Anda di halaman 1dari 5

TOPIK : SEJARAH DAN KEBUDAYAAN

SUB TOPIK :
1. SEJARAH MASYARAKAT JAWA
2. KEBUDAYAAN DAN ADAT ISTIADAT MASYARAKAT JAWA
JUDUL : SEJARAH DAN KEBUDAYAAN MASYARAKAT JAWA
KERANGKA KARANGAN :
A. SUKU DAN BAHASA
1. Pengertian Suku Jawa
2. Bahasa Suku Jawa
B. PENGERTIAN DAN SEJARAH
3. Pengertian Provinsi Jawa Tengah
4. Sejarah Jawa Tengah
C. KEBUDAYAAN, SENI DAN ADAT ISTIADAT
5. Kebudayaan dan Seni Masyarakat Jawa Tengah
6. Adat Istiadat Masyarakat Jawa Tengah
D. KESIMPULAN

SEJARAH DAN KEBUDAYAAN MASYARAKAT JAWA

A. SUKU DAN BAHASA


1. Pengertian Suku Jawa
Suku Jawa merupakan suku bangsa terbesar yang ada di Indonesia yang
berasal dari Jawa Tengah, Jawa Timur dan Yogyakarta. Setidaknya sekitar
41,7% penduduk di Indonesia merupakan etnis dari suku jawa. Selain di
ketiga provinsi tersebut, suku jawa juga banyak yang bermukim di Lampung,
Banten, Jakarta dan Sumatera Utara. Di Jawa Barat sendiri, suku jawa banyak
ditemukan di Kabupaten Indramayu dan Cirebon.
Suku jawa juga memiliki sub-suku yaitu suku Osing dan Suku Tengger.
Selain itu, suku jawa juga ada yang bermukim di negara Suriname, Amerika
Tengah karena pada masa penjajahan Belanda, masyakarat suku jawa banyak
yang dikirim ke Suriname untuk bekerja. Dan kini, suku jawa yang berada di
Suriname dikenal dengan sebutan Jawa Suriname.
2. Bahasa Suku Jawa
Masyarakat suku jawa sebagian besar menggunakan bahasa jawa dalam
kehidupan sehari-hari. Dalam sebuah survei yang diadakan oleh majalah
tempo pada awal tahun 1990, kurang lebih hanya sekitar 12% orang jawa
yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa sehari-hari, sekitar
18% menggunakan bahasa Jawa dan Indonesia campur, dan selebihnya
hanya menggunakan bahasa Jawa saja.
Bahasa Jawa memiliki aturan perbedaan kosa kata dan intonasi
berdasarkan hubungan antara pembicara dan lawan bicara yang dalam
istilah jawa disebut dengan unggah-ungguh. Aspek ini memiliki pengaruh
social yang kuat dalam budaya Jawa dan membuat orang Jawa biasanya
sangat dasar akan status sosialnya di masyarakat.

