Anda di halaman 1dari 8

Contoh Kasus Peningkatan Kapasitas (Up-grading)

PT Bianglala, yang bergerak dalam usaha pakan ternak, akhir akhir ini mengalami
permintaan pesanan, omzet terus bertambah.

untuk itu PT Bianglala memutuskan untuk menambah kapasitas mesin Boiler yang
dimiliki saat ini.

Pemanas boiler ini menggunakan bahan bakar kayu dan ingin di ubah menjadi
bahan bakar batu bara agar kinerja boiler meningkat.

Dalam peningkatan kapasitas tersebut, PT Bianglala mengeluarkan kas dengan


rincian sebagai berikut :

Pembelian Besi 17.000.000

Biaya Pasang Teknisi 7.000.000

Penadah Batu Bara 6.000.000

Biaya Lain Lain 2.000.000

Transaksi tersebut dicatat :

Debit | Mesin 32.000.000

Kredit | Cash 32.000.000

# Turun Mesin | Overhaul

Turun mesin (overhaul) akan dialami oleh aset tetap tipe mesin atau aktivitasnya
menggunakan mesin.

Contohnya: Mobil, Mesin produksi, mobil atau kendaraan lainnya dan peralatan
yang berhubungan dengan produksi.

Aktiva mengalami turun mesin jika untuk bisa membuat suatu aset berfungsi
dengan baik diperlukan pembongkaran hampir menyeluruh pada komponen utama
dari aktiva tetap tersebut, lalu dilakukan pemasangan kembali.

Pada saat aktiva dalam proses turun mesin, terjadi juga proses pergantian
komponen, pemeliharaan, juga perbaikan pada aset mesin tersebut.

Aktivitas over haul umumnya terjadi saat mesin menurun output-nya secara
signfikan karena penggunaan yang sering.
Tindakan over haul akan memperpanjang umur keekonomian mesin tersebut.

Maka pengeluaran yang timbul sebaiknya dikapitalisasi dengan mendebit rekening


akumulasi penyusutan sebesar pengeluaran turun mesin tersebut.

Contoh Kasus Turun Mesin

PT ABC Melakukan Turun Mesin pada salah satu mesin produksinya.

Mesin yang di beli 9 tahun lalu diperoleh dengan harga Rp 50.000.000.

Saat itu, mesin tersebut diestimasi memiliki life time selama 10 tahun dengan
menggunakan metode penyusutan garis lurus.

Setelah dilakukan turun mesin tersebut, mesin tersebut diperkirakan akan mampu
produktif hingga 5 tahun kedepan.

Perusahaan menghabiskan dana hingga Rp. 8.000.000 untuk turun mesin tersebut

Maka dilakukan pencatatan sebagai berikut :

Akumulasi
Debit | 8.000.000
Penyusutan

Kredit | Cash 8.000.000

Notes :
Jurnal diatas untuk mengkapitalisasi pengeluaran atas turun mesin sebesar Rp
8.000.000

Masalah berikutnya :

Berapa akumulasi penyusutan setelah turun mesin?

Berapa besarnya Nilai Buku mesin setelah turun mesin?

Berapa biaya penyusutan yang akan dibebankan pada tahun ke 9 ?

Berapa Nilau Buku Tutup Tahun ke 9 nanti ?

Maka perlu kita lakukan perhitungan awal sebagai berikut :

Selanjutnya perhitungan seperti dibawah ini :


Sebelum Turun Mesin

Harga Perolehan 50.000.000

Umur Ekonomis 10 Tahun

Biaya Penyusutan Per Tahun 5.000.000

Akumulasi Penyusutan Tahun ke 9 45.000.000

Nilai Tutup Buku Tahun ke 9 5.000.000

Setelah Turun Mesin

Akumulasi Penyusutan 37.000.000

Nilai Buku 13.000.000

Tambahan Umur Ekonomis 5

Penyusutan Tahun ke 10 2.600.000

Akumulasi Penyusutan Tahun ke


2.600.000
10

Nilai Tutup Buku Tahun ke 10 10.400.000

Keterangan

Akumulasi Penyusutan 45.000.000 - 8.000.000

Nilai Buku 50.000.000 - 37.000.000

Penyusutan Tahun ke 10 13.000.000 : 5

Akumulasi Penyusutan Tahun ke 10 2.600.000 x1

Nilai Tutup Buku Tahun ke 10 13.000.000 - 2.600.000


Setelah pengeluaran atas turun mesin di kapitalisasi sebesar Rp 8,000,000 dengan
cara mendebit rekening Akumulasi penyusutan sebesar Rp 8,000,000,

