Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negaraa kepulauan yang terdiri dari banyak pulau dan memiliki
berbagai suku bangsa, bahasa, adat istiadat atau yang kita sering sebut dengan
kebudayaan. Keanekaragaman budaya yang terdapat di Indonesia merupakan suatu bukti
bahwa Indonesia merupakan negara yang kaya akan berbagai budaya.

Tidak bisa kita pungkiri, bahwa kebudayaan daerah merupakan faktor utama
berdirinya kebudayaan yang lebih global, kita bisa sebut dengan kebudayaan nasional.
Maka atas dasar itulah segalah bentuk kebudayaan daerah akan sangat berpengaruh
terhadap kebudayaan nasional, begitu pula sebaiknya kebudayaan naional akan
bersumber dari kebudayaan daerah, dan akan sangat berpengaruh pula terhadap
kebudayaan lokal.

Kebudayaan merupakan suatu kekayaan yang sangat bernilai karena selain


merupakan ciri khas dari suatu daerah juga menjadi lambang kepribadian dari suatu
bangsa atau daerah. Karena kebudayaan merupaka ciri khas suatu daeraha, maka
menjaga, memelihara dan melestarikan budaya merupakan kewajiban dari setiap
individu, dengan kata lain kebudayaaan merupakan kekayaan yang haus dijaga dan
dilestarikan oleh semua suku bangsa

Indonesia memiliki 34 Provinsi dimana semua provinsi di Indonesia sangat emmiliki


berbagai budaya yang beraneka ragam, Khususnya Jawa Timur. Jawa Timur merupakan
Provinsi di Indonesia yang dikenal sebagai pusat kawasan Timur Indonesia dan memiliki
signifikasi perekonomian yang cukup tinggi, juga memiliki berbagai kesenian yang sngat
unik didalamnya.

1
1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa itu kebudayaan Jawa Timur?

1.2.2 Bagaimana macam – macam kesenian Jawa timur?

1.2.3 Bagaimana Rumah dan pakaian adat pada masyarakat Jawa Timur?

1.2.4 Bagaimana tradisi upacara yang ada pada Mayarakat Jawa Timur?

1.2.5 Apa keunikan dari budaya Jawa Timur yang berbeda dengan budaya lainnya?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Untuk dapat mengetahui apa itu kebudayaan Jawa Timur.

1.3.2 Untuk dapat mengetahui macam – macam kesenian Jawa timur.

1.3.3 Untuk dapat mengetahui rumah dan pakaian adat pada masyarakat Jawa Timur.

1.3.4 Untuk dapat mengetahui tradisi upacara yang ada pada Mayarakat Jawa Timur .

1.3.5 Untuk dapat mengetahui Berbagai keunikan dari budaya Jawa Timur yang berbeda
dengan budaya Lainnya.

1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Untuk dapat memahami apa itu kebudayaan Jawa Timur.

1.4.2 Untuk dapat memahami macam – macam kesenian Jawa timur.

1.4.3 Untuk dapat memahami rumah dan pakaian adat pada masyarakat Jawa Timur.

1.4.4 Untuk dapat memahami tradisi upacara yang ada pada Mayarakat Jawa Timur.

1.4.5 Untuk dapat mengetahui berbagai keunikan dari budaya Jawa Timur yang berbeda
dengan kebudayaan lainnya.

2
1.5 Definisi Operasional

Kebudayaan Jawa Timur Menerima banyak pengaruh dari budaya tengahan, sehingga
pada awasn Jawa Timur diesbut juga sebagai Mataram,Masyarakat di Jawa Timur
memiliki ikatan persahabatan yang sangat kuat. dan memiliki kebudayaaan yang beraneka
ragam dengan berbagai kesenian yang terdapat di dalamnya.

1.6 Metodologi Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penelititian


deskriptif ingin menjawab pertanyaan melalui analisis terhadap hubungan karena
mengatur peristiwa yang sering kali tidak dapat dilaksanakan. Maka, suatu analisis
terhadap apa yang sebenarnya terjadi merupakan satu – satunya cara yang layak untuk
meneliti sebab – sebabnya. Sedangkan metode penelitian kualitatif, data hasil peneltian
lebih berkenaan dengan interpretasi terhadap data yang ditemukan dilapangan. Penelitian
ini menggunakan metode peneltian deskriptif kualitatif karena peneliti memaparkan
tentang hasil penelitian mengenai Kebudayaan Jawa Timur yang beraneka Ragam.

1.7 Sistematika Penulisan

BAB I. PENDAHULUAN yaitu berisi uraian mengenai latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, metodelogi penelitian dan
sistematika penulisan.

BAB II. PEMBAHASAN yaitu berisi uraian mengenai kebudayaan Jawa Timur dan hal –
hal yang terkait dengan kebudayaan Jawa Timur

BAB III. PENUTUP yaitu berisi uraian mengenai Kesimpulan dan saran penulis dalam
melakukan penelitian.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kebudayaan Jawa Timur

Suku Jawa (Jawa Ngoko) merupakan suku bangsa terbesar di Indonesia yang berasal
dari Jawa Tengah, Jawa Timur, serta Yogyakarta. Selain di ketiga provinsi tersebut, suku
Jawa banyak bermukim di Lampung, Banten, Jakarta, dan Sumatera Utara. Di Jawa Barat
mereka banyak ditemukan di Kabupaten Indramayu dan Cirebon. Suku Jawa juga
memiliki sub-suku, seperti Osing dan Tengger.

