Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN INDIVIDU

MANAJEMEN TERNAK UNGGAS

MANAJEMEN PEMELIHARAAN AYAM RAS PEDAGING PADA


KANDANG TERBUKA BERALAS LITTER

OLEH :

NAMA : ANDI AKHMAD FADILLAH


NIM : I111 15 511
KELOMPOK : I(SATU)
GELOMBANG : II (DUA)
ASISTEN : MUH IRSYAD

LABORATORIUM TERNAK UNGGAS


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Produksi broiler di Indonesia terus meningkat dengan berkembangnya

genetic ayam yang mampu meningkatkan produktivitas dan makin meningkatnya

pendapatan per kapita penduduk Indonesia. Produksi daging sapi juga meningkat

tetapi kalah cepat dibandingkan dengan produksi daging unggas terutama ayam,

sehingga pada tahun 1983 produksi ayam sudah lebih tinggi dibandingkan produksi

daging sapi/kerbau (Tangendjaja, 2014).

Perubahan iklim (climate change) yang saat ini terjadi, langsung maupun

tidak langsung telah berpengaruh terhadap pengelolaan ayam broiler khususnya

pada skala usaha kecil dan menengah yang sebagian besar menggunakan kandang

terbuka (open house system). Dalam kondisi cuaca cukup ekstrim, panas yang terik

dan tiba-tiba hujan atau sebaliknya, membuat temperatur dan kelembaban kendang

menjadi berubah secara drastis. Hal tersebut apabila tidak ditangani dengan baik

dapat mengakibatkan tingkat kematian tinggi dan menurunnya produksi (Endang

dkk, 2011).

Aspek lingkungan yang terjadi pada kandang ini adalah adanya lalat dan

bau. Munculnya saat adanya turun sekan (kegiatan mengeluarkan sekam dari

kandang) dan saat masa panen. Selain pada saat masa tersebut, lalat juga mulai

bermunculan pada saat ayam umur 2 minggu. Hal ini menyebabkan lingkungan

banyak lalat hingga ke pemukiman masyarakat. Penanggulangan dari pihak

kandang adalah dengan pemberian kapur untuk mengusir lalat dengan secara gratis

Naritha, 2014).
Tujuan dan Kegunaan

Kegiatan Praktikum bertujuan untuk mengetahui model pemeliharaan ayam

pedaging yang dilakukan pada Kandan terbuka beralas litter.

Kegunaan Praktikum yaitu memberikan informasi menganai aspek-aspek

manajemen yang dapat disesuaikan dengan kondisi wilayah tropis untuk

mendapatkan performa ayam pedaging yang optimal.


BAB II
METODE PELAKSANAAN PRAKTIK

Waktu dan Tempat

Praktikum Manajemen Ternak Unggas mengenai manajemen pemeliharaan

ayam pedaging pada kandang terbuka beralaskan litter dilaksanakan pada setiap

hari Minggu berturut-turut selama tujuh minggu, pagi pukul 06.00 WITA dan sore

pukul 16.00 WITA selama bula Oktober sampai Desember bertempat di Kandang

Pemeliharaan Ras Broiler Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.

Materi praktikum

Alat yang digunakan dalam Praktikum pemeliharaan Ilmu Ternak Unggas

adalah brooder, gasolek, tabung gas, baby chick feeder, chick feeder try, hanging

tube drinker, haging tube feeder, bell drinker, bag pack spayer, timbangan, sapu

lidi, gerobak pakan, dan sekop.

Bahan yang digunakan dalam Praktikum pemeliharaan Ilmu Ternak Unggas

adalah ayam broiler, pakan konsentrat, pakan jagung, air, vitamin, vaksin,

desinfektan.

Kegiatan yand dilakukan

Kegiatan yang dilakukan selama tujuh minggu praktek yaitu pertama

persiapan dan pemeliharaan. Kedua yaitu melakukan proses pemeliharaan ayam

pedaging yang meliputi persiapan kandang dan peralatan, pemasukan ayam,

manajemen brooding, aspek pakan dan air minum, kesehatan ternak, evaluasi

tingkat pertumbuhan ayam, proses processing karkas dan penyimpanan, evaluasi

aspek ekonomi pemeliharaan. Aspek teknis pemeliharaan dirangkum pada tabel 1.