Maka Akumulasi Penyusutan berkurang sebesar Rp 8,000,000, sehingga Akumulasi


Penyusutan setelah turun mesin adalah :

Rp 45.000.000 - Rp 8.000.000 = Rp 37.000.000

Nilai Buku menjadi

Rp 50.000.000 - 37.000.000 = Rp 13.000.000

Penyusutan yang dibebankan pada tahun ke-10 adalah sebesar :

Rp 13.000.000 : 5 Tahun = 2.600.000

5 Tahun adalah umur ekonomis setelah turun mesin, selama 5 tahun ke depan
mesin tersebut dapat beroperasi

Nilai Buku tutup tahun ke-8 ini pun menjadi bisa kita hitung, yaitu :

Rp 13.000.000 Rp 2.600.000 = 10.400.000

1). Pemeliharaan (Maintenance)

Tindakan atau aktivitas yang ditujukan hanya untuk membuat suatu aktiva tetap
berfungsi sebagaimana mestinya disebut dengan PEMELIHARAAN (Maintenance),
dan pengeluaran yang timbul hendaknya di bebankan (dijadikan biaya) pada
periode yang sama.

Apakah boleh dikapitalisasi ? (jawabannya ada di akhir sub pokok bahasan ini)
Contoh Kasus :

PT. Royal Bali Cemerlang, membayar sebesar Rp 75,000,- untuk membersihkan 1


unit AC di ruangan Accounting sekaligus menambah Freon sebanyak 5 psi.

Jelas bisa kita lihat bahwa aktivitas ini adalah dimaksudkan hanya untuk membuat
AC tersebut dapat berfungsi sebagaimana mestinya, maka atas pengeluaran
tersebut dicatat sebagai berikut :

[-Debit-]. Office Maintenance = Rp 75,000,-


[-Credit-]. Petty Cash = Rp 75,000,-

3). Penggantian Komponen (replacement)

Istilah penggantian komponen (replacement) jelas artinya. Ditandai dengan adanya


penggantian atas satu komponen atau lebih dari suatu aktiva tetap.

Contoh Kasus :

Bagian IT menemukan salah satu mouse computer tidak berfungsi lagi, dan sebuah
DVD RW pada computer yang lain juga tidak berfungsi, untuk itu diperlu dilakukan
penggantian terhadap kedua kompenen tersebut secara terpisah. Dari nota
pembelian komponen terlihat harga mouse adalah Rp 35,000,- sedangkan harga
DVD RW adalah Rp 450,000,-

Atas transaksi tersebut, dilakukan pencatatan sebagai berikut :

[-Debit-]. Maintenance = Rp 35,000,-


[-Debit-]. Akumulasi penyusutan Computer = Rp 450,000,-

[-Credit-]. Petty Cash = Rp 485,000,-

Mengapa tidak dikapitalisasi semua ?. Mengapa tidak di debit Akumulasi Penyusutan


saja ? (temukan jawabannya di akhir sub pokok bahasan ini).

4). Pengangkatan Kapasitas (Up-grading)

Pada fase pertumbuhan perusahaan, biasanya disertai dengan peningkatan


produksi, sebagai konsekwensinya, tidak jarang perusahaan harus melakukan
upgrade (peningkatan kapasitas) terhadap aktiva tetap yang digunakan (entah itu
mesin, peralatan bahkan gedungnya). Atas suatu upgrading, tentu akan memicu
adanya pengeluaran-pengeluaran yang biasanya cukup material.

Contoh Kasus :

Sudah beberapa bulan belakangan ini listrik di pabrik PT. XYZ sering mengalami
padam ditempat. Setelah diselidiki oleh electrician, diketahui penyebabnya adalah
karena penggunaan listrik di pabrik yang semakin meningkat seiring dengan adanya
penambahan beberapa mesin. Untuk itu diperlukan penambahan daya. Atas
penambahan daya tersebut, terjadi pengeluaran kas dengan rincian sebagai berikut
:

1 unit Generator 30 KWH = Rp 18,000,000,-


1 unit panel MCB = Rp 1,500,000,-
400 meter Kabel = Rp 500,000,-
Biaya pemasangan = Rp 1,000,000,-
Total Pengeluaran = Rp 21,000,000,-

Transaksi tersebut dicatat :

[-Debit-]. Peralatan Listrik = Rp 21,000,000,-


[-Credit-]. Kas Bank A = Rp 21,000,000,-

5). Turun Mesin (overhaul)

Istilah turun mesin (overhaul) terjadi pada aktiva tetap yang bekerjanya
menggunakan mesin. Misalnya : Mobil, Kendaraan, mesin produksi, peralatan
produksi. Dikatakan mengalami turun mesin apabila untuk membuatnya berfungsi
lebih baik, diperlukan tindakan pembongkaran terhadaphampir seluruh komponen
atau komponen utama dari aktiva tersebut, untuk kemudian dilakukan pemasangan
kembali. Pada proses turun mesin hampir pasti akan terjadi sekaligus tindakan :
Pemeliharaan, Perbaikan, penggantian koponen. Turun mesin (overhaul) biasanya
terjadi disaat-saat aktiva tersebut mengalami penurunan fungsi (kapasitas) yang
sangat signifikan akibat penggunaan yang sudah relatif lama.