Kebudayaan dan adat istiadat Suku Jawa di Jawa Timur bagian barat menerima
banyak pengaruh dari Jawa Tengahan, sehingga kawasan ini dikenal sebagai Mataraman;
menunjukkan bahwa kawasan tersebut dulunya merupakan daerah kekuasaan Kesultanan
Mataram. Daerah tersebut meliputi eks-Karesidenan Madiun (Madiun, Ngawi, Magetan,
Ponorogo, Pacitan), eks-Karesidenan Kediri (Kediri, Tulungagung, Blitar, Trenggalek,
Nganjuk), dan sebagian Bojonegoro. Seperti halnya di Jawa Tengah, wayang kulit, dan
ketoprak cukup populer di kawasan ini.

Kawasan pesisir barat Jawa Timur banyak dipengaruhi oleh kebudayaan Islam.
Kawasan ini mencakup wilayah Tuban, Lamongan, dan Gresik. Dahulu pesisir utara Jawa
Timur merupakan daerah masuknya, dan pusat perkembangan agama Islam. Lima dari
sembilan anggota walisongo dimakamkan di kawasan ini.

Di kawasan eks-Karesidenan Surabaya (termasuk Sidoarjo, Mojokerto, dan Jombang),


dan eks-Karesidenan Malang, memiliki sedikit pengaruh budaya Mataraman, mengingat
kawasan ini merupakan kawasan arek (sebutan untuk keturunan Kenarok) terutama di
daerah Malang yang membuat daerah ini sulit terpengaruhi oleh budaya Mataraman.

Adat istiadat di kawasan Tapal Kuda banyak dipengaruhi oleh budaya Madura,
mengingat besarnya populasi Suku Madura di kawasan ini. Adat istiadat masyarakat Osing
merupakan perpaduan budaya Jawa, Madura, dan Bali. Sementara adat istiadat Suku
Tengger banyak dipengaruhi oleh budaya Hindu.

4
Masyarakat desa di Jawa Timur, seperti halnya di Jawa Tengah, memiliki ikatan yang
berdasarkan persahabatan, dan teritorial. Berbagai upacara adat yang diselenggarakan
antara lain: tingkepan (upacara usia kehamilan tujuh bulan bagi anak pertama), babaran
(upacara menjelang lahirnya bayi), sepasaran (upacara setelah bayi berusia lima hari),
pitonan (upacara setelah bayi berusia tujuh bulan), sunatan, pacangan.

Penduduk Jawa Timur umumnya menganut perkawinan monogami. Sebelum


dilakukan lamaran, pihak laki-laki melakukan acara nako'ake (menanyakan apakah si
gadis sudah memiliki calon suami), setelah itu dilakukan peningsetan (lamaran). Upacara
perkawinan didahului dengan acara temu atau kepanggih. Masyarakat di pesisir barat:
Tuban, Lamongan, Gresik, bahkan Bojonegoro memiliki kebiasaan lumrah keluarga
wanita melamar pria(ganjuran), berbeda dengan lazimnya kebiasaan daerah lain di
Indonesia, di mana pihak pria melamar wanita. Dan umumnya pria selanjutnya akan
masuk ke dalam keluarga wanita. 1,7% penduduk Indonesia merupakan etnis Jawa. Selain
dari ketiga provinsi tersebut

2.1.1 Unsur Budaya Jawa Timur

 Kepercayaan : Mayoritas suku Jawa Timur umumnya menganut agama Islam,


sebagian kecil lainnya menganut agama Kristen dan Katolik, dan ada pula yang
menganut Hindu dan Buddha. Sebagian orang Jawa Timur juga masih memegang
teguh kepercayaan Kejawen. Agama Islam sangatlah kuat dalam memberi pengaruh
pada Suku Madura. Suku Osing umumnya beragama Islam dan Hindu. Sedangkan
mayoritas Suku Tengger menganut agama Hindu.

 Mata pencaharian :Tidak ada mata pencaharian yang khas yang dilakoni oleh
masyarakat suku Jawa. pada umumnya, orang-orang disana bekerja pada segala
bidang, terutama administrasi negara dan kemiliteran yang memang didominasi oleh
orang Jawa. selain itu, mereka bekerja pada sektor pelayanan umum, pertukangan,
perdagangan dan pertanian dan perkebunan. Sektor pertanian dan perkebunan,
mungkin salah satu yang paling menonjol dibandingkan mata pencaharian lain, karena
seperti yang kita tahu, baik Jawa Tengah dan Jawa Timur banyak lahan-lahan
pertanian yang beberapa cukup dikenal, karena memegang peranan besar dalam
memasok kebutuhan nasional, seperti padi, tebu, dan kapas.

