Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH ILMU DAKWAH

REFORMASI STRATEGI DAKWAH DALAM ERA

MILENIUM KETIGA

Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Dakwah

Dosen Pembimbing: Bpk. Jakfar Shadiq, MM

Disusun Oleh:

Teguh Abi Rahman


Semester III/KPI

INSTITUT DIROSAT ISLAMIYAH Al-AMIEN (IDIA)

PONDOK PESANTREN AL-AMIEN PRENDUAN

SUMENEP MADURA
BAB I

PENDAHULUAN

Islam adalah ajaran Allah yang sempurna dan diturunkan untuk mengatur
kehidupan individu dan masyarakat. Akan tetapi, kesnyeelemahmpurnaan ajaran
Islam hanya merupakan ide dan angan-angan saja jika ajaran yang baik itutidak
disampaikan kepada manusia. Lebih-lebih jika ajaran itu tidak diamalkan dalam
kehidupan manusia. Oleh karena itu, dakwah merupakan suatu aktifitas yang sangat
penting dalam keseluruhan ajaran Islam. Dengan dakwah, Islam dapat diketahui,
dihayati, dan diamalkan oleh manusia dari generasi ke generasi berikutnya.
Sebaliknya, tanpa dakwah terputuslah generasi islam dan selanjutnya islam akan
lenyap dari permukaan bumi

Melemahnya kekutan rohaniah kaum muslimin saat ini banyak disebabkan


karena mereka secara berangsur-berangsur meninggalakn ajaran Islam dalam banyak
segi kehidupannya satu-satunya sebab kemunduran sosial dan kultural kaum
muslimin terletak pada realitas bahwa mereka secara berangsur-angsur melalaikan
jiwa ajaran Islam. Islam adalah agama mereka, akan tetapi tinggal jasad jiwa mereka.
Melemahnya kesadaran manusia untuk beragama atau kekurang pekaan mereka
terhadap panggilan ilahi disebabkan hilangnya indra keenam, yaitu indra agama.

Dakwah islam bertugas memfungsikan kembali indra keagamaan manusia


yang memang telah menjadi fikri asalnya, agar mereka dapat menghayati tujuan
hidupyang sebenarnya untuk berbakti kepada Allah. Mengajak semua orang untuk
tunduk kepadanya. Taat kepada Rasul. Dengan demikian, definidi filsafat dakwah
adalah pemikiran mendalam dan konseptual yang menggunakan metode kefilsafan
yang relevan untuk memahami usaha merealisasikan ajaran islam dalam dataran
kehidupan manusia melalui strategi, metode dan sistem yang relevan dengan
mempertimbangkan aspek masyarakat.
BAB II

PEMBAHASAN

A. REFORMASI STRATEGI DAKWAH


Pembaharuan strategi dakwah islam atau reformasi strategi dakwah
islamiyah dalam era millenium ketiga adalah agenda sosialisasi doktrin (teks)
agama islam yang secara visi-konseptual selalu direformasi sesuai dengan
konteks perubahan sosial budaya lewat formulasi strategi dakwah yang fokus
terhadap berbagai problematika matra, struktur yang terkadang sangat
kontradiktif dengan urgensi pembelaan harkat martabat kemanusiaan
khusunya karena makin menguatkan hegemoni identitas kultur modernisme.
Ada empat visi-konseptual dalam reformasi strategi dakwah islamiyah
antara lain:
1. Visi Teologi, bahwa dakwah Islamiyah berorientasi pada konsistensi
integral antara zaman (spritual-metafisis) dan amal shaleh sebagai ekspresi
jiwa yang syahdu (mesra) dalam berinteraksi dengan Allah SWT.
2. Visi Syari’at, bahwa dakwah islamiyah beroreintasi pada kewajiban
beribadah mahdhah dan mu’amalah sebagai bukti kongkrit penjabaran
kualitas keberimanan kepada Allah SWT.
3. Visi sosio_struktural, bahwa dakwah islamiyah terfokus pada meresponsi
konteks agar perubahan sosial yang dikreasikan bisa lebih baik, tanpa
akses ketercerabutan dari budaya lokal yang tetap baik dan dinamis.
4. Visi strategi kelembagaan, bahwa dakwah islamiyah perlu penataan baru
atas management organisasi yang ada, baik dalam aspek SDM maupun
aspek sistem operasional dan penadaannya.
B. ERA MILENIUM KETIGA

