PAPER
DISUSUN OLEH :
NIM : J1A120076
KELAS : R002
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
Dalam bidang pertanian istilah pasca panen diartikan sebagai berbagai tindakan
atau perlakuan yang diberikan pada hasil pertanian setelah panen sampai komoditas
berada ditangan konsumen. Berbagai cara penanganan pasca panen buah dan sayuran
adalah pendinginan awal (recooling), sortasi, pencucian/pembersihan, degreening
(penghilangan warna hijau) dan colour adding (perbaikkan warna), pelapisan lilin,
fumigasi, pengemasan/pengepakan dan penyimpanan. Semua kegiatan tersebut mutlak
dilakukan apabila ingin mengkonsumsi produk pertanian dengan kualitas yang baik
tanpa adanya kerusakan yang parah.
Pasca produksi (Postproduction) yang dapat dibagi dalam dua bagian atau
tahapan, yaitu pasca panen (postharvest) dan pengolahan (processing). Penanganan
pasca panen (postharvest) sering disebut juga sebagai pengolahan primer (primary
processing) merupakan istilah yang digunakan untuk semua perlakuan dari mulai panen
sampai komoditas dapat dikonsumsi “segar” atau untuk persiapan pengolahan
berikutnya. Umumnya perlakuan tersebut tidak mengubah bentuk penampilan atau
penampakkan, kedalamnya termasuk berbagai aspek dari pemasaran dan distribusi.
Pengolahan (secondary processing) merupakan tindakan yang mengubah hasil tenaman
ke kondisi lain atau bentuk lain dengan tujuan dapat tahan lebih lama (pengawetan),
mencegah perubahan yang tidak dikehendaki atau untuk penggunaan lain. Kedalamnya
termasuk pengolahan pangan dan pengolahan industri.
a. Penanganan Segera Setelah Panen
Pada penanganan hasil tenaman, ada beberapa tindakan yang harus dilakukan
segera setelah panen, tindakan tersebut bila tidak dilakukan segera, akan menurunkan
kualitas dan mempercepat kerusakan sehinga komoditas tidak tahan lama disimpan.
Perlakuan tersebut antara lain :
Produk pertanian yang telah selesai dipanen, harus segera ditangani atau diolah
dengan baik agar tidak cepat rusak. Apalagi untuk prospek bisnis, penanganan seperti
sortasi, garding, dan pengemasan perlu dilakukan sebelum masuk pasar. Untuk produk-
produk pertanian yang akan disimpan lebih lama juga perlu perlakuan yang baik agar
lebih bisa tahan lama. Beberapa perlakuan penanganan pasca panen antara lain :
Sortasi yaitu pemisahan komoditas yang layak pasar (marketable) dengan yang
tidak layak pasar, terutama yang cacat dan terkena hama atau penyakit agar tidak
menular pada yang sehat. Grading adalah pemilahan berdasarkan kelas kualitas.
Biasanya dibagi dalam kelas 1, kelas 2, kelas 3, dan seterusnya, atau kelas A, kelas B,
kelas C, dan seterusnya.
Pada beberapa komoditas ada kelas supernya. Tujuan dari tindakan sortasi dan
grading ini adalah untuk memberikan nilai lebih (harga yang lebih tinggi) untuk kualitas
yang lebih baik. Standard yang digunakan untuk pemilahan (kriteria) dari masing-
masing kualitas tergantung dari permintaan pasar. Selama sortasi dan grading harus
diusahakan agar terhindar dari kontak langsung sinar matahari karena akan menurunkan
bobot atau terjadi pelayuan dan meningkatkan aktivitas metabolisme yang dapat
mempercepat proses pematangan.
2. Pengemasan/Pengepakan/Pembungkusan
3. Pemeraman
Merupakan proses untuk merangsang pematangan buah atau syuran agar matang
secara merata dengan menggunakan bantuan gas karbit atau etilen dengan suhu berkisar
18-28℃. Untuk komoditas yang memerlukan pemeraman harus memperhatikan
karakteristik biologis/fisiologis dari komoditas yang mempunyai sifat/ karakteristik
fisiologis yang berbeda dalam satu tempat atau satu proses.
4. Penyimpanan
Sifat Hasil Tanaman. Tanaman yang berasal dari daerah tropis umumnya
tidak tahan temperature rendah, temperature penyimpanan dingin umumnya
tidak berada dibawah 12℃. Ketahanan terhadap temperature rendah dari
berbagai bagian tanaman juga berbeda.
Hindari chilling injury (kerusakan hasil tanaman karena temperature rendah).
Penyebab chilling injury bisa karena kepekaan komoditas terhadap
temperature rendah, kondisi tempat penyimpanan, cara penyimpanan dan
lama penyimpanan.
“don’t break the cold-chains” penyimpanan dingin dari suatu hasil tanaman
harus berkelanjutan (dalam tataniaga) sampai ditangan konsumen.
5. Pengangkutan
Fasilitas angkutannya.
Jarak yang ditempuh atau lama perjalanan.
Kondisi jalan dan kondisi lingkungan selama pengangkutan.
Perlakuan “bongkar-muat” yang diterapkan.
B. Penanganan Hasil Pertanian (Pasca Panen)
Dalam bidang pertanin istilah pasca panen diartikan sebagai berbagai tindakan
atau perlakuan yang diberikan pada hasil pertanian setelah panen sampai komoditas
berada ditangan konsumen. Istilah tersebut secara keilmuan lebih tepat disebut pasca
produksi (postproduction) yang dapat dibagi dalam dua bagian atau tahapan, yaitu
pasca panen (postharvest) dan pengolahan (processing).penanganan pasca panen
(postharvest) sering disebut juga sebagai pengolahan primer (primary processing)
merupakan istilah yang digunakan untuk semua perlakuan dari mulai panen sampai
komoditas dapat dikonsumsi “segar” atau untuk persiapan pengolahan berikutnya.
Penanganan pasca panen bertujuan agar hasil tanaman tersebut dalam kondisi
baik dan sesuai/tepat untuk dapat segera dikonsumsi atau untuk bahan baku pengolahan.
Prosedur/perlakuan dari penanganan pasca panen berbeda untuk berbagai bidang kajian
antara lain :
- Sifat biologi hasil tanaman yang ditangani : struktur dan komposisi hasil
tanaman.
- Dasar-dasar fisiologi pasca panen : respirasi, transpirasi produksi etilen.
- Teknologi penanganan pasca panen yang sesuai.
a. PANEN
Panen merupakan pekerjaan akhir dari budidaya tanaman (bercocok tanam), tapi
merupakan awal dari pekerjaan pasca panen, yaitu melakukan persiapan untuk
penyimpanan dan pemasaran. Komoditas yang dipanen tersebut selanjutnya akan
melalui jalur-jalur tataniaga, samapai berada ditangan konsumen. Panjang pendeknya
jalur tataniaga tersebut menentukan tindakan panen dan pasca panen yang bagaimana
yang sebaiknya dilakukan.
Untuk mendapatkan hasil panen yang baik, dua hal utama yang perlu
diperhatikan pada pemanenan yaitu :
1. Memnentukan waktu panen yang tepat. Yaitu menentukan “kematangan”
yang tepat dan saat panen yang sesuai dapat dilakukan berbagai cara, yaitu :
- Cara visual/penampakan : misal dengan melihat warna kulit,
bentuk buah, ukuran, perubahan bagian tanaman seperti daun
mongering, dll.
- Cara fisik : misal dengan perabaan, buah lunak, umbi keras, buah
mudah dipetik, dll.
- Cara komputasi : yaitu menghitung umur tanaman sejak tanam atau
umur buah dari mulai bunga mekar.
