Anda di halaman 1dari 15

ADAT ISTIADAT SUKU JAWA – Mungkin dari salah satu diantara kalian belum ada yang mengetahui

mengenai adat istiadat suku jawa, maka dari itu pada artikel ini saya akan menulis tentang adat
istiadat suku jawa.Dengan adanya pembahasan mengenai adat istiadat suku jawa ini mudah-
mudahan dapat menambah ilmu pengetahuan untuk para pembaca isi dari artikel ini.Penduduk-
penduduk Jawa hidup didalam lingkungan yang memiliki adat istiadat yang sangat kental. Adat
istiadat suku jawa ini masih kerap dipakai ketika ada kegiatan-kegiatan yang di selenggarakan oleh
masyarakat-masyarakat jawa.Adat istiadat Jawa ini selain digunakan dalam adanya kegiatan-kegiatan
yang dibuat oleh masyarakat setempat, adat istiadat ini pun kerap digunakan dalam kehidupan-
kehidupan manusia, misalnya seperti masa-masa kehamilan sampai kematian pun adat istiat Jawa ini
masih kerap digunakan.Adat istiadat Jawa ini oleh penduduk asli jawa digunakan dan diterapkan
didalam kehidupan sehari-harinya.Penduduk suku Jawa ini merupakan penduduk yang jumlah nya
terbesar di Nusantara Indonesia. Jumlah dari penduduk suku Jawa ini hampir mencapai setengah dari
seluruh jumlah populasi penduduk yang tinggal di Negara Indonesia.Berasal nya suku Jawa ini dari
Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY (Yogyakarta), dan Jawa Timur. Semua sendi-sendi (Pondasi)
pada kehidupan di penduduk suku Jawa ini tidak ada yang namanya lepas dari adat istiadat. Yang
emang adat istiadat ini sudah dipercayai sejak jaman dahulu kala.Adat istiadat suku Jawa ini
merupakan bentuk kebisaan dan budaya yang telah diwarisi oleh leluhur-leluhur penduduk Jawa,
yang dilakukan oleh sebagian besar penduduk Jawa.

Bagi masyarakat penduduk jawa, apabila ada sebagian orang yang tak melakukan adat istiadat suku
Jawa atau mulai meninggalkanny adat istiadat tersebut, maka akan di anggap oleh masyarakat Jawa
sebagai orang yang tak wajar, bahkan akan sering mendapatkan celaan dari penduduk-penduduk
sekitar.

Kebanyakan adat istiadat ini memliki sumber dari kepercayaan-kepercayaan nenek moyang pada
zaman dahulu, tetapi adat istiadat suku Jawa ini tidak memiliki sumber selain sumber utama nya
adalah Agama Islam, kebanyakan dari penduduk Jawa ini rata-rata semuanya hampir memeluk
Agama Islam.

Maka dari itu, hal demikian banyak sekali dari penduduk Jawa yang mulai meninggalkan ritual-ritual
pelaksanaan dalam adat istiadat suku Jawa. Mengapa demikian? Karena bagi mereka ketika
mengikuti ritual-ritual adat ini banyak yang tidak sesuai dengan ajaran-ajaran didalam Agama Islam.

Seperti yang sudah disebutkan didalam pelaksanaan adat istiadat suku Jawa ini, bahwa didalam adat
istiadat suku Jawa ini memiliki berbagai aspek kehidupan manusia.

Adat istiadat suku jawa ini mulai dilakukan dari hamilnya seorang perempuan, pernikahan, kematian,
dan lain sebagainya.
Baiklah dibawah ini akan ada penjelasan mengenai adat istiadat suku Jawa, yuk langsung saja kita
simak penjelasan-penjelasan mengenai adat istiadat suku jawa tersebut. Monggo di baca �

Contents [hide]

1 1. Adat Istiadat Suku Jawa Ketika Perempuan Sedang Hamil

2 2. Adat Istiadat Suku Jawa – Upacara Sekaten

3 3. Adat Istiadat Suku Jawa – Upacara Kenduren

4 4. Adat Istiadat Suku Jawa – Pernikahan dalam Suku Jawa

5 5. Adat Istiadat Suku Jawa – Upacara Tedak Sinten

6 6. Adat Istiadat Suku Jawa – Acara Ruwatan

7 7. Adat Istiadat Suku Jawa – Upacara Kematian

7.1 Bagikan ini:

7.2 Terkait

1. Adat Istiadat Suku Jawa Ketika Perempuan Sedang Hamil

Adat Istiadat Suku Jawa

hot.detik.com

Pasti semua orang menggap bahwa ketika seorang perempuan hamil itu harus benar-benar dijaga
supaya tidak akan terjadi hal-hal yang buruk menimpa dan anaknya.