Tabel 1. Spesifikasi Teknis Manjemen Pemeliharaan Ayam Pedaging
Koefisien Teknis
No. Uraian
Pemeliharaan
1 Strain Ayam Cobb
2 Kepadatan Kandang 8 ekor/m3
3 Lama Brooding 10 hari
Spesifikasi pakan
a. Starter
1) Merk Dagang Bp 11
2) Bentuk fisik Butiran (crumble)
3) Protein Kasar (%) 21-23
4) Energi Metabolisme (kkal/kg) 2800-2900
5) Lama Pemberian Umur 1-21 hari
6) Jumlah Pemberian 1 kg/ekor
7) Produsen PT. Charoen Phokphand
Indonesia
4
b. Finisher
1) Merek dagang SBC 12+ Jagung
2) Bentuk fisik Tepung/Mash (30%
Konsentrat:70%)
3) Protein Kasar (%) 17-18
4) Energi Metabolisme (kkal/kg) 2800-2900
5) Lama Pemberian Umur 22-35
6) Jumlah Pemberian 2,5 kg/ekor
7) Produsen PT. Charoen Phokphand
Indonesia
5 Obat dan Vaksin
1) Vaksin
 New Castle Disesase (ND) Umur 4 hari
 IBD (Gumboro) -
2) Obat-obatan
 Antibiotik untuk pencernaan Minggu I
3) Vitamin dan Elektrolit Minggu I dan II
6 Target Berat Akhir (kg/ekor) 1,8

Berdasarkan table 1 menggambarkan bahwa jenis ayam yang dipelihara

adalah cobb dengan kepadatan kendang sebanyak 8 ekor/m3. Lama brooding adalah

10 hari. Pakan pada masa starter yaitu Bp1 Crumble dengan protein kasar sebanyak

21-23%, energi metabolism 2800-2900 kkal/kg selama 21 hari sebanyak 1 kg/ekor.

Pakan pada masa Finisher yaitu SBC 12+ Jagung dengan bentuk tepung, protein

kasar sebesar 17-18%, energi metabolism 2800-2900 kkal/kg selama 22-35 hari
sebanyak 2,5 kg/ekor. Vaksin yang digunakan yaiut New Castle Desise (ND) pada

umur 4 hari, Antibiotik untuk pencernaan diberikan pada minggu pertama, Vitamin

dna Elektrolit diberikan pada minggu pertama dan kedua. Target berat badan akhir

ayam per ekor adalah 1,8 kg.

Tabel 2. Daftar Harga Sarana Produksi Pemeliharaan Ayam Pedaging


No. Uraian Satuan Nilai (Rp)

1 Bibit (DOC) Ekor 4000

2 Pakan Starter Kg 7.600

3 Pakan Finisher
Jagung Kg 4.400
Konsentrat Finisher (BP 11) kg 8.400
4 Gas Kg 12.000

5 Desinfektan Per ekor 350

6 Litter Per ekor 200

7 Antibiotik Per ekor 150

8 Harga jual ayam hidup Per ekor 17.000

Berdasarkan tabel 2 menggambarkan bahwa harga bibit (DOC) yaitu Rp

4000,-/ekor, harga pakan starter yaitu Rp 7.600,-/kg, pakan finisher dengan harga

jagung Rp 8.400,-/kg dan konstentrat finisher (BP11) dengan harga Rp 8.400,-/kg,

harga gas yang digunakan yaitu Rp 12.0000,-/kg, harga desinfektan yaitu Rp 350,-

/ekor, harga litter yaitu Rp 200,-/ekor, harga antibiotik dan harga jual ayam hidup

masing masing Rp 150,-/ekor dan Rp 17.000,-/ekor .


BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Lokasi Praktik

Praktikum pemeliharaan ternak unggas dilaksanakan di Fakultas Peternakan

Universitas Hasanuddin. Berikut ini denah dari lokasi praktikum:

Gambar 1. Denah Laboratorium Manajemen Ternak Unggas Universitas


Hasanuddin

Laboratorium Ternak Unggas


Sumber : Google Earth

Di kandang pemeliharaan ras broiler dilaksanakan selama 7 minggu setiap

hari Minggu secara berturut-turut, pagi dilaksanakan pemeilharaan pukul 06.00

WITA sampai selesai, sedangkan pada sore hari dilaksanakan pada pukul 16.00

WITA sampai selesai.

Di kendang pemeliharaan ras broiler terdapat alat-alat seperti chick feeder

try dan baby chick feeder untuk pakan unggas, tube drinker dan bell drinker untuk

tempat minum unggas, dan brooder (terdiri dari gasolek, lingkaran seng, tabung

gas) untuk menstabilkan suhu kendang.


Terdapat fasilitas di kandang pemeliharaan ras broiler seperti Kandang

terbuka dan kandang tertutup, tempat procecing untuk pengolahan unggas, bak air

untuk keperluan pemeliharaan yang menggunakan air, dan Gudang untuk

menyimpan alat-alat pemeliharaan.

Di dalam kandang pemeliharaan ras unggas terdapat peraturan yang harus

ditaati, diantara lain yaitu mengenakan baju lab atau baju kandang (catle pack),

tidak bersuara bising saat berada di dalam kandang, menjaga kebersihan dan tidak

mengusik unggas.

Manajemen Pemeliharaan Ayam Pedaging pada Kandang Terbuka Beralas


Litter

Berikut adalah jenis kandang yang digunakan di Laboratorium

Manajemen Ternak Unggas Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin.

