Anda di halaman 1dari 18

Laporan Praktikum

Tatalaksana Padang Penggembalaan Peternakan Rakyat

PRAKTIKUM V
PENGUKURAN KAPASITAS TAMPUNG

OLEH :

NAMA : NURFITRI HANDAYANI


NIM : I111 15 521
KEL / GEL : V / II
ASISTEN : JISNAWATI

LABORATURIUM ILMU TANAMAN PAKAN DAN PASTURE


DEPARTEMEN NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
PENDAHULUAN

Pakan merupakan faktor yang sangat penting diperhatikan dalam usaha

budidaya ternak karena mempengaruhi tinggi rendahnya produksi ternak. Pakan

utama (pokok) ternak ruminansia adalah hijauan yang dapat berupa rumput-

rumputan maupun legume. Sekitar 60 sampai 90 persen dari total ransum yang

dikonsumsi ternak ruminansia berupa hijauan. Oleh karenanya, ketersediaan

pakan hijauan dalam jumlah yang cukup dengan kualitas yang baik merupakan

syarat yang harus dipenuhi dalam meningkatkan produksi ternak ruminansia

(Faisal, 2013).

Langkah yang dapat ditempuh dalam meningkatkan produksi ternak

ruminansia yang dipelihara peternak kecil di pedesaan adalah dengan

memperbaiki komposisi botanis sehingga kualitas padang penggembalaan alami

menjadi meningkat serta pengaturan penggembalaan ternak pada padang

penggembalaan alami sesuai dengan kapasitas tampungnya. Upaya yang untuk

memperbaiki peningkatan kapasitas tampung padang penggembalaan alami dapat

dilakukan melalui pendekatan berdasarkan informasi kapasitas tampung di

lapangan (Junaidi, 2010).

Daya tampung atau kapasitas tampung (carrying capacity) adalah

kemampuan padang penggembalaan untuk menghasilkan hijauan makanan ternak

yang dibutuhkan oleh sejumlah ternak yang digembalakan dalam luasan satu

hektar atau kemampuan padang penggembalaan untuk menampung ternak per

hektar (Alfian dkk., 2012).


Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari praktikum Tatalaksana padang dan penggembalaan

peternakan rakyat mengenai Pengukuran Kapasitas Tampung yaitu gambaran

umum kapasitas tampung, gambaran animal unit, intensitas penggembalaan dan

metode penentuan daya tampung

Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dilakukannya praktikum Tatalaksana Padang Penggembalaan

Peternakan Rakyat mengenai pengukuran kapasitas tampung yaitu untuk

mengetahui gambaran umum kapasitas tampung, gambaran animal unit, intensitas

penggembalaan dan metode penentuan daya tampung

Kegunaan dilakukannya praktikum Tatalaksana Padang Penggembalaan

Peternakan Rakyat mengenai pengukuran kapasitas tampung yaitu agar

mahasiswa mampu mengetahui dan menerapkan kepada masyarakat bagaimana

gambaran umum kapasitas tampung, gambaran animal unit, intensitas

penggembalaan dan metode penentuan daya tampung


TINJAUAN PUSTAKA

Gambaran Umum Penggunaan Padang Penggembalaan

Padang penggembalaan merupakan tempat menggembalakan ternak untuk

memenuhi kebutuhan pakan dimana pada lokasi ini telah ditanami rumput unggul

dan atau legum dengan jenis rumput/legum yang tahan terhadap injakan ternak.

faktor faktor yang memepengaruhi padang pengembalaan antara lain air,

intensitas sinar mata hari, kompetisi zat zat makanan, kekompakan tanah,

pengambilan zat zat makanan, dan berkurangnya Produksi. Pastura yang terlalu

tinggi menyebabkan sulit untuk mengumpulkan biji atau buah yang dipetik yang

berjatuhan ke tanah (Koten, 2013).