Milenium ketiga, era globalisasi yang ditandai dengan ketegangan


“perang peradaban”, karena kehawatiran munculnya tandingan peradaban
terhadap barat. Inilah sebabnya yang menjadi salah satu alasan, mengapa
Amerika meluluh lantahkan pusat-pusat munculnya peradaban islam masa
lalu. Sikap tersebut berlatar belakang pada analisa Samuel P. Huntington yang
menyatakan akan munculnya bentrokan antar-peradaban sebagai pengganti
perang ideologi yang ditandai dengan runtuhnya ideologi komunis.

Alasan lain barat bernafsu menguasai Islam ditimur adalah karena


kekhawatiran akan terjadinya semangat nasionalisme etnis, nasionalisme
kultural, “kekeluaraan” keagamaan, yang akan mengancam kepentingan barat
untuk menjaga hegemoni peradabannya. Dalam kerangka-kerangka itulah,
maka barat selalu “mewaspadai” Islam dan kekuatan timur lain, yang oleh
barat dipandang sebagai kekuatan peradaban tandingan, yang berpotensi
mengusur hegemoninya dimasa yang akan datang.

Negara-negara barat yang disponsori oleh Amerika, penguasaan


tersebut kemudian diarahkan lebih fokus lagi pada penguasaan barat terhadap
tatanan dunia islam seperti sekarang ini, keharusan untuk menguasai secara
politik, ekonomi, kebudayaan, dan sosio kultural masyarakat agar sejalan
dengan kepentingannya.

Pengaruh globalisasi terhadap dunia pada dasarnya dapat dibagi


kepada tiga bagian utama, yaitu:

1) Globalisasi Politik yang dimulai dari berakhirnya perang kedua dan


dimulainya perang dingin antara kekuatan-kekuatan besar didunia
untuk saling memperebutkan otoritas, pengaruh, hegemoni dan
perebutan sumber ekonomi dan pasar internasional serta perang
peradaban dan kulturan didunia global yang tak terbatasi lagi oleh
wilayah teritorial. Maka sering dikatakan bahwa denga berakhirnya
perang dingin adalah dimulainya era globalisasi dalam arti yang
sebenarnya.
2) globalisasi Ekonomi. Menurut Jamaluddin ‘Atiyah, yang dimaksud
ddengan globalisasi dibidang ekonomi ialah menyatukan seluruh dunia
kepada satu pasar bebas (free market) atau pemindahan kepemilikan
umum dan perseroan-perseroan kepemilikan khusus untuk mengurangi
pengawasan dan campur tangan pemerintah dalam negeri. Mereka
manjanjikan dunia dimana setiap orang menjadi pintar dan kaya.
Kenyataan yang terjadi “globalisasi” menjadi sinonim untuk cara-cara
kapitalisme internasional menindas umat manusia.
3) Globalisasi Sosial dan Budaya, pengaruh globalisasi telah kedalam
seluruh kehidupan masyarakat, serta menghilangkan sekat-sekat
geografis antara satu negara dengan negara yang lain, antara satu
beudaya dengan budaya yang lainnya. Dengan menggunakan istilah
“kebudayaan internasional” atau “modernisme”. Barat yang dimotori
oleh Eropa dan Amerika secara gigih mengekspor kebudayaan mereka
kebelahan dunia yang lain. Dengan isu globalisasi ini, barat ingin
mewajibkan model, pemikiran, perilaku, nilai, gaya dan pola
konsumsinya terhadap bangsa lain.
C. TANTANGAN DAKWAH DI ERA MILENIUM KETIGA

Ketika masyarakat memasuki era globalisasi dengan dukungan ilmu


pengetahuan dan teknologi, tantangan yang dihadapi semakin rumit.
Tantangan tersebut tidak mengenal ruang, batas, waktu dan lapisan
masyarakat, melainkan keseluruh sektor kehidupan dan hajat hidup manusia,
termasuk agama. Artinya, kehidupan keagamaan umat manusia tidak
terkecuali islam dimanapun ia berada akan menghadapi tantangan yang sama.
Soejatmoko menandaskan bahwa agamapun kini sedang diuji dan di tantang
oleh zaman.