Aktifitas turun mesin (overhaul) sudah pasti akan membuat umur ekonomis aktiva
tersebut menjadi bertambah. Untuk itu, pengeluaran-pengeluaran yang timbul
hendaknya dikapitalisasi dengan cara mendebit rekening akumulasi penyusutan
(accumulated depreciation) sebesar pengeluaran overhaul tersebut.

Contoh Kasus :

Memasuki tahun ke-8, salah satu mesin produksi PT. Royal Bali Cemerlang yang 7
tahun lalu diperoleh Rp 10,000,000,- (life time estimation 8 tahun), perlu
dilakukan turun mesin, untuk melakukan turun mesin, perusahaan membayar
sebesar Rp 7,000,000,- setelah turun mesin, mesin tersebut diperkirakan akan
masih produktif sampai 7 tahun ke depan.

Maka dilakukan pencatatan sebagai berikut :

[-Debit-]. Akumulasi penyusutan = Rp 7,000,000,-


[-Credit-]. Kas = Rp 7,000,000,-

Catatan : Jurnal di atas adalah untuk mengkapitalisasi pengeluaran atas overhaul


(turun mesin) sebesar Rp 7,000,000,-

Masalah berikutnya :
Berapa besarnya akumulasi penyusutan (Accum Deprec) setelah terjadi overhaul ?
Berapa besarnya Nilai Buku (book value) setelah overhaul ?
Berapa biaya penyusutan (depreciation) yang akan dibebankan pada tahun ke-8
ini ?
Berapa Nilau Buku Tutup Tahun ke-8 (Closing Book Value) nanti ?

Untuk menjawab semua pertanyaan di atas, maka perlu kita lakukan perhitungan
awal sebagai berikut :

Selanjutnya perhatikan perhitungan pada gambar dibawah ini :

Dapat kita lihat bahwa :

Setelah pengeluaran overhaul di kapitalisasi sebesar Rp 7,000,000 dengan cara


mendebit rekening Akumulasi penyusutan sebesar Rp 7,000,000, maka :
Akumulasi Penyusutan berkurang sebesar Rp 7,000,000, sehingga Akumulasi
Penyusutan setelah overhaul adalah Rp 8,750,000 Rp 7,000,000 = Rp 1,750,000

Nilai Buku menjadi Rp 10,000,000 Rp 1,750,000 = Rp 8,250,000Penyusutan yang

Dapat dibebankan pada tahun ke-8 ini adalah sebesar Rp 8,250,000 : 7 = Rp


1,178,571 (angka 7 adalah umur ekonomis setelah overhaul, ingat : setelah
overhaul diperkirakan mesin akan tetap produktif sampai 7 tahun ke depan).

Nilai Buku tutup tahun ke-8 ini pun menjadi bisa kita hitung, yaitu : Rp 8,250,000
Rp 1,178,571,- = Rp 7,071,429,-

PENGELUARAN-PENGELUARAN MODAL DAN PENDAPATAN

Perlakuan akuntansi terhadap pengeluaran-pengeluaran yang berhubungan dengan


perolehan dan penggunaan aset tetap dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Capital expenditure/pengeluaran modal

Merupakan pengeluaran-pengeluaran untuk memperoleh suatu manfaat yang akan


dirasakan lebih dari satu periode akuntansi dan akan dicatat dalam rekening
aset(dikapitalisasi).

2. Revenue expenditure/pengeluaran pendapatan

Merupakan pengeluaran-pengeluaran untuk memperoleh suatu manfaat yang hanya


dirasakan dalam periode akuntansi yang bersangkutan dan dicatat dalam rekening
biaya.

Namun dengan alasan kepraktisan, dilakukan penyimpangan antara lain:

1. Sebagai revenue expenditure apabila:

a. jumlah pengeluaran relatif kecil

b. manfaat di masa yang akan datang tidak begitu berarti

c. sulit mengukur manfaat di masa yang akan datang

2. Sebagai capital expenditure apabila pengeluaran di atas jumlah tertentu dan


jelas-jelas memberikan manfaat untuk periode-periode yang akan datang.

Anda mungkin juga menyukai