Didalam Adat istiadat suku jawapun mempunyai kepercayaan-kepercayaan seperti ini.

Ketika seorang perempuan sedang hamil/mengandung bayi didalam perutnya, didalam suku jawa
seorang perempuan yang sedang mengandung itu akan benar-benar yang namanya dijaga, supaya
tidak akan terjadi hal yang buruk menimpa perempuan dan calon anaknya itu.

Untuk mengenai hal ini, biasanya didalam penduduk suku jawa akan menyelenggarakan acara
semacam selamatan-selamatan.
Mengadakannya acara selamatan ini dilakukan selama dua kali selama masih pada masa-masa
mengandung/kehamilan, pertama adanya acara selametan ini ketika usia sang bayi didalam
kandungan mencapai tiga bulan, dan acara selamatan yang kedua ini dilakukan ketika usia sang bayi
sudah mencapai umur 7 bulan.

Ketika setiap melakukan selamatan-selamatan itu ada namanya tersendiri, yaitu selamatan-
selamatan yang pertama itu diberi dengan sebutan nama “Neloni”, dan selamatan yang kedua atau
yang terakhir ini disebut dengan sebutan nama “Mitoni”.

Ketika kedua selamatan itu dijalankan, maka akan dibuatnya beberapa jenis makanan untuk
dibagikan kepada kerabat-kerabat terdekat, atau diberikan kepada tetangga-tetangga.

Makanan-makanan yang dibuat itu seperti jenang blowok, apa jenang blowok itu? Jenang blowok itu
adalah kue yang dibuat dari tepung terigu dengan dilengkapi oleh bungkusan daun nangka.

Selain dari jenang blowok juga ada makanan yang namanya trancam, trancam itu adalah makanan
yang dibuat dari potongan-potongan timun, kacang toro, tempe goreng, dan setelah itu dicampur
dengan parutan kelapa.

Jenis-jenis makanan yang telah disebutkan pada tulisan diatas ini memang harus dibuat ketika
adanya acara seperti selametan ketika wanita hamil dan tidak boleh yang namanya ditinggalkan. Ada
salah satu ritual yang harus dilakukan untuk ibu hamil, ritual untuk ibu hamil itu disebut dengan
tingkeban (Upacara kehamilan 7 bulan).

Ketika berjalannya ritual ini, perempuan yang sedang mengandung itu akan dimandikan dengan air
yang dicampur bunga-bunga. Selain itu, kain yang akan digunakan sebagai kemben pun harus 7
jumlahnya, dan digunakan secara bergantian ketika acara tingkeban berlangsung.

Apabila bayi yang sedang dikandung oleh perempuan itu sudah lahir, didalam suku Jawa juga
mempunyai ritual (Selamatan) khusus untuk menyambutnya lahirnya si dedek bayi.

Adanya ritual (Selametan) ini berfungsi untuk memberi keselamatan pada dedek bayi yang baru lahir,
dan menjaga dedek bayi dari kejadian-kejadian butuk yang akan menimpanya.
2. Adat Istiadat Suku Jawa – Upacara Sekaten

adat istiadat suku jawa

qubicle.id

Didalam suku jawa adanya upacara sekaten ini merupakan bentuk rasa hormat masyarakat Jawa
kepada Baginda Nabi Rasulullah SAW yang mana Rasulullah SAW ini sudah menyebarkan agama yang
mulia (Islam) di tanah Jawa ini.

Selain itu, upacara sekaten juga merupakan upacara peringatan kelahiran Rasulullah SAW yang mana
upacara sekaten ini diadakan selama 7 hari.