5
2.1.2 Stratifikasi Sosial

Masyarakat Jawa Timur juga terkenal akan pembagian golongan-golongan


sosialnya. Pakar antropologi Amerika yang ternama, Clifford Geertz, pada tahun 1960-an
membagi masyarakat Jawa menjadi tiga kelompok: kaum santri, abangan dan priyayi.
Menurutnya kaum santri adalah penganut agama Islam yang taat, kaum abangan adalah
penganut Islam secara nominal atau penganut Kejawen, sedangkan kaum Priyayi adalah
kaum bangsawan. Tetapi dewasa ini pendapat Geertz banyak ditentang karena ia
mencampur golongan sosial dengan golongan kepercayaan. Kategorisasi sosial ini juga
sulit diterapkan dalam menggolongkan orang-orang luar, misalkan orang Indonesia
lainnya dan suku bangsa non-pribumi seperti orang keturunan Arab, Tionghoa, dan India.

2.2. Macam – macam kesenian masyarakat Jawa Timur

2.2.1 Tarian Tradisional

 Tari Reog Ponorogo

Tari Reog berasal dari Ponorogo, Jawa Timur.Tari Reog merupakan kesenian
dan seni tari yang dibawakan oleh beberapa orang pemain dengan penari inti

6
menggunakan topeng kepala singa yang diatasnya terdapat makota bulu-bulu merak
dengan berat topeng bisa mencapai 50 kg. Yang unik dari Topeng singa Reog
Ponorogo ini adalah bawa penari yang membawa topeng seberat 50 kg tersebut
mengandalkan kekuatan gigi. Biasanya dibawakan oleh 6-8 pria dan 6-8 wanita.
Tarian ini melewati beberapa sesi, sehingga memiliki durasi yang terbilang panjang.

Menurut sejarah, tarian ini diambil dari perjalanan Prabu Kelana Sewandana
yang sedang mencari pujaan hatinya, perjalanan beliau ditemani oleh prajurit dan
patihnya yaitu Bujangganong. Hingga akhirnya bertemulah ia dengan Dewi
Sanggalangit seorang putri Kediri. Namun, ia akan menerima cintanya bila Sang
Prabu berhasil menciptakan sebuah kesenian.

Disinilah mulai terciptanya Tari Reog demi membuktikan cinta Prabu Kelana
pada Sang Putri. Ia meminta bala bantuan prajurit-prajuritnya untuk mengisikan
tarian yang diciptakannya.

Terciptalah 5 komponen penari yang mengisi Tari Reog Ponorogo, yaitu :

a. Prabu Kelono Sewandono

b. Patih Bujangganong

c. Jathil

d. Warok

e. Pembarong

7
 Tari Gandrung Banyuwangi

Tari Gandrung Banyuwangi adalah tari daerah yang berasal dari Banyuwangi
Jawa Timur. Kata Gandrung sendiri berarti terpesona, yaitu menggambarkan rasa
pesona masyarakat Banyuwangi terhadap Dewi Sri atau Dewi Padi yang telah
membawa kesejahteraan kepada masyarakat. Oleh karena itulah maka tari Gandrung
Banyuwangi ini dahulu biasa dibawakan setelah panen raya.

Tarian Gandrung Banyuwangi merupakan seni pertunjukan yang disajikan


dengan iringan musik khas perpaduan budaya jawa dan Bali. Tari Gandrung
dilakukan oleh seorang wanita penari profesional yang menari bersama tamu
(terutama pria) yang disebut dengan istilah pemaju

Gandrung sering dipentaskan pada berbagai acara, seperti perkawinan, pethik


laut, khitanan, tujuh belasan dan acara-acara resmi maupun tak resmi lainnya baik di
Banyuwangi maupun wilayah lainnya. Menurut kebiasaan, pertunjukan lengkapnya

8
dimulai sejak sekitar pukul 21.00 dan berakhir hingga menjelang subuh (sekitar pukul
04.00)

Adapun kostum atau tata busana yang dikenakan oleh penari Gandrung
Banyuwangi sedikit berbeda dengan penari jawa lainnya. Pakaian tradisional yang
dikenakan oleh penari Gandrung Banyuwangi sedikit dipengaruhi oleh pakaian Bali.

Busana untuk tubuh terdiri dari baju yang terbuat dari beludru berwarna hitam,
dihias dengan ornamen kuning emas, serta manik-manik yang mengkilat dan
berbentuk leher botol yang melilit leher hingga dada, sedang bagian pundak dan
separuh punggung dibiarkan terbuka. Di bagian leher tersebut dipasang ilat-ilatan
yang menutup tengah dada dan sebagai penghias bagian atas. Pada bagian lengan
dihias masing-masing dengan satu buah kelat bahu dan bagian pinggang dihias
dengan ikat pinggang dan sembong serta diberi hiasan kain berwarna-warni sebagai
pemanisnya. Selendang selalu dikenakan di bahu.

 Tari Remo

Tari Remo merupakan tari tradisional yang berasal dari desa Ceweng,
kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Tari Remo merupakan tarian
untuk menyambut tamu kenegaraan, pembukaan acara kesenian dan sebagainya. Pada

9
awalnya tari remo ini merupakan tari pembuka pada kesenian Ludruk. Tarian ini bisa
dilakukan oleh seorang penari maupun oleh beberapa orang penari.