Gambar 1. Kandang Ayam Ras Pedaging Terbuka Beralas Litter

Sumber : Arboge.com (2011)

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan maka didapatkan hasil

bahwa kandang yang digunakan dalam praktikum pemeliharaan yaitu kandang

terbuka beralaskan litter. Kandang ini mempunyai keuntungan yaitu meng-

hindarkan ternak ayam menderita lepuh dada atau pembengkakan tulang dada
(breast blister) serta memudahkan didalam pengelolaan yakni seperti pembersihan

dan pembuangan kotoran, serta dapat menghemat tenaga kerja. Hal ini sesuai

dengan pendapat Solikin (2011) yang menyatakan bahwa kandang litter memiliki

kelebihan yaitu: pertama dapat memberikan hasil yang memuaskan, baik kuantitas

(bobot badan) maupun kualitas daging, kedua dapat menghindarkan ternak ayam

menderita lepuh dada atau pembengkakan tulang dada (breast blister),

memudahkan didalam pengelolaan yakni seperti pembersihan dan pembuangan

kotoran, serta dapat menghemat tenaga kerja.

2. Peralatan Perkandangan

Tabel 3.Peralatan Yang Digunakan Pada Praktikum Manajemen Ternak Unggas


No Nama dan Gambar Alat/Bahan Fungsi

1. Baby Chick Feeder Baby chick feeder merupakan tempat

pakan yang diperuntukkan untuk ayam

umur 10 hari, yang merupakan

sambungan dari tempat pakan chick

feeder tray dengan kapasitas ayam 50

ekor. Kekurangan dari baby chick feeder

ini adalah pakan dapat terkontaminasi

dengan feses, meskipun demikian ada

pula kelebihannya yaitu pemukaannya

tidak licin sehingga kaki ayam tidak akan

terpeleset, tidak menyita banyak ruang

dan memudahkan pekerjaan peternak


karena mempunyai daya tampung pakan

yang banyak.

2. Chick Feeder Tray Chick feeder tray merupakan tempat

pakan ternak unggas umur 1-3 hari atau

ada juga yang menggunakan 1-7 hari.

Kapasitas ayam yang bisa menggunakan

satu chick feeder tray yaitu 50 ekor.

Wadah pada tempat pakan ini kasar agar

pakan yang diletakkan dapat merata dan

saat ayam makan maka ayam tidak jatuh.

Tempat pakan ini tidak menyita banyak

tempat, namun tempat pakan ini mudah

tecampur dengan feses ayam sehingga

pakan sering diganti yang berdampak

pada pemborosan pakan.

3. Hanging tube feeder Hanging tube feeder merupakan tempat

pakan ayam umur 11 hari sampai panen,

dengan kapasitas ayam 20-30 ekor ayam.

Satu buah tempat pakan ini dapat

menampung 6 kg pakan, kelebihan

penggunaan tempat pakan ini adalah kita

dapat menghindari ayam duduk karena

tempat pakan ini dapat digantung


sehingga ayam tidak hanya duduk saat

makan, harga tempat pakan ini juga

relative lebih murah. Kekurangan dari

hanging tube feeder yaitu pakan dapat

terktaminasi oleh feses apabila tempat

pakan ini diletekkan di lantai.

4. Hanging tube drinker Hanging tube drinker merupakan tempat

minum manual yang dapat digantung

maupun diletakkan di atas lantai kandang.

Kelemahan penggunaan tempat minum

ini yaitu kebersihannya yang agak

menyulitkan karena biasanya ayam akan

mengotori piringan sehingga air akan

tercampur dengan feses dan efesiensi

waktu akan berkurang karena tempat

minum harus sering dibersihkan.

5. Gasolek Gasolek merupakan alat penghangat

DOC pengganti indukan dengan

menggunakan bantuan/ sumber panas

dari gas elpiji. Gasolek dapat digunakan

sampai ayam mencapai umur 14 hari.

Sebelum DOC dimasukkan ke dalam

Chick guard gasolek sudah dinyalakan


selam 2 jam. Satu gasolek dapat

digunakan untuk 500 ekor DOC dan

tinggi gasolek tidak boleh terlalu dekat

maupun terlalu jauh. Tinggi yang baik

dari permukaan yaitu 120-150cm.

6. Chick Guard Chick guard merupakan pagar pembatas

pergerakan ayam dan juga sebagai

penghantar suhu. Umumnya chick guard

terbuata dari seng karena seng bersifat

penghantar panas/konduktor. Suhu dalam

chick bekisar 31-330C. diameter chick

guard untuk kapasitas 500 ekor yaitu 2,5-

3cm dan untuk 1000 ekor yaitu 4,5cm.

ketebalan litter yang ada dalam chick

guard 10 cm dan liiter harus dilapisi

Koran agar liter tidak termakan dan ayam

dapat terhindar dari pelekatan sekam

pada dada.
7. Timbangan Duduk Timbangan duduk berfungsi untuk

menimbang berat badan ayam, baik itu

berat badan DOC maupun berat badan

ayam finisher.