- Cara kimia, yaitu dengan melakukan pengukuran/analisis
kandungan zat atau senyawa yang ada dalam komoditas, seperti :
kadar gula, kadar tepung, kadar asam, aroma, dll.
2. Melakukan penanganan panen yang baik. Yaitu menekan kerusakan yang
dapat terjadi dalam suatu usaha pertanian (bisnis) cara-cara panen yang
dipilih perlu diperhitungkan, disesuaikan dengan kecepatan atau waktu yang
diperlukan (sesingkat mungkin) dan dengan biaya yang rendah.
Unutk menentukan waktu panen mana atau kombinasi cara mana yang sesuai
untuk menentukan kematangan suatu komoditas, kita harus mengetahui proses
pertumbuhan dan kematangan dari bagian tanaman yang akan di panen.
Menentukan waktu panen atau kematangan yang tepat juga tergantung dari
komoditas dan tujuan/ jarak pemasarannya atau untuk tujuan disimpan. Untuk serealia
(biji-bijian), hasil tanaman dipanen saat biji sudak tua dan mengering. Pada buah-
buahan, untuk pemasaran jarak dekat, komoditas dapat dipanen saat sudah matang
benar dan ini umumnya tidak sulit untuk ditentukan, tapi untuk pemasaran jarak jauh
atau untuk dapat disimpan lama, kita harus mempertimbangkan jarak atau waktu
tersebut dengan proses kematangan yang terjadi dari tiap komoditas. Bila panen terlalu
awal, kualitas hasil akan rendah, begitu juga bila panen terlambat, komoditas tidak
tahan lama disimpan.
Di bawah ini contoh patokan-patokan yang dapat dipakai untuk menentukan
waktu panen dengan tujuan penyimpanan.
- Pada tomat : ukuran buah sudah tidak membesar lagi dan perubahan warna
mulai terjadi (kuning).
- Pada cabai : Perubahan warna sudah terjadi, untuk mendapatkan warna
merah yang baik, pemanenan harus dilakukan bila warna merahnya lebih
dari 50%.
- Pada kentang : Panen dilakukan bila daun / tanaman telah mengering lebih
dari 75% kemudian dibiarkan 4 – 7 hari, baru digali.
- Pada bawang merah : daun tanaman harus sudah mengering lebih dari 70%,
leher batang lunak dan kulit umbi sudah terbentuk (berwarna merah).
- Pada jagung pipil : pada biji sudah terbentuk “Black-layer”, biji keras,
kelobot kering atau daun menguning.
- Pada kedelai dan kacang hijau: polong sudak mengering.
Pada penanganan hasil tanaman, ada beberapa tindakan yang harus dilakukan segera
setelah panen, tindakan tersebut bila tidak dilakukan segera, akan menurunkan kualitas
dan mempercepat kerusakan sehingga komoditas tidak tahan lama disimpan. Perlakuan
tersebut antara lain :
c) Pemulihan (curing) untuk ubi, umbi dan rhizom. Pada bawang merah, jahe dan
kentang dilakukan pemulihan dengan cara dijemur selama 1 – 2 jam sampai
tanah yang menempel pada umbi kering dan mudah dilepaskan/ umbi
dibersihkan, telah itu juga segera disimpan di tempat yang dingin / sejuk dan
kering. Untuk kentang segera disimpan di tempat gelap (tidak ada penyinaran) !
Curing juga berperan menutup luka yang terjadi pada saat panen.
d) Pengikatan (bunching) dilakukan pada sayuran daun, umbi akar (wortel) dan
pada buah yang bertangkai seperti rambutan, lengkeng dll. Pengikatan dilakukan
untuk memudahkan penanganan dan mengurangi kerusakan.
e) Pencucian (washing) dilakukan pada sayuran daun yang tumbuh dekat tanah
untuk membersihkan kotoran yang menempel dan memberi kesegaran. Selain itu
dengan pencucian juga dapat mengurangi residu pestisida dan hama penyakit
yang terbawa. Pencucian disarankan menggunakan air yang bersih, penggunaan
desinfektan pada air pencuci sangat dianjurkan. Kentang dan ubi jalar tidak
disarankan untuk dicuci. Pada mentimun pencucian berakibat buah tidak tahan
simpan, karena lapisan lilin pada permukaan buah ikut tercuci. Pada pisang
pencucian dapat menunda kematangan.
g) Sortasi yaitu pemisahan komoditas yang layak pasar (marketable) dengan yang
tidak layak pasar, terutama yang cacat dan terkena hama atau penyakit agar tidak
menular pada yang sehat.
Tujuan dari tindakan grading ini adalah untuk memberikan nilai lebih ( harga
yang lebih tinggi) untuk kualitas yang lebih baik. Standard yang digunakan untuk
pemilahan (kriteria ) dari masing-masing kualitas tergantung dari permintaan pasar.
Standarisasi merupakan ketentuan mengenai kualitas atau kondisi komoditas berikut
kemasannya yang dibuat untuk kelancaran tataniaga/pemasaran. Standarisasi pada
dasarnya dibuat atas persetujuan antara konsumen dan produsen, dapat mencakup
kelompok tertentu atau wilayah / negara / daerah pemasaran tertentu.
b) Pengemasan/pengempakan/pembungkusan
- Sifat hasil tanaman. Tanaman yang berasal dari daerah tropis umumnya
tidak tahan temperatur rendah, temperatur penyimpanan dingin umumnya
tidak berada di bawah 12℃. Ketahanan terhadap temperatur rendah dari
berbagai bagian tanaman juga berbeda.
- Hindari chilling injury. (Kerusakan hasil tanaman karena temperature
rendah). Penyebab chilling injury bisa karena kepekaan komoditas terhadap
temperatur rendah, kondisi tempat penyimpanan, cara penyimpanan dan
lama penyimpanan.
- “Don’t break the cold-chains” Penyimpanan dingin dari suatu hasil
tanaman harus berkelanjutan (dalam tataniaga) sampai di tangan konsumen.
4. Faktor yang berpengaruh pada keberhasilan penyimpanan
- Perlakuan sebelum panen.
- Panen dan penanganan panen.
- Precooling.
- Kebersihan.
- Varietas /kultivar hasil tanaman dan tingkat kematangannya
d) Pengangkutan
- Fasilitas angkutannya.
- Jarak yang ditempuh atau lama perjalanan.
- Kondisi jalan dan kondisi lingkungan selama pengangkutan.
- Perlakuan “bongkar-muat” yang diterapkan.
e) Pemberian bahan kimia
Berbagai tujuan pemberian bahan kimia, antara lain :
- Insektisida atau Fungisida untuk mencegah serangan hama dan penyakit
setelah panen.
- Penyerap etilen (ethylene absorber) untuk mengikat gas etilen yang timbul
selama penyimpanan buah agar pematangan buah dapat diperlambat.
- Pemberian etilen untuk mempercepat pematangan atau untuk pemeraman.
- Pemberian zat penghambat pertunasan untuk menekan tumbuhnya tunas.
- Pelilinan untuk mengganti atau menambah lapisan lilin yang ada
dipermukaan buah.
- Pemberian kapur pada tangkai kubis (bekas potongan) untuk mencegah
pembusukan.
- Pemberian senyawa tertentu untuk warna yang lebih baik.
- Hasil pertanian yang telah dipanen masih hidup, masih melakukan respirasi,
dan transpirasi, sehingga penanganan pasca panen yang dilakukan harus
selalu memperhatikan hal ini.
- Sifat biologi setiap hasil pertanian berbeda, perlakuan pasca panen yang
tepat untuk tiap komoditas akan berbeda.