Menurut sejarahnya, tari remo merupakan tari yang khusus dibawakan oleh
penari laki – laki. Ini berkaitan dengan lakon yang dibawakan dalam tarian ini.
Pertunjukan tari remo umumnya menampilkan kisah pangeran yang berjuang dalam
sebuah medan pertempuran. Sehingga sisi kemaskulinan penari sangat dibutuhkan
dalam menampilkan tarian ini. Namun, seiring perubahan fungsi dari tari remo ini yang
bisa dibawakan dalam rangka penyambutan tamu, tarian ini menjadi lebih sering
ditarikan oleh perempuan, sehingga memunculkan gaya tarian yang lain: Remo Putri
atau Tari Remo gaya perempuan.

Karakteristika yang paling utama dari Tari Remo adalah gerakan kaki yang
rancak dan dinamis. Gerakan ini didukung dengan adanya lonceng-lonceng yang
dipasang di pergelangan kaki. Lonceng ini berbunyi saat penari melangkah atau
menghentak di panggung. Selain itu, karakteristika yang lain yakni gerakan selendang
atau sampur, gerakan anggukan dan gelengan kepala, ekspresi wajah, dan kuda-kuda
penari membuat tarian ini semakin atraktif.

Busana dari penari Remo ada berbagai macam gaya, di antaranya: Gaya
Sawunggaling, Surabayan, Malangan, dan Jombangan. Selain itu terdapat pula busana
yang khas dipakai bagi Tari Remo gaya perempuan.

 Tari Jaranan Buto

10
Tari Jaranan Buto adalah tari tradisional yang berkembang didaerah
Banyuwangi dan Blitar, Tari jaranan buto ini dipertunjukkan pada Upacara iring-
iringan pengantin dan khitanan. Tari ini menggunakan properti kuda buatan seperti
halnya yang biasa kita dapati pada Kesenian Kuda Lumping, Jaran Kepang atau Tari
Jathilan, namun yang menjadikan Kesenian Jaran Buto berbeda adalah properti kuda
yang digunakan tidaklah menyerupai bentuk kuda secara nyata, melainkan kuda
tersebut berwajah raksasa atau Buto begitu pula dengan para pemainnya yang juga
menggunakan tata rias muka layaknya seorang raksasa yang lengkap dengan muka
merah bermata besar, bertaring tajam, berambut panjang dan gimbal.

Tari Jaran Buto dibawakan oleh sedikitnya 16 - 20 orang pemain, dalam


pementasannya diiringi alunan musik seperti kendang, dua bonang, dua gong besar,
kempul terompet, kecer (seperti penutup cangkir) yang terbuat dari bahan tembaga
dan seperangkat gamelan. Tari Jaranan Buto ini selalu menghadirkan atraksi yang
mengagumkan, selain atraksi kesurupan para penarinya seperti pada seni jaranan
lainnya.

Seni tari jaranan buto dalam perkembangannya memiliki inovasi yang


diantaranya adalah variasi musik pengiringnya dan tata rias penarinya, kostum yang
dikenakan oleh penarinya mengalami inovasi begitu pesat setiap tahunnya. Kesenian
ini memiliki beberapa kisah (cerita) dan gerakan tari yang berbeda-beda, sehingga hal
ini menjadi sebuah pementasan yang unik. Keunikan seni ini meliputi inti cerita,

11
(sinopsis cerita) kostum penari, dan iringan gamelan yang berbeda dengan kesenian
jaranan secara umum.

 Tari Reog Kendang

Tari Reog Kendang bisa disebut juga dengan Reog Tulungagung, karena tari
tradisional ini berkembang di daerah Tulunggagung dan sekitarnya. Sesuai dengan
namanya yang mengandung kata kendang, para pemain reog kendang membawa alat
yang serupa dengan kendang atau Tam-Tam (kendang kecil yang digendong).

12
Beberapa daerah juga memiliki kesenian yang serupa dengan reog kendang
ini, antara lain reog dogdog / benjang dari sunda, reog Cemandi dari Sidoarjo dan
reog bulkio dari Blitar.

Pada awalnya Reog Kendang menceritak kisah tentang perjalanan para mantan
Gemblak mencari jati diri. karena perkembangan zaman, banyak versi cerita yang di
gunakan dalam pementasan.

Berawal pada banyaknya para Gemblak dari kadipaten Sumoroto yang


mencari jati diri ke kota tulungagung pada zaman kolonial belanda untuk berkerja
sebagai penambang batu marmer dan petani cengkih. Untuk menghilangkan rasa
penat setelah berkerja, di buatlah sebuah alat musik sejenis ketipung yang hanya
memiliki satu sisi untuk di pukul. karena memiliki kesamaan dengan para gemblak
lainnya, akhirnya dibuatlah sebuah kesenian tersebut dengan tarian, Konon para
Gemblak adalah para pemain kuda lumping pada kesenian Reyog Ponorogo.

Pada awalnya, Reog kendang bernama tabuhan kendang. karena pada


perkembangan zaman, Tabuhan kendang di kaloborasikan menjadi satu dengan Reog
Kadiri (saat ini bernama Jaranan) yang merupakan sebuah hiburan rakyat pada waktu
itu, Selain itu Para Gemblak adalah mantan pemain Reyog Ponorogo, maka
dinamakanlah Reog Kendang yang khas dan tercipta di kota Tulungagung.

