Anda di halaman 1dari 7

Asal-usul suku Jawa

Terdapat beberapa teori yang menjelaskan tentang asal-usul Suku Jawa di Indonesia. Berdasar
penemuan arkeolog, suku Jawa sudah ada sejak jutaan tahun lalu dengan ditemukannya fosil seperti
Pithecanthropus Erectus dan Homo Sapiens di berbagai tempat di Pulau Jawa. Sementara pendapat
sejarawan menyatakan hal berbeda, yaitu meyakini bahwa nenek moyang suku Jawa berasal dari
Yunan, China yang melakukan pengembaraan ke beberapa daerah di nusantara. Sumber lain berasal
dari Babad Jawa Kuno yang menyebut bahwa nenek moyang suku Jawa berasal dari seorang
pangeran kerajaan Kling yang tersisih dari perebutan kekuasaan. Raja tersebut membangun kerajaan
baru bernama Javaceckwara bersama para pengikutnya. Asal-usul suku Jawa juga ditemukan dalam
sebuah surat kuno dari keraton Malang yang menyebut tentang Raja Rum – Raja dari kesultanan
Turki pada 450 tahun SM yang kemudian menemukan pulau yang sangat subur.

Ciri-ciri suku Jawa

Dilansir dari laman Gramedia, masyarakat dari suku Jawa dapat dikenali dari bahasa, garis
keturunan, filosofi hidup, dan sikapnya yang masih dapat diamati hingga saat ini. Herusatoto (1987)
mendefinisikan masyarakat Jawa adalah sebagai salah satu masyarakat yang hidup dan tumbuh
berkembang dari zaman dahulu sampai sekarang dan turun temurun menggunakan bahasa Jawa
dalam berbagai ragam dialeknya serta mendiami sebagian besar Pulau Jawa. Sebagian besar
masyarakat suku Jawa menggunakan bahasa Jawa dalam berkomunikasi sehari-hari. Bahasa Jawa
dikenal dengan aturan yang dikenal dengan unggah-ungguh, dengan kosa kata dan intonasi
berdasarkan hubungan antara pembicara dan lawan bicara. Aspek kebahasaan ini sesuai dengan
adanya pengaruh sosial yang kuat dalam budaya Jawa terutama status sosial seseorang di
masyarakat.

Selanjutnya adalah sistem kekerabatan parental atau bilateral yang memperhitungkan keturunan dari
pihak ibu dan ayah. Dengan prinsip bilateral, maka seseorang dari suku Jawa memiliki hubungan
yang sama luasnya dengan keluarga dari pihak ibu dan pihak ayah. Kemudian, dalam bukunya yang
berjudul Pandangan Hidup Jawa (1990) yang ditulis Suyanto dijelaskan bahwa karakteristik budaya
Jawa adalah religious, non-doktriner, toleran, akomodatif, dan optimistic. Karakteristik budaya Jawa
ini memunculkan sifat khas yang kerap dilakukan oleh masyarakat Jawa seperti ramah, sederhana,
luwes, dan berpegang erat pada tradisi. Selain itu, masyarakat Jawa dikenal memegang teguh filosofi
hidup seperti Narimo ing Pandum (menerima bagiannya masing-masing) dan memayu hayuning
bawana (mempercantik keindahan dunia).

Tradisi dan kebudayaan

suku Jawa Suku Jawa dikenal memiliki berbagai jenis kebudayaan dan tradisi, berikut adalah
beberapa diantaranya.

1. Tari Tradisional

Perkembangan budaya suku Jawa tidak terlepas dari keterampilan berkesenian, salah satunya adalah
seni tari. Beberapa tari tradisional yang berkembang di tengah masyarakat Jawa antara lain Tari
Serimpi, Tari Gambyong, Tari Beksan Wireng, dan Tari Jathilan. Selain itu, tarian tradisional suku
Jawa juga dikenal mengunakan iringan dari alat musik Gamelan.