- Bagian tanaman yang dimanfaatkan juga berbeda-beda sifatnya (daun,
batang, bunga, buah, akar).
- Struktur dan komposisi hasil tanaman dari tiap bagian tanaman berbeda.
2. Perubahan-perubahan yang terjadi dari bagian tanaman setelah panen
b. Perubahan komposisi :
- Protein : terurai.
DAFTAR PUSTAKA
Rusmono, M., & Nasution, Z. (2014). Pengolahan Hasil Pertanian. Sifat Fisik Dan
Bahan Kimia Bahan Baku Industri, 1–24.
Mutiarawati, T., Pertanian, F., & Padjadjaran, U. (2007). Jurnal artikel tomat. 1–17.
Umbi adalah bahan nabati yang diperoleh dari dalam tanah, dapat berupa akar
sejati atau perubahan akar dan batang yang biasanya merupakan tempat timbunan
cadangan bahan makanan tanaman.
- Fermentasi
- Pemanasan
- Perebusan (air rebusan dibuang).
- Perendaman/pencucian (air cucian dibuang).
- Penggorengan dan pengeringan.
- Pemerasan/ekstraksi pati.
- Pengukusan
- Panen 4 bulan
- Komponen fisik :
1. Kulit umbi dari tipis dari ubi kayu
2. Umbi dari bagian batang
3. Warna kulit umbi tidak selalu sama dengan warna umbi
4. Warna daging putih,kuning,jingga,kemerahan,keabuan
- Bentuk umbi tidak seragam : bulat, lonjong, benjol-benjol.
- Nilai Gizi :
1. Ubi jingga/ubi merah mengandung provitamin A (2400-7800
mikrogram/100 gr), vitamin C dan thiamin, serta Ca dan riboflavin.
2. Komposisi ubi jalar yang masak adalah total gula (13.2%), pektin
(0.9%), selulosa (1.5%), pati (4.1%), hemiselulosa (0.7%), total
karbohidrat (20.4%).
3. Secara umum dipengaruhi oleh varietas, lokasi, musim tanam. Pada
musim panas, varietas yan sama menghasilkan pati lebih banyak
daripada musim penghujan. Dan semakin tua umur panen, kadar pati
semakin rendah.
- Perubahan selama pemasakan
1. Karena kadar air relatif meningkat, maka aktivitas enzim juga
meningkat.
2. Kadar karbohidrat menurun karena adanya hidrolisis oleh enzim
alpha dan beta- amilase menjadi senyawa gula.
3. Kadar sukrosa juga ikut menurun, sedangkan kadar serat kasar
meningkat.
- Pengolahan umbi: direbus,dibakar,bahan industri tepung,alkohol,sari
karoten,bahan perekat dan sirup.
- Zat patinya bahan pembuatan tekstil atau kertas.
- Daun dan batang muda untuk sayuran dan makanan ternak.
c) Kentang (Solanum tuberosum)
- Panen 3-4 bulan. 1 minggu setelah tanaman mati semuanya(telah kering
daun dan ujung batangnya).
- Umbi terdiri dari kulit luar,kortek,gelang umbi dan daging umbi.
- Warna daging putih, kuning.
d) Talas dan Kerabatnya
1. Talas (Colocasia esculenta)
- Ganyong merupakan salah satu jenis umbi-umbian lokal yang dapat diolah
sebagai sumber karbohidrat dalam bentuk pati.
f) Kencur dan Kerabatnya
1. Kencur (K. galanga)
- Kunyit merupakan salah satu jenis tanaman obat yang banyak memiliki
manfaat dan banyak ditemukan diwilayah Indonesia.
- Kunyit merupakan jenis rumput – rumputan, tingginya sekitar 1 meter
dan bunganya muncul dari puncuk batang semu dengan panjang sekitar
10 – 15 cm dan berwarna putih.
- Umbi akarnya berwarna kuning tua, berbau wangi aromatis dan rasanya
sedikit manis.
- Bagian utamanya dari tanaman kunyit adalah rimpangnya yang berada
didalam tanah.
- Rimpangnya memiliki banyak cabang dan tumbuh menjalar, rimpang
induk biasanya berbentuk elips dengan kulit luarnya berwarna jingga
kekuning – kuningan.
3. Temulawak (Curcuma xanthorhizza Roxb)
Garlic chives/ b a w a n g k u c a i d i s e b u t k u c a i c i n a k a r e n a s e r i n g d i g
u n a k a n d a l a m masakan china, sedangkan di eropa yang sering digunakan
adalah chives (kucai). Kucai memiliki aroma yang lebih kuat, memiliki daun yang
lebih pipih, dan tidak berongga. Bungayang berwarna putih. Bawang kucai kaya akan
mineral, serat dan vitamin.
Kucai selain dipakai dalam berbagai masakan, kucai memiliki khasiat seperti
mempunyai vitamin B, vitamin C, dan karotin. Selain itu, kucai digunakan untuk
mengobati hipertensi dan mencegah penyakit jantung coroner. Sementara itu, daun
kucai mempunyai antiseptik karena ia mampu untuk membunuh kuman bakteria dalam
proses pengecutan serta proses pengembangan usus. Bukan itu saja malahan ia juga
akan melancarkan darah, sekaligus menghindarkan pembekuan dalam darah.
Bawang prei memiliki ciri batang berukuran besar, daun berbentuk panjang
pipih seperti pita, berpelepah panjang dan liat, warna daun hijau ukuran daun lebih
besar dari ukuran daun bawang merah, aroma daun cukup harum dan sedap, batang
semu berwarna putih dan beraroma tajam, dan tanaman tida membentuk umbi.
Bawang prei memiliki akar serabut dan perakarannya cukup dangkal, antara 8-
20 cm. Perakaran bawang prei tumbuh baik pada tanah yang gembur, subur, mudah
menyerap air, dan kedalaman tanah cukup dalam.
Daun bawang memiliki 2 macam batang, yaitu batang sejati dan batang semu.
Batang sejati berukuran angat pendek dan berada di bawah tanah. Batang semu bawang
prei tampak dipermukaan tanah terbentuk dari pelepah-pelepah daun yang saling
membungkus.
Bunga bawang prei termasuk bunga sempurna dimana benang sari dan putik
terdapat dalam satu bunga. Bunga secara keseluruhan berbentuk payung majemuk dan
berwarna putih. Bunga bawang prei terdiri dari 6 buah mahkota bunga, 6 buah benang
sari, 1 buah plasenta, tangkai bunga, kelopak bunga, dan bakal buah. Penyerbukan pada
bawang prei yaitu penyerbukan silang yan dibantu oleh serangga seperti lebah dan
peyerbukan sendiri.
Buah bawang prei berbentuk bulat, terbagi atas tiga ruang, berukuran kecil dan
berwarna hijau muda. Satu buah bawang prei terdiri dari 6 biji yang berukuran sangat
kecil.Biji bawang prei yang masih muda berwarna putih dan setelah tua berwarna hitam,
berukuran sangat kecil, berbentuk bulat agak pipih, dan berkeping satu. Biji tersebut
dapat dijadikan sebagai bahan perbanyakan tanaman secara generatif.
4. Bawang daun(A.fistulosum L)
Bawang daun berakar serabut pendek yang tumbuh dan berkembang ke semua
arah di sekitar permukaan tanah. Tanaman ini tidak mempunyai akar tunggang.
Perakaran bawang daun cukup dangkal, antara 8-20 cm. Perakaran bawang daun dapat
tumbuh dan berkembang dengan baik pada tanah yang gembur, subur, dan mudah
menyerap air. Akar tanaman berfungsi sebagai penopang tegaknya tanaman dan alat
untuk menyerap zat-zat hara dan air.