Pada saat ini upacara sekaten ini masih dilestarikan di kawasan kerajaan-kerajaan, seperti di
Yogyakarta dan Kota Solo. Bahkan ketika upacara sekaten dimulai, dari pihak kerajaan keraton
didaerah Surakarta ini mengeluarkan 2 jenis alat musik gamelan, yaitu gamelan Guntur Sari, dan
gamelan Kyai Gunturmadu.

3. Adat Istiadat Suku Jawa – Upacara Kenduren

Adat Istiadat Suku Jawa

wangsasyailendra.org

Apakah kamu pernah melihat sesaji seperti gambar diatas? Sesaji diatas ini identik dengan upacara
adat suku jawa ini, yaitu upacara kenduren atau lebih dikenal oleh orang-orang sebagai sebutan
nama selamatan.

Adanya upacara kenduren ini meruapakan hasil penggabungan budaya Jawa dan agama Islam di pada
abad 16 masehi.

Pada awalnya, upacara kenduren ini menggunakan doa-doa agama budha atau menggunakan doa-
doa agama hindu. Kemudian setelah mengalami penggabungan dengan agama Islam, digantikanlah
doa-doa itu menjadi doa-doa yang biasa digunakan di agama Islam.
Begitu juga dengan sesaji yang dulu biasanya digunakan ketika adanya upacara kenduren ini, namun
pada saat ini sesaji-sesaji itu tidak di gunakan lagi. Untuk saat ini upacara kenduren ini hanya
ditujukan untuk makan-makan bersama, itupun sebagai tanda syukur kepada Allah SWT, bukan untuk
persembahan-persembahan seperti budaya Kejawen pada zaman dulu.

4. Adat Istiadat Suku Jawa – Pernikahan dalam Suku Jawa

Adat istiadat suku jawa

cvfajarhazmee.wordpress.com

Jika kamu pernah menghadiri ke pernikahan teman kamu yang berada di tanah Jawa, pasti setelah
menghadiri ke pernikahan teman yang berasal dari suku Jawa, kamu pasti bakal tahu susunan-
susunan upacara adat pernikahannya.

Pernikahan tradisional adat Jawa ini sangat dikenal dengan kesuciannya, bahkan sampai saat ini
pernikahan tradisional adat Jawa masih dilestarikan.

Dibawah ini akan ada urutan-urutan pernikahan tradisional adat Jawa:

Siraman.

Ngerik.

Midodareni.

Serah-serahan.

Nyantri.

Balangan Suruh.

Panggih.

Ritual wiji dadi.

Kacar kucur.

Dhahar Klimah.

Tumplek Sunjen.

Sungkeman.

Itulah susunan-susunan pernikahan tradisional didalam adat Jawa.


5. Adat Istiadat Suku Jawa – Upacara Tedak Sinten

Adat Istiadat Suku Jawa

nyonyamelly.com

Tedal siten ini adalah selamatan, yang mana didalam kebudayaan adat Jawa harus mengadakan
tedak siten. Selamatan ini dimulai dari si bayi sudah mulai bisa belajar berjalan. Di beberapa bagian
kawasan lain yang berada di Negara Indonesia mengenal tradisi ini dengan sebutan nama turun
tanah.

Dalam upacara tedak siten ini tidak ada maksud tujuan lain/tujuan yang berkaitan dengan hal-hal
mistik. Upacara tedak siten ini tujuannya hanya untuk mengungkapka rasa syukur kepada sang
pecipta, karena Allah telah memberikan nikmat kesehatan, dan nikmat kesempurnaan fisik pada sang
bayi.

6. Adat Istiadat Suku Jawa – Acara Ruwatan

Adat istiadat suku jawa

kompas.com

Jika kamu anak tunggal dan kamu hidup di zaman dulu, kamu pasti sudah yang namanya diruwat.
Soalnya, masyarakat-masyarakat jawa percaya jika anak tunggal harus melakukan ritual ruwatan
untuk menghilangkan kesialan dari dirinya.