8. Gerobak Pakan Gerobak pakan merupakan salah satu alat

yang digunakan untuk membawa pakan

yang mempunyai berat yang apabila

diangkat oleh peternak tidak akan

mampu. Gerobak pakan didesain untuk

didorong atau dikendalikan oleh satu

orang. Gerobak ini membagi beban

bawaan antara roda dengan penggunanya.


9. Bag Pack Sprayer Bag pack sprayer merupakan alat yang

digunakan oleh peternak saat melakukan

pembersihan kandang ataupu peralatan

kandang (sanitasi). Alat ini digunakan

untuk menyemprotkan cairan desifektan.

Dalam penyemrotan kandang alat ini

mempunyai jangkauan yang luas

sehingga menghemat waktu sanitasi.

10. Cattlepack Cattlepack merupakan alat pengaman

yang digunakan oleh peternak untuk

melindungi tubuh ketika hendak ke

lapangan (kandang) saat akan melakukan

vaksinasi atau sanitasi.

11. Tirai Tirai berfungsi untuk mengatur sirkulasi

udara di dalam kandang. Apabila cuaca

terlalu panas maka tirai diturunkan.

Apabila suhu terlalu dingin maka tirai

dinaikkan
12. Eyes / Nose Drop Eyes / Nose Drop berfungsi Berfungsi

supaya tubuh ternak dapat membentuk

kekebalan terhadap penyakit yang

disebabkan oleh mikroorganisme dalam

vaksin tersebut.

13 Chicken Feather Depilator Chicken Feather Depilator berfungsi

sebagai mesin ini berfungsi untuk menc

abut/membersihkan bulu unggas seperti

burung, ayam, bebek & lain-lain. Mesin

ini terbuat dari bahan stainless steel.


Kedatangan DOC dan Manajemen Brooding

Gambar 2. Manajemen Brooding

Sumber : Hierry Sugasha (2016)

Masa brooding dapat berlangsung selama 14 hari, pada masa brooding

bertujuan untuk menjaga suhu lingkungan agar DOC tetap hangat, suhu lingkungan

yang dibutuhkan yaitu 30-32°C. Alat-alat yang digunakan yaitu menutup kandang

dengan tirai, alas kandang di berikan litter dan gassoleg sebagai sumber panas. Hal

ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (2008) yang menyatakan bahwa dalam

pelaksanaan fase starter (brooding) pelebaran tempat dilakukan setiap 2 hari sekali

dengan rata - rata pelebaran sebesar 1-2 meter sampai pada usia 14 hari. 3 hari

sebelum DOC datang, Dilakukan pemasangan tirai luar, sekam/serbuk kayu

ditaburkan pada lantai kandang secara menyeluruh (full lantai) dengan ketebalan 3-

5 cm merata lalu ditambah dengan koran di atasnya.

Sistem manajemen brooding yang diterapkan pada praktikum peme-

liharaan yaitu dilakukan selama 14 hari dengan suhu antara 30-32°C atau biasanya

disesuaikan dengan kondisi lingkungan pada saat pemeliharaan. Tujuan dilakukan

brooding adalah untuk menyediakan lingkungan yang nyaman dan sehat secara

efisien dan ekonomis bagi anak ayam dan untuk menunjang pertumbuhan secara
optimal. Hal ini sesuai dengan pendapat Fatmaningsih (2016) yang menyatakan

bahwa tujuan dilakukan brooding adalah untuk menyediakan lingkungan yang

nyaman dan sehat secara efisien dan ekonomis bagi anak ayam dan untuk

menunjang pertumbuhan secara optimal. Pada saat anak ayam berumur 0 sampai

14 hari, akan terjadi perbanyakan sel atau “hyperplasia”. Perbanyakan sel ini

meliputi perkembangan saluran pencernaan, perkembangan saluran pernapasan,

dan perkembangan sistem kekebalan. Keberhasilan masa brooding ini sangat

dipengaruhi oleh suhu, kelembapan, dan kualitas udara dalam kandang. Suhu dan

kelembapan kandang yang seragam pada saat masa brooding akan menghasilkan

performa broiler yang baik. Pemeliharaan periode brooding adalah 14 hari, dengan

pengaturan suhu 30--320 C dankelembapan 60-80%.