Bawang daun memiliki dua macam batang, yaitu batang sejati dan batang semu.
Batang sejati berukuran sangat pendek, berbentuk cakram, dan terletak pada bagian
dasar yang berada di dalam tanah. Batang yang tampak di permukaan tanah merupakan
batang semu, terbentuk dari pelepah-pelepah daun yang saling membungkus dengan
kelopak daun yang lebih muda sehingga kelihatan seperti batang. Batang semu
berwarna putih atau hijau keputih-putihan dan berdiameter antara 1-5 cm, tergantung
pada varietasnya. Batang sejati dan batang semu bawang daun bersifat lunak. Fungsi
batang bawang daun, selain sebagai tempat tumbuh juga sebagai jalan mengangkut zat
hara (makanan) dari akar ke daun dan menyalurkan zat-zat hasil asimilasi ke seluruh
bagian tanaman.
Bunga bawang daun tergolong bunga sempurna (bunga jantan dan betina
terdapat pada satu bunga). Bunga secara keseluruhan berbentuk payung majemuk atau
payung berganda dan berwarna putih. Tangkai tandan bunga keluar dari dasar cakram,
merupakan tuna inti yang pertama kali muncul seperti halnya daun biasa, namun lebih
ramping, bulat bagian ujungnya membentuk kepala yang meruncing seperti tombak, dan
terbungkus oleh lapisan daun (seludang). Bila seludang telah membuka, akan tampak
kuncup-kuncup bunga beserta tangkainya. Dalam setiap tandan bunga terdapat 68-83
kuntum bunga.
Mahkota bunga bawang daun berwarna putih. Benang sari memiliki tangkai
yang panjangnya 0,5 cm. Penyerbukan antar bunga dalam satu tandan atau antar bunga
dari tandan yang berbeda (penyerbukan silang) dan berlangsung dengan bantuan lebah
atau lalat hijau ataupun manusia. Bunga bawang daun juga dapat menyerbuk sendiri.
Bunga yang telah mengalami penyerbukan akan menghasilkan buah dan biji-biji yang
berukuran sangat kecil.
Buah bawang daun berbentuk bulat, terbagi atas tiga ruang, berukuran kecil
berwarna hijau muda. Satu buah bawang daun mengandung 6 biji yang berukuran
sangat kecil. Dalam satu tandan terdapat sekitar 61-74 buah.
Biji bawang daun yang masih muda berwarna putih dan setelah tua berwarna
hitam, berukuran sangat kecil, berbentuk bulat agak pipih, dan berkeping satu. Biji
bawang daun tersebut dapat digunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman secara
generatif. Bawang daun juga termasuk dalam tanaman tahunan, akan tetapi secara
komersial ditanam sebagai tanaman semusim. Bawang daun tidak memiliki masa
dormansi terhadap panjang hari seperti bawang bombay, sehingga pertumbuhan
vegetative bawang daun berlangsung secara terus menerus dan tidak membentuk umbi
nyata.
Beberapa contoh biji-bijian yang tergolong serealia antara lain : sorghum, barley.
Kacang-kacangan termasuk family Leguminosa atau disebut juga polongan. Contoh
kacang-kacangan : kedelai, kacang tanah, kacang hijau, kacang gude, kacang merah, dll.
Struktur umum biji-bijian serealia terdiri dari tiga bagian besar yaitu : kulit biji,
butir biji (endosperm) dan lembaga (embrio). Kulit biji pada padi disebut sekam,
sedangkan butir biji dan embrio dinamakan beras. Lapisan terluar disebut pericarp,
kemudian tegmen, lapisan alaeuron dan bagian yang dalam adalah endosperm. Lapisan
alaeuron merupakan lapisan yang menyelubungi endosperm dan lembaga.
2. Karakteristik biji-bijian
- Sumber karbohidrat
- Mengandung protein
- Kadar air rendah
- Rendah serat
- Mengandung mineral dan vitamin
b) Kacang-kacangan
Buah polong, berbentuk seperti pita hingga lonjong, melebar pada ujungnya dan
kadang-kadang melengkung dengan bubungan, berisi 8-16 biji. Biji berbentuk lonjong
dan berwarna merah muda/merah/coklat kemerahan/hitam, jarang yang berwarna putih
2. Kacang merah
Polong lonjong, pipih, berkulit keras bila tua, pada umumnya melengkung
kadang-kadang dengan bentuk mengait ada bagian atasnya, berisi 4-5 biji. Bentuk,
ukuran, dan warna biji beragam, ada yang berbentuk lupis, belah ketupat, maupun bulat
sedangkan warna mulai dari seragam (loreng), putih, hijau, kuning, coklat, merah,
hitam, hingga ungu.
3. Buncis
Buah kadang-kadang memiliki selaput dalam yang kuat. Biji kering digunakan
untuk sayuran dan makanan ternak. Komoditas ini memiliki prospek yang baik dalam
permintaan khususnya di daerah tropis.
5. Kecipir, kacang belimbing, kacang embing
Buah polong, berbentuk lonjong hingga pita, bentuk persegi dengan 4 buah
sayap halus dengan lebar 0,3-1 (cm), berwarna kuning, krem hingga hijau. Biji tiap
polong berisi 5-21, berbentuk agak bulat dengan panjang sekitar 0,6-1 (cm) berwarna
coklat, kuning, putih, hingga seragam.
6. Kacang babi
7. Kacang hijau
8. Kacang bogor
Buah terdapat di dalam tanah, berbentuk bulat berdiameter sekitar 2,5 cm,
biasanya hanya terdapat satu biji berwarna putih, kuning, hinggan merah. 8 Kacang
Bogor ini paling sering digunakan untuk dikonsumsi langsung ataupun sebagai bahan
masakan, seperti bahan pembuat bubur.
9. Kacang kate
Biji memanjang dan berbentuk silinder hinga bulat, ukuran dan warna beragam.
Polong menggantung hingga menjalar dengan panjang 10-100 cm. Bentuk dan ukuran
bervariasi, berbentuk persegi hingga lonjong dengan dimensi 5-10 (mm) x 4-8 (mm) (P
x L).
Buah polong berbentuk silinder, berisi 1-6 biji. Setiap biji diliputi oleh selaput
biji tipis berwarna antara putih, merah, merah muda, ungu, hingga coklat kemerahan.
Setiap biji memiliki dua keping biji yang lebar, epokotil dengan daun dan tunas
primordial, hipokotil, serta akar primer. Kacang tanah dapat dimanfaatkan sebagai
makanan cemilan.
Karakteristik Kacang-kacangan
1. Tingkat karbohidrat
2. Kandungan protein cukup tinggi, lebih tinggi dari serealia
3. Mengandung senyawa antigizi : Tanin, fitat, tripsin, inhibitor, sianida
4. Kadar air rendah
5. Sebagian mengandung lemak.
Sifat-sifat fisik berguna untuk tujuan industri pengolahan juga merupakan data dasar
bagi industri perencanaan atau rancang bangun peralatan pengolahan.