Tradisi ruatan ini masih di lestarikan, tetapi hanya di dataran tinggi dieng saja, itupun hanya untuk
anak-anak yang berambut gimbal. Masyarakat-masyarakat sana percaya bahwa anak-anak yang
berambut gimbal ini mempunyai keturunan raksasa atau buto, maka dari itu anak-anak yang
berambut gimbal harus diruwat.

Baca Juga: Harga Pertamini Digital

7. Adat Istiadat Suku Jawa – Upacara Kematian

Adat istiadat suku jawa

kisahasalusul.blogspot.com

Apabila ada salah satu penduduk suku Jawa ada yang meninggal, ritual ada istiadat jawa pun tidak
akan lepas untuk mengirinya. Yang dimaksud dengan ritual ini adalah supaya orang yang meninggal
dunia dapat mendapatkan tempat yang terbaik di akhirat nanti. Ritual (Selamatan).
Biasanya sebelum jenazah dibawa ke pemakaman itu ada ritual-ritul khusus yang dilakukan oleh
seluruh pihak keluarga si jenazah tersebut.

Ritual yang biasa diakukan ini adalah brobosan namanya, yang mana brobosan ini melintas di bawah
mayat yang telah diatas tandu dengan cara berjongkok.

Sesudah melakukan brobosan, ritual adat istiadat suku Jawa pun belum selesai. Ritual ini dinamakan
sebagai istilah sebutan Selamatan. Selamatan orang meninggal ini dilakukan selama tujuh hari secara
berturut-turut, dan acara salamatan ini dilakukan ketika malam hari sesudah solat maghrib atau
sesudah solat isya.

Itulah adat istiadat suku jawa yang digunakan untuk wanita hamil, orang meninggal, selamatan bayi,
anak tunggal, dan lain sebagainya.

Semua adat istiadat suku Jawa ini dilakukan dengan cara turun menurun. Selain itu juga, kita harus
pandai-pandai memilih dalam mana yang memang diperbolehkan oleh syariat-syariat Islam atau
tidak. Mudah-mudahan adanya artikel ini bisASAL USUL SUKU JAWA

Asal Usul Suku Jawa

Suku Jawa adalah suku bangsa yang terbesar di Indonesia, dengan jumlahnya di sekitar 90 juta.
Mereka berasal dari pulau Jawa dan menghuni khususnya di provinsi Jawa Tengah serta Jawa Timur
tetapi di provinsi Jawa Barat, Banten dan tentu sahaja di Jakarta, mereka juga banyak ditemukan.

Bahasa

Sebahagian besar suku bangsa Jawa menuturkan bahasa Jawa sebagai bahasa percakapan
harian. Sebuah tinjauan pendapat yang dijalankan oleh Majalah Tempo pada awal dekad 1990-an
menunjukkan bahawa hanya sekitar 12% daripada orang-orang Jawa menggunakan bahasa Indonesia
sebagai bahasa pertuturan harian. Sekitar 18% menggunakan campuran bahasa Jawa dan bahasa
Indonesia, dengan yang lain menuturkan bahasa Jawa sebagai bahasa utama mereka.

Keturunan-keturunan masyarakat Jawa berpendapat bahawa bahasa Jawa adalah bahasa yang
sangat sopan dan mereka, khususnya orang-orang yang lebih tua, menghargai orang-orang yang
menuturkan bahasa mereka. Bahasa Jawa juga sangat mempunyai erti yang luas.

Selain definisi tersebut, bangsa jawa juga berkaitan dengan bahasa yang digunakan oleh suku Jawa
juga penting diketahui. Ada dua jenis bahasa Jawa. Adapun dua jenis bahasa tersebut yaitu sebagai
berikut :

Bahasa Jawa Ngoko, Bahasa Jawa tersebut berdasarkan asal usul suku Jawa digunakan kepada orang
yang sudah akrab, orang yang lebih muda usianya atau lebih rendah status sosialnya

Bahasa Jawa Kromo, Bahasa Jawa tersebut berdasarkan asal usul suku Jawa digunakan kepada orang
yang belum akrab, tetapi sabaya atau memiliki status sosial yang sama serta kepada orang yang
usianya lebih tua atau yang lebih tnggi status sosialnya