Padang penggembalaan dapat diklasifikasikan menjadi empat golongan

utama, yaitu padang penggembalaan alam, padang penggembalaan permanen yang

sudah diperbaiki, padang penggembalaan buatan (Temporer), dan padang

penggembalaan dengan Irigasi. Padang penggembalaan dapat terdiri atas rumput-

rumputan, kacang-kacangan atau campuran keduanya (McIllroy, 1976).

Pemanfaatan padang penggembalaan alami sebagai sumber pakan hijauan

sudah lama dilakukan oleh peternakan kecil (peternakan rakyat) di pedesaan.

Untuk memperoleh pakan hijauan bagi ternak yang dipeliharanya, peternak

umumnya menggembalakan ternaknya pada padang penggembalaan alami yang

berada di sekitar tempat tinggalnya. Pada kenyataannya, pemeliharaan ternak

ruminansia dengan sistem pemeliharaan tersebut cenderung memperlihatkan

bahwa produksi yang dihasilkan relatif rendah (Sawen dan Junaidi, 2011).
Pengelolaan padang penggembalaan yang digunakan untuk penggemukan

sapi dengan sistem pasture fattening adalah rotasi penggunaan padang

penggembalaan. Suatu areal padang penggembalaan dapat dibagi atas beberapa

petak dan diisi dengan beberapa ekor sapi yang digemukkan, setiap petak harus

diamati terus agar dapat ditentukan saat yang tepat untuk melakukan rotasi

(Siregar, 2010).

Gambaran Umum Kapasitas Tampung

Carrying Capacity (CC) atau kapasitas tampung adalah kemampuan untuk

menampung ternak per unit per satuan luas sehingga memberikan hasil yang

optimum atau daya tamping padang penggembalaan untuk mencukupi kebutuhan

pakan hijauan yang dihitung dalam animal unit (AU). Kepadatan ternak yang

tidak memperhatikan Carring Capacity akan menghambat pertumbuhan hijauan

yang disukai, sehingga populasi hijauan yang berproduksi baik akan menurun

kemampuan produksinya, karena tidak mendapat kesempatan untuk tumbuh

(Apriyansyah, 2016).

Kapasitas tampung padang penggembalaan atau kebun rumput, erat

berhubungan dengan jenis ternak, produksi hijauan rumput, musim, dan luas

padang penggembalaan atau kebun rumput. Oleh karena itu, kapasitas tampung

bisa bermacam-macam dan tergantung pada pengukuran produksi hijauan rumput.

Pada musim basah, hijauan rumput akan tinggai produksinya daripada musim

kering. Hal demikian juga berarti bahwa pada musim basah bisa tersedia lebih

banyak produksi hijauan rumput untuk sejumlah ternak, namun pada musim
kering jumlah ternak akan terbatas jumlahnya sesuai dengan tersedianya hijauan

rumput (Alfian, dkk, 2012).

Perhitungan mengenai kapasitas tampung (Carrying Capacity) suatu lahan

terhadap jumlah ternak yang dipelihara adalah berdasarkan pada produksi hijaua

makanan ternak yang tersedia. Dalam perhitungan ini digunakan norma Satuan

Ternak (ST) yaitu ukuran yang digunakan untuk menghubungkan bobot tubuh

ternak dengan jumlah makanan ternak yang dikonsumsi (Indra, 2015).

Gambaran Animal Unit

Satuan Ternak (ST) atau Animal Unit (AU) merupakan satuan untuk

ternak yang didasarkan atas konsumsi pakan. Setiap satu AU diasumsikan atas

dasar konsumsi seekor sapi perah dewasa non laktasi dengan berat 325 kg atau

seekor kuda dewasa (Adifirman, 2011).

Daya tampung ternak ruminansia pada musim kemarau berdasarkan BK,

BO, PK dan TDN apabila dibandingkan dengan populasi ternak yang ada di desa

Kemejing (pada saat penelitian) yaitu sebesar 901,40 UT, maka jumlah populasi

ternak yang ada melebihi daya tamping atau kapasitas tamping ternak ruminansia

di wilayah tersebut (Alfian, 2012).