Komposisi Kimia
Serealia merupakan sumber karbohidrat utama didunia. Kacang-kacangan dipakai
sebagai sumber protein nabati, meskipun beberapa juga dipakai sebagai sumber minyak
(kedelai, kacang tanah).
b. Protein
Bagian kedua terbesar penyusun serealia adalah protein. Protein tanaman dibagi
atas dua kelompok yaitu protein cadangan dalam biji dan protein fungsional dalam
bagian vegetatif dari tanaman. Protein cadangan dapat dibagi menjadi empat fraksi
berdasarkan urutan pelarut, yaitu albumin (protein larut dalam air), globulin (larut
garam), prolamin (larut alkohol), dan glutelin (larut dalam alkali dan asam). Pada
serealia fraksi utama adalah prolamin dan globulin sedangkan pada kacang-kacangan
adalah globulin.
c. Lipida
Pada serealia kandungan lipida tertinggi terdapat dalam lembaga dan lapisan
aleuron. Kadar lipida beras 2% dari total berat terdiri dari lipida netral 77,3%, fosfolipid
16,5%, dan glikolipida 9,8%. Asam lemak oleat, liroleat, dan palmitat merupakan asam
lemak utama dari lemak beras dan bekatul. Lemak dalam kacang-kacangan misalnya
kacang tanah dan kedelai menempati presentase yg tinggi. Sehingga lebih banyak
digunakan sebagai minyak. Asam lemak penyusun minyak kedelai adalah palmitat
(10,5%), miristat (0,4%), palmitoleat (1,0%), stearat (2,8%), oleat (20,8%), linoleat
(56,5%), dan lenolenat (8,0%).
d. Mineral
e. Vitamin
Kandungan vitamin dalam beras yang utama adalah thiamin, riboflavin, niasin,
dan piridoksin. Selama penggilingan serealia, vitamin tersebut banyak yg hilang karena
kandungan vitamin terdapat pada bagian aleuron. Kedelai cukup banyak mengandung
provitamin A yaitu karoten.
Pada umumnya serealia setelah dipanen akan dikeringkan sampai kadar air
tertentu sebelum disimpan atau diproses lebih lanjut. Selama pengeringan perlu
diperhatikan kecepatan pengeringan karena pada padi pengeringan yg terlalu cepat
menyebabkan retaknya biji sehingga pada penggilingan banyak beras yg pecah.
Yang harus dikendalikan selama penyimpanan adalah kadar air dan suhu.
Perubahan biokimia yg penting selama penyimpanan adalah respirasi. Proses ini
mengakibatkan metabolisme karbohidrat dan lemak menghasilkan CO2, air, dan panas.
a. Karbohidrat
perubahan karbohidrat selama penyimpanan : Hidrolisa pati karena enzim
amilase, Kurangnya gula karena respirasi, Terbentuknya bau asam dan apek dari
karbohidrat karena mikroorganisme
b. Protein
c. Lemak
Kerusakan lemak dan minyak dalam biji terjadi secara oksidasi yg menghasilkan
bau dan flavor tengik. Biji mengandung antioksidan yg cukup efektif dalam menangkal
oksidasi terutama untuk biji yg masih utuh. Lemak dalam biji akan dipecah oleh enzim
lipase menjadi asam lemak bebas dan gliserol.
d. Mineral
e. Vitamin
Beras yg disimpan akan mengalami perubahan warna, bau, dan sifat makan
(eating quality). Suhu yg tinggi dan kadar air yg tinggi menyebabkan perubahan warna
beras dari putih menjadi kecoklatan. Eating quality merupakan gabungan kenampakan,
kekompakan, keempukan dan flavor. Pemasakan beras yg telah disimpan memberikan
hasil nasi masak dengan ciri-ciri volume membesar, tekstur lebih keras, dan waktu
pemasakan lebih lama.
Produk olahan serealia. Snack: tortila, kue kering. Tepung-tepung : tepung beras
dan maizena. Baby food : bubur. Produk instan: nasi instan, mihun. Produk fermentasi:
tape, pewarna angkak. Pemanis : HFCS.
Pengolahan Kacang-Kacangan
1. Perendaman. Rehidrasi: kadar air meningkat. Pelepasan beberapa zat gizi:
vitamin, mineral, protein larut air. Pelarutan antinutrisi : fitat, sianogen,
oligosakarida,tanin, fltulensi
2. Perkecambahan Harus diawali dengan imbibisi air, sehingga enzim menjadi
aktif. Fitase: penurunan asam fitat. Enzim pemecah oligosakarida aktif: kadar
oligosakarida menjdi menurun. Perendaman sebelum perkecambahan:Penurunan
kadar tanin dan oligosakarida. Antitripsin :Peningkatan nilai cerna protein.
3. Penyaringan Untuk memudahkan pengupasan. Proses : tanpa atau dengan pasir.
Inaktivasi enzim dan antinutrisi golongan protein seperti hemaaglutinin dan
antitripsin
4. Perebusan Memperbaiki daya cerna protein. Pengaruh terhadap nilai gizi
tergantung lama dan perebusan. Penurunan antinutrisi: tanin, antitripsin dan
asam fitat
1. Tepung-tepungan
2. Aneka kue kering
3. Minuman : sari kacang-kacangan
4. Mentega, minyak
5. Tahu, keju tiruan, soy cheese
C. Karakteristik Bahan Baku Buah-Buahan Dan Produk Olahannya
Buah adalah bagian tanman hasil perkawinan putik dan benang sari. Pada
umumnya bagian tanaman ini merupakan tempat biji. Buah diartikan sebagai semua pro
duk yangdikonsumsi sebagai pencuci mulut (desserts), misalnya mangga, papaya,
pisang dan sebagainya.
Setiap buah memiliki komposisi yang berbeda-beda dan dipengaruhi oleh
beberapa faktoryaitu varietas, keadaan iklik tempat tumbuh, pemiliharaan tanaman, cara
pemanenan, tingkatkematangan waktu dipanen, kondisi selama pemeraman, dan kondisi
penyimpanan. Umumnya buah-buahan memiliki kadar air yang tinggi yaitu 65– 90 %
tetapi rendah dari kadar protein danlemak kecuali buah advokat ( kadar lemak 4%).
Pigmen
Didalam buah-buahan umumnya terdapat pigmen klorofil, karotenoid, dan grup
flavonoid yang terdiri dari antosianin, antosantin, dan tannin.
a. Klorofil
b. Karotenoid
c. Flavonoid
d.
Proses pematangan buah merupakan suatu rangkaian reaksi kimia yang panjang,
yang dapat berakhir dengan degradasi tenunan dan berakibat terjadinya kematian sel
dan pembusukan. Demikian pula halnya dengan sayuran, mulai terjadinya tanda-
tanda kebusukan merupakan suatu tanda kerusakan.
Suatu bahan rusak bila menunjukkan adanya penyimpangan yang melewati batas
yang dapat diterima secara normal oleh panca indera atau parameter lain yang biasa
digunakan. Penyimpangan dari keadaan semula tersebut meliputi beberapa hal,
diantaranya :
Konsistensi
Tekstur
Memar
Berlendir
Berbau busuk
Gosong
Ketengitan
Penyimpangan pH
Pengembungan kaleng (terjadi gas)
Penyimpangan warna
Penyimpangan cita rasa
Penggumpalan/pengerasan pada tepung
Lubang/bekas gigitan
2. Kerusakan Mekanis
3. Kerusakan Fisik
d. Udara/oksigen
e. Sinar matahari
4. Kerusakan Biologis
5. Kerusakan Fisiologis
6. Kerusakan Kimia
Kerusakan yang disebabkan karena senyawa kimia dan reaksi kimia seperti
penurunan pH dan reaksi reduksi dan oksidasi. Adanya perubahan pH
menyebabkan suatu jenis pigmen mengalami perubahan warna, demikian pula
protein akan mengalami denaturasi dan penggumpalan. Reaksi browning dapat
terjadi secara enzimatis maupun non-enzimatis. Browning nonenzimatis
merupakan kerusakan kimia yang mana dapat menimbulkan warna coklat yang
tidak diinginkan
Contoh lain yaitu pada kerusakan beras, penyimpanan beras dalam waktu yang
lama dengan kondisi yang kurang baik akan menyebabkan perubahan pada bau dan
rasa beras. Kerusakan ini terutama disebabkan ketengikan yang terjadi pada
kandungan lemak beras sehingga menimbulkan bau apek. Bau apek dari beras giling
yang telah lama disimpan disebabkan oleh senyawa-senyawa karbonil yang bersifat
tengik, yaitu senyawa-senyawa hasil oksidasi lemak dengan oksigen dari udara.