 Tari Glipang

13
Tari Glipang adalah sebuah tarian rakyat yang berasal dari Probolinggo Jawa
Timur. Pada awalnya tari Glipang berasal dari kata Gholiban yang berasal dari kata
bahasa Arab yang berarti kebiasaan. Tari Glipang memang menggabarkan kebiasaan-
kebiasaan masyarakat Probolinggo yang lama-kelamaan menjadi tradisi. Pada
awalnya tari glipang dibawa oleh seseorang dari Madura yang bernama Seno atau
lebih dikenal Sari Truno dari Desa Omben Kabupaten Sampang Madura. Sari Truno
membawa topeng Madura tersebut untuk menerapkan di Desa Pendil, Probolinggo.

Akantetapi masyarakat Desa Pendil sangat agamis, sehingga menolak adanya


topeng Madura tersebut dengan alasan karena didalamnya terdapat alat musik
gamelan. Pada akhirnya kesenian tersebut dirubah menjadi Raudlah yang artinya
olahraga. Sehingga sampai sekarang tari glipang ini menggambarkan betapa gagah
dan terampilnya para pemuda yang sedang berlatih olah keprajuritan

 Tari Beskalan

Tari Beskalan adalah salah satu tari tradisional yang berasal dari Kabupaten
Malang, Jawa Timur. Tari Beskalan ini dibawakan untuk menyambut kedatangan
tamu kehormatan yang datang kesana. Selain untuk menyambut tamu, tari Beskalan
juga sering diadakan pada pembukaan kesenian ludruk, tetaptnya sebagai tari
pembuka kedua setelah tari remo. Tari Beskalan juga disebut dengan tari topeng
malangan.

14
Gerakan dalam Tari Beskalan ini hampir sama dengan gerakan pada Tari
Remo, hanya saja gerakan dalam tarian ini lebih anggun, lincah dan dinamis.
Sehingga menggambarkan sisi kecantikan dan kelincahan seorang wanita.

Tari Beskalan ini biasanya dimainkan oleh empat orang penari wanita. Namun
di acara tertentu dapat juga dimainkan oleh dua orang, bahkan ada juga yang lebih
dari empat orang. Dalam pertunjukannya penari menggunakan busana dan tata rias
khas Tari Beskalan. Pada bagian kepala penari menggunakan sanggul yang dihias
dengan cundhuk mentul. Lalu pada bagian tubuh atas menggunakan kemben dan
dipadukan dengan ilat – ilatan. Untuk bagian bawah menggunakan celana sepanjang
lutut dan tambahan kain pada bagian depan dan belakan yang panjangnya sejajar
dengan celana. Sedangkan pada bagian kaki menggunakan kaus kaki putih dan
gongseng. Tidak lupa selendang yang di pasangkan di bahu yang digunakan untuk
attribute menari.

2.2.2 Seni Drama Tradisional

Seni drama tradisional merupakan seni pertunjukan suatu cerita yang disertai
gerik – gerik dan dialog dari para pemainnya. Seni drama tradisional yang diperankan
manusia disebut teater tradisional, sedangkan seni drama tradisional yang diperankan
dengan bantuan alat seperti boneka.

Berbagai jenis seni drama tradisional yang diperankan di provinsi Jawa Timur
antara lain seperti, kesenian Ludruk, Kethoprak, wayang wong atau, wayangorang,
topeng dalang, jemblung, Janger banyuwangen, wayang brayut dan wayang krucil,
Wayang beber, Wayang purwo, Wayang brayut, dan Wayang suluh.

2.2.3 Alat Musik tradisional

 Angklung Caruk

15
Angklung Caruk adalah alat musik tradisional yang berasal dari Kabupaten
Banyuwangi. Alat musik yang terbuat dari tabung bambu ini dimainkan dengan cara
yang unik. Kata caruk atau carok sendiri memiliki arti perlombaan atau pertarungan.
Maka dari itu pertunjukan dari kesenian Angklung Caruk ini pasti umumnya akan
diikuti oleh 2 (dua) kelompok. Kelompok yang tampil akan menampilkan kemampuan
terbaik mereka didalam bermain Angklung Caruk supaya mendapatkan gelar juara.

Uniknya lagi para penonton didalam pertunjukan ini akan dibagi menjadi 3 (tiga)
kelompok. Dua diantaranya adalah kelompok berseberangan yang pastinya akan
mendukung salah satu kelompok. Sisanya adalah kelompok yang netral. Dalam
pertunjukannya, Angklung Caruk tidak hanya menampilkan seni musiknya saja.
Namun biasanya akan ditampilkan beberapa tarian seperti Tari Jangeran dan
Kuntulan. Alat musik yang digunakan pun tidak hanya angklung. Gendang, saron,
peking, kethuk dan gong juga ikut menghiasi dalam pertunjukan Angklung Caruk ini.

 Angklung Reog

16
Angklung Reog merupakan jenis alat musik tradisional yang kerap dipakai
untuk mengiringi tarian reog ponorogo. Alat musik ini mempunyai ciri khas, yaitu
pada suaranya yang sangat keras ketika dimainkan. Angklung Reog mempunyai 2
buah nada dan bentuk lengkungan rotan pada bagian atas yang menarik dengan
hiasan-hiasan benang berumbai-rumbai dengan warnanya yang indah.

