Senjata khas suku Jawa ini dipercaya memiliki kesaktian atau kekuatan tertentu.
Sebagai pembuat keris, para Mpu terdahulu, juga menyelipkan mantra-mantra dalam proses
penempaan keris.
Ken Arok dengan kisah keris Mpu Gandringnya yang melegenda menjadi bukti
kesaktian keris ini karena mampu menjadikannya sebagai penguasa kerajaan Singasari..
Gamelan merupakan musik tradisional yang sering dimainkan oleh masyarakat suku
Jawa. Pada awalnya, gamelan digunakan oleh Wali songo untuk menyebarkan agama Islam.
Gamelan sendiri merupakan gabungan dari beberapa alat musik seperti gong, kendang,
kempul, kenong, bonang, gambang, dan slenthem yang juga digunakan sebagai alat musik
pengiring dalam pertunjukan wayang maupun tari-tarian.
4. Tarian tradisional
gema-budaya.
Beberapa tarian Jawa yang cukup populer hingga saat ini seperti sintren, bedhaya, kuda
lumping, dan reog memiliki gerakan yang beraneka ragam dari mulai yang lemah gemulai
hingga cepat.
Tari tradisional ini biasa ditampilkan dalam upacara adat atau kegiatan kebudayaan
lain. Tari-tarian ini biasanya juga diiringi dengan musik gamelan.
5. Aksara Jawa
aksara jawa
Suku Jawa memiliki aksa sendiri yang sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu.
Terdapat 20 buah huruf dalam aksara Jawa yang meliputi “ha, na, ca, ra, ka” yang artinya
terdapat dua utusan setia, lalu “da, ta, sa, wa, la” yang artinya saling berkelahi/ bertarung,
kemudian “pa, dha, ja,ya, nya” yang artinya sama-sama saktinya, dan “ma, ga, ba, tha, nga”
yang artinya sama-sama matinya.
Aksara ini ada dalam kitab-kitab Jawa kuno. Hingga saat ini, aksara ini masih dipelajari
dan diajarkan di sekolah-sekolah yang ada di suku Jawa.
Masyarakat suku Jawa memiliki karakter khas yang membedakan mereka dari suku-
suku lainnya. Di kehidupan sehari-harinya, masyarakat suku Jawa dikenal dengan sikapnya
yang sopan. Tak hanya kepada orang yang lebih tua, namun juga terhadap sesama.
Menjaga etika dan tata krama ketika berbaur dalam lingkungan bermasyarakat sudah
menjadi kebudayaan suku Jawa.
Meski jarang memulai percakapan, suku Jawa memiliki karakter yang ramah pada siapa
saja. Lebih sering tersenyum dan mengangguk ketika berpapasan dengan orang yang
dikenalnya. Menjalani hidup dengan filosofi mengalir seperti air menjadi salah satu karakter
suku Jawa.
Filosofi ini meliputi pemikiran sederhana seperti hidup itu yang penting bisa makan,
beribadah dan bisa menghidupi keluarga. Orang-orang suku Jawa memiliki sikap “nrimo ing
pandum” atau jika diartikan dalam bahasa Indonesia bermakna menerima apapun pemberian
Tuhan. Masyarakat suku Jawa mengerjakan apa yang seharusnya mereka kerjakan dan jarang
sekali mengeluh.
Tidak berbuat neko-neko atau berbuat yang aneh-aneh dalam
kehidupannya. Masyarakat suku Jawa juga lebih suka menabung dan jarang memboroskan
uang untuk membeli sesuatu yang dirasa tidak perlu.
Lebih suka mengalah dibanding mencari masalah juga menjadi karakter suku
Jawa. Banyak yang juga beranggapan bahwa orang Jawa itu luwes. Kesopanan dan
keramahan orang Jawa membuat bayak orang tak segan untuk bergaul dengan mereka.
Nasi Jagung (Nasek empog) adalah suatu makanan khas Jawa yang terbuat dari jagung
sebagai bahan dasarnya. Jagung yang digunakan dalam membuat nasi jagung adalah jagung
yang sudah tua atau dikenal dengan istilah jagung pipil. Di pasaran jagung pipil tersebut
mudah ditemukan karena harganya yang relatif murah dibandingkan dengan harga jagung
manis atau pun jagung muda. Nasi jagung sama dengan nasi putih biasa dimakan dengan
lauk-pauk lainnya.