Pada minyak yang rusak terjadi proses oksidasi, polimerisasi dan hidrolisis.
Proses tersebut menghasilkan peroksida yang bersifat toksik dan asam lemak bebas
yang sukar dicerna oleh tubuh. Senyawa polimer yang dihasilkan akibat pemanasan
yang berulang-ulang dapat menimbulkan gejala keracunan antara lain iritasi saluran
pencernaan, pembengkaan organ tubuh, diare, kanker dan depresi pertumbuhan.
Selain itu akan timbul rasa tengik akibat oksidasi yang pengaruhnya tidak diharapkan
pada bahan pangan yang digoreng. Pengaruh tersebut antara lain mengakibatkan
kerusakan gizi, tekstur dan cita rasa.
Indikator kerusakan minyak antara lain adalah angka peroksida dan asam lemak
bebas. Angka peroksida menunjukkan banyaknya kandungan peroksida di dalam
minyak akibat proses oksidasi dan polimerisasi. Asam lemak bebas menunjukkan
sejumlah asam lemak bebas yang dikandung oleh minyak yang rusak, terutama
karena peristiwa oksidasi dan hidrolisis.
Bakteri
Bakteri dapat berbentuk cocci (Streptococcus sp.), bentuk cambuk pada
bacilli, bentuk spiral pada spirilla dan vibrios. Bakteri berukuran satu mikron
sampai beberapa mikron, dapat membentuk spora yang lebih tahan terhadap :
panas, perubahan kimia, pengolahan dibandingkan enzim. Suhu pertumbuhan
untuk : bakteri thermophylic (450C–550C); bakteri mesophylic (200C–450C)
sedangkan bakteri psychrophylyc < 200C.
Berdasarkan klasifikasi, ada dua intoksikasi pangan utama yang
disebabkan bakteri, yaitu (1) botulisme, disebabkan oleh toksin yang dihasilkan
oleh Clostridium botulinum dan (2) intoksikasi stapilokoki, disebabkan oleh
toksin yang dihasilkan oleh Staphylococcus aureus.
Khamir
Khamir mempunyai ukuran 20 mikron atau lebih dan berbentuk bulat
atau lonjong (elips).
Kapang
Kapang berukuran lebih besar dan lebih kompleks, contohnya
Aspergillus sp., Penicillium sp., dan Rhizopus sp. Kapang hitam pada roti, 9
warna merah jingga pada oncom, warna putih dan hitam pada tempe disebabkan
oleh warna conidia atau sporanya. Faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan mikroba di antaranya : air, pH, RH, suhu, oksigen, dan mineral.
2. Aktivitas Enzim Di Dalam Bahan Pangan
Enzim yang ada dalam bahan pangan dapat berasal dari mikroba atau memang
sudah ada dalam bahan pangan tersebut secara normal. Enzim ini memungkinkan
terjadinya reaksi kimia dengan lebih cepat, dan dapat mengakibatkan bermacam-
macam perubahan pada komposisi bahan pangan. Enzim dapat diinaktifkan oleh
panas/suhu, secara kimia, radiasi atau perlakuan lainnya. Pematangan dan
pengempukan yang berlebih dapat menyebabkan kebusukan. Keaktifan maksimum
dari enzim antara pH 4 – 8 atau sekitar pH 6.
Parasit bayak ditemukan di dalam daging babi adalah cacing pita, dapat menjadi
sumber kontaminasi pada manusia. Tikus sangat merugikan karena jumlah bahan
yang dimakan, juga kotoran, rambut dan urine tikus merupakan media untuk bakteri
serta menimbulkan bau yang tidak enak.
Pemanasan dan pendinginan yang tidak diawasi secara teliti dapat menyebabkan
kebusukan bahan pangan. Pemanasan berlebih dapat menyebabkan denaturasi
protein, pemecahan emulsi, merusak vitamin, dan degradasi lemak/minyak.
Pembekuan pada sayuran dan buah-buahan dapat menyebabkan “thawing” setelah
dikeluarkan dari tempat pembekuan, 10 sehingga mudah kontaminasi dengan
mikroba. Pembekuan juga dapat menyebabkan denaturasi protein susu dan
penggumpalan.
5. Kadar Air
Kadar air pada permukaan bahan dipengaruhi oleh kelembaban nisbi RH udara
sekitar. Bila terjadi kondensasi udara pada permukaan bahan pangan akan dapat
menjadi media yang baik bagi mikroba. Kondensasi tidak selalu berasal dari luar
bahan. Di dalam pengepakan buah-buahan dan sayuran dapat menghasilkan air dari
respirasi dan transpirasi, air ini dapat membantu pertumbuhan mikroba.
Udara dan oksigen selain dapat merusak vitamin terutama vitamin A dan C,
warna bahan pangan, flavor dan kandungan lain, juga penting untuk pertumbuhan
kapang. Umumnya kapang adalah aerobik, karena itu sering ditemukan tumbuh pada
permukaan bahan pangan. Oksigen dapat menyebabkan tengik pada bahan pangan
yang mengandung lemak.
7. Sinar
8. Waktu
Makanan yang rusak adalah makanan yang apabila dikonsumsi oleh makhluk
hidup (manusia/hewan) dapat mengancam kesehatan. Bahan makanan yang rusak dapat
menjalar ke makanan yang sehat/ tidak rusak karena dapat terjadi pencemaran silang
sehingga menimbulkan kerugian bagi konsumen maupun produsen.
1. Mutu
2. Nilai gizi
3. Kesehatan
Agar tidak terjadi kerusakan bahan pangan dapat dilakukan pencegahan sebagai
berikut :
1. Kerusakan Mekanis
- Agar tidak terjadi dapat dicegah dengan menggunakan galah yang diberi
kantong lain yang diikatkan pada kawat (untuk buah-buahan).
- Pada buah jeruk diberi kantong dari sterofom agar tidak terkena
benturan.
2. Kerusakan Mikrobiologis
- Dapat dicegah dengan pemanasan yang cukup untuk bahan makanan
yang diawetkan.
- Dimasukkan kedalam lemari pendinginan (freezer) untuk bahan makanan
yang tidak diberi bahan pengawet.
- Dikeringkan merata agar bakteri tidak dapat hidup.
3. Kerusakan Biologis
- Dapat dicegah dengan membungkus buah-buahan dengan kantong yang
terbuat dari kertas, plastic, kain supaya serangga dan hewan pengerat
tidak dapat makan buah tersebut.
- Supaya tidak dimakan tikus, bahan pangan dibungkus dengan wadah
utama kemudian dimasukkan dalam wadah kedua yang kuat agar tikus
dan hewan pengerat lainnya tidak dapat masuk.
4. Kerusakan Fisiologis
- Dapat dicegah dengan memisahkan buah-buahan yang matang dengan
yang belum matang.
- Dimasukkan kedalam lemari pendingin agar buah-buahan tidak cepat
masak, karena pendinginan dapat meninaktifkan enzim. Tetapi buah
yang belum masak tidak boleh dimasukkan dalam pendingin karena akan
menjadi kurang segar.
