Suku Jawa bisa dibilang suku paling besar di Indonesia, dengan jumlah 41% penduduk Indonesia
berasal dari suku Jawa. Hal itu menunjukkan bahwa hampir setengah penduduk Indonesia
merupakan orang Jawa yang memiliki budaya yang sama. Orang Jawa tidak melulu ia yang
tinggal di Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, dan DIY, melainkan juga yang tinggal di luar
pulau, seperti di Sumatra, Sulawesi, Papua, sampai Kalimantan.
Budaya Jawa
Melihat banyaknya orang yang berasal dari Jawa, tentu saja banyak budaya yang turun temurun
yang dilahirkan dari suku ini. Budaya Jawa dapat diartikan sebagai bentuk kebiasaan atau cara
hidup sekelompok orang Jawa terdahulu yang diwariskan secara turun temurun untuk generasi
selanjutnya. Budaya Jawa sendiri sangat banyak dan beragam.
Bahasa
Suku Jawa memiliki bahasa yang sangat khas, yaitu bahasa Jawa. Bahasa Jawa menjadi bahasa
yang sangat dijunjung oleh orang Jawa. Bahasa Jawa sangat menjunjung tinggi norma kesopanan
dan kesantunan dalam berkomunikasi (berbahasa).
Bahasa jawa sangat kental dengan istilah ‘unggah-ungguh’ atau dengan kata lain tata krama
dalam berbahasa. Bahasa Jawa sendiri yang dipakai orang jawa ada banyak, yaitu bahasa Jawa di
Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat. Pada prinsipnya, bahasanya sama namun, digunakan
dengan dialek yang berbeda.
Filosofi Hidup
Orang yang berasal dari Suku Jawa terkenal dengan filosofi hidupnya yang teguh. Filosofi
tersebut lekat dengan folosofi kehidupan yang diturunkan oleh sesepuh. Filosofi hidup ini
dijadikan sebagai pedoman dan pandangan untuk menjalani kehidupan sehari-hari.
1. Urip iku mung wang sinawang, mula aja nyawang sing mung isa disawang. Artinya,
hidup itu hanya tentang melihat dan dilihat. Jangan hanya melihat apa yang terlihat. Jadi,
jangan menyimpulkan dari apa yang terlihat.
2. Aja rumangsa bisa, naning bisaa rumangsa. Artinya, jangan merasa dirimu bisa.
Teruslah berusaha untuk tetap rendah hati.
3. Ajining dhiri dumunung ing lathi, ajining raga saka busana. Artinya berharganya diri
kita itu dapat dilihat dari ucapan, dan berharganya raga kita itu dilihat dari cara
berpakaian.
Kepercayaan (Kejawen)
Jika Islam, Kristen, Hindu, Budha merupakan agama yang diyakini masyarakat Indonesia, maka
suku Jawa juga mempunyai kepercayaan yang dipegang teguh, yaitu kejawen. Kejawen adalah
kepercayaan yang dianut dan dilahirkan oleh leluhur Suku Jawa. Meski begitu, hingga saat ini
kepercayaan kejawen masih dijalankan oleh beberapa orang.
Kepercayaan ini berisi tentang budaya, tradissi, sikap, dan ritual orang-orang Jawa. Adapun
contoh kejawen dari sisi spiritual adalah ‘pasa’ dan ‘tapa’ yaitu berpuasa dan bertapa. Berpuasa
‘mutih’ tidak boleh makan nasi, dan bertapa seperti olah jiwa.
Kesenian Tari
Suku Jawa juga terkenal akan seni budayanya. Kekayaan seni budaya Suku Jawa sangat
beragam, salah satunya yaitu seni tari.
Jawa Tengah
Jawa Barat
Kesenian Musik
Selain kaya akan seni tarinya, Suku Jawa juga terkenal akan kesenian musik nya. Seni musik
suku Jawa ini turun temurun sebagai hiburan untuk masyarakat. Kesenian musik Jawa ini
diturunkan berdasarkan gaya tradisi dan bahasa tiap-tiap daerah.
Cakupan Suku Jawa sangtlah luas, jadi luas juga persebaran kesenian musiknya. Adapun contoh
keseninan musik suku Jawa yang sangat terkenal adalah gamelan. Gamelan sendiri yaitu
pengiring musik yang terdiri dari saron, demung, kenong, slenthem, gong, gambang, siter, dan
gender.
Kesenian musik Jawa ini biasanya digunakan untuk mengiringi kesenian tari dan pertunjukan
lainnya, seperti wayang. Selain itu, kesenian musik ini juga biasa digunakan untuk pengiring di
pagelaran-pagelaran besar.