Cara memainkanya alat musik ini adalah dengan cara membenturkan antara
bambu dengan cuthik yang berfungsi sebagai resonatornya. Angklung tradisional dari
Ponorogo ini berbeda dengan alat musik angklung dari daerah lainya. Angklung dari
Ponorogo mempunyai ciri khas pada hiasannya yang berwarna merah dan kuning
serta merupakan warna khas pada kesenian reog ponorogo.

 Terompet Reog

17
Sesuai dengan namanya, Terompet Reog ini dipakai untuk mengiringi musik
reog pada pertunjukan kesenian Reog Ponorogo. Terompet reog atau selompret ini
biasanya dipakai bersama dengan alat musik tradisional jawa timur lainya, seperti
angklung reog, kethuk, kendhang, gong, kempol, dan kenong.

Terompet reog yang dipakai pada kesenian Reog Ponorogo ini mempunyai ciri
khas pada segi bentuk dan bunyinya yang sangat unik. Alat musik ini terbuat dari
kayu, bambu, dan tempurug kelapa. Cara memainkan terompet reog adalah dengan
cara ditiup. Bentuk terompet reog ini sangatlah unik, yaitu ukurannya yang besar pada
bagian ujung bawah dan mengerucut mengecil ke bagian yang ditiup serta adanya
sekat yang terbuat dari tempurung kelapa dengan bentuknya yang menyerupai kumis
dari sang peniup terompet. Terompet reog mempunyai 6 buah lubang yang berfungsi
untuk mengatur nada dan 1 buah lubang dipakai untuk meniup.

 Gamelan

18
Gamelan merupakan alat musik tradisional yang dimainkan dengan cara
berbeda-beda dan biasanya disesuaikan dengan bentuk gamelannya itu sendiri.
Singkatnya, cara memainkan alat musik tradisional ini terbagi ke dalam 4 kelompok,
yaitu Idhipiones, Aerophones, Chordophones, dan Membranophones. Berikut ini
penjelasan dari 4 kelompok tersebut.

1. dhipiones, yaitu alat musik yang dimainkan dengan cara dipukul atau ditabuh
memakai alat pukul. Umumnya gamelan yang dimainkan dengan cara dipukul
adalah semua gamelan yang berbentuknya pencon (pencu) dan bilahan.

2. Aerophones, yaitu alat musik yang dimainkan dengan cara diitiup.

3. Chordophones, yaitu alat musik yang dimainkan dengan cara digesek dan terbuat
dari kawat, seperti celempung, siliter dan rebab.

4. Membranophones, yaitu alat musik yang dimainkan dengan cara ditabuh dan
terbuat dari kulit binatang, seperti bedug, gendang dan rebana.

19
2.2.4 Lagu Daerah

Istilah lagu daerah ada yang menyebutnya sebagai lagu rakyat, Lagu – lagu darah Jawa
Timur antara lain, Kerabban sape, Bapak tane, Gai bintang, Jembatan merah, Surabaya
oh surabaya, an rek ayo rek. Selain lagu daerah, berapa suku bangsa di provinsi Jawa
Timur juga mengenal tembang.

Puisi – puisi lisan dalam bentuk tembang juga dikenal oleh suku madura, dimana dalam
perkembangannya banyak dipengaruhi oleh sastra Jawa. Pengaruh sastra Jawa ini dapat
diperhatikan pada bentuk tembang seperti, Artate, pocong, selanget, mejil, kasmaran,
senom, dan pangor.

2.3 Rumah dan Pakaian Adat pada Masyarakat Jawa Timur

2.3.1 Rumah Adat

Rumah Joglo adalah rumah adat yang berbentuk limas. Rumah ini masih banyak
ditemukan, khususnya di Ponorogo. Makna dan filosofi rumah ini hampir sama dengan

20
Rumah Joglo Jawa Tengah. Letak yang berdekatan tersebut antara Jawa Tengah dan
Jawa Timur membuat rumah adat jenis Joglo terlihat sama secara bentuk bangunannya.

Ciri khas yang utama dari sebuah Rumah Joglo Situbondo adalah penggunaan kayu
jatinya sebagai bahan dasar pembangunan rumah. Kayu ini sudah terbukti memiliki
kekokohan yang baik untuk rumah sejak jaman dulu. Ketika kita melihat sebuah Rumah
Joglo, kita akan menemui banyak bahan kayu yang digunakan untuk dinding, tiang
rumah dan juga lantai rumah. Ciri khas rumah Joglo yang paling dikenali adalah atapnya
yang menjulang tinggi, terutama bagian tengahnya. Ujung dari atap bagian ini juga
dihiasi dengan dekorasi atap yang khas.

rumah adat asal Jawa Timur ini terkenal dengan dekorasi pintunya. Dekorasi yang
berupa ukiran di pintu rumah sangat diyakini oleh pemilik rumah bisa melindungi rumah
dari semua hal buruk yang akan menimpa. Keunikan lain adalah tentang ruang tengah
yang ada di rumah adat ini. Masyarakat Jawa Timur menganggap ruang tengah sebagai
ruangan yang sacral, sehingga kamar ini hampir setiap hari selalu diberi penerangan
lampu baik siang ataupun malam hari. Isi dari kamar tengah pun juga unik, yaitu kasur
lengkap dengan bantalnya dan juga cermin beserta sisir rambut yang dibuat dengan
bahan berupa tanduk.

