Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN HASIL PRESENTASI

PEMELIHARAAN DAN PENGEMBANGAN AKTIVA TETAP


BESERTA PEMBERHENTIANNYA

KELOMPOK 3
NAMA ANGGOTA KELOMPOK:
 Adji Aliaras D
 Deni Roanita
 Fenti Fitriani
 Helsa Marshella P
 Indira Prabandari
 Petalita Akhirullistya
PENGGUNAAN AKTIVA TETAP (Utilization)

Penggunaan aktiva tetap (utilization) adalah 2nd phase dari siklus hidup aktiva
tetap. Pada masa inilah aktiva tetap diharapkan berproduksi,
menghasilkan output dan memberikan hasil kembali (gains / laba
/ profit / earning) atas costyang pernah dikeluarkan pada masa perolehannya.

Namun demikian, setiap revenue yang dihasilkan tentunya memerlukan adanya


pengorbanan, yang dalam suatu transaksi lumrah kita sebut sebagai beban/biaya
(expenses) maupun harga pokok (cost).
Untuk berproduksi, menghasilkan output yang pada akhirnya menghasilkan revenue,
aktiva tetap harus dipekerjakan (occupied) secara maksimal. Ada aktivitas-aktivitas.

Atas aktivitas-aktivitas yang dilakukan pada suatu aktiva tetap, ada 2 (dua)
konsekwensi utama yang akan timbul :
1. Adanya pengeluaran (expenditure) untuk pemeliharaan (maintenance),
perbaikan (repair/betterment), penggantian komponen (replacement), turun mesin
(overhaul).
2. Adanya penurunan fungsi sekaligus berkurangnya umur ekonomis atas aktiva
tetap yang dipergunakan, yang biasa kita kenal dengan PENYUSUTAN
(depreciation).

A. PENGELUARAN (Expenditure) DI MASA PENGGUNAAN


Seperti disebutkan diatas, konsekwensi pertama atas penggunaan aktiva tetap
adalah adanya pengeluaran-pengeluaran.
Berikut adalah aktivitas-aktivitas yang biasa terjadi pada penggunaan aktiva tetap
beserta panduan dasar perlakuan akuntansinya.

1).Pemeliharaan (Maintenance)
Tindakan atau aktivitas yang ditujukan “hanya” untuk membuat suatu aktiva tetap
berfungsi sebagaimana mestinya disebut dengan PEMELIHARAAN (Maintenance),
dan pengeluaran yang timbul hendaknya di bebankan (dijadikan biaya) pada periode
yang sama.

Contoh Kasus :
PT. Royal Bali Cemerlang, membayar sebesar Rp 75,000,- untuk membersihkan 1
unit AC di ruangan Accounting sekaligus menambah Freon sebanyak 5 psi.

Jelas bisa kita lihat bahwa aktivitas ini adalah dimaksudkan hanya untuk membuat
AC tersebut dapat berfungsi sebagaimana mestinya, maka atas pengeluaran
tersebut dicatat sebagai berikut :

[-Debit-] Office Maintenance = Rp 75,000,-


[-Credit-] Petty Cash = Rp 75,000,-
2).Perbaikan (Repair/betterment)
Perbaikan (repair) diperhitungkan sebagai aktivitas yang lebih besar dibandingkan
dengan pemeliharaan (maintenance). Dikatakan perbaikan (repair) apabila; untuk
membuat aktiva tersebut berfungsi sebagaimana mestinya diperlukan tindakan
pemulihan kondisi atas bagian/sparepart/komponen yang mengalami penurunan
fungsi, akan tetapi belum diperlukan suatu penggantian.

Contoh Kasus :
Dari kasus yang sama di atas, akan tetapi tehnisi AC perlu melakukan
penyambungan kabel ulang dan melakukan pengelasan pada pangkal pipa selang
yang sudah mengalami korosi ringan. Untuk itu PT.
Royal Bali Cemerlang harus mengeluarkan biaya tambahan sebesar Rp 350,000,-
Dapat kita lihat bahwa tindakan ini tidak hanya sekedar melakukan pemeliharaan
(maintenance) melainkan sudah terjadi aktivitas perbaikan (repaires). Untuk itu PT.
Royal Bali Cemerlang melakukan pencatatan sebagai berikut :

[-Debit-]Akumulasi penyusutan AC= Rp 350,000,-


[-Debit-]Office Maintenace = Rp 75,000
[-Credit-]Petty Cash = Rp 425,000,-

2).Perbaikan (Repair/betterment)
Perbaikan (repair) diperhitungkan sebagai aktivitas yang lebih besar dibandingkan
dengan pemeliharaan (maintenance). Dikatakan perbaikan (repair) apabila; untuk
membuat aktiva tersebut berfungsi sebagaimana mestinya diperlukan tindakan
pemulihan kondisi atas bagian/sparepart/komponen yang mengalami penurunan
fungsi, akan tetapi belum diperlukan suatu penggantian.