Aspek Pakan dan Air Minum

Berikut ini kebutuhan nutrisi ayam ras pedaging strain Cobb 500 dapat

dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Kebutuhan Nutrisi Ayam Ras Pedaging Strain Cobb500


Rekomendasi Pakan
Starter Grower Finisher 1 Finisher 2
Jumlah Pakan/Ekor 250 g 1000 g
0.05 Ib 2.20 Ib
Periode Pemberian Pakan
(Hari) 0-10 11-22 23-42 43+
Bentuk Pakan Crumb Pellet Pellet Pellet
Protein Kasar (%) 21-22 19-20 18-19 17-18
EM (Mj/kg) 12.59 12.92 13.26 13.36
Kkal/kg 3008 3086 3167 3191
Kkal/Ib 1365 1400 1438 1448
Lisin (%) 1.32 1.19 1.05 1
DL Lisin (%) 1.18 1.05 0.95 0.9
Metionin (%) 0.5 0.48 0.43 0.41
DL Metionin (%) 0.45 0.42 0.39 0.37
Kalsium (%) 0.9 0.48 0.76 0.76
Phospor (%) 0.45 0.42 0.38 0.38
Sodium (%) 0.16-0.32 0.16-0.32 0.15-0.32 0.15-0.32
Klorin (%) 0.17-0.35 0.16-0.35 0.15-0.32 0.15-0.32
Potasium (%) 0.60-0.95 0.60-0.85 0.60-0.80 0.60-0.80
Asam Linoleat (%) 1 1 1 1
Sumber : Broiler Performance and Nutrion Supplement Cobb500 Vantres, 2015.

Adapun komposisi pakan dan kandungan nutrisi pakan Starter dan Finisher

dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Komposisi Pakan dan Kandungan Nutrisi Pakan Starter dan Finisher
Fase Pemeliharaan
Nutrisi Pre-Starter Starter Finisher
(0-7 hari) (8-21 hari) (22-panen)
Protein Kasar (%)** 21-22 19-20 18-19
Energi Metabolisme (kkal/kg)** 3035 3108 3180
Serat Kasar (%)* <5 <5,5 <5,5
Lemak Kasar (%)* 2,5-7 2-7 2-7
Abu (%)* 5-8 5-8 5-8
Kalsium (%)** 0,9 0,84 0,76
Phospor (%)** 0,45 0,42 0,38
Sumber : * Standar Nasional Indonesia (1995)
** Broiler Performance and Nutrition Supplement (Cobb500, 2013)

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan pakan yang digunakan ada

3 yaitu pakan pre-starter, starter dan finisher. Pakan pre-starter yaitu pakan

berbentuk butiran (crumble) yang diberikan kepada ayam pedaging pada umur 1-

14 hari. Pakan pre-starter diberikan pada pola kemitraan, tetapi tidak diberikan pada

pola pemeliharaan mandiri, jumlah komsumsi pakan pre-starter 500 g/ ekor dan

energi metabolisme antara 3000 – 3100 kkal/kg, jumlah komsumsinya 500 g/ekor.

Hal ini sesuai dengan pendapat Sugiarto (2008) bahwa untuk menghasilkan

konversi ransum yang baik untuk unggas adalah ransum bentuk crumble dan pellet

dibandingkan dengan mash. Ransum bentuk grumbel dan pellet cenderung

mengurangi jumlah ransum yang hilang didalam litter dibandingkan dengan ransum

bentuk mash. Ransum bentuk pellet memiliki konvesi yang lebih baik dibandingkan

dengan dengan ransum bentuk mash yaitu 1,8 berbanding 1,9


Pakan starter pada pola mandiri pakan starter dalam bentuk butiran

(crumble) diberikan pada umur 1-21 hari, energy metabolismenya 3000-3100

kkal/kg, protein kasar 21-23 sedangkan pada pola kemitraan diberikan pada umur

15-21 hari bentuk pakannya sama dengan pola Mandiri yaitu bentuk crumble

protein kasar 21-23 energi metabolisme 3000 kkal /kg. Hal ini sesuai dengan

pendapat Faradis (2009) komposisi pakan pada fase starter terdiri atas protein 22-

24%, lemak 2,5%, serat kasar 4%, kalsium (Ca) 1%, phosphor (P) 0,7-0,9%.

Kebutuhan protein ayam pedaging (ayam broiler) berbeda pada fase starter dan fase

finisher. Perbedaan tersebut disebabkan oleh ayam broiler membutuhkan protein

yang tinggi pada fase starter untuk pertumbuhan yang cepat agar manusia dapat

menikmati dagingnya.

Pakan finisher ternak ini diberikan kepada ayam pedaging berumur 22 hari

hingga ayam pedaging tersebut dipanen atau sekitar 30-45 hari. Untuk ayam yang

umurnya 3 minggu sampai dipanen. Jenis pakannya : 512B (crumble) dan 512 BG

(pellet). Hal ini sejalan dengan pendapat Sugiarto (2008) yang menyatakan bahwa

untuk menghasilkan konversi ransum yang baik untuk unggas adalah ransum

bentuk crumble dan pellet dibandingkan dengan mash. Ransum bentuk crumble dan

pellet cenderung mengurangi jumlah ransum yang hilang di dalam litter

dibandingkan dengan ransum bentuk mash. Ransum bentuk pellet memiliki

konversi yang lebih baik dibandingkan dengan ransum bentuk mash yaitu 1,8

berbanding 1,9.