Kepercayaan

Sebahagian besar orang Jawa menganuti agama Islam pada nama sahaja. Yang menganuti
agama Kristian, Protestan dan Katolik juga banyak, termasuknya di kawasan luar bandar, dengan
penganut agama Buddha dan Hindu juga ditemukan di kalangan masyarakat Jawa. Terdapat juga
agama kepercayaan suku Jawa yang disebut sebagai agama Kejawen. Kepercayaan ini pada dasarnya
berdasarkan kepercayaan animisme dengan pengaruh agama Hindu-Buddha yang kuat. Masyarakat
Jawa terkenal kerana sifat asimilasi kepercayaannya, dengan semua budaya luar diserap dan
ditafsirkan mengikut nilai-nilai Jawa sehingga kepercayaan seseorang kadang kalanya menjadi kabur.

Pekerjaan

Di Indonesia, orang Jawa biasanya ditemukan dalam semua bidang, khususnya dalam
perkhidmatan awam dan tentera. Secara tradisi, kebanyakan orang Jawa adalah petani. Ini adalah
sebabkan oleh tanah gunung berapi yang subur di Jawa. Walaupun terdapat juga banyak usahawan
Indonesia yang berjaya yang berasal daripada suku Jawa orang Jawa tidak begitu menonjol dalam
bidang perniagaan dan perindustrian.

Susun lapis sosial

Masyarakat Jawa juga terkenal kerana pembahagian golongan sosialnya. Pada dekad 1960-
an, Clifford Geertz, pakar antropologi Amerika Syarikat yang ternama, membahagikan masyarakat
Jawa kepada tiga buah kelompok:

1. Kaum santri

2. Kaum abangan

3. Kaum priyayi.

Menurut beliau, kaum santri adalah penganut agama Islam yang warak, manakala kaum abangan
adalah penganut Islam pada nama sahaja atau penganut Kejawen, dengan kaum priyayi merupakan
kaum bangsawan. Tetapi kesimpulan Geertz ini banyak ditentang kerana ia mencampurkan golongan
sosial dengan golongan kepercayaan. Pengelasan sosialnya juga dicemari oleh penggolongan kaum-
kaum lain, misalnya orang-orang Indonesia yang lain serta juga suku-suku bangsa bukan pribumi
seperti keturunan-keturunan Arab, Tionghoa dan India.

Kesenian

Orang Jawa terkenal kerana kebudayaan seni yang sebahagian besarnya dipengaruhi oleh
agama Hindu-Buddha, iaitu pementasan wayang. Repertoir cerita wayang atau lakonan sebahagian
besarnya berdasarkan roman kesateriaan Ramayana dan Mahabharata. Walaupun demikian,
terdapat juga pengaruh Islam serta Dunia Barat.

System kesenian masyarakat jawa memiliki dua tipe yaitu, tipe jawa tengah dan jawa timur.

Kesenian tipe jawa tengah

Wujud kesenian tipe jawa tengah bermacam-macam misalnya sebagai berikut :

Seni Tari Contoh : Seni tari tipe jawa tengah adalah tari serimpi dan tari bambang cakil
Seni Tembang berupa lagu-lagu daerah jawa, misalnya lagu-lagu dolanan suwe ora jamu, gek kepiye
dan pitik tukung

Seni pewayangan merupakan wujud seni teater di jawa tengah

Seni teater tradisional wujud seni teater tradisional di jawa tengah antara lain adalah ketoprak.

Kesenian tipe jawa timur

Wujud kesenian dari pesisir dan ujung timur serta madura juga bermacam-macam, misalnya sebagai
berikut :

Seni tari dan teater antara lain tari ngremo, tari tayuban, dan tari kuda lumping

Seni pewayangan antara lain wayang beber

Seni suara antara lain berupa lagu-lagu daerah seprerti tanduk majeng (dari Madura) dan ngidung
(dari Surabaya)

Seni teater tradisional antara lain ludruk dan kentrung.

Rumah adat tipe jawa, antara lain corak limasan dan joglo. Rumah situbondo merupakan model
rumah adat jawa timur yang mendapat pengaruh dari rumah Madura.