Meskipun diakui bahwa di satu sisi kemajuan IPTEK menghasilkan


fasilitas yang memberi peluang bagi pengembangan dakwah, namun antara
tantangan dan peluang dakwah dewasa ini, agaknya tidak seimbang.
Tantangan dakwah yang amat kompleks dewasa ini dapat dilihat minimal dari
tiga perspektif, yaitu:

a) Perspektif Perilaku. salah satu tujuan dakwah adalah terjadinya


perubahan perilaku pada masyarakat yang menjadi obyek dakwah
kepada situasi yang lebih baik.
b) Perspektif Transmisi. dakwah dapat diartiakan sebagai proses
penyampaian atua transmisi ajaran agama Islam dari Da’i sebagai
sumber kepada Mad’u sebagai penerima. Maka perana media sangat
menentukan, agar umat Islam harus bisa memanfaakan untuk
mencapai tujuan dakwah.
c) Perspektif Interaksi. Ketika dakwah dilihat sebagai bentuk
komonikasi yang khas maka dengan sendirinya Interkasi Sosial akan
terjadi, dan didalmnya terbentuk norma-norma tertentu sesuaipesan-
pesan dakwah. Yang menjadi tantangan dakwah dewasa ini, adalah
bahwa pada saat yang sama masyarakat yang menjadi obyek dakwah
pasti berinteraksi dengan pihak-pihak lain atau masyarakat sekitarnya
yang belum tentu membawa pesa yang baik, bahkan mungkin dengan
sebaliknya.

Sebagian problem dakwah yang kini mencuat antara lain:


sikap-sikap keagamaan yang ekstrim, yang kemudian memancing teror
keagamaan atas nama agama. Persoalan lain yang meuncul dan
mengemuka dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyaknya
aliran-aliran keagamaan berbaju Islam, namun memiliki tradisi
keagamaan dan ajaran yang justru menyimpang dari islam. Di
beberapa daerah muncul pemahaman menyimpang seperti, Sulawesi
(mahdi), Semarang (dextro) dan lain sebagainya, juga menjadi bukti
bahwa format dan gerakan dakwah Islam perlu dikaji ulang, serta
memerlukan kerangka paradikmatik yang lebih terarah.

D. STRATEGI DAKWAH ISLAMIYAH


Stratedi atau metode berarti rangkaian yang sistematis dan merujuk
kepada tata cata yang sudah dibina berdasarkan rencana yang pasti, mapan,
dan logis dalam melaksanakan suatu kegiatan dakwah agar tujuannya tercapai.
Metode dakwah yang lazim dikenal dan diterapkan oleh da’i, secara garis
besar dapat dibagi menjadi tiga sebagai berikut:
1) Dakwah bi al-kitabah yaitu berupa buku, makalah, surat, surat
kabar, spanduk, pamplet, lukisan-lukisan dan sebagainya.
2) Dakwah bi al-lisan meliputi ceramah, seminar, diskusi,
khutbah, saresehan, obrolan dan sebagainya.
3) Dakwah bi al-hal, yaitu berupa prilaku yang sopan sesuia
ajaran Islam, memelihara lingkungan, dan lain sebagainya.

Allah berfirman dalam Al-Qur’an: serulah manusi kepada jalan


tuhanmu denga hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan
cara yang baik. Sesungguhnya tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang
siapa yang tersesat dijalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang
yang mendapat petunjuk. (An-Nahl: 125).