Hitungan Jawa
Seperti yang dijelaskan di atas, bahwa Suku Jawa sangat kental terkenal dengan tradisinya. Salah
satu tradisi suku Jawa yaitu memiliki sistem dalam perhitungan. Sistem perhitungan ini
digunakan untuk mengambil keputusan-keputusan yang dinilai penting. Sistem perhitungan ini
dinamakan Neptu. Neptu ini meliputi hari, bulan, hingga tahun yang mengandung nilai yang
berbeda. Nilai-nilai itu dijumlahkan dan nantinya dapat diketahui baik buruknya keputusan yang
diambil.
Kalender Jawa
Selain hitungan jawa yang dijadikan patokan untuk mengambil keputusan, suku Jawa juga
mempunyai kalender tersendiri. Kalender ini berbeda dengan kalender masehi pada umumnya.
Kalender ini diturunkan dari Kesultanan Mataram. Kalender Jawa dibuat dari perpaduan antara
budaya Eropa, Hindhu, Budha, dan Islam.
Pada kalender ini, siklus harian dibagi menjadi 2, yaitu yang satu minggu ada 7 hari (Senin,
Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, dan Sabtu) dan yang satu minggu ada 5 hari yang biasa disebut
pancawara (Manis, Pahing, Pon, Wage, dan Kliwon). Sedangkan dalam satu tahun tetap ada 12
bulan, yaitu Sura, Sapar, Mulud, bakda Mulud, Jumadil Awal, Jumadilakhir, Rajab, Ruwah,
Pasa, Sawal, Sela, dan Besar.
Tidak ada habisnya, suku Jawa juga memiliki huruf sendiri, yang biasa disebut aksara Jawa. Jika
huruf abjad memiliki 24 karakter, maka aksara jawa hanya mempunyai 20 karakter. Namun
spesialnya, aksara jawa mengandung sebuah filosofi aksara jawa.
Legenda yang diceritakan dari asal usul aksara jawa ini berasal dari cerita babad Ajisaka. Babad
Ajisaka menceritakan tentang pengembaraan seorang Ajisaka yang menitipkan keris (senjata
tradisional) kepada abdinya selagi ia mengembara. Ia berpesan pada abdinya bahwa keris itu
harus dijaga, dan jangan sampai diberikan ke orang selain Ajisaka.
Sesampainya Ajisaka di kerajaan, ia lupa bahwa kerisnya masih tertinggal. Lalu ia menyuruh
abdinya yang dikerajaan untuk mengambil kerisnya dan berpesan untuk tidak kembali sebelum
mendapatkan keris itu.
Tiba di tengah hutan, kedua abdi tersebut bertarung karena pada hakekatnya mereka
mengedepankan pesan dari Ajisaka dan kesetiaanya. Kemudian, tewaslah kedua abdi tersebut
karena berusaha menjaga dan mengambil keris sesuai petuah Ajisaka. Berdasarkan kejadian
tersebut, Ajisaka membuat tulisan yang biasa disebut aksara jawa untuk menghormati keduanya.
Rumah Adat
Masih dalam Budaya Jawa yang memiliki banyak keberagaman. Suku Jawa juga mempunyai
rumah adat yang beragam. Rumah adat biasa digunakan sebagai tempat singgah oleh orang Jawa.
Rumah adat Jawa sangat beragam dan memiliki ciri-ciri tertentu. Contoh rumah adat Jawa yaitu :
Senjata Tradisional
Untuk menutup artikel ini, ada satu lagi budaya Jawa yang tidak kalah uniknya, yaitu senjata
tradisional.
Senjata tradisional
Senjata tradisional merupakan benda atau produk buatan masyarakat yang digunakan untuk
melindungi diri dari serangan. Selain itu, senjata tradisioanal juga biasanya digunakan
masyarakat untuk berkegiatan meladang dan berburu.
Mengingat pada zaman kakek-nenek terdahulu, bercocok tanam, meramu, dan berburu masih
menjadi pencaharian utama. Adapun macam senjata tradisional dari Suku Jawa ini juga cukup
banyak dan tersebar menurut daerah pembuatannya.
Dari penjelasan diatas, dapatlah dikatakan bahwa Indonesia sejatinya merupakan negara yang
sangat kaya. Berbagai macam perbedaan dari Sabang hingga Merauke menyatu dalam
keberagaman Bhineka Tunggal Ika. Salah satu kekayaan yang dimiliki Indonesia yaitu sukunya.
Bahkan, menurut BPS, hingga detik ini Indonesia memiliki 714 suku yang tersebar di berbagai
penjuru. Suku-suku itu hidup berdampingan satu sama lain. Dari mulai suku yang besar hingga
suku-suku kecil yang ada di pelosok-pelosok negeri.