Pakaian adat jawa, pakaian pria jawa tengah adalah penutup kepala yang di sebut kuluk, berbaju jas
sikepan, korset dan kris yang terselip di pinggang. Memakai kain batik dengan pola dan corak yang
sama dengan wanita. Wanitanya memakai kain kebaya panjang dengan batik sanggulnya disebut
bakor mengkurep yang diisi dengan daun pandan wangi.

Stereotaip orang Jawa

Orang Jawa terkenal sebagai suku bangsa yang sopan dan halus, tetapi mereka juga terkenal
sebagai suatu suku bangsa yang tertutup dan tidak mau terus terang. Sifat ini konon berdasarkan
sifat orang Jawa yang ingin memeliharakan keharmonian atau keserasian dan menghindari
pertikaian. Oleh itu, mereka cenderung diam sahaja dan tidak membantah apabila tertimbulnya
percanggahan pendapat. Salah satu kesan yang buruk daripada kecenderungan ini adalah bahawa
mereka biasanya dengan mudah menyimpan dendam.
Orang suku Jawa juga mempunyai kecenderungan untuk membeda-bedakan masyarakat berdasarkan
asal-usul dan kasta atau golongan sosial. Sifat seperti ini dikatakan merupakan sifat feudalisme yang
berasal daripada ajaran-ajaran kebudayaan Hindu dan Jawa Kuno yang sudah diyakini secara turun-
temurun oleh masyarakat Jawa sehingga sekarang

Sistem Perkawinan Dalam Adat Jawa

Di dalam rumusan masalah ada permasalahan yaitu tentang bagaimana system kekerabatan Suku
Jawa. Dalam system kekerabatan Jawa keturunan dari Ibu dan Ayah dianggap sama hak nya, dan
warisan anak perempuan sama dengan warisan laki-laki tetapi, berbeda dengan banyak suku bangsa
yang lain, yang ada Indonesia. Misalnya, dengan suku-suku Batak di Sumatra Utara, masyarakat jawa
tidak mengenal system marga. Susunan kekerabatan suku jawa berdasarkan pada keturunan kepada
kedua belah pihak yang di sebut Bilateral atau Parental yang menunjukan system penggolongan
menurut angkatan-angkatan. Walaupun hubungan kekerabatan di luar keluarga inti tidak begitu ketat
aturannya, namun bagi orang jawa hubungan dengan keluarga jauh adalah tetap penting.

Masyarakat Jawa dalam hal perkawinana melalui beberapa tahapan. Biasanya seluruh rangkaian
acara perkawinan berlangsug selama kurang lebih dua bulan, mencangkup

Nontoni : Melihat calon istri dan keluarganya, dengan mengirim utusan (wakil).

Nglamar (meminang) : Tahapan setelah nontoni apabila si gadis bersedia dipersunting.

Paningset : Pemberian harta benda, berupa pakaian lengkap disertai cin-cin kawin.
Pasok Tukon : Upacara penyerahan harta benda kepada keluarga si gadis berupa uang,pakaian dan
sebagainya, diberikan tiga hari sebelum pernikahan.

Pingitan : Calon istri tidak diper4bolehkan keluar rumah selama 7 hari atau 40 hari sebelum
perkawinan.

Tarub : Mempersiapkan perlengkapan perkawianan termasuk menghias rumah dengan janur.

Siraman : Upacara mandi bagi calon pengantin wanita yang dilanjutkan dengan selamatan.

Ijab Kabul (Akad Nikah) : Upacara pernikahan dihadapan penghulu, disertai orang tua atau Wali dan
saksi-saksi.

Temon (Panggih manten) : Saat pertemuan pengantin pria dengan wanita.

Ngunduh Mantu (ngunduh temanten) : Memboyong pengantin wanita kerumah pengantin pria yang
disertai pesta ditempat pengantin pria.