- Prinsip pencegahan kerusakan fisiologis yaitu mencegah kerja enzim
atau mematikan enzim.
5. Kerusakan Fisik
- Pemanasan yang tidak terlalu panas suhunya dan pendinginan yang tidak
terlalu dingin karena bahan pangan mempunyai suhu pendinginan
optimum agar tidak mengalami kerusakan.
- Pengeringan harus sering dibolak-balik agar merata dan air dapat keluar
lebih banyak.
- Pengasapan dilakukan dengan menghindarkan dari bahan bakar yang
jaraknya terlalu dekat agar diperoleh pengasapan yang optimum dengan
warna yang menarik dan tahan lama (biasanya ditambahkan garam dan
setelah diasapi dibungkus dalam kantong yang vakum).
6. Kerusakan Kimia
- Menghindarkan bahan pangan dengan oksigen.
- Menghindarkan reaksi dengan wadah bahan pangan yang terbuat dari
baja.
- Menghindarkan bahan pangan dari perubahan pH juga protein jangan
diberikan bahan lain yang pH-nya rendah karena dapat menggumpal.
DAFTAR PUSTAKA
A. Pengolahan Kimiawi
- Bahan pengawet : sulfit, sulfur dioksida, garam nitrit, asam sorbet, asam
propionat, asam asetat, asam benzoate, nisin.
- Bahan pengkelat ini berperan terhadap stabilitas makanan. Contoh : asam
sitrat, asam malat, oksalat, suksinat, tartarat, asam polifosfat, protein.
- Bahan Penstabil dan pengental, contohnya : gelatin, gum arab,
karagenan, agar agar, pati, pektin, karboksimetilselulosa.
- Bahan anti penggumpalan. Contoh : kalsium silikat, garam meja,
magnesium karbonat, magnesium silikat, trikalsium fospat.
- Bahan pengeras. Contohnya : garam-garam kalsium seperti, kalsium
klorida, kalsium florida, kalsium sitrat, kalsium sulfat, kalsium laktat,
monokalsium fospat.
DAFTAR PUSTAKA
Dra. Tri Ratna Nastiti, A. (2018). Prinsip Dasar Teknologi Pengolahan Pangan. Pang
4312, 1–18. http://repository.ut.ac.id/4681/1/PANG4424-M1.pdf
b. Suhu pengeringan.
c. Aliran udara.
7. Alat Pengering
b. Pengering Lemari
Produk pangan yang dikeringkan dengan pengering tipe lemari
diletakkan pada tray-tray yang selanjutnya dipindahkan kedalam suatu ruang
pengering tempat dimana produk tersebut diekspose pada udara
pengering.udara yang telah dipanaskan melewati tumpukan tray dan melalui
produk yang diekspose di masing-masing tray sebelum berbalik kembali
kebagian pemanasan.
c. Pengering Lorong
Pada pengering tipe lorong ini, produk yang akan dikeringkan diletakkan
pada tray-tray, tray tersebut kemudian disusun per unit tumpukan seperti
pada pengering tipe lemari, selanjutnya unit-unit tumpukan ditempatkan
teratur pada suatu lorong pengering. Ada beberapa sistem pendekatan untuk
mengekspose produk yang akan dikeringkan dengan udara panas
pengeringan. Variasinya antara lain aliran searah produk dan udara
pengering yang masuk dan keluar lorong, aliran berlawanan arah antara
produk dan udara yang masuk lorong, aliran berlawanan arah dengan
sebagian udara panas pengerig di resirkulasikan.
d. Pengeringan Drum
Sistem Pengeringan Drum dipakai untuk mengeringkan bahan pangan
berbentuk bubur. Drum berbentuk silinder dipanaskan dan berputar pada
suatu poros. Bahan berbentuk bubur akan mengering bila dijatuhkan melekat
pada permukaan drum tersebut, yang selanjutnya setelah kering di kerat
dengan aksi sebuah pisau untuk mendapatkan produk keringnya. Ada dua
tipe, single atau double drum dryer . Drum pada double drum dryer akan
bergerak berlawanan arah, jarak antara kedua drum dipakai untuk
mengontrol ketebalan lapisan yang dikeringkan.
8. Tujuan pengeringan yang tepat dan tujuan pengeringan untuk produk:
a. Susu
b. Santan
c. Kerupuk
d. Beras
e. Tapioka
f. Manisan buah
g. Keripik kentang
h. Nutrisari
9. Tujuan Pengeringan :
a. Pengawetan.
b. Mengurangi volume dan berat produk: transportasi dan penyimpanan.
c. Penganekaragaman produk seperti breakfast cereal, minuman instan.
10. Dasar pemilihan metode :
a. kualitas yang diinginkan.
b. Sifat bahan dasar.
c. Biaya
11. Pemilihan jenis alat pengeringan :
a. Bentuk bahan yang akan dikeringkan: cair, pasta, sluri, pulp, cairan kental,
agregat besar atau kecil.
b. Sifat bahan: sensitif terhadap oksidasi, peka terhadap suhu, dll.
c. Sifat produk yang diinginkan: bubuk, instan, bentuk tidak berubah.
d. Harga produk akhir: murah, sedang, mahal.
12. Jenis-jenis Pengeringan
a. Sun drying
- Menggunakan sinar matahari.
- Terbatas pada iklim panas dan kelembaban rendah.
- APLIKASI: prune, anggur, kurma, aprikot, pir.
- Kadar air buah -buahan >15%.
- Umur simpan terbatas.
- PENGERINGAN LAMBAT, tidak cocok untuk produk dengan mutu
tinggi.
- Produk akhir sering terkontaminasi debu, kotoran, serangga.
b. Solar drying
- Menggunakan energi matahari secara tidak langsung.
- Bisa hanya menggunakan energi matahari saja atau energi matahari
merupakan energi tambahan.
- Pengeringan LEBIH CEPAT dibandinkan sun drying.
c. Cabinet drying
- BATCH.
- Suhu dijaga konstan.
- Kelembaban menurun selama proses pengeringan.
- Terdiri dari ruang tertutup dengan alat pemanas, fan untuk
menghembuskan udara, outlet udara, inlet udara.
- Biasa digunakan untuk uji coba produk sebelum scale up.
d. Tunnel drying
- Seperti cabinet drying tetapi bersifat Kontinyu.
- Pengeringan dalam suatu tunnel dimana produk yang dikeringakn
dilewatkan.
- Pengaringan BERSIFAT CEPAT, seragam tanpa menyebabkan
kerusakan bahan.
- Biasa digunakan untuk Buah – buahan.
- Bahan dimasukkan ke dalam baki dalam kereta yang bergerak.
e. Spray drying
- Cocok untuk pembuatan Produk bubuk.
- Pengeringan terjadi ketika dispersi cairan atau sluri dikeringkan oleh
aliran udara panas.
- Partikel yang telah kering dipisahkan kemudian dikumpulkan.
- Biasa digunakan untuk mengeringkan susu, jus buah.
f. Drum drying
- Cocok untuk produk Cair, sluri, atau puree.
- Lapisan tipis bahan dipanaskan pada permukaan drum yang panas.
- Lapisan tipis yang sudah kering dilepaskan dari drum dengan blade.
- Lama kontak bahan dengan permukaan drum sekitar beberapa menit.
- Serpihan bahan yang telah kering kemudian digiling.
g. Vacuum drying
- KEUNTUNGAN: suhu lebih rendah.
- Kerusakan karena panas dapat dikurangi.
- TIDAK TERJADI OKSIDASI selama pengeringan.
- Bahan yang dikeringkan: Cairan, Pasta, Tepung, produk dalam bentuk
irisan.
h. Freeze drying
- Air dihilangkan dari bahan melalui proses sublimasi.