Mengestimasi produksi pastura dan banyaknya hewan yang dapat dilepas

merupakan salah satu prasyarat penggunaan dari suatu pastura. Keseimbangan

akan keduanya diperlukan. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi rumput,

metode pemberian, umur hewan dan lain sebagainya, mempengaruhi kapasitas

tampung. Luas pastura juga dapat mempengaruhi kapasitas tampung, hal ini

disebabkan karena hewan akan lebih banyak bergerak (misalnya berjalan) di


astura yang lebih luas selanjutnya mempengaruhi tingkat konsumsi dan kapasitas

tampung (Khomar, 2010).

Intensitas Penggembalaan

Intensifikasi tatalaksana lahan penggembalaan dan produksi hijauan,

meliputi intensitas perhatian, pemeliharaan dan penggunaan lahan

penggembalaan, penggunaan lahan produktif lainnya untuk mendukung produksi

hijauan, serta intensitas peran sumber-daya manusia, khususnya peternak, dalam

penyediaan hijauan bagi ternaknya, termasuk pemanfaatan sumber-sumber pakan

kasar (roughage) sebagai hijauan pakan lainnya (Amar, 2008).

Pada proses penggembalaan, pertama kali ternak melakukan seleksi pada

jenis tanaman dan perengutan hanya dilakukan pada bagian tanaman yang disukai.

Dalam melakukan kegiatan ini ternak berjalan dan sebagai akibatnya banyak

tanaman terinjak dan bahkan sebagian tanaman juga mendapatkan cekaman dari

kotoran ternak yang dikeluarkan saat merumput. Kotoran ternak yang masih segar

merupakan suatu cekaman bagi pertumbhan tanaman mengingat material ini

merupakan bahan organik yang masih belum siap dimanfaatkan untuk

pertumbuhan tanaman. Adanya proses seleksi, injakan dan tercampurnya tanaman

dengan kotoran mengakibatkan tidak semua bagian aerial tanaman dapat

dikonsumsi oleh ternak, sehingga pemanfaatan hijauan di pastura lebih rendah

dibandingkan dengan sistem cut and carry (Indra, 2015)

Menurut Amar (2008) Intensifikasi perhatian petani/petemak meliputi

segala aspek usahanya, tetapi dalam hal ini, secara khusus penyediaan hijauan

pakan melalui:
1. Pengembangan teknik-teknik pengawetan kering (hay) dan segar (silase),

serta pemanfaatan sumber hijauan lain untuk menjamin persediaan pakan

utama pengganti hijauan segar (roughage) pada musim atau tujuan tertentu.

2. Selain teknik pengawetan, pengembangan teknologi pemanfaatan limbah

seperti jerami padi dan jagung, serta hijauan lain yang mudah diperoleh tetapi

kurang disukai ternak seperti daun johar (Cassea siamea Lamk .) dalamm

bentuk pakan komplit yang dikompakkan/dipress (compacted complete feed).

Metode Penentuan Daya Tampung

Daya tampung atau kapasitas tampung (carrying capacity) adalah

kemampuan padang penggembalaan untuk menghasilkan hijauan makanan ternak

yang dibutuhkan oleh sejumlah ternak yang digembalakan dalam luasan satu

hektar atau kemampuan padang penggembalaan untuk menampung ternak per

hektar (Reksohadiprodjo, 1994).

Berdasarkan hijauan tersedia

Produksi hijauan tersedia adalah jumlah keseluruhan hijauan yang

dapat dihasilkan oleh padang penggembalaan (dinyatakan dalam bahan

kering) dikurangi produksi komponen gulma, dikali proper use faktor dan dalam

hal ini proper use faktor yang digunakan adalah 45%. Kebutuhan luas lahan

per bulan bagi ternak (ha/UT) adalah jumlah kebutuhan hijauan ternak tersebut

selama sebulan (kg/UT) dibagi dengan produksi hijauan tersedia (kg/ha) dari

padang penggembalaan yang dimaksud. Kebutuhan luas lahan ternak per tahun

(ha/unit ternak) dihitung menggunakan rumus Voisin. Kapasitas tampung

padang penggembalaan dihitung dengan asumsi bahwa satu unit ternak (unit
ternak) setara dengan sapi dengan bobot 500 kg, dengan kebutuhan pakan ternak

per hari (dalam bentuk bahan kering) ditetapkan sebesar 3% dari bobot

badan, dan bahwa periode stay (merumput) selama 70 hari (Damry, 2009).