Untuk ruangan yang terletak disebelag kiri Rumah Adat Joglo Situbondo
diperuntukkan sebagai kamar tidur orang tua. Sementara untuk ruangan di sebelah kanan
rumah digunakan sebagai gudang tempat penyimpanan barang dan juga peralatan untuk
bertani. Area ruang belakang Rumah Joglo Situbondo dimanfaatkan sebagai area
membuat suatu kerajinan khas adat Jawa Timur. Kerajinan tersebut nantinya akan dijual
kembali.

21
2.3.2 Pakaian Adat

Jika dilihat sekilas, pakaian adat Jawa Timur sebetulnya memiliki beberapa kesamaan
dengan pakaian adat yang biasa dikenakan orang-orang Jawa Tengah. Hal ini disebabkan
karena masyarakat Jawa Timur sendiri secara historis memang memperoleh banyak sekali
pengaruh dari kebudayaan Jawa Tengah yang berkembang lebih dominan pada masa
silam. Akan tetapi, meski memiliki banyak kemiripan, ada beberapa hal yang
membedakan kedua jenis pakaian adat ini. Pertama, dari segi coraknya.

Corak pakaian adat Jawa Tengah yang banyak melambangkan nilai-nilai kesopanan
dan tata krama, sangat kontras jika dibanding pakaian adat Jawa Timur yang lebih
menonjolkan nilai-nilai ketegasan namun tetap sederhana dan menjunjung tinggi etika.
Kedua, dari segi perlengkapan pakaian yang dipakai.

Pakaian adat Jawa Timur dikenakan bersama dengan beberapa aksesoris unik, seperti
penutup kepala (odheng), tongkat (sebum dhungket), arloji rantai, serta kain selendang
yang diselempangkan di bahu. Terlepas dari kemiripan dan perbedaan tersebut, pakaian

22
atau baju adat Jawa Timur sendiri dibedakan menjadi 2 macam, yaitu baju mantenan dan
baju pesaan.

 Baju Mantenan

sesuai dengan namanya, baju ini umumnya hanya dikenakan pada saat resepsi
pernikahan adat Jawa Timuran oleh para mempelai. Baik untuk mempelai laki-laki
maupun untuk mempelai wanita, baju mantenan ini memiliki corak warna yang sama,
yaitu warna hitam sebagai dasar dan warna merah sebagai motif hiasannya.

Penggunaan pakaian ini juga dilengkapi dengan penutup kepala dan rangkaian bunga
melati yang dikalungkan di leher untuk mempelai pria dan digantungkan pada sanggul
untuk mempelai wanitanya. Sabuk emas dan gelang tangan juga dipakai sebagai
pelengkap bersama dengan terompah, selendang yang diselempangkan bahu, serta
aksesoris tambahan lainnya.

 Baju Pesaan

Baju Pesaan khas Madura Baju pesaan sebetulnya merupakan baju keseharian yang biasa
dikenakan hanya oleh orang-orang Madura dan sebagian pesisir utara Jawa Timur.
Kendati demikian, karena keunikan dan ciri khas yang dimilikinya, baju inilah yang justru
menjadi ikon utama yang mewakili Timur di kancah Nasional.

2.4 Tradisi Upacara Adat Masyarakat Jawa Timur

2.4.1 Upacara Kenduren

23
Upacara adat Jawa yang pertama adalah kenduren atau selametan. Upacara ini
dilakukan secara turun temurun sebagai peringatan doa bersama yang dipimpin tetua adat
atau tokoh agama. Adanya akulturasi budaya Islam dan Jawa di abad ke 16 Masehi
membuat upacara ini mengalami perubahan besar, selain doa hindu/budha yang awalnya
digunakan diganti ke dalam doa Islam, sesaji dan persembahan juga menjadi tidak lagi
dipergunakan dalam upacara ini.

2.4.2 Ruwetan

Upacara ruwatan adalah upacara adat Jawa yang dilakukan dengan tujuan untuk
meruwat atau menyucikan seseorang dari segala kesialan, nasib buruk, dan memberikan
keselamatan dalam menjalani hidup. Contoh upacara ruwatan misalnya yang dilakukan di

24
dataran Tinggi Dieng. Anak-anak berambut gimbal yang dianggap sebagai keturunan buto
atau raksasa harus dapat segera diruwat agar terbebas dari segala marabahaya

2.4.3 Upacara Tedak Siten

Upacara tedak siten merupakan upacara adat Jawa yang digelar bagi bayi usia 8 bulan
ketika mereka mulai belajar berjalan. Upacara ini dibeberapa wilayah lain juga dikenal
dengan sebutan upacara turun tanah. Tujuan dari diselenggarakannya upacara ini tak lain
adalah sebagai ungkapan rasa syukur orang tuanya atas kesehatan anaknya yang sudah
mulai bisa menapaki alam sekitarnya.

2.4.4 Upacara Pernikahan Tradisional Jawa

25
Dalam pernikahan adat Jawa dikenal juga sebuah upacara perkawinan yang sangat
unik dan sakral. Banyak tahapan yang harus dilalui dalam upacara adat Jawa yang satu
ini, mulai dari siraman, siraman, upacara ngerik, midodareni, srah-srahan atau
peningsetan, nyantri, upacara panggih atau temu penganten, balangan suruh, ritual wiji
dadi, ritual kacar kucur atau tampa kaya, ritual dhahar klimah atau dhahar kembul,
upacara sungkeman dan lain sebagainya.