Contoh Kasus :
Dari kasus yang sama di atas, akan tetapi tehnisi AC perlu melakukan
penyambungan kabel ulang dan melakukan pengelasan pada pangkal pipa selang
yang sudah mengalami korosi ringan. Untuk itu PT. Royal Bali Cemerlang harus
mengeluarkan biaya tambahan sebesar Rp 350,000,-
Dapat kita lihat bahwa tindakan ini tidak hanya sekedar melakukan pemeliharaan
(maintenance) melainkan sudah terjadi aktivitas perbaikan (repaires). Untuk itu PT.
Royal Bali Cemerlang melakukan pencatatan sebagai berikut :

[-Debit-]. Akumulasi penyusutan AC = Rp 350,000,-


[-Debit-]. Office Maintenace = Rp 75,000
[-Credit-]. Petty Cash = Rp 425,000,-
4).Pengangkatan Kapasitas (Up-grading)
Pada fase pertumbuhan perusahaan, biasanya disertai dengan peningkatan
produksi, sebagai konsekwensinya, tidak jarang perusahaan harus melakukan
upgrade (peningkatan kapasitas) terhadap aktiva tetap yang digunakan (entah itu
mesin, peralatan bahkan gedungnya). Atas suatu upgrading, tentu akan memicu
adanya pengeluaran-pengeluaran yang biasanya cukup material.

Contoh Kasus :
Sudah beberapa bulan belakangan ini listrik di pabrik PT. XYZ sering mengalami
padam ditempat. Setelah diselidiki oleh electrician, diketahui penyebabnya adalah
karena penggunaan listrik di pabrik yang semakin meningkat seiring dengan adanya
penambahan beberapa mesin. Untuk itu diperlukan penambahan daya. Atas
penambahan daya tersebut, terjadi pengeluaran kas dengan rincian sebagai berikut :

1 unit Generator 30 KWH = Rp 18,000,000,-


1 unit panel MCB = Rp 1,500,000,-
400 meter Kabel = Rp 500,000,-
Biaya pemasangan = Rp 1,000,000,-
Total Pengeluaran = Rp 21,000,000,-

Transaksi tersebut dicatat :

[-Debit-]. Peralatan Listrik = Rp 21,000,000,-


[-Credit-]. Kas Bank A = Rp 21,000,000,-

5).Turun Mesin (overhaul)


Istilah turun mesin (overhaul) terjadi pada aktiva tetap yang bekerjanya
menggunakan mesin. Misalnya : Mobil, Kendaraan, mesin produksi, peralatan
produksi. Dikatakan mengalami turun mesin apabila untuk membuatnya berfungsi
lebih baik, diperlukan tindakan pembongkaran terhadaphampir seluruh komponen
atau komponen utama dari aktiva tersebut, untuk kemudian dilakukan pemasangan
kembali. Pada proses turun mesin hampir pasti akan terjadi sekaligus tindakan :
Pemeliharaan, Perbaikan, penggantian koponen. Turun mesin (overhaul) biasanya
terjadi disaat-saat aktiva tersebut mengalami penurunan fungsi (kapasitas) yang
sangat signifikan akibat penggunaan yang sudah relatif lama.

Aktifitas turun mesin (overhaul) sudah pasti akan membuat umur ekonomis aktiva
tersebut menjadi bertambah. Untuk itu, pengeluaran-pengeluaran yang timbul
hendaknya dikapitalisasi dengan cara mendebit rekening akumulasi penyusutan
(accumulated depreciation) sebesar pengeluaran overhaul tersebut.
Contoh Kasus :
Memasuki tahun ke-8, salah satu mesin produksi PT. Royal Bali Cemerlang yang 7
tahun lalu diperoleh Rp 10,000,000,- (life time estimation 8 tahun), perlu dilakukan
turun mesin, untuk melakukan turun mesin, perusahaan membayar sebesar Rp
7,000,000,- setelah turun mesin, mesin tersebut diperkirakan akan masih produktif
sampai 7 tahun ke depan.
Maka dilakukan pencatatan sebagai berikut :