Faktor lain yang juga diduga menjadi penyebab rendahnya kandungan

protein kasar hijauan di lokasi penelitian adalah kondisi undegrazing yang

sedang terjadi sehingga vegetasi yang ada mengalami penuaan dengan

kandungan serat kasar yang tinggi (Muhajirin dkk., 2012).

Berdasarkan produksi ternak

Menurut Sawen dan Junaidi (2011), menyatakan bahwa besarnya produksi

hijauan atau kebun rumput pada suatu areal dapat diperhitungkan, seperti berikut :

1. Produksi Kumulatif, merupakan produksi padang penggembalaan atau kebun

rumput yang ditentukan bertahap selama 1 tahun. Setiap pemotongan

produksi hijauan rumput diukur dan dicatat. Setalah 1 tahun seluruh produksi

dijumlah, dan hasilnya merupakan produksi kumulatif.

2. Produksi Realitas, merupakan produksi yang ditentukan oleh setiap

pemotongan hijauan rumput seluruh areal padang penggembalaan atau kebun

rumput. Jadi, produksi realitas adalah produksi sebenarnya yang bisa diukur

dengan produksi ternak.

3. Produksi Potensial, merupakan produksi yang ditentukan atas dasar perkiraan

suatu areal padang penggembalaan atau kebun rumput. Jadi, perhitungan ini

cenderung disebut sebagai taksiran.

Faktor dominan penyebab rendahnya produksi ternak dengan sistem

pemeliharaan tersebut di atas, yaitu rendahnya kualitas padang penggembalaan


alami dan jumlah ternak yang dipelihara pada padang penggembalaan alami

tersebut tidak sesuai dengan kapasitas tampung. Tinggi rendahnya kualitas

suatu padang penggembalaan berkaitan erat dengan komposisi botanis

(tumbuhan) yang terdapat pada padang penggembalaan tersebut. Sedangkan

padatnya ternak yang dipelihara menyebabkan ketersediaan pakan hijauan yang

terdapat pada padang penggembalaan alami tersebut tidak mencukupi

kebutuhan seluruh ternak yang digembalakan (Samen dan Junaidi, 2011).


METODE PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat

Praktikum Tatalaksana Padang Penggembalaan Peternakan Rakyat

mengenai Pengukuran Kapasitas Tampung, dilaksanakan pada hari jumat-minggu

28-30 April 2017 pukul 10.00 WITA - Selesai, bertempat di Lahan

Penggembalaan PT. Berdikari United Livestock (PT. BULS) Kabupaten Sidrap.

Materi Praktikum

Alat yang digunakan dalam melakukan praktikum mengenai Pengukuran

Kapasitas Tampung adalah parang/gunting, meteran, kuadran dan timbangan.

Bahan yang digunakan dalam melakukan praktikum mengenai Pengukuran

Kapasitas Tampung adalah Rumput kering, kantong plastik dan lebel, Koran, dan

tali rapia

Metode Praktikum

Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, menyiapkan kuadran

ukuran 1 x 1 m, melemparkan kuadran secara acak dipadang rumput. Kemudian

memotong hijauan yang berada dalam kuardan sedekat mungkin dengan

permukaan tanah, menimbang hasil potongan. Meletakkan kuadran dengan jarak

20 langkah ke tanah dan memotong dan menimbang hijauan yang berada di dalam

kuadran disebut satu kluster. Menentukan kuadran kedua dengan meletakkan

kuadran sejauh 20 langkah tegak lurus dengan kluster pertama, memotong dan

menimbang hijauan yang ada dalam kuadran pada kluster kedua. Kemudian
mengambil sampel dilakukan pada kultur ketiga dan seterusnya, mengambil

sampel sebanyak 500 g hijauan yang sudah ditimbang, memasukkan kedalam

kantong plastik untuk dibawa ke laboratorium untuk analisa bahan kering.


HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengukuran Kapasitas Tampung

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan mengenai Pengukuran

Kapaitas Tampung maka diperoleh hasil sebagai berikut.

Tabel 4. Pengukuran Kapasitas Tampung


Kuadran Berat segar (g/m2) Kapasitas tampung (Kg/Ha)
A 4920 gr 24600 Kg/Ha
B 570 gr 2850 Kg/ Ha
C 120 gr 600 Kg/Ha
D - -
Sumber : Hasil Praktek Lapang Tatalaksana Padang Pengembalaan Rakyat PT.BULS,
2017.

Keterangan :

A : Rumput
B : Legum
C : Gulma
D : Tanaman Lain

Berdasarkan Tabel 4 pada Praktek Lapang Tatalaksana Padang

Pengembalaan Peternakan Rakyat PT. Berdikari Unit Live Stock di Kabupaten

Sidrap mengenai Pengukuran Kapasitas Tampung, diperoleh hasil bahwa

Kuadran 1 memiliki kapasitas tampung 24600 Kg/Ha sedangkan Kuadran 2

memiliki kapasitas tampung 2850 Kg/Ha dan pada Kuadran 3 memiliki kapasitas

tamping 600 Kg/Ha perbedaan kapasitas tampung dapat dipengaruhi oleh

kemampuan padang penggembalaan dalam menghasilkan legum dan rumput,

produktivitas tanah dan curah hujan. Hal ini sesuai dengan pendapat Khomar

(2010), menyatakan bahwa kemampuan berbagai padangan rumput dalam

menampung ternak berbeda - beda karena adanya perbedaan dalam hal


produktivitas tanah, curah hujan dan penyebarannya serta topografi. Oleh karena

itu padang rumput sebaiknya digunakan menurut kemampuannya masing-masing.

Kapasitas tampung ternak bertujuan untuk mendefinisikan tekanan

penggembalaan jangka panjang dalam tingkat optimum yang secara aman

berkelanjutan dan dihubungkan dengan ketersediaan pakan hijauan untuk ternak.

Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi rumput, metode pemberian, umur

hewan dan lain sebagainya, mempengaruhi kapasitas tampung. Luas pastura juga

dapat mempengaruhi kapasitas tampung, hal ini disebabkan karena hewan akan

lebih banyak bergerak (misalnya berjalan) di pastura yang lebih luas selanjutnya

mempengaruhi tingkat konsumsi dan kapasitas tampung.


PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan Praktek Lapang Tatalakasana Padang Pengembalaan

Peternakan Rakyat di PT. Berdikari Unit Live Stock di Kabupaten Sidrap

mengenai Pengukuran Kapasitas Tampung dapat disimpulkan bahwa daya

tampung suatu padang penggembalaan berhubungan dengan luasnya padang

penggembalaan yang tersedia. Kemudian ada beberapa faktor yang menyebabkan

daya tampung padang pengembalaan, seperti produktivitas tanah, curah hujan,

jumlah ternak, tingkat konsumsi ternak dan produksi rumput.

Saran

Proses praktikum di lapangan sebaiknya alat yang digunakan lebih

lengkap lagi sehingga dapat mempermudah dalam praktikum dan sebaiknya

peternak lebih memperhatikan kondisi ternaknya agar ternaknya mendapatkan

nutrisi dan bobot badannya bertambah/gemuk.


DAFTAR PUSTAKA

Adifirman. 2011. Pendugaan produksi biomassa hijauan rumput Brachiaria


decumbens berdasarkan metode non destruktif dengan menggunakan
piringan akrilik. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Bandung.
Jurnal 3(1):21-24.