2. Rumah Adat

Rumah adat yang dibangun oleh suku Jawa memiliki bentuk khas berupa Rumah Joglo. Nama rumah
Joglo berasal dari istilah jawa yaitu “tajug” dan “loro” yang berarti penggabungan dua tajug. Rumah
Joglo yang terbuat dari kayu memiliki ciri khas berupa atap berbentuk piramida yang mengerucut.
Pada zaman dulu, Rumah Joglo merupakan penanda status sosial karena tidak semua orang dapat
membangunnya.
3. Pakaian Adat

Pakaian adat atau pakaian tradisional untuk wanita dari suku Jawa yang dikenal dengan nama
kebaya. Meski antara satu daerah dengan daerah lain memiliki kebaya dengan gaya berbeda, tetapi
pada prinsipnya setiap kebaya memiliki kesamaan. Salah satunya adalah penggunaan kain jarik yang
digunakan sebagai bawahan, penggunaan kemben untuk menutupi tubuh bagian atas, serta
mengenakan konde atau sanggul. Sementara untuk laki-laki dari suku Jawa akan menggunakan
Surjan dengan penutup kepala seperti blangkon.

4 . Upacara Adat

Berbagai upacara adat lekat dengan kepercayaan dan budaya yang berkembang di masyarakat suku
Jawa. Beberapa tradisi masih dilestarikan hingga saat ini, bahkan pelaksanaannya ditunggu-tunggu
oleh banyak orang. Sebut saja tradisi menyambut datangnya bulan Syawal yaitu Grebeg Syawal, atau
tradisi menyambut bulan Suro. Ada juga tradisi lain seperti Wetonan, Ruwatan, Sadranan, dan
Tedhak Siten.
Bahasa dan Aksara Jawa

Sebagian besar masyarakat Suku Jawa memakai Bahasa Jawa untuk berkomunikasi sehari-hari.
Menariknya, Bahasa Jawa mempunyai aturan intonasi dan kosa kata berdasarkan relasi antara
pembicara dan orang yang diajak bicara yang lebih dikenal dengan sebutan unggah-ungguh. Hal
menarik lain tentang Bahasa Jawa adalah aksara Jawa yang telah ada sejak beratus tahun lalu.
Adapun tingkatan komunikasi dengan Bahasa Jawa yaitu ngoko yang merupakan bahasa yang agak
kasar, biasanya dipakai untuk berkomunikasi dengan orang yang lebih muda.

Tingkatan berikutnya adalah krama madya yang dipakai untuk orang sebaya. Terakhir adalah krama
inggil atau bahasa formal yang digunakan untuk orang yang lebih tua atau disegani. Sementara itu,
aksara Jawa terdiri dari 20 huruf dengan ukiran yang unik. Ke-20 huruf tersebut memiliki arti “dua
utusan yang setia dan sama saktinya saling berperang yang akhirnya mati bersama”.

Kesenian Khas Jawa

Budaya Suku Jawa berikutnya adalah kesenian tradisional yang pastinya sangat beragam. Akan
tetapi, secara garis besar akar budaya seni Jawa hanya terdiri dari tiga kategori besar, yaitu Jawa
Tengah dengan Ludruk, Banyumas dengan Ebeg, dan Jawa Timur dengan Reog. Sementara itu,
pembagian kesenian khas Jawa sendiri antara lain:

Seni Tari
Kesenian tari tradisional khas Jawa sangat banyak macamnya. Yogyakarta, misalnya, memiliki Tari
Angguk dan Tari Golek Menak. Lalu, Jawa Tengah dengan Tari Bambangan Cakil, Tari Emprak,
Tari Kuda Lumping, Tari Krida Jati, dan Tari Sintren. Banyumas dengan Tari Ebeg. Banyuwangi
dengan Tari Gandrung, dan Jawa Timur dengan Tari Remo dan Tari Reog.

Seni Musik

Kesenian musik khas Jawa disebut dengan Langgam Jawa. Seni musik ini adalah bentuk adaptasi
dari musik aliran keroncong ke dalam musik khas Jawa. Sementara alat musiknya disebut dengan
gamelan yang merupakan kombinasi dari banyak alat musik, seperti gong, kendang, kempul, bonang,
slenthem, gambang, kenong dan lainnya. Gamelan sendiri dipakai oleh para Wali Songo sebagai
sarana untuk menyebarkan agama Islam pada zaman dahulu.

Wayang Kulit

Tak ketinggalan, ada pula kesenian wayang kulit yang memang tidak pernah lepas dari budaya Suku
Jawa. Wayang kulit digelar hingga semalam suntuk dengan cerita khas Jawa, seperti Ramayana atau
Mahabharata. Pertunjukan seni wayang kulit dimainkan oleh seorang dalang dengan iringan musik
gamelan dan nyanyian merdu dari para sinden, lengkap dengan lampu berwarna kuning yang
menyorot langsung ke layar. Selain gamelan, seni wayang kulit juga diyakini pernah digunakan oleh
para Wali Songo untuk menyebarkan agama Islam pada zaman dahulu.