[-Debit-]. Akumulasi penyusutan = Rp 7,000,000,-


[-Credit-]. Kas = Rp 7,000,000,-

Catatan : Jurnal di atas adalah untuk mengkapitalisasi pengeluaran atas overhaul


(turun mesin) sebesar Rp 7,000,000,-

Masalah berikutnya :
Berapa besarnya akumulasi penyusutan (Accum Deprec) setelah terjadi overhaul ?
Berapa besarnya Nilai Buku (book value) setelah overhaul ?
Berapa biaya penyusutan (depreciation) yang akan dibebankan pada tahun ke-8 ini ?
Berapa Nilau Buku Tutup Tahun ke-8 (Closing Book Value) nanti ?

Untuk menjawab semua pertanyaan di atas, maka perlu kita lakukan perhitungan
awal sebagai berikut :

Selanjutnya perhatikan perhitungan pada gambar dibawah ini :


Dapat kita lihat bahwa :
Setelah pengeluaran overhaul di kapitalisasi sebesar Rp 7,000,000 dengan cara
mendebit rekening Akumulasi penyusutan sebesar Rp 7,000,000, maka :

Akumulasi Penyusutan berkurang sebesar Rp 7,000,000, sehingga Akumulasi


Penyusutan setelah overhaul adalah Rp 8,750,000 – Rp 7,000,000 = Rp 1,750,000
Nilai Buku menjadi Rp 10,000,000 – Rp 1,750,000 = Rp 8,250,000
Penyusutan yang dapat dibebankan pada tahun ke-8 ini adalah sebesar
Rp 8,250,000 : 7 = Rp 1,178,571 (angka 7 adalah umur ekonomis setelah overhaul,
ingat : “setelah overhaul diperkirakan mesin akan tetap produktif sampai 7 tahun ke
depan”).
Nilai Buku tutup tahun ke-8 ini pun menjadi bisa kita hitung, yaitu : Rp
8,250,000 – Rp 1,178,571,- = Rp 7,071,429,-

Faktor-faktor Lain yang Perlu Dipertimbangkan


Misalnya :
Terjadi penggantian salah satu komponen (dalam contoh di atas penggantian mouse
untuk sebuah unit PC ), penggantian komponen seharusnya di kapitalisasi, tetapi
mau dikapitalisasi juga nilainya koq kecil, harga mouse cuma Rp 35,000,- sementara
harga satu unit computer standar (termasuk mouse tentunya) mungkin antara Rp
4,000,000 s/d. Rp 5,000,000,- .
Berikut adalah faktor-faktor yang PERLU dipertimbangkan untuk mendeterminasi
apakah suatu pengeluaraan di masa penggunaan aktiva “dibebankan atau di
kapitalisasi” :

1. Tingkat Keseringan
Jika jenis pengeluaran tersebut sering terjadi dan sifatnya rutin (repetitive),
sebaiknya pengeluaran tersebut dibiayakan saja, and vice versa

2. Metrialitas
Jika pengeluaran tersebut sifatnya material, maka sebaiknya dikapitalisasi, jika tidak
berarti di bebankan (silahkan diukur dengan membandingkan antara pengeluaran
yang terjadi dengan harga perolehan aktiva-nya).

3. Lama Manfaat
Jika pengeluaran tersebut diperkirakan akan memberikan manfaat lebih dari satu
tahun buku, maka sebaiknya di kapitalisasi, jika hanya satu tahun buku atau kurang,
sebaiknya dibebankan diperiode yang sama saja.

4. Pengaruhnya terhadap Umur Ekonomis atau kapasitas


Jika pengeluaran tersebut diperkirakan akan menambah umur ekonomis atau
meningkatkan kapasitas,maka sebaiknya di kapitalisasi. Demikian sebaliknya.
PENGHENTIAN DAN PELEPASAN
ASET TETAP

Suatu aset tetap dieliminasi dari neraca ketika


dilepaskan atau bila aset secara permanen dihentikan
penggunaannya dan tidak ada lagi manfaat ekonomi
masa yang akan datang.

Penghentian dan pelepasan aset dapat disebabkan karena


pemusnahan, pemindahtanganan, maupun sebab lain
seperti terbakar, dicuri, dan sebagainya.

Pencatatan transaksi penghentian dan pelepasan aset tetap


dilakukan ketika telah terbit Surat Keputusan Kepala
Daerah tentang Penghapusan Barang Milik Daerah.