Dari ayat tersebut menunjukkan bahwa sistem dakwah itu meliputi


tiga macam, yaitu:

1. Al-Hikmah
Al-Hikmah diartikan bijaksana, akal budi yang mulia, dada yang
lapang, hati yang bersih, menarik perhatian orang kepada agama atau
Tuhan. Dari pembahasan diatas dapat dipahami bahwa Al-Hikmah
adalah merupakan kemampuan da’i dalam memilih, memilah dan
menyelaraskan teknik dakwah dengan kondisi obyektif mad’u.
Disamping itu juga Al-Hikmah merupakan kemampuan da’i dalam
menjelaskan doktrin-doktrin Islam serta realitas yang ada dengan
argumentasi logis dan bahasa yang komonikatif.
2. Al-Mau’idzatil Hasanah
Secara bahasa, Mau’idzatil Hasanah terdiri dari dua kata, Mau’idzah
dan Hasanah. Kata Mau’idzah yang berarti: nasehat, bimbingan,
pendidikan, dan peringatan, sementara Hasanah merupakan kebalikan
Sayyi’ah yang artinya kebaikan lawannya kejelekan. Adapun
penegrtian secara Istilah. Mau’idzah al-hasanah merupakan salah satu
metode dalam dakwah untuk mengajak kejalan yang Allah
memberikan nasihat, petuah, bimbingan, pengajaran, kisah-kisah,
kabar gembira dan peringatan, dan wasiat dengan lemah lembut agar
mereka mau berbuat baik.
3. Al-Mujadalah Bi-Al-Lati Hiya Ahsan
Dari segi istilah terdapat beberapa pengertian Al-Mujadalah. Al-
Mujadalah berarti upaya tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak
secara sinergis, tanpa adanya suasana yang mengharuskan lahirnya
permusuhan diantara keduanya, atau suatu upaya yang bertujuan untuk
mengalahkan pendapat lawan dengan cara menyajikan argumentasi
dan bukti yang kuat.
E. TUJUAN DAKWAH ISLAMIYAH

Secara garis besarnya, selain hal-hal yang tersebut diatas, tujuan


mengkaji filsafat dakwah islam adalah.

1) Memperkuat apresiasi berpikir masyarakattentang kehebatan nilai


agama isalam sehingga wajib ditegakkan agar supaya mereka benar-
benar merasakan bahwa islam memang bermuatan “Rahmatan Lil
‘Alamien”.
2) Dakwah islam akan lebih efektif dan disegani jika disampaikan secara
lengkap lewat metode lisan dan pemikiran yang konseptual dan
divirefikasi denga inovasi kongkret (pembuktian) yang bisa dirasakan
manfaatnya oleh masyarakat.
3) Cerdas merespon masalah baru dalam bentuk solusi pemikiran islam
alternatif yang dilengkapi dengan konsep inovasinya (jalan keluar)
secara kontekstual sehingga masyarakat terhindar dari keterbelakangan
yang kuat.
4) Dakwah bertujuan untuk menghidupkan hati yang mati, agar manusia
mendapatkan mapunan atas segala dosa-dosanya dan menghindarkan
azab dari Allah SWT.
5) Untuk menyembah Allah dan tidak menyekutukannya, untuk
menegakkan agama dan tidak terpecah-pecah dan mengajak dan
menuntun kejalan yang lurus.

“dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang
mungkar, merekalah orang-orang yang beruntung,” (QS. Ali Imran: 104).
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Aziz. Ilmu Dakwah, (Bandung: Perdana Media, 2004)

Azizy, Qodri. Melawan Globalisasi Reintersepsi Ajaran Islam,


(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003)

Bachtiar, Wardi. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, ( Jakarta: Logos


Wacana Ilmu, 1997)

Dani, Anwar. Ilmu Dakwah, (Pamekasan: Cendikian Press, 2014)

Drs. A. Naufal Ramzi, Materi Skematis Filsafat Dakwah, (Sumenep: Tt)

Ismail, Nawari. Pergumulan Dakwah Islam Dalam Konteks Sosial


Budaya Analisis Kasus Dakwah, (Yogyakarta: Pustaka Book
Publisher, 2010)

Masjid, Abd. Tantangan dan Harapan Umat Islam di Era Globalisasi,


(Bandung: Pustaka Setia, 2000)

Najamuddin. Metode Dakwah, (Jakarta: PT Pustaka Insana Madani,


2008)

Sardar, Zainuddin & Priyono. Tantangan Dunia Islam Abad 21


Menjangkau Informasi , (Bandung: Mizan, 1998)

Anda mungkin juga menyukai