B. PENGERTIAN DAN SEJARAH


1. Pengertian Provinsi Jawa Tengah
Jawa Tengah adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di bagian
tengah Pulau Jawa. Provinsi ini berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat di
sebelah barat, Samudra Hindia dan Daerah Istimewa Yogyakarta di sebelah
selatan, Jawa Timur di sebelah timur, dan Laut Jawa di sebelah utara.
Pengertian Jawa Tengah secara geografis dan budaya kadang juga
mencakup wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Jawa Tengah dikenal
sebagai “jantung” budaya Jawa. Meskipun demikian di provinsi ini ada pula
suku bangsa lain yang memiliki budaya yang berbeda dengan suku Jawa
seperti suku Sunda di daerah perbatasan dengan Jawa Barat. Selain itu ada
pula warga Tionghoa-Indonesia, Arab-Indonesia dan India-Indonesia yang
tersebar di seluruh provinsi ini.
2. Sejarah Jawa Tengah
Jawa Tengah sebagai provinsi dibentuk sejak zaman Hindia Belanda.
Hingga tahun 1905, Jawa Tengah terdiri atas 5 wilayah (gewesten) yakni
Semarang, Rembang, Kedu, Banyumas, dan Pekalongan. Surakarta masih
merupakan daerah swapraja kerajaan (vorstenland) yang berdiri sendiri dan
terdiri dari dua wilayah, Kasunanan Surakarta dan Mangkunegaran,
sebagaimana Yogyakarta.
Masing-masing wilayah terdiri atas kabupaten-kabupaten. Waktu itu
wilayah Rembang juga meliputi Tuban dan Bojonegoro. Setelah
diberlakukannya Decentralisatie Besluit tahun 1905, wilayah diberi otonomi
dan dibentuk Dewan Daerah. Selain itu juga dibentuk gemeente (kotapraja)
yang otonom, yaitu Pekalongan, Tegal, Semarang, Salatiga, dan Magelang.
Sejak tahun 1930, provinsi ditetapkan sebagai daerah otonom yang juga
memiliki Dewan Provinsi (Provinciale Raad). Provinsi terdiri atas beberapa
karesidenan (residentie), yang meliputi beberapa kabupaten (regentschap),
dan dibagi lagi dalam beberapa kawedanan (district). Provinsi Jawa Tengah
terdiri atas 5 karesidenan, yaitu: Pekalongan, Jepara-Rembang, Semarang,
Banyumas, dan Kedu.
Menyusul kemerdekaan Indonesia, pada tahun 1946 Pemerintah
membentuk daerah swapraja Kasunanan dan Mangkunegaran; dan dijadikan
karesidenan. Pada tahun 1950 melalui Undang-undang ditetapkan
pembentukan kabupaten dan kotamadya di Jawa Tengah yang meliputi 29
kabupaten dan 6 kotamadya. Penetapan Undang-undang tersebut hingga kini
diperingati sebagai Hari Jadi Provinsi Jawa Tengah, yakni tanggal 15 Agustus
1950.