Alfian. Hermansah. Handani. 2012. Analisa daya tampung Ternak ruminansia


pada Musim Kemarau di daerah pertanian lahan kering kecamatan semin
kabupaten gunung kidul. Penelitian. Fakultas Peternakan Universitas
sebelas Maret. Surakarta.

Amar, A.L. 2008. Strategi penyediaan pakan hijauan untuk pengembangan sapi
potong di Sulawesi Tengah. Prosiding Seminar Nasional Sapi Potong.
Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Sulawesi
Tengah.

Apriansyah. 2016. Degradasi padang penggembalaan. Balai Penelitian Ternak,


Yogyakarta.

Damry. 2009. Produksi dan kandungan nutrient hijauan padang penggembalaan


alam Kecamatan Lore Utara, Kabupaten Poso. Jurusan Peternakan
Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Sulawesi Tengah. 16(4): 296
300.

Faisal. 2013. Ternak ruminansia pada Musim Kemarau di daerah pertanian lahan
kering kecamatan semin Penelitian. Fakultas Peternakan Universitas
sebelas Maret. Surakarta.

Indra. 2015. Bahan Praktikum Ilmu Tanaman Pakan. Fakultas Peternakan


Universitas Hasanuddin, Makassar.

Junaidi dan Diana. 2010. Potensi padang penggembalaan pada dua kabupaten di
provinsi papua barat. Penelitian.

Khomar. 2010. Menyahuti program pencapaian percepatan swasembada


daging sapi di Provinsi Sumatra Utara. Prosiding Seminar Nasional
Pengembangan Sapi Potong untuk mendukung Percepatan Pencapaian
Daging Sapi 2008-2010. Kerjasama antara Universitas Sumatra Utara
dengan Sub Dinas Peternakan, Sumatra Utara.
Koten, B. B. 2013. Tumpangsari Legum Arbila (Phaseolus Lunatus L.)
Berinokulum Rizobium dengan Sorgum (Sorghum Bicolor (L) Moench)
dalam Upaya Meningkatkan Produktivitas Hijauan Pakan Ruminansia.
Disertasi. Program pascasarjana. Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta.

Mcllroy. 1976. Pelestarian Tanaman Pakan. Tesis. Program Magister Ilmu


Lingkungan Program Pasca Sarjana. Halmahera, Tobelo.

Muhajirin 2012. Upaya pelestarian lar sebagai padang penggembalaan bersama


peternak tradisional yang berwawasan lingkungan di Kabupaten Sumbawa.
Tesis. Program Magister Ilmu Lingkungan Program Pasca Sarjana
Universitas Diponegoro, Semarang.

Reksohadiprodjo. 1994. Pengukuran produkasi hijauan tanaman pada padang


penggembalaan. Jurnal Agroforestri VIII. Politeknik Perdamaian
Halmahera, Tobelo.

Sawen, D dan Junaidi, M. 2011. Potensi padang penggembalaan alam pada dua
kabupaten di Provinsi Papua Barat. Seminar Nasional Teknologi
Peternakan dan Veteriner. Fakultas Peternakan Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Negeri Papua, Manokwari.

Siregar, B.S. 2010. Penggemukan Sapi. Penebar Swadaya. Jakarta.


LAMPIRAN

Lampiran Perhitungan Pengukuran Kapasitas Tampung

Dik : Berat segar rumput : 4920 g/m2

Berat segar legum : 570 g/m2

Berat segar gulma : 120 g/m2

Propre Use Factor : 50 %

Dalam 1 ha

Dit : kapasiatas tampung?

Penyelesaian :

Kapasiatas tampung padang rumput

50
4920 10.000 = 24600000 = 24600 kg/ha
100

Kapasiatas tampung padang rumput jenis tanaman legum

50
570 10.000 = 2850000 = 2850 kg/ha
100

Kapasitas tampung padang rumput jenis tanaman gulma

50
120 10.000 = 600000 = 600 kg/ha
100

Anda mungkin juga menyukai