6. Senjata Tradisional
Suku Jawa juga memiliki senjata tradisional dengan bentuk unik, salah satunya adalah keris. Keris
sendiri termasuk dalam alat pusaka yang begitu penting karena dipercaya memiliki kekuatan atau
kesaktian oleh masyarakat zaman dahulu. Pembuatan keris dilakukan oleh Mpu dengan cara ditempa
dan diberi mantra. Salah satu keris dengan ceritanya yang begitu melegenda adalah keris buatan Mpu
Gandring yang dimiliki oleh Ken Arok karena dapat membuatnya menjadi penguasa Kerajaan
Singasari kala itu.

Kepercayaan

Zaman dahulu, masyarakat asli Suku Jawa adalah penganut agama Budha, Hindu, dan kepercayaan
adat atau Kejawen. Kepercayaan ini mengarah pada tradisi, budaya, ritual, seni, tindak-randuk, dan
filosofi masyakarat Jawa. Kini, sebagian besar Suku Jawa memeluk agama Islam dan sisanya
memeluk agama Kristen dan Katolik.

Ragam Kuliner

Budaya Suku Jawa juga tidak lepas dari kulinernya. Mayoritas hidangan Jawa memiliki kuah kental
dengan rasa gurih betpadu dengan sedikit rasa manis. Penyebarannya yang begitu luas membuat
kuliner khas Jawa juga sangat beragam. Berikut beberapa rekomendasi kuliner tradisional Jawa yang
wajib kamu coba:

Rujak Cingur

Kuliner khas Jawa yang pertama berasal dari wilayah Jawa Timur, rujak cingur. Hidangan ini dibuat
dari potongan buah, tahu, sayur, dan siraman bumbu rujak yang dibuat dari petis, bawang putih, gula
merah, kacang goreng, dan cabai yang dihaluskan. Mirip dengan rujak pada umumnya, ya? Bedanya,
rujak khas Jawa Timur ini ditambah dengan cingur atau mulut sapi. Rasanya ternyata sangat enak
dan segar, lho! Apalagi kalau kamu menyantapnya dengan kerupuk. Rasa gurih, pedas, manis, dan
segar menyatu dengan sempurna dalam mulut.

Tahu Petis

Masuk ke wilayah Jawa Tengah, ada cemilan legendaris yang tidak boleh kamu lewatkan, yaitu tahu
petis. Jajanan ini berupa tahu yang digoreng, lalu diisi dengan saus petis yang dibuat dari ikan
dengan kuah rebusan udang yang dimasak hingga mengental. Perpaduan rasa manis, gurih, dan asin
akan sangat menggoyang lidah. Tahu petis sangat pas dinikmati selagi panas dengan secangkir teh
hangat di sore hari.

Gudeg

Melanjutkan ke wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, kamu tidak boleh melewatkan hidangan
khasnya yang begitu populer, gudeg. Banyaknya penjual kuliner ini membuat Jogja tak hanya
dijuluki sebagai Kota Pelajar, tetapi juga Kota Gudeg. Hidangan ini berupa nangka muda yang diolah
dengan bumbu rempah pilihan, disajikan bersama dengan kuah kental, suwiran daging ayam dan
telur bacem.

Tak ketinggalan, sayur krecek sebagai pelengkap dengan rasa pedas yang sangat lezat. Gudeg sendiri
hadir dengan dua varian, yaitu gudeg basah dan kering. Masing-masing punya rasa yang begitu unik.

Nasi Gandul

Kalau kamu mampir ke Pati, kamu tidak boleh lupa mencicipi kuliner khasnya, nasi gandul. Kuliner
ini terdiri dari nasi putih, daging sapi, dan telur yang disiram dengan kuah santan berwarna
kecoklatan. Disajikan dalam piring yang beralaskan daun pisang, nasi gandul sangat nikmat disantap
bersama dengan kerupuk dan teh hangat.

Demikian tadi ragam budaya Suku Jawa yang menarik untuk diketahui. Selain punya budaya yang
unik, Jawa juga punya berbagai destinasi wisata menarik untuk dikunjungi, lho!

Anda mungkin juga menyukai