- Tidak terjadi perpindahan cairan dari bagian dalam produk ke
permukaan.
- Pada proses pengeringan kristal es menguap menyebabkan rongga di
dalam produk.
- Tidak terjadi pengerutan produk.
- Struktur porous: mudah rehidrasi.
B. PENDINGINAN BAHAN PANGAN
a. Pengertian Pendinginan
- Mengurangi kontaminasi.
- Mengendalikan kerusakan oleh mikroba.
- Mengendalikan pertumbuhan mikroorganisme, kerusakan bahan pangan
selama penyimpanan dapat diperkecil dalam bentuk belum dipotong-
potong.
b. Tujuan Pendinginan
Menunda atau mencegah pembusukan dan pertumbuhan mikroba.
c. Aplikasi Pendinginan
1. Buah dan Sayur
- Yang tidak dikemas.
- Prepared/ready to cook vegetable.
- Ready to eat fruit
2. Daging dan Unggas
- Daging segar.
- Daging olahan.
3. Ready Meals/Recipe Dishe
- Single portion.
- Microwaveable
- Ikan dan seafood.
- Pastry dan pizza.
- Produk bakery.
- Minuman.
- Sup dan saus
- Pasta segar.
- Produk susu.
- Produk berbasis lemak, misal low fat spread products.
d. Prinsip Pendinginan
Prinsip pendinginan itu sendiri adalah panas dari bahan diserap atau diambil
dan digantikan oleh udara yang memiliki tekanan yang lebih rendah
dibandingkan tekanan di dalam sel, sehingga panas yang ada dalam bahan
berkurang dan lama-kelamaan akan berubah menjadi dingin mengikuti suhu
udara pendinginan yang digunakan.
e. Faktor Pendinginan
Dalam proses pendinginan ada beberapa faktor yang berpengaruh pada hasil
akhir bahan yang di dinginkan. Faktor – faktor tersebut antara lain :
2. Susu
3. Kualitas Bahan dan Perlakuan Pendahuluan
4. Jenis Pengemas
Pada produk daging dan ikan yang disimpan pada suhu 0-2 oC dapat
bertahan selama 2-3 hari (daging dikemas). Namun Perubahan ini disebabkan
karena terjadi oksidasi pigmen heme yang merupakan penyusun utama dalam
warna daging. Pigmen mioglobin mengalami proses perubahan menjadi
oksiomioglobin yang bewarna merah kecoklatan.
Contoh bakteri yang dapat tumbuh pada suhu dingin dan bersifat patogen :
Aeromonas hydrophilia, Listeria spp, Yersinia enterocolitica, Bacillus cereus,
Vibrio parahaemolyticus, E.coli.
1. Sebagian besar organisme perusak tumbuh cepat pada suhu di atas 10℃
.
2. Beberapa jenis organisme pembentuk racun masih dapat hidup pada
suhu kira-kira 3,3℃.
3. Organisme psikrofilik tumbuh lambat pada suhu 4,4℃ - 9,4℃
- Sebagian besar organisme perusak tumbuh cepat pada suhu di atas 10℃.
- Beberapa jenis organisme pembentuk racun masih dapat hidup pada suhu
kira-kira 3,3℃.
- Organisme psikrofilik tumbuh lambat pada suhu 4,4℃-9,4℃
Pengelompokan bahan pangan berdasar suhu penyimpanan
- -1 – 1℃ : ikan segar, daging, sosis dan daging giling, daging dan ikan
asap.
- 0 - 5C : daging kaleng pasteurisasi, susu, krim, yoghurt.
- 0 - 8C : daging dan ikan masak, mentega,margarin, keju, buah lunak.
k. Teknologi Pendinginan
1. Air Blast Cooling
- Mendinginkan secara Cepat.
- Untuk produk yang sangat Mudah rusak.
- Pendinginan cepat tercapai dengan menghembuskan udara dingin pada
kecepatan tertentu.
- Kecepatan udara tergantung dari jenis produk : Karkas 2-3 m/det, Produk
berukuran lebih kecil 8-10 m/det, Buah berry 16 m/det.
2. Cold Room
- Tidak cocok untuk pendinginan cepat.
- Kecepatan pendinginan rendah.
- Biasanya digunakan untuk menjaga suhu produk tetap dingin.
3. Cryogenic Chilling
- Teknik pendinginan dengan kontak langsung dengan refrigerant seperti
nitrogen cair dan es kering (CO 2 ).
- Pendinginan terjadi Secara cepat.
- Perlu kontrol yang ketat untuk mencegah pembekuan.
- Biasa digunakan untuk produk yang perlu segera didinginkan untuk
menurunkan suhu.
4. Hydro Cooling
- Teknik pendinginan yang digunakan untuk menghilangkan panas pasca
pemanenan untuk produk buah -buahan dan sayuran.
- Dilakukan dengan cara MERENDAM, MENYEMPROTKAN atau
MENCELUPKAN dalam air dingin.
- KEUNTUNGAN: Tidak terjadi pembekuan, Tidak terjadi penyusutan
berat.
5. Ice Slush dan Ice Bank Chilling
- Pada metode ini produk dikemas dan udara dingin dihembuskan.
- Digunakan untuk precooling atau penyimpanan jangka pendek.
- Pembekuan dapat dicegah.
l. Teknik Pendinginan
Pada dasarnya teknik pendinginan bahan pangan dapat dikerjakan dalam 2 cara
yaitu:
1. Secara Alami (Natural Refrigeration)
Pendinginan alami menggunakan air dingin, es, campuran air dan es, larutan
garam dan lain-lain. Pada umumnya semakin tinggi konsentrasi larutan
garam akan semakin rendah titik bekunya.
2. Secara Mekanis (Mechanical Atau Artificial Refrigeration)
Pendinginan mekanis menggunakan mesin-mesin yang mengatur terjadinya
siklus pergantian fase uap dan fase cair dari suatu zat pendingin
(refrigerant). Zat pendingin adalah suatu persenyawaan kimia yang mampu
menjadi penerima dan pembawa panas.
Dasar Pendinginan mekanis dengan Sistem kompresi: terjadinya penyerapan
panas oleh zat pendingin pada saat terjadi perubahan fase dari fase cair ke fase
uap.
Ada 2 sisi tekanan yang berbeda, yaitu sisi tekanan rendah (di evaporator)
dan sisi tekanan tinggi (di kondensor). Kedua sisi bertekanan ini dipisahkan
oleh 2 alat, yaitu alat kontrol yang berfungsi untuk membatasi jumlah aliran
serta menurunkan tekanan dan temperatur refrijeran. Kompresor berfungsi
untuk mengkompresikan gas refrijeran serta menaikan temperatur kondensasi.
Komponen SIstem Pendinginan Mekanis :
- Evaporator Juga merupakan alat penukar panas. Refrigerant cair dengan
tekanan rendah setelah proses ekspansi, diuapkan dalam alat ini.
- Kompresor untuk menghisap uap refrigerant dan mengkompresinya
sehingga tekanan uap refrigerant naik sampai ke tekanan yang diperlukan
untuk pengembunan (kondensasi) uap regrigerant di dalam kondensor.
- Kondensor untuk mendinginkan uap refrigerant dari kompressor agar
dapat mengembun menjadi cairan.
- Katup Ekspansi untuk menurunkan tekanan dari cairan refrigerant
sebelum masuk ke evaporator, sehingga akan memudahkan refrigerant
menguap di evaporator dan menyerap kalori (panas) dari media yang
didinginkan.
C. PEMBEKUAN BAHAN PANGAN
DAFTAR PUSTAKA