Ilustrasi Penghentian Aset Tetap


• Pada tanggal 30 Desember 2015, berdasarkan SK Penghapusan Barang
Milik Daerah, Pemda menghapus satu buah sepeda motor karena rusak
parah. Sepeda motor tersebut dibeli pada tanggal 5 Januari 2010 dengan
harga Rp15.000.000,00. Akumulasi Penyusutan hingga tanggal 30
Desember 2015 tercatat sebesar Rp12.000.000,00. Jurnal untuk mencatat
transaksi penghentian aset tetap ini adalah sebagai berikut:

PENGHENTIAN AKTIVA TETAP


Pemakaian aktiva tetap bisa diakhiri karena hal-hal sebagai berikut :
1.Dihentikan dari pemakaian : Aktiva tetap dijadikan barang yang tidak dipakai lagi
2.Dijual : Aktiva tetap dijual kepada pihak lain
3.Ditukarkan : Aktiva tetap ditukarkan dengan aktiva lain.

Ad.1. a. Misalkan : CV Dewi menghentikan pemakaian printer komputer yang me-


Miliki harga perolehan Rp. 4.000.000, pada saat dihentikan,
Akumulasi depresiasi aktiva tetap berjumlah Rp4.000.000 dan
Aktiva tetap tersebut sudah didepresiasi penuh.

Jurnal : Penghentian aktiva tetap

Akum.Depr.Peralatan kantor Rp 4.000.000


Peralatan kantor Rp 4.000.000,-
b. Misalkan : PT.A. menghentikan pemakaian sebuah mesin yang memiliki
harga perolehan Rp 20.000.000,- pada saat dihentikan, mesin
tersebut telah didepresiasikan seharga Rp 15.000.000,-

Jurnal : Penghentian aktiva tetap

Akum.Depr. Mesin Rp 15.000.000


Rugi pemakaian ak.tetap Rp 5.000.000
Mesin Rp 20.000.000,-

Dalam hal ini selanjutnya dibuat dalam laporan Rugi Laba pada bagian
Biaya dan kerugian lain-lain.

Ad.2. Penjualan aktiva tetap


Harus dibandingkan antara nilai buku aktiva tetap dengan hasil penjualan
Penjualan aktiva tetap.

a.Perusahaan mendapat Laba; jika hasil penjualan lebih tinggi dari nilai
buku, dan sebaliknya.
b.Perusahaan mendapat Rugi; Jika hasil penjualan lebih rendah dari nilai
buku suatu aktiva tetap.

1.Misalkan : Perusahaan mendapat Laba.


Tgl. 1 Juli 2005 PT.A. menjual sebuah mobil dengan harga
Rp 15.000.000. mobil tsb dibeli perusahaan dengan harga per
Olehan Rp 50.000.000, dan sampai dengan tgl 1 Jan 2006, telah
Didepresiasi sebesar Rp 39.000.000, Biaya depresiasi selama
Enam bulan untuk tahun 2006 berjumlah Rp 5.000.000,-

Jurnal : 1 Juli 2005 : Biaya Depr. Mobil Rp 5.000.000,-


Akum.Depr. Mobil Rp 5.000.000,-

Perhitungan:
Harga perolehan mobil . . . . . . . . . . . . . . . Rp 50.000.000,-
(-) Akumulasi depresiasi . . . . . . . . . . . . . . . . (Rp 44.000.000,-)
(39.000.000 + 5.000.000)
Nilai buku pada tgl. penjualan Rp. 6.000.000,-
Harga penjualan mobil Rp 15.000.000,-
Laba penjualan mobil Rp 9.000.000,-
============

Jurnal : Mencatat Laba penjualan mobil

Kas . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. Rp 15.000.000,-
Akum.Depr. Mobil . . . . . . . Rp 44.000.000,-
Mobil Rp 50.000.000,-
Laba penj.Akt.Tetap Rp 9.000.000,-
2.Misalkan: Perusahaan mendapat rugi.

Dengan menggunakan contoh di atas, dimisalkan PT.A.