Pemberian air minum dilakukan secara terus-menerus atau adlibitum

dengan tujuan agar ayam tidak mengalami dehidrasi. Air minum ditambahkan

vitamin dan antibiotik untuk menjaga kondisi tubuh ayam. Hal ini sesuai degan
pendapat Williamson dan Payne (1993) bahwa air harus selalu tersedia dan sangat

baik disediakan dari keran otomatis. Dijelaskan lebih lanjut oleh Rizal (2006)

bahwa konsumsi air pada ayam biasanya dua kali lebih banyak dibanding dengan

konsumsi makanannya

Pertumbuhan Ayam Pedaging Strain Cobb

Tingkat Pertumbuhan Ayam Pedaging Selama Pemeliharaan (Per Minggu)

dapat diamati pada tabel 5 berikut ini.

Tabel 5. Tingkat Pertumbuhan Ayam Pedaging Selama Pemeliharaan (Per


Minggu)
Minggu ke- Berat Badan (g) PBB (g/e/hari)
DOC 42 42
I 130 12,57
II 400 38,57
III 850 64,28
IV 1100 35,71
V 1550 64,28
VI 1850 42,85
Sumber : Data Hasil Praktikum Manajemen Ternak Unggas, Fakultas
Peternakan, Universitas Hasanuddin, 2017.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka dapat diketahui bahwa

pertambahan bobot badan harian ayam broiler selama pemeliharaan berbeda-beda

setiap minggunya. Pada minggu pertama sampai ketiga pertambahan bobot

badannya naik secara signifikan, namun pada minggu keempat dan keenam

mengalami penurunan pertambahan bobot badan. Hal ini disebabkan karena

kuantitas pakan yang tidak terlalu diperhatikan. Hal ini sesuai dengan pendapat

Yamin (2002), untuk mendapatkan pertambahan bobot badan yang maksimal maka

sangat perlu diperhatikan keadaan kuantitas pakan. Pakan tersebut harus

mengandung zat nutrisi dalam keadaan cukup dan seimbang sehingga dapat

menunjang pertumbuhan maksimal.


Hal tersebut juga disebabkan karena adanya perbedaan pemberian ransum

yang diberikan setiap harinya sehingga berpengaruh pada pertambahan bobot badan

broiler. Hal ini sesuai dengan pendapat Zulkarnain (2013), konsumsi ransum sangat

erat kaitannya dengan kesuksesan sebuah peternakan. Setiap peternak selalu

berharap pemberian ransum yang rendah, tetapi ayam memiliki berat yang tinggi.

Hal itu tentu saja tidak bisa dilakukan karena jumlah ransum dan berat ayam sangat

terkait. Konsumsi ransum untuk ayam pun harus tepat. Ditambahkan oleh Nastiti

(2010), nilai konversi ransum berhubungan dengan biaya produksi, khususnya

biaya ransum, karena semakin tinggi konversi ransum maka biaya ransum akan

meningkat dikarenakan jumlah ransum yang dikonsumsi untuk menghasilkan bobot

badan dalam jangka waktu tertentu semakin tinggi.

Biosecurity dan Penanggulangan Penyakit

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dapat diketahui bahwa

biosecurity adalah upaya untuk mencegah penyebaran penyakit ke dalam farm,

dengan cara melakukan menjaga fasilitas yang dapat memperkecil lalu lintas

organisme biologis (virus, bakteri, hewan dll) melintasi batasnya. Hal ini sejalan

dengan pendapat Payne (2000) bahwa biosekuriti adalah suatu konsep yang

merupakan bagian integral dari suksesnya sistem produksi suatu peternakan

unggas, khususnya ayam pedaging dalam mengurangi risiko dan konsekuensi dari

masuknya penyakit infeksius terhadap unggas maupun manusia. Ditambahkan oleh

Zainuddin dan Wibawan (2007) bahwa tujuan utama dari penerapan biosekuriti

antara lain meminimalkan keberadaan penyebab penyakit, meminimalkan

kesempatan agen berhubungan dengan induk semang, membuat tingkat

kontaminasi lingkungan oleh agen penyakit seminimal mungkin.


