net/publication/330081205
CITATIONS READS
0 3,242
4 authors, including:
All content following this page was uploaded by Roki Sugara on 02 January 2019.
Abstrak
Di era milenial ini anak muda sangatlah rentan terhadap hal-hal yang berbau
negatif, maka dari itu islam sebagai agama yang rahmatan lil alamin, haruslah
mengambil tindakan yang tepat dan cepat untuk menyelamatkan generasi-
generasi muda islam agar tidak ikut tersesat dalam kelamnya kehidupan dunia.
Maka dari itu metode dakwah Al Mauidza Hasanah di era milenial haruslah
dapat menarik simpatik para generasi muda islam, metode dakwah yang
representatif, interaktif, dan inovatif adalah cara terbaik untuk menyelamatkan
generasi muda Islam ke depannya.
PENDAHULUAN
“Al-Islaam Shaalihun likulli zamaan wa makaan” (Islam itu, selalu relevan dengan
segala waktu dan tempat). Statement di atas, mengilhami umat Islam untuk selalu berikhtiar
dan berusaha semaksimal mungkin, dengan mengerahkan segenap potensi, untuk
menerjemahkan/mentransfer doktrin Islam (al-Qur‟an & al-Hadis) agar senantiasa dapat
menjadi pedoman hidup sepanjang hayat.
Dalam kaitan itu, maka Islam sebagai sebuah agama yang diturunkan pertama kali di
Mekah sekitar 15 abad yang silam, sampai saat ini tidak akan pernah usang, dan tidak akan
pernah tergantikan oleh doktrin apapun. Singkatnya, tidak ada lagi agama setelah Islam, dan
semuanya harus tunduk dan patuh pada ajaran Islam, karena “barang siapa yang mencari
agama selain agama islam, maka dia akan tertolak (tidak diterima) dan termasuk orang-orang
yang merugi pada hari kemudian”.
Pada zaman jahiliah, musuh utama Nabi Muhammad saw. Sebagai penegak panji-
panji Islam adalah masyarakat jahiliah yang kafir. Mereka dinamai jahiliah karena mereka
awalnya tidak mengenal ajaran monoteisme (ketauhidan) sebagaimana halnya doktrin yang
disampaikan oleh Nabi Muhammad saw., mereka adalah penyembah-penyembah berhala.3
Lalu mereka kafir, karena setelah Muhammad diutus oleh Allah swt. untuk menyampaikan
kebenaran, berupa “alDiin al-islam”, mereka malah mengingkarinya dan sebahagian tidak
mau beriman kepada Allah swt.
Persoalannya sekarang adalah, bahwa kita hidup 15 abad setelah diturunkannya Islam
pertama kali, kondisi sosial masyarakatnya sangat jauh berbeda dengan kondisi sosial
masyarakat yang hidup saat ini. Sebab kita hidup di era milenial, di mana masyarkat seperti
remaja hingga dewasa bisa mengakses informasi dengan begitu cepat dari belahan dunia yang
lain. Dan hal ini, tentunya sangat berpengaruh pada pola pikir masyarakat, sehingga
masyarakat semakin kritis dan selektif.
Oleh karenanya, dalam mewujudkan misi dakwah yang sangat luhur ini, para aktivis
dakwah akan berhadapan dengan tantangan dunia global, sebab masyarakat saat ini sudah
sangat kritis dan selektif, termasuk kritis dan selektif dalam menerima materi-materi dakwah,
mereka terkadang mempertanyakan apakah materi-materi dakwah tersebut sesuai dengan
kebutuhan mereka atau tidak?4 Bahkan, tidak jarang para mustami‟ (khususnya pada acara
pengajian) menitipkan pesan-pesan khusus kepada muballighnya, misalnya; pesan untuk
menyelipkan humor. Jadi tidak mengherankan jika ada muballigh yang mempertanyakaqn
eksistensi dirinya selaku aktivis dakwah, “apakah dia seorang muballigh atau pelawak?
PEMBAHASAN
Metode Dakwah
Kata metode berasal dari bahasa yunani yaitu methodos yang berarti cara atau jalan. 1
Metode berasal dari dua kata yaitu “meta” (melalui) dan “hodos” (jalan,cara).2 Dalam bahasa
indonesia kata “metode” mengandung pengertian cara yang teratur dan berpikir baik-baik
untuk mencapai maksud(dalam ilmu pengetahuan)
Dakwah ; Secara harfiah dakwah merupakan masdar dari fi‟il (kata kerja) da‟a dengan
artian ajakan, seruan, panggilan, undangan.1 Ada beberapa pendapat ulama tentang dakwah,
antara lain adalah: Muhammad AL-Ghazali mengistilahkan dakwah dengan suara nubuwwah,
baginya dakwah adalah suara nubuwwah yang berkumandang menyadarkan umat manusia
dari kelalaian dan kesalahan serta mengajak mereka ke jalan Allah.
Syeikh Ali Mahfudz dalam buku dakwahnya “Hidayatul Mursyidin”, menyatakan
bahwa dakwah adalah mendorong manusia agar berbuat kebaikan menurut petunjuk,
menyeru berbuat kebaikan dan melarang mereka dari perbuatan kemungkaran agar mereka
mendapat kebahagian di dunia dan akhirat.
Dari definisi yang telah dikemukakan pendapat para ulama diatas, menunjukkan
adanya kesepakatan untuk mendudukkan dakwah sebagai gerakan pemikiran dan perbuatan,
mengajak kepada kebenaran dan meninggalkan kemungkuran ( amar makruf nahi munkar )
Metode Dakwah adalah cara-cara tertentu yang dilakukan oleh seorang da‟i
(komunikator) kepada mad‟u untuk mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih
sayang. Hal ini mengandung arti bahwa pendekatan dakwah harus bertumpu pada suatu
pandangan human oriented menempatkan penghargaan yang mulia atas diri manusia.
PENUTUP
Dari pembahasan di atas dapat di simpulkan bahwa di era milenial dakwah dengan
menggunakan metode Al-mau'izah hasanah dapat menjadi mudah dan susah, mudah dalam
membagikan dan menyebar luaskan namun akan terasa susah dalam menarik perhatian
masyarakat, di karenakan da'i di tuntut dalam penyampaiannya haruslah menarik dan
menyenangkan. Di era milenial juga masyarakat menjadi lebih kritis dan selektif maka dari
itu masyarakat era ini terkhusus kaum muda lebih memilih milih dalam mendengarkan
ceramah.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an dan terjemahnya
Iskandar,M, Pemikiran Hamka Tentang Dakwah, Dalam http://digilib.uinsuka.ac.id,
Hamka, Tafsir Al-Azhar, Jakarta: Pustaka Panjimas.
http://meja-miftah.blogspot.com/2010/12/metode-dakwah-islam.html.
Departemen Agama RI. 2000. Al Quran dan Terjemahnya. Bandung: CV. Diponegoro