Jika di dalam perkawinan ada masalah antara suami istri maka dapat dilakukan “Pegatan”
(Perceraian). Jika istri menjatuhkan cerai di sebut “talak” sedangkan istri meminta cerai kepada suami
di sebut “talik”. Jika keinginan isteri tidak di kabulkan oleh suami istri mengajukan ke pengadilan
maka di sebut “rapak”. Jika ingin kembali lagi jenjang waktunya mereka rukun kembali adalah 100
hari di namakan “Rujuk” jika lebih dari 100 hari dinamakan “balen” (kembali). Setelah cerai seorang
janda boleh menikah dengan yang lain setelah “masa Iddah”.

Ada bentuk perkawinan lain yaitu :


Perkawinan Magang

Perkawinan triman

Perkawinan unggah unggahi

Perkawinan paksa

Sistem Ekonomi suku Jawa

Sistem perekonomian masyarakat Jawa mencakup

Pertanian

Yang dimaksud pertanian disini terdiri atas pesawahan dan perladangan (tegalan), tanaman utama
adalah padi. Tanaman lainnya jagung, ubi jalar, kacang tanah, kacang hijau dan sayur mayor, yang
umumnya ditanam di tegalan. Sawah juga ditanami tanaman perdagangan, seperti tembakau, tebu
dan rosella.

Perikanan

Adapun usaha yang dilakukan cukup banyak baik perikanan darat dan perikanan laut. Perikanan laut
diusahakan di pantai utara laut jawa. Peralatannya berupa kail, perahu, jala dan jarring

Peternakan

Binatang ternak berupa kerbau, sapi, kambing, ayam dan itik dan lain-lain.
Kerajinan

Kerajinan sangat maju terutama menghasilkan batik, ukir-ukiran, peralatan rumah tangga, dan
peralatan pertanian.

Adapun mata pencaharian dalam suku Jawa atau masyaraakat Jawa biasanya bermata pencaharian
bertani, baik bertani di sawah maupun tegalan, juga Beternak pada umumnya bersipat sambilan,
selain itu juga masyarakat Jawa bermata pencaharian Nelayan yang biasanya dilakukan masyarakat
pantai.

Sistem kemasyarakatan dan politik Suku Jawa

Masyarakat jawa masih membedakan antara golongan priyayi dan orang kebanyakan wong cilik,
Golongan priyayi atau bendara terdiri atas pegawai negri dan kaum terpelajar. Orang kebanyakan
disebut juga wong cilik, seperti petani,tukang,dan pekerja kasar lainnya.priyayi dan bendara
merupakan lapisan atas, sedangkan wong cilik menjadi lapisan bawah.

Secara administrative,suatu desa di jawa biasanya disebut kelurahan yang dikepalai oleh seorang
lurah. Dalam melakukan pekerjaan sehari-hari ,seorang kepala desa dengan semua pembantunya
disebut pamong desa. Pamong desa mempunyai dua tugas pokok, yaitu tugas kesejahteraan desa
dan tugas kepolisian untuk keamanan dan ketertiban desa.
Adapun pembantu-pembantu lurah dipilih sendiri oleh lurah. Pembantu-pembantu lurah terdiri atas:

Carik,bertugas sebagai pembantu umum dan penulis desa.

jawa tirta atau ulu-ulu,bertugas mengatur air kesawah-sawah penduduk.

Jaga baya,bertugas menjaga keamanan desa.

AKSARA JAWA

Aksara Jawa (atau dikenal dengan nama hanacaraka atau carakan adalah aksara jenis abugida
turunan aksara Brahmi yang digunakan atau pernah digunakan untuk penulisan naskah-naskah
berbahasa Jawa, bahasa Makasar, bahasa Sunda[1], dan bahasa Sasak[1]. Bentuk aksara Jawa yang
sekarang dipakai (modern) sudah tetap sejak masa Kesultanan Mataram (abad ke-17) tetapi bentuk
cetaknya baru muncul

pada abad ke-19. Aksara ini adalah modifikasi dari aksara Kawi atau dikenal dengan Aksara Jawa Kuno
yang juga merupakan abugida yang digunakan sekitar abad ke-8 – abad ke-16. Aksara ini juga
memiliki kedekatan dengan aksara Bali. Nama aksara ini dalam bahasa Jawa adalah Dentawiyanjana.

a menambah wawasan ilmu mengenai kebudayaan.

Anda mungkin juga menyukai