Pengendalian penyakit yang dilakukan berupa sanitasi kandang dan juga

memberikan vaksin pada saat ayam masih berumur 4 hari dan juga pemberian

antibiotik pada air minum. Hal ini dilaksanakan agar ayam dapat melawan infeksi

virus dan bakteri yang biasa menyerang pada saat proses pemeliharaan. Menurut

Hadi (2014) bahwa aspek lain dari biosekuritas adalah mencegah penyakit melalui

vaksinasi. Antibiotika digunakan untuk memberantas infeksi bakteri. Karena tidak

ada obat yang dapat melawan infeksi virus, maka vaksinasi sebelum infeksi terjadi

di dalam flok ayam menjadi pilihan utama untuk melindungi ayam .Vaksin virus

yang ideal terbuat darip suatu virus yang tidak menimbulkanpenyakit, tetapi virus

yang sangat tinggi imunogenesitasnya. Kombinasi ini agak jarang oleh karena itu

virus-virus terpilih harus memberikan reaksi yang kecil sekali dan menyebabkan

kekebalan yang tinggi. Perusahaan vaksin mempunyai kombinasi faktor-faktor

yang terbaik terhadap virus yang ada sesuai dengan yang diharapkan.

Vaksinasi adalah suatu usaha memberikan kekebalan pada ayam, agar ayam

tersebut kebal terhadap serangan suatu penyakit (Murtidjo, 1992). Lebih lanjut

dikatakan vaksinasi dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti injeksi, air

minum, tetes mata atau hidung, semprot ataupun tusuk sayap. Program vaksinasi

untuk ayam broiler relatif paling sedikit dibanding dengan ayam petelur maupun

ayam bibit sebab pemeliharaan ayam broiler hanya membutuhkan waktu relatif

lebih singkat yakni sekitar 6-8 minggu (Sholikin, 2011).

Performa Ayam Pedaging yang Dipelihara pada Kandang Terbuka Beralas


Litter
Performa ayam pedaging yang dipelihara pada kandang terbuka beralas

litter dapat diamati pada tabel 6 berikut.


Tabel 6.Performa Ayam Pedaging yang Dipelihara pada Kandang Terbuka
Beralas Litter
Parameter Nilai
Lama pemelihara (hari) 42
Konsumsi pakan
Starter (g) 1000
Finisher (g) 2500
Berat badan akhir (g) 1850
PBB (g/e/hari) 43
Deplesi (%) 10
Konversi pakan (FCR) 1,82
Sumber : Data Hasil Praktikum Manajemen Ternak Unggas, Fakultas Peternakan,
Universitas Hasanuddin, 2017.

Karakteristik Karkas Ayam Pedaging

Tahapan Processing Hingga Menjadi Karkas

Untuk memperoleh hasil pemotongan unggas yang baik,

maka ternak unggas sebaiknya masuk tahapan diistirahatkan dulu sebe-

lum proses dipotong. Cara pemotongan ternak unggas yang sering digunakan di

Indonesia adalah teknik pemotongan Kosher, yaitu pemotongan arteri karotis

unggas, vena jugolaris unggas dan oesofagus unggas. Pada saat penyembellihan

(pemotongan), darah unggas harus keluar sebanyak mungkin. Jika darah dapat

keluar secara sempurna saat pemotongan, maka berat darah sekitar 4 persen dari

bobot tubuh unggas setelah pemotongan. Proses tahapan pengeluaran darah pada

ayam biasanya berlangsung selama 50-120 detik, tergantung pada besar kecilnya

ayam yang dipotong (Plengdut, 2017).

Menurut Metia (2016), langkah–langkah dalam proses pemotongan pada

ayam broiler/ayam potong adalah:

1. Penyembelihan (Bleeding)
Pemotongan dilakukan dengan mengunakan pisau kecil, bagian yang

dipotong adalah didasar rahang, tepat memotong vena jagularis dan arteri corotis.

Darah dituntaskan dengan ditampung. Lama penuntasan sekitar 50-70 detik.

2. Scalding (Pencelupan dalam air panas)

Setelah ayam broiler dipotong rendamkan kedalam air panas dengan suhu

tertentu. Pencelupan bertujuan untuk memudahkan pencabutan bulu, pencelupan

terlalu lama bisa menyebabkan kulit terlalu lengket setelah dicabut bulunya.

Pencelupan kedalam air panas untuk mempercepat pencabutan bulu.

Dimana ada dua cara yang dipakai adalah :

1. Dengan air bersuhu 52-55° C selama 45 detik. Biasa dilakukan pada untuk ayam

broiler yang dipotong pada usia 5-6 minggu, agar dihasilkan kualitas karkas yang

baik.

2. Dengan air bersuhu 55–60°C selama 90 detik Biasa dilakukan pada untuk ayam

broiler yang dipotong pada usia 7- 8 minggu. Kulit menjadi lebih kering.

3. Picking (Pencabutan Bulu)

Pencabutan bulu setelah proses pencelupan ayam potong kedalam dalam air

panas selesai baru proses pencabutan bulu ayam dilakukan dengan memakai

mesin pencabut bulu 2 (dua) selinder berupa selinder karet, yang pada kedua

permukaannya terdapat duri-duri lunak yang terbuat dari karet. Kedua selinder

berputar dengan arah yang berlawanan, sehingga jika karkas ayam broiler diletakan

didalamnya bulu-bulunya akan terkait dan tercabut dari permukaannya.