Menjual mobil tersebut dengan harga Rp 5.000.000.
Maka perhitungannya :

Harga perolehan mobil . . . . . . .Rp 50.000.000,-


(-) Akumulasi depresiasi . . . . . . ….Rp 44.000.000,-
Nilai buku tgl. pen jualan. . . . . . Rp 6.000.000,-
Harga penjualan mobil. . . . . .. . Rp 5.000.000,-
Rugi penjualan mobil . . . . . Rp 1.000.000,-
============
Jurnal : Mencatat Rugi Penjualan Mobil :
Kas . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . .. .Rp 5.000.000,-
Akum.Depr. Mobil. . . .. . . . . . . . .Rp 44.000.000,-
Rugi Penjualan aktiva tetap ……..Rp 1.000.000,-
Mobil . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .Rp 50.000.000,-

A. Pengertian Konsinyasi :
Konsinyasi merupakan suatu perjanjian dimana salah satu pihak yang memiliki barang
menyerahkan sejumlah barang kepada pihak tertentu untuk dijualkan dengan harga dan syarat
yang diatur dalam perjanjian.

B. Pihak – Pihak yang Terlibat Konsinyasi :


1. Pengamanat ( Consignor ) / Konsinyor
adalah pihak yang menitipkan barang atau pemilik barang. Pengamanat akan tetap mencatat
barang yang dititipkannya sebagai persediaan selama barang yang dititipkan belum terjual
atau menunggu laporan dari komisioner.

2. Komisioner ( Consigner ) /konsinyi


adalah pihak yang menerima barang.

C. 4 Hal yang yang merupakan ciri dari transaksi konsinyasi Yaitu :


1. Barang Konsinyasi harus dilaporkan sebagai persediaan oleh Konsinyor, karena hak untuk
barang masih berada pada Konsinyor.
2. Pengiriman barang Konsinyasi tidak menimbulkan pendapatan bagi Konsinyor dan
sebaliknya.
3. Pihak Konsinyor bertanggungjawab terhadap semua biaya yang berhubungan dengan
barang Konsinyasi kecuali ditentukan lain.
4. Komisioner dalam batas kemampuannya berkewajiban untuk menjaga keamanan dan
keselamatan barang-barang komisi yang diterimanya.

D. Alasan Komisioner menerima perjanjian Konsinyasi, antara lain :


1. Komisioner terhindar dari resiko kegagalan memasarkan barang tsb.
2. Komisioner terhindar dari resiko rusaknya barang atau adanya fluktuasi harga.
3. Kebutuhan akan modal kerja dapat dikurangi.

E. Alasan-alasan Konsinyor untuk mengadakan perjanjian Konsinyasi :


1. Konsinyasi merupakan cara untuk lebih memperluas pemasaran.
2. Resiko-resiko tertentu dapat dihindarkan misalnya komisioner bangkrut maka barang
konsinyasi tidak ikut disita.
3. Harga eceran barang tersebut lebih dapat dikontrol.

Akuntansi untuk Konsinyasi :


Prosedur akuntansi bagi Konsinyor maupun Konsinyi dalam buku mereka masing-masing ada
2 metode, yaitu :
1. Metode Terpisah.
Dalam metode terpisah laba atau rugi dari penjualan konsinyasi disajikan secara terpisah
dengan laba atau rugi penjualan biasa atau penjualan lainnya. Hal ini dilakukan dengan tujuan
agar pada akhir periode dapat diketahui berapa laba atau rugi yang diperoleh dari penjualan
konsinyasi dan berapa laba atau rugi yang diperoleh dari penjualan lainnya.

2. Metode Tidak Terpisah.


Dalam metode tidak terpisah laba atau rugi dari penjualan konsinyasi tidak dipisahkan
dengan laba atau rugi dari penjualan biasa atau penjualan lainnya. Hal ini akan
mengakibatkan pada akhir periode perusahaan tidak dapat mengetahui berapa laba atau rugi
yang diperoleh dari penjualan konsinyasi dan berapa laba yang diperolah dari penjualan biasa
atau penjualan lainnya. Untuk tujuan pengendalian intern sebaiknya perusahaan tidak
menggunakan metode ini.

CONTOH SOAL KONSINYASI:


Pada bulan Januari 2012 Hyundai Department Store di Jepang yang merupakan perusahaan
yang berusaha di bidang perdagangan barang-barang elektronik , mengadakan kerjasama
dalam bentuk perjanjian konsinyasi dengan Cho Corp. dalam menjual barang-barang
komputer. Menurut perjanjian bersama adalah sebagai berikut:
1. Kepada Cho Corp. diberi komisi 20% dari hasil penjualan.
2. Setiap biaya pembongkaran muatan oleh pihak komisioner seluruhnya diganti oleh pihak
pengamanat.
3. Harga jual ditetapkan sebesar Rp. 3.500.000 untuk setiap unit komputer.
Transaksi-transaksi yang terjadi selama bulan Januari 2012 adalah sebagai berikut:

1. Penerimaan barang komisi dari Cho Corp. sebanyak 50 unit komputer untuk dijual
dengan harga @ Rp. 3.500.000,00
2. Dijual 50 unit komputer dengan harga @ Rp. 3.500.000,00. Komisi penjualan 20%
3. Dibayar biaya-biaya pengangkutan oleh komisioner sebesar Rp. 500.000,00
4. HPP sebesar Rp 125.000.000
DIMINTA:
Buat jurnal transaksi yang diperlukan dengan pencatatan penjualan konsinyasi dilakukan
secara terpisah dan tidak secara terpisah

JAWAB:

Jawaban dari soal diatas dengan menggunakan pembukuan pengamanat, maka oleh Cho
Corp. setiap transaksi akan dijurnal sebagai berikut :

 Transaksi penjualan konsinyasi dicatat secara terpisah


 a. Metode Perpetual
 Pengiriman 50 unit komputer kepada Hyundai Department Store harga pokok Rp
125.000.000
Barang-barang konsinyasi Rp. 125.000.000 –

-Persediaan Produk Jadi – Rp. 125.000.000

1. Dibayar biaya pengangkutan sebesar Rp 500.000


Barang-barang konsinyasi Rp. 500.000 –

-Kas – Rp. 500.000


1. Diterima uang sebesar Rp 139.500.000 dari Hyundai Department Store sebagai
penyelesaian atas penjualan 50 unit komputer.
Kas Rp 139.500.000

– Penjualan Konsinyasi Rp 139.500.000

1. Menutup saldo rekening pengiriman barang-barang konsinyasi ke Rugi-Laba


1. b. Metode Fisik
2. Pengiriman 10 unit komputer kepada Hyundai Department Store harga pokok Rp
125.000.000
Barang-barang konsinyasi Rp. 125.000.000 –

-Pengiriman Barang-barang konsinyasi – Rp. 125.000.000

1. Dibayar biaya pengangkutan sebesar Rp 500.000


Barang-barang konsinyasi Rp. 500.000 –

-Kas – Rp. 500.000

1. Diterima uang sebesar Rp 139.500.000 dari Hyundai Department Store sebagai


penyelesaian atas penjualan 50 unit komputer.
Kas Rp 139.500.000

-Penjualan Konsinyasi Rp 139.500.000

1. Menutup saldo rekening pengiriman barang-barang konsinyasi ke Rugi-Laba


Pengiriman Barang Konsinyasi Rp. 125.000.000

-Rugi-Laba Rp. . 125.000.000

 Transaksi Penjualan Konsinyasi dicatat tidak secara terpisah


1. a. Metode Perpetual
1) Pengiriman 50 unit komputer kepada Hyundai Department Store harga pokok Rp
125.000.000
Barang-barang konsinyasi Rp. 125.000.000

Persediaan Produk Jadi Rp. . 125.000.000

2) Dibayar biaya pengangkutan sebesar Rp 500.000

Ongkos angkut penjualan Rp. 500.000

Kas Rp. 500.000


3) Diterima uang sebesar Rp 139.500.000 dari Hyundai Department Store sebagai
penyelesaian atas penjualan 50 unit komputer.
Kas Rp. 139.500.000

Penjualan konsinyasi Rp. 139.500.000

1. b. Metode Fisik
1) Pengiriman 50 unit komputer kepada Hyundai Department Store harga pokok Rp
125.000.000
Barang-barang konsinyasi Rp 125.000.000

Pengiriman Barang- barang konsinyasi Rp 125.000.000

Dibayar biaya pengangkutan sebesar Rp 500.000

Ongkos angkut penjualan Rp. 500.000

Kas Rp. 500.000

2) Diterima uang sebesar Rp 139.500.000 dari Hyundai Department Store sebagai


penyelesaian atas penjualan 10 unit komputer.
Kas Rp. 139.500.000

penjualan konsinyasi Rp. 139.500.000

Sedangkan jurnal yang diperlukan apabila pencatatan didasarkan pada hasil penjualan kotor
adalah sebagai berikut:

Piutang dagang (Hyundai Department Store) Rp. 139.500.000


Ongkos angkut penjualan Rp. 500.000

Komisi penjualan Rp. 35.000.000

Hasil penjualan Rp. 175.000.000

Anda mungkin juga menyukai