C. KEBUDAYAAN, SENI DAN ADAT ISTIADAT


1. Kebudayaan Masyarakat Jawa Tengah
Jawa Tengah adalah propinsi dimana budaya jawa banyak berkembang,
karena di Jawa Tengah dahulu banyak berdiri kerajaan yang terlihat dari
berbagai peninggalan candi di Jawa Tengah. Kebudayaan Jawa mengakar di
Jawa Tengah bermula dari kebudayaan nenek moyang yang bermukim di
tepian Sungai Bengawan Solo pada ribuan tahun sebelum Masehi. Dari
kebudayaan nenek moyang itulah kemudian tumbuh dan berkembang
kebudayaan Jawa klasik yang hingga kini terus bergerak menuju kebudayaan
Indonesia.
Kebudayaan Jawa klasik yang keagungannya diakui oleh dunia
internasional dapat dilihat pada sejumlah warisan sejarah yang berupa candi,
stupa, bahasa, sastra, kesenian dan adat istiadat. Candi Borobudur di dekat
Magelang, candi Mendut, candi Pawon, Candi Prambanan di dekat Klaten,
candi Dieng, candi Gedongsongo dan candi Sukuh merupakan warisan
kebudayaan masa silam yang tak ternilai harganya. Teks-teks sastra yang
terpahat di batu-batu prasasti, tergores di daun lontar dan tertulis di kitab-
kitab merupakan khasanah sastra Jawa klasik yang hingga kini tidak habis-
habisnya dikaji para ilmuwan. Ada pula warisan kebudayaan yang bermutu
tinggi dalam wujud seni tari, seni musik, seni rupa, seni pedalangan, seni
bangunan, seni busana, adat istiadat, dsbnya.
Mengenal seni bangunan Jawa yang tidak hanya berupa bangunan rumah
tempat tinggal tetapi juga seni bangunan peninggalan dari jaman
Sanjayawangça dan Syailendrawangça. Pendopo Agung yang berbentuk ”Joglo
Trajumas” itu berkesan anggun karena atapnya yang luas dengan ditopang 4
(empat) Soko guru (tiang pokok), 12 (dua belas) Soko Goco dan 20 (dua
puluh) Soko Rowo. Bangunan Pendopo Agung ini masih dihubungkan dengan
ruang Pringgitan, sebagai tempat pertunjukan ringgit atau wayang kulit.
Pringgitan ini berarsitektur Limas. Bangunan lain adalah bentuk-bentuk
rumah adat “Joglo Tajuk Mangkurat”, “Joglo Pangrawit Apitan” dan rumah
bercorak “Doro Gepak”.
Mahakarya yang sungguh mempesona adalah batik di jawa tengah setiap
daerah mempunya corak batik tulis yang berbeda beda mereka mempunyai
ciri khas sendiri sendiri selain batik ada juga kesenian yang tak kalah luar
biasanaya ada wayang kulit yang sudah dia akui dunia sebagai warisan
budaya dunia oleh unesco ada juga tembang- tembang (lagu-lagu ) jawa yang
diiringi oleh gamelan (alat musik) yang juga dikenal dengan campursari ada
juga ketoprak yang merupakan pertunjukan seni peran khas dari jawa.
Di Jawa Tengah juga masih ada kerjaan yang sampai sekarang masih
berdiri tepatnya dikota solo yang dikenal dengan kasunanan solo.
2. Adat Istiadat Masyarakat Jawa Tengah
Ada beberapa adat istiadat yang biasa dilakukan oleh masyarakat Jawa
Tengah.  Mupu adalah salah satu di antaranya. Mupu berarti memungut anak.
Tujuannya agar kelak juga dapat menyebabkan hamilnya ibu yang memungut
anak. Pada saat si ibu hamil, jika mukanya tidak kelihatan bersih dan secantik
biasanya, disimpulkan bahwa anaknya adalah laki-laki. Jika sebaliknya, maka
anaknya perempuan.
Pada saat usia kehamilan 7 bulan, diadakan acara tujuh bulanan atau
mitoni. Pada acara ini disiapkan sebuah kelapa gading dengan gambar
wayang Dewa Kamajaya (jika laki-laki akan tampan seperti Dewa Kamajaya)
dan Dewi Kamaratih (jika perempuan akan cantik seperti Dewi Kamaratih),
gudangan (sayuran) yang dibumbui, lauk lainnya, serta rujak buah.
Ketika bayinya lahir, diadakan slametan, yang dinamakan brokohan. Pada
brokohan ini biasanya disediakan nasi tumpeng lengkap dengan sayur dan
lauknya. Ketika bayi berusia 35 hari, diadakan acara slametan selapanan.
Pada acara ini rambut sang bayi dipotong habis. Tujuannya agar rambut sang
bayi tumbuh lebat.
Adat selanjutnya adalah tedak-siten. Adat ini dilakukan pada saat sang
bayi berusia 245 hari. Ini adalah adat di mana sang bayi untuk pertama
kalinya menginjakkan kaki ke atas tanah. Setelah si anak berusia menjelang 8
tahun, namun masih belum mempunyai adik, maka dilakukan acara ruwatan.
Ini dilakukan untuk menghindarkan bahaya. Ketika menjelang remaja, tiba
waktunya sang anak ditetaki atau dikhitan. Orang Jawa kuno sejak dulu
terbiasa menghitung dan memperingati usianya dalam satuan windu atau
setiap 8 tahun, peristiwa ini dinamakan windon.

D. KESIMPULAN
Budaya jawa yang berada di daerah Jawa Tengah merupakan budaya yang
memiliki berbagai kebudayaan, mulai dari adat istiadat sehari-hari, kesenian,
acara ritual, dan lain-lain. Kebudayaan Jawa klasik yang keagungannya diakui
oleh dunia internasional dapat dilihat pada sejumlah warisan sejarah yang
berupa candi, stupa, bahasa, sastra, kesenian dan adat istiadat.
Manusia dan kebudayaan merupakan suatu kesatuan yang erat sekali.
Kedua-duanya tidak mungkin dipisahkan. Ada manusia ada kebudayaan, tidak
akan ada kebudayaan jika tidak ada pendukungnya, yaitu manusia. Akan tetapi
manusia itu hidupnya tidak berapa lama. Maka untuk melangsungkan
kebudayaan, pendukungnya harus lebih dari satu orang, bahkan harus lebih dari
satu turunan. Jadi harus diteruskan kepada anak cucu keturunan selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai