (2007) bahwa tujuan utama dari penerapan biosekuriti
memberikan vaksin pada saat ayam masih berumur 4 hari dan juga pemberian
antibiotik pada air minum. Hal ini dilaksanakan agar ayam dapat melawan infeksi
virus dan bakteri yang biasa menyerang pada saat proses pemeliharaan. Menurut
Hadi (2014) bahwa aspek lain dari biosekuritas adalah mencegah penyakit melalui
ada obat yang dapat melawan infeksi virus, maka vaksinasi sebelum infeksi terjadi
di dalam flok ayam menjadi pilihan utama untuk melindungi ayam .Vaksin virus
yang ideal terbuat darip suatu virus yang tidak menimbulkanpenyakit, tetapi virus
yang sangat tinggi imunogenesitasnya. Kombinasi ini agak jarang oleh karena itu
virus-virus terpilih harus memberikan reaksi yang kecil sekali dan menyebabkan
yang terbaik terhadap virus yang ada sesuai dengan yang diharapkan.
Vaksinasi adalah suatu usaha memberikan kekebalan pada ayam, agar ayam
tersebut kebal terhadap serangan suatu penyakit (Murtidjo, 1992). Lebih lanjut
dikatakan vaksinasi dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti injeksi, air
minum, tetes mata atau hidung, semprot ataupun tusuk sayap. Program vaksinasi
untuk ayam broiler relatif paling sedikit dibanding dengan ayam petelur maupun
ayam bibit sebab pemeliharaan ayam broiler hanya membutuhkan waktu relatif
lum proses dipotong. Cara pemotongan ternak unggas yang sering digunakan di
unggas, vena jugolaris unggas dan oesofagus unggas. Pada saat penyembellihan
(pemotongan), darah unggas harus keluar sebanyak mungkin. Jika darah dapat
keluar secara sempurna saat pemotongan, maka berat darah sekitar 4 persen dari
bobot tubuh unggas setelah pemotongan. Proses tahapan pengeluaran darah pada
ayam biasanya berlangsung selama 50-120 detik, tergantung pada besar kecilnya
1. Penyembelihan (Bleeding)
Pemotongan dilakukan dengan mengunakan pisau kecil, bagian yang
dipotong adalah didasar rahang, tepat memotong vena jagularis dan arteri corotis.
Setelah ayam broiler dipotong rendamkan kedalam air panas dengan suhu
terlalu lama bisa menyebabkan kulit terlalu lengket setelah dicabut bulunya.
1. Dengan air bersuhu 52-55° C selama 45 detik. Biasa dilakukan pada untuk ayam
broiler yang dipotong pada usia 5-6 minggu, agar dihasilkan kualitas karkas yang
baik.
2. Dengan air bersuhu 55–60°C selama 90 detik Biasa dilakukan pada untuk ayam
broiler yang dipotong pada usia 7- 8 minggu. Kulit menjadi lebih kering.
Pencabutan bulu setelah proses pencelupan ayam potong kedalam dalam air
panas selesai baru proses pencabutan bulu ayam dilakukan dengan memakai
mesin pencabut bulu 2 (dua) selinder berupa selinder karet, yang pada kedua
permukaannya terdapat duri-duri lunak yang terbuat dari karet. Kedua selinder
berputar dengan arah yang berlawanan, sehingga jika karkas ayam broiler diletakan
organ dalam atau jeroan, termasuk kepala , kelenjer minyak, dan paru, setelah itu
organ dalam tubuh di cuci bersih. Untuk mengeluarkan organ dalam, juga dilakukan
6. Packaging (Pengemasan)
plastik kantong putih. Caranya karkas dibungkus dengan plastik kemasan sehingga
terbungkus selurunya.
7. Chilling (Pendinginan)
disamping untuk mencegah bibit penyakit, dan bertujuan agar daging ayam potong
tahan lama. Pendinginan dapat dilakukan didalam dengan memakai freezer dengan
berat hidup ayam broiler sebelum pemotongan yaitu 1,870 gram. Setelah dilakukan
processing karkas maka diperoleh berat karkas yaitu 1,335 gram. Dari semua bagian
tubuh ayam broiler, diketahui bahwa persentase yang paling banyak yaitu pada
bagian dada ayam broiler. Hal ini disebabkan oleh bobot hidup ayam broiler,
sehingga bobot hidup yang besar akan diikuti pula oleh bobot karkas yang besar
pula, dan sebaliknya. Hal ini sesuai dengan pendapat Wahju (1992) bahwa
tingginya bobot karkas ditunjang oleh bobot hidup akhir sebagai akibat
(1973) dalam Resnawati (2004) menyatakan bahwa bobot karkas yang di hasilkan
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu umur, jenis kelamin, bobot potong, besar
dan konformasi tubuh, perlemakan, kualitas dan kuantitas ransum serta strain yang
dipelihara.
DAFTAR PUSTAKA
Payne Jb, Kroger Ec, Watkins Se. 2002. Evaluation Of Litter Treatments On
Salmonella Recovery From Poultry Litter. J. Appl. Poult. Res. 11:
239-243.
Zainuddin, D. Dan Wibawan, W.T. 2007. Biosekuriti Dan Manajemen Penanganan
Penyakit Ayam Lokal.
Http://Www.Peternakan.Litbang.Deptan.Go.Id/Attachments/Biosekuriti_A
yam Lokal.Pdf [5 Juni 2011].
Endang Sujana, S. Darana Dan I. Setiawan. 2011. Farm Sustainable Livestock
Techno Park, Kampus Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran,
Jatinangor. Seminar Nasional Teknologi Peternakan Dan Veteriner.
Sumedang
Huda Sholikin Ws. 2011. Manajemen Pemeliharaan Ayama Broiler Di Peternakan
Ud Hadi Ps Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo.
Naritha Ayudya Riswanti . 2014.
Kelayakan Pembesaran Ayam Broiler Sistem Perkandangan Terbuka Dan Tertutup
Pada Cv Perdana Putra Chicken Bogor. Bogor.
Situmorang N. A., L.D. Mahfudz, Dan U. Atmomarsono. 2013. Pengaruh
Pemberian Tepung Rumput Laut (Gracilaria Verrucosa) Dalam Ransum
Terhadap Efisiensi Penggunaan Protein Ayam Broiler. Animal
Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2. Semarang
Wintari Mandala. 2012. Analisis Keuntungan Titik Impas (Break Even Point)
Usaha Peternakan Ayam Ras Pedaging Pola Kemitraan Dan Mandiri Di
Kabupaten Lampung Selatan. Tesis. Bandar Lampung.