4. Eviscerating (Pengeluaran Organ Dalam )


Setelah selesai pencabutan bulu tahap selanjutnya adalah pengeluaran

organ dalam atau jeroan, termasuk kepala , kelenjer minyak, dan paru, setelah itu

organ dalam tubuh di cuci bersih. Untuk mengeluarkan organ dalam, juga dilakukan

pemotongan kaki, kepala dan leher sehingga diperoleh karkas.

5. Grading (Seleksi Menurut Kwalitas)

Penggolongan karkas yang dilakukan berdasarkan bobot badan/berat badan

Ayam potong (broiler), dimana sebelum ayam dipotong dilakukan penimbangan

terlebih dahulu kemudian baru dipotong. Pembagian karkas berdasarkan bobot

badan dikelompokan 3 yaitu : 1kg, 1 kg, 1,3 kg dan 1,8kg.

6. Packaging (Pengemasan)

Tahap selanjutnya adalah proses pengemasan dilakukan dengan memakai

plastik kantong putih. Caranya karkas dibungkus dengan plastik kemasan sehingga

terbungkus selurunya.

7. Chilling (Pendinginan)

Pendinginan bertujuan untuk menghilangkan panas badan yang tersisa,

disamping untuk mencegah bibit penyakit, dan bertujuan agar daging ayam potong

tahan lama. Pendinginan dapat dilakukan didalam dengan memakai freezer dengan

suhu dibawah 10°C.

Tabel 7. Karakteristik Karkas Ayam Pedaging yang dipelihara pada kandang


terbuka beralas litter
Parameter Berat
Gram Persentase (%)
Berat Hidup 1,870 -
Karkas 1,335 71,39
Paha 365 27,34
Dada 480 35,96
Sayap 305 22,85
Punggung 145 10,86
Leher 85 6,37
Sumber : Data Hasil Praktikum Manajemen Ternak Unggas, Fakultas Peternakan,
Universitas Hasanuddin, 2017.

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka dapat diketahui bahwa

berat hidup ayam broiler sebelum pemotongan yaitu 1,870 gram. Setelah dilakukan

processing karkas maka diperoleh berat karkas yaitu 1,335 gram. Dari semua bagian

tubuh ayam broiler, diketahui bahwa persentase yang paling banyak yaitu pada

bagian dada ayam broiler. Hal ini disebabkan oleh bobot hidup ayam broiler,

sehingga bobot hidup yang besar akan diikuti pula oleh bobot karkas yang besar

pula, dan sebaliknya. Hal ini sesuai dengan pendapat Wahju (1992) bahwa

tingginya bobot karkas ditunjang oleh bobot hidup akhir sebagai akibat

pertambahan bobot hidup ternak bersangkutan. Ditambahkan Hayse dan Marion

(1973) dalam Resnawati (2004) menyatakan bahwa bobot karkas yang di hasilkan

dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu umur, jenis kelamin, bobot potong, besar

dan konformasi tubuh, perlemakan, kualitas dan kuantitas ransum serta strain yang

dipelihara.

DAFTAR PUSTAKA

Payne Jb, Kroger Ec, Watkins Se. 2002. Evaluation Of Litter Treatments On
Salmonella Recovery From Poultry Litter. J. Appl. Poult. Res. 11:
239-243.
Zainuddin, D. Dan Wibawan, W.T. 2007. Biosekuriti Dan Manajemen Penanganan
Penyakit Ayam Lokal.
Http://Www.Peternakan.Litbang.Deptan.Go.Id/Attachments/Biosekuriti_A
yam Lokal.Pdf [5 Juni 2011].
Endang Sujana, S. Darana Dan I. Setiawan. 2011. Farm Sustainable Livestock
Techno Park, Kampus Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran,
Jatinangor. Seminar Nasional Teknologi Peternakan Dan Veteriner.
Sumedang
Huda Sholikin Ws. 2011. Manajemen Pemeliharaan Ayama Broiler Di Peternakan
Ud Hadi Ps Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo.
Naritha Ayudya Riswanti . 2014.
Kelayakan Pembesaran Ayam Broiler Sistem Perkandangan Terbuka Dan Tertutup
Pada Cv Perdana Putra Chicken Bogor. Bogor.
Situmorang N. A., L.D. Mahfudz, Dan U. Atmomarsono. 2013. Pengaruh
Pemberian Tepung Rumput Laut (Gracilaria Verrucosa) Dalam Ransum
Terhadap Efisiensi Penggunaan Protein Ayam Broiler. Animal
Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2. Semarang
Wintari Mandala. 2012. Analisis Keuntungan Titik Impas (Break Even Point)
Usaha Peternakan Ayam Ras Pedaging Pola Kemitraan Dan Mandiri Di
Kabupaten Lampung Selatan. Tesis. Bandar Lampung.

Anda mungkin juga menyukai