2.4.5 Upacara Tingkeban

26
Upacara tingkeban (mitoni) adalah upacara adat Jawa yang dilakukan saat seorang
wanita tengah hamil 7 bulan. Pada upacara ini, wanita tersebut akan dimandikan air
kembang setaman diiringi panjatan doa dari sesepuh, agar kehamilannya selamat hingga
proses persalinannya nanti.

2.5 Keunikan Budaya Jawa Timur

Banyak hal menarik dari seni dan kebudayaan yang terdapat di propinsi Jawa
Timur. Banyak kesenian khas yang menjadi ciri khas dari budaya yang terdapat di
daerah Jawa Timur.

Propinsi yang ada di bagian timur pulau jawa ini memiliki banyak keunikan,
diantaranya adalah kebudayaan dan adat istiadat dari di Jawa Timur. Namun banyak di
antaran kebudayaan Jawa Timur menerima pengaruh dari propinsi Jawa Tengah.
Contohnya adanya kawasan yang dikenal sebagai Mataraman.

Hal ini menunjukkan bahwa di daerah kawasan tersebut dulunya merupakan


daerah kekuasaan dari Kesultanan Mataram. Daerah tersebut terdapat di eks-
Karesidenan Madiun (Madiun, Ngawi, Magetan, Ponorogo, Pacitan), eks-Karesidenan
Kediri (Kediri, Tulungagung, Blitar, Trenggalek) dan sebagian Bojonegoro.

Jawa Timur memiliki sejumlah kesenian khas. Ludruk merupakan salah satu
kesenian Jawa Timuran yang cukup terkenal, yakni seni panggung yang umumnya
seluruh pemainnya adalah laki-laki. Berbeda dengan ketoprak yang menceritakan
kehidupan istana, ludruk menceritakan kehidupan sehari-hari rakyat jelata, yang
seringkali dibumbui dengan humor dan kritik sosial, dan umumnya dibuka dengan Tari
Remo dan parikan. Saat ini kelompok ludruk tradisional dapat dijumpai di daerah

27
Surabaya, Mojokerto, dan Jombang; meski keberadaannya semakin dikalahkan dengan
modernisasi.

Reog yang sempat diklaim sebagai tarian dari Malaysia merupakan kesenian khas
Ponorogo yang telah dipatenkan sejak tahun 2001, reog kini juga menjadi ikon kesenian
Jawa Timur. Pementasan reog disertai dengan jaran kepang (kuda lumping) yang
disertai unsur-unsur gaib. Seni terkenal Jawa Timur lainnya antara lain wayang kulit
purwa gaya Jawa Timuran, topeng dalang di Madura, dan besutan. Di daerah
Mataraman, kesenian Jawa Tengahan seperti ketoprak dan wayang kulit cukup populer.
Legenda terkenal dari Jawa Timur antara lain Damarwulan dan Angling Darma.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau dan memiliki
berbagai suku bangsa, bahasa, adat istiadat atau yang kita sering sebut dengan
kebudayaan. Keanekaragaman budaya yang terdapat di Indonesia merupakan suatu bukti
bahwa Indonesia merupakan negara yang kaya akan berbagai budaya.

Kebudayaan Jawa Timur banyak dipengaruhi oleh kebudayaan daerah-daerah di


sekitarnya. Hal ini mengakibatkan kebudayaan Jawa Timur mengalami proses akulturasi
sehingga ada beberapa kebudayaan Jawa Timur yang mirip dengan budaya daerah lainnya,
seperti: Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Yogyakarta.

Adat istiadat di kawasan Jawa Timur banyak dipengaruhi oleh budaya Madura,
mengingat besarnya populasi Suku Madura di kawasan ini. Adat istiadat masyarakat Osing
merupakan perpaduan budaya Jawa, Madura, dan Bali. Sementara adat istiadat Suku
Tengger banyak dipengaruhi oleh budaya Hindu.

3.2 Saran

28
Dengan adanya perbedaan dalam kebudayaan, agama, dan suku di Indonesia semoga
masyarakat Indonesia menjadi semakin mengembangkan rasa toleransi terhadap
perbedaan-perbedaan tersebut. Hal ini juga didukung oleh semboyan negara, yaitu
Bhinneka Tunggal Ika yang berarti meskipun berbeda-beda tetapi tetap satu jua.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.ragamseni.com/7-tarian-tradisional-dari-jawa-timur-yang-harus-
dipertahankan/

http://www.tradisikita.my.id/2016/12/10-tari-tradisional-jawa-timur.html

http://rufkrisputra.blogspot.co.id/

http://www.kamerabudaya.com/2017/10/inilah-9-alat-musik-tradisional-dari-jawa-
timur-beserta-penjelasannya.html

http://adat-tradisional.blogspot.com/2016/07/pakaian-adat-jawa-timur.html

http://rumahadatistiadat.blogspot.co.id/2017/08/gambar-rumah-adat-jawa-timur-
beserta.html

https://harnisayangibu.wordpress.com/2015/01/06/keunikan-budaya-lokal-jawa-timur/

29
30

Anda mungkin juga menyukai